Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH EKOFISIOLOGI TANAMAN

PENGERTIAN MEDIA TANAM SERTA PERANANNYA SECARA


BIOKIMIA, BIOFISIKA, DAN MORFOGENESIS

DI SUSUN OLEH :
MEGA AYU RAHMAWATI (S612102004)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA AGRONOMI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Media tanam merupakan tempat berpijak atau sebagai wadah tempat tinggal tanaman.
Media tanam memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Untuk menerapkan suatu proses budidaya tanaman, maka salah satu aspek yang
perlu dijadikan perhatian adalah penggunaan media tanam. Karena untuk mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal, maka selain dibutuhkan input dari unsur hara dan air
juga perlu di sokong dengan media tanam yang sesuai. Media tanam yang paling umum
digunakan yaitu media tanah. Selain karena mudah di peroleh, tanah sendiri juga memiliki
kandungan unsur hara di luar tambahan dari pupuk kimia maupun organik.
Darmawijaya (1990) mengemukakan budidaya pertanian pada tanah berpasir akan
menjumpai kendala yang berkaitan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta iklim
yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, lebih khusus lagi tanah tersebut mempunyai
sifat mudah meloloskan air, kandungan bahan organik rendah serta suhu tanah yang tinggi,
sehingga keadaan demikian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai pengertian media tanam secara umum,
serta kegunaannya dalam ranah biokimia, biofisika, dan morfogenesis. Nantinya pembahasan
ini akan lebih mengerucut ke pembahasan media tanam tanah pasiran.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui pengertian media tanam secara umum, serta kegunaannya dalam ranah
biokimia, biofisika, dan morfogenesis.
- Untuk mengetahui jenis-jenis media tanam.
- Untuk mengetahui sifat-sifat yang terkandung dalam media tanam tanah pasiran.

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

- Mengetahui kombinasi yang tepat untuk tanah pasiran dan bahan organic lainnya untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimia pada tanah pasiran dan mendukung keberlangsungan
pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Tanam


Media tanam merupakan tempat berpijak atau sebagai wadah tempat tinggal tanaman.
Media tanam memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Selain itu media tanam juga mampu mengontrol kelebihan air serta memiliki
sirkulasi dan ketersedian udara yang baik serta tidak mudah lapuk atau rapuh. Dikatakan
media tanam berfungsi apabila tanaman dapat melekatkan akarnya dengan baik. Namun,
untuk pertumbuhan akar yang sempurna media tanam harus didukung dengan drainase dan
aerasi yang memadai. Media tanam yang lazim dijumpai untuk bercocok tanam berupa
tanah.
Menurut Iwantari (2012), media tanam yang umum digunakan dalam pertanian adalah
tanah. Dalam bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Menurut Soil
Survey Staff (1998) dalam Iwantari (2012) tanah didefinisikan sebagai benda alam yang
tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati
permukaan daratan, dan dicirikan oleh horizon-horizon atau lapisan-lapisan yang dapat
dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil dari proses penambahan, kehilangan,
pemindahan, dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman
berakar di dalam lingkungan alami.
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan,
cairan, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti
perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin,
dan sinar matahari (Kurnia dkk., 2006). Menurut Hanafiah dkk. (2007) tanah tersusun oleh 3
kelompok material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad-jasad hayati),
faktor abiontik berupa bahan organik, dan faktor abiotik berupa pasir, debu, dan liat. Sifat-
sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan oleh hasil akhir dari
proses yang terjadi secara internal atau alami dan pengaruh dari luar. Proses yang sifatnya
internal berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat
mempengaruhi pembentukan tanah. Pengaruh luar terhadap sifat-sifat tanah seperti
pengolahan tanah dan jenis penggunaan lahan (Kurnia dkk., 2006).
2.2 Jenis – jenis Media Tanam
Secara garis besar, media tanam dibedakan menjadi dua jenis. Berdasarkan bahan
penyusunnya, media terbagi menjadi media tanam organik dan media tanam anorganik.
Menurut Roni (2015), media tanam organic dan anorganik dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Media Tanam Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal
dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun,
batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media
tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu
dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi
tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori- pori makro dan mikro yang
hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta
memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan organik akan mengalami proses
pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses
tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Mineral
yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapatdiserap tanaman sebagai
zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu
kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering
diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan
sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi. Beberapa jenis
bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang,
cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.

b. Media Tanam Anorganik


Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang
berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan
tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-
mekanik, dan kimiawi. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal
dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil
atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50u-2 mm), debu
(berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2u). Selain itu, bahan
anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di
pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam
yaitu gel, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.

2.3 Tanah Pasiran


Tanah pasiran merupakan lahan marjinal yang potensial untuk dijadikan sebagai
lahan pertanian. Tanah ini memiliki tekstur tanah yang didominasi oleh fraksi pasir
(>50%) dibandingkan klei dan debu. Tanah pasiran didominasi oleh pori makro dan
memiliki kandungan bahan organik yang rendah (<2%) sehingga menyebabkan tanah ini
mempunyai kemampuan menyimpan air yang rendah (Prasetyo, 2015). Menurut Darlita,
(2017), tanah pasir yang tergolong pada lahan sub optimal pada umumnya miskin hara
dan tidak banyak dimanfaatkan sebagai media untuk kegiatan pertanian. Namun dari segi
kimia tanah pasir cukup mengandung unsur kalium dan fosfor yang belum siap untuk
diserap oleh tanaman sehingga hal tersebut perlu dibantu dengan proses pemupukan.
Secara fisik, tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori makro sehingga
akar mudah untuk berpenetrasi, namun semakin mudah pula air yang hilang dari tanah.
Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur
hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman.

2.4 Sifat Kimia Tanah Pasiran


Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lawu, dkk., (2016), sifat kimia dari
tanah pasiran dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tingkat Keasaman (pH) Tanah
Berdasarkan hasil analisis laboratorium dari sampel tanah menunjukkan bahwa
keadaan pH tanah di Desa Noongan berkisar antara 6.32 – 6.40 (tergolong berada pada
kriteria agak masam) sangat cocok untuk pengembangan tanaman semusim seperti
Tomat, Daun bawang, Jagung, Labu, Cabai dan Kacang tanah, karena tanaman-tanaman
tersebut tumbuh baik pada kisaran pH netral 6.0 sampai 6,5 karena bereaksi netral
(Handayanto dkk.,2011) dan Djaenudin dkk., (2003) pH tanah penting karena organisme
tanah dan tanaman sangat responsif terhadap sifat kimia dan lingkungannya.
2. C-Organik Tanah
C-organik, menunjukkan jumlah bahan organik yang ada di dalam tanah.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah
di Desa Noongan berkisar antara 2,07% - 2,32 % tergolong berada pada kriteria sedang.
Hal ini menunjukkan kandungan Corganik yang ada dalam tanah cukup untuk
menunjang proses yang berlangsung di dalam tanah. Kandungan C-organik yang
demikian tidak memiliki masalah yang kompleks pada proses kimia yang terjadi dalam
tanah Hardjowigeno (2003). Bahan organic tersebut merupakan timbunan sisa-sisa
tanaman yang berperan penting untuk meningkatkan pH tanah, kapasitas tukar kation
tanah dan unsur hara tanah Hanafiah (2007).
3. Nitrogen Total
Unsur N atau nitrogen di dalam tanah sering dijadikan pembatas dalam kesuburan
tanah, karena unsur N sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N-Total tanah
di Desa Noongan berkisar antara 0,14% - 0,18 % (tergolong berada pada kriteria
rendah). Syekhfani (2010) menyatakan bahwa unsur N menjadi masalah pada semua
jenis tanah terutama bertekstur kasar dan berkadar bahan organik rendah.
4. Fosfor
Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan P-tersedia tanah di lokasi
penelitian berkisar antara 11,48 ppm - 14,33 ppm tergolong berada pada kriteria rendah.
Hal ini dapat menyebabkan pengembangan tanaman semusim seperti Tomat, Daun
bawang, Jagung, Labu, Cabai dan Kacang tanah dengan status unsur P yang rendah
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak sempurna
5. Kalium
Unsur kalium (K) diperlukan oleh tanaman dengan jumlah yang hampir sama
dengan Nitrogen. Kalium sangat esensial untuk pembentukan dan transfer karbohidrat
dalam tanaman dan untuk fotosintesis serta sintesis protein Hardjowigeno (2003).
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan K-tersedia
tanah di lokasi penelitian berkisar antara 12,20 ppm – 15,49 ppm tergolong berada pada
kriteria rendah. Dalam hubungan dengan pengembangan tanaman Tomat, Daun bawang,
Jagung, Cabai, dan Kacang tanah, unsur Kalium masih tersedia untuk menopang
pertumbuhan dan perkembangan bahkan produksi tanaman-tanaman tersebut sambil ada
upaya penambahan pemupukan kalium.

2.5 Sifat Fisika Tanah Pasiran


1. Tekstur Tanah
Berdasarkan penelitian oleh Lawu, dkk., (2016), tekstur tanah di lokasi penelitian
pada lapisan atas (0 - 30 cm) semuanya berada pada kelas tekstur pasir berlempung.
Tanah lapisan atas pasir, sehingga perbandingan fraksi pasir, debu, dan liat tidak
berimbang karna didominasi pasir. Tekstur tanah merupakan factor penting yang
berpengaruh pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal ini didukung oleh Skaggs et al.
(2001) dalam Karamoy L. Th (2013) yang menyatakan bahwa distribusi ukuran partikel
merupakan faktor fisik utama yang berpengaruh pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Struktur Tanah
Struktur tanah di lokasi penelitian tergolong remah sampai gumpal, baik pada
lapisan atas maupun pada lapisan bawah. Hardjowigeno, (2003) mengemukakan bahwa
struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari
hasil proses pedogenesis. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir
tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, liat terikat satu
sama lain oleh suatu perekat seperti liat dan faktor perekat lainnya adalah bahan organik.
Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan
yang berbeda-beda sebagaimana dikemukakan oleh oleh Foth (1994).
3. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah di lokasi penelitian tergolong sangat gembur sampai gembur.
Hardjowigeno, (2007) mengemukakan bahwa konsistensi tanah menunjukkan integrasi
antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir- butir tanah
dengan benda lain. Kondisi konsistensi tanah yang gembur memudahkan untuk
melakukan pengolahan tanah baik secara mekanik maupun tradisional. Konsistensi tanah
merupakan salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat
memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi
(tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel dan air) dengan
berbagai kelembaban tanah sebagaimana dikemukakan Anonim (2010).
4. Permeabilitas Tanah
Dari hasil analisis di laboratorium dapat di kategorikan laju permeabilitas pada
tanah berpasir di Desa Noongan Kecamatan Langowan Barat tergolong cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah di dominasi oleh fraksi pasir. Tanah yang di dominasi oleh
fraksi pasir mempunyai pori-pori makro lebih banyak dari pori-pori mikro. Rohmat,
(2009) dalam Karamoy, L. Th (2013) mengemukakan bahwa permeabilitas tanah
merupakan kemampuan tanah untuk meloloskan air atau melewatkan air. Laju
permeabilitas yang dinyatakan dalam cm/jam merupakan fungsi dari berbagai sifat fisik
tanah, antara lain : Tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, drainase serta
kandungan air tersedia dalam tanah.

2.6 Morfogenesis Tanah Pasiran


Terdapat banyak sekali artikel yang membahas mengenai morfogenesis dari media
tanam tanah pasiran. Berikut ini salah satu contoh artikel yang menjelaskan tentang hasil
penelitian mengenai interaksi antara bahan organik biochar dan tanah pasiran terhadap
perbaikan beberapa sifat tanah untuk digunakan sebagai lahan pembibitan tembakau Besuki
Na-Oogst.
1. Pengaruh terhadap Berat Volume (Bulk Density)
Biochar limbah kulit kopi memberikan pengaruh lebih besar untuk
menurunkan berat volume tanah, yang selanjutnya diikuti biochar limbah kulit
kakao dan biochar biji karet. Berat volume tanah juga mengalami penurunan
seiring penambahan dosis biochar. Penambahan dosis biochar 37,5 g/kg tanah
menunjukkan hasil yang paling baik terhadap penurunan berat volume tanah yaitu
sebesar 6,06% dan diikuti penambahan dosis 25 g/kg tanah dan 12,5 g/kg tanah
yaitu masing-masing mampu menurunkan berat volume sebesar 4,04% dan 3,03%.
Semakin banyak penambahan dosis biochar, maka nilai berat volume tanah
semakin menurun.
2. Water Holding Capacitiy (WHC)
Peningkatan water holding capacity (WHC) juga ditunjukkan seiring
bertambahnya dosis biochar yang diaplikasikan. Apabila dibandingkan dengan
kontrol, penambahan dosis 37,5 g/kg tanah mampu meningkatkan WHC tanah
sebesar 8,18%. Selanjutnya diikuti oleh dosis 25 g/kg tanah dan 12,5 g/kg tanah
yaitu masing-masing mampu meningkatkan sebesar 2,55% dan 1,32%.
Penambahan dosis 12,5 g/kg tanah belum mampu meningkatkan WHC tanah.
3. Keasaman Tanah (pH)
Setiap jenis biochar memiliki kemampuan yang berbeda untuk meningkatkan
pH tanah. Hal ini dikarenekan setiap bahan memiliki karakteristik yang berbeda
yaitu pada penelitian pendahuluan ditunjukkan biochar limbah kulit kakao
memiliki pH yang paling tinggi (10,31) selanjutnya biochar biji karet (8,7) dan
biochar limbah kulit kopi (8,15). Peningkatan pH tanah dapat disebabkan oleh
karena biochar mengandung kation-kation basa (K, Ca, Na, Mg) dan silikat yang
berbeda pada setiap bahannya.
4. Tinggi Bibit Tanaman Tembakau Besuki Na-Oogst
Hasil yang terbaik ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan B3D3 yaitu dengan
jenis biochar biji karet dengan dosis 25 g/kg tanah dengan tinggi bibit 10,44 cm.
Apabila dibandingkan dengan kontrol, kombinasi perlakuan B3D3 mampu
meningkatkan tinggi tanaman tembakau sebesar 46,29 %. Namun, pada dosis
tertinggi yaitu 37,5 g/kg tanah (D4) menunjukan hasil yang kurang maksimal. Hal
ini karena pada dosis tersebut, terlalu banyak kationn-kation yang dapat
meningkatkan pH tanah hingga mencapai kondisi agak alkalis (7,6-8,5).
Disamping itu, Hartana (1978) menuliskan pada bukunya Budidaya Tembakau
Cerutu bahwa tembakau sudah bisa tumbuh pada pH agak masam sampai netral (5-
6).
5. Pertumbuhan Daun Tembakau Na-Oogst
Pada variable pengamatan luas permukaan daun, kombinasi perlakuan yang
paling baik adalah biochar biji karet dengan dosis 25 g/kg tanah (B3D3) yaitu
12,68 cm2. Apabila dibandingkan dengan kontrol, kombinasi perlakuan B3D3 ini
mampu meningkatkan luas permukaan daun sebesar 63,64%. Luas Permukaan
daun ini sangat dipengaruhi oleh lebar dan panjang daun. Setiap peningkatan lebar
dan panjang daun akan meningkatkan luas permukaan daun juga.
6. Panjang Akar
Kombinasi perlakuan yang paling baik adalah biochar limbah kulit kopi
dengan dosis 25 g/kg tanah (B1D3) yaitu 21,87cm, sedangkan pada dosis tertinggi
yaitu 37,5 g/kg mengalami stagnan bahkan penurunan. Hal tersebut bisa dikaitkan
dengan ketersediaan air pada tanah. Pada taraf dosis 37,5 g/kg tanah memiliki
water holding capacity (WHC) yang lebih baik sehingga pada kondisi penyiraman
yang sama membuat kapasitas air yang tersedia pada media berbeda yakni tanah
dengan WHC tertinggi memiliki kapasitas mengikat air yang paling tinggi. Apabila
disesuaikan dengan pernyataan Hartana (1978), penyiraman air yang berlebih akan
mengakibatkan akar tidak berkembang. Kombinasi perlakuan B1D3 ini mampu
meningkatkan panjang akar sebesar 72,63%. Berdasarkan kriteria kualitas bibit
tembakau oleh PTPN X (2017), panjang akar bibit tembakau yang layak tanam
atau yang berkualitas yaitu 10-15 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap
kombinasi perlakuan pada penelitian ini sudah memenuhi syarat bibit tembakau
yang berkualitas.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Media tanam adalah tempat berpijak atau sebagai wadah tempat tinggal tanaman. Media
tanam memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman.
2. Tanah pasiran merupakan lahan marjinal yang potensial untuk dijadikan sebagai lahan
pertanian. Memiliki tekstur tanah yang didominasi oleh fraksi pasir (>50%)
dibandingkan klei dan debu, serta pori makro dan kandungan BO yang rendah
menyebabkan tanah pasiran sulit untuk menahan air.
3. Setiap peningkatan dosis biochar memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
beberapa karakteristik tanah yaitu mampu menurukan berat volume (BV), meningkatkan
water holding capacity (WHC), meningkatkan nilai pH, dan berpengaruh terhadap
kualitas bibit tembakau (Nicotiana tabacum) Besuki Na-Oogst yaitu peningkatan pada
setiap variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas permukaan daun, diameter
batang, panjang akar.
DAFTAR PUSTAKA

Darlita, R.R., dkk.. 2017. Analisis Beberapa Sifat Kimia Tanah Terhadap Peningkatan Produksi
Kelapa Sawit pada Tanah Pasir di Perkebunan Kelapa Sawit Selangkun. Jurnal
Agrikultura. Vol 28 (1) : 15 – 20

Iwantari, Ayu. 2012. Pengaruh Pemberian Biofertilizer dan Jenis Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kubis (Brassica oleracea). Skripsi. Fakultas
Sains dan Biologi. Universitas Airlangga:Surabaya

Roni, Ni Gusti Ketut. 2015. Tanah Sebagai Media Tumbuh. Bahan Ajar. Fakultas Peternakan.
Universitas Udayana:Bali

Sinaga, Irvan Andriko, dkk.. 2017. Pengaruh Media Tanam Dari Beberapa Formulasi Biochar
Pada Tanah Pasiran Terhadap Kualitas Bibit Tembakau (Nicotiana tabacum) Besuki Na-
Oogst. Jurnal Agritrop. Vol. 15 (2) : 277 – 292

Tewu, Randy W.G., dkk.. 2016. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Tanah Berpasir di
Desa Noongan Kecamatan Langowan Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Sam
Ratulangi: Manado.

Anda mungkin juga menyukai