Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN UMUM PRAKTEK KERJA LAPANGAN(PKL) MANAJEMEN

INTERVENSI GIZI (MIG)


DI DESA KRUENG BEUKAH WILAYAH KERJA UPTD. PUSKESMAS
PANTE CEUREUMEN KABUPATEN ACEH BARAT

DISUSUN OLEH:
DEWI SARTIKA P07131222091
FIKRI WARMAN P07131222093
MASRIATON P07131222102
SARAH RAHMANITA P07131222110
YUDHA RAMADHAR WAHYU P07131222115

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIKKESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN GIZI PRODI SARJANA TERAPAN
GIZI DAN DIETETIKA
2023
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Umum Praktik Kerja Lapangan Manajemen Intervensi Gizi


(MIG) Di Desa Krueng Beukah Wilayah Kerja UPTD. Puskesmas Pante
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, telah diperiksa dan dinyatakan telah
memenuhi syarat serta telah mendapatkan persetujuan sebagai laporan tugas
akhir praktik kerja lapangan.

Aceh Barat, 04 Februari 2023

Pembimbing Lapangan (CI) Supervisor/Pembimbing Akademik


Puskesmas Pante Ceureumen Prodi Sarjana Terapan Gizi
dan Dietetika

Dara Maulisa, S.Gz Junaidi, SST.M.Kes


NIP. 199607262020122003 NIP.196807251989031001

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika


Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Acch

Rosi Novita, SP, M. Kes


NIP. 19791103 200604 2 014

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, ketabahan, kekuatan dan
kesehatan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan ”Manajemen
Intervensi Gizi (MIG) Di Desa Krueng Beukah Wilayah Kerja Puskesmas
Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat” dengan baik. Selanjutnya selawat
dan salam penulis persembahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
pembawa risalah kebenaran, perajut peradaban, dan penuntun ummat manusia
kejalan yang diridhai Allah SWT.

Penulisan laporan ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam


memperoleh nilai mata kuliah Manajemen Intervensi Gizi. Pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimaksih yang sebesar-
besarnya Kepada Bapak Erwandi, S.TP, M.Kes selaku dosen pembimbing
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah memberikan bimbingan dalam
pembuatan laporan ini.

Pada Penyusunan laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari


kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun
isi materinya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penyusun
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaiki laporan
ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan
segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, Amin.

Banda Aceh, 04 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 4
1. Tujuan Umum............................................................................. 4
2. Tujuan Khusus............................................................................. 4
C. Manfaat ................................................................................................ 4
D. Kompetensi PKL.................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. Masalah dan Determinan Gizi.............................................................. 6
B. Faktor-Faktor Penyebab Masalah Gizi ................................................ 9
C. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.................................................... 10
D. Standar Penilaian Status Gizi................................................................ 14
BAB III PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PROGRAM PKL15
A. Gambaran Umum Lokasi...................................................................... 24
B. Musyawarah Masyarakat Desa............................................................. 29
C. Pelatihan Kader.....................................................................................29
D. Pelaksanaan Posyandu..........................................................................30
E. Penyuluhan Gizi.................................................................................... 31
F.Konseling Gizi.........................................................................................31
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta lokasi Kecamatan dan Desa PKL


2. Plan of action
3. Foto - foto kegiatan pengumpulan data

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik
negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung
dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000; Mohamad
Agus Salim, 2012).Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada
tingkat konsumsi. Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah
gizi kurang dan masalah gizi lebih.
Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknyakualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan,
dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang
disertai dengan minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan
kesehatan. Dengan demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian
terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko
untuk menjadi kurang gizi (Mohamad Agus Salim, 2015; Mohamad Agus
Salim ,2013).
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan gizi pada balita di
Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2%
(Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Sedangkan proporsi status gizi buruk dan status
gizi kurang turun dari 19,6% (Riskesdas 2007) 17,7%. Proporsi kenaikan obesitas
pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai berikut 10,5% (Riskesdas 2007),
14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018). Data Riskesdas 2018 di
Aceh sebanyak 18,6 % balita dengan status gizi buruk dan status gizi kurang,
35,2% balita sangat pendek dan pendek, 11,1 % balita sangat kurus dan kurus, 7,6
% balita gemuk. Selain itu kejadian KEK pada ibu hamil 22,2 % pada wanita
tidak hamil dan 14,4 % pada ibu hamil.
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara stroke dan
hipertensi. Prevalensi 2013, pada penyakit stroke naik dari 7% menjadi 10,9%,
dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 menjadi
34,1%.Beberapa masalah gizi yang penting antara lain kurang protein, kurang
energi atau kombinasi kurang energi dan protein. Juga masalah gizi mikro,
khususnya masalah kurang vitamin A, kurang zat yodium, kurang zat besi dan
kurang zat seng. Selain itu, mulai muncul masalah gizi lebih, yaitu kelebihan
konsumsi energi yang bersumber dari lemak.
Berdasarkan sudut pandang zat gizi, masalah gizi dibedakan menjadi
masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Masalah gizi makro dapat berbentuk
gizi kurang dan gizi lebih, sedangkan untuk masalah gizi mikro hanya dikenal gizi
kurang. Masalah gizi makro yang sering disebut kurang energi protein (KEP)
adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup
mengandung energi dan protein serta karena gangguan kesehatan.Golongan
penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk rawan terkena KEP
adalah balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Terkait dengan hal ini, kita mengenal
beberapa istilah kurang energi protein dan gizi buruk, seperti marasmus dan
Kwashiorkor.
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan
telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab
timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung,
akar masalah dan pokok masalah. Penyebab langsung adalah makanan dan
penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang
tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup
makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang
penyakit.

2
Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga yang kurang
memadai, setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu
gizinya. Pola pengasuhan anak kurang memadai, setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial. Pelayanan
kesehatan dan lingkungan kurang memadai, sistem pelayanan kesehatan yang ada
diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Berdasarkan masalah dan data tersebut diatas, maka perlu dilakukan
pengkajian terhadap aspek gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
status gizi baik pada balita, ibu hamil serta ibu menyusui dan lain-lain yang
berkaitan dengan gizi dan kesehatan dalam suatu kegiatan pelaksanaan yang
disebut sebagai Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKL) melalui kegiatan
Managemen Intervensi Gizi (MIG).
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman praktik dan
melibatkan mahasiwa dengan masyarakat secara aktif dalam proses kegiatan
lapangan yang bertujuan untuk melihat masalah-masalah gizi pada khususnya dan
masalah kesehatan pada umumnya sekaligus memberikan kesempatan untuk
melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah gizi dan kesehatan
yang ada,sehingga diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi
terselenggaranya gizi baik dan pelayanan kesehatan yang optimal serta
meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap masalah gizi dan kesehatan yang
dihadapinya dengan kegiatan yang lebih terencana dan terkoordinasi.

3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi gizi dan eveluasi gizi dalam
skala mikro di desa, serta memahami pengelolaan kegiatan program gizi dari
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam skala mikro yang
direncanakan baik program baru maupun program yang sedang dibina di
masyarakat khususnya Desa Krueng Beukah.

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan program intervensi gizi dalam skala mikro dan melaksanakan
pengelolaan kegiatan program gizi dari puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota dalam skala mikro baik program baru maupun program yang
sedang dibina.
b. Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
c. Pelaksanaan asuhan gizi terpadu pada kelompok khusus di masyarakat.
d. Melaksanakan pelatihan kader gizi.
e. Pemberdayaan masyarakat untuk program posyandu, ketahanan pangan,
KADARZI, ASI dan MP-ASI serta GERMAS.
f. Penyuluhan gizi dan kesehatan.
g. Melakukan pemantauan dan evaluasi dari program intervensi.
h. Rencana tindak lanjut (POA).

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan memperkaya
pengalaman dalam menentukan perencanaan program gizi di tingkat pedesaan
untuk mampu melakukan pengumpulan, pengolahan, analisa serta mampu
mengenal masalah dan penyebab masalah, serta mampu melakukan program
intervensi gizi secara tepat dan efektif di tingkat pedesaan.

4
2. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan kepada instansi terkait terutama pihak Puskesmas dan
Kecamatan serta Pemerintah Desa memiliki informasi dan dapat mengetahui
permasalahan gizi dan kesehatan yang ada diwilayah kerjanya sehingga dapat
menyusun rencana perbaikan gizi dalam program gizi dan kesehatan
masyarakat.

3. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat dan tokoh masyarakat ditingkat pedesaan
serta Pemerintah Desa sebagai lokasi Praktek Analisis Masalah Kesehatan
yang ada dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan
gizi dan kesehatan masyarakat.

D. Kompetensi PKL
1. Mampu melaksanakan pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran
(melalui Penyuluhan Gizi)
2. Mampu melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan program pangan
dan gizi masyarakat
3. Mampu berpartisipasi dalam pengembangan dan evelusai program pangan dan
gizi di masyarakat
4. Mampu melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan dan
kepercayaan dengan keadaan khusus

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Dan Determinan Gizi


Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu “ghidza” yang berarti makanan. Jadi
secara luas dapat diartikan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan makanan, terutama kandungan yang ada di
dalamnya.Gizi merupakan zat-zat yang berfungsi sebagai komponen pembangun
tubuh manusia sehingga dapat mempertahankan serta memperbaiki jaringan-
jaringan fungsi tubuh manusia itu sendiri. Mengabaikan asupan gizi berarti juga
kita membiarkan fungsi-fungsi jaringan tubuh tidak bekerja secara maksimal
Ilmu gizi adalah sebagai ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi
pada hidup organisme hidup. Dan proses tersebut dapat mencakup pengambilan
dan pengolahan antara zat padat dan cair yang berasal dari makanan yang
diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, serta berfungsinya organ-
organ tubuh dan menghasilkan energi.
Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan
energi dan protein serta zat – zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan
tubuh (Sri, 2008). Status gizi menjadi sangat penting karena salah satu faktor
risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi
seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui
melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun
kualitatif (Supariasa et al, 2013).
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi
makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi
makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi
Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila
terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau
marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada
anak usia sekolah.
Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan
menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik. Kalau
sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah
standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda klinis
seperti ; wajah sangat kurus, muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput
disebut Marasmus, dan bila ada bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan
sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan Kwashiorkor atau Marasmus
Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai “busung lapar”. Gizi mikro
(khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang
Yodium).
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, serta dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Sasaran jangka panjang yang akan dicapai adalah masalah
gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2010).
Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat harus melibatakan semua pihak
yang terkait baik pemerintah, wakil rakyat, swasta, unsur perguruan tinggi dan
lain-lain. Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak
masyarakat yang kekurangan gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih. Kabupaten
Kota daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan
yang mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan keluarga miskin agar
tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI
(Hadi, 2005).Sedangkan, alternatif solusi lainnya yang dapat dilakukan antra lain
(Azwar, 2004).
 Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari
kebijakan penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM.
Membiarkan penduduk menderita masalah kurang gizi akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan.
Berbagai pihak terkait perlu memahami problem masalah gizi dan dampak

7
yang ditimbulkan begitu juga sebaliknya, bagaimana pembangunan
berbagai sektor memberi dampak kepada perbaikan status gizi. Oleh
karena itu tujuan pembangunan beserta target yang ditetapkan di bidang
perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor terkait.
 Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan
peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat
diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat,
sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
 Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’
(efektif dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik
tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya
pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY
dapat mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi
bayi yang dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi
diupayakan melalui pembiayaan publik.
 Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang
akurat dan evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan
sistem informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping
pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian
intervensi melalui kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
 Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya
penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun
kemampuan manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan
untuk pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan
beberapa aspek yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang
saling sinergi, misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan
dalam suatu kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
 Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk
melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan
dengan swasta, LSM dan masyarakat.

8
B. Faktor-faktor penyebab masalah gizi
Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi adalah
1. Faktor Langsung
a. Asupan Makanan
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang
tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi
seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya
bayi tidak memperoleh ASI Eksklusif.(Menko Kesra RI, 2013)
b. Penyakit infeksi
Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi merupakan hubungan
timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat
mempermudah terkena infeksi. hal ini akan mengakibatkan rusaknya
fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan dengan
baik. Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain
diare, tuberkulosis, campak dan batuk rejan
2. Faktor Tidak Langsung
a. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan  dalam hal ini ketersediaan pangan di tingkat
rumah tangga adalah kondisi tersedianya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun 
mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli
keluarga.Kurangnya ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga akan
menyebabkan kurangnya konsumsi dari sekelompok keluarga yang akan
menyebabkan kurang gizi.
b. Pola Asuh
Pola asuh dapat dipakai sebagai peramal atau faktor risiko
terjadinya kurang gizi atau gangguan perkembangan pada anak. Peran ibu
dalam keluarga sangat besar dalam menanamkan kebiasaan makan pada
anak dan proses tumbuh kembang yaitu kebutuhan emosi atau kasih

9
sayang diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis, misalnya dengan
menyusui segera setelah lahir anaknya.
c. Sanitasi lingkungan
Masalah gizi selain disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi,
juga dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri.
Sehingga memudahkan timbulnya penyakit infeksi. Sanitasi lingkungan
sehat secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak balita yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi status gizi anak balita.

C. Program Perbaikan Gizi Masyarakat


1. Kebun Gizi
Kebun gizi merupakan suatu program yaitu membuat kebun
sebagai salah satu alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pangan untuk keluarganya. Selain untuk meyediakan bahan pangan kebun
gizi menjadi salah satu sumber pendapatan bagi keluarga dengan menjual
hasil kebun dan ditukarkan. Adapun manfaat kebun gizi yaitu
memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan
pekarangan, Meningkatkan konsumsi sayur dan buah dalam keluarga,
Peningkatan gizi dan kesehatan disebuah keluarga dan masyarakat, dan
Kemandirian pangan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan gizi
kelaurga.
Pemanfaatan pekarangan rumah sebagai kebun gizi dapat dijadikan
alternatif dari permasalahan tersebut.Hasil panen dari kebun gizi dapat
memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral serta serat dari sayuran
dan buah dapat terpenuhi.
2. Pelatihan Kader
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang diberikan
keterampilanuntuk menjalankan posyandu (Nurpudji, 2006). Peran kader
secara umum adalahmelaksanakan kegiatan pelayanan dan mensukseskan
bersama masyarakat sertamerencanakan kegiatan pelayanan kesehatan
tingkat desa.

10
Kader kesehatan dilatih dan berfungsi sebagai monitor, pengingat dan
pendukung untuk mempromosikan kesehatan. Peran kader dalam posyandu
adalah :
a. Melakukan persiapan kegiatan posyandu
b. Menyebarluaskan informasi tentang hari posyandu
c. Membagi tugas, antar kader, meliputi pendaftara, penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala, pemantauan
status imunisasi anak, pencatatan dan penyuluhan, pemberian makanan
tambahan, menyiapkan buku catatan posyandu.
3. Penyuluhan / Edukasi Gizi
Edukasi gizi menurut Fasli Jalal (2010) adalah suatu proses yang
berkesinambungan untuk menambah pengetahuan tentang gizi,
membentuk sikap dan perilaku hidup sehat dengan
memperhatikan pola makan sehari-hari dan faktor lain yang
mempengaruhi makanan, serta meningkatkan derajat kesehatan dan gizi
seseorang. Tujuan dari pemberian edukasi gizi adalah mendorong
terjadinya perubahan perilaku yang positif yang berhubungan dengan
makanan dan gizi. Bentukdari kegiatan edukasi gizi salah satunya
adalah penyuluhan.
Penyuluhan adalah usaha memberikan keterangan, penjelasan,
petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan dan arah yang harus ditempuh oleh
setiap orang sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan
meningkatkan kualitas hidupnya.Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi
juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.

11
4. Konseling Gizi
Konseling gizi ialah serangkaian kegiatan yang ada antara dua
belah pihak sebagai proses komunikasi antara konselor dan klien. Tugas
dari konseloradalah menanmkan serta meningkatkan pengertian, sikap
untu pola hidup sehat dengan mengkonsumsi asupan makanan yang
mengandung gizi.Konselor merupakan petugas konseling yang memiliki
kemampuan untuk menanamkan berbagai sikap serta aktivitas yang
mampu menunjang peningkatan gizi atau keseimbangan gizi seseorang.
Seorang konselor harus mampu menggalai apa saja masalah yang
ditimbulkan dari dalam diri klien atau pasien.
Konselor memberikan masukan kepada pasien atau klien. Masukan
tersebut berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
Masukan yang diberikan oleh konselor terhadap klien berdasarkan standart
yang telah berlaku. Dengan kata lain konselor tidak memberikan masukan
yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Komunikasi efektif sangat dibutuhkan dalam kegiatan Konseling
Gizi. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
kominikasi 2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman yang
dilakukan oleh ahli gizi nutrisionis, dietisen. (PERSAGI, 2013). Konseling
Gizi yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor gizi
tentang segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
makan klien.

12
5. Pameran Gizi Daring
Pameran Gizi merupakan kegiatan untuk menumbuh kembangkan
apresiasi masyarakat tehadap ilmu gizi.Bentuk apresiasi terdiri dari
apresiasi kreatif dan apresasi afektif.dapun tujuan dilaksanakannya
pameran gizi ini adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya
pangan yang bergizi demi menghasilkan generasi yang sehat sebagai
investasi untuk membangun masa depan sehat berprestasi.  Adapun Fungsi
pameran menjadi empat kategori, yaitu fungsi apresiasi, fungsi edukasi,
fungsi rekreasi, dan fungsi prestasi. Adapun manfaat pameran gizi yaitu:
a) Apresiasi diartikan sebagai kegiatan untuk menilai dan menghargai karya
manyarakat tentang gizi dan kesehatan. Melalui kegiatan pameran ini
diharapkan dapat menimbulkan sikap menghargai terhadap karya seni.
Suatu penghargaan akan timbul setelah pengamat (apresiator) melihat,
menghayati, memahami karya seni yang disaksikannya. Melalui kegiatan ini
pula akan muncul apresiasi aktif dan apresiasi pasif. Apresiasi aktif,
biasanya seniman, seteleh menonton pameran biasanya
termotivasi/terdorong untuk mencipa karya seni sedangkan apresiasi pasif
biasanya terjadi pada orang awam, setelah menyaksikan pameran biasanya
bisa menghayati, memahami dan menilai serta menghargai karya seni.
b) Fungsi edukasi, kegiatan pameran gizi akan memberikan nilai-nilai ajaran
terhadap masyarakat terutama apresiator. Adapun tujuan dilaksanakannya
pameran gizi ini adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya pangan
yang bergizi demi menghasilkan generasi yang sehat sebagai investasi untuk
membangun masa depan sehat berprestasi.
Kegiatan pameran Ini merupakan Kegiatan puncak PKL Manajemen
Intervensi Gizi Masyarakat dengan kompetensi mampu melakukan upaya
intervensi gizi di masyarakat. Diharapkan kegiatan ini dapat membantu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang sumber makanan yang
bergizi melalui pemanfaatan bahan pangan lokal yang murah dan
terjangkau.Kegiatan–kegiatan pameran gizi daring, pameran produk pangan

13
lokal dan informasi gizi secara daring dalam bentuk video atau flyer disertai
narasi melalui aplikasi zoom.

D. Standar Penilaian Status Gizi


Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status
kesehatan. Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh
tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi. Pemanfaatan zat gizi dalam
tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaituprimer dan sekunder.
Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi
dikarenakan susunanmakanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor
sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya
gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.Status gizi yang baik akan turut
berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit
infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal. Status gizi
dapat diperoleh dengan pemeriksaan antopometri. Indikator yang digunakan
berdasarkan Depkes (2010) adalah (BB/U), (TB/U), (BB/TB), (IMT/U).
1. Indeks Anthropometri
Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti manusia dan
metri adalah ukuran. Metode antropometri dapat diartikan sebagai mengukur
fisik dan bagian tubuh manusia. Jadi antropometri adalah pengukuran tubuh
atau bagian tubuh manusia.Dalam menilai status gizi dengan metode
antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk
menentukan status gizi.Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri untuk mengukur status gizi adalah konsep dasar
pertumbuhan.
Pertumbuhan adalah terjadinya perubahan sel-sel tubuh, terdapat
dalam 2 bentukyaitu bertambahnya jumlah sel dan atau terjadinya
pembelahan sel, secara akumulasi menyebabkanterjadinya perubahan ukuran
tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri

14
adalah menilai pertumbuhan. Alasan antropometri digunakan sebagai indikator
status gizi, yaitu:
 Pertumbuhan seorang anak agar berlangsung baik memerlukan asupan
gizi yang seimbang antara kebutuhan gizi dengan asupan gizinya.Gizi
yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pertumbuhan, kekurangan zat gizi akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan, sebaliknya kelebihan asupan gizi dapat mengakibatkan
tumbuh berlebih (gemuk) dan mengakibatkan timbulnya gangguan
metabolisme tubuh.
 Antropometri sebagai variabel status pertumbuhan dapat digunakan
sebagai indikator untuk menilai status gizi.
Fungsi antropometri sebagai parameter untuk menilai status gizi secara
garis besar ada 2, yaitu untuk menilai status pertumbuhan dan untuk menilai
status gizi pada populasi tertentu. Antropometri sebagai penilaian status
pertumbuhan, digunakan untuk menilai pertambahan ukuran tubuh dari waktu
ke waktu. Pertumbuhan tubuh akan berkembang danbertambahsetiap waktu
tergantung asupan gizi yang dikonsumsi.
Ukuran tubuh yang dapat dinilai untuk mengukur pertumbuhan di
antaranyaadalah berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala yang
dilakukan teratur setiap periode tertentu. Misalnya, pemantauan pertumbuhan
yang dilakukan di posyandu dengan memantau pertambahan berat badan
dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), atau pemantauan
pertumbuhan yang dilakukan pada setiap anak balita yang berkunjung di
Puskesmas dengan menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA).
Fungsi kedua antropometri adalah untuk penilaian status gizi pada
waktu tertentu. Kegiatan penilaian status gizi di sinidilakukan dalam kurun
waktu yang panjang, misalnya setiap 1 tahun atau 5 tahun sekaliatau hanya
dilakukan pada 1 kali periode saja dan dilakukan pada populasi. Tujuan
penilaianstatus gizi di siniadalah untuk mengetahui prevalensi status gizi pada
waktu tertentu atau dapat juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan
prevalensi status gizi pada populasi dari waktu ke waktu.

15
Biasanya hasilnya dibandingkan dengan daerah lagi untuk mengetahui
apakah prevalensi status gizinya lebih baik atau tidak. Contohnya adalah
kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan setiap tahun oleh
Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan.
Beberapa kelebihan dan kekurangan antropometri digunakan sebagai
penentuan status gizi tersebut adalah:
1. Kelebihan antropometri untuk menilai status gizi antara lain:
a. Prosedur pengukuran antropometri umumnya cukup sederhana
dan aman digunakan.
b. Untuk melakukan pengukuran antropometri relatif tidak
membutuhkan tenaga ahli, cukup dengan dilakukan pelatihan
sederhana.
c. Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah terjangkau,
mudah dibawa dan tahan lama digunakan untuk pengukuran.
d. Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat
e. Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat asupan gizi yang
telah lalu.
f. Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi baik, sedang,
kurang dan buruk.
g. Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining (penapisan),
sehingga dapat mendeteksi siapa yang mempunyai risikogizi kurang
atau gizi lebih.
2. Kelemahan antropometri untuk menilai status gizi antara lain:
a. Hasil ukuran antropometri tidak sensitif, karena tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu, terutama zat gizi mikro
misal kekurangan zink. Apakah anak yang tergolong pendek karena
kekurangan zink atau kekurangan zat gizi yang lain.
b. Faktor-faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas ukuran. Contohnya anak yang kurus bisa terjadi karena
menderita infeksi, sedangkan asupan gizinya normal. Atlet biasanya

16
mempunyai berat yang ideal, padahal asupan gizinya lebih dari
umumnya.
c. Kesalahan waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil.
Kesalahan dapat terjadi karena prosedur ukur yang tidak tepat,
perubahan hasil ukur maupun analisis yang keliru. Sumber
kesalahan bisa karena pengukur, alat ukur, dan kesulitan
mengukur. Beberapa contoh ukuran tubuh manusia sebagai
parameter antropometri yang sering digunakan untuk menentukan
status gizi misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar kepala,
ukuran lingkar dada, ukuran lingkar lengan atas, dan lainnya.
Hasil ukuran anropometri tersebut kemudian dirujukkanpada
standar atau rujukan pertumbuhan manusia.
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat Badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan
mineral yang terdapat di dalam tubuh. Berat badan merupakan
komposit pengukuran ukuran total tubuh. Pengukuran berat badan
mudah dilakukan dan alat ukur untuk menimbang berat badan mudah
diperoleh.Pengukuran berat badan memerlukan alat yang hasil
ukurannya akurat.
Untuk mendapatkan ukuran berat badanyang akurat, terdapat
beberapa persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur
harus mudah digunakan dan dibawa, mudah mendapatkannya, harga
alat relatif murah dan terjangkau, ketelitian alat ukur sebaiknya 0,1 kg
(terutama alat yang digunakan untuk memonitor pertumbuhan), skala
jelas dan mudah dibaca, cukup aman jika digunakan, serta alat selalu
dikalibrasi.
Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan untuk mengukur
berat badan adalah dacin untuk menimbang berat badan balita, timbangan
detecto, bathroom scale(timbangan kamar mandi), timbangan injak digital,
dan timbangan berat badan lainnya.

17
 Kelebihan Indeks BB/U adalah:
 Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum.
 Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.
 Berat badan dapat berfluktuasi.
 Sangat sensitif terhadap perubahan–perubahan kecil.
 Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
 Kelemahan Indeks BB/U adalah:
 Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat edema maupun asites.
 Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur
sering sulit di taksir secara tepat karena pencatatan umur yang belu
baik.
 Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah
usia lima tahun.
 Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.
 Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah
sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau
menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan
sebagainya.
 Kategori BB/U
 Gizi lebih, bila Z-score terletak ≥ + 2 SD
 Gizi baik, bila Z-scoe terletak ≥ -2 SD s/d + 2 SD
 Gizi kurang, bila Z-score terletak ≥ - SD s/d < - 2 SD
 Gizi buruk, bila Z-score terletak < - 3 SD

18
b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan ukuran pertumbuhan
massa tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Pertambahan tinggi
badan atau panjang terjadi dalam waktu yang lama sehingga sering
disebut akibat masalah gizi kronis. Istilah tinggi badan digunakan untuk
anak yang diukur dengan cara berdiri, sedangkan panjang badan jika
anak diukur dengan berbaring (belum bisa berdiri).
Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran panjang badan,
sedangkan anak berumur lebih dari 2 tahun dengan menggunakan
microtoise. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan
atau panjang badan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm. Tinggi badan
dapat diukur dengan menggunakan microtoise(baca: mikrotoa).
 Kelebihan alat ukur ini adalah memiliki ketelitian 0,1 cm,
mudah digunakan, tidak memerlukan tempat yang khusus, dan
memiliki harga yang relatif terjangkau.
 Kelemahannya adalahsetiap kali akan melakukan pengukuran harus
dipasang pada dinding terlebih dahulu. Sedangkan panjang badan
diukur dengan infantometer (alat ukur panjang badan).
 Indeks TB/U
 Tinggi, bila Z-Score terletak > 2 SD
 Normal, bila Z-Score terletak < 2 SD s/d > -2 SD
 Pendek, bila Z-Score terletak < - 2 SD s/d > -3 SD
 Sangat Pendek, bila Z-Score terletak < - 3 SD

c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

19
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks
BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur.
 Kelebihan indeks BB/TB adalah:
 Tidak memerlukan data umur.
 Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).
 Kelemahan indeks BB/TB adalah:
 Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut
pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan
menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan.
 Dalam praktik sering mengalami kesulitan dalam melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
 Membutuhkan dua macam alat ukur.
 Pengukuran relatif lebih lama.
 Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
 Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran,
terutama bila dilakukan oleh kelompok non – profesional.
 Kategori BB/TB
 Gemuk, bila Z-score terletak > + 2 SD
 Normal, bila Z-score terletak ≥ - 2 SD s/d + 2 SD
 Kurus, bila Z-score terletak ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
 Sangat Kurus, bila Z-score terletak < - 3 SD
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur ( LLA/U)
Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan
tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh
cairan tubuh. Ukuran LILA digunakan untuk skrining kekurangan energi

20
kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu hamil dengan risiko
melahirkan BBLR.
Pengukuran LILA ditujukan untuk mengetahui apakah ibu hamil
atau wanita usia subur (WUS) menderita kurang energi kronis (KEK).
Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila
ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah
(BBLR). Cara ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas
dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pengukuran
LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan
ujung siku dalam ukuran cm (centi meter).
 Kelebihan Indeks LLA/U adalah:
 Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
 Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat sendiri.
 Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan
gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan
menulis.
 Kelemahan indeks LLA/U adalah:
 Hanya dapat mengidentifikasikan anak dengan KEP berat.
 Sulit menentukan ambang batas.
 Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhananak terutama anak usia
2 sampai 5 tahun yang perubahannya tidak nampak nyata.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih
panjang.

21
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur
diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja dan
ibu hamil dan olahragawan. Di samping itu pula IMT tidak bisa diterapkan
pada keadaan khusus ( penyakit ) lainnya seperti adanya edema, asites, dan
hepatomegali.
Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki – laki dan
perempuan. Batas ambang normal laki – laki adalah 20,1 – 25,0 untuk
perempuan adalah 18,7–23,8.

Tabel. 1
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Depkes, 2003)
Indeks Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Overweight Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

f. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran
pertumbuhan lingkar kepala dan pertumbuhanotak, walaupun tidak
sepenuhnya berkorelasi dengan volume otak. Pengukuran lingkar kepala
merupakan predicator terbaik dalam melihat perkembangan syaraf anak
dan pertumbuhan global otak dan struktur internal. Dengan memantau
ukuran lingkar kepala bayi, maka kelainan-kelainan yang mungkin saja
terjadi pada otak bayi dapat segera dideteksi dan ditangani. Misalnya,
mikrosefali yaitu ukuran lingkar kepala lebih kecil dari ukuran lingkar

22
kepala normal, makrosefali yaitu ukuran lingkar kepala lebih besar
daripada ukuran lingkar kepala normal, atau bahkan hidrosefalus yaitu
terjadi pembesaran pada kepala bayi jauh melebihi ukuran normal.
Menurut rujukan CDC 2000, bayi laki-laki yangbaru lahir
ukuran ideal lingkar kepalanya adalah 36 cm, dan pada usia 3
bulan menjadi 41 cm. Sedangkan pada bayi perempuan ukuran ideal
lingkar kepalanya adalah 35 cm, dan akan bertambah menjadi 40 cm
pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan,
dan pada usia 6-12 bulan pertambahan 0,5 cm per bulan.
Cara mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan
pita pengukur melalui bagian paling menonjol di bagian kepala
belakang (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella). Saat pengukuran
sisi pita yang menunjukkan sentimeter berada di sisi dalam agar tidak
meningkatkan kemungkinan subjektivitas pengukur. Kemudian cocokkan
terhadap standar pertumbuhan lingkar kepala.

23
BAB III

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PROGRAM PKL

A. Gambaran Umum Lokasi

Peta Desa Krueng Beukah

1. Sarana dan Prasarana


Sarana dan Prasarana yang ada di lokasi desa Krueng Beukah Kecamatan
Pante Ceureumen

Tabel.2
Sarana dan prasarana yang ada di lokasi Desa Krueng Beukah
No Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Penggunaan Fasilitas
1 Fasilitas Agama 1 Mesjid
1 Meunasah
2 Fasilitas Pendidikan 1 TK
3 Fasilitas Ekonmi 1 Kelompok Tani
1 Koperasi Gampong
4 Fasilitas Pemerintahan 1 Balai musyawarah gampong
5 Fasilitas Olahraga 1 Lapangan Bola
6 Fasilitas Kesehatan 1 Posyandu

2. Organisasi Masyarakat
 PKK
 Tuha Peut
 Tuha Lapan
 Pemuda Gampong

3. Pendidikan
 SD
 SMP/SLTP
 SMA/SLTA
 Diploma/Sarjana

1. Keadaan sosial
Kondisi sosial kemasyarakatan dan kehidupan bermasyarakat di Desa
Krueng Beukah berjalan dengan baik. Sikap solidaritas sesama, gotong royong
dan tolong menolong tetap terpelihara sejak dahulu. Atas landasan inilah
sehingga tumbuhnya motivasi masyarakat untuk saling melakukan interaksi
dengan baik. Hubungan pemerintah dengan masyarakat yang terjalin baik juga
menjadi kekuatan Desa Krueng Beukah dalam pengelolaan pemerintahan dan
kemasyarakatan.Hal ini salah satunya dapat dilihat dari adanya administrasi
pemerintah Desa Krueng Beukah yang cukup baik, serta berfungsinya struktur
pemerintahan desa itu sendiri.
2. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian desa tidak terlepas dari peran masyarakat dalam
berusaha mengembankan perekonomian keluarganya masing-masing. Secara
umum masyarakat Desa Krueng Beukah bekerja sebagai petani/pekebun yang
mencapai 60%, Nelayan/Pertambakan 15%, pedagang 5%, PNS3,5%,
pertukangan dan lainnya 7,5%. Dengan beranekaragam jenis pekerjaan
masyarakat, maka kondisi perekonomian keluarga juga berbeda-beda. Saat ini
pertanian dan perkebunan sedang dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten
Aceh Barat diseluruh desa yang ada.
Luas Desa Cot Rabo Tunongyaitu 300 Ha. Desa Gampong Cot
Seurani sendiri memiliki area pertanian yang cukup luas mencapai 78 Ha,
dan bukan lahan swah mencapai 222 Ha, sehingga masyarakat yang
bekerja di sektor pertanian dan perkebunan dapat menyerap atau
merasakan program pemerintah di sektor tersebut.Rata-rata penduduk
Desa Gampong Cot Rabo Tunongmampu memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari, masyarakat dapat makan 3 kali sehari seperti di desa-desa
lain, tetapi ada sebagian kecil masyarakat yang masih hidup dibawah
garis kemiskinan sehingga membutuhkan pananganan khusus dari
pemerintah desa dan pemerintah daerah.
Demikian juga halnya dengan peluang kerja, pada masyarakat yang
bekerja musiman dan ada juga yang bekerja tetap. Tantangan besar bagi
pemerintah desa adalah bagaimana pekerja musiman ini juga dapat bekerja
secara tetap dengan penghasilan yang memadai.

3. Struktur Pemerintahan Desa Krueng Beukah


 Keuchik :
 Sekretaris Desa :
 Kaur Umum :
 Kaur Keuangan :
 Seksi Pemerintahan :
 Kadus Tgk. Lampucok :
 Kadus Tgk. Tuha :
 Kadus Tgk. Ahmad :

B. Musyawarah Masyarakat Desa


Musyawarah Mufakat Desa (MMD) bertujuan untuk menyampaikan tujuan
atau maksud dari kegiatan PKL Mahasiswi selama di desa. Kegiatan yang
dilakukan selama tiga minggu tersebut antara lain Asuhan Gizi pada masyarakat,
Pelatihan kader, Penyuluhan, Edukasi Gizi. Pembukaan MMD dilakukan pada
hari Rabu, 18 Januari 2023 di Kantor Geuchik dan penutupan sekaligus
perpisahan dilakukan pada tanggal 04 Februari 2023 di Kantor Geuchik turut
dihadiri oleh perangkat desa dan beberapa masyarakat.

C. Pelatihan Kader
Pelatihan Kader dilakukan pada hari Selasa, 24 Januari 2023 di Posyandu
desa Krueng Beukah yang di ikuti sebanyak 5 kader Gampong Krueng Beukah.
Pelatihan kader mengambil topik tentang “Pelatihan Kader dalam mengukur
LILA dan Lingkar Kepala serta cara mengisi KMS”. Dari hasil pre test dan
post test didapatkan hasil pre test yaitu sebesar 53,3% dan hasil post test 80%,
dimana hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan
keterempilan dari kader dalam mengukur LILA dan lingkar kepala serta Pengisian
KMS.

 Pencapaian Hasil Pelatihan Kader


No Nama Pretest Kategori Post test Kategori

1. 60 B 80 B
2. 40 K 70 B
3. 70 B 100 B
4. 60 B 80 B

Rata-rata 53.3% 80%

 Pre-test
No. Tingkat pengetahuan Jumlah (n) %

1. Baik 3 50%
2. Kurang baik 3 50%
Jumlah 5 100%

 Post-test
No. Tingkat pengetahuan Jumlah (n) %

1. Baik 6 100%
2. Kurang baik 0 0
Jumlah 6 100%

D. Pelaksanaan Posyandu
Posyandu di desa Krueng Beukah dilaksanakan pada hari Kamis, 19
Januari 2023. Kegiatan yang dilakukan di posyandu merupakan penimbangan
balita kemudian di masukkan ke dalam buku KMS dan melihat status gizi bayi
dan balita. Kemudian kader memberikan PMT berupa Nasi putih, ayam goreng,
sup sayur, tempe dan buah beserta puding/bubur, setelah diberikannya PMT
kepada balita kemudian petugas gizi dari puskesmas memberikan penyuluhan
kepada ibu balita dan ibu hamil.

E. Edukasi Gizi (Penyuluhan)


1. Peranan Posyandu
Tempat penyuluhan : Balai Posyandu Desa Krueng Beukah,
Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh
Barat.
Waktu penyuluhan     : Dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Januari 2023,
pukul 10.00WIB
Sasaran Penyuluhan : Ibu-ibu Balita
Hasil Evaluasi : Untuk evaluasi tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan tentang peranan posyandu
pada anak sekolah dilihat melalui soal pre dan post
test. Untuk pengetahuan sebelum penyuluhan
diperoleh dari soal pre test dengan kategori kurang
baik sebanyak 50% sedangkan untuk pengetahuan
sesudah penyuluhan yang diperoleh dari soal post-
test meningkat dari sebelumnya dengan kategori
baik sebanyak 90%.

 Hasil Edukasi Gizi

 Baik >60

 Kurang Baik <60

 Pencapaian hasil penyuluhan Peranan Posyandu :


No Nama Pre test Kategori Post test Kategori

1. Santi Priawati 50 K 80 B
2. Yuli Indra Wahyuni 40 K 90 B
3. Ronayanti 60 B 100 B
4. Cut Tuti Haryanti 70 B 100 B
5. Putri Angraini 50 K 90 B
6. Estari Sri Wahyuni 60 B 100 B
7. Ria Sasmita 40 K 80 B
8. Herayanti 50 K 90 B
9. Irma Rahmayanti 50 K 100 B
10. Rina Safrina 40 K 80 B
11. Yusniar 40 K 80 B
Jumlah 550 990
Rata-rata 50,0 % 90,0 %

1. Pre-test
No. Tingkat pengetahuan Jumlah (n) %

1. Baik 3 27,3
2. Kurang baik 8 72,7
Jumlah 11 100

2. Post test
No. Tingkat pengetahuan Jumlah (n) %

1. Baik 11 100
2. Kurang baik 0 0
Jumlah 11 100

Dari hasil evaluasi terdapat adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan


sesudah (pre-test dan post-test peserta) penyuluhan tentang peranan posyandu
di desa Krueng Beukah. Untuk pengetahuan sebelum penyuluhan (pre test)
didapatkan hasil rata-rata bahwa sebanyak 50.0% sedangkan untuk
pengetahuan setelah mengikuti penyuluhan (post test) meningkat menjadi
90.0%.

F. Konseling Gizi
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah melakukan konseling gizi masyarakat dapat mengetahui pola
makan sesuai dengan jenis penyakit yang dialami oleh klien sehingga klien
dapat menerapkannya dengan benar.

b. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


1) Setelah melakukan konseling gizi masyarakat dapat memahami tujuan
diit yang diberikan oleh konselor.
2) Setelah melakukan konseling gizi masyarakat dapat mengetahui syarat-
syarat diit yang diberikan oleh konselor.
3) Setelah melakukan konseling gizi masyarakat dapat mengetahui jenis-
jenis bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan oleh
konselor.
4) Setelah melakukan konseling gizi masyarakat dapat mengetahui contoh
menu sehari yang diberikan oleh konselor.
2. Sasaran:
a. Target : 5 orang klien
b. Tercapai : 5 orang klien

3. Waktu dan Tempat pelaksanaan:


a. Waktu : 24 Januari 2023 s/d 28 Januari 2023
b. Tempat : Dirumah warga desa Gampong Krueng Beukah
c. Pukul : 12.30 WIB s/d selesai

4. Media dan Alat:


a. Media : Leaflet
b. Alat : Pulpen, kertas.

5. Penerapan Metode dan Media


Pada konsultasi ini konselor menggunkanan media leaflet sebagai alat
penunjang konseling agar berjalan efektif, yaitu salah satunya agar klien mudah
mengerti apa yang di sampaikan konselor. Selain itu, konsultasi ini juga
menggunakan metode tanya jawab dan diskusi dengan klien, yang bertujuan
untuk menciptakan suasana konsultasi yang nyaman, rileks dan efektif,
sehingga klien bisa bertanya-tanya kepada konselor apa saja yang ingin di
ketahui oleh klien dan kemudian mendiskusikan permasalahan yang di alami
oleh klien bersama konselor.

6. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan:


a. Bentuk Kegiatan
Kegiatanini dilaksanakandengan memberikan konseling kepada masyarakat
Gampong Krueng Beukah.
b. Uraian Kegiatan
1) Mempersiapkan kelengkapan sarana konseling
2) Melaksanakan konseling gizi
3) Melakukan evaluasi terhadap perubahan pada klien
c. Konseling Gizi
a) Balita Gizi Kurang
1. Analisis Masalah
M. Kadafi berusia 34 bulan memiliki berat badan 9,2 kg, tinggi
badan 83 cm. Beberapa bulan lalu mengalami demam, batuk lemas muntah
dan juga nafsu makannya berkurang.
2. Intervensi
Memberikan konseling gizi kepada ibu balita tentang asupan energi
yang adekuat sesuai dengan kebutuhan anak dan menyarankan untuk
memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya..
3. Konseling Gizi/Edukasi
 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya konsultasi gizi adalah berbagi ilmu
tentang asuhan gizi pada anak dengan tinggi energi dan protein.
- Jangka Pendek: Ibu balita dapat mengetahui tujuan dan makanan yang baik
diberikan kepada anak sesuai dengan umur dan kebutuhan nya.
- Jangka Panjang: Ibu balita dapat merubah kebiasa untuk tetap memberikan
makanan kepada anak sesuai dengan kebutuhan nya. Agar asupan
makanan dan nutrisi anak terpenuhi.
- Sasaran : M. Kadafi
- Waktu : Selasa, 24 Januari 2023, Pukul 09.00 wib± 30 menit
- Tempat : Rumah Ny. Ana Mareta
- Materi Konsulatsi : Diet TKTP

b) Balita Gizi Stunting


1. Analisis Masalah
Farisha berusia 48 bulan memiliki berat badan 12,5 kg, dan
tinggi badan 90 cm. Beberapa bulan lalu mengalami demam nafsu
makan menurun dan berat badan anak juga ikut menurun.
2. Intervensi
Memberikan konseling gizi kepada ibu balita tentang asupan
energi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan anak dan
menyarankan untuk memberikan makanan mp-asi yang tinggi
protein dan melanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun
3. Konseling Gizi/Edukasi
Tujuan :
- Adapun tujuan diadakannya konsultasi gizi adalah berbagi
ilmu tentang anak stunting dan bahaya stunting penyebab dan
akibatnya
- Jangka Pendek : Ibu balita dapat mengetahui tujuan dan
makanan yang baik yaitu diet serta menerapkan diet TETP
diberikan kepada anak sesuai dengan umur dan kebutuhan nya.
- Jangka Panjang : Ibu balita dapat merubah kebiasaan pola
makan anak dan terus memberi ASI kepada anak hingga usia 2
tahun. Memberi anak makanan yang tinggi energy dan protein.
Perkembangan anak tidak sesuai dengan anak seusianya
- Sasaran : Farisha
- Waktu : Rabu, 25 Januari 2022, Pukul 09.00 ± 30 menit
- Tempat : Rumah Ny. Yuslidar
- Materi Konsulatsi : Diet TETP

c) Balita Khusus (Demam, Diare)


1. Analisis Masalah
Aprilia Putri S. berusia 6 bulan memiliki berat badan 5,5 kg,
tinggi badan 60 cm. Menderita demam, Batuk-batuk dan, Muntah,
tidak ada alergi terhadap makanan apapun kebiasaan makan 3x/hari
dan selingan 2x/hari.
2. Intervensi
Memberikan konseling gizi kepada ibu balita tentang asupan
energi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan anak dan
menyarankan untuk memberikan selingan yang sehat dan bergizi
dan tetap melanjutkan memberi ASI hingga anak berusia 2 tahun.
3. Konseling Gizi/Edukasi
Tujuan :
- Adapun tujuan diadakannya konsultasi gizi adalah berbagi
ilmu tentang asuhan gizi pada anak dengan tinggi energi dan
protein.
- Jangka Pendek : Ibu balita dapat mengetahui tujuan dan
makanan yang baik diberikan kepada anak sesuai dengan umur
dan kebutuhan nya.
- Jangka Panjang : Ibu balita dapat merubah kebiasan untuk
tetap memberikan makanan kepada anak sesuai dengan
kebutuhan nya. Agar asupan makanan dan nutrisi anak
terpenuhi.
- Sasaran : Aprilia Putri S
- Waktu : Kamis, 26 Januari 2023, Pukul 09.00
± 30 menit
- Tempat : Rumah Ny. Martini
- Materi Konsulatsi : Diet Lambung

d) Ibu Hamil Anemia


1. Analisis Masalah
Ny. Supriyati berusia 24 tahun memiliki berat badan 55 kg,
tinggi badan 150 cm IMT 22 kg/m2 dan LILA 25 cm. Memiliki
riwayat penyakit lambung dan tidak memiliki alergi terhadap
makanan, hanya menyukai beberapa jenis sayuran tertentu seperti,
kangkung, bayam dan wortel dan menyukai hampir semua buah-
buahan. Makan 3x sehari dan 2x sehari selingan.
2. Intervensi
Memberikan konseling gizi kepada Ny. Supriyati tentang
asupan energi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan untuk ibu
menyusui agar ASI lancar dan sehat.
3. Konseling Gizi/Edukasi
Tujuan
- Adapun tujuan diadakannya konsultasi gizi adalah berbagi
ilmu tentang asuhan gizi pada ibu menyusui.
- Jangka Pendek : Ibu balita dapat mengetahui tujuan dan
makanan yang baik diberikan kepada anak sesuai dengan umur
dan kebutuhan nya. Serta asupan makanan yang baik untuk Ny.
Supriyati agar produksi ASI lancar.
- Jangka Panjang : Ibu balita dapat merubah kebiasan makan
makanan yang sehat dan bergizi, Agar asupan makanan dan
nutrisi anak terpenuhi.
- Sasaran : Supriyati
- Waktu : Kamis, 26 Januari 2023, Pukul 09.00 ± 30 menit
- Tempat : Rumah Ny. Supriyati
- Materi Konsulatsi : Diet TETP

e) Ibu Hamil KEK


1. Analisis Masalah
Ny. Cut Arma berusia 27 tahun memiliki berat badan 45 kg,
tinggi badan 153 cm IMT 19,22 kg/m2 dan LILA 22 cm. Tidak
memiliki riwayat penyakit dan alergi. Menyukai segala jenis
sayuran dan buahan terutama sayur bayam, makan 3x sehari dan 2x
selingan. Usia kehamilan 7 bulan, hamil anak pertama. Selama
masa kehamilan ada penurunan nafsu makan karna mual dan
muntah dan ada penurunan berat badan selama kehamilan pada
trimester pertama.
2. Intervensi
Memberikan konseling gizi kepada Ny. Cut Arma tentang
asuhan gizi pada ibu hamil, serta memberikan saran makanan yang
baik dikonsumsi selama masa kehamilan.
3. Konseling Gizi/Edukasi
Tujuan
- Adapun tujuan diadakannya konsultasi gizi adalah berbagi
ilmu tentang asuhan gizi pada ibu hamil
- Jangka Pendek : Klien dapat mengetahui tujuan dan
makanan yang baik dikonsumsi selama kehamilan.
- Jangka Panjang : Kilen dapat merubah kebiasan makan
makanan yang sehat dan bergizi seperti sayur dan buah Agar
asupan makanan dan nutrisi untuk ibu dan anak terpenuhi.
- Sasaran : Ny. Cut Arma
- Waktu : Sabtu, 28 Januari 2023, Pukul 09.00± 30 menit
- Tempat : Rumah Ny. Cut Arma
- Materi Konsulatsi : Diet TETP
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) dihadiri oleh tokoh-


tokoh masyarakat kampung, ibu-ibu serta para pemuda/i Desa Krueng Beukah
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, untuk menyampaikan
tujuan atau maksud dari kegiatan PKL mahasiswa/i selama di desa, antara lain
asuhan gizi pada masyarakat yang dilakukan pada minggu pertama, pelatihan
kader, penyuluhan, asuhan gizi individu, edukasi gizi. Pelatihan kader dilakukan
pada hari Selasa, 24 Januari 2023 di Balai Desa Krueng Beukah Kecamatan Pante
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.
Posyandu dilakukan di balai posyandu Desa Krueng Beukah pada hari
Kamis, 19 Januari 2023 kegiatan yang dilakukan pada posyandu adalah
penimbangan anak balita dan pengukuran tinggi badan. Tingkat partisipasi ibu dan
balita dalam mengikuti posyandu sudah lumayan ramai namun perlu ditingkatkan.

B. SARAN

Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Krueng Beukah belum


sesuai dan pengetahuan tentang kesehatan juga belum tepat, sehingga diharapkan
dengan adanya penyuluhan pada masyarakat, konseling gizi, dan pelatihan kader
dapat mengaplikasikan infomasi yang telah diberikan. Diharapkan agar ibu balita
dapat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan posyandu. Diharapkan kepada
tokoh masyarakat agar dapat memfasilitasi pengembangan/pemanfaatan pangan
lokal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Diharapkan
kepada ibu-ibu yang menjadi klien asuhan gizi, dapat menerapkan informasi yang
telah diberikan saat konseling oleh mahasiswi PKL. Diharapkan kepada sasaran
yang mengalami masalah gizi, agar dapat meningkatkan asupan makanan yang
bergizi.
DAFTAR PUSTAKA

PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Pt. Abadi, Jakarta.

Aini, S. N. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih
Pada Remaja Di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health, 2(1),2-8.

Almatsier, S. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

UNICEF. 1998. The State on the World Children. Oxford Univ. Press.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2010). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Litbangkes. Kemenkes RI. 2013.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasioal.


Jakarta.

Mary E. Beck. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan Penyakit-penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Lampiran I
PLAN OF ACTION

No Jenis Tujuan Kegiatan Rencana Sasaran Sarana Tempat Penanggung


Kegiatan Pelaksanaan Jawab
1. MMD Memperkenalkan Rabu, 18 Peserta PKL, Flipchart Balai Mahasiswa
(Musyawarah dan menjelaskan Januari 2023 Kepala Desa dan Pertemuan
Mufakat kegiatan selama dan Tokoh spanduk
Desa) PKL Masyarakat
2. Konseling Untuk memberikan Selasa-Sabtu, Balita, Formulir Rumah Mahasiswa
Asuhan Gizi intervensi pada 24-28 Januari Rematri, Asuhan Sasaran
Terpadu pada Kelompok Tertentu 2023 Bumil, Busui, Gizi
Kelompok Dewasa dan Individu
Tertentu Lansia
3. Diklat atau Pelatihan kader Selasa, 24 Kader Timbang Posyandu Mahasiswa
Pelatihan tentang Januari 2023 Posyandu an,
Kader antropometri, cara microtois
Posyandu mengisi KMS dan LILA,da
menentukan Status cin, soal
Gizi (Underweight, pre test
Wasting,dan dan post
Stunting) test
4. Penyuluhan -Untuk Kamis, 19 Ibu-ibu balita Flipchart Balai Mahasiswa
Gizi meningkatkan Januari 2023 Kertas Posyandu
pengetahuan siswa Hvs
siswi mengenai
jajanan sehat
5. Perpisahan Untuk melakukan Sabtu, 04 Peserta PKL, Flipchart Balai Mahasiswa
perpisahan praktek Februari Kepala Desa dan Pertemuan
kerja lapangan 2023 dan Tokoh spanduk
Masyarakat
Lampiran II
Term Of Reference
Manajemen Intervensi Gizi (MIG) Mandiri

A. LATAR BELAKANG
Masalah status gizi pada anak balita disebabkan oleh berbagai hal, baik
faktor langsung maupun tidak langsung.Faktor langsung timbulnya masalah
status gizi adalah adanya penyakit infeksi dan parasit serta konsumsi makanan
yang tidak mencukupi kebutuhannya. Penyebab utama gizi kurang bukan
hanya dari pangan, melainkan penyakit infeksi yang berulang-ulang menimpa
anak, diperberat lagi oleh faktor penyebab tidak langsung yang merupakan
faktor penunjang timbulnya kurang gizi antara lain pendidikan orang tua
rendah, kondisi sosial ekonomi (daya beli) keluarga rendah, ketersediaan
pangan di tingkat keluarga yang tidak mencukupi, pola konsumsi yang kurang
baik, pola distribusi pangan yang kurang merata, ada tidaknya pemeliharaan
kesehatan termasuk kebersihan makanan, fenomena sosial dan keadaan
lingkungan, serta fasilitas kesehatan yang masih sulit terjangkau (Khomsan,
2004).
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat, serta dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Sasaran jangka panjang yang akan dicapai adalah masalah
gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2010).
Prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang nasional pada tahun 2010
adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Target
pencapaian sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk
dan gizi kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4 % dalam
periode 2011 sampai 2015. (BPP Kemenkes RI, 2010).
Dari berbagai sumber data, perkembangan masalah gizi di Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, masalah gizi yang secara public health
sudah terkendal, masalah yang belum dapat diselesaikan (un-finished) dan
masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat
(emerging). Masalah gizi lain yang juga mulai teridentifikasi dan perlu
diperhatikan adalah defisiensi vitamin D. Demikian disampaikan mantan
Menkes RI dr.Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, saat memaparkan Arah Kebijakan
Pembagunan Gizi di Indonesia, pada kegiatan Widyakarya Nasional Pangan
dan Ahli Gizi ke X tahun 2012 di Jakarta.
Berdasarkan masalah dan data tersebut diatas, maka perlu dilakukan
pengkajian terhadap aspek gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya status gizi baik pada balita, ibu hamil serta ibu menyusui dan lain-
lain yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan dalam suatu kegiatan
pelaksanaan yang disebut sebagai Praktek Kerja Lapangan (PBL) melalui
kegiatan Managemen Intervensi Gizi (MIG).

B. TUJUAN
Untuk memberikan pengalaman belajar ketrampilan kepada mahasiswa.
Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa mampu melaksanakan intervensi gizi
dan evaluasi program gizi dalam skala mikro di desa, serta memahami
pengelolaan kegiatan program gizi dari Puskesmas dalam skala mikro yang
direncanakan baik program baru atau program yang sedang dibina masyarakat
desa.

C. OUTPUT KEGIATAN
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman praktik serta
melibatkan mahasiwa dengan masyarakat secara aktif dalam proses kegiatan
lapangan yang bertujuan untuk melihat masalah-masalah gizi pada khususnya
dan masalah kesehatan pada umumnya sekaligus memberikan kesempatan
untuk melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah gizi dan
kesehatan yang ada, sehingga diharapkan pada kegiatan ini yaitu, mampu
memberikan konstribusi bagi terselenggaranya gizi baik dan pelayanan
kesehatan yang optimal serta meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap
masalah gizi dan kesehatan yang dihadapinya dengan kegiatan yang lebih
terencana dan terkoordinasi.
D. KEGIATAN
a. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mandiri, terdiri dari kegiatan
screening gizi, MMD (Musyawarah Mufakat Desa), asuhan gizi terpadu
kelompok khusus, pelatihan kader gizi, edukasi gizi, penyuluhan gizi.
b. Waktu & Tanggal Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini di laksanakan pada tanggal 16
Januari sampai dengan tanggal 04 Februari 2023.
c. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Intervensi
Gizi (MIG) dilakukan di desa Krueng Beukah Kecamatan Pante
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.
d. Anggaran dan Rincian Anggaran
Sumber anggaran yaitu dari peserta PKL Mandiri (Mahasiswi).
e. Peserta
1. Dewi Sartika
2. Fikri Warman
3. Masriaton
4. Sarah Rahmanita
5. Yudha Ramdhar Wahyu
Lampiran III

Peta Kecamatan Pante Ceureumen

Peta Desa Krueng Beukah


DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MANDIRI DI DESA KRUENG BEUKAH KECAMATAN PANTE
CEUREUMEN KABUPATEN ACEH BARAT

Foto kegiatam MMD Desa

Foto Kegiatan Perpisahan PKL Sabtu, 04 Februari 2023


Foto Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu
Foto Kegiatan Penyuluhan Kesehatan di Posyandu

Foto bersama Kader Posyandu

Foto bersama Bidan Desa Krueng Beukah

Anda mungkin juga menyukai