REFERAT ANAK Revisi Gabung
REFERAT ANAK Revisi Gabung
STUNTING
Disusun oleh :
Preseptor :
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan referat kami yang berjudul “Stunting”
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pembimbing
kepaniteraan anak dr. Lydia aswati, Sp.A, M. Biomed atas bimbingan selama
kepaniteraan. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan demi perbaikan
penyusunan makalah ini.
Semoga penulisan laporan kasus ini dapat berguna bagi kami sebagai penulis dan
seluruh pihak yang membaca makalah ini.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................2
Daftar Tabel…................................................................................................3
Daftar Gambar...............................................................................................4
BAB I Pendahuluan........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva tinggi badan menurut usia (TB/U) WHO................................................8
Gambar 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi............................................................8
Gambar 3. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek padabaduta menurut provinsi,
Riskesdas 2018.....................................................................................................................9
Gambar 4. Pola pertumbuhan payudara dan rambut pubis.................................................15
Gambar 5. Diagram perubahan fisik anak perempuan selama pubertas.............................15
Gambar 6. Algoritme diagnosis stunting............................................................................18
Gambar 7. Kerangka pembahasan stunting di Indonesia, dimodifikasi dari
4
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting (pendek) adalah kondisi balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur.1 Menurut World Health Organization (WHO)
Child Growth Standart, stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur
(PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2
SD.2
Menurut Global Nutrition Report tahun 2021, prevalensi stunting di seluruh dunia
pada anak usia dibawah 5 tahun sebesar 149,2 juta anak.3 Pada tahun 2018, lebih dari
setengah balita stunting di dunia berasal dari benua Asia (81,7 juta kasus), sedangkan lebih
dari sepertiganya tinggal di Afrika (58,8 juta kasus).4 Menurut hasil Survei Status Gizi
sejak 3 tahun terakhir mulai dari tahun 2019 (27,7%), tahun 2021(24,4%) dan tahun 2022
(21,6%) anak balita mengalami stunting.5 Meski stunting mengalami penurunan hal ini
Usia 0–2 tahun merupakan periode emas (golden age) untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak, karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat.
Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi
proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.
Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada usia
dewasa.6 Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak
5
maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan
dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting
memperlebar ketimpangan.2
Batasan masalah Referat ini meliputi pembahasan mulai dari pendahuluan, tinjauan
Penulisan Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
Untuk memenuhi tugas referat kepaniteraan klinik senior di bagian Anak RSUD DR.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarka
n usia dan jenis kelamin. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutris
i) dalam jangka waktu yang lama (kronis). Stunting merupakan proses bertahap yang terjad
i sebagai respons terhadap gangguan biologis kronis, termasuk kekurangan gizi dan penyak
it menular, selama periode pertumbuhan tulang linier, sering dimulai dalam rahim dan berl
anjut hingga 2 tahun pertama, biasanya disebut 1000 hari pertama kehidupan. 1,2 Balita pend
ek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita telah diukur panjang atau tinggi badannya
bedasarkan parameter antropometri.7 lalu dibandingkan dengan standar dan hasilnya berada
di bawah normal. Stunting didasarkan pada indeks pengukuran panjang badan dibanding u
mur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) jika berada pada ambang batas (z-sc
ore) dari -2 SD ampai dengan -3SD, dan dikategorikan sangat pendek (severe stunting)
jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.8
7
Gambar 2 : Kategori dan Ambang Batas Status Gizi.7
8
2.2 Epidemiologi
Prevalensi stunting menurut WHO tahun 2018 prevalensi stunting pada balita di dunia
sebesar 22%. Stunting pada balita di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018 adalah 30,8 %.
Dengan demikian dapat dikatakan prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dibanding
prevalensi stunting di dunia. Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi
tertinggi di regional Asia Tenggara Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun
2005-2017 adalah 36,4%.9 Prevalensi stunting pada anak di bawah usia 2 tahun (baduta) di
Indonesia juga masih tinggi yaitu 29,9%. Propinsi dengan prevalensi stunting pada baduta
paling tinggi adalah Aceh, sedangkan paling rendah adalah DKI Jakarta. Periode usia 0-2
tahun adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan. Periode ini disebut periode emas
(golden period) karena pada periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat yang akan mempengaruhi masa depan seorang anak.10
Gambar 3. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada baduta menurut
provinsi, Riskesdas 2018.7
2.3 Etiologi
ketidakcukupan zat gizi yang bersifat kronis. Stunting atau perawakan pendek (shortness)
suatu keadaan tinggi badan seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya
dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Seseorang
dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U dibawah -2 SD (standar deviasi). Kondisi gagal
9
tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting terjadi mulai janin masih dalam
Dampak stunting lainnya adalah risiko terjadinya sindrom metabolik yang meningkat,
seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes melitus tipe 2 pada saat anak
tersebut dewasa. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan
anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak sesuai dengan
usia. Kemampuan kognitif pada penderita berkurang. Faktor yang menjadi penyebab stunting
1. Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah. Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi,
kehamilan dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilan pada usia
jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi. Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi
dan aktivitas anak yang tidak memenuhi syarat, perawatan yang kurang, sanitasi dan
pasukan air yang tidak memenuhi syarat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang,
alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai, dan edukasi pengasuh yang
rendah.
2. makanan komplementer yang tidak memenuhi syarat, yang dibagi menjadi tiga, yaitu
kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak memenuhi syarat, dan
keamanan makanan dan minuman. Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas
mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber
makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan makanan
komplementer yang mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak memenuhi
syarat berupa frekuensi pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang
10
tidak memenuhi syarat ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu
halus, pemberian makan yang rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan
minuman dapat berupa makanan dan minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang
3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) yang salah, karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI
Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak IDAI, (2012)
membagi dampak yang diakibatkan oleh Stunting menjadi 2 (dua) yang terdiri dari jangka
1. Dampak jangka pendek dari Stunting adalah di bidang kesehatan, dapat menyebabkan
2. Dampak jangka panjang berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk
Tidak semua anak yang berperawakan lebih pendek mengalami stunting. Stunting
merupakan keadaan tubuh yang sangat pendek dilihat dari standar baku pengukuran tinggi
badan menurut usia berdasarkan standar WHO (2014). Menurut Kemenkes RI, balita pendek
atau stunting bisa diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya,
lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah
11
normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak ini tergantung dari hasil
pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran.
Selain tubuh berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni
1. Pertumbuhan melambat
5. Pubertas terlambat
6. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak
2.6 Patofisiologi
anak dan tanda dari adanya malnutrisi kronik. Faktor utama dalam mekanisme stunting
adalah adanya inflamasi pada penyakit kronik, dan penyakit dengan resistensi terhadap
hormon pertumbuhan. Pada inflamasi penyakit kronik, akan terjadi kaheksia, yaitu ditandai
dengan turunnya nafsu makan, meningkatnya laju metabolisme basal, berkurangnya massa
otot, dan tidak efisiennya penggunaan lemak dalam tubuh sebagai energi.
Selain itu, juga terjadi malabsorpsi makanan, intoleransi makan, dan adanya efek obat
dari terapi yang sedang dijalani, contohnya steroid. Hal ini kemudian akan mengakibatkan
adanya proses akut, yaitu penurunan berat badan. Kaheksia pada akhirnya akan menyebabkan
defisiensi makronutrisi, vitamin dan mineral. Adanya resistensi terhadap GH pada suatu
penyakit, contohnya gagal ginjal kronik dan konsumsi obat golongan steroid akan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan linear, menurunnya massa otot dan kepadatan tulang.
Lama kelamaan, hal tersebut akan menyebabkan efek kronis pada tubuh, yaitu adanya stunting,
12
menurunnya kualitas hidup, dan meningkatkannya risiko dari infeksi.13
menurut usia (BB/U), tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut
Disproporsi tubuh
Dihitung dengan mengukur rentang lengan dan rasio segmen atas berbanding
segmen bawah (U/L). Rentang lengan adalah jarak terjauh dari rentangan kedua tangan,
diukur dari ujung jari tengah kanan ke ujung jari tengah kiri. Rentang lengan ini sama dengan
13
tinggi badan (TB) pada periode bayi, dan 3-5 cm lebih panjang dari TB pada anak.
Rasio segmen atas dan bawah diukur dengan menghitung segmen bawah terlebih
dahulu, yaitu dengan cara mengukur panjang simfisis pubis hingga telapak kaki. Selanjutnya,
untuk mendapatkan nilai segmen atas, nilai TB dikurangi dengan segmen bawah, sehingga
didapatkannya rasio antar keduanya. Nilai standar rasio berubah sesuai dengan berubahnya usia.
Rasio U/L pada bayi baru lahir (BBL) adalah sebsar 1,7, dan mendekati 1 pada usia 8-10 tahun.15
Sindrom
Perempuan dengan webbed neck, Sindrom Turner
cubitus valgus, shield chest
Small triangular facies, Sindrom Russel Silver
hemihypertrophy, clinodactyly
Bird headed dwarfism, mikrosefal, Sindrom Seckel
mikrognatia
Brakisefali, simian crease, Sindrom Down
makroglosia
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik, sehingga pada akhirnya anak akan
memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat 5 perubahan khusus yang terjadi pada pubertas,
yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder,
sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.17
Tahap perkembangan maturasi genitalia dinyatakan dalam stadium Tanner untuk laki-laki dan
14
Tabel 2. Tahap perkembangan fisik anak perempuan pada masa
pubertas
15
16
Gambar 4. Pola pertumbuhan payudara dan rambut pubis
namun sekitar 15% dari perempuan normal mengalami perkembangan rambut pubis terlebih
dahulu. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11 tahun. Pacu tumbh pada anak perempuan
dimulai sekitar usia 9,5 tahun dan berakhir pada usia sekitar 14,5 tahun. Umumnya menarke
terjadi dalam 2 tahun sejak berkembangnya payudara dengan rata-rata pada usia 12,8 tahun
dan rentang usia 10-16 tahun. Haid merupakan tahap akhir pubertas pada perempuan. Dengan
terjadinya haid secara periodik, maka akan berakhirlah pertumbuhan fisik pada perempuan.18
indikasi:14
17
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah: 14
- Bone age
4. Pemeriksaan lanjutan
- Fungsi tiroid
- Analisis kromoson
Pada anak dengan stunting harus dilakukan pemeriksaan secara baik dan terarah agar
tata laksananya optimal. Kriteria awal pemeriksaan anak dengan stunting adalah:
18
Perkiraan tinggi badan dewasa dibawah midparental height
19
Pengetahuan tentang stunting diperoleh dengan mengacu pada beberapa faktor dari “Logical
framework of the Nutritional Problems” atau dari Conceptual framework of the determinans
framework of the Nutritional Problems” Berdasarkan gambar di atas, alur pembahasan hasil
Besarnya masalah status pendek, dalam hal ini jumlah mereka yang mempunyai status
Beban yang akan ditimbulkan di masa depan akibat status pendek saat ini, baik dalam
Faktor determinan yang mempengaruhi terjadinya status pendek, baik yang berupa
2.10 Penatalaksanaan
20
1. Tata Laksana Gizi, Aktivitas Fisik, dan Durasi Tidur
Tata laksana stunting yang meliputi tiga aspek yaitu tata laksana nutrisi dengan
pemberian makan yang benar dan energi cukup (protein energy ratio, PER 10- 15%), jadwal
tidur teratur dengan waktu tidur malam mulai pukul 21.00 untuk mencapai tidur dalam (deep
sleep) pada pukul 23.00- 03.00 serta melakukan olahraga aktivitas fisik teratur paling tidak
Penurunan kekuatan genggaman pada anak stunting dibandingkan anak normal dan
gizi lebih atau obesitas karena dengan penurunan ukuran tubuh dan massa otot pada anak
stunting menunjukkan durasi tidur berhubungan dengan pertumbuhan linier. Sekresi hormon
pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nutrisi, aktivitas fisik dan pola tidur.
Peningkatan kadar hormon disekresikan selama tidur dan memuncak pada fase tidur
menentukan klasifikasi pendek yaitu variasi normal atau patologis, dan proporsional atau
disproporsional. Demikian juga pada anak-anak dengan risiko stunting (weight faltering dan
Tujuan tata laksana selanjutnya adalah mencapai kejar tumbuh (catch-up growth)
untuk memperoleh kecepatan pertumbuhan optimal. Strategi pencapaian tujuan ini adalah
dengan memberikan tata laksana nutrisi sesuai dengan langkah-langkah asuhan nutrisi
pediatrik yang terdiri dari penilaian, penentuan kebutuhan nutrisi, penentuan cara/rute
a. Penilaian
b. Penentuan Kebutuhan
21
Secara umum, kebutuhan kalori pada anak yang tidak sakit kritis ditentukan
berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Kebutuhan total kalori dihitung berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA menurut usia
tinggi (height age). Nilai RDA untuk anak dengan status gizi buruk, kebutuhan energi
mengacu pada Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita.21
Laki-laki Perempuan
Pemberian dapat berupa oral, enteral dan parenteral. Pemberian nutrisi melalui oral
merupakan pilihan utama karena sesuai dengan proses fisiologi normal. Indikasi pemberian
nutrisi enteral melalui selang adalah jika akseptabilitas tidak baik atau terdapat kondisi medis
tertentu yang menyebabkan asupan per oral sulit atau tidak diperbolehkan. 21
Stunting dengan berbagai jenis status gizi diberikan secara penuh atau sebagian (oral
atau per enteral) beserta makanan dengan komposisi seimbang yang mengutamakan sumber
protein hewani. World Health Organization (WHO) merekomendasikan 10-15% dari asupan
22
energi berasal dari protein untuk menunjang tumbuh kejar. Sebagian besar protein hewani
merupakan protein yang mencapai kategori kualitas protein sangat baik dengan skor
Digestible Indispensable Amino Acid Score (DIAAS) ≥100. Pemberian lebih dari satu
Pada anak stunting dengan gizi kurang atau gizi buruk, atau anak tidak
memungkinkan mengonsumsi ASI atau MPASI dan memiliki faktor risiko seperti Berat
Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), lahir sangat prematur, alergi protein susu sapi dan
1) Oral nutrition supplement (ONS) dengan kandungan energi lebih dari 0.9 kkal/mL.
2) Untuk bayi sangat prematur (masa gestasi < 1500 gram) berupa:
a) Formula prematur dengan ketentuan kandungan energi minimal 24 kkal/30 ml, atau
3) Formula berbasis susu sapi dengan protein terhidrolisat ekstensif atau asam amino bebas
akseptabilitas, toleransi, dan efektivitas pemberian terapi nutrisi. evaluasi apakah jumlah
makanan yang dikonsumsi sesuai preskripsi diet. Pada pemberian nutrisi enteral,
akseptabilitas dikatakan baik sehingga dapat secara bertahap kembali ke diet per oral adalah
jika >80% kebutuhan nutrisi terpenuhi disertai pertumbuhan yang adekuat dan konsisten. 21
diberikan, seperti mual/muntah, konstipasi, diare dan reaksi alergi. Efektivitas dinilai dengan
memantau kenaikan berat badan dan panjang badan, dapat menggunakan tabel weight
increment dan length increment WHO untuk usia 2 tahun. Jika terdapat weight increment dan
length increment yang tidak memadai (kurang dari persentil lima) setelah dilakukan terapi
23
nutrisi dan kondisi yang mendasari, maka harus segera dikonsultasikan ke konsultan nutrisi
dan penyakit metabolik secara langsung atau pada saat audit kasus stunting. 21
Anak dapat dirujuk jika PB/U atau TB/U ≥ -2 SD menurut umur dan jenis kelamin. Selama
belum teratasi anak masih dalam pengawasan dokter spesialis anak di rumah sakit.
Bayi berat lahir rendah berat lahir <2500 gram dan bayi prematur usia kehamilan <37
minggu berisiko tinggi mengalami stunting karena kemampuan oromotor belum matang,
penyulit yang tidak memungkinkan nutrisi enteral atau komposisi ASI yang tidak memenuhi
kebutuhan protein untuk kejar tumbuh. merekomendasikan agar bayi prematur mendapatkan
nutrisi agresif dini (early aggressive nutrition) untuk mengurangi gagal tumbuh ekstrauterin
dan meningkatkan luaran jangka panjang terutama dalam aspek kognitif. Early aggressive
nutrisi parenteral dini disertai nutrisi enteral (jumlah bergantung pada derajat prematuritas)
dan pencapaian nutrisi enteral penuh (full enteral feeding) yang lebih cepat, bertujuan
membuat bayi lebih cepat kembali ke berat lahir dan mendukung kejar tumbuh pascanatal.
Gagal tumbuh ekstrauterin pada bayi prematur berkontribusi sebanyak sekitar 20% terhadap
Bayi prematur, khususnya bayi sangat prematur usia gestasi <32 minggu dan bayi
berat lahir sangat rendah (<1500 gram) membutuhkan yang dapat meningkatkan kandungan
protein dan mineral ASI yang disebut Human Milk Fortifer dan susu formula prematur.21
Pemberian imunisasi pada kasus murni stunting, tidak ada kontraindikasi khusus.
Anak stunting sangat mungkin lebih rentan terhadap infeksi. Pemberian imunisasi beserta
boosternya diindikasikan pada semua kasus stunting dan imunisasi perlu dipastikan
kelengkapannya sesuai usia. Kelengkapan imunisasi pada stunting sesuai usia akan
24
memberikan kekebalan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
4. Stimulasi Perkembangan
pemeriksaan lanjutan dan intervensi multidisiplin termasuk program rehabilitasi medis. Tata
laksana tumbuh kembang pada anak stunting dengan perkembangan yang normal atau tidak
Jika terdapat penyakit penyerta, pengobatan diberikan sesuai dengan penyakit penyerta yang
ada.
2.11 Pencegahan
Program intervensi spesifik sektor kesehatan, dapat dilakukan melalui program sebagai
berikut :
Ibu hamil 20 :
2. Suplementasi energi dan protein yang seimbang untuk ibu hamil kurang gizi
4. Suplementasi kalsium
Ibu menyusui:
25
Anak 6 – 23 bulan:
1. Suplementasi zink
3. Seplementasi vitamin A
Intervensi sensitif oleh sektor non-kesehatan, antara lain dapat dilakukan sebagai berikut.
3. Keluarga berencana
6. Fortifikasi makanan
7. Pendidikan gizi
8. Kesehatan remaja
9. Pengentasan kemiskinan
26
BAB III
KESIMPULAN
Stunting (pendek) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur.1 Menurut World Health Organization (WHO) Child
Growth Standart, stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U)
atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD.2
Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada usia
dewasa.4 Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal,
menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko
pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
ketimpangan.2
laboratorium dan penunjang lain dilakukan sesuai indikasi menurut hasil pemeriksaan awal
tersebut.
Tata laksana stunting meliputi tata laksana medis sesuai kondisi yang mendasari, tata
laksana nutrisi, non-nutrisi, perbaikan kualitas tidur dan aktivitas fisik. Tata laksana nutrisi
makanan yang seimbang, mengutamakan protein hewani. Tata laksana non-nutrisi berupa
Evaluasi dan pemantauan dilakukan setiap dua minggu meliputi akseptabilitas, toleransi
dan efektifitas terapi. Jika tidak didapatkan perbaikan setelah dilakukan terapi nutrisi dan
27
pengobatan kondisi yang mendasari, anak harus dirujuk ke konsultan nutrisi dan penyakit
metabolik. Anak dapat dirujuk jika PB/U atau TB/U ≥ -2 SD menurut umur dan jenis
kelamin.
28
DAFTAR PUSTAKA
Stunting Pada Balita Umur 23-59 Bulan. Pancasakti Journal Of Public Health
an assesment of progress towards the global nutrition target. Global Nutrition Report.
2023.h.1-17
5. Kemenkes. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Kemenkes 2023; : 1–7.
7. Kementrian Kesehatan RI. Penilaian Status Gizi Anak. Standar Antropometri Anak.
2018;301(5):1163–78.
29
Tinggi Badan Balita Usia 3-5 Tahun Di Kota Semarang. Journal of Nutrition.2017.
11. Sutarto, diana mayasari, reni indriyani. 2018. stunting, faktor risiko dan
12. Adiningsih, Sri. 2010. Waspadai gizi balita anda. PT Gramedia: Jakarta
13. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar, RIKESDAS. Jakarta: Balitbang
PediatrRev. 2017; 38(8):343-52.
15. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED,edit
or. Perawakan Pendek. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan DokterAnak Indone
16. Batubara JRL, Susanto R, Cahyono HA. Pertumbuhan dan GangguanPertumbuhan.
dan Remaja IDAI; 2015:29-32.
17. Tridjaja B. Short Stature (Perawakan Pendek) Diagnosis dan Tata Laksana.Dalam: Be
DKI Jakarta; 2013:11-8.
12(1):21-9.
EndokrinologiAnak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 20
15:89-94
20. Trihono, Atmarita, Tjamdrarini DH, Irawati Anies, Utami NH, Tejayanti Teti,
30
21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Pelayanan
31