Askep Hyperbilirubin MK Keperawatan Anak I
Askep Hyperbilirubin MK Keperawatan Anak I
PRODI D3 KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikannya seperti waktu yang telah direncanakan. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen dengan mata kuliah keperawatan anak I di
Universitas Prima Indonesia. Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang ASUHAN KEPERAWATAN HYPERBILIRUBIN PADA
ANAK.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen
pembimbing mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang telah disusun masih memiliki banyak
kelemahan dan jauh dari kata sempurna baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu
kami berharap kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini
terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati mohon dimaafkan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
BAB I ..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..............................................................................................................5
1.1..................................................................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................................5
1.2..................................................................................................................................
Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3..................................................................................................................................Tuju
an Penulis.................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
PEMBAHASAN .................................................................................................................6
1.1.................................................................................................................................. Etio
logi...........................................................................................................................6
1.2.................................................................................................................................. Pato
fisiologi....................................................................................................................7
1.3.................................................................................................................................. Ko
mplikasi...................................................................................................................9
1.4..................................................................................................................................Tand
a dan Gejala ............................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................11
ASUHAN KEEPERAWATAN ...........................................................................................11
1.1..................................................................................................................................
Diagnosa Keperawatan............................................................................................11
BAB IV ...............................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................14
1.1..................................................................................................................................
Kesimpulaan ...........................................................................................................14
1.2..................................................................................................................................Sara
n ..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Hiperbilirubin adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir,
kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin terjadi pada
hari ke-2 dan ke-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke-5 sampai hari ke-7, kemudian
menurun kembali pada hari ke-10 sampai hari ke-14 (Dewi, 2014). Hiperbilirubin pada bayi
baru lahir merupakan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan bilirubin dalam jaringan
tubuh sehingga kulit, mukosa, dan sklera berubah warna menjadi kuning (Nike, 2014).
Hiperbilirubin, jaundice, atau “sakit kuning” adalah warna kuning pada sclera mata,
mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia)
yang selanjutnya menyebabkan peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular
fluid). Istilah jaundice berasal dari bahasa perancis jaune yang artinya kuning, dan warna
kuning tersebut adalah merupakan gejala dari suatu penyakit primer yang masih harus di
tetapkan diagnosisnya setalah dilakukan serangkaian pemeriksaan yang diperlukan. Dalam
keadaan normal kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17 µmol/L) dan bila
4
kadar bilirubin melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L) akan menimbulkan ikterus atau warna
kuning (Widagdo, 2012).
2. Bagaimana analisa serta diagnosis terhadap masalah keperawatan pada klien dengan
hiperbilirubin?
3. Bagaimana cara menentukan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada klien dengan
hiperbilirubin?
2. Mampu menganalisa dan menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan pada klien
dengan hiperbilirubin.
5
4. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata pada klien
dengan hiperbilirubin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi
Kelebihan bilirubin terjadi karena organ hati bayi belum cukup matang untuk
menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah. Seiring dengan berkembangnya fungsi organ
hati bayi dan mulai meningkatnya asupan bayi, penyakit kuning akan berangsur hilang
dengan sendirinya.
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut terjadi karena keadaan sebagai berikut:
a. Polychetemia
b. Isoimun Hemolytic Disease
c. Kelainan Struktur dan Enzim Sel Darah Merah
d. Keracunan Obat (Hemolisis Kimia: Salisilat, Kortikosteroid, Kloramfenikol)
e. Hemolisis Ekstravaskuler
f. Cephalhematoma
g. Echhymosis
6
h. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia biliary),
infeksi, masalah metabolic galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI.
i. Adanya komplikasi asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir
premature, asidosis.
2.2 Patofisiologi
Bilirubin diproduksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.
Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan
albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus
gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri
pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang
kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atika dan
Jaya, 2016).
7
8
2.3 Komplikasi
b. Kern Ikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi otot.
d. Asfiksia.
e. Hipertermi.
f. Hipoglikemi.
g. Kematian.
2.4 Penatalaksanaan
9
Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan darah yang mengancam jiwa.
Seperti kelainan sel darah, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Jumlah sel darah merah yang sangat tinggi pada bayi baru lahir (neonatal
polycythemia).
Ikterus parah pada bayi baru lahir yang tidak merespons fototerapi dengan lampu bili.
1. warna kulit pada bayi menjadi warna kuning atau yang sering disebut dengan bayi kuning.
2. Warna kadang-kadang dimulai pada wajah dan kemudian menyebar ke dada, perut, kaki,
dan telapak kaki.
3. Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau menyusu.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kemungkinan diagnosa keperawatan terdiri dari dua yaitu: a. Ikterik Neonatus b/d
Penurunan Berat Badan Abnormal
11
Terapeutik :
Siapkan lampu
fototerapi dan
inkubator atau
kotak bayi
Lepaskan pakaian
bayi kecuali popok
Berikan penutup
mata (eye
protector) pada
bayi
Ukur jarak antara
lampu dan
permukaan kulit
bayi (30 cm atau
tergantung
spesifikasi lampu
fototerapi
Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapi secara
berkelanjutan
Ganti segera alas
dan popok bayi
jika BAB/BAK
Gunakan linen
berwarna putih
agar memantulkan
cahaya sebanyak
mungkin
Edukasi :
Anjurkan ibu
12
menyusui sekitar
20-30 menit
Anjurkan batuk
dan menarik nafas
dalam
2. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi (l.14134) Manajemen Hipertemia
Kriteria Hasil: (I.5506).
Penyebab : 1. Kejang menurun Observasi :
Terpapar lingkungan 2. Vasokonstriksi perifer 1. Indetifikasi penyebab
panas 3. Pucat menurun hipertemia
Diagnosa keperawatan 4. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
hipertermi b/d Teraupeutik :
terpapar lingkungan
panas 1. Sediakan lingkungan
Gejala dan tanda mayor yang dingin
Suhu tubuh 2. Lakukan pendinginan
diatas nilai eksternal
normal Edukasi :
Gejala dan tanda minor 1. Anjurkan tirah baring
Kejang jika perlu
Kulit terasa Kolaborasi :
hangat 1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
13
Ikterus adalah perubahan warna kuning pada sklera, kulit dan membran mukosa yang
disebabkan akumulasi bilirubin pada jaringan atau cairan interstitial, timbul apabila kadar
bilirubin dalam serum meningkat menjadi 2,0 - 3 mg/dl/ Ikterus merupakan suatu gejala dari
berbagai macam kelainan yang sangat bervariasi beratnya, mulai dari penyakit hepar dan
traktus biliaris yang membahayakan jiwa sampai gangguan transport bilirubin yang ringan.
Ikterus paling sering disebabkan oleh kolestasis, baik oleh penyakit hepatoseluler atau
obstruksi saluran empedu ekstrahepatik. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium lain harus dilakukan untuk mengetahui penyakit penyebab ikterus. Terapi ideal
untuk menghilangkan ikterus adalah dengan mengobati penyebabnya.
4.2 Saran
1. Bagi Pasien/Keluarga Pasien Keluarga Pasien diharapkan dapat mengetahui tujuan dan
manfaat dilakukan fototerapi pada neonatus dengan hiperbilirubinemia serta mengetahui
cara perawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia.
14
2. Bagi Perawat di Ruang Perinatologi Perawat dapat melakukan fototerapi pada
neonatus dengan hiperbilirubinemia sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur).
DAFTAR PUSTAKA
15
Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
16