Materi Keslap Fix
Materi Keslap Fix
RESIMEN MAHASISWA
BATALYON 904/KALAYUDHA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2023
MATERI KESLAP 1
1. Alergi
Alergi adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh manusia (sistem imun) terhadap zat tertentu
yang seharusnya tidak berbahaya. Reaksi tersebut dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti
pilek, ruam kulit yang gatal, atau bahkan sesak napas.
Gejala Alergi
Gejala reaksi alergi biasanya muncul beberapa menit setelah penderita melakukan kontak
dengan alergen. Gejala ini juga dapat berkembang secara bertahap dalam beberapa
jam.Gejala yang muncul akibat alergi tergantung pada jenis alergen dan bagaimana penderita
melakukan kontak dengan alergen. Meski demikian, beberapa gejala alergi yang sering
muncul adalah:
1. Bersin-bersin, hidung gatal, berair dan tersumbat
2. Kulit memerah dan gatal
3. Kulit kering dan pecah-pecah
4. Mata memerah, gatal, dan berair
5. Pembengkakan di bibir, lidah, dan kelopak mata (angioedema)
6. Sakit perut, muntah, dan diare
7. Batuk, bengek, dan sesak napas
Penyebab dan Gejala Alergi
Zat yang menyebabkan alergi dapat berbeda pada tiap orang. Beberapa contoh alergen adalah
debu, bulu hewan peliharaan, kacang, gigitan serangga, obat-obatan, bahan lateks,
hingga keringat.
Gejala alergi yang timbul pada tiap orang juga dapat beragam, mulai dari ringan hingga berat.
Gejalanya bisa berupa bersin-bersin, hidung berair, mata memerah dan gatal, atau ruam kulit.
Pengobatan dan Pencegahan Alergi
Pengobatan utama alergi adalah dengan menghindari zat pemicunya (alergen). Untuk
meredakan gejala, dokter dapat memberikan obat antialergi,
seperti antihistamin dan kortikosteroid. Bila reaksi alergi tergolong berat, penderita perlu
diberikan suntik epinephrine oleh dokter.
Cara terbaik untuk mencegah alergi adalah dengan menghindari pemicunya. Meski demikian,
ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan jika pemicunya sulit untuk dihindari, seperti
mengenakan pakaian tertutup, tidak memakai parfum yang dapat mengundang serangga, serta
membersihkan rumah secara rutin.
2. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya,
sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal
(hipoksemia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
o Produksi sel darah merah yang kurang
o Kehilangan darah secara berlebihan
o Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:
a. Lemas dan cepat lelah
b. Sakit kepala dan pusing
c. Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
d. Kulit terlihat pucat atau kekuningan
e. Detak jantung tidak teratur
f. Napas pendek
g. Nyeri dada
h. Dingin di tangan dan kaki
Pengobatan Anemia
1. Meningkatkan asupan zat besi
2. Zat besi merupakan nutrisi yang penting untuk pembentukan sel darah merah.
Makanan kaya zat besi, seperti daging merah, hati, sayuran hijau, dan kacang-
kacangan, dapat membantu meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Jika asupan
makanan tidak mencukupi, dokter mungkin merekomendasikan suplemen zat besi.
3. Mengonsumsi vitamin B12
4. Vitamin B12 adalah nutrisi penting lainnya yang berperan untuk pembentukan sel
darah merah. Makanan yang mengandung vitamin B12 termasuk daging, ikan, dan
produk susu. Jika kadar vitamin B12 dalam tubuh terlalu rendah, dokter mungkin
merekomendasikan suntikan vitamin B12 atau suplemen.
3. Mengonsumsi asam folat
4. Asam folat adalah nutrisi penting untuk pertumbuhan sel dan pembentukan DNA.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik. Sumber asam folat
terdapat pada sayuran hijau, buah-buahan, dan biji-bijian. Jika asupan makanan tidak
mencukupi, dokter mungkin merekomendasikan suplemen asam folat.
5. Transfusi darah
6. Transfusi darah mungkin terjadi jika kondisi sudah sangat parah dan gejalanya dapat
mengancam nyawa. Dalam transfusi darah, pendonor yang memiliki darah sehat akan
mentransfusikan sebagian darahnya ke pasien.
5. Terapi obat
6. Beberapa obat dapat membantu meningkatkan produksi sel darah merah. Contohnya,
hormon eritropoietin dapat merangsang produksi sel darah merah, sedangkan obat-
obatan seperti antibiotik atau kortikosteroid dapat membantu mengatasi infeksi atau
inflamasi.
3. Penyakit Asam Lambung
Penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah munculnya rasa
terbakar di dada akibat asam lambung naik ke kerongkongan. Gejala penyakit asam
lambung muncul minimal dua kali dalam seminggu.
Gejala Penyakit Asam Lambung
Saat asam lambung naik, dinding kerongkongan dan mulut dapat mengalami iritasi. Kondisi
tersebut bisa menimbulkan rasa asam di bagian belakang mulut dan sensasi terbakar di dada
(heartburn) dengan atau tanpa disertai dengan sesak napas. Kedua gejala tersebut terutama
terjadi setelah makan dan dapat bertambah parah saat penderita berbaring atau membungkuk.
Selain rasa asam di belakang mulut dan heartburn, penyakit asam lambung atau GERD juga
mengalami gejala berikut:
1) Bau mulut
2) Sensasi mengganjal di kerongkongan, terutama saat menelan
3) Mudah kenyang
4) Sering bersendawa dan suara menjadi serak
5) Sakit tenggorokan yang tidak kunjung hilang dan sakit saat menelan
6) Mual dan muntah
7) Batuk kronis tanpa dahak atau batuk kering kronis, terutama di malam hari
Gejala asam lambung naik lebih sering terjadi di malam hari sehingga menyebabkan sulit
tidur. GERD juga dapat menimbulkan sakit kepala pusing, asma atau suara serak akibat
peradangan pada saluran pita suara (laringitis).
Pengobatan Penyakit Asam Lambung
Pengobatan penyakit asam lambung atau GERD dapat dilakukan dengan perubahan gaya
hidup, konsumi obat-obatan, atau operasi. Berikut adalah penjelasannya:
Perubahan Gaya Hidup : Guna meredakan gejala asam lambung naik, melakukan perubahan
gaya hidup terlebih dulu. Perubahan yang dimaksud antara lain:
a. Menurunkan berat badan bila memiliki berat badan berlebih
b. Menghindari makanan dan minuman penyebab asam lambung naik, seperti
kafein dan alkohol
c. Makan dalam porsi lebih kecil tetapi lebih sering
d. Tidak merokok
e. Membatasi atau mengurangi konsumsi obat-obatan tertentu,
seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid
f. Tidak mengenakan pakaian yang sempit
g. Tidak membungkuk, duduk bersandar, atau berbaring, setidaknya sampai 3
jam setelah makan
h. Tidur dalam posisi menyamping ke kiri atau menggunakan bantal tambahan
untuk meninggikan posisi tubuh dari pinggang ke atas
4. Epilepsi
Epilepsi adalah kejang berulang pada sebagian atau seluruh tubuh akibat gangguan pada pola
aktivitas listrik di otak. Penyakit ini tidak menular dan dapat terkontrol dengan pengobatan
yang rutin dan tepat.
Gejala dan Penyebab Epilepsi
Kejang merupakan gejala utama epilepsi. Kejang pada penderita epilepsi terbagi menjadi dua,
yaitu kejang total dan kejang parsial. Gejala yang menyertai kejang juga dapat bervariasi
sesuai tipenya.
Penyebab epilepsi belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga
dapat memengaruhi pola aktivitas listrik otak, yaitu cedera kepala, meningitis, dan cerebral
palsy.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang epilepsi,
yaitu riwayat epilepsi pada keluarga (faktor genetik), stroke, dan demensia.
Pengobatan dan Pencegahan Epilepsi
Epilepsi tidak dapat disembuhkan. Meski demikian, dokter dapat memberikan obat
antikejang, seperti asam valproate, lamotrigine, dan topiramate, untuk mengurangi frekuensi
kejang. Jika pemberian obat-obatan tidak cukup efektif, dokter dapat merekomendasikan
operasi.
Penderita gangguan kesehatan tertentu dapat menurunkan risiko terkena epilepsi dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan tidak merokok. Sementara pada
ibu hamil, rutin memeriksakan kandungan bisa mengurangi risiko terjadinya epilepsi pada
bayi setelah dilahirkan.
5. Asma
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan
usia, baik muda maupun tua.
Penyebab dan Gejala Asma
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang kerap menjadi
pemicu asma, yaitu:
o Asap rokok
o Debu
o Bulu hewan
o Udara dingin
o Infeksi virus
o Paparan zat kimia
1. STRAIN
Strain merupakan kerusakan yang terjadi pada otot dan atau tendon karena penggunaan
atau peregangan yang berlebihan. Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap.
Strain sering terjadi pada bagian otot pangkal paha (otot pada kunci paha), otot
hamstrings (otot paha bagian bawah/belakang), dan otot quadriceps (otot bagian depan paha).
2. SPRAIN (KESELEO)
Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau robekan pada ligamen (jaringan
yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas
sendi.
Kerusakan yang parah pada ligamen atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi.
Area Tubuh yang Dapat Mengalami Sprain Akibat Cedera Olahraga
3. CONTUSIO (BENTURAN)
Merupakan kerusakan yang terjadi pada jaringan lunak karena benturan langsung pada
otot atau ligamen. Bila disertai dengan perdarahan disebut hematom (memar).
Dislokasi sendi sering terjadi pada olahraga-olahraga dengan intensitas kontak yang
sering antar pemain (seperti pemain sepak bola, bola basket) serta olahraga yang berdampak
tinggi dan mengakibatkan peregangan berlebihan atau jatuh.
Dislokasi adalah situasi darurat yang membutuhkan perawatan medis segera. Sendi yang
paling sering mengalami dislokasi adalah sendi bahu dan beberapa sendi tangan. Dislokasi sendi
lutut, pinggul dan siku jarang terjadi.
Patah tulang terbuka : fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
Patah tulang tertutup : fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
7. LUKA
Merupakan diskontinuitas/hilangnya jaringan yang menyebabkan terpaparnya jaringan
dengan dunia luar, misalnya laserasi, maserasi, ekskoriasi (lecet).
Gejala cedera olahraga dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kejadian cedera yang
sering dihubungkan dengan jenis cederanya.
Terlepas dari struktur tertentu yang terkena dampak, cedera olahraga secara umum dapat
diklasifikasikan berdasar onset timbulnya gejala dan mekanisme kejadian, yaitu secara akut atau
kronis.
Cedera Akut, gejala cedera olahraga terjadi secara tiba-tiba selama kegiatan olahraga
berlangsung. Gejala cedera akut ini sering dikaitkan dengan kejadian trauma langsung ataupun
aktivitas berlebihan secara tiba-tiba.
Terjadi secara tiba-tiba, saat aktivitas, ditandai timbulnya rasa nyeri yang hebat di area
yang terkena
Timbul pembengkakan, inflamasi (peradangan) dan nyeri tekan pada area cedera
Ketidakmampuan untuk menempatkan berat badan pada ekstremitas bawah
Ketidakmampuan menggerakkan anggota badan yang mengalami cedera dan timbul nyeri
saat digerakkan
Kelemahan anggota gerak yang cedera secara ekstrem
Tampak adanya perubahan bentuk pada cedera yang berat seperti dislokasi atau fraktur
Keterbatasan ROM (range of movement/ruang lingkup gerak sendi) pada sisi yang cedera
Perubahan warna kulit akibat memar atau perdarahan pada sendi, sesuai dengan lokasi
cedera
Spasme otot sekitar area cedera.
Gejala diatas tidak semua terjadi, tergantung jenis, lokasi dan trauma/proses cedera yang dialami.
Rontgen
CT scan
MRI
Artroskopi
Elektromiografi
Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi.
Sebagian besar cedera olahraga dapat diobati secara efektif, dan kebanyakan orang yang
menderita cedera olahraga dapat kembali ke aktivitas fisik seperti sebelum mengalami cedera,
bahkan lebih baik, selama penangan awal dan perawatan lanjut ditangani secara tepat sesuai
dengan penyebabnya.
Banyak cedera olahraga dapat dicegah jika orang mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Metode RICE
Seringan apapun kodisi cedera yang dialami, hindarkan beberapa hal dibawah ini :
Prinsip HARM
2. Bila terjadi cedera, segera obati hingga sembuh sempurna. Hal ini untuk mencegah
terjadinya cedera berulang pada bagian tersebut akibat proses penyembuhan yang belum
optimal dan telah digunakan kembali untuk beraktivitas.
3. Lakukan latihan pasca cedera dengan tujuan mengembalikan fungsi seperti semula
atau mendekati semula, melalui latihan peregangan (stretching exercise), latihan kekuatan
(strengthening exercise) dan latihan daya tahan (endurance exercise).
Latihan-latihan ini harus dibawah pengawasan dokter yang memiliki kompetensi untuk hal
ini, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Bila ada riwayat trauma yang cukup berat dengan kecurigaan terjadinya patah tulang, atlet
tidak diperbolehkan melanjutkan pertandingan.
Pertolongan pertama harus segera dilakukan oleh dokter secepat mungkin agar segera
dapat dilakukan proses reposisi, pemasangan spalk dan pembalutan (fiksasi dan
imobilisasi) untuk mempertahankan posisi dan kedudukan yang baru, serta untuk
menghentikan perdarahan.
PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA
1. LAKUKAN PEMANASAN
Lakukan pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah
terjadinya cedera.
Latihan pemanasan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot
lebih lentur dan tahan terhadap cedera.
Metode latihan pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air
hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak
menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
2. LAKUKAN PENDINGINAN
Latihan pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika
latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai
dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.
Latihan pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat
dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya,
yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
3. LATIHAN PEREGANGAN