Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Manusia diciptakan oleh Allah SWT, untuk beribadah kepada-Nya secara
ikhlas. Salah satu bentuk ibadah adalah shalat yang merupakan salah satu rukun
Islam. Perintah ibadah shalat diterima oleh Nabi Muhammad SAW, secara langsung dari
Allah SWT diwaktu mi’raj melalui Malaikat Jibril. Kedudukan ibadah shalat sangat
penting bagi kehidupan manusia sehingga disebut tiang agama, bahkan ibadah shalat
itulah yang pertama dihisab dihari kiamat kelak. Sesuai dengan sabda Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi:

‫ا‬Artinya: Amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
adalah shalatnya. (HR. Abu Daud).
Hadits di atas menjelaskan bahwa amalan yang pertama kali dihisab (ditanya
dan diminta pertanggung jawaban) dari segenab amalan seorang hamba dihari kiamat
kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana
shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.Dalam agama Islam ada lima sendi
ajaran yang harus dilaksanakan. Sendi-sendi itu bagaikan tiang rumah yang saling
menunjang antara yang satu dengan yang lainya, apabila salah satu di antara tiang itu
roboh maka akan roboh pula yang lainya. Kelima sendi Islam yang dimaksud adalah
syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Karena kelima hal tersebut merupakan sendi
agama, maka kiranya sebagai umat Islam wajib memahami dan mengerti seperti
halnya tentang shalat fardhu. karena shalat adalah perintah Allah SWT yang wajib
dikerjakan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat Al- Baqarah: 43
yang berbunyi :
2

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk. (QS. Al-Baqarah: 43)
Mengingat demikian pentingnya fungsi shalat dalam kehidupan manusia,
untuk membiasakan anak shalat, maka wajib bagi orang tua untuk memerintahkan
anaknya yang masih kecil untuk melaksanakan shalat. Karena semakin sering anak
SD kelas III mendapatkan stimulus pemahaman gerakan shalat yang diiringi
dengan pengarahan tentang bagaimana gerakan shalat yang benar secara berulang-
ulang maka anak semakin cepat hafal bacaan shalat tersebut. Hal ini diharapkan
ketika anak sudah mencapai usia 10 tahun dan diperintah shalat mereka akan
mengerjakan shalat dengan benar.
Al Hakim dan Abu Dawud, meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin
Ash, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika


mereka telah berumur 7 tahun dan pukulah mereka (jika mereka tidak mau
mengerjakanya) ketika mereka telah berumur sepuluh tahun pisahkanlah juga tempat
tidur mereka (antara laki-laki dan perempuan) (HR. Abu Daud)
Hadist ini menunjukan dengan sangat jelas bahwa mendisiplinkan anak shalat
dimulai pada usia 7 tahun, dan diperintahkanya untuk memukul itu hanyalah terhadap
anak yang telah berumur 10 tahun, karena saat itu anak telah mampu menahan derita
pukulan yang ringan pada umumnya. Lukman memberi wasiat kepada putra-putranya
untuk senantiasa memelihara dan memupuk rasa keimanan kepada Allah dengan
senantiasa mengadakan komunikasi dengan Allah melalui ibadah shalat,
mengerjakan yang baik, dan mencegah yang munkar dan bersabar atas segala
sesuatu yang menimpanya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT: َ
3

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Al- Luqman: 17)

Dalam hal ini anak dibimbing untuk tunduk dan mengabdikan diri hanya
kepada Allah, sesuai dengan fitrahnya. Kemudian sebagai pembuktian dari
pengabdian itu, direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan aktivitas yang bermanfaat
sesuai dengan perintahnya. Memperhatikan begitu pentingnya kedudukan shalat
dalam kehidupan manusia, maka pembiasaan pelaksanaan shalat terutama shalat
fardhu sangat perlu diajarkan dan ditanamkan sejak dini ke dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian tingkat pemahaman anak terhadap materi shalat harus menjadi
prioritas di antara materi pelajaran yang lain. Penggunaan metode yang tidak sesuai
dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.Maka dari itu guru harus mampu menentukan metode yang
tepat dalam menyampaikan materi shalat fardhu.Untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran materi shalat fardhu tersebut membutuhkan proses pembelajaran
yang panjang.

Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara siswa dan guru.
Suasana belajar sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas belajar-mengajar,
apabila pembelajaran menyenangkan dapat menimbulkan minat dan meningkatkan
hasil belajar. Dalam hal ini guru harus dapat memfasilitasi siswa agar dapat
meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa dan membuat siswa aktif dalam
belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Hasil belajar yang
4

diinginkan tentu yang maksimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh guru, salah satu di antaranya yang menurut penulis penting adalah
penggunaan metode belajar. Karena metode belajar menjadi sarana yang membuat
materi pelajaran lebih bermakna, yang tersusun dalam kurikulum pendidikan
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh siswa menjadi pengertian-
pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.

Tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan
efisien dalam kegiatan belajar-mengajar menuju tujuan pendidikan. Untuk menciptakan
situasi dan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa terhadap materi shalat fardhu serta mempertimbangkan bagaimana
caranya agar peserta didik dapat mengerti tentang materi yang akan disampaikan,
maka diperlukan metode belajar yang sangat tepat. Metode belajar tersebut adalah
metode Picture and picture. Metode picture and picture adalah suatu metode belajar
yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Jadi
dengan pembelajaran menggunakan gambar akan membuat pembelajaran menjadi nyata
karena siswa dapat memperagakan langsung mengurutkan suatu proses yang
berkenaan dengan materi shalat. dengan menggunakan gambar belajar akan lebih
menarik dan menyenangkan.

Jadi metode picture and picture adalah metode belajar yang melatih siswa
berfikir logis dan sistematis dengan menggunakan gambar sebagai media penyampaian
materi pembelajaran sehinngga proses belajar menjadi lebih menarik dan
dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang memiliki ciri
inovatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan adalah model Picture and Picture. Model
Picture and Picture merupakan suatu metode belajar yang menggunakan gambar yang
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2011: 89). Model Picture
and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Suyatno
(2004: 81) menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture
dalam pembelajaran shalat fardhu bertujuan agar siswa dapat shalat fardhu dengan
5

cepat dan tepat. Model pembelajaran picture and picture dapat merangsang siswa agar
lebih termotivasi dan tertarik dalam pembelajaran. Siswa dapat melihat secara langsung
gambar yang akan dideskripsikan, sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam
kegiatan shalat fardhu .

Suprijono (2009: 125) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Picture


and Picture, yaitu: guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan
materi sebagai pengantar, guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, guru menanyakan
alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, kesimpulan/rangkuman.
Berdasarkan hasil pengamatan awal diperoleh hasil ingkat keberhasilan siswa
dalam menguasai materi pelajaran, terutama materi shalat fardhu nilai hasil belajar siswa
masih rendah, disebabkan proses pembelajaran yang kurang efektif. Sehingga siswa
banyak yang belum mampu mengucapkan niat shalat, bacaan dalam shalat dan gerakan
dalam shalat. Siswa yang mampu mengucapkan niat shalat hanya mencapai 15%, siswa
yang mampu menyebutkan syarat sah shalat dan rukun shalat 10%, dan siswa yang
mampu melakukan gerakan dalam shalat fardhu hanya 10% dari jumlah 20 Perolehan
nilai rata-rata kelas yang seharusnya mencapai angka di atas 75, pada kenyatannya hanya
mencapai angka 65, sehingga hanya 25% siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) PAI untuk kelas III semester I SD Negeri 014 Loa Janan tahun
pelajaran 2021/2022
Dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka guru harus mengambil
tindakan, yakni dengan mencari dan menggunakan suatu pendekatan atau model
pembelajaran yang efektif, inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran shalat
fardu, sehingga meningkatkan minat, motivasi, dan sikap siswa terhadap pembelajaran
yang berakibat pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian guru dapat
merancang suatu bentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
melalui Picture and Picture
6

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan


Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran PAI dengan mengangkat judul
“Pengajaran Shalat Fardhu Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture untuk
meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas III SDN 014 Loa Janan Tahun Pelajaran
2021/2022

1. Identifikasi Masalah
Berkenaan dari apa yang dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas ada
beberapa masalah yang dapat penulis identifikasikan, beberapa masalah tersebut ialah
sebagai berikut:
a. Siswa masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran shalat fardhu
b. Cara mengajar yang kurang tepat, sehingga hasil belajar siswa rendah
c. Penyampaian materi yang monoton, sehingga siswa kurang memahami materi yang
diajarkan.
2. Analisis Masalah
Kesulitan siswa dalam melaksanakan shalat fardhu terlihat ketika siswa diminta
untuk mempraktekan urutan shalat fardu dan bacaan yang benar sesuai gerakan shalat
mereka sering mengeluh dan terlihat bingung dengan apa yang ingin lakukan.
Kebosanan, kejenuhan, serta kebingungan siswa dalam hal gerakan shalat dan bacaan
sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi belajar dalam materi shalat fardhu

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dengan menggunakan metode Picture and Picture agar siswa aktif mencari
sendiri informasi yang ingin siswa ketahui sehingga dapat meningkatkan aktifitas belajar
siswa. Picture and Picture juga dapat melatih siswa mengembangkan ide dari suatu kata
sehingga dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan
diteliti adalah: ” Bagaimana Pengajaran Shalat Fardhu Melalui Model Pembelajaran
7

Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas III SDN 014
Loa Janan Tahun Pelajaran 2021/2022?

C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Meningkatkan hasil belajara siswa
tentang shalat fardhu Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture Pada Siswa Kelas
III SDN 014 Loa Janan Tahun Pelajaran 2021/2022

D. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka manfaat yang dapat diperoleh
adalah:
1. Bagi siswa
Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI dan menganggap pembelajaran
PAI adalah pelajaran yang menyenangkan.
2. Bagi guru
Menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran PAI dengan melaksanakan
pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture .
3. Bagi sekolah
Sebagai sumbangan kepada pihak sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran PAI
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Shalat
1. Pengertian Shalat
Salah satu cara dalam beribadah kepada Allah yang dibahas dalam penelitian
ini adalah mengerjakan shalat, khususnya shalat fardhu. ,Shalat menurut bahasa
berarti do’a. Sedangkan menurut Menurut Muhammad Sholikhin (2012) makna
shalat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dan memenuhi beberapa rukun dan
syarat yang ditentukan.
Shalat menurut terminology syar’i adalah rukun-rukun yang khusus dan
bacaan-bacaan tertentu dengan ikatan waktu yang sudah ditentukan. Menurut Shalih
Bin Ghanim As-Sadlan (2014) Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana
komunikasi antara hamba dengan Tuhanya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya
merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’.4Shalat memiliki kedudukan tertinggi
di antara ibadah-ibadah lainya, bahkan kedudukan terpenting dalam Islam yang tak
tertandingi oleh ibadah lain .5 Shalat adalah tiang agama dan merupakan satu
diantara rukun Islam kedua setelah syahadat. Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa shalat merupakan bagian dari ibadah khusus dalam rangka menyembah Allah
dan mendekatkan diri kepada-Nya dan tanda cinta seorang hamba pada Rabbnya
Shalat fardhu adalah shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam,
berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, pada waktu-waktu yang telah ditentukan
bagi orang-orang yang beriman sebanyak lima kali dalam sehari semalam.
Adapun diantara firman Allah yang mewajibkan untuk melaksanakan shalat
seperti didalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 103 yang berbunyi:
9

Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu
adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. an-
Nisa: 103).
Juga firman Allah dalam QS. Al-Hajj:

Artinya: Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu


pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong. ( QS. Al-Hajj: 78)
Dengan demikian shalat lima waktu merupakan satu-satunya kewajiban
muslim yang tidak pernah gugur sepanjang syarat shalat harus terpenuhi akal
sehatnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW mengajarkan shalat tidak hanya kondisi
sehat tetapi juga shalat dalam keadaan sakit, di perjalanan, bahkan dalam kondisi
ketakutan atau perang. Shalat tetap dilakukan bagi orang muslim.

2. Dasar Hukum Shalat


Hukum shalat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditujukan kepada
setiap orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban
seseorang dalam shalat kecuali bila telah dilakukanya sendiri sesuai dengan
ketentuanya dan tidak dapat diwakilkan pelaksanaanya. (Amir Syarifuddin, 2013),
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dan harus dilaksanakan
berdasarkan ketetapan Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’. Kewajiban itu diterima Nabi
Muhammad SAW secara langsung yang diperintahkan oleh Allah di
10

“sidratulmuntaha” sewaktu isra’ dan mi’raj. Setahun sebelum hijrah ke madinah pada
waktu yang telah di kenal, yaitu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Shalat
fardhu pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah shalat Zuhur.
firman-firman Allah yang memerintahkan untuk melaksanakan shalat seperti didalam
Al-Qur’an surat Toha ayat 14 yang berbunyi:َ

Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (QS.
Toha: 14). Dalam ayat lain Allah berfirman Qur’an surat Al-ankabut ayat 45 yang
artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45)
Dalil-dalil di atas, semuanya berisi perintah untuk mengerjakan shalat bagi
umat Islam. Sedangkan tata cara pelaksanaan shalat telah diterangkan oleh
Rasulullah SAW dalam sabda Beliau. Karena memang kedudukan Beliau sebagai
penjelas hal-hal yang masih umum dan memperinci hal-hal yang bersifat global
didalam Al-Qur’an. Tata cara pelaksanaan shalat telah dijelaskan oleh Rasulullah
SAW di dalam sabda beliau yang artinya :Shalatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku (mengerjakan) shalat”(HR. Thabrani).
3. Macam-macam Shalat
Fardhu Shalat merupakan kewajiban rutin yang harus dikerjakan lima kali
sehari semalam, oleh setiap muslim yang mukallaf (sudah dibebankan kewajiban
agama). Secara rinci pembagian waktu shalat yaitu:
a. Shalat Zuhur dilakukan sebanyak empat raka’at, awal waktunya setelah condong
matahari (tergelincir) dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-
11

bayang suatu benda telah sama panjang dengan benda aslinya. Kira-kira mulai
jam 11.50 sampai dengan jam 15.05 WIB.
b. Shalat Ashar dilakukan sebanyak empat raka’at, waktunya mulai dari habisnya
waktu Zuhur, yakni sejak bayang-bayang suatu benda melebihi sedikit panjang
benda aslinya, hingga terbenamnya matahari. Kira-kira mulai jam 15.05 sampai
dengan jam 17.52 WIB.
c. Shalat Maghrib dilakukan sebanyak tiga raka’at, waktunya dari terbenamnya
matahari sampai hilangnya syafaq ( awan senja, teja) merah. Teja atau syafaq
merah sore adalah cahaya matahari yang terpancar ditepi langit sebelah barat
sesaat sesudah terbenam. Ini kira-kira antara jam 17.52 sampai dengan jam 19.01
WIB.
d. Shalat Isya’ dilakukan sebanyak empat raka’at, waktunya dari mulai terbenam
syafaq (awan senja sehabis maghrib) hingga terbit fajar. Kira-kira jam 19.01
sampai dengan 04.30 WIB pagi.
e. Shalat Shubuh waktunya dari terbit fajar (fajar shidiq) hingga terbit matahari.
Kira-kira jam 04.43 sampai dengan jam 05.45 WIB.14Dapat disimpulkan bahwa
shalat fardhu atau wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap mukallaf (orang muslim
yang telah balig lagi berakal) ialah shalat yang dilakukan lima kali dalam sehari
yaitu diantaranya shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh. Apabila salah
satu shalat tersebut ditinggalkan mendapat dosa dan akan dimintai pertanggung
jawaban di akherat kelak.
4. Syarat Wajib Shalat
Syarat wajib adalah segala hal yang harus ada dan terjadi, sejak sebelum suatu
kewajiban dilaksanakan. Adapun syarat wajib shalat adalah:
a. Beragama Islam Hal ini dikarenakan objek yang dituntut untuk melaksanakan
kewajiban syariat seperti shalat dan zakat adalah orang Islam bukan orang kafir. Ini
didasarkan pada fakta bahwa orang-orang kafir bukanlah objek yang dituntut untuk
melaksanakan cabang-cabang syariat.
12

b. Sudah baligh dan berakal Shalat tidak wajib atas anak kecil, karena tidak ada
perintah baginya, akan tetapi orang yang merawat dan mendidik wajib
memerintahkanya untuk menjalankan shalat sejak ia berumur 7 tahun. dan
memukulnya saat usianya menginjak 10 tahun.
c. Suci dari hadas besar dan kecil Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi
(wajib) atau tayamum.
d. Mampu melaksanakan Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang mampu
melaksanakan, sehingga orang yang tidak mampu atau orang yang dipaksa untuk
meninggalkan shalat tidak wajib melaksanakanya.
e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. Kepadanya) Orang yang belum
menerima dakwah Nabi Saw juga tidak menjadi sasaran kewajiban shalat. Dari
syarat wajib di atas dapat ditarik kesimpulan, maka seseorang yang telah
menyatakan dirinya Islam, wajib baginya mendirikan shalat, kecuali apabila
termasuk dalam halangan-halangan yang telah digariskan oleh syara’.
5. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah bagian dari pada shalat dimana shalat itu tidak terwujud
kecuali dengannya. Dan apabila sebagian dari padanya hilang maka shalat itu
tidaklah disebut sebagai shalat (yang sebenarnya).
Adapun rukun shalat adalah sebagai berikut:
a. Niat mengerjakan shalat Niat menurut bahasa adalah ketetapan hati, untuk
melakukan sesuatu dibarengi dengan pekerjaanya, kecuali puasa. Ia tidak
disyaratkan membarengkan niat dengan pekerjaanya, karena hal itu
menimbulkan kesulitan, mengingat keharusan mengawasi fajar cukup
memberatkan bagi orang berpuasa.
b. Berdiri bagi yang mampu untuk shalat fardhu Berdiri tegak bagi yang kuasa
ketika shalat fardhu. boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit.
c. Takbiratul Ihram Takbiratul ihram, yakni mengucapkan Allahu Akbar dan harus
bersambung dengan niat, diucapkan dalam posisi berdiri.
13

d. Membaca surat Al-fatihah Bacaan alfatihah disyaratkan harus dibaca berbahasa


arab, dan tidak diperbolehkan membaca dengan menggunakan bahasa selain arab
(terjemahan Indonesia), meskipun diluar shalat.
e. Rukuk dengan thumaninah Menurut bahasa rukuk berarti membungkuk dan
mirik secara mutlak. Sedangkan menurut terminology syara’, rukuk berarti
membungkukkan punggung dan kepala semuanya dalam shalat.
f. I’tidal dengan thumaninah Setelah rukuk, lalu bangkit dengan mengangkat kedua
tangan sebatas telinga hingga berdiri kembali, sambil membaca do’a tasmi’.
g. Sujud dua kali dengan thumaninah Sujud menurut etimologi bahasa berarti
tunduk. Sujud terlaksana dengan menempelkan dahi atau hidung ke tanah atau
pada sesuatu yang menempel di tanah, dengan syarat sesuatu itu harus tetap,
seperti tikar dan sajadah.
h. Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah Setelah susjud, kemudian bangkit
dari sujud mengambil posisi duduk sambil membaca “Allahu akbar”, Posisi
kedua telapak tangan berada di atas kedua paha dekat lutut
i. Duduk Akhir Gaya duduk tahiyatul akhir adalah dengan mengambil posisi duduk
tawaruk, yakni gaya duduk dengan pangkal paha atas (pantat) yang kiri bertumpu
langsung pada lantai dan telapak kaki kiri dimasukkan di bawah kaki kanan.
j. Membaca tasyahud akhir Duduk akhir yang dimaksud, yaitu duduk di akhir
shalat meskipun tidak didahului oleh duduk pertama seperti shalat yang dua
rakaat, duduk akhir merupakan salah satu rardhu shalat menurut kesepakatan
ulama (ijma’), karena tanpa adanya duduk akhir, tidak dapat dibayangkan adanya
tasyahud dan salam.
k. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir Waktu membacanya ialah ketika
duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir .
l. Salam Setelah selesai berdoa pada tasyahud akhir, kemudian melakukan “
salam” yaitu menengok ke kanan sampai pipi terlihat dari belakang dengan
membaca “Assalamu’alaikum wa rahmatullah”
m. Tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut).
14

Dapat disimpulkan bahwa rukun-rukun shalat ada tiga belas yaitu niat, berdiri bagi
yang mampu, takbiratul ihram, membaca alfatihah, rukuk dengan thumaninah, i’tidal
dengan thumaninah, sujud dengan thumaninah, duduk diantara dua sujud dengan
thumaninah, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, Membaca shalawat nabi pada
tasyahud akhir, salam dan tertib. Dari tiga belas rukun shalat tersebut harus
dikerjakan secara berurutan dan apabila salah satu rukun shalat ada yang
ditinggalkan dengan sengaja maka tidak sah shalat orang tersebut dan apabila orang
tersebut lupa atau ragu ada salah satu rukun yang tertinggal maka bisa diganti
dengan sujud sahwi yang dilakukan di rakaat terakhir sebelum salam
6. Hal-hal yang membatalkan shalat
Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu syarat dan rukunnya
tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Berbagai hal yang dapat
menyebabkan batalnya shalat adalah:
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengajaApabila ada salah satu
rukun shalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja, maka shalat itu menjadi batal
dengan sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca surat Al-Fatihahnlalu
langsung rukuk, maka shalatnya menjadi batal.
b. Berhadas Bila seseorang mengalami hadats besar atau kecil, maka batal pula
shalatnya. Baik terjadi tanpa sengaja atau secara sadar.
c. Terkena najis baik badan, pakaian, atau tempat shalat Bila seseorang yang shalat
terkena benda najis, maka secara langsung shalatnya menjadi batal. Namun yang
dijadikan patokan adalah bila najis itu tersentuh tubuhnya atau pakaianya dan
tidak segera ditepis /tampiknya najis tersebut maka batallah shalat tersebut.
d. Dengan sengaja berbicara yang bukan untuk kemashlahatan shalat. Berbicara
dengan sengaja yang di maksud di sini bukanlah berupa bacaan-bacaan dalam Al-
Qur’an, dzikir ataupun do’a, akan tetapi merupakan pembicaraan yang sering
dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
e. Terbuka auratnya. Bila seseorang yang sedang melakukan shalat tiba-tiba terbuka
auratnya secara sengaja, maka shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan
15

dalam waktu yang singkat ataupun terbuka dalam waktu yang lama. Namun jika
auratnya terbuka tanpa di sengaja dan bukan dalam waktu yang lama, maksudnya
hanya terbuka sekilas dan langsung ditutup lagi maka shalatnya tidak batal.
f. Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat Seseorang yang sedang shalat,
lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat di dalam hatinya, maka saat itu juga
shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak. Meski belum melakukan hal-hal
yang membatalkan shalatnya.
g. Banyak bergerak Gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus dan bukan
merupakan gerakan yang terdapat dalam shalat. Mazhab Imam Syafi’i
memberikan batasan sampai tiga kali gerakan berturut-turut sehingga seseorang
batal dari shalatnya.
h. Membelakangi kiblat Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan
sengaja, atau di dalam shalatnya melakukan gerakan hingga badanya bergeser
arah hingga membelakangi kiblat, maka shalatnya itu batal dengan sendirinya.
i. Tertawa sampai terdengar tawanya oleh orang lain Maksudnya adalah tertawa
yang sampai mengeluarkan suara, adapun bila sebatas tersenyum, belumlah
sampai batal shalatnya.
j. Mendahului imam dalam dua rukun shalat, apalagi lebih. Bila seorang makmum
melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti bangun dari sujud lebih
dulu dari imam, maka batalah shalatnya. Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja
maka tidak termasuk yang membatalkan shalat.
k. Murtad, artinya keluar dari agama Islam Orang yang sedang melakukan shalat,
lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya.
Dapat ditarik kesimpulan ada sebelas hal yang dapat membatalkan shalat
diantaranya: Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja, berhadas, terkena
najis, secara sengaja mengucapkan ucapan di luar apa yang di baca waktu shalat,
Terbuka auratnya, mengubah niat, banyak bergerak, membelakangi kiblat, tertawa,
mendahului imam dan murtad. Apabila salah satu hal tersebut dilakukan dalam
16

keadaan shalat, maka shalat tersebut menjadi batal dan shalat tersebut mesti di ulang
lagi dari awal.

7. Hukum dan ancaman meninggalkan shalat


Islam telah menekankan dan menjelaskan dengan jelas dan gamblang segala
hal yang berkenaan dengan tata aturan kehidupan manusia. Hal mana yang harus
dilakukan dan dikerjakan dan hal yang mana yang harus dijauhi dan ditinggalkan.
Sedangkan shalat memiliki balasan tersendiri bagi mereka yang meninggalkanya.
Meninggalkan shalat karena ingkar adalah kafir dan keluar dari agama Islam,
berdasarkan ijma’ (kesepakatan) ulama kaum muslimin.
Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnyayang artinya: Sesungguhnya ikrar
yang membedakan kita dengan mereka adalah shalat. Jadi barang siapa
meninggalkanya, maka ia benar-benar telah kafir. (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
Diriwayatkan juga oleh Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya:
Sesunggunya beda antara seseorang dan kesyirikan serta kekafiran adalah
meninggalkan shalat. (HR. Muslim).
Dari kedua hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa barang siapa
mengingkari kewajiban shalat atau melaksanakan namun dengan nada meremehkan,
maka orang tersebut telah kafir karena telah mengingkari dan meremehkan sesuatu
yang sudah maklum dalam agama. Statusnyapun sama seperti orang yang murtad dari
agama Allah SWT, kecuali jika orang tersebut tidak mengerti hukumnya. Adapun
orang yang meninggalkan shalat karena malas sedangkan orang tersebut masih tetap
meyakini kefardhuanya, maka menurut pendapat mayoritas ulama salaf dan ulama
khalaf orang tersebut tidak kafir, tetapi diperintahkan untuk bertaubat. Jika tidak mau
maka harus dihukum mati sebagai hadd (hukuman) bukan karena kekafiran. Jadi telah
jelas bagi kaum muslimin saat ini bahwa meninggalkan shalat hingga waktu berakhir
tanpa uzur yang dibenarkan oleh syari’at adalah sebuah kekufuran. Adapun bagi
orang-orang yang meninggalkan shalat itu akan mendapat sanksi atau ancaman, antara
lain:
17

a. Dikecam sebagai orang kafir


b. Tidak boleh di shalatkan jenazahnya dan tidak boleh dimintakan ampunan dan
rahmat ntuknya
c. Dimasukan kedalam neraka Wail
d. Pada hari kiamat ia akan dikelompokan bersama Karun dan Fir’aun.

B. Model Pembelajaran Picture and Picture

1. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Istarani (2011: 46) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian


penyajian materi ajar  yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan
secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
Mohammad Ali (2000: 67) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengarahkan
pembelajaran di kelas atau di luar kelas yang sesuai dengan karakteristik perkembangan
dan karakteristik belajar siswa.
Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum
proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam
bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.

2.   Langkah–langkah Model Pembelajaran Picture and Picture

Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Jamal
Ma’mur Asmani (2000 )terdapat tujuh langkah yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
18

Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi


Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa
dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana
KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang
menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang
materi yang dipelajari.
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau
oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih
mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru
dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi
yang kegiatan tertentu.
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian,
sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-
gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang urutan
gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan
motivator agar siswa berani mengemukakan pendapatnya.
19

f. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi,
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ingin
dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan
indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang
telah ditetapkan.
g. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja diterimanya.
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu
dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-
hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru
memberikan penguatan kembali tentang gambar tersebut.

3. Implementasi Model Pembelajaran Picture and Picture

Berikut ini adalah langkah-langkah penerapan model pembelajaran Picture and


Picture dalam pembelajaran shalat fardhu :
a. Motivasi dan apersepsi.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Siswa memperhatikan bermacam gambar yang ditunjukkan oleh guru dan
mengurutkan gambar sehingga menjadi urutan yang tepat.
d. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai gambar tersebut.
e. Guru menyampaikan materi pokok pelajaran.
f. Siswa membentuk kelompok diskusi.
g. Setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja Siswa.
h. Guru membimbing kegiatan diskusi siswa.
i. Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
j. Siswa yang lain menanggapi.
k. Guru memberikan umpan balik terhadap tanggapan siswa.
l. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
20

m. Guru memberikan penghargaan kelompok


n. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
o. Siswa mengerjakan evaluasi
p. Guru memberikan tindak lanjut.
Media yang digunakan dalam pembelajaran Picture and picturepada materi
sholat farhu

a. Gerakan shalat
21
22

4. Teori yang mendukung pembelajaran Picture and Picture


Ada beberapa teori yang mendukung penerapan model pembelajaran Pictureand
Picture yaitu:
a. Teori Belajar Vigotsky
Dukungan teori Vigotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah
penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Vigotsky menekankan siswa
mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain (Trianto, 2009:
39).
b. Teori Belajar Piaget
Piaget membenarkan bahwa anak-anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan
terus memahami dunia di sekitarnya. Keingintahuan ini memotivasi mereka untuk
mengkonstruksikan secara aktif representasi-representasi di benakanya tentang
lingkungan yang mereka alami (Budiningsih, 2005: 35). Piaget mengatakan bahwa
perkembangan kognitif manusia terdiri atas empat tahap berdasarkan usia dan cara
berpikir yang berbeda. Tahap-tahap itu antara lain tahap sensorimotorik, tahap
praoperasional, tahap operasional konkrit dan tahap operasional formal. Penggunaan
model pembelajaran picture and picture pada model Picture and Picture mendorong
minat rasa ingin tahu anak.
c. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kelompok, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Siswa benar-benar
memahami dan dapat memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Budiningsih, 2005:55).
Terdapat beberapa teori yang mendukung penerapan model Picture and Picture
dalam proses pembelajaran. Namun, teori belajar yang paling dominan adalah teori
belajar kontruktivisme. Teori belajar kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
menemukan informasi baru dan membangun ide-ide. Model Picture and Picture yang
23

menggunakan gambar sebagai media utama dapat mendorong siswa untuk memperoleh
informasi dan menemukan ide-ide.
5. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Picture and Picture
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing.
Menurut Istarani (2011: 8) kelebihan model pembelajaran picture and picture adalah
sebagai berikut:
a. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
b. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar
mengenai materi yang dipelajari.
c. Dengan menganalisa gambar, dapat mengembangkan daya nalar siswa untuk berfikir
logis.
d. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru menanyakan alasan siswa
mengurutkan gambar.
e. Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang
telah dipersiapkan oleh guru.
Adapun kekurangan model pembelajaran picture and picture menurut Istarani
(2011: 9) diantaranya:
a. Sulit menemukan gambar yang bagus dan berkualitas sesuai kompetensi dari materi
yang akan diajarkan.
b. Memerlukan waktu yang lama dalam pembelajarannya.
c. Jika guru kurang ahli dalam mengelola kelas, ada kekhawatiran kelas akan kacau dan
tidak kondusif.
d. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai.
Kekurangan yang ada dalam model pembelajaran picture and picture, dapat
diatasi dengan beberapa usaha. Misalnya mengenai sulitnya mencari gambar yang cocok
dengan kompetensi. Dalam hal ini, guru dapat membuat gambar sendiri sehingga guru
dapat menyesuaikan dengan materi. Untuk waktu yang relatif lama, sebelum
pembelajaran guru harus sudah mengalokasikan waktu dengan tepat.
24

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan dilakukan di kelas III SDN 014 Loa Janan Kecamatan
Loa janan Kabupaten Kutai Kartanegara , dengan jumlah siswa 20 orang terdiri dari 9
orang siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Dengan materi “shalat fardhu ” pada
mata pelajaran PAI .
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru harus memperhatikan
karakteristik siswa, latar belakang keluarga dan tahap perkembangan psikologisnya
sehingga dalam implementasinya pada pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna
bagi siswa.
2. Tempat Penelitian dan Waktu
Lokasi pelaksanaan penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang penulis
laksanakan adalah disalah satu SD yang berada di Jalan Ketapi RT 20 Loa Janan ,
tepatnya di SDN 014 Loa Janan .
a) Sekolah yang digunakan penulis dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
adalah di SDN 014 Loa Janan. Karena penulis merupakan salah satu personil guru di
SD tersebut.
b) Kelas yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah di kelas
III dengan jumlah murid sebanyak 20 siswa.
c) Mata pelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan perbaikan ini adalah mata pelajaran
PAI .
25

B. Desain dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas


1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah model dari Kemmis dan Taggart berupa
suatu siklus spiral. Pengertian siklus disini adalah suatu putaran kegiatan yang meliputi
tahapan-tahapan rancangan pada setiap putarannya, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)
tindakan (acting), (3) observasi (observation), (4) refleksi (reflection). Desain penelitian
berupa gambar yang tahapannya menggunakan prosedur kerja Kemmis dan Mc. Taggart
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Rencana awal
Refleksi

Observasi

Tindakan

Refleksi
Rencana Yang
Direvisi

Observasi

Tindakan

Penjelasan alur diatas adalah:


1) Rancangan/perencanaan awal, sebelum mengdakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah tujuan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
26

2) Pelaksanaan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti


sebagai upaya pembangunan pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkankanya model pembelajaran penemuam
pembimbing.
3) Refleksi, penelitian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang di
isi oleh pengamat.
4) Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
2. Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan tindakan pada penelitian ini, maka peneliti mengadakan
observasi cara mengajar guru dalam kelas serta mencari data kemampuan awal
penguasaan materi yang akan diteliti dari siswa. Penelitian Penelitian Tindakan Kelas
ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila dari dari dua siklus yang direncanakan masih
terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat dilanjutkan dengan siklus
berikutnya.
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
a. Siklus 1
1) Tahap Perencanan (Planning)
Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Menyusun silabus.
b) Pembuatan persiapan pembelajaran yang tertuang dalam Rencana
c) Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d) Menyusun Lembar Kerja Siwsa (LKS).
e) Membuat kisi-kisi soal dan alat evaluasi berupa tes essay.
f) Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat pertanyaan.
27

g) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar


dengan penerapan Pengunaan picture and picture . Lembar observasi ini terdiri atas
lembar observasi guru dan lembar observasi siswa beserta indicator.
h) Mempersiapkan dimana kegiatan akan dilaksanakan
i) Membentuk kelompok siswa.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)


Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di rumuskan. Langkah-
langkah pembelajaran PAI dengan pengunaan picture and picture

3) Tahap Pengamatan (Observasi)


Pada pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Selama kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh pengamat yaitu
rekan sejawat. Pengamat memberikan tanda (√) terhadap aspek yang diamati berdasarkan
indikator. Pada akhir pelaksanaan siklus 1 diadakan evaluasi yang berupa tes tertulis
yang berbentuk essay.
4) Tahap Refleksi (Refleksion)
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian baik yang
menyangkut penilaian proses maupun hasil. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai
bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk
menyusun rencana pada siklus II.
b. Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran dari siklus 1, urutan kegiatannya adalah sebagai berikut :
28

1) Tahap Perencanaan (Planning)


Arikunto (2010: 17) dalam tahap perencanaan ini, peneliti menentukan titik atau
fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian
membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung. Peneliti melakukan perencanaan sebelum
melakukan tindakan berupa kegiatan menelaah SK, KD, indikator, dan materi
pembelajaran PAI kelas III , menyusun RPP sesuai dengan model Picture and Picture,
menyiapkan media berupa gambar, menyiapkan Lembar Kerja Siswa dan evaluasi, serta
membuat lembar observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa
Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
(1) Menyusun silabus
(2) Pembuatan persiapan pembelajaran yang tertuang dalam
(3) rencana pelaksanaan pembelajaran
(4) Menyusun Lembar Kerja Siswa.
(5) Membuat kisi-kisi soal dan membuat alat evaluasi berupa tes essay.
(6) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
(7) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi
(8) belajar mengajar pada saat penggunaan picture and picture .
(9) Lembar obervasi ini terdiri atas lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
beserta indikatornya.
(10) Mempersiapkan dimana kegiatan akan dilaksanakan
(11)Membentuk kelompok siswa.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)


Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan yang
telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan tindakan
dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan picture and picture dan sesuai dengan refleksi pada siklus sebelumnya
29

3) Tahap Pengamatan (Observasi)


Pada pelaksanaan siklus 2 dilakukan pengamatan terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Selama kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh dua orang
pengamat yaitu rekan sejawat. Pengamat memberikan tanda (√) terhadap aspek yang
diamati berdasarkan indikatornya.pada akhir pelaksanaan siklus 2 diadakan evaluasi yang
berupa tes tertulis yang berbentuk essay. Arikunto (2010: 19) menyatakan bahwa
observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengumpulan data
pada penelitian tindakan kelas III ni melalui observasi langsung. Observasi yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran shalat fardhu melalui model
pembelajaran Picture and Picture. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan observasi
bersamaan waktunya dengan pelaksanaan tindakan. Observasi dilaksanakan dengan
bantuan dari guru supervisor 2 dan teman sejawat untuk mengamati keterampilan guru
dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi
dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi berupa lembar pengamatan yang
telah disiapkan dalam tahap perencanaan.

4) Tahap Refleksi (Refleksion)


Penelitian hasil observasi atau evaluasi penelitian tindakan kelas pada siklus 2
mendapat hasil yang memuaskan yaitu meningkatkan hasil belajar. Refleksi merupakan
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto, 2010: 19).
Peneliti melakukan refleksi yaitu mencoba merenungkan atau mengingat serta
menghubungkan kejadian interaksi di kelas. Peneliti mengkaji proses pembelajaran yaitu
keterampilan guru, aktivitas dan hasil belajar siswa berupa keterampilan shalat fardhu
menggunakan model Picture and Picture serta melihat ketercapaian indikator penelitian
pada setiap siklus. Melalui refleksi ini, dinilai efektivitas model yang digunakan dengan
mengacu pada indikator yang telah ditetapkan. Tindak lanjut untuk siklus berikutnya
ditentukan berdasar atas masalah atau kesulitan yang muncul pada pelaksanaan tindakan
siklus sebelumnya
30

C. Instrument Penelitian
Instrumen Penelitian yang akan diambil adalah :
1) Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati kondisi proses belajar mengajar
yang berlangsung. Lembar observasi ini menggunakan tabel observasi untuk
mengetahui tingkat aktifitas siswa.
1) Lembar observasi guru
Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mengetahui tingkat kemampuan guru
dalam menyampaikan materi dan model pembelajaran dalam RPP.
2) Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan
skor. Tes dilaksanakan diakhir kegiatan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana
siswa memahami materi pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengumpulan data di peroleh melalui :
1. Observasi dilakukan pada tahap perencanaan dan selama kegiatan pembelajaran
setiap siklus. Observasi tindakan di kelas berfungsi untuk mendokumentasikan
pengaruh tindakan bersama prosesnya dan digunakan sebagai dasar refleksi untuk
siklus berikutnya.
2. Tes dilaksanakan pada setiap siklus untuk melihat kemampuan pemecahan masalah
siswa pada materi yang telah di ajarkan sehingga peningkatan dan perubahan hasil
belajar siswa pada setiap siklus dapat diketahui.
3. Dokumentasi nilai yakni data nilai tes yang diberikan pada awal pembelajaran
digunakan sebagai perbandingan dengan tes hasil belajar pada akhir siklus I.
31

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan secara deskreptif yaitu hanya
mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar di susun,
dijelaskan, dan akhimya di analisis dalam tiga tahapan yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan dan perbaikan pada
penyederhanaan data. Pada tahap reduksi data observasi pengamatan terhadap proses
pembelajaran
2. Interpretasi data
Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis
dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data
yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki .
Interpretasi data dengan menggunakan kriterian Ketuntasan belajar dengan berpatokan
pada KKM pembelajaran PAI pada SDN 014 Loa Janan. Hasil interpretasi data akan
digunakan untuk mengevaluasi atau merefleksi proses dan hasil Penelitian Tindakan
Kelas yang dilakukan
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Membuat kesimpulan berdasarkan reduksi dan interprestasi data, verifikasi
dimaksudkan untuk melakukan tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan untuk diuji
kecocokan dan kebenaranya

F. Indikator Keberhasilan
Indikator yang menyatakan bahwa pembelajaran ini dinyatakan berhasil yaitu jika
pembelajaran yang dilaksanakan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan skenario
pembelajaran, dan hasil belajar siswa secara individu ≥ 75 dan secara klasikal yang
mencapai skor lebih dari atau sama dengan 70 adalah mencapai 85% hal ini sesuai
dengan Standar Ketuntasan Minimum (SKM) SDN 014 Loa Janan .
32

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian ini dilaksanakan di SDN 014 Loa Janan yang terletak Jalan Ketapi RT
20 Desa Loa janan Ulu Kecamatan Loa Janan , Siswa yang dikenakan tindakan adalah
siswa kelas III yang berjumlah 20 orang. penelitian ini dilaksanakan pada semester 2
Tahun pembelajaran 2021/2022.
Penelitian ini dilaksanakan karena hasil belajar siswa yang rendah Jenis
penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus,. Penelitian
ini menggunakan model penelitian dari Kemmis & Taggart yang terdiri dari empat tahap
yaitu : Planning (Perencanaan), dilakukan untuk memperbaiki peningkatan atau
perubahan prilaku dan sikap sebagai solusi, Action (Tindakan) dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan, Observation
(Observasi), dilakukan untuk mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa, Reflection (Refleksi ), dilakukan untuk
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil / dampak tindakan dari berbagai aspek.
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti dapat melakukan revisi atau melanjutkan pada
tindakan lanjutan. Tahap-tahap tersebut diatas dilaksanakan peneliti melalui dua siklus
secara berkesinambungan. Setiap tindakan yang direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan hasil refleksi atau tindakan sebelumnya.
1. Deskripsi Hasil Siklus I
Pada Siklus I dimulai dengan tahapan perencanaan adapun yang dilaksanakan
dalam pertemuan 1 adalah peneliti membuat rencana persiapan pembelajaran, media
pembelajaran, lembar kerja siswa dan lembar pengamatan siswa yang sesuai dengan
materi pembelajaran untuk pertemuan pertama, materi yang disajikan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran pada lampiran
33

a. Tahap Perencanaan
Pada Siklus I pertama pertemuan 1 dimulai dengan tahapan perencanaan adapun
yang dilaksanakan dalam pertemuan 1 adalah peneliti membuat rencana persiapan
pembelajaran, media pembelajaran, lembar kerja siswa dan lembar pengamatan siswa
yang sesuai dengan materi yang disajikan pada rencana pelaksanaan pembelajaran pada
lampiran
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran PAI , guru kelas
melakukan langkah-langkah pembelajaran PAI dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan shalat fardhu . Indikator
yang tepat untuk siklus I adalah memperagakan gerakan shalat
2) Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.Rencana
pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 1 kali pertemuan, dalam waktu 2
jam pelajaran dilaksanakan dalam 1 minggu. Mengenai langkah-langkah dan susunan
rencana pembelajaran terlampir.
3) Menyiapkan model pembelajaran picture and picture yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran picture and
gambar tata cara gerakan shalat. Pada siklus I ini, guru menggunakan gambar dengan
meminta kepada siswa untuk menjelaskan maksud dari gambar tersebut untuk
menjelaskan sehingga tanpa melihat gambar sudah tau apa maksud dari gerakan
tersebut tersebut.

b. Tahap Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Adapun
model pembelajaran picture and yang pada pertemuan pada siklus I materi PAI yang
34

diajarkan tentang shalat fardhu dengan indikator melakukan gerakan sholat dengan
benar. Kemudian diawali dengan berdoa bersama, kemudian diajukan absensi siswa.
Pada penelitian siklus I ini, guru memilih pokok bahasan tentang gerakan shalat. Alasan
memilih pokok bahasan gerakan shalat karena model pembelajaran picture and picture
yang akan digunakan guru sebagian besar adalah gambar tata cara gerakan shalat.
Tujuannya agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran dan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Setelah kegiatan berdoa bersama dan absensi siswa selesai, kemudian guru
mengawali pelajaran dengan appersepsi..
Secara rinci jalannya kegiatan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
Dalam kegiatan eksplorasi, guru membimbing siswa dapat memahami gambar
tentang gerakan shalat yang benar , memahami cara shalat fardhu , Melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Memfasilitasi peserta didik
melakukan shalat fardhu, Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus I
adalah menentukan gambar yang akan diperagakan seperti cara takbiratul ihram, ruku,
bersedekap, dilanjutkan dengan gerakan shalat lain dengan meminta tanggapan pribadi
siswa, siswa membuat urutan gerakan shalat yang benar sesuai dengan gambar pada
pembelajaran picture to picture, Siswa menjelaskan maksud dari gambar dengan cara
mengamati subjek yang akan dijelaskan, terakhir memperagakan secara berurut gerakan
shalat yang benar
Guru melakukan elaborasi dalam kegiatan elaborasi, guru memfasilitasi peserta
didik dalam shalat fardhu, memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok; selanjutnya melakukan kegiatan konfirmasi. Dalam kegiatan
konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan dilanjutkan dengan memberikan kesimpulan dari kegiatan
yaitu cara gerakan shalat yang benar berdasarkan gambar yang disajikan.
35

c. Tahap Observasi
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dalam rangka meningkatkan kemampuan
shalat fardhu siswa dalam pembelajaran PAI , hasil observasi untuk guru dan siswa, nilai
tes siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Nilai Tes Siswa Siklus I

Keterangan
No Nama Siswa KKM Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 Andi Wijaya 70 80 Tuntas  
2 Andi Irma 70 75 Tuntas  
3 Andika Saputra 70 70 Tuntas  
4 Ari Yanti Agustina 70 65 Tidak Tuntas
5 Delvin Wijaya 70 70 Tuntas  
6 Elsa Putri 70 77 Tuntas  
7 Deri Kanyavani 70 85 Tuntas  
8 Junita Tana 70 55 Tidak Tuntas
9 M. Farhan Hafiz 70 60 Tidak Tuntas
10 M. Irfan Aliansyah 70 70 Tuntas  
11 Maya Amelia Safitri 70 70 Tuntas  
12 Muhammad Akbar 70 75 Tuntas  
13 Nur Avia Amelia 70 85 Tuntas  
14 Nur Hikmah 70 65 Tidak Tuntas
15 Nya Aulia Ramadani 70 65 Tidak Tuntas
16 Rahimmah Maghdalena 70 75 Tuntas  
17 Rifa Wijaya 70 80 Tuntas Tidak Tuntas
18 Rama 70 65 Tidak Tuntas
19 Ramona Nabila 70 75 Tuntas  
20 Zalsa Salsabilla 70 65 Tidak Tuntas
Jumlah   1427 12 8
Rata-rata   71,35    
Prosentase Ketuntasan (%)     60,00 40,00
Nilai Tertinggi   85    
Nilai Terendah   65    

Berdasarkan tabel 4.1 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat digambarkan
pada grafik sebagai berikut:
36

Grafik 4.1 Porsentase Ketuntasan belajar siswa siklus I

Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 selesai maka dapat
diketahui adanya kenaikan hasil belajar siswa dari perolehan nilai sebelumnya (pra
siklus).
Dari hasi nilai evaluasi pada Pra Siklus, masih banyak siswa yang nilainya belum
mencapai Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM), KKM yang ditargetkan adalah 70. Dari
20 orang siswa terdapat 11 orang siswa yang nilainya belum mencapai KKM, jika
dipersentasikan jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM adalah 45%. Setelah
diadakan pada Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1, ternyata ada peningkatan yaitu
menjadi 8 orang siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Jika dipersentasekan jumlah
siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 60%. Maka kenaikan persentase dari
nilai evaluasi pra siklus ke siklus 1 yaitu 15 %.Ini membuktikan ada peningkatan nilai
siswa antar Pra Siklus dan Siklus1.
Dalam tahap ini peneliti bersama teman sejawat menilai keberhasilan tindakan
pembelajaran terhadap guru dan siswa pada siklus I. Mengevaluasi tahap-tahap kegiatan
melakukan aktivitas terhadap hasil-hasil yang telah dicapai. Hasil refleksi ini selanjutnya
digunakan oleh peneliti bersama teman sejawat sebagai dasar bagi upaya Penelitian
Tindakan Kelas pada siklus II diteruskan dengan mengulangi tahapan yang benar.
Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti yang sekaligus guru kelas bersama teman
sejawat guru sebagai pengamat selama proses Penelitian Tindakan Kelas. Untuk
37

mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran picture and picture


dalam shalat fardhu yang digunakan pada siklus I maka dilakukan perbandingan hasil
tes siklus I dan pra siklus yang nantikannya dapat dipergunakan untuk melaksanakan
tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun hasil perolehan nilai hasil evaluasi
pada pembelajaran Pra Siklus, dan Siklus 1 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Evaluasi Pra Siklus dan Siklus 1
Nilai
No Nama Siswa
Pra siklus Siklus I
1 Andi Wijaya 75 80
2 Andi Irma 70 75
3 Andika Saputra 65 70
4 Ari Yanti Agustina 60 65
5 Delvin Wijaya 65 70
6 Elsa Putri 72 77
7 Deri Kanyavani 80 85
8 Junita Tana 50 55
9 M. Farhan Hafiz 55 60
10 M. Irfan Aliansyah 65 70
11 Maya Amelia Safitri 65 70
12 Muhammad Akbar 70 75
13 Nur Avia Amelia 80 85
14 Nur Hikmah 60 65
15 Nya Aulia Ramadani 60 65
16 Rahimmah Maghdalena 70 75
17 Rifa Wijaya 75 80
18 Rama 60 65
19 Ramona Nabila 70 75
20 Zalsa Salsabilla 60 65
Jumlah 1327 1427
Rata-rata 66,35 71,35
Prosentase Ketuntasan (%) 45,00 60,00
Nilai Tertinggi 80 85
Nilai Terendah 50 65

Berdasarkan tabel 4.2 perbandingan perolehan nilai siswa Pra siklus dan siklus I
secara terperinci dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut:
38

Grafik 4.2 Grafik Perolehan Nilai Evaluasi pada Pra Siklus, Siklus 1

d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan teman sejawat
serta hasil observasi, tugas dan tes yang ada pada peneliti, ternyata presentase nilai hasil
belajar siswa belum memenuhi standar hasil belajar minimal yang ditetapkan oleh SDN
014 Loa Janan yaitu dilihat dari nilai siswa yang mencapai 70 atau lebih presentase siswa
belum mencapai 85 % seperti yang terlihat pada table 4.2 . Hal ini menunjukkan bahwa
tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan tindakan ini belum tercapai.
Refleksi dilaksanakan oleh peneliti, kepala sekolah, dan guru kelas III. Hasil
analisis data pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture pada siklus 1, secara umum telah menunjukkan perubahan yang
cukup baik. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan
memahami kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kurang control waktu dan belum
memberikan tindak lanjut. Presentase hasil belajar dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran terlihat meningkat. Para siswa lebih banyak memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru, lebih bersemangat, dan kreatif. Kemampuan dalam mengeja huruf
menjadi suatu kata lebih meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan
dalam shalat fardhu. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang semakin
meningkat, suasana kelas pun menjadi hidup dan lebih menyenangkan.
39

2. Deskripsi Hasil Siklus II


Pelaksanaan kegiatan siklus II peneliti berusaha menyempurnakan cara mengajar
dengan metode demonstrasi berdasarkan hasil refleksi Siklus I. Berdasarkan hasil
refleksi siklus satu, maka tindakan tambahan yang direncanakan pada siklus dua ini
adalah: arahan kembali tentang langkah-langkah model pembelajaran kepada siswa
diinformasikan topik pelajaran yang akan pertemuan berikutnya dengan tujuan agar
siswa lebih siap lagi melakukan kegiatan pembelajaran
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus II
diketahui bahwa beberapa siswa belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar
yang memuaskan. Ada beberapa indikator shalat fardhu yang tidak dipenuhi siswa yaitu
siswa belum mampu memperagakan posisi yang benar sesuai dengan gambar sehingga
sebagaian siswa belum menunjukkan peningkatan prestasi belajar yang diinginkan. Oleh
karena itu peneliti dengan arahan dari guru kelas dan kepala sekolah serta pertimbangan
masukan dari guru-guru kelas yang lain kembali mengulang pembelajaran materi PAI
(shalat fardhu ). Guru menunjukkan model pembelajaran picture and picture, setelah itu
siswa menjelaskan maksud dari gambar Setelah siswa selesai siswa diberitahu agar
menulis hal penting sesuai dengan gambar yang dilihat. Langkah-langkah penyusunan
rencana pembelajaran seperti siklus II. indikator yang tepat untuk siklus 2 adalah siswa
mampu melakukan gerakan shalat yang benar dan membaca bacaan shalat yang benar.
Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran pada
siklus 2 adalah sebagai berikut :
1. Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang hendak
dicapai.
2. Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkankesepakatan yang telah
disepakati bersama. Rencana pelaksanaan selengkapnya terlampir.
Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan
dalam bacaan shalat yang benar sesuai dengan gerakan shalat, maka rencana penelitian
40

pada siklus 2 ini adalah peneliti menggunakan model pembelajaran picture and picture
yang memeiliki penjelasan .
b. Tahap Tindakan
Peneliti bertindak sebagai guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan rencana persiapan pembelajaran pada lampiran selain sesuai dengan
rencana persiapan pembelajaran yang telah disusun, peneliti juga menjalankan hasil
refleksi siklus I, hal ini dilaksanakan untuk mengadakan perbaikan dalam proses belajar
mengajar. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar
mengajar berlangsung selama 2 x 35 menit adalah sebagai berikut
Pembelajaran PAI dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture
sesuai dengan rencana pembelajaran 1 kali pertemuan. Guru mengawali pembelajaran
dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan konsentrasi,
siswa diajak tanya jawab tentang pelajaran yang lalu. Pada penelitian siklus 2 ini, guru
memilih gambar gerekan shalat yang memiliki penjelasan pada siklus II. Setelah
appersepsi, guru mulai memasuki materi dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture. Model pembelajaran picture and picture yang digunakan pada siklus
2 ini adalah gambar lengkap dengan penjelasan. Kemudian guru bertanya tentang gambar
tersebut. Setelah itu siswa ditugaskan untuk memperagakan gambar gambar tersebut .
Setelah kegiatan itu, secara bergiliran siswa disuruh menulis di papan tulis tentang
maksud dari gambar tersebut sesuai dengan pemahaman siswa. Selanjutnya siswa
menyebutkan dan menjelaskan apa saja yang terlihat pada gambar tersebut.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu
dengan mengamati setiap tindakan yang dilaksanakan meliputi aktifitas yang dilakukan
guru dengan murid, interaksi guru dengan murid, interaksi muriddengan murid, semua
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.Observasi ini dilakukan untuk merekam
aktivitas belajar anak pada saat pembelajaran. Tahap observasi dilakukan dalam rangka
memantau perkembangan pembelajaran dan hasil pembelajaran yang digunakan, sesuai
dengan tujuan penelitian, maka pemantauan dengan menggunakan instrument lembaran
41

observasi, Observasi ini peneliti lakukan bersama dengan teman sejawat dari hasil
refleksi siklus I yang telah dilaksanakan berdasarkan saran dari pembimbing dan teman
sejawat diperoleh hasil tes siklus II sebagai berikut:
Tabel. 4.3 Nilai Tes Siswa Siklus II
Keterangan
No Nama Siswa KKM Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 Andi Wijaya 70 85 Tuntas  
2 Andi Irma 70 80 Tuntas  
3 Andika Saputra 70 75 Tuntas  
4 Ari Yanti Agustina 70 70 Tuntas  
5 Delvin Wijaya 70 75 Tuntas  
6 Elsa Putri 70 82 Tuntas  
7 Deri Kanyavani 70 90 Tuntas  
8 Junita Tana 70 60 Tidak Tuntas
9 M. Farhan Hafiz 70 65 Tidak Tuntas
10 M. Irfan Aliansyah 70 75 Tuntas  
11 Maya Amelia Safitri 70 75 Tuntas  
12 Muhammad Akbar 70 80 Tuntas  
13 Nur Avia Amelia 70 90 Tuntas  
14 Nur Hikmah 70 70 Tuntas  
15 Nya Aulia Ramadani 70 70 Tuntas  
16 Rahimmah Maghdalena 70 80 Tuntas  
17 Rifa Wijaya 70 85 Tuntas  
18 Rama 70 70 Tuntas  
19 Ramona Nabila 70 80 Tuntas  
20 Zalsa Salsabilla 70 70 Tuntas  
Jumlah   1527 18 2
Rata-rata   76,35    
Prosentase Ketuntasan (%)     90,00 10,00
Nilai Tertinggi   90    
Nilai Terendah   60    

Berdasarkan tabel 4.3 tentang hasil penelitian siklus II,ketuntasan belajar siswa
pada siklus I dapat digambarkan pada garif sebagai berikut:
42

Grafik 4. 3 Grafik ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Perolehan nilai tes akhir siswa diperoleh nilai siswa yang tuntas dalam
pembelajaran sebesar 90 % siswa atau 18 siswa tuntas dalam pembelajaran PAI hal ini
menunjukan keberhasilan tindakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dan nilai
rata-rata siswa meningkat menjadi 76,35
Setelah memperbaiki kegiatan pembelajaran yang ada di siklus 1 maka
pelaksanaan pada siklus 2 sudah membuat rancangan yang lebih baik sehingga
mengalami kemajuan dan peningkatan. Adapun kegiatan tambahan yang dilakukan guru
pada siklus II adalah guru membuat gambar lebih bervariasi gambar dibuat dengan
berbagai macam bentuk dan model sehingga siswa semakin tertarik menggunakan model
pembelajaran picture and picture
Adapun perolehan nilai evaluasi pada siklus 1 yang dibandingkan dengan
perolehan nilai evaluasi siklus 2, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
43

Tabel 4.4 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2

Nilai
No Nama Siswa
Siklus I Siklus II
1 Andi Wijaya 80 85
2 Andi Irma 75 80
3 Andika Saputra 70 75
4 Ari Yanti Agustina 65 70
5 Delvin Wijaya 70 75
6 Elsa Putri 77 82
7 Deri Kanyavani 85 90
8 Junita Tana 55 60
9 M. Farhan Hafiz 60 65
10 M. Irfan Aliansyah 70 75
11 Maya Amelia Safitri 70 75
12 Muhammad Akbar 75 80
13 Nur Avia Amelia 85 90
14 Nur Hikmah 65 70
15 Nya Aulia Ramadani 65 70
16 Rahimmah Maghdalena 75 80
17 Rifa Wijaya 80 85
18 Rama 65 70
19 Ramona Nabila 75 80
20 Zalsa Salsabilla 65 70
Jumlah 1427 1527
Rata-rata 71,35 76,35
Prosentase Ketuntasan (%) 60,00 90,00
Nilai Tertinggi 85 90
Nilai Terendah 65 60

Berdasarkan tabel 4.4 perbandingan peroleh nilai siswa siklus I dan siklus II
dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut
44

Grafik 4.4 Perolehan Nilai Evaluasi pada Siklus 1 dan 2

Dari hasil perolehan siklus 1, ada 8 orang siswa yang belum mencapai KKM dari
jumlah 20 siswa, atau 40 %. Sedangkan siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 12
siswa, atau 60 %. Setelah diadakan tindakan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 2,
ternyata ada peningkatan nilai evaluasi siswa hanya 2 orang siswa yang belum mencapai
KKM atau (10 %) dari jumlah 20 siswa. Sedangkan siswa yang telah mencapai KKM
sebanyak 18 siswa atau (90 %). Maka persentase kenaikan dari nilai evaluasi siklus 1 ke
siklus 2 yaitu 30 %.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan terjadi peningkatan
hasil belajar siswa dari para siklus sampai dengan siklus II, hal ini dapat diketahui pada
tabel perolehan nilai siswa pra siklus, siklus 1, dan siklus 2
Adapun perbandingan perolehan nilai evaluasi mulai dari pra siklus, siklus 1,
siklus 2 dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
45

Tabel 4.5 Rekapitulasi Perolehan Nilai Evaluasi pada Pra Siklus, Siklus 1 dan 2

Nilai
No Nama Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Andi Wijaya 75 80 85
2 Andi Irma 70 75 80
3 Andika Saputra 65 70 75
4 Ari Yanti Agustina 60 65 70
5 Delvin Wijaya 65 70 75
6 Elsa Putri 72 77 82
7 Deri Kanyavani 80 85 90
8 Junita Tana 50 55 60
9 M. Farhan Hafiz 55 60 65
10 M. Irfan Aliansyah 65 70 75
11 Maya Amelia Safitri 65 70 75
12 Muhammad Akbar 70 75 80
13 Nur Avia Amelia 80 85 90
14 Nur Hikmah 60 65 70
15 Nya Aulia Ramadani 60 65 70
16 Rahimmah Maghdalena 70 75 80
17 Rifa Wijaya 75 80 85
18 Rama 60 65 70
19 Ramona Nabila 70 75 80
20 Zalsa Salsabilla 60 65 70
Jumlah 1327 1427 1527
Rata-rata 66,35 71,35 76,35
Prosentase Ketuntasan (%) 45,00 60,00 90,00
Nilai Tertinggi 80 85 90
Nilai Terendah 50 55 60

Secara keseluruhan nilai rata-rata siklus 1 dan 2 sudah menunjukan keberhasilan

dari penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam meningkatkan hasil

belajar siswa dengan ketuntasan belajar mencapai 90 % atau hanya 2 siswa yang belum

tuntas dari 20 orang siswa, secara terperinci tergambar pada grafik-grafik sebagai berikut
46

Grafik 4.5 Grafik Perolehan Nilai Evaluasi pada Pra Siklus, Siklus 1dan 2

Ketuntasan Hasil belajar siswa secara keseluruhan selama melaksanakan tindakan


penelitian perbaikan hasil belajar PAI dapat terlihat pada gambar grafik sebagai berikut
Grafik 4.6 Grafik Persentase Pencapaian KKM Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2
47

B. Pembahasan

Dengan diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran


picture and picture, mempermudahkan siswa untuk mengingat materi-materi yang
bersangkutan dalam penyelesaian masalah. Bentuk pembelajaran langkah-langkah guru
dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture, dalam ini memiliki tujuan
memudahkan guru menyampaikan pembelajaran yang sesuai dengan dicapai, memberi
pengalaman pembelajaran seperti belajar dengan main bersama teman-temannya dan
memberi konsep dengan gambar agar tidak terjadi kekeliruan
.
1. Pembahasan Siklus I
Pada siklus I merupakan tahap awal penggunaan model pembelajaran picture
and picture pada pembelajaran shalat fardhu, siswa terlihat antusias memperhatikan
gambar pada pembelajaran shalat fardhu, yang dimana dalam proses belajar mengajar
melalui pendekatan praktek siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Problematika aspek gerakan shalat
dan bacaan shalat pada siswa kelas III disiklus I untuk mencapai tujuan kemahiran
me;lakukan gerakan shalat dan bacaan shalat disebabkan penguasaan penyesuaian
gerakan dan bacaan shalat yang kurang. Sedangkan kemahiran gerakan shalat,
disebabkan dengan adanya strategi pembelajaran yang menarik yang membuat siswa
aktif menulis
Salah satu langkah-langkah menunjukkan gambar yang dilakukan guru PAI kelas
III , pembelajaran bacaan shalat menunjukkan gambar media pembelajaran yang
diuraikan teknik-teknik pengajaran bacaan shalat. Penggunaan model pembelajaran
picture and picture diantaranya: Dengan menampilkan gambar ketika menjelaskan,
menunjukan gambar didepan siswa sambil menjelaskan dan membacakan apa yang
tertulis digambar sehingga membuat siswa mengerti maksud penjelasan guru
Hasil pelaksanaan pada siklus I, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran membaca
dengan model pembelajaran picture and picture pada siswa kelas III SDN 014 Loa
48

Janan tahun pembelajaran 2021/2022, baik hasil belajar afektif maupun kognitif
mengalami peningkatan. peningkatan kemampuan shalat fardhu siswa dilatar belakangi
oleh penggunaan model pembelajaran picture and picture yang menarik minat siswa
untuk memperhatikan penjelasan guru, Adapun hal-hal yang menyebabkan keberhasilan
penggunaan model pembelajaran picture and picture pada siklus I adalah mengacu pada
prinsip prinsip sebagai berikut:
1. Menggunakan gambar untuk tujuan pelajaran spesifik, yaitu dengan cara memilih
gambar yang akan mendukung penjelasan inti. Tujuan khusus itulah yang
mengarahkan minat siswa kepada pokok penting dalam pelajaran. Menggunakan
gambar dengan tepat maka akan efektif mencapai keberhasilan. Gambar sangat
penting untuk mengembangkan pemahaman atau gagasan baru.
2. Guru yang baik akan menyadari dengan mengurangi deskripsi verbal kepada gambar-
gambar yang dipertunjukkan akan dirasakan manfaat lebih besar. Model
pembelajaran picture and picture dapat memberikan manfaat merangsang minat dan
perhatian anak, membantu anak memahami dan mengingat isi informasi verbal yang
ada. Dengan gambar lebih efektif sebagai penyampai informasi. Gambar dengan
warna yang bermacam-macam akan menarik bagi anak. Gambar yang efektif bagi
anak umumnya enak dipandang, dan mudah dimengerti maksudnya.
3. Gambar yang digunakan dalam penelitian ini berupa gambar benda-benda yang ada
di sekitar anak yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan harapan
akan lebih memudahkan anak mengerti nama mengurangi verbalisme dalam
menerima materi pelajaran.
Penulis berkesimpulan bahwa media, gambar-gambar merupakan salah satu bahan
cetak yang masuk jadi media pendidikan yang dapat memperjelas materi dalam
peningkatan anak didik, serta dapat mengurangi adanya verbalisme dalam
menyampaikan materi pelajaran.
2. Pembahasan Siklus II
Pada siklus II model pembelajaran picture and picture yang digunakan sudah
dimodifikasi dan dibuat waran warni sehingga siswa semakin tertarik untuk mengikuti
49

pembelajaran shalat fardhu bahkan siswa mulai menyebutkan ciri-ciri sesuai dengan
gambar yang ditampilkan, siswa terlihat keberanian untuk shalat fardhu tanpa disuruh
oleh guru .
Pelaksanaan kegiatannya sama dengan siklus pertama hanya ditambah dengan
tugas untuk maju secara individu dan siswa diajak untuk memilih gambar sesuai dengan
keinginan siswa dan menuliskannya didepan kelas, namun pada kegiatan ini guru
mengulang materi yang dibahas sebelumnya. Guru memberikan tugas yang harus
diselesaikan oleh siswa secara berkelompok, serta guru hanya menjadi fasilitator dalam
penyelesaian tugas tersebut. Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada
identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1. Guru melakukan apersepsi
2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
3. Guru membuat model pembelajaran picture and picture dengan warna warni
4. Siswa menceritakan isi yang tertulis pada gambar dan menyampaikan pada temanya
di depan kelas
5. Siswa memilih gambar sesuai dengan keinginan siswa .
Adapun tentang hal-hal yang meningkatkan hasil belajar siswa dalam
penggunaan model pembelajaran picture and picture adalah hasil belajar dari siklus I ke
siklus II meningkat dikarenakan adanya refleksi pada siklus I yang dilakukan oleh
peneliti dengan membuat memotivasi siswa untuk bekerja sama dan menekankan siswa
untuk pro aktif dalam mencapai tujuan sehingga model pembelajaran picture and picture
menjadi lebih menarik dan bervariasi pada pembelajaran, adapun prinsip prinsip yang
diperhatikan pada pembuatan media pada siklus II adalah sifatnya konkrit, gambar lebih
realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata,
Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, Model pembelajaran picture and
picture dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, Dapat memperjelas suatu masalah,
dalam bidang apa saja, Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan,
50

Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa.
pada siklus II dapat diketahui bahwa Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan belajar mengajar yang efektif, Penggunaan media merupakan bagian
yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan
unsur yang harus dikembangkan guru, Penggunaan media dalam pengajaran bukan
semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar
supaya lebih menarik perhatian siswa. Penggunaan media dalam pengajaran lebih
diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru. Penggunaan media dalam pengajaran
diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain
menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa,
sehingga pelajarann mempunyai nilai tinggi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II maka penelitian Penelitian
Tindakan Kelas pada penelitian ini diakhiri karena tujuan penelitian telah tercapai
dimana hasil kemampuan shalat fardhu siswa dari tiap siklus mengalami peningkatan dan
situasi belajar mengajar terlihat siswa sangat aktif dan pembelajaran terkesan menarik.
51

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil
belajar tentang shalat fardhu pada siswa kelas III SDN 014 Loa Janan . Hal tersebut
tampak pada peningkatan kemampuan shalat fardhu siswa pada setiap siklus. yaitu dari
pra siklus dengan rata-rata 66,35 meningkat menjadi 71,35 pada siklus I kemudian pada
siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 76,35, begitupun persentase
ketuntasan belajar meningkat dari pra siklus yang hanya 45% menjadi 60 % pada siklus
I, kemudian siklus II menjadi 90 % siswa.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Sebagai akhir penulisan ini, maka penulis dapat mengemukakan beberapa
saran agar hasil penelitian ini dapat lebih bermanfaat yakni sebagai berikut:
1. Kepala sekolah diharapkan memberikan dukungan sepenuhnya kepada guru yang
menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran shalat
fardhu, karna dapat meningkatkan gerakan dan bacaan shalat fardhu siswa dan
dapat meningkatkan aktivitas siswa
2. Guru sebaiknya lebih banyak menerapkan tipe-tipe belajar mengajar yang baru
dan bervariasi kepada siswa, agar siswa memiliki ketertarikan terhadap materi-
materi pelajaran PAI
3. Selama proses belajar mengajar berlangsung hendaknya terjadi komunikasi yang
baik dan terbuka antara siswa dan guru, sehingga semua permasalahan belajar
yang berkaitan dengan daya serap dan penguasaan materi dalam pembelajaran di
sekolah dapat di atasi dengan baik.
52

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Aqih, Zaenal. 2004. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Cendikia. Bandung.

Arief S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT.Rineka Cipta

Arsyad, Azwar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Depdiknas.2006. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta


: BP. Dharma Bhakti Jakarta

Dimyati, Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi aksara. Jakarta.

Istarani , 2011, Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan


Model Pembelajaran). (Medan: Media Persada, 2011)
Mohammad Ali 2007 , Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar,
(Bandung: UPI Press)
Nasution, 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.
Bandung.

Poerwodarminto. 1976. Kamus Umum PAI . Balai Pustaka.Jakarta.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi Bentuk Derivasi dan Infleksional.
Bandung: Refika Aditama

Ramlan, M. 1978. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: U.B. Karyanto


Rosdakarya.

Sanjaya,W. 2006 Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media

Anda mungkin juga menyukai