Anda di halaman 1dari 11

BERISLAM DENGAN SEUTUHNYA

Berislam dengan
Seutuhnya

Tujuan:
1. Mengetahui pengertian islam secara menyeluruh.
2. Mengetahui dan memahami tanda-tanda kesempurnaan islam.

Kata Kunci

Allah menyempurnakan keislaman seseorang (QS. 5: 3)


Berislam secara keseluruhan (QS. 2: 208)

Pertanyaan Pemantik

Sejauh apa kita berislam sampai detik ini? Apakah sudah cukup?
Urgensi

Hidup ini penuh dengan tanda tanya, sebagian sudah menemukan jawabannya, tetapi
sebagian besar orang belum menemukan jawabannya. Tugas kita adalah menghapus tanda
tanya dengan ilmu. Mengapa harus dihapus? Karena tanda tanya ini akan menghalangi arah
hidup kita. Arah hidup sangatlah penting sebab akan menentukan aktivitas apa saja yang kita
lakukan selama hidup. Tidak ada yang bisa mengarahkan hidup manusia, melainkan yang
paling tahu siapa manusia, yaitu Allah. Pastikan kita hanya mau diarahkan oleh siapa yang
tahu hidup manusia, yaitu Allah. Allah telah mengirimkan petunjuk dalam hidup kita yaitu
agama. Dalam bahasa Sansekerta agama berasal dari kata ‘a’ dan ‘gama’, ‘a’ artinya tidak
dan ‘gama’ adalah kacau. Sehingga agama adalah arah hidup agar tidak kacau. Persoalan
agama bukan yang penting punya agama, tetapi sejauh mana agama akan mengahkan hidup
kita. Satu-satunya agama yang diridhai Allah (QS. 5:3) dan dapat mengarahkan kita adalah
agama Islam. Kalau mau selamat maka harus menggunakan petunjuk Islam. Islam harus
dimengerti dengan baik dan benar agar tidak menjadi justifikasi bagi keinginan nafsu para
penganutnya.

Islam merupakan sistem menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan.


Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya mempelajari islam secara keseluruhan dan
mendalam sehingga nantinya tidak ada salah paham terhadap islam. Islam tidak boleh
dipelajari secara partikal tetapi integral, artinya islam tidak dipelajari sepotong-sepotong,
tetapi secara keseluruhan dan dipadukan dalam satu kesatuan yang bulat. Namun,
realitasnya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami betul dan dilaksanakan dengan benar.
Terdapat banyak penyimpangan terhadap pemahaman islam. Sebagai contoh adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan teroris saat ini. Tindakan tersebut, yang tidak didasarkan
pada ajaran agama islam yang benar, membuat keresahan bukan hanya suatu golongan
tetapi seluruh umat manusia. Ketika orang tidak memahami Islam dengan benar, maka akan
menjadi justifikasi bagi para penganutnya. Apa saja yang dapat kita pelajari agar bisa masuk
islam secara keseluruhan? Seorang menjadi muslim yang kaffah akan mengalami 3 tahapan.
Tahapan : Aqidah—yakin kepada Allah. Fiqh—amal yang sesuai dengan apa yang diminta
oleh Allah. Akhlak—kemurnian. Ketiga tahap ini tidak bisa terpisah ataupun terputus, jika
itu terjadi maka akan ada pemahaman yang salah. Oleh karena itu, tugas kita adalah terus
belajar semaksimal kemampuan kita.
Materi

A. Bedah QS. Al-Baqarah ayat 208

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keselutuhan,
dan janganlah kamu turut Langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah 2:208)

Islam di dalam Al-Quran disebut dengan tiga kosa kata yaitu ‫( ٱ إ ِْلس َٰإلم‬QS. 5:3), ‫الس ْل ِِّم‬
ِّ
(QS. 2:208) dan ‫( سالم‬QS. 19:15). Pada awal ayat ini Allah berfirman
“Hai orang-orang yang beriman”, disebutkan 68 kali dalam Al-Quran, jika dilihat lebih
detail:

1. ‫َا‬
‫ي‬ dalam bahasa arab biasanya untuk memanggil orang yang dekat, menengah

atau yang jauh artinya Allah sedang menyeru kepada orang beriman tanpa batasan
baik yang merasa dekat, menengah atau jauh dari-Nya.

2. ُّ‫ ا‬berasal dari ُّ‫ي‬


‫يها‬ َ‫ا‬ dan ‫ها‬ .
3. ‫ُوا‬
‫َامن‬ ِْ
‫ينء‬ ‫اَّلذ‬ disebut konjungsi tanpa batas yang menunjuk semua

objek tanpa kecuali. Maksudnya Allah memanggil semua orang yang beriman
(mempunyai keyakinan atas keberadaan Allah SWT) dalam segala keadaan, baik
muda, tua, kecil ataupun besar.
Artinya Allah memanggil semua orang yang beriman atau sudah masuk islam dalam
keadaan apapun. Jika kita sudah beriman maka harus ada pembuktiannya, agar bisa
dibedakan dari orang yang tidak beriman. Sehingga Allah turunkan di dalam Al-Quran
cara pembuktiannya dalam bentuk perintah ataupun larangan. Biasanya setelah kalimat
berisi perintah atau larangan Allah. Sehingga sebisa mungkin ketika kita
tilawah dan bertemu kalimat tersebut berhentilah dan baca arti ayatnya, karena Allah
sedang menyapa kita..

‫م‬
ِ ْ‫الس‬
َ‫ِل‬ pada ayat ini maksudnya adalah menunaikan semua nilai kepatuhan

yang Allah SWT sebutkan dalam Al-Quran. ِ ْ‫الس‬


َ‫ِل‬
‫م‬ sedikit beda dengan islam,
islam adalah bingkainya sedangkan ِ ْ‫الس‬
َ‫ِل‬
‫م‬ lebih ke tuntunan ajaran dalam islam.

‫م‬
ِ ْ‫الس‬
َ‫ِل‬ mempunyai banyak arti yaitu patuh, selamat dan damai. Artinya jika

engkau patuh maka engkau akan selamat dari kegelisahan dunia, selamat dari
kekecewaan akhirat, selamat dari ancaman-ancaman kehidupan serta jika engkau
mendapatkan semua itu, maka damailah hatimu. Lihatlah sahabat dalam masa Nabi yang
semua patuh pada perintah Allah SWT, tidak ada hidupnya yang tidak damai. Kunci
utamanya adalah patuh terlebih dahulu dengan segala tuntunan yang diberikan Allah
SWT. Sejatinya Allah tidak membutuhkan ibadah kita. Kalaupun kita tidak patuh dengan
Allah, Allah tetaplah pencipta alam semesti tidak berkurang sedikitpun kekuasaan-Nya.
Kepatuhan orang beriman terhadap Allah akan Kembali kedirinya sendiri. Segala
perintah Allah sangatlah mudah, tidak ada yang menyulitkan kita. Seperti sholat, orang
normal diperintahkan untuk berdiri, tetapi jika tidak bisa maka boleh duduk. Tidak bisa
duduk, diperbolehkan berbaring. Bukankah islam itu mudah?
Kemudian kata kaffah yang biasa diartikan keseluruhan, kaffah berasal dari kata
kufu artinya hal yang mampu dilakukan. Kaffah itu menyeluruh tapi yang kamu mampu
kerjakan sebatas kemampuanmu. Apa maksud dari mampu? Seperti halnya sholat, sholat
ada dua, fardu dan sunnah. Sholat sunnah beragam, ada sholat tahajut, dhuha, rawatib,
mutlak dan masih banyak lagi. Silahkan selama kita masih hidup maksimalkan
kemampuan kita untuk melaksanakannya. Jika kita selama hidup bisa jalan, lari dan
bergerak semau kita, apakah kemampuan kita, diluar shalat fardu, hanya sebatas
mengerjakan dua rakaat sholat dhuha seminggu sekali? Ini menjadi renungan kita
bersama.
B. Makna memeluk Dinnul Islam (Agama Islam)
Secara etimologis islam berasal dari kata salima yang terbentuk dari huruf siin,
laam, dan miim. Dari kata tersebut memiliki makna:
a. Menundukkan wajah (QS. 4: 125)
b. Berserah diri (QS. 3: 83)
c. Suci, bersih (QS. 26: 89)
d. Selamat, sejahtera (QS. 6: 54)
e. Perdamaian (QS. 47: 35)
Dengan pengertian secara etimologis ini dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki
sifat yang dibawanya yaitu berserah diri kepada Allah (lihat QS. 2: 83) dan wujud
perdamaian. Saat seseorang menundukkan wajah dan berserah diri kepada-Nya, maka
pada saat itu dia akan bersih dari sifat kesombongan dan telah tunduk kepada ajaran dan
aturan yang Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad Sholallahu’alaihiwassallam
(lihat QS. 53: 4) yaitu Islam sebagai pedoman sepanjang hidup. Jika itu ia lakukan maka
ia akan merasakan kedamaian hidup dalam naungan-Nya, terjamin hidupnya, dan
terbebas dari rasa cemas dan takut.

Islam tidaklah seperti agama lain. Islam bukan sekedar agama yang dipahami
masyarakat kebanyakan, banyak yang beranggapan islam hanya mengatur hubungan
vertikal antara manusia sebagai individu dengan Tuhannya dan hanya mengarahkan
manusia untuk kehidupan akhirat saja sehingga kehidupan dunia diatur oleh peraturan
yang dibuat manusia. Ada pula paham pluralisme agama yaitu paham yang menganggap
semua agama sama. Upaya penyeragaman atau menganggap sama agama-agama adalah
justru bertolak belakang dengan prinsip pluralisme itu sendiri, dengan kata lain prinsip
mengakui adanya perbedaan keyakinan dan keunikan dari masing-masing agama justru
itu yang menjadi prinsip dari pluralisme (Ahmad, 2014). Ini menjadi tugas kita semua,
sebagai seorang muslim, untuk meluruskan anggapan-anggapan orang mengenai agama
islam itu sendiri.

C. Kesempurnaan Dinnul Islam


Sebagaimana paparan diatas Islam merupakan agama yang sempurna (lihat QS.
5:3), atau dapat dikatakan syamil yang berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup
segala hal yang diperlukan sebagai pedoman dalam hidup manusia. Islam memberi
konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan, Tidak ada satu
sisi kehidupan yang terlewat pembahasannya. Semua konsep tercantum dalam Al-
Quran, Allah berfirman:

“Tidak Kami lewatkan dalam kitab itu suatu apa pun”. (QS. Al-An’am 6:38)

Sebagai pedoman yang integral dan menyeluruh, meliputi konsepsi yang benar
mengenai masalah keyakinan, masalah moral, tingkah laku, sosial, perasaan,
pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer dan peradilan. Misalnya dalam aspek sosial,
dalam hidup ini manusia tidak dapat berdiri sendiri. Karena keterbatasannya, manusia
membutuhkan orang lain. Ia butuh berdialog, bekerja sama, bentu-membantu dan tolong
menolong dengan orang lain. Interaksi ini tidak lepas dari sentuhan islam. Islam
mengatur sedemikian rupa sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh
kasih sayang dan bebas dari permusuhan. Seperti halnya firman Allah SWT pada QS.
Al-Hujurat ayat 11-12 yang berisi interaksi antara muslim dan non-muslim yaitu tidak
boleh saling mengolok-olok dan mencari kejelekan-kejeleka antara umat satu dengan
yang lainnya serta muslim harus bergaul dengan non-muslim dengan cara yang baik,
seperti berdialog secara baik, sopan dan santun.

Sebagai sistem yang diciptakan oleh Allah Yang Maha sempurna, islam
memiliki kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh sistem-sistem buatan manusia
manapun. Kesempurnaan tersebut dapat dilihat dari cangkupannya terhadap waktu,
ruang dan sistem.
a. Syumuliatuz Zaman (sepanjang masa),
Islam sebagai syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa) dibuktikan dengan ciri risalah
Nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan risalah dan nabi penutup. Islam yang dibawa
Nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang masa hingga hari kiamat (lihat QS. 3:
144).
b. Syumuliyatul Minhaj (mencakup semuanya)
Islam melingkupi beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendiri, misalnya jihad
dan da’wah (sebagai penyokong islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan islam) dan
aqidah (sebagai asas islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan islam sebagai
agama.

c. Syumuliyatul Makan (semua tempat)


Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam
ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan
aturan dan ketentuan dari-Nya. Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan
seluruh etnisnya, dan bahwa mereka semua sama di mata Allah SWT sebagai ciptaan-
Nya dan dibedakan satu sama lain karena asas ketakwaan (lihat QS. 49: 13, QS. 34: 28).

Kesempurnaan islam sekaligus memberikan pemahaman bahwa Allah tidak akan


menerima keislaman seseorang jika ia hanya menerima sebagian dan menolak sebagian dari
apa yang sudah dituntunkan sesuai dengan hawa nafsunya (lihat QS. 2: 208).
Islam membawa ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia,
misalkan; sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, lingkungan, kebudayaan,
dan sebagainya. Itulah sebabnya tidak hanya sekedar meyakini ke-syumul-an islam, Allah
SWT menyuruh kita agar berupaya berislam secara total, mencakup seluruh aspek kehidupan
kita.
Kisah Hikmah

Husen bin Salam adalah Kepala Pendeta Yahudi di Madinah. Walaupun penduduk
Madinah berlainan agama dengannya, namun mereka menghormati Husen. Karena di
kalangan mereka, ia dikenal baik hati, istiqomah dan jujur.
Husen hidup tenang dan damai. Baginya waktu sangat berguna. Karena itu, ia
membaginya dalam tiga bagian. Sepertiganya ia pergunakan untuk di sinagog Yahudi untuk
mengajar dan beribadah. Sepertiga lainnya ia habiskan di kebun untuk merawat dan
membersihkan tanaman. Sepertiga lagi untuk membaca taurat dan mengajarkannya kepada
orang lain.
Setiap kali menemukan ayat taurat yang mengabarkan tentang kedatangan seorang
nabi di Madinah, ia selalu membacanya berulang-ulang dan merenunginya. Dipelajarinya
lebih mendalam tentang sifat-sifat dan ciri-ciri nabi yang ditunggu-tunggunya itu. Ia sangat
gembira ketika mengetahui orang yang ditunggunya itu telah muncul dan akan berhijrah ke
Madinah. Karena itu, ia selalu berdoa agar Allah memanjangkan usianya supaya bisa bertemu
dengan nabi yang ditunggu-tunggunya dan menyatakan iman.
Allah memperkenankan doa dengan memanjangkan usianya dan mempertemukannya
dengan penutup para nabi, Muhammad SAW. Ketika pertama kali mendengar kedatangan
Nabi SAW, Husen bin Salam mencocokkan sifat-sifatnya dengan yang ia ketahui dari taurat.
Begitu mengetahui persamaan-persamaan tersebut, ia yakin benar bahwa orang yang ia
tunggu telah datang. Namun hal itu ia rahasiakan terhadap kaum Yahudi.
Tatkala Rasulullah ke Madinah dan tiba di Quba’, seorang juru panggil berseru
menyatakan kedatangan beliau. Saat itu Husen bin Salam sedang berada di atas pohon kurma.
Bibinya, Khalidah binti Harits, menunggu di bawah pohon tersebut. Begitu mendengar
kedatangan Rasulullah, ia berteriak, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!”
Mendengar teriakan itu, bibinya berkata, “Kamu akan kecewa. Seandainya saja kamu
mendengar kedatangan Musa bin Imran, kamu tidak bisa berbuat apa-apa.”
“Wahai bibi, demi Allah, dia adalah saudara Musa bin Imran. Dia dibangkitkan
membawa agamanya yang sama,” kata Husen.”Diakah Nabi yang kau ceritakan itu?” tanya
bibinya. “Benar!” jawabnya lalu bergegas menemui Rasulullah yang sedang dikerumuni
orang banyak. Setelah berdesak-desakan, akhirnya Husen berhasil menemui beliau.
Sabda beliau pertama kali adalah, “Wahai manusia, sebarluaskan salam. Beri makan
orang yang kelaparan. Shalatlah di tengah malam, ketika orang banyak sedang tidur nyenyak.
Pasti kamu masuk surga dengan bahagia.”
Husen bin Salam memandangi Rasulullah dengan seksama. Ia yakin, wajah beliau
tidak menunjukkan raut membohong. Perlahan Husen mendekat seraya mengucapkan dua
kalimah syahadat.
Rasulullah bertanya padanya, “Siapa namamu?”
“Husen bin Salam,” jawabnya.
“Mestinya Abdullah bin Salam,” kata Rasulullah mengganti namanya dengan yang
lebih baik.
“Saya setuju,” kata Husen. “Demi Allah yang mengutus engkau dengan benar, mulai
hari ini saya tidak ingin lagi memakai nama lain, selain Abdullah bin Salam.”
Setelah itu Abdullah bin Salam pulang. Ia mengajak seluruh keluarganya—termasuk
bibinya, Khalidah, yang saat itu sudah lanjut usia—untuk memeluk Islam. Mereka menerima
ajakannnya. Abdullah meminta keluarganya untuk merahasiakan keislaman mereka dari
orang-orang Yahudi hingga waktu yang tepat.
Tak berapa lama kemudian, Abdullah bin Salam menemui Rasulullah dan berkata,
“Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi suka berbohong dan sesat, saya meminta engkau
memanggil ketua-ketua mereka, tapi jangan sampai mereka tahu kalau saya masuk Islam.
Serulah mereka kepada agama Allah, saya akan bersembunyi di kamarmu mendengar reaksi
mereka.
“Rasulullah menerima permintaan tersebut. Beliau memasukkan Abdullah ke dalam
bilik dan mengumpulkan para pemuka Yahudi. Rasulullah membacakan kepada mereka ayat-
ayat Al-Qur’an dan mengajak mereka memeluk islam. Namun orang-orang Yahudi itu
menolak, bahkan membantah kata-kata beliau. Setelah mengetahui bahwa mereka enggan
menerima seruannya, Rasulullah bertanya,
“Bagaimana kedudukan Husen menurut kalian?
“Dia pemimpin kami, kepala pendeta kami dan pemuka kami,” jawab mereka.
“Bagaimana pendapat kalian kalau dia masuk islam? Maukah kalian mengikutinya?”
tanya Rasulullah.
“Tidak mungkin! Tidak mungkin dia masuk islam,” jawab mereka serentak.
Tiba-tiba Abdullah bin Salam keluar dari bilik Rasulullah dan menemui mereka seraya
berkata, “Wahai kaum Yahudi, bertakwalah kepada Allah. Terimalah agama yang dibawa
Muhammad. Demi Allah, sesungguhnya kalian sudah mengetahui bahwa Muhammad benar-
benar utusan Allah. Bukankah kalian telah membaca nama dan sifat-sifatnya dalam taurat?
Demi Allah, aku mengakui Muhammad adalah Rasulullah. Aku beriman kepadanya dan
membenarkan segala ucapannya.”
“Bohong!” jawab mereka. “Kau jahat dan bodoh, tidak bisa membedakan mana yang
benar dan salah!”
Mereka pun meninggalkan Abdullah bin Salam dan Rasulullah SAW. “Kau lihat,
wahai Rasulullah. Orang-orang Yahudi itu pendusta dan sesat. Mereka tidak mau mengakui
kebenaran walaupun di depan mata,” ujar Abdullah.
Abdullah bin Salam menerima Islam seperti orang yang kehausan dan merindukan
jalan ke telaga. Lidahnya selalu basah oleh untaian ayat-ayat Al-Qur’an. Ia selalu mengikuti
seruan Rasulullah sehingga beliau mengabarinya berita gembira tentang surga.

Kesimpulan
Islam adalah panduan hidup yang lengkap bagi manusia. Dengan berserah diri dan tunduk
kepada-Nya serta melaksanakan ajaran serta aturannya yaitu islam dengan menyeluruh, maka
manusia akan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dalam naungan rahmat Allah SWT
di dunia dan akhirat.

Diskusi
Apa yang menyebabkan kita tidak bersungguh-sungguh dalam berislam, sehingga
mengabaikan peran agama dalam beberapa aspek kehidupan?

Action Plan
Peserta dan pemandu menuliskan bagian dari diri/hidup masing-masing yang belum sesuai
dengan nilai islam, Misal: makanan, abad berpakaian, berinteraksi, berwirausaha, belajar, dsb.
Kemudian dilakukan perencanaan perbaikan diri dalam setiap pekan kedepannya (sisa
pertemuan).

Referensi

[1] Buku Panduan APAI 2018, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas
Gadjah Mada. (http://bit.ly/BukuPanduanAPAI2018)
[2] Buku Panduan APAI 2018, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas
Gadjah Mada (http://bit.ly/BukuPanduanAPAI2017)
[2] Syarah Rasmul Bayan karya Jasiman, Lc.
[3] Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 208-209 Oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.
(https://youtu.be/ilIJ_nxJRaU)
[4] Rekonstruksi Gagasan Pluralisme Agama karya Ahmad Muttaqin
(http://bit.ly/MateriPluralisme)

Anda mungkin juga menyukai