Anda di halaman 1dari 4

https://indocropcircles.wordpress.

com/2018/07/21/patahan-terbesar-dunia-ditemukan-di-palung-
indonesia/

 Dinamakan “Banda Detachment Fault” atau “Patahan Detasemen Banda” ini terletak di
Indonesia bagian timur.
 Merupakan bagian dari Cincin Api (the Ring of Fire), wilayah yang terkenal karena banyaknya
gempa bumi dan letusan gunung berapinya.
 Hal ini bisa mengarah pada terobosan dalam prediksi akan terjadinya tsunami untuk daerah
tersebut.

Sekelompok peneliti dan ilmuwan menemukan, 7 km di dalam jurang palung jauh di bawah
lautan dalam zona Cincin Api atau ‘ring of fire’, terdapat sesar atau patahan (fault) terbesar di
Bumi yang sangat mematikan.

“Cincin Api” (Ring of Fire) atau dikenal juga sebagai “Lingkaran Cincin Api Pasifik” (The
Pacific Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung
berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.

Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini
juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan
81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik ini,
bahkan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua sekaligus, yakni, Indo-Australia dari
sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

Kondisi geografis ini, di satu sisi menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana
letusan gunung api, gempa, dan tsunami. Namun di sisi lain menjadikan Indonesia sebagai
wilayah subur dan kaya secara hayati.

Misalnya, selain memberikan potensi energi tenaga panas bumi yang dapat digunakan sebagai
sumber tenaga alternatif., debu akibat letusan gunung berapi yang menyuburkan tanah, sehingga
masyarakat tetap banyak yang tinggal di area sekitar gunung berapi.

Dan hebohnya, terdapat di wilayah Indonesia! Ya, tepatnya berada dalam palung di bawah Laut
Banda. Zona ini adalah jurang laut yang mengerikan yang disebut “abyss”, di kedalaman 7 km.

Dr. Jonathan Pownall (credit: Australian National University /ANU).

Dipimpin oleh peneliti utama bernama Dr. Jonathan Pownall dari Australian National University
(ANU) mengatakan temuan itu akan membantu para peneliti menilai bahaya tsunami di masa
depan di daerah tersebut.

Australian National University, (2016) “Researchers find biggest exposed fault on Earth” (Online) Dapat
diakses di: https://www.anu.edu.au/news/all-news/researchers-find-biggest-exposed-fault-on-earth
[Diakses 06 April 2020]
Dr. Pownall mengatakan bahwa penemuan patahan Detasemen Banda yang berada di sekitar kordinat
05°52′22.3″S 130°35′40.1″E ini akan membantu peneliti untuk menilai bahaya tsunami dan gempa bumi
di masa depan.

“Di daerah dengan risiko tsunami ekstrim, pengetahuan tentang patahan utama seperti Detasemen Banda,
yang dapat membuat gempa besar ketika mereka tergelincir, merupakan hal mendasar untuk dapat
menilai dengan benar dalam hal bahaya tektonik,” katanya

Sekarang para ahli geologi untuk pertama kalinya telah melihat dan mendokumentasikan the
Banda Detachment Fault (BDF) yang berada di Indonesia bagian timur – dan mencari tahu
bagaimana patahan itu bisa terbentuk.

Hal ini dapat menyebabkan terobosan dalam prediksi tsunami untuk daerah tersebut, yang
merupakan bagian dari Cincin Api – sebuah wilayah di sekitar cekungan Samudra Pasifik yang
dikenal karena gempa bumi dan letusan gunung berapi.

“Palung atau abyss yang telah dikenal selama 90 tahun, tetapi sampai sekarang tidak ada yang
bisa menjelaskan: Bagaimana daerah itu bisa begitu dalam?,” tanya Dr. Pownall.

“Dari penelitian kami menemukan bahwa jurang di laut sedalam 7 km di bawah Laut Banda, di
sebelah timur Indonesia, dibentuk oleh perluasan sepanjang apa yang mungkin merupakan
bidang patahan terbesar yang teridentifikasi di planet Bumi,” tambah Dr. Pownall.

Sesar atau Patahan (fault) ini, yang dinamakan Detasemen Banda, merepresentasikan robekan di
dasar Laut Banda yang terpapar di atas zona seluas 60.000 kilometer persegi. (credits: ANU)

Apa itu Detachment Faulting?

Detachment faulting atau “detasemen patahan” dikaitkan dengan tektonik ekstensional berskala
besar. Detachment fault sering kali memiliki perpindahan yang sangat besar (puluhan km) dan
berjarak dekat serta sejajar yang tidak termodifikasi pada dinding gantung (hanging walls)
terhadap dinding kaki (footwalls) metamorfik menengah hingga tinggi yang disebut kompleks
inti metamorf (metamorphic core complexes).

Ia telah terbentuk sebagai struktur awal low-angle, atau dengan rotasi patahan normal yang juga
terbentuk oleh efek isostatik dari tektonik. Banda Detachment fault terbentuk di dasar laut dan
ini bisa jadi yang pertamakali ditemukan.

Detachment fault terdiri dari dua kelompok besar, yaitu yang berada di daratan yang dinamakan
Continental detachment faults , dan di dasar laut yang dinamakan Oceanic detachment faults.

The Banda Detachment Fault, patahan Mematikan Terbesar di Laut Banda.

Continental detachment faults juga terdapat di pegunungan. Contoh misalnya The Snake Range
detachment system (Amerika Utara), The  Nordfjord-Sogn Detachment (Norwegia bagian barat),
atau The Whipple detachment (di tenggara California, Amerika Serikat).

Australian National University, (2016) “Researchers find biggest exposed fault on Earth” (Online) Dapat
diakses di: https://www.anu.edu.au/news/all-news/researchers-find-biggest-exposed-fault-on-earth
[Diakses 06 April 2020]
Dan di dasar laut yang dinamakan Oceanic detachment faults, selain Banda Detachment fault,
Detachment fault lain telah ditemukan di dasar laut dekat dengan batas lempeng berbeda, yang
dicirikan oleh persediaan magma upwelling yang terbatas seperti Southwest Indian Ridge dan
juga di Belgia dan di Tasmania. Detasemen patahan ini terkait dengan pengembangan struktur
kompleks inti samudra

Menurut riset yang terbit di jurnal The Geological Society of America edisi November itu,
patahan tersebut diklaim termasuk yang terbesar yang ada di dunia.

Patahan Banda berada dalam zona Lubuk Weber di kedalaman 7,2 km. Panjang patahan
mencapai 450 km.

Luasnya disebut-sebut dua kali lipat dari luas daratan Belgia.

Dengan data batimetri beresolusi tinggi, peneliti juga berhasil mengungkap Palung Banda,
lembah laut sedalam 7 km.

Tim riset terdiri atas dua peneliti dari Research School of Earth Sciences Australian National
University (ANU), Jonathan M Pownall dan Gordon S Lister, serta geolog pada Department of
Earth Sciences Royal Holloway University of London, Robert Hall.

Keberadaan palung sejatinya diketahui sejak 90 tahun silam.

Namun, saat itu belum ada yang mampu menjelaskannya secara ilmiah.

Anggota tim peneliti dari Australian National University (ANU) Gordon Lister mengatakan riset
mereka yang berjudul Rolling Open Earth's Deepest Forearc Basin itu merupakan yang pertama
yang mampu mengidentifikasi proses terbentuknya patahan yang ada di kawasan rentan gempa
dan letusan gunung berapi di Samudra Pasifik itu.

Untuk mengungkap proses terbentuknya patahan, mereka memanfaatkan peta dasar laut.

Peneliti mendapati evolusi tektonis di Laut Banda terjadi akibat bentrokan lempeng raksasa
Australia dan Asia Tenggara.

Seperti diketahui, saat patahan pada lempeng bumi terbentuk, akan memunculkan dua zona.

Pertama ialah patahan lempeng yang merupakan permukaan datar.

Kedua ialah garis patahan yakni interseksi antara patahan lempeng dan permukaan dasar.

Simulasi peneliti menyatakan Patahan Banda meliputi area 60 ribu km2.

Bebatuan di bagian terdasar laut tersebut terpangkas hingga akhirnya membentuk Lubuk Weber.

Australian National University, (2016) “Researchers find biggest exposed fault on Earth” (Online) Dapat
diakses di: https://www.anu.edu.au/news/all-news/researchers-find-biggest-exposed-fault-on-earth
[Diakses 06 April 2020]
Lubuk itu mampu mencapai kedalaman dan luas seperti saat ini akibat tumbukan lempeng dua
benua.

Aktivitas sesar itu juga menyebabkan terbentuknya Patahan Banda.

"Kami membuat argumen tentang Patahan Banda berdasarkan data batimetri dan pengetahuan
seputar geologi wilayah tersebut," ujar Lister.

Tak hanya melalui analisis peta, peneliti juga mendasarkan kesimpulan pada pengamatan
langsung.

Dalam observasi pada Juli lalu, pemimpin tim riset Jonathan Pownall mengatakan posisi daratan
sejumlah pulau, seperti Pulau Seram, memiliki elevasi permukaan yang konsisten dengan garis
sesar.

Posisi bebatuan juga berada di bawah garis patahan, termasuk batu-batu yang berasal dari area
mantel bumi.

"Saya terpana menyaksikan bukti patahan tersebut tidak melalui layar komputer, tapi melalui
gelombang laut," aku Pownall.

Kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana leusan
gunung api, gempa, tsunami. Namun di sisi lain menjadikan Indonesia sebagai wilayang yang
subur dan kaya akan keanekaragaman hayati. Misalnya, memberikan potensi energi panasbumi
di sekitar daerah gunung api yang digunakan sebagai sumber energi alternative yang terbarukan
dan ramah lingkungan. Selain itu, debu akibat letusan gunung berapi yang menyuburkan tanah,
sehingga masyarakat tetap banyak yang tinggal di area sekitar gunung berapi.

Australian National University, (2016) “Researchers find biggest exposed fault on Earth” (Online) Dapat
diakses di: https://www.anu.edu.au/news/all-news/researchers-find-biggest-exposed-fault-on-earth
[Diakses 06 April 2020]

Anda mungkin juga menyukai