Skripsi Adibin
Skripsi Adibin
SKRIPSI
Penyusun :
ADIBIN
NIM. P00313017052
1
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LANGARA, KABUPATEN
KONAWE KEPULAUAN
SKRIPSI
Penyusun :
ADIBIN
NIM.
P00313017052
2
3
4
5
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA
BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LANGARA, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
INTISARI
6
EVALUATION OF ADDITIONAL FOOD PROGRAMS DEFINITELY IN
THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER
KONAWE REGENCY OF ISLANDS
ABSTRACT
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, tetapi berkat
bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan ucapan penghargaan kepada bapak Petrus SKM, M.Kes selaku pembimbing I
dan ibu Hariani, SST, MPH selaku pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat
berharga kepaada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari
2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma DIV Gizi
4. Bapak dan Ibu dosen gizi yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaian penulisan proposal skripsi ini.
5. Ibunda Kholipah dan ayahanda Nurhasim yang sangat banyak memberikan bantuan
moral, material, arahan dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama
menempuh pendidikan.
6. Istriku tercinta Nur Hasanah yang selalu memberi semangat dan dukungan hingga
skripsi ini selesai
7. Rekan-rekan mahasiswa program studi DIV gizi yang telah banyak memberikan
masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4
E. Keaslian Penelitian.........................................................................................4
A. Telaah Pustaka.................................................................................................5
1. Pengertian Evaluasi.................................................................................... 5
4. Pelaksanaan...............................................................................................10
5. Pemantauan...............................................................................................11
7. Status Gizi.................................................................................................13
B. Kerangka Teori.............................................................................................18
C. Kerangka Konsep.........................................................................................19
i
BAB III METODE PENELITIAN
B. Objek Penelitian...........................................................................................21
D. Variabel Penelitian.......................................................................................22
E. Definisi Operasional.....................................................................................22
H. Prosedur Penelitian......................................................................................24
1 Tahap Pra-Penelitian..................................................................................24
I. Manajemen Data............................................................................................25
A. Hasil Penelitian..........................................................................................27
B. Pembahasan................................................................................................41
A. Kesimpulan................................................................................................49
B. Saran..........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
i
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Kategori indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) ....... 23
i
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Informant consent
3. Dokumentasi penelitian
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu
hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian
khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi.
%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi pada
anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal
diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi.
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi
stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan
balita risiko kurus 22,8 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).
prevalensi balita sangat kurus sebanyak 5,1% (PSG 2017). Masalah gangguan
tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) merupakan
1
Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis
dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan. Kurus dan
stunting pada usia sekolah akan berdampak pada performa belajar di sekolah, yang
data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita
(55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi
yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI dengan
kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil pengukuran
berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari minus dua Standar
tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten Konawe
Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja fluktuatif.
Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus menurut
BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan (biskuit
balita) yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi
(laporan Puskesmas Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang
2
mendasari peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di
Puskesmas Langara.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan
pada balita gizi kurus di Puskesmas Langara, kecamatan. Wawonii Barat, kabupaten
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus menurut BB/TB di Puskesmas
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui proses input yang meliputi tenaga, dana dan sarana, pada
Langara
d) Untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan pada anak balita kurus
3
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
Judul
No Peneliti Subyek Metode Persamaan Perbedaan
penelitian
Evaluasi
Program
1. Tempat,
Pemberian
Ka. waktu,
Makanan
Puskesmas, In-Depth 2. Terdapat
Sri Tambahan
Ka. Gizi Interview variable
Wahyuning Pemulihan
Puskesmas, (Wawanca Metode tambahan
1. sih, Mike untuk balita
Bidan desa, ra penelitian yaitu
Indriana gizi buruk Mendalam
dan 3 Ibu monitoring
Devi Di ).
pasien gizi pemberian
puskesmas
kurang PMT pada
Andong
balita
kabupaten
Boyolali
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Evaluasi
kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu
yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.
suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil kebijakan pemerintah yang
aktivitas untuk menilai kebijakan publik hanya saja spesifikasi mengacu pada
tujuan dan kriteria yang harus dievaluasi pada proses kebijakan publik.
melihat hasil yang dicapai atau tujuan dari target kebijakan yang telah
5
a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat
evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau putput
ditunjukkan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif
maupun negatif.
a) Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja
kebijakan, yaitu seberapa jauhkebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan publik.
b) Evaluasi memberi sumbangan pada klasifikasi dan kritik terhadap nilai- nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
c) Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
6
2. Pemberian Makanan Tambahan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak
balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24
gizi buruk. Sedangkan untuk jangka panjang, dibutuhkan suatu program berupa
kegiatan yang secara tidak langsung dapat mengatasi akar masalah dari
2.1. Tujuan
keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita gizi kurus
BB/TB, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tidak sakit ketika
7
gizi, khususnya pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu hamil,
penyuluhan lebih merupakan sarana bagi penyuluhan gizi bagi orang tua
posyandu.
(Moehji, 2009:52).
8
3. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
a) Kecamatan/Puskesmas
b) Desa/Kelurahan/Pustu/Poskesdes
c) Dusun/RW/Posyandu
Pendataan sasaran balita sesuai kriteria prioritas sasaran diatas
dan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
9
Menyampaikan data calon sasaran penerima PMT ke
pemulihan).
4. Pelaksanaan
4.1 Pendistribusian
syarat
1
3. Pada kondisi dimana tidak memungkinkan MT dikirim langsung dari
terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti penerimaan barang
yang ditunjuk/kader.
5. Pemantauan
1
awal dan akhir pelaksanaan PMT. Pemantauan dilakukan oleh kepala
bentuk elektronik melalui aplikasi e-PPGBM yang merupakan bagian dari sistem
informasi gizi terpadu untuk mencatat data sasaran individu baik data
secara langsung berdasarkan status gizi sasaran. Menu entri Konsumsi MT,
berguna untuk merekam jumlah dan jenis MT yang diterima serta menyajikan
a) Puskesmas
ePPGBM agar dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan status
gizinya
1
b) Kabupaten/Kota dan Provinsi
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri
oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan dianalisis oleh
c) Provinsi
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri
oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan dianalisis oleh
provinsi online melalui menu konsumsi PMT Umpan balik dapat dilakukan
d) Pusat
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri
oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan dianalisis oleh
pusat online melalui menu konsumsi PMT. Umpan balik dapat dilakukan
7. Status Gizi
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi
di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
1
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.
1. Penilaian Langsung
a) Antropometri
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai
jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
b) Klinis
terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal in dapat
mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
1
c) Biokimia
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja
d) Biofisik
secara tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi yang
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan
gizi.
b) Statistik Vital
1
c) Faktor Ekologi
interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan
(Supariasa, 2012:19-21).
2) Gizi kurang
tidak cukup makan, dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang
3) Gizi lebih
1
c) Gizi Buruk : apabila berat badan balita <-3 SD Klasifikasi
1
b. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan
input (Masukan)
1. Sarana
2. Dana
3. Tenaga
Proses
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pemantauan
4. Pencatatan dan
Pelaporan
Output/Keluaran Keberhasilan
Program PMT
1. Cakupan kegiatan
2. Ketepatan
a. Sasaran
b. Distribusi
c. Waktu
Monitoring
Indikator keberhasilan
Balita gizi kurus sembuh
Faktor Lingkungan
1
1
BAB III
METODE PENELITIAN
karena dengan evaluasi dapat diketahui efektivitas program PMT-anak balita yang
telah dilaksanakan dalam peningkatan status gizi balita penerima PMT-anak balita.
Subjek penelitian adalah kepala puskesmas yang telah bertugas selama 2 tahun sebagai
kepala Puskesmas Langara serta dua petugas pengelola PMT-anak balita yang terdiri
dari petugas gizi puskesmas dengan latar belakang pedidikan S1 gizi yang telah
pada tape recorder dengan kepala puskesmas dan pengelola program PMT-anak
balita, serta dengan menggunakan check list dokumen. Analisis data dengan cara
dengan bidang-bidang yang akan dianalisis kemudian dilakukan penafsiran data secara
20
B. Informan
1. Jumlah Informan
2. Identitas Informan
Informan Kepala
HN Perempuan 48 S1
I Puskesmas
Informan Tenaga Gizi
SS Perempuan 31 D4 Gizi
II Puskesmas
Informan D3
IA Perempuan 24 Bidan desa
III Kebidanan
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi (TPG)
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan selama dua hari dimulai pada tanggal 30
2
E. Variabel Penelitian
1. Input (tenaga, dana dan sarana) Pemberian Makanan Tambahan pada balita
kurus
F. Definisi Operasional
1. Evaluasi yang ingin diamati dalam penelitian ini yaitu meliputi input (tenaga, dana
dan sarana), proses pendistribusian PMT dan melihat apakah ada perubahan
dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin
dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan
3. input merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk menerima data masukan
yang digunakan sebagai komponen penggerak/ menangkap data/pemberi tenaga
dimana sistem itu dioperasikan atau yang akan dimasukan yang berupa dokumen-
dokumen dasar. Input dalam penelitian yaitu meliputi tenaga, dana dan sarana.
4. Proses dalam penelitian ini yaitu persiapan, pelaksanaan, pemantauan, pencatatan
dan pelaporan.
5. Perubahan berat badan yaitu terjadinya kenaikan berat badan setelah pemberian
2
6. Dalam penelitian ini status gizi balita di nilai menggunakan indeks Berat
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
2010:76). Adapun yang akan diwawancara dalam penelitian ini yaitu kepala
puskesmas, tenaga pelaksana gizi dan bidan desa yang berhubungan dengan
Pengukuran berat badan dilakukan oleh petugas gizi puskesmas. Data berat
badan dan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian diambil dari laporan
2
H. Instrument dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa
panduan wawancara, buku catatan, alat perekam, timbangan dan alat pengukur
Tinggi/Panjang badan.
I. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Pra-Penelitian
diteliti.
Puskesmas Langara).
Puskesmas Langara.
2
a) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan (sumber
b) Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah yang
dilakukan.
data mentah.
J. Manajemen Data
diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data kasar
2
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengambilan data
Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
2
BAB IV
A. Hasil Penelitian
di Desa Langara Iwawo dan pada akhir bulan Maret bangunan baru UPTD
tergolong dataran dengan topografi datar dan berbukit. Apabila dilihat dari peta
yaitu 3 Km.
Kecamatan Wawonii relative mudah. Hal tersebut didukung oleh kondisi jalan
27
Kabupaten Konawe Kepulauan mempunyai batas-batas wilayah:
menurut kecamatan pada tahun 2016, disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Desa
Di UPTD Puskesmas Langara
Tahun 2016
JUMLAH Luas
NO DESA
PENDUDUK (Ha)
1 LANGARA BAJO 473 8
2 MATA LANGARA 481 8
3 LANGARA INDAH 688 12
4 LAMOLUO 512 8
5 MATABAHO 362 6
6 LANGARA IWAWO 1036 18
KEL. 14
7 1270
LANGARA
LAUT
8 BUKIT PERMAI 147 11
9 WAWOBILI 185 6
10 WAWOLAA 419 3
11 L. TANJUNG BATU 466 7
12 PASIR PUTUH 267 5
13 LANGKOWALA 461 6
14 LANOWATU 164 10
15 LANTULA 218 5
16 KAWA-KAWALI 314 3
Jumlah 7463 130
Sumber: Data Rill Sasaran Gizi KIA tahun 2016
2
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelurahan Langara Laut merupakan
jumlah penduduk yang paling tertinggi yaitu 1.270 jiwa sedangkan Desa Bukit
2. Sarana Kesehatan.
sarana dan prasarana dan tenaga Dokter. Tenaga dokter yang ada sangat
terbatas, hal ini perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga medis serta
Konawe Kepulauan.
Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu dan Polindes yang ada saat ini
Konawe Kepulauan, selain itu saat ini di UPTD Puskesmas Langara juga telah
dibangun beberapa rumah dinas yang nantinya dapat digunakan oleh para tenaga
2
Akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat terutama
keluarga miskin di Kecamatan Wawonii Barat pada masa ini masih merupakan
Dimasa mendatang sarana kesehatan dasar yang ada sangat perlu mengalami
2. Tenaga Kesehatan.
3
TENAGA KESEHATAN
16 17
16
14
12
10 7 3
8
6 3
3
4 1 111
2
0
Puskesmas Langara berjumlah 3 orang terdiri dari 1 Pegawai Negri Sipil dan 2
orang tenaga kontrak. Tenaga Kesehatan yang tertinggi yaitu perawat sebesar
17 orang dan Tenaga Kesehatan yang terendah yaitu dr. Umum, Perawat Gigi,
3. Penilaian Input
a. Petugas
program pemberian makanan tambahan biskuit MP- ASI kepada balita kurus
6-59 bulan di wilayah kerja puskesmas. Jumlah petugas gizi yang melakukan
3
kader posyandu. Petugas gizi mendapatkan pelatihan tentang pemberian
b. Dana
dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun 2018. Adapun dana
c. Sarana
adapula kendaraan dinas roda dua berupa sepeda motor yang di gunakan
3
4. Proses
makanan tambahan kepada balita penderita gizi kurus selama 90 hari berturut-
pemulihan.
tambahan pemulihan.
4.1 Persiapan
kegiatan atau program. Apabila suatu kegiatan dipersiapkan dengan baik maka
3
tersebut.
dahulu petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi makanan tambahan
tambahan pemulihan seharusnya yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi
kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD dan di utamakan keluarga yang
“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus
berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu
dan tidak sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita
tersebut sembuh maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain.
Sasaran balita tahun 2018 ini balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan
BB/TB tapi waktu pelatihan tahun sebelumnya itu bidan yang ikut,
sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman melanjutkan. Biskuit yang di
kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi biskuitnya nanti datang
akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 tahun) terkait
Puskesmas Langara yaitu dengan melihat dari penimbangan berat badan balita
-2 SD.
3
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017 bahwa Sasaran utama
makanan tambahan (MT) Balita adalah balita kurus usia 6-59 bulan dengan
indikator Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB)
kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 SD) yang tidak rawat inap dan di
Penentuan makanan tambahan yang akan diberikan kepada balita gizi kurus
tambahan yang diberikan berupa biskuit pabrikan yang berasal dari Kementerian
paket makanan yang diberikan pada balita gizi kurus berupa makanan pabrik
yaitu biskuit MP
Kotak 2
“makanan yang diberikan pada balita gizi kurus yaitu biskuit pabrikan”
(Informan 1, HN 48 thn)
3
berupa biskuit pabrikan yang telah diberikan dari Kementerian Kesehatan.
4.2 Pelaksanaan
dengan bidan desa dan kader posyandu. Jadwal distribusi pemberian makanan
posyandu, selain itu ada juga yang datang langsung mengambil makanan
makanan
4.3 Pemantauan
melihat perkembangan berat badan balita yang di pantau setiap bulannya ketika
3
provensi untuk melihat gudang penyimpanan dan proses pelaksanaan
“Iya, kalo kemarin pas pengadaan datang dinas kabupaten dan dinas
provinsi datang memantau terus setelah beberapa minggu dinas
provensi datang kembali untuk melihat penyaluran dan penyimpanannya.
Terus ini kalo dinas kabupaten sendiri setiap bulan ada memantau
pemberiannya.
Kalo dari kami sesuai juklaknya kami ikuti. Dilihat dulu balitanya, terus
pencatatannya, terus hasil akhirnya kita pantau, balita yang menerima
suka atau tidak juga kami melakukan pencatatan”.
“Kalo dari kepala puskesmas sendiri karena setiap bulan kan kami
adakan MINLOK jadi setiap bulan kami laporkan berapa yang balita
kurus terus berapa setok PMT yang ada”.
Langara.
“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh
mana perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu
juga kita melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya
melaporkan perkembangannya pada waktu MINLOK”.
informan :
37
“Pencatatanya kami lakukan setiap pemberian, kebetulan pemberianya
kan setiap bulan jadi pencatatanya juga setiap bulan. Yang dicatat yang
pertama ada sasaranya, kami lihat juga status gizinya, terus setiap
bulan kami lihat bagaimana perkembangan berat badanya terus adan
juga pencatatnya sudah berapa banyak jumlah yang di berikan. Kalo
pelaporannya setiap bulan kita laporkan ke dinas kesehatan provinsi”.
5. Penilaian Output
a. Ketepatan Jumlah
JUMLAH PMT
TANGGAL
NO NAMA BALITA YANG
LAHIR
DIBERIKAN
1 As 07/11/2016 7 Dos
2 AR 22/11/2016 8 Dos
3 DA 10/08/2014 4 Dos
4 ES 11/10/2016 8 Dos
5 LD 17/01/2016 8 Dos
6 A 05/06/2013 6 Dos
7 Ah 19/01/2017 8 Dos
8 NH 28/09/2015 6 Dos
9 NK 15/12/2016 8 Dos
10 Bs 05/10/2015 2 Dos
11 RP 17/03/2017 4 Dos
12 S 08/06/2016 4 Dos
13 H 13/10/2016 9 Dos
14 SA 24/06/2015 8 Dos
15 JH 12/12/2015 7 Dos
16 Ft 21/03/2015 8 Dos
3
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang mendapat
dipantau setiap bulan. Balita gizi kurus di ukur berat badanya setiap bulan di
posyandu. Dari hasil pengukuran berat badan yang di lakukan oleh petugas
3
% Kenaikan Berat Badan Balita yang mendapatkan PMT
34,33
35,00
30,00
26,56 26,15 25,37
25,00 23,08 22,73 23,46
20,93
20,00 18,18 18,26 18,75 18,39 18,16
17,81
16,92 16,90 16,92
14,81 14,78
15,00 13,73 13,64 13,79
12,79 12,50
11,27 11,94 14.51
10,96
10,00 7,69 7,84 8,70 9,37 7,69
6,90 6,25 7,00
5,63 5,48 5,81 5,26 7.56
4,94
5,00 2,94 3,45
- - - - - - -
-
40
Gambar 4 menunjukkan grafik persen kenaikan berat badan balita yang
mendapatkan PMT dapat dilihat rata-rata kenaikan berat badan balita gizi kurus
berat badan sebesar 7,56% atau 0.58 kg, pada bulan kedua rata-rata mengalami
kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan
badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%. Pada gambar 4 juga dapat kita lihat
bahwa ada 4 balita pada bulan pertama dan kedua Pemberian Makanan Tambahan
tidak dilakukan penimbangan berat badan karena balita tersebut tidak datang
B. Pembahasan
Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan evaluasi,
sistem. Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana
penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, process dan
output.
1. Input
Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri
tempat pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia (tenaga), dana
serta sarana dan prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsur
4
a. Sumber Daya Manuasi (Petugas)
yang berkualitas dan sangat memadai, agar mereka bisa tanggap dalam
makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara dalam hal ini
balita gizi kurus di puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader
posyandu.
b. Dana
4
dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran 2018.
ini yaitu sebagai dana transportasi dari puskesmas ke desa tempat tinggal
4
2. Proses
merekap semua jumlah balita gizi kurus di wulayah kerja puskesmas Langara
secara efektif dan efisien, sesuai dengan unsur-unsur pokok dalam manajemen
(Moehji, 2007:50).
balita yang mendapat makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu balita gizi
4
bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD
karena yang mengikuti kegiiatan pada saat pelatihan dan penentuan sasaran
untuk balita yang akan mendapat makanan tambahan tahun 2017 di laksanakan
puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader. Berdasarkan hasil wawancara
peran bidan desa dan kader posyandu dalam pendestribusian PMT ini yaitu
sebatas membagiakan pada saat posyandu. Jadi pada saat posyandu sasaran yang
3. Output
4
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian
gizi kurus umur 6-59 bulan dengan kategori BB/PB atau BB/TB di bawah minus
2 standar devisiasi (-2 SD). Namun sasaran yang diberikan makanan tambahan
dibawah -2 SD.
Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita
gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang
mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan sasaran tersebut, jadi pada saat
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas
gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita
menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman atau rencana yang sudah
4
(Agustino, 2014:166).
badannya pada saat pemberian makanan tambahan bulan pertama dan kedua, hal
ini karena balita tersebut tidak datang ke posyandu sehingga pada bulan pertama
yang mendapat PMT oleh petugas gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa
terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut
berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata mengalami
kenaikan berat
4
badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan ketiga balita
dilakukan secara teratur sekali setiap bulan, catat angka berat badan anak pada
KMS sesuai dengan usia anak waktu ditimbang untuk melihat apakah
2007:27-28).
Apabila kenaikan berat badan anak (BB) anak lebih rendah dari yang
kekurangan gizi dan sebaliknya apabila BB lebih besar dari yang seharusnya
4
BAB V
A. Kesimpulan
Langara seperti sumber daya manusia (petugas), dana dan sarana berupa
kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy petunjuk
pemberian makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017, sudah cukup
memadai untuk melakukan distribusi makanan tambahan pada balita gizi kurus.
waktu distribusi. Sasaran balita yang diberikan makanan tambahan belum tepat
sesuai JUKNIS. Waktu pemberian telah dilakukan sesuai dengan JUKNIS yaitu
4
kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan
badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%. Berdasarkan data tersebut dapat
B. Saran
2. Petugas perlu melakukan swiping penimbangan bagi balita yang tidak datang
5
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi II Kedokteran EGC. Jakarta. Badan
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
5151
Kemenkes RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Jakarta: Kemenkes RI
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf. Diakses tanggal
01 mei 2018 jam 09.30 WITA.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes
RI. Jakarta
Moehji, Sjahmen. 2007. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Penerbit Papas Sinar
Sinanti. Jakarta.
Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8).
Alfabeta. Bandung
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Saryono.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta
5
5
OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
MENURUT PEDOMAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2017
(Mengberi tanda (√) pada kolom yang disediakan sesuai denga hasil
observasi)
5
2. Pelaksanaan
a. Pendistribusian
3. Pemantauan
a. Bidan Desa
Melakukan pemantauan
perkembangan status gizi balita
melalui pengukuran BB dan TB.
Dilakukan setiap bulan.
Melakukan pemantauan mengenai
daya konsumsi balita terhadap makanan
yang diberikan.
b. Tenaga Gizi Puskesmas, Kepala
Puskesmas dan Dinas Kesehatan melakukan
pemantauan mengenai perkembangan status
gizi balita gizi kurus setip bulan.
5
4. Pencatatan dan Pelaporan
a. Orangtua balita
Melakukan pencatatan harian
sederhana mengenai konsumsi
makanan yang diberikan
b. Bidan Desa
Melakukan pencatatan
perkembangan status gizi balita
setiap bulan
Melaporkan hasil
pencatatan ke puskesmas
setiap bulan
c. Tenaga Gizi Puskesmas
Melakukan pencatatan kembali
mengenai perkembangan/kondisi
balita gizi kurus setiap bulan.
Melaporkan hasil pencatatan ke
dinas kesehatan setiap bulan.
Melaporkan penggunaan dana BOK.
5
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BAILITA KURUS BB/TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LANGARA, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
5
17. Apa yang Anda lakukan jika ada yang tidak mengambil?
18. Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi kurus?
5
19. Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
20. Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
21. Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan PMT ke
Dinas Kesehatan? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah normal). (Jika
ya) Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika tidak)Mengapa Anda
tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil PMT?
22. Apakah ada pemantauan dari Dinas Kesehatan? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
23. Apakah ada pemantauan dari Kepala Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
24. Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?
6
Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama Menjabat : Informan Bidan
II. Daftar Pertanyaan
1.
Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara?
2.
Apakah pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai dengan yang
ditetapkan kemenkes?
3.
Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten
Konawe Kepulauan?
4.
Apakah ada kelompok ibu balita sasaran PMT?
5.
Apakah ada kelompok kader pelaksana PMT?
6.
Apakah ada sosialisasi ke kader tentang rencana PMT?
7.
Apakah ada rapat koordinasi dan organisasi pelaksana sebelum PMT
dilakukan?
8.
Siapa saja penerima PMT di Puskesmas Langara? Bagaimana cara
menentukan sasaran balita penerima PMT?
9.
Apakah Anda melakukan konfirmasi status gizi kepada calon
penerima PMT? Apakah sasaran penerima PMT sesuai dengan yang
ditetapkan kemenkes?
10.
Apa saja paket makanan tambahan yang di berikan?
11.
Bagaimana cara menentukan jenis makanan tambahan pemulihan di
Puskesmas Langara? Disesuaikan berdasarkan kebutuhan balita atau disama
ratakan?
12.
Berapa lama PMT diberikan ? Setiap apa pengambilannya?
13.
Dimana biasanya paket makanan tambahan dapat diambil?
14.
Apakah ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada orangtua balita
mengenai pengambilan paket PMT?
15.
Apakah Anda memberikan konseling dan pengukuran pada saat
pemberian paket makanan tambahan?
16.
Apakah orangtua penerima PMT mengambil sesuai jadwal?
6
17.
Apakah ada yang tidak mengambil?
18.
Apa yang akan dilakukan jika ada yang tidak mengambil?
19.
Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi
kurus?
20.
Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
21.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
22.
Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan
PMT ? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah normal).
(Jika ya)
23.
Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika tidak)Mengapa Anda
tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil PMT?
24.
Apakah ada pemantauan dari Tenaga Gizi Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
25.
Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?
6
. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Informan Kepala Puskesmas
4. Lama Bekerja :
II. Daftar Pertanyaan
1.
Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara Apakah
pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai dengan yang
ditetapkan kemenkes?
2.
Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten Konawe
Kepulauan?
3.
Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi
kurus?
4.
Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
5.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
6.
Apakah Anda melakukan pemantauan program PMT di Puskesmas
Langara? Setiap apa? Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?
6
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) MENJADI
INFORMAN
“Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Gizi Kurus di Wilayah
Kerja Puskesmas Langara, Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2018”, maka dengan ini
menyatakan bersedia untuk menjadi Informan dalam penelitian ini, tanpa ada paksaan dari
pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
Informan
6
6
66
6
6
NASKAH PUBLIKASI
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA
BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LANGARA, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Adibin dengan bimbingan Petrus dan Hariani
INTISARI
6
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu
hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus
karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus dan
prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2
%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi
pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal
diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi. Hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi stunting pada
balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko
kurus 22,8 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 diketahui bahwa
prevalensi balita kurus di provensi Sulawesi Tenggara sebesar 8,3 %, sedangkan
prevalensi balita sangat kurus sebanyak 5,1% (PSG 2017). Masalah gangguan tumbuh
kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) merupakan masalah yang
perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang
amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik
maupun kecerdasan. Kurus dan stunting pada usia sekolah akan berdampak pada
performa belajar di sekolah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas Sumber
Daya Manusia. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa
lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 2014).
Pemberian makanan tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok rawan gizi
yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI dengan kategori
kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari minus dua Standar Deviasi (<-2
Sd) (Juknis Pemberian Makanan Tambahan, Ri n.d.).
Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan makanan
tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten Konawe
Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja fluktuatif.
Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus menurut
BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan (biskuit balita)
yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi kurus
menurut BB/TB yang mendapatkan makanan tambahan berjumlah 6 orang (laporan
Puskesmas
7
Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang mendasari peneliti ingin
melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Langara.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan masalah
adalah Bagaimanakah pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pada balita
gizi kurus di Puskesmas Langara, kecamatan. Wawonii Barat, kabupaten Konawe
Kepulauan tahun 2018.
Tujuan Penelitian
3. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus menurut BB/TB di Puskesmas Langara,
Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan
4. Tujuan Khusus
e) Untuk mengetahui proses input yang meliputi tenaga, dana dan sarana, pada
program pemberian makanan tambahan anak balita kurus di Puskesmas Langara
f) Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pembrian Makanan Tambahan pada anak
balita kurus di Puskesmas Langara
g) Untuk mengetahui output Pembrian Makanan Tambahan pada anak Balita kurus di
Puskesmas Langara.
h) Untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan pada anak balita kurus
sebelum dan setelah Pemberian Makanan Tambahan
Manfaat Penelitian
5. Sebagai informasi bagi pemerintah khususnya Puskesmas Langara dan dinas terkait
dalam merumuskan kebijakan berhubungan dengan pemberian makanan tambahan
pada anak balita.
6. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan anak
balita yang mendapatkan makanan tambahan
7. Sebagai wahana belajar bagi peneliti tentang evaluasi Pemberian Makanan
Tambahan anak balita
8. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi untuk penelitian
selanjutnya dengan objek yang relevan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian
evaluasi dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam). Waktu dan
Tempat Penelitian : Penelitian ini telah dilakukan selama dua hari dimulai pada
tanggal 30 s/d 31 juli tahun 2018 di puskesmas Langara Kabupaten Konawe Kepulauan.
7
Objek Penelitian : Objek dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, tenaga
pelaksana gizi (TPG) dan bidan desa.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara mendalam
(indepht interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Saryono, 2010:76). Adapun yang
akan diwawancara dalam penelitian ini yaitu kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi
dan bidan desa yang berhubungan dengan pemberian makanan tambahan. Sementara
teknik pengambilan data sekunder penelitian ini ialah dengan studi literatur.
Pengukuran berat badan dilakukan oleh petugas gizi puskesmas. Data berat badan
dan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian diambil dari laporan programer gizi
puskesmas Langara.
Prosedur Penelitian
4. Tahap Pra-Penelitian
f) Melakukan studi pustaka
g) Mengurus perijinan studi pendahuluan
h) Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan dan
Puskesmas Langara.
i) Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.
j) Menyusun proposal skripsi
5. Tahap Pelaksanaan Penelitian
c) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan
d) Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah yang
dilakukan.
6. Tahap Pasca Penelitian
e) Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan
f) Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder.
g) Analisis data dan membandingkan dengan petunjuk teknis program pemberian
makanan tambahan balita
h) Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.
Manajemen Data
Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan diperoleh
suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui manajemen data.
Manajemen data merupakan proses merangkum, memilih hal- hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan di lapangan dengan langkah mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang
tidak perlu
7
Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi
dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
HASIL DAN
PEMBAHASAN HASIL
7
Puskesmas Langara Tahun 2016. Yaitu 4 Polindes, 1 Puskesmas dan 16 Posyandu.
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma hidup
sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan melalui upaya pendidikan dan
pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018, selengkapnya
disajikan pada Grafik. 1 sebagai berikut ini:
TENAGA KESEHATAN
16 17
16
14
12
10 7 3
8
6 3
4 3
1 111
2
0
Penilaian Input
Petugas
Petugas adalah orang yang bertanggung jawab dan mengkoordinir program
pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI kepada balita kurus 6-59 bulan di wilayah
kerja puskesmas. Jumlah petugas gizi yang melakukan pendistribusian biskuit Makanan
Tambahan di puskesmas Langara berjumlah 3 orang. Selain itu dalam proses
pendistribusian petugas gizi dibantu oleh bidan dan kader posyandu. Petugas gizi
mendapatkan pelatihan tentang pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI di tingkat
Kabupaten dengan pemateri yang berasal dari Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi
Tenggara.
7
Dana
Sarana
7
Sebelum kegiatan pemberian makanan tambahan dilaksanakan terlebih dahulu
petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi makanan tambahan pemulihan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Langara
mengatakan bahwa balita yang mendapatkan paket makanan tambahan pemulihan
seharusnya yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau
BB/TB dibawah -2 SD dan di utamakan keluarga yang kurang mampu. Berikut petikan
hasil wawancara dengan informan utama :
( Informan 2, SS, 31 thn)
“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus
berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu dan tidak
sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita tersebut sembuh
maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain. Sasaran balita tahun 2018 ini
balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan BB/TB tapi waktu pelatihan tahun
sebelumnya itu bidan yang ikut, sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman
melanjutkan. Biskuit yang di kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi
biskuitnya nanti datang akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.
7
(Informan 3, IA, 24 )
Berdasarkan hasil wawancara dari ke tiga informan diperoleh keterangan bahwa
makanan yang diberikan kepada balita gizi kurus berupa biskuit pabrikan yang telah
diberikan dari Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan
Pemantauan
7
Kotak 5 (Informan 2, SS 31 thn)
“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh mana
perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu juga kita
melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya melaporkan
perkembangannya pada waktu MINLOK”.
1. Penilaian Output
a. Ketepatan Jumlah
7
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang mendapat makanan
tambahan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 16 orang.
PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat
digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana penilaian secara
komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, process dan output.
5. Input
Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri tempat
pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia (tenaga), dana serta sarana
dan prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam
suatu pelaksanaan suatu program.
7
d. Sumber Daya Manuasi (Petugas)
Petugas yang mengelola pelaksanaan program pemberian makanan tambahan
balita gizi kurus di puskesmas Langara dalam hal ini petugas gizi telah mendapatkan
pelatihan di tingkat kabupaten Konawe Kepulauan dengan pemateri yang berasal dari
dinas kesehatan Provensi. Selain petugas gizi pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan
kader posyandu.
e. Dana
Dana yang digunakan dalam pelaksanaan pendistribusian program pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus berasal dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan
(BOK) tahun anggaran 2018. Adapun dana yang dimaksud dalam pelaksanaan
pendistribusian PMT ini yaitu sebagai dana transportasi dari puskesmas ke desa tempat
tinggal balita gizi kurus.
f. Sarana dan Prasarana
Sarana yang digunakan dalam poses distribusi di puskesmas Langara yaitu
kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy petunjuk
pelaksanaan program makanan tambahan tahun 2017, formulir pelaporan pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas gizi dipuskesmas Langara diperoleh keterangan bahwa sarana yang ada di
puskesmas Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan
tambahan pada balita gizi kurus.
6. Proses
Proses pelaksanaan pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara
dilakukan mulai dari perencanaan jumlah sasaran. Adapun Jumlah sasaran yang
digunakan untuk program pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu
menggunakan sasaran riil. Petugas puskesmas merekap semua jumlah balita gizi kurus
di wulayah kerja puskesmas Langara kemudian mengumpulkan rekapan tersebut ke
Dinas Kesehatan kabupaten Konawe Kepulauan. Selanjutnya Dinas Kesehatan
kabupaten merekap semua jumlah balita gizi kurus di wilayah kabupaten Konawe
Kepulauan dan mengajukannya ke Dinas Kesehatan Provensi.
Berdasarkan hasil wawancara sasaran yang digunakan untuk menentukan balita
yang mendapat makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu balita gizi kurang
BB/U. Sedangkan menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan pemberian Makanan
Tambahan tahun 2017 sasaran balita yang mendapat makanan tambahan yaitu balita
usia 6-59 bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2
SD dan di utamakan keluarga yang kurang mampu.
Apabila dibandingkan dengan JUKNIS Pemberian Makanan Tambahan yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara
tersebut jelas belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan
tambahan. Ketidak sesuaian ini diakibatkan karena yang mengikuti kegiiatan pada saat
pelatihan dan penentuan sasaran
8
untuk balita yang akan mendapat makanan tambahan tahun 2017 di
laksanakan oleh Bidan .Sehingga terjadi ketidak sesuaian sasaran.
7. Output
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian makanan
balita gizi kurus (berdasarkan indikator BB/U). Berdasarkan Juknis Pelaksanaan
pemberian makanan tambahan tahun 2017 dari Kementerian Kesehatan seharusnya
sasaran yang mendapat makanan tambahan yaitu balita gizi kurus umur 6-59 bulan
dengan kategori BB/PB atau BB/TB di bawah minus 2 standar devisiasi (-2 SD).
Namun sasaran yang diberikan makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu balita
gizi kurang berdasarkan indeks BB/U dibawah -2 SD.
Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita gizi
kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang mngikuti,
sehingga sasaran yang di gunakan sasaran tersebut, jadi pada saat distribusi sasaran
tersebut yang digunakan.
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas gizi di
puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus
ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan.
8. Kenaikan Berat Badan
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan yang
diterbitkan oleh Kemenkes RI (2017) disebutkan bahwa kegiatan pemantauan
dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan program. Pemantauan meliputi
pelaksanaan program, pemantauan berat badan setiap bulan, sedangkan pengukuran
panjang/tinggi badan hanya pada awal dan akhir pelaksanaan pemberian makanan
tambahan dan memastikan makanan dikonsumsi oleh balita. Pemantauan dan
bimbingan teknis dilakukan oleh kepala puskesmas, tenaga pelaksanan gizi puskesmas
atau bidan di desa.
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 4 balita yang tidak dilketahui berat badannya
pada saat pemberian makanan tambahan bulan pertama dan kedua, hal ini karena balita
tersebut tidak datang ke posyandu sehingga pada bulan pertama dan kedau tidak di
lakukan penimbangan pada balita tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 thn) pemantauan berat
badan balita yang mendapat makanan tambahan dilakukan setiap bulan di posyandu.
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita yang mendapat PMT oleh petugas gizi
di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus
ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan. Pada bulan pertama
pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami
kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata
mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada
bulan ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat
badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%.
8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara
seperti sumber daya manusia (petugas), dana dan sarana berupa kendaraan roda dua
(sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy petunjuk pelaksanaan program
makanan tambahan tahun 2017, formulir pelaporan pemberian makanan tambahan
balita gizi kurus tahun 2017, sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi
makanan tambahan pada balita gizi kurus.
2. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara belum sesuai
dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan. Karena penentuan
sasaran yang akan mendapat makanan tambahan menggunakan indikatori BB/U
dibawah -2 SD sedangkan sesuai JUKNIS seharusnya menggunakan indikator BB/TB
dibawah -2 SD. .
3. Output program pemberian makanan tambahan berupa ketepatan sasaran dan waktu
distribusi. Sasaran balita yang diberikan makanan tambahan belum tepat sesuai
JUKNIS. Waktu pemberian telah dilakukan sesuai dengan JUKNIS yaitu di berikan
selama 90 hari makan.
4. Pada bulan pertama pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan makanan
tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan
kedua rata-rata mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%,
sedangkan pada bulan ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami
kenaikan berat badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan berat badan balita ketika mengkonsumsi
biskut makanan tambahan yang diberikan.
Saran
1. Dalam meningkatkan ketepatan sasaran, pengelola gizi di tingkat kabupaten dan
provensi perlu meningkatkan pemantauan ke petugas yang melaksanakan
pendistribusian Makanan Tambahan Balita gizi kurus.
2. Petugas perlu melakukan swiping penimbangan bagi balita yang tidak datang posyandu
agar pemantauan berat badan balita yang mendapatkan makanan tambahan dapat di
ketahui setiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA
8
Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Laporan Tahunan Seksi
KIA dan Gizi Masyarakat tahun 2016. Dinas Kesehatan. Konawe Kepulauan.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Handayani, Lina, dkk. 2008. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak
Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 11 No 1. Tahun 2008
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010- 2013.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Jakarta.