Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AL-MAUDH’U FI AL-HADIST
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul hadits

Dosen Pengampu : SITI QURROTUL AINI

Disusun oleh :
AHMAD MAHRUS NAKSABANDI (213104010005)
NOVA KURNIA HASAN (213104010009)
ACHMAD TAUFIQ (214104010010)

PRODI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SHIDDIQ
JEMBER 20222/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kami kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai salah satu sifat hadits yaitu
hadits Maudh’u atau hadits yang bersifat lemah.

Makalah ini pasti memiliki kekurangan didalamnya. Adapun harapan


penulis agar pembaca dapat memberikan saran dan kritiknya pada makalah ini,
karena hasil tulisan penulis tidak terlepas dari kesalahan, seperti kesalahan dalam
penulisan ataupun yang lainnya. Untuk itu penulis memohon maaf jika terjadi
kesalahan dalam penulisan ataupun kesalahan lainnya, karena penulis adalah
manusia biasa yang memiliki keterbatasan kemampuan.

JEMBER, 27 oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR .......................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Maudh’u .................................................................... 3
B. Sejarah Munculnya Hadist Maudh'u ....................................................... 3
C. Fakto-Faktor Munculnya Hadist Maudh’u .............................................
4
D. Upaya-Upaya Ulama Dalam Menghadapi Gerakan Pemalsuan Hadist .... 7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an telah disepakati oleh
ulama took-tokoh umat Islam.Setiap gerak dan aktivitas umat,harus dilakukan
berdasarkan petunjuk yang ada dalam Al-Qur’an dan hadist.Begitu pula jika ada
permasalahan yang muncul di tengah masyarakat.Namun sangat disayangkan
keberadaan hadist yang benar-benar berasal dari Rasulullah SAW,dinodai oleh
munculnya hadist-hadist Maudh’u (palsu) yang sengaja dibuat-buat oleh orang-
orang tertentu dengan tujuan dan motif yang beragam,dan disebarkan ditengah-
tengah masyarakat

Meyakini dan mengamalkan hadist Maudh’u merupakan kekeliruan yang


besar,karena meskipun ada hadist Maudh’u yang isinya baik,tetapi kebanyakan
hadist palsu itu bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam,lagi pula pembuatan
hadist Maudh’u merupakan perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Jelaskan pengertian hadits Maudh’u ?
2. Menceritakan sejarah munculnya hadits Maudh’u ?
3. Apa saja faktor-faktor munculnya hadist Maudh’u ?
4. Apa saja upaya-upaya ulama dalam menghadapi gerakan pemalsuan hadist ?

1
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Jelaskan pengertian hadits Maudh’u ?
2. Menceritakan sejarah munculnya hadits Maudh’u ?
3. Apa saja faktor-faktor munculnya hadist Maudh’u ?
4. Apa saja upaya-upaya ulama dalam menghadapi gerakan pemalsuan hadist ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Maudh’u


Apabila dilihat dari segi bahasa, kata maudhu’merupakan bentuk isim maf’ul
dari kata ‫ـ وضع‬

‫يضيع‬. kata ‫وضع‬, memiliki beberapa makna antara lain:

Hadis semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa
terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadis, tindakan demikian adalah
merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang pelakunya diancam
dengan neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada masyarakat umum
kecuali hanya sebatas memberikan penjelasan bahwa hadist tersebut adalah
maudhu’ (palsu).

B. Sejarah Munculnya Hadist Maudh’u


Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang
merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara tidak
langsung menjadi factor yang menyebabkan munculnya hadist-hadist palsu.Tidak
bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping ada yang benar-
benar murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad, tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam
hanya karena terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu. Golongan ini
kita kenal dengan kaum munafik dan Zindiq.

3
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal
adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi pada
masa ini belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang masih
hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadist. Para
sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada ancaman yang
keras dikeluarkan oleh Nabi SAW terhadap orang yang memalsukan hadist,
Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada akhir pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah pemalsuaan hadis mulai marak , baik yang dibuat oleh ummat Islam
sendiri, maupunyang dibuat oleh orang diluar Islam. Menurut penyaksian
Hammad bin Zayyad terdapat 14.000 hadis maudhu. Abdul Karim al Auja
mengaku telah membuat 4.000 Hadismaudhu.

Menurut Subhi Shalih, hadis maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H, yaitu
ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh penduduk
Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung olehpenduduk
Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah: Syi’ah, Khawarij
dan Jumhur.

C. Faktor-Faktor Munculnya Hadist Maudh’u


nampaknya motivasi dan tujuan pembuatan hadis maudhu bervariasi,
diantaranya :

a. Faktor Politik

Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah terjadinya pembunuhan terhadap


khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak dan kekhalifahan digantikan
oleh Ali bin Abi Thalib menyebabkan Umat Islam pada masa itu terpecah-belah
menjadi beberapa golongan, seperti golongan yang ingin menuntut bela terhadap
kematian khalifah Utsman dan golongan yang mendukung kekhalifahan Ali
(Syi’ah).Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan lainnya, seperti
Khawarij dan golongan pendukung Muawiyyah, masing-masing mereka

4
mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai dengan ijtihad mereka,
masing- masing ingin mempertahankankelompoknya, dan mencari simpati massa
yang paling besar dengan cara mengambil dalil Al-Qur’an dan Hadist. Jika tidak
ada dalil yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan
memberikan interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak. Sehingga
mereka membuat suatu hadist palsu seperti Hadist-Hadist tentang keutamaan para
khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam agama.

b. Faktor Kebencian dan Permusuhan

Keberhasilan dakwah Islam myebabkan masuknya pemeluk agama lain kedalam


Islam, namun ada diantara mereka ada yang masih menyimpan dendam dan sakit
hati melihat kemajuan Islam. Mereka inilah yang kemudian membuat hadis-hadis
maudhu. Golongan ini terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani
yang senantiasa menyimpan dendam dan benci terhadap agama Islam.Ada yang
berpendapat bahwa faktor ini merupakan faktor awal munculnya hadist maudhu’.
Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba’ yang mencoba memecah-belah
umat Islam dengan mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait. Sejarah mencatat
bukti bahwa ia adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam.
Oleh sebab itu, ia berani menciptakan hadist maudhu’ pada saat masih banyak
sahabat ulama masih hidup.Tokoh-tokoh terkenal yang membuat hadist maudhu’
dari kalangan orang zindiq ini, adalah:
1) Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah
membuat sekitar 4000 hadist maudhu’tentang hukum halal-haram, ia membuat
hadis untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Akhirnya,
ia dihukum mati olen Muhammad bin Sulaiman, Walikota Bashrah.
2) Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang dihukum bunuh oleh Abu Ja’far Al-
Mashur.

3) Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin
Abdillah.

5
c. Faktor Kebodohan

Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun kurang
memahami agama, mereka membuat at hadist-hadis maudlu (palsu) dengan tujuan
menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis yang berisi
dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal dengan menyebutkan kelebihan dan
keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar melalui hadist targhib
yang mereka buat sendiri. Biasanya hadis palsu semacam ini menjanjikan pahala
yang sangat besar kepada perbuatan kecil.

d. Fanatisme yang Keliru

Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan


rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadits-hadits
palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang
Arab.Selain itu,Fanatisme Madzhab dan Teologi juga menjadi factor munculnya
hadis palsu, seperti yang dilakukan oleh para pengikut Madzhab Fiqh dan Teologi.

e. Faktor Popularitas dan Ekonomi

Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikan nya menarik
perhatian orang,dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara membuat hadits-
hadits palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik kepada mreka,
menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi mereka.Misalnya:
‫ خلق ا هلل من‬,‫من قال آإلله إال اهلل‬

‫ منقاره من ذهب‬,‫كل كلمة طا ئرا‬

‫و ريشه من مرجان‬

Artinya: “Barang siapa membaca la ilaha illallah, niscaya Allah menjadikan dari
tiap-tiap kalimatnya seekor burung, paruhnya dari emas dan buahnya dari marjan”.

Hasbi Assiddiqy menjelaskan bahwa golongan yang membuat hadis maudhu itu
ada sembilan golongan yaitu:

6
1) Zanadiqah (orang orang zindiq)
2) Penganut-penganut bid’ah.

3) Orang-orang dipengaruhi fanatik kepartaian


4) Orang-orang yang ta’ashshub kepada kebangsaan, kenegerian dan kkeimanan.

5) Orang-orang yang dipengaruhi ta’ashshub mazhab.


6) Para Qushshas ( ahli riwayat dongeng).

7) Para ahli Tasawuf zuhhad yang keliru.

8) Orang-orang yang mencarai pengahrgaan pembesar negeri.

9) Orang –orang yang ingin memegahkan dirinya dengandapat meriwayatkan


hadis yang diperoleh orang lain.

D. Upaya-Upaya Ulama Dalam Menghadapi Gerakan Pemalsuan


Hadist
Pemalsuan hadis dalam sejarah perkembangan Islam merupakan kenyataan
yang tak dapat terelakkan. Hal ini memiliki implikasi yang sangat besar bagi
pemahaman umat Islam. Oleh karena itu, upaya pemberantasan pemalsuan hadis
dipandang merupakan suatu keniscayaan, di samping pemeliharaan terhadap
otentisitasnya. Dalam rangka memberikan solusi terhadap persoalan pemalsuan
hadis yang muncul, ulama telah menawarkan konsep-konsep dasar yang bersifat
metodologis yang memungkinkan secara akurat mampu mendeteksi pemalsuan
hadis tersebut. Artinya, prosedur yang ditempuh dalam menerima hadis adalah
berupa pengujian dan penelitian hadis sebagai upaya mengatasi pemalsuan hadis,
sebagai berikut:

1. Meneliti sanad hadis


Penelitian sanad hadis merupakan salah satu upaya selektif terhadap penerima
hadis. Dalam kaitannya dengan upaya mengatasi pemalsuan hadis, penelitian
sanad mempunyai arti penting dalam mendeteksi kepalsuan sebuah hadis. Oleh
karena itu penelitian sanad tersebut mendapatkan prioritas utama jika
dibandingkan dengan penelitian matan. hal yag menjadi perhatian dalam

7
penelitian sanad hadis, yakni tentang kualifikasi keabsahan periwayatan seorang
yang termasuk mata rantai kelangsungan hadis ke tangan seorang perawi, sebagai
seorang peneliti atau kritikus hadis.

2. Mengukuhkan hadis-hadis

Pengukuhan hadis ini dilakukan dengan jalan meneliti dan mencocokkan


kembali kepada para sahabat, tabi’in dan ulama ahli hadis. Pengukuhan hadis
sebagai salah satu aktifitas mengatasi persoalan pemalsuan hadis menggambarkan
adanya upaya melestarikan tradisi intelektual.Hal ini dimaksudkan untuk
mendukung keutuhan ajaran Islam dari segala bentuk pencemaran melalui
pemalsuan hadis.

3. Meneliti rawi hadis dalam menetapkan status kejujurannya


Disamping penelitian terhadap sanad hadis, penelitian terhadap perawi hadis
dipandang juga sebagai salah satu upaya selektif dalam mencari kesehatan hadis
dan membedakan dengan hadis palsu.Validitas hasil penelitian sanad dan matan
hadis yang dilakukan seorang perawi mungkin dipandang sebagai persoalan
tersendiri dalam upaya mengatasi kemungkinan munculnya hadis palsu. Persoalan
ini perlu dipertanyakan kembali karena dalam kenyataannya hasil penelitian itu
sangat dipengaruhi oleh corak pandang perawi, sebagai peneliti hadis Nabi.
Namun ada satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa para peneliti atau kritikus
hadis berwewenang meneliti atau mengkritik hadis, apabila telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan ulama pakar hadis.

Dalam kaitannya dengan adanya pemalsuan hadis, sebagai langkah konkrit, para
pakar hadis membahas para perawi yang tidak memiliki kredibilitas dan diklaim
sebagai pendusta dalam kitab-kitab jarh wa ta’dil.

4. Menetapkan kaidah-kaidah umum untuk mengklasifikasikan hadis


Pengklsifikasian hadis, dipandang sebagai salah satu bentuk upaya mengatasi
adanya pemalsuan hadis, merupakan tindakan yang teliti dan cermat dalam
melihat sebuah hadis.Pijakan para pakar hadis dalam mengklasifikan hadis adalah
kaidah-kaidah yang dibangun atas dasar pengkajian dan penelitian ilmiah,

8
sehingga hadis- hadis yang diterima adalah benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan kehujjahannya.

Dengan menggunakan berbagai kaidah dalam ilmu hadis, para pakar hadis telah
berhasil menghimpun berbagai hadis palsu dalam kitab-kitab tersendiri. Diantara
kitab-kitab yang dimaksud adalah:

1) al-Abatil, karya al-Hafiz Husain ibn Ibrahim al-Jauzaqani;34

2) al-Maudu at al-Kubra, karya Abu al-Farj Abd. al-Rahman ibn ‘Ali ibn al-Jauzi;
3) Tansih al-Syari’ah al-Marfu ahmin al-Akhbaral-Sani’ah al-Maudu’ah, karya
Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad al-Kannani

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits dha’if adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat bias diterima
sebagai hadits shahih dan hadits hasan. Sebab kedha’ifan hadits karena tiga hal
yaitu, dha’if dari sudut sandaran matannya, dari segi sanadnya yang terputus, dan
dari sudut kecacatan rawinya. Hadits dha’if termasuk banyak ragamnya dan
mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak sedikitnya
syarat-syarat hadits shahih atau hasan.

B. Saran
Dari hasil pembuatan makalah ini, pembaca dapat memahami yang
disampaikan leh penulis, dan tidak salah lagi membedakan antara hadits shahih,
hadits hasan, dan hadits dha’if.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-albani, Muhammad Nashiruddin. 1995. Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’.


Jakarta: Gema Insani Press.
Asrukin, Muhammad. 2013. Hadits.
http://www.library.um.ac.id/image/pustakawan/pdfasrukin/Hadits-

Sebuah-Tinjauan-Pustaka.pdf. Diakses pada tanggal 29 desember 2014


Muvarok, M. Mufti dan Muhammad Muttaqien dkk. 2010. Satu Jam Mahir
Hadits. Surabaya: Quantum Media PT Java Pustaka Media Utama.
Suyitno. 2008. Studi Ilmu-ilmu Hadits. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
Wardah. 2013. Hadits Dhoif. Http://www.wardah.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 29 september 2014.

Firmadani. 2012. Pengertian Hadits Dha’if dan Pembagiannya.


http://Firmadani.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September
2014.

11

Anda mungkin juga menyukai