Anda di halaman 1dari 7

BUNAYAH, S.

Pd dari MI Negeri 1 Kutai Kartanegara

NUMERASI

1. LEVEL MEMAHAMI

Perhatikan gambar termometer berikut!

Sekarang di Jerman sedang musim dingin dengan suhu -7º C. Setelah turun salju, suhunya turun
menjadi -16º C.

Berapakah penurunan suhunya?

Jawabanya : 9
2. LEVEL PENERAPAN

Terdapat 2 pabrik garmen yang menghasilkan pakaian jadi yaitu pabrik ‘Pada Suka’ dan
pabrik ‘Bagus Rapih’. Kedua pabrik tersebut memulai produksinya dari tahun 2014. Banyak
produksi pakaian jadi kedua pabrik tersebut disajikan dalam grafik berikut ini

Pada tahun 2021, kedua pabrik tersebut


mendapatkan pesanan 5.000 pakaian.
Pabrik manakah yang dapat memenuhi
kebutuhan pesanan tersebut? Berikan
alasanmu!

Kunci jawaban

Pabrik "Bagus Rapih"

Pola produksi pabrik "Pada Suka" bertambah 200 per tahun, artinya di tahun 2021 produksinya
hanya mencapai 4600. Sementara pola produksi pabrik "Bagus Rapih" bertambah 320, 480, 720,
dst. Sehingga produksinya pada tahun 2021 akan mencapai lebih dari 5000.

3. LEVEL PENALARAN

Di kota A terdapat dua perusahaan pengiriman barang yang letaknya bersebelahan, yaitu "Cepat
Kirim" dan "Lancar Jaya". Kedua perusahaan memiliki tarif yang berbeda. Berikut tabel tarif
pengiriman barang setiap perusahaan dari kota A
Beni tinggal di kota A ingin mengirim paket seberat 20 kg ke kota C, namun ia hanya membawa
uang Rp60.000,00. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah mengambil uang karena merasa
uangnya tidak cukup. Setujukah kamu dengan keputusan Beni? Jelaskan alasanmu!

Kunci

Tidak Setuju

Beni bisa mengirimkan paket tersebut di perusahaan ekspedisi "Cepat Kirim" dengan biaya 56
ribu rupiah

LITERASI
A. Level Menemukan Informasi
Di perkotaan, anak-anak dapat mudah bersekolah hingga jenjang pendidikan tinggi. Namun,
tidak demikian bagi anak-anak yang berada di pedesaan.

Simak tiga cuplikan berikut dari Buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Teks 1:
“Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama masuk SD. Di ujung bangku-bangku
panjang tadi ada sebuah pintu terbuka. Kosen pintu itu miring karena seluruh bangunan sekolah
sudah doyong seolah akan roboh.”
(Hirata, 2008, hal. 1)

Teks 2:

“Aku cemas… karena beban perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku…Aku tahu beliau
sedang gugup dan aku maklum bahwa tak mudah bagi seorang pria berusia empat puluh tujuh
tahun, seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji kecil, untuk menyerahkan anak
laki-lakinya ke sekolah. Lebih mudah menyerahkannya pada tauke pasar pagi untuk jadi tukang
parut atau pada juragan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi
keluarga.”
(Hirata, 2008, hal. 2)

Teks 3:

“Keluarga Lintang berasal dari Tanjung Kelumpang, desa nun jauh di pinggir laut. Menuju ke
sana harus melewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa yang dianggap
seram…. Selain itu di sana juga tak jarang buaya sebesar pangkal pohon sagu melintasi jalan.
Kampung pesisir itu secara geografis dapat dikatakan sebagai wilayah paling timur di Sumatra,
daerah minus nun jauh masuk ke pedalaman Pulau Belitong.”
(Hirata, 2008, hal. 11)

Hirata, Andrea. 2008. Laskar Pelangi. Jakarta : Bentang Pustaka.

Bagaimana cara menuju tempat tinggal Lintang?

Kunci Jawaban :

Harus melewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa yang dianggap seram

B. Memahami
Rumah untuk Lek Tini
Suatu hari penduduk kampung di Gunungkidul dikagetkan dengan musibah kebakaran yang
menimpa rumah yang ditinggali oleh keluarga Lek Tini. Tanpa pikir panjang, Lek Tini yang
terkejut atas peristiwa itu berupaya lari keluar rumah sambil minta tolong diikuti anggota
keluarganya. Kakinya terasa berat untuk digerakkan, tetapi tetap terus berupaya sebisanya.
Bahkan, hanya diserat saja hingga akhirnya mencapai pohon asem depan rumah. Badannya
menggigil duduk tersimpuh lemas tak berdaya sambil memandangi rumahnya dilalap si Jago
Merah tanpa henti. Terbayang olehnya, diri dan keluarganya akan tidur tanpa atap.

Masyarakat yang mengetahui peristiwa itu langsung datang dan menyingsingkan lengan baju.
Ada yang menyelamatkan benda-benda di rumah yang terbakar, memadamkan api dan ada yang
menggalang dana. Dalam waktu singkat terkumpul berbagai sumbangan untuk keluarga Lek
Tini. Lek Tini dan keluarganya merasa sangat bahagia mendapatkan bantuan dari masyarakat
kampung mereka.

Tidak berhenti sampai di situ saja. Masyarakat bersama pemerintah desa menunjukkan
kepedulian yang tinggi terhadap korban kebakaran. Mereka berharap korban secepatnya
mendapat tempat tinggal yang layak dan dapat beraktivitas seperti semula.

Dengan penuh semangat, mereka bergotong royong membangun rumah sementara untuk
keluarga Lek Tini. Lebih dari 50 orang berpartisipasi dalam pembangunan rumah yang dimulai
sejak pagi hari. Itu sebabnya, pada sore hari, rumah sementara ini telah selesai dibangun dan siap
untuk ditinggali oleh keluarga Lek Tini.

Bagaimana perasaan Lek Tini terhadap bantuan warga desa? Jelaskan jawabanmu!

Lek Tini dan keluarganya merasa sangat bahagia mendapatkan bantuan dari masyarakat
kampung mereka.

C. Mengevaluasi dan merefleksi


Perempuan – perempuan perkasa' karya Hartoyo Andangjaya, 1963
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
dari manakah mereka..
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa sebelum peluit kereta pagi terjaga..
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja..
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
ke manakah mereka..
Di atas roda-roda baja mereka berkendara.
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota..
Merebut hidup di pasar-pasar kota..

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta,


siapakah mereka..
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa.
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota..
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa..
(Hartoyo Andangjaya, 1963)

Jika kamu membaca puisi tersebut, sikap apa yang dapat ditiru dari tokoh dalam puisi
tersebut?

1) kerja keras.
2) Hemat.
3) Rajin.
4) Santai

Pacu Jawi, Tradisi Unik Minangkabau yang Mendunia


Pernahkah kamu mendengar tentang Pacu Jawi? Pacu Jawi yang berarti “balapan sapi”
merupakan tradisi Minangkabau yang sangat unik dan hanya ada di Kabupaten Tanah Datar,
Sumatra Barat.
Permainan tradisional ini dilombakan setiap tahun. Menurut sejarahnya, Pacu Jawi sudah ada
sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini berawal dari kegiatan petani setempat setelah musim panen.
Sekilas mirip dengan tradisi Karapan Sapi Madura yang terkenal itu, ya? Ternyata, ada bedanya!
Jika Karapan Sapi Madura dilakukan di tanah kering, Pacu Jawi diselenggarakan di sawah milik
masyarakat setempat yang habis panen, serta dalam kondisi berlumpur dan basah.
Untuk teknik permainannya, seorang joki mengendarai sepasang sapi yang diapit oleh alat
pembajak sawah sambil memegang tali dan menggigit ekor kedua sapi. Jika gigitan pada ekor
sapi semakin kuat, semakin cepat pula sapi tersebut berlari.
Dalam Pacu Jawi, sepasang sapi yang berlomba hanya berlari sendirian tanpa adanya lawan.
Penentuan pemenang berdasarkan lurus atau tidak lurusnya sepasang sapi dalam berlari menuju
garis finish. Pasangan sapi yang berlari semakin lurus tentu akan menjadi pemenangnya. Selain
itu, waktu tempuh sepasang sapi dalam lintasan juga menjadi penilaian.
Pacu Jawi berperan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat setempat. Selain itu, juga menjadi
daya tarik bagi turis lokal maupun mancanegara. Tradisi ini dapat meningkatkan harga jual sapi
sehingga meningkatkan perekonomian peternak.
Masyarakat di Tanah Datar terus melestarikan tradisi Pacu Jawi sejak ratusan tahun
silam. Jika kamu adalah masyarakat Tanah Datar, mengapa kamu harus melestarikan
tradisi tersebut?
Kunci jawaban
Pedoman penskoran:

 Menjawab dengan kata-kata kunci berikut: Hiburan bagi masyarakat setempat, menjadi daya
tarik turis, meningkatkan harga jual sapi, meningkatkan perekonomian peternak, atau
jawaban lain yang relevan (nilai 1)
 Menjawab tidak relevan (nilai 0)

Anda mungkin juga menyukai