Anda di halaman 1dari 96

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS LANGARA, KABUPATEN
KONAWE KEPULAUAN

SKRIPSI

Penyusun :
ADIBIN
NIM. P00313017052

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
TAHUN 2018

1
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LANGARA, KABUPATEN
KONAWE KEPULAUAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Sains Terapan

Penyusun :
ADIBIN
NIM.
P00313017052

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
TAHUN 2018

2
3
4
5
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA
BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LANGARA, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

Adibin dengan bimbingan Petrus dan Hariani

INTISARI

Latar Belakang : Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan


makanan tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten
Konawe Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja
fluktuatif. Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus
menurut BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan
(biskuit balita) yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita
gizi kurus meningkat BB/TB yang mendapatkan makanan tambahan berjumlah 11
orang (laporan Puskesmas Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang
mendasari peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas
Langara.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus berdasarkan indeks BB/TB di Puskesmas
Langara, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian
evaluasi dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam). Rancangan ini
dipilih karena dengan evaluasi dapat diketahui efektivitas program PMT-anak balita
yang telah dilaksanakan dalam peningkatan status gizi balita penerima PMT-anak
balita.
Hasil :. Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian makanan
balita gizi kurus yaitu menggunakan kriteria berdasarkan BB/U. Hal ini terjadi karena
pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita gizi kurus yang dilaksanakan pada
tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan
sasaran tersebut, jadi pada saat distribusi sasaran tersebut yang digunakan. Berdasarkan
hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas gizi di puskesmas Langara
diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi
biskut makanan tambahan yang diberikan
Kesimpulan : Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di
puskesmas Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan
tambahan pada balita gizi kurus. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di
puskesmas Langara belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian
makanan tambahan dari Kementerian Kesehatan. Terjadi kenaikan berat badan balita
gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan.
Kata Kunci : Evaluasi, Program PMT, Makanan Tambahan, Balita Gizi Kurus,

6
EVALUATION OF ADDITIONAL FOOD PROGRAMS DEFINITELY IN
THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER
KONAWE REGENCY OF ISLANDS

Adibin with the guidance of Petrus and Hariani

ABSTRACT

Background: Supplementary feeding program using factory-made supplementary


food has been carried out since 2015 in Konawe Kepulauan Regency, but the
prevalence of lean nutrition is still fluctuating. Based on data from the Langara health
center, the target for underweight children under five by BB / TB in 2016 who
received additional food manufacturers (toddler biscuits) is as many as 8 children under
five while in 2017 the target of underweight nutritional toddlers increased by BB / TB
who received 11 additional foods people (Langara Health Center 2017 report). The
presence of thin nutrition cases is what underlies the researchers who want to see the
Evaluation of Supplementary Feeding at the Langara Health Center.
Objective : This study aims to evaluate the Supplementary Feeding Program (SFP) for
underweight children under five based on the index of BB / TB in the Langara Health
Center, West Wawonii District, Konawe Kepulauan District in 2018.
Method : This research is a qualitative descriptive study in the form of evaluation
research with the In-Depth Interview method. This design was chosen because with an
evaluation it can be known the effectiveness of SFP - toddler programs that have been
implemented in improving the nutritional status of under-five children under five.
Result : In this study, the target inaccuracy in the provision of lean nutritional toddler
food is using criteria based on BB / U. This happened because at the time of training
and targeting of underweight children under five which was implemented in the
previous year (2016) the midwife followed, so the target used was the target, so when
the distribution of the target was used. Based on the results of monitoring the
underweight nutrition of underweight children by nutrition workers at the Langara
health center, it was found that there was an increase in lean nutritional weight gain
when supplementary food was given.
Conclusion: Input of lean nutritional supplementary feeding program at Langara
health center is sufficient enough to distribute additional food to underweight children
under five. In the process of determining the target used in the Langara health center, it
is not in accordance with the technical guidelines for implementing supplementary
feeding from the Ministry of Health. There was an increase in body weight for
underweight children under five when consuming additional food biscuits.
Keywords : Evaluation, SFP Program, Supplementary Food, Skinny Nutrition
Toddler

7
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, tetapi berkat
bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan ucapan penghargaan kepada bapak Petrus SKM, M.Kes selaku pembimbing I
dan ibu Hariani, SST, MPH selaku pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat
berharga kepaada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari
2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma DIV Gizi
4. Bapak dan Ibu dosen gizi yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaian penulisan proposal skripsi ini.
5. Ibunda Kholipah dan ayahanda Nurhasim yang sangat banyak memberikan bantuan
moral, material, arahan dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama
menempuh pendidikan.
6. Istriku tercinta Nur Hasanah yang selalu memberi semangat dan dukungan hingga
skripsi ini selesai
7. Rekan-rekan mahasiswa program studi DIV gizi yang telah banyak memberikan
masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Kendari, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Perumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian............................................................................................3

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4

E. Keaslian Penelitian.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka.................................................................................................5

1. Pengertian Evaluasi.................................................................................... 5

2. Pemberian Makanan Tambahan................................................................. 7

3. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan..................................... 9

4. Pelaksanaan...............................................................................................10

5. Pemantauan...............................................................................................11

6. Pencatatan dan Pelaporan......................................................................... 12

7. Status Gizi.................................................................................................13

B. Kerangka Teori.............................................................................................18

C. Kerangka Konsep.........................................................................................19

i
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................................20

B. Objek Penelitian...........................................................................................21

C. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................21

D. Variabel Penelitian.......................................................................................22

E. Definisi Operasional.....................................................................................22

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data...........................................................23

G. Instrument dan Bahan Penelitian................................................................24

H. Prosedur Penelitian......................................................................................24

1 Tahap Pra-Penelitian..................................................................................24

2 Tahap Pelaksanaan Penelitian....................................................................24

3 Tahap Pasca Penelitian.............................................................................. 25

I. Manajemen Data............................................................................................25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..........................................................................................27

B. Pembahasan................................................................................................41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................49

B. Saran..........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4

Tabel 2. Klasifikasi status gizi balita (WHO-NCHS) .................................. 17

Tabel 3. Identitas Informan ....................................................................... 21

Tabel 4. Kategori indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) ....... 23

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Desa Di UPTD Puskesmas Langara


Tahun 2016 ................................................................................ 28

Tabel 6. Jumlah Makanan Tambahan yang diterima balita kurus ............. 38

Tabel 7. Pemantauan berat badan balita yang mendapat makanan


tambahan .................................................................................... 39

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ......................................................................... 18

Gambar 2 Kerangka Konsep ..................................................................... 19

Gambar 3 Jumlah tenaga kesehatan di UPTD puskesmas Langara ......... 31

Gambar 4 Persentase kenaikan berat badan balita yang mendapatkan PMT 40

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Informant consent

3. Dokumentasi penelitian

4. Surat izin penelitian

5. Surat Keterangan telah melakukan penelitian

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari

pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu

hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian

khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus

dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2

%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi pada

anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal

diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi.

Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi

stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan

balita risiko kurus 22,8 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).

Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 diketahui bahwa

prevalensi balita kurus di provensi Sulawesi Tenggara sebesar 8,3 %, sedangkan

prevalensi balita sangat kurus sebanyak 5,1% (PSG 2017). Masalah gangguan

tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) merupakan

masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius.

1
Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis

dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan. Kurus dan

stunting pada usia sekolah akan berdampak pada performa belajar di sekolah, yang

pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia. Berdasarkan

data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita

(55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi

(AKE) yang dianjurkan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2014).

Pemberian makanan tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok rawan gizi

yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI dengan

kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil pengukuran

berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari minus dua Standar

Deviasi (<-2 Sd) (Juknis Pemberian Makanan Tambahan, Ri n.d.).

Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan makanan

tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten Konawe

Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja fluktuatif.

Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus menurut

BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan (biskuit

balita) yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi

kurus menurut BB/TB yang mendapatkan makanan tambahan berjumlah 6 orang

(laporan Puskesmas Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang

2
mendasari peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di

Puskesmas Langara.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan

masalah adalah Bagaimanakah pelaksanaan program pemberian makanan tambahan

pada balita gizi kurus di Puskesmas Langara, kecamatan. Wawonii Barat, kabupaten

Konawe Kepulauan tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus menurut BB/TB di Puskesmas

Langara, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui proses input yang meliputi tenaga, dana dan sarana, pada

program pemberian makanan tambahan anak balita kurus di Puskesmas

Langara

b) Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pembrian Makanan Tambahan pada

anak balita kurus di Puskesmas Langara

c) Untuk mengetahui output Pembrian Makanan Tambahan pada anak Balita

kurus di Puskesmas Langara.

d) Untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan pada anak balita kurus

sebelum dan setelah Pemberian Makanan Tambahan

3
D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pemerintah khususnya Puskesmas Langara dan dinas

terkait dalam merumuskan kebijakan berhubungan dengan pemberian makanan

tambahan pada anak balita.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan anak

balita yang mendapatkan makanan tambahan

3. Sebagai wahana belajar bagi peneliti tentang evaluasi Pemberian Makanan

Tambahan anak balita

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi untuk penelitian

selanjutnya dengan objek yang relevan.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penenlitian

Judul
No Peneliti Subyek Metode Persamaan Perbedaan
penelitian

Evaluasi
Program
1. Tempat,
Pemberian
Ka. waktu,
Makanan
Puskesmas, In-Depth 2. Terdapat
Sri Tambahan
Ka. Gizi Interview variable
Wahyuning Pemulihan
Puskesmas, (Wawanca Metode tambahan
1. sih, Mike untuk balita
Bidan desa, ra penelitian yaitu
Indriana gizi buruk Mendalam
dan 3 Ibu monitoring
Devi Di ).
pasien gizi pemberian
puskesmas
kurang PMT pada
Andong
balita
kabupaten
Boyolali

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Evaluasi

Muhadjir dalam Widodo (2013:112), mengatakan bahwa evaluasi

kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu

kebijakan dapat membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil

yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.

Jones dalam Widodo (2013:113), mengatakan bahwa evaluasi sebagai

suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil kebijakan pemerintah yang

mempunyai perbedaan yang sangat pentingdalamdalam spesifikasi objeknya,

teknik-teknik pengukurannya dan metode analisisnya. Jadi evaluasi adalah

aktivitas untuk menilai kebijakan publik hanya saja spesifikasi mengacu pada

tujuan dan kriteria yang harus dievaluasi pada proses kebijakan publik.

Secara keseluruhan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

evaluasi kebijakan adalah kegiatan menilai dan membandingkan kebijakan publik

yang telah diimplementasikan menggunakan kriteria- kriteria tertentu serta

melihat hasil yang dicapai atau tujuan dari target kebijakan yang telah

dilaksanakan untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan kebijakan publik.

Tujuan Evaluasi Kebijakan Menurut Subarsono (2008:120),

evaluasimemiliki beberapa tujuan yang dapat dirincisebagai berikut :

5
a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat

diketahui derajad pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

b) Mengukur tingkat efisien suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat

diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

c) Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan

evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau putput

dari suatu kebijakan.

d) Mengukur dampak suat kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi

ditunjukkan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif

maupun negatif.

e) Untuk mengetahi apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk

mengatahuiadanyapenyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara

membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

f) Sebagai bahan masukan/input untuk kebijakan yang akan datang.


Evaluasi memiliki fungsi dalam analis kebijakan menurut Dunn

(2003:609), antara lain sebagai berikut :

a) Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja
kebijakan, yaitu seberapa jauhkebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan publik.
b) Evaluasi memberi sumbangan pada klasifikasi dan kritik terhadap nilai- nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
c) Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

6
2. Pemberian Makanan Tambahan

Dalam juknis Kemenkes RI 2017 tentang Pemberian makanan tambahan

dijelaskan bahwa Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa

makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan

difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak

balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24

bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air

Susu ibu (MP-ASI).

Pemberian PMT ditujukan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya

gizi buruk. Sedangkan untuk jangka panjang, dibutuhkan suatu program berupa

kegiatan yang secara tidak langsung dapat mengatasi akar masalah dari

penyebab tersebut. Kegiatan tersebut meliputi usaha peningkatan pendapatan

keluarga, pemanfaatan pekarangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,

penyediaan sumber daya yang mendukung penyelanggaraan pelayanan

kesehatan dan gizi (Kemenkes RI, 2017).

2.1. Tujuan

Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki

keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita gizi kurus

BB/TB, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tidak sakit ketika

diberikan PMT (Kemenkes RI, 2017).

Program PMT dilaksanakan sebagai bentuk intervensi gizi dengan

tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan status

7
gizi, khususnya pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu hamil,

ibu nifas yang menderita KEK (Kemenkes RI, 2017).

2.2. Jenis Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

a) Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan

Pemberian makanan tambahan penyuluhan merupakan salah satu

cara untuk memulihkan penderita gizi kurus secara langsung, PMT

penyuluhan lebih merupakan sarana bagi penyuluhan gizi bagi orang tua

dan balita. PMT penyuluhan diselenggarakan sekali sebulan yaitu sesuai

dengan jadwal penimbangan, sasarannya adalah semua anak balita

bukan penderita gizi buruk saja. Dengan tujuan penyuluhan maka

harus diusahakan setiap ibu mendapatkan giliran memasak makanan

untuk PMT. Makanan yang dimasak kemudian dibagi- bagikan kepada

anak-anak yang ditimbang pada saat posyandu atau diluar jadwal

posyandu.

Hasil PMT penyuluhan tidak dapat diukur sehingga tidak dapat

diketahui secara pasti dampaknya terhadap pemeliharaan gizi anak balita

(Moehji, 2009:52).

b) Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan

Program pemberian makanan tambahan pemulihan merupakan


program yang ditujukan kepada balita yang sudah dinyatakan gizi buruk.
Intervensi berupa pemberian makanan yang jumlah dan jenis
kandungan zat gizinya sudah diatur. Jenis makanan yang diberikan
haruslah padat gizi (Moehji, 2009:50).

8
3. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan

3.1. Persiapan / Perencanaan


Perencanaan meliputi penyusunan jadwal pelaksanaan,
penggunaan dana, mengidentifikasi calon sasaran penerima PMT, serta
melakukan sosialisassi terhadap masyarakat dan keluarga balita
(Ningrum, 2006) dalam Alita (2013).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses persiapan menurut

Kemenkes RI 2017 adalah sebagai berikut :

a) Kecamatan/Puskesmas

Melakukan sosialisasi dari Puskesmas ke kader tentang rencana

pelaksanaan PMT yang menggunakan dana penunjang kesehatan

merujuk pada juknis BOK. Rapat koordinasi dan organisasi pelaksana

untuk menentukan lokasi, jenis PMT, alternatif pemberian,

penanggung jawab, pelaksana PMT pemulihan (menggunakan dana

kegiatan lokakarya mini dari BOK). Konfirmasi atatus gizi calon

penerima PMT. Penentuan jumlah dan alokasi sasaran.

b) Desa/Kelurahan/Pustu/Poskesdes

Rekapitulasi data sasaran balita berdasarkan kelompok umur dan

jenis kelamin. Mengirim data balita sasaran yang akan mendapat

PMT pemulihan ke puskesmas. Pembinaan pelaksanaan PMT

pemulihan termasuk penyusunan menu makanan tambahan.

c) Dusun/RW/Posyandu
Pendataan sasaran balita sesuai kriteria prioritas sasaran diatas
dan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

9
Menyampaikan data calon sasaran penerima PMT ke

desa/kelurahan, pustu/poskesdes untuk dikonfirmasi status gizinya.

Menerima umpan balik mengenai jumlah sasaran penerima PMT

pemulihan dari puskesmas serta menyampaikannya kepada ibu balita

sasaran. Membentuk kelompok ibu balita sasaran. Merencanakan

pelaksanaan PMT pemulihan (jadwal, lokasi, jenis dan bentuk PMT

pemulihan, alternatif pemberian, penanggung jawab, pelaksana PMT

pemulihan).

4. Pelaksanaan

4.1 Pendistribusian

Proses pendistribusian sesuai dengan petunjuk teknis dari

Kementerian Kesehatan tentang pemberian makanan tambahan antara

lain sebagai berikut :

1. Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota membuat rencana distribusi Makanan Tambahan ke

masing-masing Puskesmas berdasarkan data sasaran di tiap Puskesmas.

2. Dinas Kesehatan Provinsi melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

menginformasikan secara tertulis ke Puskesmas tentang jumlah dan

waktu penerimaan MT yang akan didistribusikan ke masing-masing

Puskesmas, agar Puskesmas mengetahui jumlah MT yang akan

diterima dan mempersiapkan tempat penyimpanan yang memenuhi

syarat

1
3. Pada kondisi dimana tidak memungkinkan MT dikirim langsung dari

Dinas Kesehatan Provinsi ke Puskesmas karena alasan tertentu missal

keterbatasan tempat penyimpanan atau kondisi geografis yang

sulitdijangkau, maka sebagai alternatif MT dari Dinkes Provinsi dapat

dikirim ke puskesmas melalui Dinkes Kabupaten/Kota.

4. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas Puskesmas membuat tanda

terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti penerimaan barang

yang asli diserahkan ke pihak pengirim barang dan tembusan dikirim ke

Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.

5. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan dan

pelaporan administrasi gudang, yaitu dengan membuat Surat Bukti

Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu

Persediaan Barang (KPB)

6. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui Posyandu atau unit

pelayanan kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau petugas

yang ditunjuk/kader.

7. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke sasaran

dan mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan

5. Pemantauan

Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan PMT. Pemantauan

meliputi pelaksanaan PMT, pemantauan berat badan setiap bulan, sedangkan

pengukuran panjang/tinggi badan hanya pada

1
awal dan akhir pelaksanaan PMT. Pemantauan dilakukan oleh kepala

puskesmas, tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas atau bidan. Pemantauan

oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dilakukan setiap bulan meliputi

pelaksanaan PMT, keberhasilan program dalam menanggulangi gizi kurang dan

memastikan bahwa paket makanan benar-benar dikonsumsi oleh balita gizi

kurang (Kemenkes RI, 2017).

6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan konsumsi MT juga dilakukan dalam

bentuk elektronik melalui aplikasi e-PPGBM yang merupakan bagian dari sistem

informasi gizi terpadu untuk mencatat data sasaran individu baik data

penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya dan dapat diakses melalui

http://sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id. Aplikasi ini dapat memberikan umpan balik

secara langsung berdasarkan status gizi sasaran. Menu entri Konsumsi MT,

berguna untuk merekam jumlah dan jenis MT yang diterima serta menyajikan

informasi berupa grafik perubahan berat badan.

Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:

a) Puskesmas

Puskesmas memberikan MT kepada balita kurus dan ibu hamil

KEK kemudian dicatat ke dalam formulir pencatatan bantu di Puskesmas.

Hasil pencatatan pada formulir bantu kemudian di entri kedalam aplikasi

ePPGBM agar dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan status

gizinya

1
b) Kabupaten/Kota dan Provinsi

Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri

oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan dianalisis oleh

kabupaten/kota secara online melalui menu konsumsi PMT Umpan balik

dapat dilakukan setiap saat

c) Provinsi

Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri

oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan dianalisis oleh

provinsi online melalui menu konsumsi PMT Umpan balik dapat dilakukan

setiap saat secara berjenjang

d) Pusat

Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri

oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan dianalisis oleh

pusat online melalui menu konsumsi PMT. Umpan balik dapat dilakukan

setiap saat secara berjenjang.

7. Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi

di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi

kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absobsi,

1
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2012:17-18)

b. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang

diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu

populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu

1. Penilaian Langsung

a) Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi

yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai

jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

atas dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2012:36)

b) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal in dapat

dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithlial tissues). Seperti kulit,

mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

1
c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen

yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja

dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

d) Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringan.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung

a) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan

individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat

gizi.

b) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya

dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator penilaian tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

1
c) Faktor Ekologi

Pengukuran status gizi yang didasarkan atas tersedianya makanan

yang dipengaruhi oleh faktor ekologi. Penilaian status gizi dengan

menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena

interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan

lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk

mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat

yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi

(Supariasa, 2012:19-21).

c. Klasifikasi Status Gizi

Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1) Kecukupan gizi atau gizi seimbang

Dalam hal ini asupan gizi seimbang dengan kebutuhan gizi

seseorang yang bersangkutan.

2) Gizi kurang

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena

tidak cukup makan, dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang

selama jangka waktu tertentu.

3) Gizi lebih

Keadaaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan

makan (Krisno, 2009)

Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi

ditentukan berdasarkan Z–SCORE berdasarkan berat badan (kg) terhadap

umur (bulan) yang diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Gizi Lebih : apabila berat badan balita berada > +2 SD

b) Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara <-2 SD

1
c) Gizi Buruk : apabila berat badan balita <-3 SD Klasifikasi

status gizi anak balita menurut standar WHO-NCHS

Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi Balita (WHO-NCHS)

Indikator Status gizi Keterangan


Gizi lebih >2SD
Berat Badan Menurut Gizi baik ≥-2SD sampai 2SD
Umur (BB/U) Gizi kurang <-2SD sampai ≥-3SD
Gizi buruk <-3SD
Normal ≥-2SD sampai +2SD
Tinggi Badan Menurut
Pendek >-2SD
Umur (TB/U)
Sangat Pendek <-3SD
Gemuk >2SD
Berat Badan Menurut Normal ≥-2SD sampai 2SD
Tinggi Badan (BB/TB) Kurus <-2SD sampai ≥-3SD
Kurus Sekali <-3SD

1
b. Kerangka Teori

Faktor Lingkungan

input (Masukan)
1. Sarana
2. Dana
3. Tenaga

Proses
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pemantauan
4. Pencatatan dan
Pelaporan

Output/Keluaran Keberhasilan
Program PMT
1. Cakupan kegiatan
2. Ketepatan
a. Sasaran
b. Distribusi
c. Waktu

Monitoring
Indikator keberhasilan
Balita gizi kurus sembuh

Evaluasi Kegiatan PMT-P

Faktor Lingkungan

Gambar 1 Kerangka Teori


Sumber : Monica Hadiriesandi 2016

1
1
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian evaluasi

dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam). Rancangan ini dipilih

karena dengan evaluasi dapat diketahui efektivitas program PMT-anak balita yang

telah dilaksanakan dalam peningkatan status gizi balita penerima PMT-anak balita.

Subjek penelitian adalah kepala puskesmas yang telah bertugas selama 2 tahun sebagai

kepala Puskesmas Langara serta dua petugas pengelola PMT-anak balita yang terdiri

dari petugas gizi puskesmas dengan latar belakang pedidikan S1 gizi yang telah

bertugas selama 2 tahun sebagai petugas gizi Puskesmas Langara.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang direkam

pada tape recorder dengan kepala puskesmas dan pengelola program PMT-anak

balita, serta dengan menggunakan check list dokumen. Analisis data dengan cara

hasil wawancara ditranskripkan dalam catatan tertulis dan dikelompokkan sesuai

dengan bidang-bidang yang akan dianalisis kemudian dilakukan penafsiran data secara

narasi dan interpretasi kemudian dibandingkan dengan standar Kementerian Kesehatan

yang telah ditetapkan dan teori dari beberapa pustaka.

20
B. Informan

1. Jumlah Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini ada 3 orang.

a. Informan pertama (I) kepala puskesmas Langara

b. Informan ke dua (II) Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan

c. Informan ke tigas (III) Bidan Desa.

2. Identitas Informan

Tabel 3. Identitas Informan

Informan Inisial Jenis Umur


Pendidikan Jabatan
Ke Nama Kelamin (Thn)

Informan Kepala
HN Perempuan 48 S1
I Puskesmas
Informan Tenaga Gizi
SS Perempuan 31 D4 Gizi
II Puskesmas

Informan D3
IA Perempuan 24 Bidan desa
III Kebidanan

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi (TPG)

dan bidan desa.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Langara, Kecamatan Wawonii

Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan selama dua hari dimulai pada tanggal 30

s/d 31 juli tahun 2018.

2
E. Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi Variabel penelitian

1. Input (tenaga, dana dan sarana) Pemberian Makanan Tambahan pada balita

kurus

2. Proses Pemberian Makanan Tambahan pada anak balita kurus.

3. Perubahan berat badan sebelum dan setelah pemberian PMT

F. Definisi Operasional

1. Evaluasi yang ingin diamati dalam penelitian ini yaitu meliputi input (tenaga, dana

dan sarana), proses pendistribusian PMT dan melihat apakah ada perubahan

sebelum dan setelah pemberian makanan tambahan.

2. Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan

dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin

dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan

kategori kurus. (Kemenkes RI 2017).

3. input merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk menerima data masukan
yang digunakan sebagai komponen penggerak/ menangkap data/pemberi tenaga
dimana sistem itu dioperasikan atau yang akan dimasukan yang berupa dokumen-
dokumen dasar. Input dalam penelitian yaitu meliputi tenaga, dana dan sarana.
4. Proses dalam penelitian ini yaitu persiapan, pelaksanaan, pemantauan, pencatatan
dan pelaporan.
5. Perubahan berat badan yaitu terjadinya kenaikan berat badan setelah pemberian

makanan tambahan pada balita kurus.

2
6. Dalam penelitian ini status gizi balita di nilai menggunakan indeks Berat

Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Tabel 4. Kategori Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Gemuk >2SD
Normal ≥-2SD sampai 2SD
Berat Badan Menurut
Kurus <-2SD sampai ≥-3SD
Tinggi Badan (BB/TB)
Kurus Sekali <-3SD
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi alamiah
(natural setting), sumber data primer dan teknik pengumpulan lebih banyak pada
wawancara mendalah (indepth interview) dan studi dokumentasi. Alat-alat
tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa panduan
wawancara, buku catatan, dan alat perekam (Sugiyono, 2012:308).
Teknik pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara

mendalam (indepht interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Saryono,

2010:76). Adapun yang akan diwawancara dalam penelitian ini yaitu kepala

puskesmas, tenaga pelaksana gizi dan bidan desa yang berhubungan dengan

pemberian makanan tambahan. Sementara teknik pengambilan data sekunder

penelitian ini ialah dengan studi literatur.

Pengukuran berat badan dilakukan oleh petugas gizi puskesmas. Data berat

badan dan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian diambil dari laporan

programer gizi puskesmas Langara.

2
H. Instrument dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa

panduan wawancara, buku catatan, alat perekam, timbangan dan alat pengukur

Tinggi/Panjang badan.

I. Prosedur Penelitian

Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah

sebagai berikut :

1. Tahap Pra-Penelitian

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah :

a) Melakukan studi pustaka dengan mencari data awal melalui dokumen-

dokumen yang relevan, sehingga didapatkan rumusan masalah yang ingin

diteliti.

b) Mengurus perijinan studi pendahuluan dari Poltekkes Kemenkes Kendari

Jurusan Gizi (Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan dan

Puskesmas Langara).

c) Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan dan

Puskesmas Langara.

d) Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.

e) Menyusun proposal skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pemberian

Makanan Tambahan Pada Balita Gizi Kurus BB/TB di Wilayah Kerja

Puskesmas Langara, Kabupaten Konawe Kepulauan”.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

2
a) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan (sumber

data primer) yang telah ditentukan.

b) Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah yang

dilakukan.

3. Tahap Pasca Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

a) Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan, membuat

catatan yang rapi untuk kemudian diserahkan kepada pembimbing sebagai

data mentah.

b) Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder yang terkait

dengan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.

c) Analisis data dan membandingkan dengan petunjuk teknis program pemberian

makanan tambahan balita

d) Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.

J. Manajemen Data

Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan

diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

manajemen data. Manajemen data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan di lapangan dengan langkah mengurangi atau

menghilangkan hal-hal yang tidak perlu. Manajemen data digunakan untuk

menghasilkan hipotesis mengenai komposisi dari hasil lapangan. Sehingga

memberikan gambaran data yang

2
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengambilan data

selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012:247).

Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan teks

yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

2
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Langara yang terletak di Kecamatan Wawonii Barat

di Desa Langara Iwawo dan pada akhir bulan Maret bangunan baru UPTD

Puskesmas Langara yang terletak di Desa Kawa-kawali resmi di gunakan

sebagai tempat pelayanan kesehatan yang di pimpin oleh Ibu Hairunisai,

SKM. UPTD Puskesmas Langara merupakan salah satu Puskesmas dari 7

kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan terdiri dari 1 kelurahan

dan 15 desa dengan 48 dusun. Secara geografis Kecamatan Wawonii Barat

tergolong dataran dengan topografi datar dan berbukit. Apabila dilihat dari peta

Kabupaten Konawe Kepulauan, maka Kecamatan Wawonii Barat terletak di

bagian Timur Kota Kendari.

Kecamatan Wawonii Barat memiliki luas wilayah sebesar 130 Km dari

luas Kabupaten Konawe Kepulauan. Desa terluas adalah Langara Iwawo

dengan luas 18 Km dari luas seluruh Kecamatan Wawonii Barat,adapun Desa

Wawobili dan Kawa-Kawali merupakan desa dengan luas wilayah terkecil

yaitu 3 Km.

Dalam mengakses dari Ibu kota kecamatan ke seluruh desa di wilayah

Kecamatan Wawonii relative mudah. Hal tersebut didukung oleh kondisi jalan

yang cukup baik sehingga memudahkan dan memperlancar arus kendaraan

baik roda empat maupun roda dua.

27
Kabupaten Konawe Kepulauan mempunyai batas-batas wilayah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Wawonii Utara;

b. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda;

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Wawonii Tengah; dan

d. sebelah barat berbatasan dengan Selat Wawonii.

Luas wilayah Kecamatan Wawonii Barat 9.913 Ha, jumlah penduduk

menurut kecamatan pada tahun 2016, disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Desa
Di UPTD Puskesmas Langara
Tahun 2016
JUMLAH Luas
NO DESA
PENDUDUK (Ha)
1 LANGARA BAJO 473 8
2 MATA LANGARA 481 8
3 LANGARA INDAH 688 12
4 LAMOLUO 512 8
5 MATABAHO 362 6
6 LANGARA IWAWO 1036 18
KEL. 14
7 1270
LANGARA
LAUT
8 BUKIT PERMAI 147 11
9 WAWOBILI 185 6
10 WAWOLAA 419 3
11 L. TANJUNG BATU 466 7
12 PASIR PUTUH 267 5
13 LANGKOWALA 461 6
14 LANOWATU 164 10
15 LANTULA 218 5
16 KAWA-KAWALI 314 3
Jumlah 7463 130
Sumber: Data Rill Sasaran Gizi KIA tahun 2016

2
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelurahan Langara Laut merupakan

jumlah penduduk yang paling tertinggi yaitu 1.270 jiwa sedangkan Desa Bukit

Permai jumlah penduduk yang paling terendah yaitu 147 jiwa.

2. Sarana Kesehatan.

1. Data Dasar Puskesmas.


Puskesmas Langara merupakan Pukesmas Perawatan yang dilengkapi

sarana dan prasarana dan tenaga Dokter. Tenaga dokter yang ada sangat

terbatas, hal ini perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga medis serta

paramedis lainnya. Ini berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,

tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan yang cepat, bermutu dan profesional.

Pengembangan dan peningkatan Puskesmas dengan pelayanan paripurna di

tahun mendatang di Puskesmas Langara perlu dilakukan dengan

mempertimbangkan wilayah gugus pantai di Pulau Wawonii Barat Kabupaten

Konawe Kepulauan.

Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu dan Polindes yang ada saat ini

juga merupakan Aset dari Pemerintah Kabupaten Konawe baik pembangunan

melalui proyek Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe maupun pembangunan

melalui proyek PNPM yang ada di Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten

Konawe Kepulauan, selain itu saat ini di UPTD Puskesmas Langara juga telah

dibangun beberapa rumah dinas yang nantinya dapat digunakan oleh para tenaga

pegawai yang ada dipuskesmas.

2
Akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat terutama

keluarga miskin di Kecamatan Wawonii Barat pada masa ini masih merupakan

permasalahan, dimasa datang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang

sungguh-sungguh. Cakupan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas

Langara Tahun 2016. Yaitu 4 Polindes, 1 Puskesmas dan 16 Posyandu.

Dimasa mendatang sarana kesehatan dasar yang ada sangat perlu mengalami

perbaikan/renovasi dan pembangunan yang baru, selain itu juga perlunya

penambahan peralatan kesehatan dan penunjang lainnya dan sumber daya

kesehatan baik medis maupun paramedis guna meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan yang lebih baik di UPTD Puskesmas Langara.

2. Tenaga Kesehatan.

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan yang

memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma

hidup sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan melalui upaya

pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh pemerintah

maupun masyarakat. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Konawe Kepulauan

tahun 2018, selengkapnya disajikan pada Grafik. 1 sebagai berikut ini:

3
TENAGA KESEHATAN
16 17
16
14
12
10 7 3
8
6 3
3
4 1 111
2
0

Gambar. 3 Jumlah Tenaga Kesehatan Di UPTD Puskesmas Langara Tahun


2018
Sumber : Data Puskesmas Langara 2018

Gambar 3 menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang ada di UPTD

Puskesmas Langara sebesar 53 orang. Tenaga Kesehatan profesi gizi di

Puskesmas Langara berjumlah 3 orang terdiri dari 1 Pegawai Negri Sipil dan 2

orang tenaga kontrak. Tenaga Kesehatan yang tertinggi yaitu perawat sebesar

17 orang dan Tenaga Kesehatan yang terendah yaitu dr. Umum, Perawat Gigi,

Farmasi dan SMK Kes. sebesar 1 orang.

3. Penilaian Input

a. Petugas

Petugas adalah orang yang bertanggung jawab dan mengkoordinir

program pemberian makanan tambahan biskuit MP- ASI kepada balita kurus

6-59 bulan di wilayah kerja puskesmas. Jumlah petugas gizi yang melakukan

pendistribusian biskuit Makanan Tambahan di puskesmas Langara

berjumlah 3 orang. Selain itu dalam proses pendistribusian petugas gizi

dibantu oleh bidan dan

3
kader posyandu. Petugas gizi mendapatkan pelatihan tentang pemberian

makanan tambahan biskuit MP-ASI di tingkat Kabupaten dengan pemateri

yang berasal dari Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi Tenggara.

b. Dana

Dalam pelaksanaan suatu program intervensi, seperti program

pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI diperlukan dana yang cukup

untuk pendistribusian. Dana yang digunakan untuk pelaksanan

pendistribusian pemberian makanan tambahan di Puskesmas Langara berasal

dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun 2018. Adapun dana

yang digunakan dalam pendistribusian biskuit MP-ASI ini yaitu berupa

biaya transportasi perjalanan dinas dari puskesmas Langara ke desa balita

gizi kurus yang akan diberikan biskuit MP-ASI.

c. Sarana

Sarana dalam pelaksanaan pemberian makanan tambahan biskuit

MP-ASI berupa soft copy petunjuk teknis pelaksanaan pemberian makanan

tambahan MP-ASI serta formulir pencatatan dan pelaporan. Selain itu

adapula kendaraan dinas roda dua berupa sepeda motor yang di gunakan

oleh petugas gizi untuk menunjang dalam proses pendistribusian makanan

tambahan biskuit MP-ASI.

3
4. Proses

Program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus merupakan

program pencegahan dan penanggulangan balita gizi kurus berupa pemberian

makanan tambahan kepada balita penderita gizi kurus selama 90 hari berturut-

turut. Dalam pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan di

wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan menggunakan petunjuk teknis dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017. Pelaksanaan program

pemberian makanan tambahan pemulihan terdiri dari :

1. Persiapan program pemberian makanan tambahan pemulihan.

2. Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.

3. Pemantauan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan

pemulihan.

4. Pencatatan dan pelaporan hasil dari program pemberian makanan

tambahan pemulihan.

4.1 Persiapan

Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana persiapan sebelum

program pemberian makanan tambahan pemulihan dilaksanakan meliputi

penentuan balita sasaran penerima makanan tambahan, menentukan makanan

yang akan diberikan, membentuk kelompok ibu balita sasaran, sosialisasi

program dan penyuluhan.

Menurut Alita (2013), persiapan menjadi penentu berjalannya suatu

kegiatan atau program. Apabila suatu kegiatan dipersiapkan dengan baik maka

akan memberikan peluang keberhasilan kegiatan

3
tersebut.

a. Penentuan Balita Sasaran

Sebelum kegiatan pemberian makanan tambahan dilaksanakan terlebih

dahulu petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi makanan tambahan

pemulihan. Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga pelaksana gizi di

Puskesmas Langara mengatakan bahwa balita yang mendapatkan paket makanan

tambahan pemulihan seharusnya yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi

kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD dan di utamakan keluarga yang

kurang mampu. Berikut petikan hasil wawancara dengan informan utama :

Kotak 1 ( Informan 2, SS, 31 thn)

“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus
berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu
dan tidak sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita
tersebut sembuh maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain.
Sasaran balita tahun 2018 ini balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan
BB/TB tapi waktu pelatihan tahun sebelumnya itu bidan yang ikut,
sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman melanjutkan. Biskuit yang di
kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi biskuitnya nanti datang
akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 tahun) terkait

penentuan sasaran balita penerima paket makanan tambahan di wilayah kerja

Puskesmas Langara yaitu dengan melihat dari penimbangan berat badan balita

dengan indikator BB/U berada di bawah

-2 SD.

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan sasaran

balita penerima makanan tambahan di puskesmas Langara belum sesuai dengan

JUKLAK karena menggunakan indicator BB/U sedangkan

3
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017 bahwa Sasaran utama

makanan tambahan (MT) Balita adalah balita kurus usia 6-59 bulan dengan

indikator Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB)

kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 SD) yang tidak rawat inap dan di

utamakan yang keluarga kurang mampu (Juklak PMT 2017).

b. Penentuan Makanan Tambahan

Penentuan makanan tambahan yang akan diberikan kepada balita gizi kurus

di wilayah kerja Puskesmas Langara mengikuti Petunjuk teknis Pemberian Makanan

Tambahan Gizi Kurus yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Makanan

tambahan yang diberikan berupa biskuit pabrikan yang berasal dari Kementerian

Kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengatakan bahwa

paket makanan yang diberikan pada balita gizi kurus berupa makanan pabrik

yaitu biskuit MP

ASI. Berikut petikan hasil wawancara dengan informan:

Kotak 2

“makanan yang diberikan pada balita gizi kurus yaitu biskuit pabrikan”
(Informan 1, HN 48 thn)

“paket yang diberikan berupa biskuit pabrikan yang berasal dari


Kemenkes ada juga susu dari dinkes tapi sampe sekarang belum di
kasikan kesini”
(Informan 2, SS 31 thn)

”Makanan yang diberikan yaitu biskuit MP ASI


(Informan 3, IA, 24 )

Berdasarkan hasil wawancara dari ke tiga informan diperoleh

keterangan bahwa makanan yang diberikan kepada balita gizi kurus

3
berupa biskuit pabrikan yang telah diberikan dari Kementerian Kesehatan.

4.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan distribusi makanan tambahan di lakukan oleh petugas gizi di bantu

dengan bidan desa dan kader posyandu. Jadwal distribusi pemberian makanan

tambahan di sesuaikan dengan jadwal posyandu yang telah di tetapkan oleh

puskesmas Langara. Sesuai hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas

gizi didapat informasi bahwa distribusi makanan di lakukan pada saat

posyandu, selain itu ada juga yang datang langsung mengambil makanan

tambahan di puskesmas Langara dan sebagian ada juga yang mengambil

makanan

tambahan di polindes. Berikut petikan wawancara dengan informan:

Kotak 3 (Informan 2, SS 31 thn)

“Kalo pengambilanya itu, balita ada yang kami berikan di tempat


posyandu, karena jadwalnya posyandu kan sudah terjadwal jadi
pemberian di tempat posyandu ada, ada juga balita yang datang
langsung ke puskesmas karena kebutulan puskesmas kami dengan
kawasan masyarakat balita dekat jadi ada balita juga orang tuanya
datang langsung ambil di puskesmas. Ada juga yang kami salurkan
lewat bidannya. Bisa dititip ke bidan nanti diambil dipolindesnya”.

4.3 Pemantauan

Berdasarkan hasil wawancara pemantauan yang dilakukan dalam

program pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu dengan

melihat perkembangan berat badan balita yang di pantau setiap bulannya ketika

datang posyandu. Selain itu ada juga pemantauan yang

dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan dinas kesehatan

3
provensi untuk melihat gudang penyimpanan dan proses pelaksanaan

distribusi makanan tambahan. Berikut petikan wawancara dengan informan.

Kotak 4 (Informan 2, SS 31 thn)

“Iya, kalo kemarin pas pengadaan datang dinas kabupaten dan dinas
provinsi datang memantau terus setelah beberapa minggu dinas
provensi datang kembali untuk melihat penyaluran dan penyimpanannya.
Terus ini kalo dinas kabupaten sendiri setiap bulan ada memantau
pemberiannya.
Kalo dari kami sesuai juklaknya kami ikuti. Dilihat dulu balitanya, terus
pencatatannya, terus hasil akhirnya kita pantau, balita yang menerima
suka atau tidak juga kami melakukan pencatatan”.
“Kalo dari kepala puskesmas sendiri karena setiap bulan kan kami
adakan MINLOK jadi setiap bulan kami laporkan berapa yang balita
kurus terus berapa setok PMT yang ada”.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyatan kepala puskesmas.

Berikut petikan wawancara dengan kepala puskesmas terkait pertanyaan

pemantauan distribusi makanan tambahan di puskesmas

Langara.

Kotak 5 (Informan 2, SS 31 thn)

“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh
mana perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu
juga kita melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya
melaporkan perkembangannya pada waktu MINLOK”.

4.4 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan balita gizi kurus di

puskesmas Langara dilakukan setiap bulan. Berikut petikan wawancara dengan

informan :

Kotak 6 (Informan 2, SS 31 thn)

37
“Pencatatanya kami lakukan setiap pemberian, kebetulan pemberianya
kan setiap bulan jadi pencatatanya juga setiap bulan. Yang dicatat yang
pertama ada sasaranya, kami lihat juga status gizinya, terus setiap
bulan kami lihat bagaimana perkembangan berat badanya terus adan
juga pencatatnya sudah berapa banyak jumlah yang di berikan. Kalo
pelaporannya setiap bulan kita laporkan ke dinas kesehatan provinsi”.

5. Penilaian Output

a. Ketepatan Jumlah

JUMLAH PMT
TANGGAL
NO NAMA BALITA YANG
LAHIR
DIBERIKAN
1 As 07/11/2016 7 Dos
2 AR 22/11/2016 8 Dos
3 DA 10/08/2014 4 Dos
4 ES 11/10/2016 8 Dos
5 LD 17/01/2016 8 Dos
6 A 05/06/2013 6 Dos
7 Ah 19/01/2017 8 Dos
8 NH 28/09/2015 6 Dos
9 NK 15/12/2016 8 Dos
10 Bs 05/10/2015 2 Dos
11 RP 17/03/2017 4 Dos
12 S 08/06/2016 4 Dos
13 H 13/10/2016 9 Dos
14 SA 24/06/2015 8 Dos
15 JH 12/12/2015 7 Dos
16 Ft 21/03/2015 8 Dos

Tabel 6. Jumlah makanan tambahan yang di terima balita kurus

Sumber : Laporan bulanan Puskesmas Langara 2018

3
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang mendapat

makanan tambahan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 16 orang.

b. Perubahan Berat Badan

Sebelum pemberian makanan tambahan balita di ukur berat badanya.

Kemudaian selama 3 bulan pemberian makanan tambahan berat badan balita

dipantau setiap bulan. Balita gizi kurus di ukur berat badanya setiap bulan di

posyandu. Dari hasil pengukuran berat badan yang di lakukan oleh petugas

gizi puskesmas Langara selama 3 bulan di peroleh hasil sebagai berikut :

Tabel. 7 Pemantauan berat badan balita yang mendapat Makanan


Tambahan
BERAT BADAN (kg)
NO NAMA TANGGAL
Sebelum Bulan Bulan Bulan
S BALITA LAHIR
Pemberian 1 2 3
1 As 07/11/2016 6,5 7 7,6 8
u 2 AR 22/11/2016 7,1 7,5 7,9 8,3
3 DA 10/08/2014 10,2 10,5 11 11,6
m4 ES 11/10/2016 6,6 7,5 7,8 8,1
5 LD 17/01/2016 8,1 8,5 9,3 10
b
6 A 05/06/2013 11,5 12,5 13,2 13,6
e 7 Ah 19/01/2017 7,3 7,7 8,1 8,6
8 NH 28/09/2015 8,6 9,1 9,7 10,4
r 9 NK 15/12/2016 6,4 7 7,6 8,1
10 Bs 05/10/2015 8,7 9,3 9,9 10,3
11 RP 17/03/2017 6,5 7 7,6 8,2
12 S 08/06/2016 6,7 7,5 8,4 9
: 13 H 13/10/2016 8 - 8,5 9
14 SA 24/06/2015 10 - - 10,7
15 JH 12/12/2015 8,7 - - 9
16 Ft 21/03/2015 9,5 - - 10
Laporan bulanan Puskesmas Langara 2018

3
% Kenaikan Berat Badan Balita yang mendapatkan PMT
34,33
35,00

30,00
26,56 26,15 25,37
25,00 23,08 22,73 23,46
20,93
20,00 18,18 18,26 18,75 18,39 18,16
17,81
16,92 16,90 16,92
14,81 14,78
15,00 13,73 13,64 13,79
12,79 12,50
11,27 11,94 14.51
10,96
10,00 7,69 7,84 8,70 9,37 7,69
6,90 6,25 7,00
5,63 5,48 5,81 5,26 7.56
4,94
5,00 2,94 3,45

- - - - - - -
-

% Kenaikan BB Bulan I % Kenaikan BB Bulan II % Kenaikan BB Bulan III

Gambar 4. Persen Kenaikan berat badan balita yang mendapat PMT

40
Gambar 4 menunjukkan grafik persen kenaikan berat badan balita yang

mendapatkan PMT dapat dilihat rata-rata kenaikan berat badan balita gizi kurus

yang mendapatkan makanan tambahan pada bulan pertama mengalami kenaikan

berat badan sebesar 7,56% atau 0.58 kg, pada bulan kedua rata-rata mengalami

kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan

ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat

badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%. Pada gambar 4 juga dapat kita lihat

bahwa ada 4 balita pada bulan pertama dan kedua Pemberian Makanan Tambahan

tidak dilakukan penimbangan berat badan karena balita tersebut tidak datang

posyandu sehingga pemantauan berat badan tidak dapat dilakukan.

B. Pembahasan

Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan evaluasi,

dapat digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan

sistem. Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana

penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, process dan

output.

1. Input

Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri

tempat pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia (tenaga), dana

serta sarana dan prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsur

yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program.

4
a. Sumber Daya Manuasi (Petugas)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rustam (2012), efisiensi

dan efektifitas suatu pelaksanaan dari sebuah program bergantung pada

sumber daya manusia. Sumber daya manusia akan sangat menentukan

suatu keberhasilan program dengan esksistensi sumber daya manusia

yang berkualitas dan sangat memadai, agar mereka bisa tanggap dalam

melaksanakan suatu pekerjaan.

Petugas yang mengelola pelaksanaan program pemberian

makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara dalam hal ini

petugas gizi telah mendapatkan pelatihan di tingkat kabupaten Konawe

Kepulauan dengan pemateri yang berasal dari dinas kesehatan Provensi.

Selain petugas gizi pelaksanaan program pemberian makanan tambahan

balita gizi kurus di puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader

posyandu.

b. Dana

Hasil penelitian Rustam (2012) dalam upaya perbaikan gizi

anak balita pemerintah mengeluarkan dana untuk kegiatan

pengadaan dan pendistribusian MP-ASI. Dana operasional untuk

membiayai pendistribusian MP-ASI tidak tepat waktu sehingga dalam

pendistribusian MP-ASI ke lokasi menjadi terlambat.

Dana yang digunakan dalam pelaksanaan pendistribusian

program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus berasal

4
dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran 2018.

Adapun dana yang dimaksud dalam pelaksanaan pendistribusian PMT

ini yaitu sebagai dana transportasi dari puskesmas ke desa tempat tinggal

balita gizi kurus.

c. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rustam (2012),

ketersediaan sarana dan prasarana keberadaannya sangat penting

dalam melaksanakan suatu program kesehatan karena sarana dan

prasarana merupakan alat penunjang untuk mencapai tujuan dari suatu

program. Sarana dan prasaran kesehatan meliputi seberapa banyak

fasilitas- fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-pusat informasi

bagi individu masyarakat.

Sarana yang digunakan dalam poses distribusi di puskesmas

Langara yaitu kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat

badan, soft copy petunjuk pelaksanaan program makanan tambahan

tahun 2017, formulir pelaporan pemberian makanan tambahan balita gizi

kurus tahun 2017. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas gizi

dipuskesmas Langara diperoleh keterangan bahwa sarana yang ada di

puskesmas Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi

makanan tambahan pada balita gizi kurus.

4
2. Proses

Proses pelaksanaan pemberian makanan tambahan di puskesmas

Langara dilakukan mulai dari perencanaan jumlah sasaran. Adapun Jumlah

sasaran yang digunakan untuk program pemberian makanan tambahan di

puskesmas Langara yaitu menggunakan sasaran riil. Petugas puskesmas

merekap semua jumlah balita gizi kurus di wulayah kerja puskesmas Langara

kemudian mengumpulkan rekapan tersebut ke Dinas Kesehatan kabupaten

Konawe Kepulauan. Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten merekap semua

jumlah balita gizi kurus di wilayah kabupaten Konawe Kepulauan dan

mengajukannya ke Dinas Kesehatan Provensi.

Berdasarkan penelitian Alita (2013) bahwa adanya identifikasi balita

sasaran penerima makanan tambahan menjadikan pelaksanaan kegiatan berjalan

secara efektif dan efisien, sesuai dengan unsur-unsur pokok dalam manajemen

operasional. Untuk menentukan anak penerima paket makanan tambahan

pemulihan harus dilakukan screening sehingga diperoleh sasaran yang tepat

(Moehji, 2007:50).

Berdasarkan hasil wawancara sasaran yang digunakan untuk menentukan

balita yang mendapat makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu balita gizi

kurang BB/U. Sedangkan menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan pemberian

Makanan Tambahan tahun 2017 sasaran balita yang mendapat makanan

tambahan yaitu balita usia 6-59

4
bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD

dan di utamakan keluarga yang kurang mampu.

Apabila dibandingkan dengan JUKNIS Pemberian Makanan Tambahan

yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sasaran yang digunakan di

puskesmas Langara tersebut jelas belum sesuai dengan petunjuk teknis

pelaksananan pemberian makanan tambahan. Ketidak sesuaian ini diakibatkan

karena yang mengikuti kegiiatan pada saat pelatihan dan penentuan sasaran

untuk balita yang akan mendapat makanan tambahan tahun 2017 di laksanakan

oleh Bidan .Sehingga terjadi ketidak sesuaian sasaran.

Pendistribusian makanan tambahan dilakukan oleh petugas gizi di

puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader. Berdasarkan hasil wawancara

peran bidan desa dan kader posyandu dalam pendestribusian PMT ini yaitu

sebatas membagiakan pada saat posyandu. Jadi pada saat posyandu sasaran yang

mendapatkan makanan tambahan diberikan biskuit tersebut. Apabila sasaran

balita yang mendapat makanan tambahan tersebut tidak datang ke posyandu

maka makanan tambahan tersebut dititipkan kepada bidan desa di Polindes

untuk diberikan pada sasaran balita gizi kurus.

3. Output

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alita & Ahyanti (2013),

keberhasilan pemberian makanan tambahan berhubungan dengan perencanaan,

pelaksanaan, pencatatan, penilaian dan pelaporan.

4
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian

makanan balita gizi kurus (berdasarkan indikator BB/U). Berdasarkan Juknis

Pelaksanaan pemberian makanan tambahan tahun 2017 dari Kementerian

Kesehatan seharusnya sasaran yang mendapat makanan tambahan yaitu balita

gizi kurus umur 6-59 bulan dengan kategori BB/PB atau BB/TB di bawah minus

2 standar devisiasi (-2 SD). Namun sasaran yang diberikan makanan tambahan

di puskesmas Langara yaitu balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U

dibawah -2 SD.

Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita

gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang

mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan sasaran tersebut, jadi pada saat

distribusi sasaran tersebut yang digunakan.

Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas

gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita

gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan.

4. Kenaikan Berat Badan

Kegiatan pemantauan merupakan proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman atau rencana yang sudah

disusun sebelumnya. Dengan dilakukan pemantauan nantinya akan diketahui

jika terjadi penyimpangan. Semua kebijakan publik, baik itu peraturan,

larangan, kebijakan retribusi atau apapun kebijakannya pastilah mengandung

unsur kontrol (pengawasan)

4
(Agustino, 2014:166).

Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan

yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2017) disebutkan bahwa kegiatan

pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan program. Pemantauan

meliputi pelaksanaan program, pemantauan berat badan setiap bulan, sedangkan

pengukuran panjang/tinggi badan hanya pada awal dan akhir pelaksanaan

pemberian makanan tambahan dan memastikan makanan dikonsumsi oleh

balita. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh kepala puskesmas,

tenaga pelaksanan gizi puskesmas atau bidan di desa.

Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 4 balita yang tidak dilketahui berat

badannya pada saat pemberian makanan tambahan bulan pertama dan kedua, hal

ini karena balita tersebut tidak datang ke posyandu sehingga pada bulan pertama

dan kedau tidak di lakukan penimbangan pada balita tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 thn)

pemantauan berat badan balita yang mendapat makanan tambahan dilakukan

setiap bulan di posyandu. Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita

yang mendapat PMT oleh petugas gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa

terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut

makanan tambahan yang diberikan. Pada bulan pertama pemberian makanan

tambahan balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan

berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata mengalami

kenaikan berat

4
badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan ketiga balita

yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar

1,41 kg atau sebesar 18,16%.

Pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan berat badan anak

dilakukan secara teratur sekali setiap bulan, catat angka berat badan anak pada

KMS sesuai dengan usia anak waktu ditimbang untuk melihat apakah

mengalami kenaikan, datar ataukah turun. Pemantauan berat badan anak

dilakukan untuk mengetahui sedini mungkin adanya gangguan tumbuh kembang

tubuh anak, mendeteksi apakah anak menderita suatu penyakit (Moehji,

2007:27-28).

Hal ini sesuai dengan teori bahwa perubahan berat badan

merupakan indikator yang sangat penting untuk memantau pertumbuhan anak.

Apabila kenaikan berat badan anak (BB) anak lebih rendah dari yang

seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berrisiko mengalami

kekurangan gizi dan sebaliknya apabila BB lebih besar dari yang seharusnya

merupakan indikasi risiko kelebihan gizi (Kemenkes RI 2010).

4
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas

Langara seperti sumber daya manusia (petugas), dana dan sarana berupa

kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy petunjuk

pelaksanaan program makanan tambahan tahun 2017, formulir pelaporan

pemberian makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017, sudah cukup

memadai untuk melakukan distribusi makanan tambahan pada balita gizi kurus.

2. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara belum

sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan.

Karena penentuan sasaran yang akan mendapat makanan tambahan menggunakan

indikatori BB/U dibawah -2 SD sedangkan sesuai JUKNIS seharusnya

menggunakan indikator BB/TB dibawah -2 SD. .

3. Output program pemberian makanan tambahan berupa ketepatan sasaran dan

waktu distribusi. Sasaran balita yang diberikan makanan tambahan belum tepat

sesuai JUKNIS. Waktu pemberian telah dilakukan sesuai dengan JUKNIS yaitu

di berikan selama 90 hari makan.

4. Pada bulan pertama pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan

makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg atau

7,56%, pada bulan kedua rata-rata mengalami

4
kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan

ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat

badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa terjadi kenaikan berat badan balita ketika mengkonsumsi

biskut makanan tambahan yang diberikan.

B. Saran

1. Dalam meningkatkan ketepatan sasaran, pengelola gizi di tingkat kabupaten dan

provensi perlu meningkatkan pemantauan ke petugas yang melaksanakan

pendistribusian Makanan Tambahan Balita gizi kurus.

2. Petugas perlu melakukan swiping penimbangan bagi balita yang tidak datang

posyandu agar pemantauan berat badan balita yang mendapatkan makanan

tambahan dapat di ketahui setiap bulannya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Alita, R. dan Ahyanti, M. 2013. Keberhasilan Program Pemberian Makanan


Tambahan Pemulihan Untuk Balita di Kota Bandar Lampung. Jurnal
Kesehatan, IV, No. 1, hlm 297-304.

Anggraini, Santi. 2011. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-


P) Terhadap Pertumbuhan Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Puskesmas
Kota Wilayah Selatan Kediri. Jurnal Stikes RS Baptis Kediri. Volume 4 No 1.
Tahun 2011

Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi II Kedokteran EGC. Jakarta. Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappennas). 2011. Rencana


Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta. Diakses pada 3
Desember 2015
http://www.4shared.com/get/I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pangan

Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Laporan Tahunan


Seksi KIA dan Gizi Masyarakat tahun 2016. Dinas Kesehatan. Konawe
Kepulauan.

Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Profil Dinas Kesehatan


Konawe Kepulauan 2016. Dinas Kesehatan. Konawe Kepulauan.

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Handayani, Lina, dkk. 2008. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan


Anak Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 11 No 1.
Tahun 2008

Hadiriesandi, Monica. 2016. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan


Pemulihan Untuk Balita Gizi Buruk Di Puskesmas Andong Kabupaten
Boyolali. Skripsi FKIK UNNES. Semarang.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan


(Balita, Anak Sekolah, Ibu Hamil). Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pemantauan Status Gizi. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010-


2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes
RI. Jakarta

5151
Kemenkes RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Jakarta: Kemenkes RI
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf. Diakses tanggal
01 mei 2018 jam 09.30 WITA.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes
RI. Jakarta

Mekar, S. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang


Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Moehji, Sjahmen. 2007. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Penerbit Papas Sinar
Sinanti. Jakarta.

Rustam S, 2012, Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Pendamping Air


Susu Ibu (MP-ASI) (Studi Kasus di Puskesmas Konda Kabupaten Konawe Selatan),
Tesis, Universitas Indonesia

Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8).
Alfabeta. Bandung

Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Saryono.

2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha


Medika. Yogyakarta.

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta

5
5
OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
MENURUT PEDOMAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2017

(Mengberi tanda (√) pada kolom yang disediakan sesuai denga hasil
observasi)

No. Hal-hal yang diamati Hasil Observasi


Dilaksanakan Tidak
/ Sesuai Dilaksanakan
/ Tidak Sesuai
1. Persiapan
a. Menentukan sasaran
 Balita yang kurus menurut
BB/TB <-3 - <2 SD dan tidak
sedang sakit.
 T P G / Bidan melaporakan
data sasaran ke puskesmas
b. Penyusunan jadwal disesuaikan
dengan wilayah masing-masing
c. Melakukan sosialisasi dan
penyuluhan terhadap masyarakat
terutama ibu balita yang menjadi
sasaran penerima PMT selama
program dijalankan.
d. Menentukan jadwal pelaksanaan
yang disepakati oleh petugas dan
diumumkan ke ibu balita.
e. Membentuk kelompok ibu balita
sasaran

5
2. Pelaksanaan

a. Pendistribusian

Diberikan secara langsung oleh petugas


ke sasaran (orangtua balita) Dilakukan
selama 90 hari makan.
b. Melakukan konseling kepada
balita/orangtua balita pada saat
pemberian makanan tambahan atau
pada saat kunjungan rumah.
c. Melakukan pengukuran setiap
pengambilan makanan tambahan,
meliputi pengukuran BB dan TB.

3. Pemantauan

a. Bidan Desa
Melakukan pemantauan
perkembangan status gizi balita
melalui pengukuran BB dan TB.
Dilakukan setiap bulan.
Melakukan pemantauan mengenai
daya konsumsi balita terhadap makanan
yang diberikan.
b. Tenaga Gizi Puskesmas, Kepala
Puskesmas dan Dinas Kesehatan melakukan
pemantauan mengenai perkembangan status
gizi balita gizi kurus setip bulan.

5
4. Pencatatan dan Pelaporan
a. Orangtua balita
Melakukan pencatatan harian
sederhana mengenai konsumsi
makanan yang diberikan
b. Bidan Desa
Melakukan pencatatan
perkembangan status gizi balita
setiap bulan
Melaporkan hasil
pencatatan ke puskesmas
setiap bulan
c. Tenaga Gizi Puskesmas
Melakukan pencatatan kembali
mengenai perkembangan/kondisi
balita gizi kurus setiap bulan.
Melaporkan hasil pencatatan ke
dinas kesehatan setiap bulan.
Melaporkan penggunaan dana BOK.

5
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BAILITA KURUS BB/TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LANGARA, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

Identitas Informan IformanTenaga Pelaksana Gizi Puskesmas


1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama Bekerja :
II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara

2. Apakah pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai dengan yang


ditetapkan kemenkes?
3. Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten Konawe
Kepulauan?
4. Apakah Anda membentuk kelompok ibu balita sasaran PMT ?
5. Apakah ada kelompok kader pelaksana PMT ?
6. Apakah Anda melakukan sosialisasi ke kader tentang rencana PMT?
7. Apakah ada rapat koordinasi dan organisasi pelaksana sebelum PMTdilakukan?
8. Siapa saja penerima PMT di Puskesmas Langara? Bagaimana anda menentukan
sasaran balita penerima PMT?
9. Apakah Anda melakukan konfirmasi status gizi kepada calon penerima PMT?
Apakah sasaran penerima PMT sesuai dengan yang ditetapkan kemenkes?
10. Apa saja paket makanan tambahan yang di berikan?
11. Berapa lama PMT diberikan ? Setiap apa pengambilannya?
12. Dimana biasanya paket makanan tambahan dapat diambil?
13. Apakah Anda memberikan konseling dan pengukuran/penimbangan pada saat
pemberian paket makanan tambahan?
14. Apakah ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada orangtua balita mengenai
pengambilan paket PMT?
15. Apakah orangtua penerima PMT mengambil sesuai jadwal?
16. Apakah ada yang tidak mengambil?

5
17. Apa yang Anda lakukan jika ada yang tidak mengambil?
18. Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi kurus?

5
19. Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
20. Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
21. Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan PMT ke
Dinas Kesehatan? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah normal). (Jika
ya) Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika tidak)Mengapa Anda
tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil PMT?
22. Apakah ada pemantauan dari Dinas Kesehatan? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
23. Apakah ada pemantauan dari Kepala Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
24. Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?

6
Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama Menjabat : Informan Bidan
II. Daftar Pertanyaan

1.
Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara?
2.
Apakah pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai dengan yang
ditetapkan kemenkes?
3.
Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten
Konawe Kepulauan?
4.
Apakah ada kelompok ibu balita sasaran PMT?
5.
Apakah ada kelompok kader pelaksana PMT?
6.
Apakah ada sosialisasi ke kader tentang rencana PMT?
7.
Apakah ada rapat koordinasi dan organisasi pelaksana sebelum PMT
dilakukan?
8.
Siapa saja penerima PMT di Puskesmas Langara? Bagaimana cara
menentukan sasaran balita penerima PMT?
9.
Apakah Anda melakukan konfirmasi status gizi kepada calon
penerima PMT? Apakah sasaran penerima PMT sesuai dengan yang
ditetapkan kemenkes?
10.
Apa saja paket makanan tambahan yang di berikan?
11.
Bagaimana cara menentukan jenis makanan tambahan pemulihan di
Puskesmas Langara? Disesuaikan berdasarkan kebutuhan balita atau disama
ratakan?
12.
Berapa lama PMT diberikan ? Setiap apa pengambilannya?
13.
Dimana biasanya paket makanan tambahan dapat diambil?
14.
Apakah ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada orangtua balita
mengenai pengambilan paket PMT?
15.
Apakah Anda memberikan konseling dan pengukuran pada saat
pemberian paket makanan tambahan?
16.
Apakah orangtua penerima PMT mengambil sesuai jadwal?

6
17.
Apakah ada yang tidak mengambil?
18.
Apa yang akan dilakukan jika ada yang tidak mengambil?
19.
Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi
kurus?
20.
Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
21.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
22.
Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan
PMT ? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah normal).
(Jika ya)
23.
Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika tidak)Mengapa Anda
tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil PMT?
24.
Apakah ada pemantauan dari Tenaga Gizi Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
25.
Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?

6
. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Informan Kepala Puskesmas
4. Lama Bekerja :
II. Daftar Pertanyaan

1.
Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara Apakah
pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai dengan yang
ditetapkan kemenkes?
2.
Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten Konawe
Kepulauan?
3.
Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi
kurus?
4.
Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
5.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
6.
Apakah Anda melakukan pemantauan program PMT di Puskesmas
Langara? Setiap apa? Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?

6
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) MENJADI
INFORMAN

Saya yang bertanda tangan dibawah


ini Nama :
Umur :
Alamat :
Jabatan :

Setelah mendapat penjelasan oleh peneliti tentang penelitian dengan judul

“Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Gizi Kurus di Wilayah

Kerja Puskesmas Langara, Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2018”, maka dengan ini

menyatakan bersedia untuk menjadi Informan dalam penelitian ini, tanpa ada paksaan dari

pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti

dengan jujur dan apa adanya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat digunakan sebagaimana mestinya.

Langara, Juli 2018

Informan

6
6
66
6
6
NASKAH PUBLIKASI
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA
BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LANGARA, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Adibin dengan bimbingan Petrus dan Hariani

INTISARI

Latar Belakang : Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan


makanan tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten
Konawe Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja
fluktuatif. Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus
menurut BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan (biskuit
balita) yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi kurus
meningkat BB/TB yang mendapatkan makanan tambahan berjumlah 11 orang (laporan
Puskesmas Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang mendasari
peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Langara.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus berdasarkan indeks BB/TB di Puskesmas
Langara, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian evaluasi
dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam). Rancangan ini dipilih
karena dengan evaluasi dapat diketahui efektivitas program PMT-anak balita yang telah
dilaksanakan dalam peningkatan status gizi balita penerima PMT-anak balita.
Hasil :. Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian makanan
balita gizi kurus yaitu menggunakan kriteria berdasarkan BB/U. Hal ini terjadi karena pada
saat pelatihan dan penentuan sasaran balita gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun
sebelumnya (2016) itu bidan yang mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan sasaran
tersebut, jadi pada saat distribusi sasaran tersebut yang digunakan. Berdasarkan hasil
pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas gizi di puskesmas Langara diketahui
bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan
tambahan yang diberikan
Kesimpulan : Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di
puskesmas Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan tambahan
pada balita gizi kurus. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas
Langara belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan
dari Kementerian Kesehatan. Terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika
mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan.
Kata Kunci : Evaluasi, Program PMT, Makanan Tambahan, Balita Gizi Kurus,

6
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu
hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus
karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus dan
prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2
%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi
pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal
diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi. Hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi stunting pada
balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko
kurus 22,8 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 diketahui bahwa
prevalensi balita kurus di provensi Sulawesi Tenggara sebesar 8,3 %, sedangkan
prevalensi balita sangat kurus sebanyak 5,1% (PSG 2017). Masalah gangguan tumbuh
kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) merupakan masalah yang
perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang
amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik
maupun kecerdasan. Kurus dan stunting pada usia sekolah akan berdampak pada
performa belajar di sekolah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas Sumber
Daya Manusia. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa
lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 2014).
Pemberian makanan tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok rawan gizi
yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI dengan kategori
kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari minus dua Standar Deviasi (<-2
Sd) (Juknis Pemberian Makanan Tambahan, Ri n.d.).
Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan makanan
tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten Konawe
Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja fluktuatif.
Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus menurut
BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan (biskuit balita)
yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi kurus
menurut BB/TB yang mendapatkan makanan tambahan berjumlah 6 orang (laporan
Puskesmas

7
Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang mendasari peneliti ingin
melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Langara.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan masalah
adalah Bagaimanakah pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pada balita
gizi kurus di Puskesmas Langara, kecamatan. Wawonii Barat, kabupaten Konawe
Kepulauan tahun 2018.

Tujuan Penelitian
3. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus menurut BB/TB di Puskesmas Langara,
Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan
4. Tujuan Khusus
e) Untuk mengetahui proses input yang meliputi tenaga, dana dan sarana, pada
program pemberian makanan tambahan anak balita kurus di Puskesmas Langara
f) Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pembrian Makanan Tambahan pada anak
balita kurus di Puskesmas Langara
g) Untuk mengetahui output Pembrian Makanan Tambahan pada anak Balita kurus di
Puskesmas Langara.
h) Untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan pada anak balita kurus
sebelum dan setelah Pemberian Makanan Tambahan

Manfaat Penelitian
5. Sebagai informasi bagi pemerintah khususnya Puskesmas Langara dan dinas terkait
dalam merumuskan kebijakan berhubungan dengan pemberian makanan tambahan
pada anak balita.
6. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan anak
balita yang mendapatkan makanan tambahan
7. Sebagai wahana belajar bagi peneliti tentang evaluasi Pemberian Makanan
Tambahan anak balita
8. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi untuk penelitian
selanjutnya dengan objek yang relevan.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian
evaluasi dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam). Waktu dan
Tempat Penelitian : Penelitian ini telah dilakukan selama dua hari dimulai pada
tanggal 30 s/d 31 juli tahun 2018 di puskesmas Langara Kabupaten Konawe Kepulauan.

7
Objek Penelitian : Objek dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, tenaga
pelaksana gizi (TPG) dan bidan desa.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara mendalam
(indepht interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Saryono, 2010:76). Adapun yang
akan diwawancara dalam penelitian ini yaitu kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi
dan bidan desa yang berhubungan dengan pemberian makanan tambahan. Sementara
teknik pengambilan data sekunder penelitian ini ialah dengan studi literatur.
Pengukuran berat badan dilakukan oleh petugas gizi puskesmas. Data berat badan
dan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian diambil dari laporan programer gizi
puskesmas Langara.

Prosedur Penelitian

4. Tahap Pra-Penelitian
f) Melakukan studi pustaka
g) Mengurus perijinan studi pendahuluan
h) Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan dan
Puskesmas Langara.
i) Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.
j) Menyusun proposal skripsi
5. Tahap Pelaksanaan Penelitian
c) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan
d) Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah yang
dilakukan.
6. Tahap Pasca Penelitian
e) Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan
f) Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder.
g) Analisis data dan membandingkan dengan petunjuk teknis program pemberian
makanan tambahan balita
h) Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.

Manajemen Data
Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan diperoleh
suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui manajemen data.
Manajemen data merupakan proses merangkum, memilih hal- hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan di lapangan dengan langkah mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang
tidak perlu

7
Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi
dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

HASIL DAN

PEMBAHASAN HASIL

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


UPTD Puskesmas Langara yang terletak di Kecamatan Wawonii Barat di Desa
Langara Iwawo dan pada akhir bulan Maret bangunan baru UPTD Puskesmas Langara
yang terletak di Desa Kawa-kawali resmi di gunakan sebagai tempat pelayanan kesehatan
yang di pimpin oleh Ibu Hairunisai, SKM. UPTD Puskesmas Langara merupakan salah
satu Puskesmas dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan terdiri dari
1 kelurahan dan 15 desa dengan 48 dusun. Secara geografis Kecamatan Wawonii Barat
tergolong dataran dengan topografi datar dan berbukit. Apabila dilihat dari peta Kabupaten
Konawe Kepulauan, maka Kecamatan Wawonii Barat terletak di bagian Timur Kota
Kendari.
Kecamatan Wawonii Barat memiliki luas wilayah sebesar 130 Km dari luas
Kabupaten Konawe Kepulauan. Desa terluas adalah Langara Iwawo dengan luas 18 Km
dari luas seluruh Kecamatan Wawonii Barat,adapun Desa Wawobili dan Kawa-Kawali
merupakan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu 3 Km.
2. Sarana Kesehatan.
Puskesmas Langara merupakan Pukesmas Perawatan yang dilengkapi sarana dan
prasarana dan tenaga Dokter. Tenaga dokter yang ada sangat terbatas, hal ini perlu
dipertimbangkan untuk penambahan tenaga medis serta paramedis lainnya. Ini berkaitan
dengan pertumbuhan jumlah penduduk, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
cepat, bermutu dan profesional. Pengembangan dan peningkatan Puskesmas dengan
pelayanan paripurna di tahun mendatang di Puskesmas Langara perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan wilayah gugus pantai di Pulau Wawonii Barat Kabupaten Konawe
Kepulauan.
Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu dan Polindes yang ada saat ini juga
merupakan Aset dari Pemerintah Kabupaten Konawe baik pembangunan melalui proyek
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe maupun pembangunan melalui proyek PNPM yang
ada di Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan, selain itu saat ini di
UPTD Puskesmas Langara juga telah dibangun beberapa rumah dinas yang nantinya dapat
digunakan oleh para tenaga pegawai yang ada dipuskesmas.
Akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat terutama keluarga
miskin di Kecamatan Wawonii Barat pada masa ini masih merupakan permasalahan,
dimasa datang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh.
Cakupan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar di

7
Puskesmas Langara Tahun 2016. Yaitu 4 Polindes, 1 Puskesmas dan 16 Posyandu.
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma hidup
sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan melalui upaya pendidikan dan
pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018, selengkapnya
disajikan pada Grafik. 1 sebagai berikut ini:

TENAGA KESEHATAN
16 17
16
14
12
10 7 3
8
6 3
4 3
1 111
2
0

Gambar. 1 Jumlah Tenaga Kesehatan Di UPTD Puskesmas Langara Tahun 2018


Sumber : Data Puskesmas Langara 2018

Gambar 3 menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas


Langara sebesar 53 orang. Tenaga Kesehatan profesi gizi di Puskesmas Langara berjumlah
3 orang terdiri dari 1 Pegawai Negri Sipil dan 2 orang tenaga kontrak. Tenaga Kesehatan
yang tertinggi yaitu perawat sebesar 17 orang dan Tenaga Kesehatan yang terendah yaitu
dr. Umum, Perawat Gigi, Farmasi dan SMK Kes. sebesar 1 orang.

Penilaian Input
Petugas
Petugas adalah orang yang bertanggung jawab dan mengkoordinir program
pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI kepada balita kurus 6-59 bulan di wilayah
kerja puskesmas. Jumlah petugas gizi yang melakukan pendistribusian biskuit Makanan
Tambahan di puskesmas Langara berjumlah 3 orang. Selain itu dalam proses
pendistribusian petugas gizi dibantu oleh bidan dan kader posyandu. Petugas gizi
mendapatkan pelatihan tentang pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI di tingkat
Kabupaten dengan pemateri yang berasal dari Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi
Tenggara.

7
Dana

Dalam pelaksanaan suatu program intervensi, seperti program pemberian makanan


tambahan biskuit MP-ASI diperlukan dana yang cukup untuk pendistribusian. Dana yang
digunakan untuk pelaksanan pendistribusian pemberian makanan tambahan di Puskesmas
Langara berasal dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun 2018. Adapun dana
yang digunakan dalam pendistribusian biskuit MP-ASI ini yaitu berupa biaya transportasi
perjalanan dinas dari puskesmas Langara ke desa balita gizi kurus yang akan diberikan
biskuit MP- ASI.

Sarana

Sarana dalam pelaksanaan pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI berupa


soft copy petunjuk teknis pelaksanaan pemberian makanan tambahan MP- ASI serta
formulir pencatatan dan pelaporan. Selain itu adapula kendaraan dinas roda dua berupa
sepeda motor yang di gunakan oleh petugas gizi untuk menunjang dalam proses
pendistribusian makanan tambahan biskuit MP-ASI.
Proses

Program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus merupakan program


pencegahan dan penanggulangan balita gizi kurus berupa pemberian makanan tambahan
kepada balita penderita gizi kurus selama 90 hari berturut- turut. Dalam pelaksanaan
program pemberian makanan tambahan pemulihan di wilayah Kabupaten Konawe
Kepulauan menggunakan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017. Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan terdiri dari :
1. Persiapan program pemberian makanan tambahan pemulihan.
2. Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.
3. Pemantauan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.
4. Pencatatan dan pelaporan hasil dari program pemberian makanan tambahan
pemulihan.
Persiapan

Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana persiapan sebelum program


pemberian makanan tambahan pemulihan dilaksanakan meliputi penentuan balita sasaran
penerima makanan tambahan, menentukan makanan yang akan diberikan, membentuk
kelompok ibu balita sasaran, sosialisasi program dan penyuluhan.
Menurut Alita (2013), persiapan menjadi penentu berjalannya suatu kegiatan atau
program. Apabila suatu kegiatan dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan peluang
keberhasilan kegiatan tersebut.

Penentuan Balita Sasaran

7
Sebelum kegiatan pemberian makanan tambahan dilaksanakan terlebih dahulu
petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi makanan tambahan pemulihan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Langara
mengatakan bahwa balita yang mendapatkan paket makanan tambahan pemulihan
seharusnya yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau
BB/TB dibawah -2 SD dan di utamakan keluarga yang kurang mampu. Berikut petikan
hasil wawancara dengan informan utama :
( Informan 2, SS, 31 thn)
“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus
berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu dan tidak
sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita tersebut sembuh
maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain. Sasaran balita tahun 2018 ini
balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan BB/TB tapi waktu pelatihan tahun
sebelumnya itu bidan yang ikut, sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman
melanjutkan. Biskuit yang di kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi
biskuitnya nanti datang akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 tahun) terkait penentuan


sasaran balita penerima paket makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Langara
yaitu dengan melihat dari penimbangan berat badan balita dengan indikator BB/U
berada di bawah -2 SD.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan sasaran balita
penerima makanan tambahan di puskesmas Langara belum sesuai dengan JUKLAK karena
menggunakan indicator BB/U sedangkan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
tahun 2017 bahwa Sasaran utama makanan tambahan (MT) Balita adalah balita kurus usia
6-59 bulan dengan indikator Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan
(TB) kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 SD) yang tidak rawat inap dan di utamakan
yang keluarga kurang mampu (Juklak PMT 2017).
a. Penentuan Makanan Tambahan
Penentuan makanan tambahan yang akan diberikan kepada balita gizi kurus di
wilayah kerja Puskesmas Langara mengikuti Petunjuk teknis Pemberian Makanan
Tambahan Gizi Kurus yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Makanan tambahan
yang diberikan berupa biskuit pabrikan yang berasal dari Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengatakan bahwa paket makanan yang
diberikan pada balita gizi kurus berupa makanan pabrik yaitu biskuit MP ASI. Berikut
petikan hasil wawancara dengan informan:
“makanan yang diberikan pada balita gizi kurus yaitu biskuit pabrikan”
(Informan 1, HN 48 thn)
“paket yang diberikan berupa biskuit pabrikan yang berasal dari Kemenkes ada
juga susu dari dinkes tapi sampe sekarang belum di kasikan kesini”
(Informan 2, SS 31 thn)
”Makanan yang diberikan yaitu biskuit MP ASI

7
(Informan 3, IA, 24 )
Berdasarkan hasil wawancara dari ke tiga informan diperoleh keterangan bahwa
makanan yang diberikan kepada balita gizi kurus berupa biskuit pabrikan yang telah
diberikan dari Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan

Pelaksanaan distribusi makanan tambahan di lakukan oleh petugas gizi di bantu


dengan bidan desa dan kader posyandu. Jadwal distribusi pemberian makanan tambahan di
sesuaikan dengan jadwal posyandu yang telah di tetapkan oleh puskesmas Langara. Sesuai
hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas gizi didapat informasi bahwa distribusi
makanan di lakukan pada saat posyandu, selain itu ada juga yang datang langsung
mengambil makanan tambahan di puskesmas Langara dan sebagian ada juga yang
mengambil makanan tambahan di polindes. Berikut petikan wawancara dengan informan:
(Informan 2, SS 31 thn)
“Kalo pengambilanya itu, balita ada yang kami berikan di tempat posyandu, karena
jadwalnya posyandu kan sudah terjadwal jadi pemberian di tempat posyandu ada,
ada juga balita yang datang langsung ke puskesmas karena kebutulan puskesmas
kami dengan kawasan masyarakat balita dekat jadi ada balita juga orang tuanya
datang langsung ambil di puskesmas. Ada juga yang kami salurkan lewat
bidannya. Bisa dititip ke bidan nanti diambil dipolindesnya”.

Pemantauan

Berdasarkan hasil wawancara pemantauan yang dilakukan dalam program


pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu dengan melihat perkembangan
berat badan balita yang di pantau setiap bulannya ketika datang posyandu. Selain itu ada
juga pemantauan yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan dinas kesehatan
provensi untuk melihat gudang penyimpanan dan proses pelaksanaan distribusi makanan
tambahan. Berikut petikan wawancara dengan informan.
(Informan 2, SS 31 thn)
“Iya, kalo kemarin pas pengadaan datang dinas kabupaten dan dinas provinsi
datang memantau terus setelah beberapa minggu dinas provensi datang kembali
untuk melihat penyaluran dan penyimpanannya. Terus ini kalo dinas kabupaten
sendiri setiap bulan ada memantau pemberiannya.
Kalo dari kami sesuai juklaknya kami ikuti. Dilihat dulu balitanya, terus
pencatatannya, terus hasil akhirnya kita pantau, balita yang menerima suka atau
tidak juga kami melakukan pencatatan”.
“Kalo dari kepala puskesmas sendiri karena setiap bulan kan kami adakan
MINLOK jadi setiap bulan kami laporkan berapa yang balita kurus terus berapa
setok PMT yang ada”.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyatan kepala puskesmas. Berikut petikan
wawancara dengan kepala puskesmas terkait pertanyaan pemantauan distribusi makanan
tambahan di puskesmas Langara.

7
Kotak 5 (Informan 2, SS 31 thn)
“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh mana
perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu juga kita
melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya melaporkan
perkembangannya pada waktu MINLOK”.

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan balita gizi kurus di


puskesmas Langara dilakukan setiap bulan. Berikut petikan wawancara dengan informan :
(Informan 2, SS 31 thn)
“Pencatatanya kami lakukan setiap pemberian, kebetulan pemberianya kan setiap
bulan jadi pencatatanya juga setiap bulan. Yang dicatat yang pertama ada
sasaranya, kami lihat juga status gizinya, terus setiap bulan kami lihat bagaimana
perkembangan berat badanya terus adan juga pencatatnya sudah berapa banyak
jumlah yang di berikan. Kalo pelaporannya setiap bulan kita laporkan ke dinas
kesehatan provinsi”.

1. Penilaian Output

a. Ketepatan Jumlah

Tabel 1. Jumlah makanan tambahan yang di terima balita kurus


JUMLAH PMT
TANGGAL
NO NAMA BALITA YANG
LAHIR DIBERIKAN
1 As 07/11/2016 7 Dos
2 AR 22/11/2016 8 Dos
3 DA 10/08/2014 4 Dos
4 ES 11/10/2016 8 Dos
5 LD 17/01/2016 8 Dos
6 A 05/06/2013 6 Dos
7 Ah 19/01/2017 8 Dos
8 NH 28/09/2015 6 Dos
9 NK 15/12/2016 8 Dos
10 Bs 05/10/2015 2 Dos
11 RP 17/03/2017 4 Dos
12 S 08/06/2016 4 Dos
13 H 13/10/2016 9 Dos
14 SA 24/06/2015 8 Dos
15 JH 12/12/2015 7 Dos
16 Ft 21/03/2015 8 Dos

Sumber : Laporan bulanan Puskesmas Langara 2018

7
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang mendapat makanan
tambahan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 16 orang.

Perubahan Berat Badan

Sebelum pemberian makanan tambahan balita di ukur berat badanya. Kemudaian


selama 3 bulan pemberian makanan tambahan berat badan balita dipantau setiap bulan.
Balita gizi kurus di ukur berat badanya setiap bulan di posyandu. Dari hasil pengukuran
berat badan yang di lakukan oleh petugas gizi puskesmas Langara selama 3 bulan di
peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 2 Pemantauan berat badan balita yang mendapat Makanan
Tambahan
BERAT BADAN (kg)
NAMA TANGGAL
NO Sebelum
BALITA LAHIR Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
Pemberian
1 As 07/11/2016 6,5 7 7,6 8
2 AR 22/11/2016 7,1 7,5 7,9 8,3
3 DA 10/08/2014 10,2 10,5 11 11,6
4 ES 11/10/2016 6,6 7,5 7,8 8,1
5 LD 17/01/2016 8,1 8,5 9,3 10
6 A 05/06/2013 11,5 12,5 13,2 13,6
7 Ah 19/01/2017 7,3 7,7 8,1 8,6
8 NH 28/09/2015 8,6 9,1 9,7 10,4
9 NK 15/12/2016 6,4 7 7,6 8,1
10 Bs 05/10/2015 8,7 9,3 9,9 10,3
11 RP 17/03/2017 6,5 7 7,6 8,2
12 S 08/06/2016 6,7 7,5 8,4 9
13 H 13/10/2016 8 - 8,5 9
14 SA 24/06/2015 10 - - 10,7
15 JH 12/12/2015 8,7 - - 9
16 Ft 21/03/2015 9,5 - - 10
Sumber : Laporan bulanan Puskesmas Langara 2018

PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat
digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana penilaian secara
komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, process dan output.
5. Input
Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri tempat
pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia (tenaga), dana serta sarana
dan prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam
suatu pelaksanaan suatu program.

7
d. Sumber Daya Manuasi (Petugas)
Petugas yang mengelola pelaksanaan program pemberian makanan tambahan
balita gizi kurus di puskesmas Langara dalam hal ini petugas gizi telah mendapatkan
pelatihan di tingkat kabupaten Konawe Kepulauan dengan pemateri yang berasal dari
dinas kesehatan Provensi. Selain petugas gizi pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan
kader posyandu.
e. Dana
Dana yang digunakan dalam pelaksanaan pendistribusian program pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus berasal dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan
(BOK) tahun anggaran 2018. Adapun dana yang dimaksud dalam pelaksanaan
pendistribusian PMT ini yaitu sebagai dana transportasi dari puskesmas ke desa tempat
tinggal balita gizi kurus.
f. Sarana dan Prasarana
Sarana yang digunakan dalam poses distribusi di puskesmas Langara yaitu
kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy petunjuk
pelaksanaan program makanan tambahan tahun 2017, formulir pelaporan pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas gizi dipuskesmas Langara diperoleh keterangan bahwa sarana yang ada di
puskesmas Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan
tambahan pada balita gizi kurus.

6. Proses
Proses pelaksanaan pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara
dilakukan mulai dari perencanaan jumlah sasaran. Adapun Jumlah sasaran yang
digunakan untuk program pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu
menggunakan sasaran riil. Petugas puskesmas merekap semua jumlah balita gizi kurus
di wulayah kerja puskesmas Langara kemudian mengumpulkan rekapan tersebut ke
Dinas Kesehatan kabupaten Konawe Kepulauan. Selanjutnya Dinas Kesehatan
kabupaten merekap semua jumlah balita gizi kurus di wilayah kabupaten Konawe
Kepulauan dan mengajukannya ke Dinas Kesehatan Provensi.
Berdasarkan hasil wawancara sasaran yang digunakan untuk menentukan balita
yang mendapat makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu balita gizi kurang
BB/U. Sedangkan menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan pemberian Makanan
Tambahan tahun 2017 sasaran balita yang mendapat makanan tambahan yaitu balita
usia 6-59 bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2
SD dan di utamakan keluarga yang kurang mampu.
Apabila dibandingkan dengan JUKNIS Pemberian Makanan Tambahan yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara
tersebut jelas belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan
tambahan. Ketidak sesuaian ini diakibatkan karena yang mengikuti kegiiatan pada saat
pelatihan dan penentuan sasaran

8
untuk balita yang akan mendapat makanan tambahan tahun 2017 di
laksanakan oleh Bidan .Sehingga terjadi ketidak sesuaian sasaran.
7. Output
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian makanan
balita gizi kurus (berdasarkan indikator BB/U). Berdasarkan Juknis Pelaksanaan
pemberian makanan tambahan tahun 2017 dari Kementerian Kesehatan seharusnya
sasaran yang mendapat makanan tambahan yaitu balita gizi kurus umur 6-59 bulan
dengan kategori BB/PB atau BB/TB di bawah minus 2 standar devisiasi (-2 SD).
Namun sasaran yang diberikan makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu balita
gizi kurang berdasarkan indeks BB/U dibawah -2 SD.
Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita gizi
kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang mngikuti,
sehingga sasaran yang di gunakan sasaran tersebut, jadi pada saat distribusi sasaran
tersebut yang digunakan.
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas gizi di
puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus
ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan.
8. Kenaikan Berat Badan
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan yang
diterbitkan oleh Kemenkes RI (2017) disebutkan bahwa kegiatan pemantauan
dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan program. Pemantauan meliputi
pelaksanaan program, pemantauan berat badan setiap bulan, sedangkan pengukuran
panjang/tinggi badan hanya pada awal dan akhir pelaksanaan pemberian makanan
tambahan dan memastikan makanan dikonsumsi oleh balita. Pemantauan dan
bimbingan teknis dilakukan oleh kepala puskesmas, tenaga pelaksanan gizi puskesmas
atau bidan di desa.
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 4 balita yang tidak dilketahui berat badannya
pada saat pemberian makanan tambahan bulan pertama dan kedua, hal ini karena balita
tersebut tidak datang ke posyandu sehingga pada bulan pertama dan kedau tidak di
lakukan penimbangan pada balita tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 thn) pemantauan berat
badan balita yang mendapat makanan tambahan dilakukan setiap bulan di posyandu.
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita yang mendapat PMT oleh petugas gizi
di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus
ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan. Pada bulan pertama
pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami
kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata
mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada
bulan ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat
badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%.

8
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara
seperti sumber daya manusia (petugas), dana dan sarana berupa kendaraan roda dua
(sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy petunjuk pelaksanaan program
makanan tambahan tahun 2017, formulir pelaporan pemberian makanan tambahan
balita gizi kurus tahun 2017, sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi
makanan tambahan pada balita gizi kurus.
2. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara belum sesuai
dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan. Karena penentuan
sasaran yang akan mendapat makanan tambahan menggunakan indikatori BB/U
dibawah -2 SD sedangkan sesuai JUKNIS seharusnya menggunakan indikator BB/TB
dibawah -2 SD. .
3. Output program pemberian makanan tambahan berupa ketepatan sasaran dan waktu
distribusi. Sasaran balita yang diberikan makanan tambahan belum tepat sesuai
JUKNIS. Waktu pemberian telah dilakukan sesuai dengan JUKNIS yaitu di berikan
selama 90 hari makan.
4. Pada bulan pertama pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan makanan
tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan
kedua rata-rata mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%,
sedangkan pada bulan ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami
kenaikan berat badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan berat badan balita ketika mengkonsumsi
biskut makanan tambahan yang diberikan.
Saran
1. Dalam meningkatkan ketepatan sasaran, pengelola gizi di tingkat kabupaten dan
provensi perlu meningkatkan pemantauan ke petugas yang melaksanakan
pendistribusian Makanan Tambahan Balita gizi kurus.
2. Petugas perlu melakukan swiping penimbangan bagi balita yang tidak datang posyandu
agar pemantauan berat badan balita yang mendapatkan makanan tambahan dapat di
ketahui setiap bulannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alita, R. dan Ahyanti, M. 2013. Keberhasilan Program Pemberian Makanan Tambahan


Pemulihan Untuk Balita di Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, IV, No. 1, hlm
297-304.

Anggraini, Santi. 2011. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT- P)


Terhadap Pertumbuhan Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Puskesmas Kota
Wilayah Selatan Kediri. Jurnal Stikes RS Baptis Kediri. Volume 4 No 1. Tahun 2011

8
Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Laporan Tahunan Seksi
KIA dan Gizi Masyarakat tahun 2016. Dinas Kesehatan. Konawe Kepulauan.

Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Profil Dinas Kesehatan


Konawe Kepulauan 2016. Dinas Kesehatan. Konawe Kepulauan.

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Handayani, Lina, dkk. 2008. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak
Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 11 No 1. Tahun 2008

Hadiriesandi, Monica. 2016. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan


Pemulihan Untuk Balita Gizi Buruk Di Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali.
Skripsi FKIK UNNES. Semarang.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan


(Balita, Anak Sekolah, Ibu Hamil). Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pemantauan Status Gizi. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010- 2013.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI. Jakarta.

Kemenkes RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang


Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Jakarta: Kemenkes RI
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf.
Diakses tanggal 01 mei 2018 jam 09.30 WITA.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai