Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN
UMKM DI MALUKU DALAM KONTEKS
PEMBANGUNAN EKONOMI KERAKYATAN
DAERAH KEPULAUAN”
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam serta memiliki budaya
yang sangat beragam. Pemanfaatan sumber daya alam dan budaya tersebut dapat menjamin
perkembangan perekonomian Indonesia. Kenyataannya, kemiskinan dan pengangguran masih
menjadi masalah utama yang dihadapi bangsa ini sehingga dapat menjadi penghambat
perkembangan perekonomian Indonesia. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
mengembangkan perekonomian Indonesia pada sektor bisnis. Salah satu bidang bisnis di
Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM sebagai salah satu
kegiatan usaha mampu memperluas lapangan kerja, menekan angka penganguran sehingga dapat
mengurangi angka kemiskinan. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan kegiatan
usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat. UMKM dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan
stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro kecil menengash adalah salah satu pilar utama
ekonomi nasional yang mendapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta
pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha
ekonomi rakyat tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik
pemerintah.
Dalam carut-marut situasi dan kondisi ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir yang
belum stabil dan kondusif ini, pengembangan kegiatan UMKM dianggap sebagai salah satu
alternatif penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional
dan daerah. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Dalam kajian yang disampaikan oleh Bank
Indonesia menjelaskan bahwa ada tiga indikator yang menunjukkan 2 peran penting UMKM
dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya banyak dan ada dalam setiap sektor
ekonomi. Kedua, mempunyai kemampuan besar dalam menyerap tenaga kerja. Ketiga,
memberikan kontribusi bagi pendapatan nasional. Hal ini dapat diartikan UMKM mampu
menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan PDB bangsa.
Usaha mikro kecil menengah (UMKM) masih menjadi andalan dalam mendorong
perekonomian di Indonesia salah satunya di Maluku, dengan unit usaha mulai dari sektor
perdagangan, pertanian, perikanan, perindustrian dan lain-lain, sehingga eksistensi UMKM
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa UMKM
mampu mengatasi persoalan mendasar dalam perekonomian Maluku, yakni pengangguran dan
kemiskinan. Oleh karena itu pengembangan sektor UMKM perlu mendapat dukungan dari
seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, legislatif, pelaku usaha, perguruan tinggi
termasuk perbankan. UMKM di Maluku yang terdata sebesar 58.483 pelaku usaha pada tahun
2022. UMKM akan dipersiapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku,
rincian UMKM di Maluku antara lain 26.793 di kota Ambon, Maluku Tengah sebanyak 19.418
dan Kota Tual sebanyak 12.272. (sumber: LaskarMaluku.com diakses tanggal 14 April 2022)
Kendala yang dihadapi para pelaku UMKM di maluku yaitu dalam hal pendanaan yang
belum optimal, hal ini disebabkan karena minimnya informasi yang diterima oleh pihak UMKM
sehingga pelaku usaha kecil banyak yang tidak mengetahui prosedur maupun persyaratan
pengajuan pinjaman bank dan 3 tidak adanya layanan kredit mikro, hal ini menyebebkan banyak
UMKM yang tidak bisa berkembang, selain itu dalam hal sumber daya manusia (SDM) juga
masih kurang, banyak pelaku usaha di daerah pedesaan yang masih minim pemahaman tentang
bagaiman mengembangkan usahanya. Pekerjaan rumah yang harus dituntaskan adalah
bagaimana meningkatkan nilai tambah sektor ini secara optimal, dengan demikian akan mampu
memberikan daya ungkit yang lebih besar dalam memajukan perekonomian di Maluku. Dari
aspek pembiayaan perbankan memainkan peran penting untuk menyalurkan kredit dan bukan
hanya kepada UMKM yang bergerak di sektor perdagangan semata namun juga membiayai
UMKM di sektor industri pengolahan termasuk di sektor pertanian serta kelautan dan perikanan.
Proses intermediasi perbankan dalam berbagai sektor akan terus ditingkatkan agar sumber daya
keuangan yang tersedia di perbankan dapat dimanfaatkan para pengusaha UMKM dengan
optimal.
Dalam hal ini Bank Indonesia akan tetap konsisten menjalankan berbagai program
bantuan teknis guna mengembangkan UMKM, program kerja yang dilakukan Bank Indonesia
antara lain memberikan pelatihan kepada UMKM, sosialisasi kredit usaha rakyat kepada UMKM
calon debitur. Beberapa upayah juga sudah dilakukan untuk mengebangkan dan memajukan
UMKM di Maluku salah satunya yaitu melalui kerjasama antara sahabat UMKM dengan Dinas
Koperasi Kabupaten Maluku Tengah dengan Program pengembangan UMKM di Maluku
Tengah. Kerjasama dengan Sahabat UMKM merupakan sesuatu hal yang sangat
menggembirakan, karena pelaku usaha mikro di Maluku mendapatkan perhatian, khususnya
Maluku Tengah, dengan mengadakan salah satu program pengembangan sumber daya manusia
(SDM). Saat ini pelaku usaha mikro yang ada di Maluku Tengah berjumlah sekitar 19.418.
Melalui kerja sama antara Diskop UKM Kabupaten Maluku Tengah dengan Sahabat UMKM
dapat memajukan pelaku usaha mikro setempat, sehingga produk UMKM Maluku Tengah dapat
dipasarkan secara nasional.
Selain itu pendekatan ekonomi kerakyatan untuk membangun seluruh pelaku ekonomi
menjadi pelakupelaku yang kuat dan mandiri menjadi tantangan pembangunan sekarang dan
menjadi inti dari pembangunan.Dikatakan bahwa negara dalam kondisi berbahaya jika
masyarakatnya miskin.Kemiskinan memiliki pengaruh yang sangat buruk pada setiap sisi
kehidupan manusia oleh karena itu tugas pembangunan adalah menanggulangi
kemiskinan.Pembangunan harus menggunakan ekonomi rakyat agar tidak berada dalam
kemiskinan.

Tujuan :
1. Melakukan pemetaan kawasan sentra produksi yang bermanfaat untuk pengembangan
UKM di Provinsi Maluku sebagai kegiatan usaha untuk peningkatan nilai tambah produk
primer yang dihasilkan.
2. Menganalisis Strategi Pengembangan UMKM dengan mempertimbangkan aspek
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Manfaat :
1. Sebagai rujukan dan informasi tentang pengembangan UMKM dan ekonomi kerakyatan
di Maluku yang merupakan daerah kepulauan dengan potensi sumberdaya alam yang
begitu besar.
2. Guna mengetahui tingkat kondisi ekonomi kepulauan Maluku dalam konteks
pengembangan UMKM yang berbasis kepulauan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)


UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Pada prinsipnya pembedaan antara usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah, usaha besar umumnya didasarkan pada nilai aset awal
(tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap.
Namun, definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut negara. Oleh karena itu
memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar negara.
Di Indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonsia Nomor 20
Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam Bab 1 (Ketentuan Umum), pasal 1 dari UU tersebut,
dinyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang-perorangan dan badan usaha
perorangan yang memenuhi usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana telah diatur dalam UU
tersebut. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orangperorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang UMKM, maka definisi dari masing-masing usaha adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha dengan kekayaan bersih kurang dari 50 juta rupiah atau
menghasilkan penjualan kurang dari 300 juta rupiah selama satu tahun
2. Usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan antara 50 sampai 500 juta rupiah atau
menghasilkan penjualan antara 300 juta hingga 2,5 miliar rupiah selama satu tahun
3. Usaha menengah adalah usaha dengan kekayaan atara 500 juta sampai 10 miliar rupiah
atau menghasilkan penjualan antara 2,5 hingga 50 miliar rupiah selama satu tahun
2.2 Peran UMKM
Diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran penting di
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang
berkembang, tetapi juga dinegara-negara maju. Di negara maju UMKM sangat penting, tidak
hanya karena kelompok usahanya tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan
usaha besar, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan produk domestik
bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusinya dari usaha besar.19 Berdasarkan
kontribusi UMKM terhadap PDB per sektor dapat diketahui bahwa kontribusi UMKM terbesar
berada di sektor PPKP dengan unit UMKM sebesar 49.58 %, disusul dengan sektor PHR dengan
29.56 %. Industri pada sektor ini sangat potensial dikembangkan sejak dari mikro, dan ada
peluang dikembangkan untuk menjadi industri besar.

2.3 Sentra produk unggulan


Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No:
32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan Sentra UKM, SENTRA didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi
tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan
produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sentra
merupakan unit kecil k wasan yang memilik ciri tertentu dimana didalamnya terdapat kegiatan
proses produksi suatu jenis produk unggulan. Sentra merupakan area yang lebih khusus untuk
suatu komoditi suatu kegiatan ekonomi yang telah membudaya yang ditunjang oleh pasarana dan
sarana untuk
Berkembangnya produk atau jasa yang terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro, kecil
dan menengah. Diarea sentra produksi unggulan tersebut ada satu kesatuan fungsional secara
fisik: lahan, geografis, agroklimat, infrastruktur, dan kelembagaan dan sumberdaya manusia,
yang berpotensi untuk berkembangnya kegiatan ekonomi dibawah pengaruh pasar dari suatu
produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing tinggi. Sentra produk unggulan pada
umumnya berkaitan dengan industri, oleh karena itu perlu batasan mengenai perindustrian.
2.4 Permasalahan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Perkembangan UMKM di negara sedang berkembang dihalangi oleh banyak hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain, atau antar
pedesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama.21
Masalahmasalah tersebut antara lain adalah:
a. Terbatasnya modal dan akses dari sumber dan lembaga keuangan. Keuangan
inklusif perlu dimasukkan dalam program pengembangan lembaga keuangan.
Penyertaaan modal perlu disertai dengan pembimbingan sistem manajemen.
b. Masih rendahnya kualitas SDM pelaku usaha. Kemampuan manajerial para
pelaku UMKM perlu ditingkatkan. Begitu pun sistem kadrisasi perlu dibangun.
Sering kali dijumpai UMKM hanya one man show, sehingga dibutuhkan tim solid
yang mampu mewarisi UMKM dari pendirinya.
c. Kemampuan pemasaran yang terbatas. Meskipun media online telah berkembang,
akan tetapi media ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh UMKM.
d. Akses informasi usaha yang masih rendah.
e. Belum berjalin kemitraan yang baik yang saling menguntungkan antar pelaku
UMKM, usaha besar, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
f. Distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya
g. Biaya tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya
dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan dan
kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas dan tidak menentu arahnya
BAB III KAJIAN DAN PENGAMATAN

3.1 Pembangunan Ekonomi daerah Kepulauan


Pembangunan di Provinsi Maluku telah berkembang cukup baik. Dengan jumlah
penduduk sebanyak 1,657,409 jiwa atau 349,281 rumah tangga (2010-2014) telah banyak
infrastruktur yang dibangun untuk merespon kebutuhan mobilitas masyarakat, hasrat memacu
pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan. Pembangunan ini terus berjalan 3 seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan menurunnya kualitas daya dukung lingkungan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dan tolak ukur keberhasilan
pembangunan suatu daerah. Keberhasilan Provinsi Maluku di dorong oleh pertumbuhan ekonomi
kebupaten dan kota di Maluku. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses pembangunan itu terjadi
dalam waktu yang cukup lama dimana dapat terjadi penurunan dan kenaikan.
Todaro (2000) menjelaskan tingginya upah yang di peroleh di daerah lain di banding
dengan upah yang di peroleh di daerah sebelumnya menjadi penyebab terjadinya perpindahan
peduduk. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau daerah dan kota mendorong
penduduk desa atau daerah untuk mencari pekerjaan di kota. Di bawah ini merupakan data
perkembangan Upah Minimum Nasional. Kebijakan upah minimum merupakan sistem
pengupahan yang telah banyak ditetapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat
dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk
mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan
produktifitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie, 2009:1).
Di indonesia pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Mentri Tenaga Kerja
No 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 4 1989 tentang Upah Minimum. Upah Minimum yang
ditetapkan tersebut berdasarkan pada kebutuhan Fisik Hidup Layak berupa kebutuhan akan
pangan sebesar. Dalam Pasal 1 Ayat 1 dari Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 1/1999, upah
minimum didefenisikan sebagai “upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan
tetap” Kesempatan kerja yang ada dimasyarakat dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang
bekerja. Produktivitas tenaga kerja di Indonesia perlu lebih ditingkatkan lagi agar dapat
sebanding dengan kenaikan tingkat upah yang ditentukan dalam upah minimum. Dengan
produktivitas yang tinggi maka tingkat kompetitif negara menjadi naik dan akan semakin
mengundang banyak investasi yang masuk. Dengan banyak investasi yang masuk maka akan
semakin banyak lapangan kerja baru yang terbuka dan banyak tenaga kerja yang akan terserap.
Investasi berpengaruh besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan. Besarnya nilai investasi
akan menentukan besarnya permintaan tenaga kerja. Semakin besar investasi maka semakin
besar pula tambahan penggunaan tenaga kerja. Sebagai daerah yang memiliki beragam kekayaan
alam,
Maluku menjadi kawasan yang potensial untuk mengembangkan investasi. Maluku
memiliki nilai strategis dan potensi unggulan yang bisa dikembangkan dalam pengembangan
investasi. Nilai strategis tersebut bisa dilihat dari posisi geostrategis, kebaharian, dan wilayah
perbatasan negara. Selain itu potensi unggulan Maluku meliputi sektor perikanan, perkebunan,
pariwisata, energi 5 dan sumber daya mineral. Di sektor pertanian , Maluku memiliki komoditi
unggulan berupa pala, cengkeh, dan kelapa. Dalam sektor perikanan, daerah ini memiliki
komoditi berupa rumput laut dan kerapu yang dibudidayakan, sementara untuk perikanan
tangkap Maluku kaya akan ikan tuna.

3.2 Isu strategis pembangunan ekonomi UMKM Kepulauan Maluku


a. Asesmen Perkembangan Ekonomi Makro
Kinerja ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 mengalami pertumbuhan
sebesar 5,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2021 yang tumbuh sebesar
4,17% (yoy). Secara nominal pada triwulan IV 2021, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Provinsi Maluku tercatat sebesar Rp12,40 triliun, sedangkan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp8,15 triliun. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 yang cukup tinggi ini
menandakan bahwa aktivitas perekonomian di Provinsi Maluku kembali pada jalur
pertumbuhannya di masa sebelum terjadinya pandemi.
Kinerja sisi permintaan Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 tumbuh meningkat.
Pertumbuhan ini terjadi seiring dengan peningkatan permintaan domestik, sejalan dengan
peningkatan mobilitas masyarakat. Hal ini sebagaimana tercermin pada realisasi pertumbuhan
komponen Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT),
Konsumsi Pemerintah hingga PMTDB pada triwulan IV 2021 yang tumbuh meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen
Konsumsi Pemerintah yang bertumbuh 8,72% (yoy) lebih tinggi dari triwulan III 2021 yang
terkontraksi sebesar -6,51% (yoy), diikuti oleh peningkatan pada komponen PMTDB sebesar
5,60% (yoy) lebih tinggi dari triwulan III 2021 sebesar 2,57% (yoy).
Pada sisi penawaran, perekonomian Provinsi Maluku secara umum mengalami
peningkatan yang didukung oleh meningkatnya kinerja beberapa Lapangan Usaha (LU) utama
pada akhir tahun. Pada triwulan IV 2021, LU administrasi pemerintahan mengalami
pertumbuhan sebesar 7,42% (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,73% (yoy). Selain itu, LU transportasi dan pergudangan juga
mengalami pertumbuhan sebesar 16,96% (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan capaian
triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,84% (yoy). Selanjutnya, LU
kontruksi tercatat tumbuh sebesar 9,34% (yoy), meningkat dari pertumbuhan sebesar 7,39%
(yoy) pada triwulan III 2021.). Kinerja positif pada sebagian besar LU di Provinsi Maluku
tersebut merupakan dampak dari kemajuan pengendalian COVID-19 yang semakin baik,
berlanjutnya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta fenomena HBKN dan liburan
akhir tahun 2021.
Secara keseluruhan tahun 2021, perekonomian Provinsi Maluku tumbuh
meningkat. Dibandingkan dengan tahun 2020 yang terkontraksi sebesar -0,92% (yoy), ekonomi
Provinsi Maluku bertumbuh sebesar 3,04% (yoy) pada tahun 2021. Pertumbuhan kinerja
ekonomi didorong oleh peningkatan tingkat konsumsi baik rumah tangga dan pemerintah dari
sisi permintaan, serta peningkatan kinerja pada beberapa LU seperti perdagangan dan reparasi,
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial, serta konstruksi di sisi penawaran. .
Secara umum, kemajuan dalam penanganan pandemi dan pelaksanaan program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) berdampak pada peningkatan kinerja ekonomi di Provinsi Maluku
sepanjang tahun 2021.

b. Asesmen Keuangan Pemerintah


Anggaran belanja pemerintah daerah di Provinsi Maluku bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabuapten/kota dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Provinsi
Maluku. Untuk periode tahun 2021, anggaran belanja pemerintah di Provinsi Maluku secara total
mencapai Rp14,61 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan total periode yang sama di tahun
sebelumnya sebesar Rp14,53 triliun.
Realisasi anggaran belanja pemerintah di kabupaten/kota di Provinsi Maluku hingga
tahun 2021 mencapai 83,57% dari target realisasi, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
realisasi tahun 2020 yang sebesar 86,30%. Penurunan realisasi anggaran belanja pemerintah pada
tahun 2021 utamanya berasal dari penurunan signifikan pada realisasi belanja pada APBD
Provinsi Maluku. Hal tersebut juga terjadi pada persentase realisasi APBN Provinsi Maluku pada
tahun 2021 yang sebesar 96,48% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2020 yang mencapai
96,77%. Namun jika dilihat dari nominalnya, realisasi tahun 2021 sebesar Rp20,53 triliun
meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp18,83 triliun.

c. Asesmen Inflasi Daerah


Inflasi Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan triwulan III 2021. Pada triwulan IV 2021, IHK Provinsi Maluku tercatat mengalami
inflasi sebesar 4,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada triwulan III 2021
sebesar 1,14% (yoy). Inflasi pada periode laporan juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan IV 2020 sebesar 0,21% (yoy). Peningkatan inflasi Provinsi Maluku pada triwulan IV
2021 terjadi seiring dengan pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat dan juga peningkatan
aktivitas masyarakat pada perayaan HKBN dan liburan akhir tahun. Realisasi inflasi Provinsi
Maluku pada triwulan IV 2021 tersebut berada di atas sasaran inflasi tahun 2021 yang sebesar
3,0±1% (yoy).
Lebih lanjut, realisasi inflasi Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 tersebut juga
termasuk dalam nomor dua tertinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi Provinsi lainnya di
kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua). Inflasi di kawasan Sulampua pada triwulan
IV 2021 tercatat sebesar 2,56% (yoy), dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat
sebesar 4,39% (yoy) dan inflasi terendah terjadi di Provinsi Papua sebesar 1,79% (yoy). Inflasi di
kawasan Sulampua umumnya dikontribusi oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman dan
tembakau serta transportasi angkutan udara. Inflasi Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021
tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,87% (yoy).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Maluku dalam kerangka Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku senantiasa berkoordinasi dan bersinergi
dengan Pemerintah Provinsi Maluku serta seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi
Maluku serta pihak terkait lainnya hingga di tingkat Kabupaten/Kota dalam upaya pengendalian
inflasi di Provinsi Maluku. Secara garis besar, strategi pengendalian inflasi di Provinsi Maluku
berfokus pada konsep 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran
Distribusi dan Komunikasi Efektif.

d. Stabilitas Keuangan Daerah serta Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM


Stabilitas sistem keuangan Provinsi Maluku triwulan IV 2021 terkendali meskipun masih
terdapat risiko dari dampak panjang COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan daerah.
Sistem keuangan Provinsi Maluku yang tercermin dari total penyaluran kredit tercatat tumbuh
sebesar 5,27% (yoy), meningkat dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya yang
tumbuh 1,59% (yoy). Kredit di Provinsi Maluku disalurkan pada beberapa sektor yaitu sektor
rumah tangga, sektor UMKM, dan sektor korporasi. Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit
di Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 masih didominasi oleh sektor rumah tangga yaitu
sebesar 55,28%, diikuti oleh sektor UMKM sebesar 30,30%, dan korporasi sebesar 14,42%.
Seiring dengan kemajuan dalam penanganan pandemi COVID-19, terjadi perbaikan
kinerja UMKM dan korporasi sektor utama Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021. Kinerja
kredit sektor UMKM pada triwulan IV 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 16,45% (yoy),
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,32% (yoy). Perbaikan
pada kinerja kredit UMKM juga terjadi pada sektor korporasi, meskipun masih berada pada level
kontraksi. Kredit korporasi Provinsi Maluku pada triwulan IV 2021 terkontraksi sebesar -7,64%
(yoy), membaik dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan III 2021 yang sebesar -14,03%
(yoy). Di sisi lain, kredit sektor rumah tangga tumbuh di triwulan IV 2021 sebesar 3,60% (yoy),
melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,10% (yoy).
Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 3,80% (yoy) pada triwulan IV 2021,
meningkat signifikan dari kontraksi sebesar -4,59% (yoy) di triwulan III 2021. Hal ini juga
sejalan dengan pertumbuhan aset perbankan di Provinsi Maluku sebesar 6,0% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,04% (yoy). Sementara itu, risiko
kredit tetap terjaga di bawah batas threshold-nya yaitu sebesar 5%. Rasio Intermediasi
Makroprudensial (RIM) tercatat sebesar 110,57% menandakan ruang ekspansi kredit perbankan
Provinsi Maluku masih sangat luas. Efisiensi operasional perbankan yang tercermin dari rasio
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) semakin meningkat dengan sebesar 66,19%,
serta profitabilitas perbankan Provinsi Maluku yang tercermin dari rasio Net Interest Margin
(NIM) meningkat menjadi 9,31%.
Dari sisi pengembangan akses keuangan dan UMKM, proporsi kredit UMKM secara
agregat terhadap total kredit perbankan di Provinsi Maluku tercatat meningkat menjadi 30,30%.
Pertumbuhan kredit UMKM di triwulan IV 2021 terpantau mengalami peningkatan signifikan
menjadi 16,45% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,32% (yoy).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh KPw BI Provinsi Maluku melalui sinergi dengan
Pemerintah Provinsi Maluku maupun stakeholder lainnya untuk meningkatkan akses keuangan
dan daya saing UMKM, antara lain dengan melakukan peningkatan produktivitas petani
hortikultura dan business matching antara petani binaan KPw BI Provinsi Maluku dengan
perbankan maupun toko ritel modern. Selain itu, program yang sudah berjalan sebelumnya
seperti pembinaan klaster, monitoring rasio kredit UMKM, sosialisasi program kewirausahaan,
identifikasi dan pengembangan potensi usaha unggulan, pelatihan pencatatan keuangan
menggunakan aplikasi, dan penyelenggaraan diskusi dengan dinas terkait serta kelompok
masyarakat juga tetap dijalankan.

e. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan


Angka pengangguran Provinsi Maluku pada Agustus 2021 meningkat. Berdasarkan
publikasi terkini Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2021, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Provinsi Maluku mencapai 59.589 orang atau sebesar 6,93% terhadap total
angkatan kerja sebanyak 860.344 orang. TPT Provinsi Maluku pada Agustus 2021 tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan bulan Februari 2021 yang tercatat sebesar 56.301 orang atau 6,73%
terhadap total angkatan kerja sebanyak 836.171 orang. Namun demikian, jika dibandingkan
secara tahunan dengan periode Agustus 2020, maka terjadi perbaikan angka pengangguran di
Provinsi Maluku sebesar -6,14% (yoy).
Dari sisi pendapatan masyarakat, Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan triwulan IV 2021
meningkat di atas indeks kesejahteraan. Nilai Tukar Petani (NTP) gabungan Provinsi Maluku
pada Triwulan IV 2021 tercatat sebesar 104,16 atau tumbuh 6,63% (yoy), angka ini melambat
dibandingkan dengan triwulan III 2021 yang tercatat sebesar 102,13 atau tumbuh sebesar 7,27%
(yoy). NTP gabungan Provinsi Maluku yang tercatat di atas 100 menunjukkan bahwa sebagian
besar petani dan nelayan di Provinsi Maluku telah menikmati keuntungan, hal ini ditandai
dengan indeks terima yang diterima petani lebih tinggi dari pada indeks bayar yang harus
dikeluarkan. Selain itu, tren perbaikan NTP gabungan Provinsi Maluku merupakan perubahan
yang positif. Jika dilihat tiap sektor, seluruh angka NTP menunjukkan profitabilitas kecuali NTP
Tabama yang disinyalir terjadi karena gangguan produksi bahan pangan akibat cuaca buruk dan
keterbatasan modal.
Ketimpangan kesejahteraan di Provinsi Maluku meningkat. Angka gini ratio Provinsi
Maluku pada September 2021 tercatat sebesar 0,316, sedikit meningkat dibandingkan dengan
gini rasio Maret 2021 yang sebesar 0,314. Dengan melihat kondisi tersebut, dapat dikatakan
bahwa ketimpangan antara orang tidak miskin dengan orang miskin di Provinsi Maluku sedikit
meningkat hingga triwulan III 2021. Fenomena penurunan tersebut juga terjadi pada Indeks
Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Maluku yang tercatat meningkat.
IV KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
- Pengembangan UMKM di Maluku dapat menyesuaikan daearh karakteristik
kepulauan dengan memiliki 11 kabupaten/kota Dan mengembangan usaha kecil
menengah menyesuaikan produk unggulan masing-masing wilayah
- Pemetaaan isu strategis dlam rangka peningkatan Usaha UMKM meyesuaikan isu
strategis didalamnya berkaitan keuangan daerah, model desain pengembangan, dan
penguatan melalui peningkatan SDM dan penyediaan modal usaha yang memadai
2. Saran
Perlu dilakukan kajian secara langsung secara komprehensif guna mendapatkan hasil
rekomendasi positif terhadap aktifitas UMKM dan ekonomi kerakyatan di kepulauan
Maluku
DAFTAR PUSTAKA

[BI] Bank Indonesia Maluku. 2022. Laporan Perekonomian Provinsi Maluku Februari 2022.
Maluku

Biro Perekonomian Maluku.2021. Laporan kinerja instansi pemerintah 2021.

Gandaniati, Nur Mira. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Kerajinan Dengan
Pendekatan Penelitian Aksi Partisipatif (Studi Kasus Ukm Ozi Aircraft Model, Desa Cikarawang
Kabupaten Bogor).

Jusmaliani, et. al.2008. Bisnis Berbasis Syariah,Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 1

Kuncoro, M., (2002a), Analisis spasial dan regional: Studi aglomerasi dan kluster industri
Indonesia, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Murphy, D., (2000), Membangun organisasi rakyat, URM-Indonesia, Jakarta. Nasution, A.,
(2003), Strategi pembangunan ekonomi baru , Makalah Dipresentasikan pada Kongres ISEI XV
di Malang, 13-15 Juli 2003.

Pradytia Herlyansah.2016 “Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM) di Kota Tangerang

Suhrawardi K. Lubis, Farid Wajdi. 2012. “Hukum Ekonomi Islam”, Jakarta: Sinar Grafika, 2012,
hal. 25-26

Sofjan Assauri.2014. “Manajemen Pemasaran”, Jakarta: Rajawali Pers. hal. 2

Anda mungkin juga menyukai