Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL LIMPAPEH

KARYA A.R RIZAL

PROPOSAL PENELITIAN

IMAS NUR FATHIA


NPM 20080005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra menyajikan kehidupan manusia. Kehidupan itu sebagian besar

berhubungan dengan kenyataan sosial dan nilai moral dalam masyarakat. Ajaran

moral dalam karya sastra sering tidak secara langsung disampaikan, tetapi melalui

hal-hal yang sifatnya amoral dulu. Nilai-nilai moral dalam karya sastra bisa dijadikan

sebagai panutan tingkah laku di kehidupan sehari-hari. Bisa dikatakan bahwa nilai-

nilai moral dalam karya sastra yang dibahas melalui cerita berupa sikap dan tingkah

laku tokoh pembaca dapat belajar dan mengerti pesan-pesan moral yang disampaikan

oleh pengarang.

Bundo kanduang, panggilan terhadap limpapeh rumah nan gadang. Perempuan

sulung dari urang saparuik atau sasuku. Oleh sebab itu bundo kanduang lambang

keturunan menurut garis ibu dan kekuasaan ibu. Lambang keturunan menurut garis

ibu mengandung arti, bahwa anak bersuku ke suku ibu. Sedangkan lambang

kekuasaan itu bahwa bundo kanduang pemegang pimpinan kedalam dari sebuah

kaum. Ia berkuasa atas pusako tinggi kaumnya baik pusako harato maupun pusako

gaib. Pusako harato misalnya perumahan, sawah-ladang, gurun-tebat dan pusako gaib

seperti pakaaian adat laki-laki dan perempuan lengkap dengan perhiasan dan alat

kebesaran kaum.

Novel Limpapeh karya A.R Rizal menyajikan nilai moral tokoh perempuan

yang bernama mandeh. Tokoh mandeh dalam novel limpapeh menjadi sebagai bundo

kanduang untuk rumah gadangnya karena tidak ada pilihan lain. Setelah menjadi

bundo kanduang mandeh dihadapkan oleh persoalan yang terjadi dalam kaumnya.

Peran bundo kanduang melalui tokoh piah dalam novel limpapeh karya AR Rizal.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena lebih inovatif dan

penelitian ini dapat menggambarkan pandangan matrilineal dalam nilai morah tokoh

perempuan masyarakat minangkabau.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebt maka penelitian ini penting

dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru tentang bentuk nilai moral tokoh

perempuan dalam masyarakat minangkabau pada novel limpapeh karya A.R Rizal.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penelitian

difokuskan pada nilai morah tokoh perempuan dalam novel limpapeh karya A.R

Rizal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah djelaskn,maka rumusan masalah

penelitian ini yaitu,

1. Bagaimana nilai moral tokoh perempuan dalam novel limpapeh karya A.R Rizal?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan

untuk, yaitu,

1. Mendeskripsikan nilai moral tokoh perempuan berkaitan dengan kejujuran,

nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral dan

kerendahan hati dalam novel limpapeh karya A.R Rizal.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah Penelitian ini akan

bermanfaat sebagai berikut,

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dengan dilaksanakan penelitian ini, peneliti lain dapat

mempelajari pengembangan teori dan ilmu, khususnya sastra mengenai nilai-nilai

moral tokoh perempuan dalam novel limpapeh karya A.R Rizal.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pembaca, dari hasil penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat

digunakan oleh pembaca dalam memahami nilai-nilai moral tokoh perempuan

dalam karya novel limpapeh karya A.R Rizal.

b. Bagi dosen, hasil ini bisaa digunakan dalam referensi matakuliah apresiasi

prosa kususnya dalam materi nilai-nilai moral gokoh perempuan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori sastra yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu 1) hakikat

novel, 2) unsur-unsur pembangun novel, dan 3) hakikat nilai moral. Teori-teori sastra

di atas akan dibahas di bawah ini.

1. Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa italia, yaitu novella yang berarti „sebuah barang baru

yang kecil‟. Dalam perkembangannya, novel diartikan dalam sebuah karya sastra

dalam bentuk prosa. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh

problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kisah novel

berawal dari kemunculan persoalaan yang dialami oleh tokoh hingga tahap

penyelesaiannya.

Novel merupakan cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan

pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari

hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjadi suatu cerita (Aminuddin,

2009:66). Karya sastra tulis ini menarasikan tokoh-tokoh yang terlibat beserta

konflik-konflik yang mereka miliki. Novel menyuguhkan tokoh-tokoh dan

menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun jalan ceritanya dapat

menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata. Lebih dalam lagi novel

mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia.


Nurgiyantoro, (2010:3) mengatakan bahwa sebagai karya cerita fiksi, novel

sarat akan pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan. Karena

itu, novel harus tetap merupakan cerita menarik yang mempunyai bangunan

struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa novel merupakan salah

satu jenis dari karya sastra berbentuk fiksi yang di dalamnya memaparkan

permasalahan dengan menghadirkan tokoh yang akan menjalankan cerita dengan

karakter tertentu dan menghadirkan pesan-pesan kehidupan berupa nilai-nilai.

2. Unsur-unsur Pembangun Novel

Menurut Nurgiyantoro (1995: 23) unsur-unsur yang membangun sebuah novel

dibagi atas dua unsur yaitu a) unsur intrinsik dan b) unsur ekstrinsik. Kedua unsur

inilah yang sering disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau

mempertimbangkan karya sastra pada umumnya.

a. Unsur Intrinsik

Nurgiyantoro (1995:23) unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir

sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang

membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara

langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud adalah tema, plot,

penokohan, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan amanat.

Berikut ini akan diuraikan secara detil mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat

di dalam novel. Pemahaman terhadap sebuah novel dapat dilakukan melalui

pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah upaya memahami

sebuah novel melalui unsur-unsur yang ada dalam novel itu. Adapun unsur intrinsik

sebuah novel dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Tema

Nurgiyantoro (1995: 70) mengemukakan tema dapat dipandang sebagai dasar

cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Sedangkan menurut Redaksi PM

(2012: 5) tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra.

Tema mayor adalah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor

adalah tema yang tidak menonjol. Tema adalah inti permasalahan yang hendak

dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh sebab itu, tema merupakan hasil

konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Dalam

sebuah fiksi terdapat banyak peristiwa yang masing-masingnya mengemban

permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari permasalahan-

permasalahan tersebut, Muhardi dan Hasanuddin WS (1992: 38).

Jadi, secara eksplisit, tema bisa dikatakan berfungsi atau berhubungan sebagai

fungsi kultural yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan budaya yang

berlangsung di dalam suatu peradaban tertentu. Tematik dari berbagai jenis sastra ini,

pasti berubah dari zaman ke zaman dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam

fungsi, keadaan, publik, dan medium. Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat”

kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa-konflik situasi tertentu, termasuk berbagai

unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung

kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh

cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai

generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak. Dengan demikian, tema adalah dasar

cerita, gagasan dasar umum dari novel.

2. Plot

Menurut Nurgiyantoro (1995: 114) plot merupakan cerminan, atau bahkan berupa

perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap
dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Namun, tidak dengan sendirinya

semua tingkah laku kehidupan manusia boleh disebut (mengandung) plot, tidak semua

kejadian yang dialami manusia bersifat plot. Plot berkaitan erat dengan tokoh cerita.

Menurut Atmazaki (2007: 158-159) alur atau plot ialah urutan peristiwa dalam suatu

cerita yang memperlihatkan sebab akibat.

Redaksi (2012: 6) alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki

hubungan sebab akibat, sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh.

Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa atau

sekelompok peristiwa yang lain disebut dengan alur. Alur tersebut bersifat kausalitas

karena berhubungan yang satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan sebab-

akibat. Jika hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa yang lain maka

dapat dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah alur yang

memiliki kausalitas antara sesama peristiwa yang ada dalam sebuah fiksi, Muhardi

dan Hasanuddin WS (1992: 28-29).

Nurgiyantoro (1995: 141) menyatakan sebuah cerita, sebuah teks naratif, tentulah

ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya.

Dengan demikian, tahapan-tahapan peristiwa tersebut tidak harus secara beraturan

ditempatkan melainkan dapat terletak di bagian manapun. Berdasarkan deskripsi

penahapan plot di atas, Nurgiyantoro menyatakan membagi alur menjadi tiga bagian

dalam penahapan plot: pertama, tahap awal yaitu dalam sebuah cerita biasanya disebut

sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi

penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahasp-tahap

berikutnya. Fungsi pokok tahap awal atau pembukaan sebuah cerita adalah untuk

memberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan

pelataran dan penokohan; kedua, tahap tengah, tahap tengah cerita yang dapat juga
disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang

sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat,

semakin menegangkan. Konflik yang dikisahkan, dapat berupa konflik internal,

konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik yang terjadi

antar tokoh cerita. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika

konflik (utama) telah mencapai titik intensitas tertinggi; dan ketiga, tahap akhir, tahap

akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap pelarian, menampilkan

adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini berisi bagaimana kesudahan

cerita, atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang alur (plot) yang telah dikemukakan di

atas, dapat dikatakan bahwa alur terbentuk dari susunan gerak peristiwa-peristiwa

yang terjadi akibat interaksi antar tokoh. Peristiwa-peristiwa yang dapat membentuk

alur itu ada dalam satu jalinan atau rangkaian yang berhubungan secara kausalitas dan

berurutan secara logis dan kronologis menurut urutan waktu. Cerita dalam sebuah

karya sastra apapun berkembang berdasarkan pengaturan alur yangdikembangkan

oleh si pengarang. Pengaturan alur tersebut dimaksudkan sebagai pembangun dari

cerita tersebut, artinya penahapan alur dapat memberikan efek estetik tertentu dalam

sebuah cerita. Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan

waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun implisit.

3. Tokoh dan Penokohan

Nurgiyantoro (1995: 165-166) mengatakan istilah tokoh menunjuk pada

orangnya, pelaku cerita. Sedangkan penokohan lebih luas pengertiannya daripada

tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita,

bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah

cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Tokoh
ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh,

namun biasanya hanya ada satu tokoh utama, sedangkan penokohan atau perwatakan

ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh, Redaksi PM (2012: 5-6). Dalam hal

penokohan termasuk masalah penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan psikis,

dan karakter. Bagian penokohan ini saling berhubungan dalam membangun

permasalahan fiksi. Pemilihan nama tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang

untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan. Sehingga dalam upaya

penemuan permasalahan fiksi oleh pembaca, perlu pula mempertimbangkan

penamaan tokoh, Muhardi dan Hasanuddin WS (1992: 24). Tokoh cerita dalam

sebuah cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan,

amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh

kalau dilihat secara gamblang, merupakan gambaran umum dari kehidupan manusia

itu sendiri yang terdiri atas darah dan daging yang mempunyai pikiran dan perasaan.

Nurgiyantoro (1995: 178) membedakan tokoh ke dalam beberapa kriteria. Dilihat

dari fungsi penampilan, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) Tokoh

Protagonis Tokoh ini merupakan tokoh yang menampilkan sesuatu yang sesuai

dengan padangan pembaca.(b) Tokoh Antagonis Tokoh antagonis merupakan tokoh

penyebab terjadinya konflik. Biasanya beroposisi dengan tokoh protagonis, secara

langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan perwatakannya, tokoh dapat dibedakan

ke dalam dua bagian, yaitu: (a) Tokoh Sederhana Tokoh sederhana merupakan tokoh

yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.

Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya

mencerminkan satu watak tertentu. (b) Tokoh Bulat Tokoh bulat adalah tokoh yang

menampilkan watak lebih dari satu. Tokoh bulat mudah dibedakan dengan tokoh lain

dalam sebuah cerita. Selain itu, tokoh bulat sering memberikan kejutan-kejutan karena
muncul watak tidak terduga secara mendadak. Berdasarkan kriteria berkembang atau

tidaknya perwatakan, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) Tokoh Statis

Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak berpengaruh oleh adanya

perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antar

manusia. Tokoh statis memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang,

sejak awal sampai akhir cerita. (b) Tokoh Berkembang Tokoh berkembang

merupakan tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan

sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan alur yang dikisahkan.

4. Latar

Nurgiyantoro (1995: 217) mengatakan bahwa latar memberikan pijakan cerita

secara konkret dan jelas yang sangat penting untuk memberikan kesan realistis kepada

pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan

terjadi. Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-

peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra, Redaksi PM (2012: 7). Latar

merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yang mulai secara samar

diperlihatkan alur atau penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui

alur, maka latar memperjelas suasana, tempat, dan waktu peristiwa itu berlaku,

Muhardi dan Hasanuddin WS (1992: 30).

Menurut Nurgiyantoro (1995: 227) latar dalam cerita dapat dibedakan menjadi

tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Dijelaskan bahwa latar tempat

adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah cerita. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat dengan nama-

nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam cerita.


Bahkan, “kapan” tersebut bisaanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang

ada kaitannya dengan peristiwa

3. Pengertian nilai moral


Nilai moral merupakan landasan sikap perilaku manusia dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Bertens (2011:152) dalam arti tertentu nilai moral tidak

merupakan suatu kategori nilai tersendiri di samping kategori-kategori nilai yang

lain. Nilai tidak terpisah dari nilai-nilai jenis lainnya. Setiap nilai dapat

memperoleh suatu ―bobot moral‖, bila diikutsertakan dalam tingkal laku moral.

Nilai moral tampak sebagai suatu nilai baru, bahkan sebagai nilai yang paling

tinggi.

Menurut Wahyuningtyas (2012:95) moral merupakan bagian kebudayaan manusia

yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, karena digunakan untuk

mengatur kepentingan hidup pribadi maupun kepentingan hubungan antarmanusia

yang berinteraksi dengan diutamakan kepada kaidah kesusilaan yang menyangkut

etika, tata krama pergaulan dan sebagainya.

Suseno (1987:19) menjelaskan bahwa moral memiliki arti selalu mengacu

pada baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia. Sehubungan dengan

tindakan manusia sebagai manusia, disimpulkan bahwa nilai moral memiliki arti

mengenai baik dan buruknya perbuatan manusia berdasarkan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat (Bertens, 2002:143).

Dapat disimpulkan dari beberapa menurut para ahli yang sudah dijelaskan, bahwa

nilai moral adalah sebuah pedoman bagi setiap manusia baik dalam lingkungan

pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya.

B. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu,
1. MUH SURYA PRATAMA, 2016, Nilai Moral Dalam Novel Perempuan

Poppo Karya Dul Abdul Rahman, novel Perempuan Poppo Karya Dul Abdul

Rahman mengandung nilai moral yang terdiri atas nilai susila membahas tentang

perilaku dan tindak tutur bahasa kepada orang lain. Nilai kesopanan membahas

tentang budi bahasa, tegur sapa yang baik dan perilaku yang baik serta adab yang

baik akan terlihat dalam aktivitas seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Nilai

sosial membahas tentang perilaku seseorang yang peduli kepada mereka yang

membutuhkan dan peduli kepada kelangsungan hidup alam, jiwa sosial atau

kepekaan sosial menjadi hal yang patut dijaga agar tidak menjadi langkah dalam

kehidupan budaya kita. Nilai ketabahan membahas tentang seberapa kuat kita tabah

menghadapi ujian dari Tuhan. Nilai tanggung jawab membahas tentang sejauh mana

tanggung jawabnya terhadap setiap ucapan, perilaku dan janjinya. Tanggung jawab

sebagai nilai memang menjadi sangat penting akan pribadi seseorang.

2. YOGA LESMANA, 2020, Nilai Moral Pada Tokoh Utama Dalam Novel

Perempuan Batih Karya A.R Rizal, Hasil penelitian atas nilai moral dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa nilai moral yang terdapat di dalam novel Perempuan Batih

karya A. R Rizal berupa nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri, nilai

moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dan

lingkungan alam, dan nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai

moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi: (1) iffah, dan (2) sabar.

Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dan

lingkungan alam meliputi: (1) bertamu dan menerima tamu, dan (2) hubungan baik

dengan tetangga. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan meliputi: (1)

ikhlas, dan (2) syukur.


3. KARLINA, 2020, Nilai Moral Pada Novel Gadis Pesisir Karya Nunuk Y.

Kusmiana, Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut. Pertama wujud nilai moral

pada novel Gadis Pesisir yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, yang paling

mendominasi adalah bersyukur kepada Tuhan. Hubungan manusia dengan diri

sendiri, yang paling mendominasi adalah penyesalan. Hubungan manusia dengan

manusia lain dalam lingkup lingkungan sosial, yang paling mendominasi adalah

peduli sesama. Kedua, teknik penyampaian nilai moral dalam novel Gadis Pesisir

berupa teknik penyampaian langsung, yang paling mendominasi adalah melalui

tokoh sedangkan teknik penyampaian tidak langsung, yang paling mendominasi

adalah melaliu peristiwa.

Kesimpulan dari penelitian relavan tersebut adalah, dalam skripsi muh surya,

menggunakan teknik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan penelitian

pustaka dengan sumber tertulis.dalam penelitian karlina menggunakan Pengumpulan

data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Yoga lesmana menganalisis data

menggunakan pemberian interpretasi, dan melakukan deskripsi bagian demi bagian

yang ditemukan dalam penelitian. Selanjutnya merumuskan simpulan umum tentang

hasil deskripsi data. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisi

teks.sedangkan muh surya data dianalisis sesuai perangkat teori dan metode yang

digunakan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif. penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang dilakukan pada suatu objek yang alamiah, dimana sseorang peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik, pengumpulan data secara triagulasi (gabungan),

analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada

generalisasi (Sugiono, 2010:9).

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. penelitian ini difokuskan untuk

mendeskripsikan bentuk dan maksud dalam novel Limpapeh karya AR Rizal.

C. Data dan sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu novel limpapeh karya AR Rizal.

Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tokoh perempuan dalam novel

tersebut.

D. Instument Penelitian

Instrument penelitian ini penulis untuk mempermudah penelitian dalam

pengumpulan data, maka peneliti menggunakan alat tulis.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik membaca

dilakukan dengan membaca Novel limpapeh karya AR Rizal. Pada mulanya dilakukan

pembacaan keseluruhan terhadap novel tersebut dengan tujuan untuk mengetahui


identifikasi secara umum. Setelah itu dilakukan pembacaan secara cermat dan

menginterpretasikan unsur moral dalam novel tersebut. Setelah membaca cermat

dilakukan pencatatan data langkah berikutnya adalah pencatatan yang dilakukan

dengan mencatat kutipan secara langsung atau disebut verbatim dari novel yang

diteliti.

F. Teknik Pengabsahan Data

Pengabsahan data adalah untuk menjamin bahwa semua yang telah diamati dan di

teliti penulis sesuai dengan data yang sesungguhnya ada dan memang benar-benar

terjadi. Hal ini dilakukan penulis untuk memelihara dan menjamin bahwa data tersebut

benar, baik bagi pembaca maupun subjek penelitian.

G. Teknik Penganalisisan Data

Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut moleon (2017:280-281) analisis

data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data.

langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah

mengumpulkan data penelitian, kemudian penulis mengumpulkan informasi sebanyak

mungkin dari hasil bacaan dan mereduksi data yang didapat sesuai dengan objek
penelitian. Penulis melakukan pengamatan secara kontinu demi menghasilkan

simpulan dari objek kajian yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA
(WUJUD NILAI MORAL DALAM NOVEL AMIRA : CINTA DARI TANAH SURGA KARYA
SULIWE Zulfardi D STKIP Yasika Majalengka Article History Received : March 2020
Accepted : June 2020 : July 2020 Keywords Manifestation of moral values Abstract This
research is classified, 2020)
(m.rasjid manggis dt.radjo panghoelan, 1975)
(Firwan, 2017)

Anda mungkin juga menyukai