2015 OSEANAvolXLno3 ANASETYASTUTI
2015 OSEANAvolXLno3 ANASETYASTUTI
Oleh
Ana Setyastuti"
ABSTRACT
2
melimpah, meskipun di lokasi yang lain sudah Maluku Selatan, sejak tahun 1720, voe
terindikasi mengalami tangkap lebih. Terkait mendapati kapal-kapal (vessel) dari Sulawesi dan
dengan hal tersebut, maka pernyataan "tangkap Flores mencari teripang di Kepulauan Luang dan
lebih" sebaiknya tidak digunakan secara luas, Moa; [V] Kepulauan Tanimbar, berdasarkan
karen a tidak terjadi di seluruh wilayah Indonesia. catatan Kolff (1840) telah diberlakukan sasi
Manez & Ferse (2010) mencoba teripang atau aturan penangkapan teripang oleh
menelusuri lokasi-Iokasi perairan di Indonesia kepala adat masyarakat setempat, yang
dan sekitarnya yang pemah dirujuk oleh nelayan diperkirakan budaya sasi ini diperkenalkan
teripang sebagai fishing ground hingga abad pertama kali oleh Belanda; (VI] Sulawesi Selatan
ke-19 (Gam bar 1). Dari gambar 1, diketahui lokasi tepatnya di Kepulauan Spermonde, teripang
[I] Sulawesi Tenggara merupakan catatan awal, telah mulai menjadi komoditas perdagangan
pada saat Belanda datang ke Indonesia pada sejak 1720.
Juni 1710, yang menyatakan bahwa Suku Buton Beberapa lokasi lain yang juga menjadi
bekerja menangkap teripang dari alam; [Il] area jelajah utama penangkapan teripang adalah
Kepulauan Kei, penangkapan teripang [VII] Papua Barat; [VITI]Sumbawa; [IX] Timor;
diperkirakan telah dimulai sejak abad ke-16; [X] Selayar dan dua lokasi yang masuk di
Sedangkan di Kepulauan Am [III] penangkapan wilayah Australia yakni [XI] Marege, dan [XII]
teripang telah berjalan sejak tahun 1636; [IV] KayuJawa.
5' 5'
o· o·
-5' -5'
-10' km -10'
r'"""11""'11""'1
o 500 1000
Gambar 1. Lokasi-Iokasi penangkapan teripang yang pernah dirujuk oleh nelayan Indonesia hingga
abad ke 19. Angka romawi merujuk pada keterangan di dalam paragraf sebelumnya (Manez
& Ferse, 2010).
3
Pada pertengahan abad ke-18, tepatnya terdapat sekitar 26 spesies teripang yang pernah
pada tahun 1850, ekspor teripang dari Kepulauan menjadi komoditas perdagangan di Indonesia.
Kei ke China diperkirakan mencapai 36 ton, yang Akan tetapi, sebagian besar data tersebut belum
berarti sekitar 600.000 hingga 1.200.000 dilengkapi dengan validasi taksonomi, sehingga
spesimen. Sedangkan dari Makassar mencapai masih perlu konfirmasi lebih lanjut untuk
sekitar 490-550 ton dalam setahun (Menez & kebenarannya.
Ferse, 2010). Selanjutnya jumlah tersebut
semakin meningkat, bahkan sebelum perang PERDAGANGANTERJPANG PERIODE
kemerdekaan Indonesia diperkirakan ekspor 2000-2015
teripang ke China mencapai 640 ton per tahun
(Aziz, 1987). Puncak tertinggi ekspor mencapai Meningkatnya ekspor teripang
hingga sekitar 2928 ton/tahun menjelang akhir Indonesia yang bahkan sempat menjadi "yang
abad-19 (Purwati& Yusron, 2005). terbesar" di dunia pada era akhir abad 19 dan
Tingginya angka ekspor teripang awal abad 20, temyata hanya sesaat saja, karena
Indonesia ke China (Hongkong) pada tahun pada tahun-tahun selanjutnya data ekspor
1990-2000 pada faktanya berbanding terbalik nasional menunjukkan angka yang semakin
dengan data impor dari Hongkong, yang menurun. Bahkan data terakhir dari data statistik
menunjukkan bahwa pasokan teripang dari ekspor perikanan nasional yang dikeluarkan oleh
Indonesia menurun (purwati & Yusron, 2005; Kementrian Kelautan dan Perikanan tabun 2010,
Manez & Ferse, 2010). Ada beberapa angka ekspor teripang kering atau digarami dari
kemungkinan, Hongkong tidak lagi menjadi Indonesia ke Hongkong hanya mencapai angka
tujuan utama ekspor dan atau perhitungan 744,893 kg (0.7 ton)/tahun.
statistikyangkurang representatif Jawabannya Hal ini menjadi dasar kekhawatiran akan
sulit ditemukan, karena tidak banyak publikasi kebenaran terjadinya tangkap lebih di mayoritas
dan hasil penelitian yang secara kontinyu perairan Indonesia. Di sisi lain, berdasarkan
mengikuti perkembangan pasar teripang Setyastuti & Purwati (2015), jumlah spesies
Indonesia. teripang Indonesia yang pernah dan masih
Besarnya angka ekspor teripang masuk dalam perdagangan lokal maupun
nasional, tidak langsung dibarengi dengan data internasional adalah 54 spesies (Tabell). Hal ini
nama spesies yang diperdagangkan. Bahkan di menunjukkan angka yang semakin meningkat
dalam buku tahunan komoditas ekspor nasional dibandingkan hasil Purwati (2005) yang hanya
yang dikeluarkan oleh badan statistik, juga sekitar 26 spesies teripang dari Indonesia yang
hanya mencantumkan kata teripang untuk masuk dalam perdagangan nasional dan
menggambarkan komoditas ini yang sebenamya internasional. Kenaikan angka hasil kajian
adalah multispesies. Hal ini juga ditambah spesies teripang Indonesia yang masuk dalam
dengan adanya penggunaan beberapa nama perdagangan baik lokal maupun internasional,
lokal teripang, yang sebenarnya merujuk pada selaras dengan hasil kajian spesies teripang di
satu spesies yang sarna. Akibatnya sulit untuk pasar internasional yang di tulis oleh Conand
melacak berapa banyak spesies dari alam yang (2006), yang menyatakan bahwa ada 40 spesies,
telah dieksploitasi. Purwati (2005) dan naik menjadi 47 spesies berdasarkan hasil
mengkompilasi publikasi nasional dan kajian Toral-Granda et al. (2008), dan semakin
intemasional yang fokus terhadap perdagangan naik pada tahun 20 10 menjadi 66 spesies (Purcell,
teripang dan sejarah perikanan teripang 2010).
Indonesia, hasil kajianya hingga tabun 2005
4
I , , I
*.~
.....
:§ .....;~ t..-)
'"
~ ~ ~
~ ~ ~ ~
00
5
~n
r.q
q
U
o:f
<{ U
~
On
a:f
-c
q q
U Un U o::f
<{ --< <{ --<n
i:.Ll
On
~n
i:.Ll
B=
OJ)
~
~
i:.Lln
0"
Un
<{
..0"
On
U
,
~
0=
U
~ <{ <{
U
OJ)
U
~"
r.q
u.., u.., u.., u..,
u..,
uS u..,
U
--<" U U
..c
ll=1
t;; o;l
~en
's.. '"
..on ....
0 ~ Q)
:t:: ~
--
..c ..0
~
o;l
en
en 2
Q)
..... OJ) § 0
0. en to
~
'+=i
-0 ~ ~ ~
'" p
o;l ..0
0.
'".... ~ ~~
'+=i Q)
-0
~ o;l
"0 .9
0.
Q)
Q)
Q) o;l o;l
p "0
o;l
r/) I :0 I ~ I H o..b ~ I .~ -5 r/) I OJ) I I I I I I I
o;l
0
..D cD
S .5
o;l
..!<:
0 ::g
..!<:
OJ)
o;l"
....,
o;l
..d' ~ @
'g Q)
«l
-0 {i"
.... .....
0. ..... Er Q)
';;"
cD .~ S ~
.5 ..c OJ) ::l
~ "il ....
," .S ~ .....
~ ~§n
o;l o;l (Ij
OJ)
cD 0
§ ~ ~ ~ ..!<:
~u
(Ij
~ ~ OJ)
::l S en
~ ti 'a i:: OJ)
..D
.:::f
E
.,., .s'" fr
......, E i:3 ~ 15 ~
..... ..!<:
OJ)
~ ~
....
Q)
..0 E ro cD 0
io
ro ro
.... :S
....,
(Ij"
.... :.cOJ) a>U ~.... Q3::: ti ''''';
r5 -0 cD
p
0
en ~
0
OJ)
0.
B (Ij ::l
Q)
o Q)
0. ti ] 0
0
OJ)
.-
_n t;; OJ)
~" ~ 0. ..on .S cD U..!<: 0. ...., .~ Q
j
on
-'" :gB ~ S
0" 0" .-"l ro
0
en .... 2 ::l ::g .S ::l ::l -0 ~ E. '@ Q
~0 =§ U
o;l en Q3 0::1 ro ..D en
~ ro
0
OJ) I ~
0
a:l ::l
[/)
Q)
OJ)
o;l
H ~ '"0 ..D ~
Q)
::l
en p... I
] ....,0::1 :i: OJ)
::l ~ tIl U U ..!<: I I
~ ,_ ,_
Q)
.... ,_ .... ·c Q)
*0....
~
...
<:: "0
.~ ~ ...~
<:: <::
<:: ,_ ..... <:: ..... ~
s::: <:: ...
U)
(.)
Q) *<::;>. .2 us::: ._ ~ s:::'" * *.:2 *
'" :>
--.~ .~ '" *~
s:::
* ~...~
~
;>. ~~ '(3 S
--
"~
<::
.;::: *<:: ;::;
.~ ""s:::~ s:::c :c;
<""
~ <::s
;::; ~ ~ *-.<::l c .:2 ~ ..... <::s(.) (.)
-... .:2 0 :§ ..'::l ~ .§
~ :c; '\:S <:: ~ :::::~
..s:
.....
0
<::l
(.) 0
s:::
-.
~ ~"" .._~
(.) (.)
;::; g ~<Il :§l
;.. ~
(.)
'f, ...:::
'" ·6~ ~t:l.. .S 0 (.)
<::l
t::
6j ~ ':-;-, .2 ~'" ';-:_ 0 <::
(.) ~ ;.. -s::
~ ~
(.).
(.)
<::l
'"
(.)
~ :r:j :r:j :r:j :r:j :r:j :r:j ~ :r:j ~ :r:j ::r: ~'" :r:j ~
..... ~ :t:: :t:: :r:j ::r: ::r: ::r:: :r:j
....... ....... N
'"
....... t"'-
....... OO
~ 0\
....... 0
N N Rl ~ ~ )(l ~ N 00
N g) 0
('() ('() ('()
('()
('() ~ VI
('()
'"
('()
t"'-
('()
OO
('()
6
~
§
u u o ~
7
Be:rsamaan dengan semakin menurunnya data data kajian stok, kepadatan dan kelimpahan
stastistik ekspor teripang nasional, perubahan untuk masing-masing spesies di alam, atau di
metode penangkapan teripang oleh nelayan juga tiap-tiap lokasi penangkapan.
mengalami perubahan. Jika pada masa sebelum Selain perlu dibuatkan regulasi
abad 20 pengumpulan teripang sangat mudah penangkapan, maka demi menjaga kestabilan
dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang perekonomian nelayan perlu juga dilakukan
terlampau mahal, karena hanya dengan sebuah progam penelitian budidaya teripang
menggunakan tangan, maka sekarang atau pembenihan indukan teripang. Hasil
penangkapan teripang di alam sudah semakin penelitian budidaya tersebut, diharapkan
sulit, dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. adanya alih teknologi kepada nelayan pesisir
Penggunaan kompresor dan scuba diving untuk untuk dapat dibudidayakan dalam skala besar.
mencari teripang sudah menjadi budaya (Gimin Kegiatan usaha budidaya juga perlu
et al. 2005;Purwati et ai, 2010). Pergeserancara memerhatikan aspek taksonomi spesiesteripang
penangkapan tersebut juga dapat menjadi yang akan digunakan sebagai indukan.
indikasi bahwa jumlah stok teripang di alam Misalnya hasil yang dilakukan oleh Setyastuti
sudah semakin sedikit, sehingga para nelayan (2013) diketahui bahwa Holothuria scabra
pun harus mencari di perairan yang lebih dalam, merupakan species complex yang sebenarnya
dan lokasifishing ground yang lebih jauh. terdiri atas tiga spesies yang berbeda, yakni:
Latar belakang yang cukup komplek di atas Holothuriascabra, H lessoni dan H acculeata.
dapat digunakan sebagai dasar untuk Dilibat secara morfologi tubuh, bentuk dan
pengelolaan perlindungan sumber daya laut komposisi spikula ketiga spesies ini sering
(khususnya teripang) yang lebih tegas, dan nampak mirip. Oleb karena itu, diperlukan
terarah demi keberlangsungan jangka panjang. penelitian taksonomi molekuler untuk
Sistem sasi yang sebenarnya sudah diterapkan menyelesaikanmasalah species complex. Selain
oleh nenek moyang sejak abad ke-16, temyata itu, juga perlu dilakukan uji genetika populasi
belum mampu menjaga kelestarian teripang di (skala nasional) terbadap spesies unggulan,
alamo Tingginya kecepatan pengambilan karena basil dari studi ini dapat digunakan
(eksploitasi)di alam berbanding terbalik dengan sebagaidasar pengambilan indukanyang terbaik
kemampuan teripang untuk memperbanyak , untuk budidaya.
tumbuh dan berkembang. Berdasarkan studi
kasus terhadap Holothuria nobilis sebagai KOMODITAS TERIPANG DI MASA YANG
salah satu komoditas teripang, menunjukkan AKANDATANG
bahwa jika di suatu area terjadi tangkap lebih
terhadap spesies tersebut, maka kemampuan Perikanan teripang Indonesia di masa
alamuntuk melakukanpemulihanmembutuhkan mendatang terancam gulung tikar, dikarenakan
waktu sekitar 10tahun (Uthicke et al., 2004). jumlah stok di alam sudab semakin sulit bahkan
Namun demikian, perlu juga disadari mungkin habis. Lokasi-lokasi terpencil di
bahwa pembuatan aturan yang tegas dan terarah Indonesia telah banyak yang dijadikan sebagai
mengenai perlindungan teripang juga tidak lokasi fishing ground, bal ini dikarenakan
semudah yang dibayangkan. Masih diperlukan nelayan-nelayan teripang tertuntut
banyak pihak yang terlibat dalam pengumpulan mengeksplorasilokasiyang lebihjaub lagi untuk
data-data pendukung seperti data list of species mendapatkan spesies target yang diinginkan
teripang yang diperdagangkan yang telah pasar. Walaupun sebenamya terlepas dari pasar
dikonfirmasi secara taksonomi. Selain itu,juga menginginkan atau tidak, pada dasamya nelayan
8
cenderung untuk menangkap semua spesies DAFfARPUSTAKA
timun laut dalam segala ukuran yang dijumpai
di alam (Conand & Tuwo, 1996; Purwati et al., Aziz, A. 1987. Bebebrapa catatan tentang
2010; Setyastuti, 2013). Selain itu, faktor perikanan teripang di Indonesia dan
pemrosesan teripang oleh nelayan yang mungkin kawasan Indo Pasifik barat. Oseana:xn
kurang baik mengakibatkan kualitas teripang (2),68-78.
yang siap jual menjadi rendah, sehingga
komoditas perdagangan teripang menjadi Aziz, A dan Darsono, P. 1997. Beberapa catatan
menurun. Hal tersebut perlu antisipasi, karena mengenai fauna echinodermata di daerah
di masa mendatang, pasar internasional meminta rataan terumbu bagian selatan gugus
produk teripang yang masih segar atau pulau pari, pulau-pulau seribu. Dalam:
dibekukan (frozen) dari Indonesia. D.P. Praseno, W.S. Atmadja, I. Supangat
Kekhawatiran lain adalah, spesies- (eds), inventarisasi dan evaluasi
spesies tertentu akan hilang dari pasaran dan lingkungan pesisir II: Geologi, Kimia,
akan digantikan oleh spesies-spesies yang lain. Biologi dan Ekologi II, Jakarta, Pusat
Hal ini akan menambah panjang daftar spesies- penelitan dan Pengembangan
spesies teripang dari Indonesia yang masuk oseanologi-LIPI., 72-77.
dalam perdagangan. Oleh karena itu, di masa
mendatang perlu dilakukan , penelitian tentang Bakus, G. 1. 1973. The biology and ecology of
teripang yang terkait dengan taksonomi, tropical holothurians. In: O.A Jones and
pemetaan teripang indonesia (zoogeografi), R Endean (eds). Biology and Geology
kajian stole;kepadatan dan kelimpahan, genetika of coral reefs.New York, Academic Press:
populasi, dan taksonomi molekuler. Selain itu, 325-367.
perlu dilakukan budidaya spesies-spesies
teripang yang berpotensi, tetapi belum banyak Conand, C. 2006. Sea cucumber biology:
dilakukan, sehingga akan menjadi komoditas taxonomy; distribution; biology;
unggulan. conservation status. In A W. Bruckner,
ed. The Proceedings of the CITES
workshop on the conservation of sea
cucumbers in thefamilies Holothuriidae
Kajian ini merupakan kajian awal untuk and Stichopodidae, pp. 33-50. NOAA
Program Kegiatan dengan tema Teripang Technical Memorandum NMFS-OPR-34.
Indonesia: Eksplorasi, Pengelolaan dan USA 244pp.
Keterkaitannya dengan Kondisi Oseanografi di
Perairan Indonesia yang diajukan dalam program Conand, C. andN. Sloan. 1989. World fisheries
tematik Pusat Penelitian Oseanografi LIP!. for echinoderms. Mar. Invertebr. Fish.
Diharapkan dengan adanya sinopsis ini dapat Asses. And Manag.: 647-663.
memperluas pemahaman semua pihak mengenai
perikanan teripang Indonesia. Terimakasih Con and, C. and ATuwo, 1996. Commercial
diucapkan kepada Ibu Pradina Purwati, M.Sc. holothurians in the south Sulawesi,
atas masukan yang berarti dalam tulisan ini. Indonesia: fisheries and mariculture. SPC
beche-de-merInfor.Bull. 8,17-21.
9
Dwyer, D. 2001. Borders & Boundersfrom reef Purwati, P. 2005. TeripangIndonesia: komposisi
fishing to refugees: the changing role spesies dan sejarah perikanan. Oseana
of Indonesia sailors and their perahu -eixxx No.2: 11-18.
at ashmore reef, north Australia.
Workshop paper on Indonesian fishing Purwati, P. and E. Yusron. 2005. Teripang
in norths australian waters; questions of Indonesia, biota yang terancam.
access and utilisation, Friday 9 March Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan
2001Building 18.1.40Casuarinacampus: ISOI-2005. Surabaya, 5-6 Juli 2005: 57-
10pp. 64.
Earl, G. W. 1850.The trading ports of the Indian Purwati, P., Hartati, Rand Widianingsih. 2010.
Archipelago. Journal of the Indian Eighteen sea cucumber species fished in
Archipelago and East Asia IV: 483-495. Karimunjawa Island, Java Sea.Mar.Res.
Indonesia Vol.35, No.2:23-30.
Gimin, R, Purwati, P. and J.S.R Ninef, 2005.
Perikanan teripang di kabupaten Setyastuti,A 2013. Taxonomystudy on trepang
Kupang, NTT. Prosiding seminar collectedfrom Karimunjawa, Situbondo,
nasionalkelautan, STIPJakarta:240-247. Spermonde and Ambon. Thesis. Institut
PertanianBogor 2013: 122pp.
Hamel, J-F., Conand, C., Pawson, D.L., and A
Mercier, 2001. The Sea Cucumber Setyastuti,A and P.Purwati. 2015. Species list
Holothuria scabra (Holothuroidea: of Indonesian trepang. SPC beche-de-
Echinodermata): Its Biology and mer Infor.Bull. 35, 19-25.
Exploitation as Beche-de-Mer, Adv Mar
Bio141:130-223. Toral-Granda, M. v., Lovatelli, A. and
M. Vasconcellos, (eds). 2008. Sea
Kolff, D.H. 1840.Voyagesof the Dutch brig of cucumbers. A global review onfisheries
WarDourga, through the southern and and trade. FAO Fisheries and
little-known parts of the Moluccan Aquaculture Technical Paper No. 516.
Archipelago, and along the previously Rome,FAO.2008:317pp.
unknown southern coast of new guinea.
London:JamesMadden & co. LeadenhalI Uthicke, S.,Welch,D., and lAH Benzie, 2004.
Street. 365 p. Slow growth and lack of recovery in
overfished holothurians on the Great
Maiiez, K S.and S. C.A Ferse.2010.The history Barrier Reef: Evidence from DNA
ofMakassan trepang fishing and trade. fingerprints and repeated large-scale
PloS ONE Vol.5 Issue 6: e1l346. surveys. ConsBioi 18: 1395-1404.
Purcell, S.W. 2010. Managing sea cucumber Wagey, T., and Z. Arifin, 2008. Marine
fisheries with an ecosystem approach. biodiversity review of the arafura and
Edited/compiled by Lovatelli, A; M. TimorSeas: 136pp.
VasconcellosandY. Ynnin. FAOFisheries
and Aquaculture Technical Paper No.
520.Rome,FAO. 157pp.
10