Anda di halaman 1dari 118

MARI

MEMPELAJARI
ALKITAB

Kumpulan Tulisan Pembelajaran Alkitab


PERISTIWA – PERISTIWA ALKITAB
Kebanyakan waktu yang disebutkan adalah perkiraan.

TAHUN Sblm 2500 sM 2500 – 2000 sM 2000 – 1500 sM 1500 – 1000 sM 1000 – 500 sM 500 – 0 sM 0 – 100 M
PERISTIWA - 2550 : Piramid Agung 2000 : Epik Gilgamesh 1790 : Kitab Hukum 1500 : mulainya 1000 : Bangsa Fenisia 323 : Alexander Agung Juli 64 : 2/3 kota Roma
PERISTIWA dibangun di Giza dari Babylonia, kisah Hammurabi dengan 282 Hinduisme di India menciptakan sistem meninggal setelah hangus terbakar – Orang
tertulis yang pertama aturan – beberapa di huruf alfabet menguasai Timur Kristen disalahkan
DUNIA antaranya sama dengan
1440 : Thutmose III
Tengah
(‘Napoleon dari Mesir’) 776 : Penyelenggaraan 70 : Roma menguasai
hukum-hukum dari
berkuasa Olimpiade yang pertama 63 : Roma menguasai Yerusalem dan Bait Allah
Musa
Yerusalem terakhir orang Yahudi
1250 : Rameses Agung
menguasai Mesir 7 : Planet Saturnus dan 79 : Gunung Vesupius di
Uranus ada dalam posisi dekat kota Napoli meletus
sejajar

PERISTIWA - Sebelum 4000 : 2100-an : Allah 1800-an : Keluarga 1440 : (atau 931 : Kerajaan Israel 40 – 4 : Herodes Agung 30 : Yesus disalibkan
PERISTIWA Penciptaan memberikan janji akan Yakub pindah ke Mesir pertengahan 1200-an) terpecah menjadi Israel memerintah di Yudea
43 : Paulus memulai
tanah bagi keturunan karena adanya bencana Musa memimpin orang dan Yehuda
ALKITAB Sebelum 2500 : Air
Abraham kelaparan; Ibrani keluar dari tanah
7 – 4 : Yesus lahir pelayanan bagi orang-orang
Bah 722 : Israel dikalahkan non-Yahudi
keturanannya menjadi Mesir
oleh Asyur
budak 44 : Rasul Yakobus menjadi
1035 : Orang Israel
586 : Yehuda dikalahkan murid pertama yang
mengangkat Saul
oleh Babylonia dihukum mati
sebagai raja
536 : orang Yahudi 67 : Paulus dihukum mati
membangun kembali
90-an : Yohanes menuliskan
Yerusalem
kitab terakhir dalam Alkitab,
yaitu Wahyu

TOKOH ALKITAB Sebelum 4000 : 2100-an : Abraham 1900-an : Yakub 1400-an : (atau 1200-an) 900-an : Salomo 7-4 sM – 30 M : Yesus Yesus
Adam dan Hawa Musa
2000-an : Ishak 1800-an : Yusup 700-an : Yesaya dan Petrus dan para Murid
Sebelum 2500 : Nuh 1100-an : Samson beberapa Nabi Yahudi
Paulus
lainnya
1000-an : Daud
600-an : Yeremia dan
beberapa Nabi Yahudi
lainnya

SETTING BAGI Kejadian Kejadian Kejadian, Keluaran, Imamat, 1-2 Raja-raja, Ester, Ezra, Nehemia, Perjanjian Baru
MASING- Bilangan, Ulangan, 1-2 Tawarikh, Maleakhi, Matius, Lukas
Keluaran, kemungkinan
Yoshua, Hakim-hakim, Kidung Agung, sebagian
MASING KITAB Ayub
Ruth, 1-2 Samuel besar kitab para Nabi
SELUK BELUK YUDAISME

Sejarah
 Untuk memahami sejarah bangsa Yahudi, kita harus kembali melihat jauh ke belakang ke
panggilan Allah terhadap Abraham karena dari Abrahamlah bangsa "pilihan" ini berasal.
 Namun sebenarnya, agama Yudaisme baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yaitu
sejak tahun 722 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran
mereka.
 Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat mulai merasakan
kesulitan besar untuk tetap beribadah dan menaati Hukum dan Taurat mereka. Sebagian dari
mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga
agama kafir.
 Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya
kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka.
 Oleh karena itu mereka mulai memikirkan bagaimana mempelajari agama nenek moyang
mereka yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari
dengan budaya dan dunia kafir.
 Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir.
 Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut
sinagoga agung. Badan yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan,
memulihkan dan menggolongkan kitab-kitab PL.
 Badan ini kemudian diganti dengan dewan Sanhedrin. [Lih: Dan. 1:5-8; 3:4-7: Ezr. 7:1-6]

Ciri-ciri Yudaisme :
 Monoteis
 Menghormati hari sabat dan taurat
 Sinagoga sebagai tempat mendalami hukum taurat
 Memegang teguh etika Yahudi
 Sunat
 Berangkat ke Kenisah pada hari-hari Raya

Sinagoga mengambil alih peran Bait Allah .


Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem
 Sebelum masa penyebaran/pembuangan, Bait Suci di Yerusalem (yang dibangun oleh Raja
Salomo) adalah satu-satunya pusat ibadah bagi orang Yahudi.
 Isi ibadah mereka adalah melakukan perjalanan ke Yerusalem secara teratur dan mengadakan
upacara korban sembelihan di sana.
 Setelah mereka datang ke tanah asing, mereka tidak mungkin lagi ke Bait Suci untuk
beribadah, apalagi setelah Yerusalem dihancurkan (586 M).
 Upaya yang mereka lakukan untuk menggantikan ibadah ini ialah dengan menggiatkan
kembali pengajaran tentang Hukum Taurat sebagai pusat ibadah mereka yang baru.
 Walaupun Bait Suci kemudian dibangun kembali, ada banyak orang Yahudi yang masih
tinggal di tanah asing dan tidak kembali ke Palestina.
 Bahkan ternyata lebih banyak orang Yahudi yang tinggal di luar negara mereka.
 Untuk memenuhi kebutuhan rohani dan ibadah mereka, maka dibangunlah sinagoga-sinagoga
di kota-kota di mana orang Yahudi tinggal.
 Sinagoga (: rumah ibadat orang Yahudi) tidak bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci
Yerusalem, karena selain ukuran yang jauh lebih kecil, juga tidak disediakan tempat untuk
membakar korban.
 Sebagai gantinya dilakukan doa, membaca Taurat, memelihara hari Sabat, sunat dan
memelihara hukum-hukum PL yang mengatur soal makanan.
 Inilah yang akhirnya menjadi pusat ibadah Yudaisme. [Lih: Mzm. 137: 1-5]

Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoga


 Sejak jaman penyebaran/pembuangan peranan sinagoga dalam melestarikan agama dan
budaya Yahudi sangat besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami kedewasaan.
 Di setiap kota besar di mana ada kelompok orang Yahudi tinggal didirikanlah sinagoga.
 Akhirnya sinagoga juga menjadi balai sosial di mana penduduk Yahudi di kota itu berkumpul
setiap hari sabat untuk belajar tentang tradisi dan agama Yudaisme.
 Kesuksesan pemakaian rumah ibadat orang Yahudi ini sangat mengesankan.
 Sehingga pada waktu orang-orang Yahudi perantauan pulang ke tanah airnya, sistem ibadah
di sinagoga ini dibawa dan tetap dipraktekkan sampai jaman Yesus dan para Rasul.
 Pemimpin sinagoga disebut "kepala rumah ibadat", yang diangkat dari antara penatua
berdasarkan hasil pemungutan suara. Tugasnya adalah memimpin kebaktian, menjadi
penengah dalam suatu perkara dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat.
 Penjaga sinagoga disebut hazzan. Tugasnya menjaga dan memelihara bangunan dan juga
harta benda yang ada di sinagoga.
 Dalam sinagoga ada lemari untuk menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium
dengan sebuah meja untuk meletakkan Kitab Suci yang sedang dibaca, dan juga lampu dan
bangku serta kursi duduk jemaat. (Lih: Mrk. 5:22; Luk. 13:14; Kis 13:5; 14:1; 15:43, dst)

Bentuk ibadah: Dalam sinagoga kebaktian dilakukan sbb :


 Pembacaan pengakuan iman Yahudi yang disebut syema - (Ul 6:4,5). Diikuti dengan
puji-pujian kepada Allah yang disebut berakot ("Diberkatilah....").
 Pembacaan doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh jemaat (dalam hati).
 Selanjutnya adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat dan juga kitab Nabi-nabi).
 Kemudian diikuti dengan Kotbah untuk menjelaskan bagian yang baru saja dibacakan.
 Kebaktian diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh imam. Bentuk/tata cara ibadah
sinagoga ini juga diikuti oleh jemaat Kristen abad pertama.

Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme


Walaupun semua orang Yahudi memegang hukum agama yang sama tapi dalam penafsiran dan
tujuannya ada bermacam-macam aliran:
1. Kaum Farisi
 Berasal dari kata parash, artinya "memisahkan".
 Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat.
 Mereka sangat menguasai PL (taurat) dan menjunjung tinggi hukum lisan
 Adat istiadat nenek moyang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
 Anggota bermacam2. Kebanyakan : ahli Taurat.
 Kelompok inilah yang paling banyak dijumpai berselisih paham dengan Yesus.
 Namun demikian tidak semua orang Farisi munafik. Ada juga yang sungguh-sungguh. [Lih:
Mat. 23:13-15]

2. Kaum Saduki
 Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar).
 Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan.
 Anggota mereka adalah para imam di Bait Allah Yerusalem.
 Mereka hanya mengakui 5 Kitab Turat (Pentateukh).
 Mereka tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural atau kehidupan sesudah
kematian.
 Mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat. [1 2Sam. 15:24-29; Kis.
23:8]

3. Kaum Zelot
 Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin memisahkan diri dari penjajahan Romawi.
 Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka.
 Oleh karena itu mereka sering mengadakan pemberontakkan melawan pemerintah Romawi.
[Lih: Kis. 5:37; Mar. 12:14]

4. Kaum Eseni
 Eseni artinya "saleh" atau "suci".
 Mereka ini tidak secara resmi disebut dalam kitab-kitab PB, tetapi keberadaan mereka diakui
oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang di padang gurun.
 Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
bersama.
 Kelompok ini sering dihubungkan dengan penemuan-penemuan naskah Qumran, walaupun
tidak ada bukti kuat.

5. Kaum Herodian
 Para pengikut setia wangsa Herodes.

6. Kaum Helenis
 Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi
tetapi telapi mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan
adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka.

Hari Raya – Hari Raya Yahudi


Orang-orang Yahudi banyak merayakan hari-hari penting yang pada umumnya dihubungkan
dengan perayaan keagamaan yang memiliki latar belakang erat dengan sejarah kehidupan bangsa
Israel. Hari-hari Raya tsb. antara lain :
 Perayaan Paskah,
 Hari Raya Roti Tidak Beragi,
 Hari Raya Pentakosta,
 Hari Raya Tahun Baru,
 Hari Perdamaian,
 Hari Raya Pondok Daun.
 Sesudah masa pembuangan mereka menambahi dengan
 Hari Raya Meniup Serunai,
 Hari Raya Purin.
SKEMA SINKRONIS PENTATEUKH

Kej 1 – 11 Kej 12 – 50 Keluaran Im – Bil 16 Bil 11 – 36 Ulangan

Israel menjadi umat YHWH


Kisah Bapa Bangsa
1 – 15 : Siapa penguasa Israel
(mulai sejarah)
16 – 18 : YHWH menunjukkan Konsekuensi
Perjalanan menuju
I kekuatan kehadiran YHWH di
Kisah awal mula 12 – 23 : Abraham Tanah Terjanji
S 19 – 24 : Aturan-aturan tengah Umat : Umat Israel di dataran Moab
(mitologis) 24 : Ishak dipimpin oleh
I 25 – 31 : Perintah utk membangun harus menjaga
25 – 36 : Yakub YHWH
Kemah Suci Kekudusan
37 – 50 : Yusuf
32 – 34 : Anak Lembu Emas
35 – 40 : Pembangunan Kemah
Suci

Tahap baru dalam


T Setting Universal Tema pokok : Bil 1 – 10 Persiapan Kampanye Militer pewahyuan
E Israel di tengah bangsa- Janji Anak Bil 11 – 36 Pelaksanaan Kampanye Militer - Interpretasi hukum
M bangsa Janji Tanah sebagai latar 11 – 21 : Perjalanan di padang gurun dimulai
A (mitologis) belakang 21 – 36 : Pendudukan pertama - Musa sebagai penafsir
pertama

T Kisah Yusuf mengantar


R ke Mesir (Kej 46:8 dst) - Pendudukan tanah
A Kisah Silsilah Kej 5; 10; diceritakan dalam
Kel 40:34-38 Bil 36:13
N 11 Kej 50:22-26 Yoshua/Hakim-hakim
YHWH tinggal di tengah umat Israel di dataran
S Adam – Nuh – Terah – Nubuat keluaran dari - Pengantar Kisah
sbg Raja/Penguasa Moab
I Abraham Mesir Sejarah
S Program narasi Kel–Im Deuteronomist
I – Bil–Ul

T
E 40th DI PADANG
MESIR GUNUNG SINAI
M GURUN
MOAB
P
Kel 1 - 18 Kel 18 – Bil 10
A Bil 11 – 36
T
1

Pentateukh1

`~l'A( [l. ~Wqïy" WnyhelÞ {a-/ rb;d>W #yci_ lbe(n"å ryciÞx' vbeîy"
Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu,
tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.
(Yesaya 40:8)

Mengapa mempelajari Pentateukh?


Pokok iman Kristiani adalah Yesus Kristus. Kesaksian tentang hidup Yesus tersimpan
dalam kitab-kitab Perjanjian Baru (: PB). Maka pertanyaan yang muncul bagi kita yang mau
mendalami Alkitab adalah “Apa perlunya mempelajari Kitab-kitab Perjanjian Lama (: PL),
apalagi Pentateukh yang sering juga disebut sebagai Lima Kitab Taurat Musa?”
Gereja selalu menerima Alkitab Ibrani (= PL) sebagai bagian integral dari Alkitab Kristiani
(bdk DV 16). Meskipun tata keselamatan PL dimaksudkan untuk mempersiapkan kedatangan
Kristus, dan mendapatkan pemenuhannya dalam PB, Konsili Vatikan II mengatakan bahwa
“Kitab-kitab itu (= PL), yang mengungkapkan kesadaran yang hidup akan Allah, yang
mencantumkan ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang
menyelematkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang
menakjubkan … harus diterima dengan khidmat oleh Umat beriman Kristiani” (DV art 15).
Dokumen Komisi Kitab Suci Kepausan yang terakhir The Jewish People and Their Sacred
Scriptures in the Christian Bible (2001) pun menegaskan bahwa “tulisan-tulisan PB mengakui
bahwa Alkitab Ibrani mempunyai suatu nilai permanen sebagai pewahyuan ilahi” (I.B. 8).
Selain alasan itu, fakta obyektif menunjukkan bahwa PB banyak merujuk pada PL,
termasuk Pentateukh.
 Ibr 4:14-5:10 = Yesus digambarkan sebagai imam Agung abadi. Gambaran dan peranan
Imam Agung serta hari raya pendamaian berlatar belakang Kitab Imamat.
 Yoh 3:14 = menunjuk pada kisah ular tembaga yang terdapat dalam Bil 21:4-9.
 Mark 12:28-34 = ketika Yesus ditanya oleh seorang ahli Taurat tentang hukum yang
terutama, jawaban yang diberikan merupakan kutipan dari Ul 6:4-5 dan Im 19:18
 Ada banyak ungkapan-ungkapan lain dalam PB yang secara langsung maupun tidak langsung
merujuk pada PL. Secara keseluruhan, dalam PB terdapat 34 kutipan langsung dari Kitab
Kejadian, 44 dari Keluaran, 17 dari Imamat, 3 dari Bilangan, dan 50 dari Ulangan.
Di atas segalanya, jangan dilupakan bahwa Yesus, yang menjadi pokok iman Kristen,
adalah seorang Yahudi yang lahir dan hidup dalam budaya Yahudi dengan tradisi religiusnya.
Keyahudian Yesus merupakan fakta yang tidak boleh kita abaikan.

Opini kita tentang Pentateukh


Pentateukh diulas, dipelajari, dan didiskusikan oleh tiga tradisi religius besar, yakni tradisi
Katolik, tradisi Protestan dan tradisi Yahudi. Bahkan bagi tradisi Yahudi, Pentateukh adalah
bagian Kitab Suci yang paling utama lebih dari kitab-kitab yang lain. Namun, dalam kehidupan
umat beriman Kristiani di Indonesia, Pentateukh (sebagai satu rangkaian dari lima kitab) rasanya
kurang mendapat tempat yang memadai dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya. Di kalangan
kita, perasaan „anti‟ Pentateukh yang kadang juga disebut sebagai Turat Musa (bdk. Mat 7:12;
22:40; Luk 24:27.44, dll) kiranya dipengaruhi oleh gambaran yang terdapat dalam Injil, terutama
Injil-injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Injil-injil Sinoptik sering menampilkan Yesus yang
terlibat konflik dengan Kaum Farisi dan para Ahli Taurat. Pokok yang seringkali menjadi bahan
perdebatan adalah hukum Taurat dan Sabat (lih Mat 23 dll).

1
Bahan utama tulisan ini adalah Diktat Kuliah Pentateukh dari Rm. V. Indra Sanjaya, Pr dan buku User’s Guide to
the Bible karya Stephen M. Miller.
2
Akan tetapi harus disadari juga bahwa gambaran Yesus yang tampil dalam Injil terutama
mencerminkan situasi sesudah Yesus 2 , yaitu ketika komunitas Kristiani secara bertahap
mengambil langkah definitif memisahkan diri dari Yudaisme. Kalau mau dikatakan dengan cara
lain, gambaran Yesus yang berkonflik dengan orang Farisi dan Ahli Taurat, sebenarnya
merupakan gambaran yang anakronistis. Hal ini terutama terjadi dengan Injil Matius yang boleh
dikatakan amat anti dengan kaum Farisi.
Mungkin yang secara kronologis lebih mewakili situasi sebenarnya adalah relfkesi teologis
Paulus yang mempertentangkan hukum dan iman akan Yesus yang bangkit, seperti terdapat
dalam surat kepada jemaat di Roma (ditulis th 55/56) dan Galatia (ditulis th 51/52).3 Dalam
tulisan singkat ini, tidak mungkinlah meneruskan uraian mengenai hal ini. Cukuplah dikatakan
bahwa pandangan orang Kristen tentang PL, khususnya Hukum Taurat (yang termuat dalam
Pentateukh), kemungkinan besar amat dipengaruhi oleh penggambaran PB tentang Hukum
Taurat. Dalam pertemuan ini, kita tidak akan mempelajari bagaimana PB memandang
Pentateukh namun bagaimana Pentateukh dipandang dari dirinya sendiri. Pemahaman yang
obyektif dan lebih baik akan Pentateukh tentu saja akan membawa pada pengertian yang lebih
kaya akan pesan PB.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, rasanya tidak berlebihan jika PL seharusnya juga
mulai dilirik dan diperhatikan secara lebih obyektif. Secara lebih khusus, Pertemuan III Kursus
Dasar Kitab Suci Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto ini dimaksudkan untuk
menyumbangkan informasi umum tentang Pentateukh kepada peserta. Sehingga, peserta
mempunyai kerangka dan kunci pemahaman untuk membaca Pentateukh sendiri maupun
buku=buku yang mengulas tentang Pentateukh. Materi yang akan diberikan dibagi menjadi dua
bagian pokok : Pengantar Umum terhadap Pentateukh dan Tinjauan atas masing-masing Kitab
(Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan). Dalam bagian Tinjauan atas masing-masing
Kitab, akan disajikan tema-tema pokok masing-masing dan beberapa contoh tafsir.

PENTATEUKH, NAMA DAN MAKNA


1. Asal-usul kata “Pentateukh”
Pentateukh terdiri dari lima kitab pertama, yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
dan Ulangan. Dalam bahasa Indonesia, limat kitab pertama itu sering disebut sebagai Hukum
Taurat. Kata Taurat (bahasa Ibrani, tôrâ) sendiri sering kali diterjemahkan sebagai hukum.
Namun nuansa kata ibrani tôrâ jauh lebih luas dari pada apa yang terkandung dalam kata hukum.
Dalam bahasa Ibrani, kata tôrâ bisa berarti petunjuk, pengajaran, hukum, instruksi, aturan.
Ungkapan Hukum Taurat juga kurang tepat diterapkan bagi Pentateukh karena Pentateukh tidak
hanya dberisi hukum atau aturan saja, tetapi juga teks-teks narasi yang bahkan menempati porsi
yang cukup besar. Bahkan, Kitab Kejadian praktis seluruhnya berisi teks-teks narasi.
Nama Hukum Taurat ini kiranya berasal dari tradisi rabinik yang menyebut lima kitab
pertama dalam Alkitab yang diakhiri dengan kematian Musa itu sebagai tôrâ. Kelima kitab itu
disebut hãmisâ humse tôrâ = Lima kitab (yan adalah) seperlima tôrâ atau Seperlima kitab
Taurat. Ungkapan ini merupakan asal usul dari kata Yunani hē pentateuchos (biblos), biasanya
diterjemahkan sebagai „lima gulungan (kitab)‟. Kata Yunani ini terdiri dari dua kata, yaitu penta
(: lima) dan teuchos (: tempat menyimpan gulungan kitab). Dari kata Yunani ini muncul
transliterasinya, Pentateuchus (liber). Kemudian dalam bahasan indonesia, kata tersebut menjadi
pentateukh.
Pentateukh terdiri dari 5 Kitab yang disebut :
Indonesia Inggris / Latin / Yunani Ibrani

2
Secara umum diterima oleh para ahli bahwa redaksi injil-injil terjadi antara tahun 70-100 M. dengan demikian Injil
lahir dari jemaat Kristen generasi kedua sesudah Yesus dan para rasul. Walapun penulisan Injil terjadi cukup lama
setelahnya, tidak bisa dilupakan bahwa bahan-bahan yang digunakan oleh para penginjil kemungkinan besar berasal
dari periode yang lebih tua, atau bahkan dari zaman Yesus sendiri.
3
Melihat kronologi penulisan ini, maka tampak bahwa zaman Paulus lebih dekat pada periode Yesus dibandingkan
dengan jemaat-jemaat yang melahirkan keempat Injil.
3

Kejadian Genesis berē´šît (Pada awalnya – Kej 1:1)


Keluaran Exodus šemôt (Inilah Nama-nama – Kel 1:1)
Imamat Leviticus wayyiqrā´ (Dan Ia memanggil – Im 1:1)
Bilangan Numeri bemidbār (Di padang gurun – Bil 1:1)
Ulangan Deuteronomium debārîm (Inilah perkataan-perkataan – Ul 1:1)
Dalam tradisi Yahudi, judul-judul Kitab diambil dari kata pertamanya, kecuali untuk kitab
Bilangan, yang diambil dari kata kelima.

2. Pentateukh dalam Tradisi Yahudi


Alkitab Ibrani dibagi menjadi tiga bagian yang biasanya disebut sebagai tôrâ (: Taurat) –
nebî’îm (: Nabi-nabi) – ketûbîm (: Tulisan-tulisan) yang disingkat TaNaK. Dari ketiga bagian itu,
kitab Taurat merupakan yang paling utama. Bagi tradisi Yahudi, Taurat Musa atau Pentateukh
merupakan pewahyuan utama dari Allah sendiri yang bersifat utuh dan lengkap.

3. Sejarah Penafsiran Pentateukh


Pentateukh adalah sebuah dokumen kuno yang sejak berabad-abad diselidiki,
direnungkan, dipelajari oleh para ahli dari tiga tradisi agama besar Yahudi, Kristen Protestan,
dan Katolik. Perkembangan studi historis kritis yang dipacu dengan aneka macam kemajuan
ilmu pengetahuan di bidang-bidang progan seperti sejarah,arkeologi, linguistik, dsb mempunyai
pengaruh amat besar terhadap studi tentang Alkitab, khususnya Pentateukh.
Hasil yang nyata dari hasil penelitian kritis seperti itu adalah teori yang menyatakan bahwa
Pentateukh disusun berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari periode dan latar belakang
yang berbeda. Sekarang ini semakin banyak orang yang menerima bahwa Pentateukh terdiri dari
sumber-sumber yang biasanya disebut sebagai sumber-sumber J (Yahwista), E (Elohista), D
(Deuteronomis), dan P (Priester). Teori ini biasa disebut teori dokumen klasik yang
dipromosikan oleh Julius Wellhausen. Supaya lebih ringkas, di sini hanya akan disajikan
beberapa pokok sejarah penafsiran Pentateukh.

a. Musa sebagai pengarang Pentateukh ?


Secara tradisional, dipahami bahwa pengarang Pentateukh adalah Musa. Namun karena
studi kritis, terutama historis kritis, sekarang ini pada umumnya tidak ada lagi orang yang
menerima bahwa Musa merupakan pengarang Pentateukh dalam arti ketat.

b. Sumber-sumber J, E, D, P
Dalam kitab Suci masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli yang merupakan
sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, yakni
Pentateukh, biasanya dibedakan empat arus tradisi :
Sumber tertua adalah Yahwista (J) yang berasal dari abad 10 – 9 sM. Nama ini diambil
dari penggunaan nama YHWH bahkan sebelum pewahyuan nama tersebut kepada Musa seperti
diceritakan dalam Kel 13:14. Kisahnya cenderung bersifat anthropomorfis. Hubungan antara
Allah dan manusia dilukiskan secara langsung. Karena J telah banyak menceritakan orang atau
tempat yang berada di sebelah selatan Palestina, maka asal tradisi ini mungkin adalah Palestina
selatan, terutama suku Yehuda.
Sumber Elohista (E) ditulis 2 abad kemudian. Tuhan kerapkali disebut Elohim (Allah),
khusus dalam cerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Yahwe tidak dipakai.
Anthropomorfisme agak berkurang. Hubungan antara Allah dan manusia tidak dilukiskan secara
langsung, melainkan melalui mimpi, atau malaikat. Pusat kisah adalah di utara maka asal-usul
tradisi ini kiranya harus dicari di kerajaan Israel (Utara). Pada saat kerajaan utara dihancurkan,
bahan-bahan E dibawa ke selatan.
Para ahli berpendapat, bahwa sesudah hancurnya Kerajaan Utara (Samaria takluk kepada
musuh pada tahun 721) tradisi J dan E bercampur, sebab ketika itu banyaklah penduduk dari
4
utara yang melarikan diri mengungsi kewilayah Yehuda. Percampuran ini tidak sukar terlaksana,
karena secara garis besar keduanya tradisi ini agak mirip dan banyak mengisahkan pengalaman-
pengalaman religius yang sama.
Sumber ketiga adalah tradisi Deuteronomistis (D) yang sekarang kurang lebih terdapat di
dalam kitab Ulangan. Bahan-bahan ini kiranya bisa dihubungkan dengan penemuan teks hukum
yang ditemukan oleh raja Yosia seperti diceritakan dalam 2 Raj 23. Tradisi yang berkembang di
Israel kira-kira pada abad ketujuh ini mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum Musa.
Timbullah ketika itu saduran baru dari Ajaran Musa yang disebut "Hukum kedua" atau
Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangan. Ciri yang
utama ialah: usaha ke arah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk
menghidupkan kembali semangat religius yang semula, dan juga untuk mentitikberatkan
pengabdian terhadap Yahwe yang bersifat batin dan penuh cintakasih.
Sumber terakhir adalah tradisi Para Imam (Jerman : Priester = P). tradisi ini muncul pada
periode sesudah pembuangan. Sumber ini lalu menjadi kerangka bagi bahan-bahan yang
terkumpul dalam J dan E. Sebagian besar tradisi P berisi aturan-aturan (hukum-hukum) ritual
dan silsilah yang sekarang sebagian terdapat dalam kitab Keluaran, seluruh kitab imamat dan
bagian pertama kitab Bilangan. Mereka juga sangat mengutamakan wajib mengejar kesucian.
Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam yang menulisnya berusaha
untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-moyang Israel.
Tradisi yang bermacam-macam itu secara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan
akhirnya dijadikan satu kesatuan utuh Pentateukh. Bekas-bekas dari berbagai tradisi tersebut
masih diketemukan dalam Kitab Suci misalnya dimana terdapat satu peristiwa yang tercatat
sampai dua kali dan mencerminkan dua macam pandangan yang sedikit berlainan (doublet).
Begitu pula kalau dalam suatu cerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal
berikutnya yang terasa tidak lancar, perbedaan-perbedaan dalam gaya-bahasa dan sebagainya.

4. Bagaimana dan mengapa Pentateukh dibagi menjadi Lima Kitab?


Secara material dalam Edisi Terjemahan Baru Bahasa Indonesia (TB), kalau kelima kitab
itu diperhatikan, maka bisa diperoleh data-data sebagai berikut :
 Kejadian : 50 bab, 1.534 ayat, 61 halaman
 Keluaran : 40 bab, 1.209 ayat, 52 halaman
 Imamat : 25 bab, 859 ayat, 37 halaman
 Bilangan : 36 bab, 1.288 ayat, 49 halaman
 Ulangan : 34 bab, 955 ayat, 48 halaman
Secara keseluruhan, Pentateukh berisi 185 bab, 5.845 ayat dan 248 halaman dalam Edisi
TB. Kalau seandainya seluruh Petateukh mau dituliskan dalam satu gulungan, maka kita akan
mempunyai satu gulungan dengan panjang kurang lebih 33 m !!! Tentu saja ukurang sepanjang
itu tidak praktis untuk pembacaan dalam liturgi sinagoga. Dengan panjang seperti itu maka jika
gulungan tersebut dibagi menjadi lima gulungan, maka masing-masing gulungan akan
mempunyai panjang antara 6-7 m. Jelas, salah satu alasan mengapa satu gulungan itu kemudian
dibagi menjadi 5 adalah alasan praktis : agar masing-masing gulungan lebih mudah dibaca.
Apakah hanya karena alasan itu saja? Tidak ada jawaban mutlak. Oleh karena itu, disajikan
di sini suatu gagasan sebagai usaha untuk memahami keliba kitab dalam bentuknya yang
sekarang ini. Untuk itu, SILAHKAN MEMPERHATIKAN skema yang berjudul “Skema Sinkronis
Pentateukh”. Skema ini adalah hasil pembacaan Pentateukh dalam bentuk akhirnya tanpa terlalu
banyak memperhatikan persoalan-persoalan di balik teks.

GARIS BESAR KISAH PENTATEUKH


Dengan menyajikan skema semacam ini diandaikan bahwa Pentateukh atau lima kitab
pertama dalam alkitab dipandang sebagai satu kesatuan utuh dengan kaitan yang jelas antara satu
buku dengan buku lainnya. Tradisi Yahudi sendiri dengan pembagian TaNaK-nya menunjukkan
bahwa Pentateukh memang membentuk suatu kesatuan.
5
Pentateukh, seperti tercermin dari namanya, terdiri dari lima kitab : Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Akan tetapi, seperti bisa dilihat pada skema, kelima kitab
tersebut dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan isinya. Untuk lebih mudahnya, uraian ini
akan mengikuti pembagian seturut skema tersebut.
Dari skema tersebut terlihat bahwa pembagian menjadi lima buku kiranya menunjukkan
suatu sentuhan redaksional dan mengandung suatu makna tertentu. Ada suatu peralihan tertentu
dari kitab pertama (Kejadian) dengan empat kitab lainnya (Kel – Ul). Kej menggambarkan asal-
usul bangsa Israel, sementara keempat kitab yang lain melukiskan bagaimana bangsa Israel
diorganisir di bawah pimpinan Musa.
Lalu, kalau Pentateukh merupakan satu kesatuan kisah, dari kitab Kejadian sampai dengan
Ulangan, pertanyaan yang muncul adalah “Apakah yang menjadi pokok utama keseluruhan
Pentateukh ?” Jawabannya : Terlalu kompleks untuk diterangkan secara singkat. Tergantung dari
sudut mana orang memandang, dia akan mampu menemukan pokok tertentu dan sekaligus
struktur tertentu dari Pentateukh. Yang perlu dikatakan adalah bahwa Pentateukh terlalu kaya
untuk menyimpan hanya satu tema, dan bahwa bermacam-macam struktur bisa diterapkan pada
kelima kitab pertama dari Perjanjian Lama itu.

ULASAN SINGKAT MASING-MASING KITAB PENTATEUKH


1. Kejadian
a. Iktisar :
Allah menciptakan suatu dunia yang sempurna dan sepasang manusia untuk mengelolanya.
Mereka melanggar satu-satunya hukum Allah, yakni larangan memakan buah terlarang. Dosa ini
merusak hubungan akrab mereka dengan Allah, dan bagaimanapun juga merusak dunia ciptaan.
Sepuluh generasi kemudian, dosa menjadi begitu merasuki dunia sehingga Allah mengawali lagi
dunia dengan mendatangkan air bah dan melenyapkan semua orang kecuali Nuh dan
keluarganya. Allah kemudian memanggil seorang benar yang bernama Abraham untuk pergi
menuju daerah yang sekarang adalah Israel dan menjadi bapa bangsa Israel, suatu bangsa yang
menyembahnya. Cucu Abraham, Yakub, memindahkan keluarganya yang sudah beranak pinak
ke Mesir ketika terjadi bencana kekeringan. Pada waktunya, mereka akan menjadi bangsa budak
yang membutuhkan pembebasan dari Allah, melalui Musa.
b. Kunci pemahaman :
Allah adalah sumber dan penopang seluruh ciptaan, dan Ia memanggil suatu bangsa untuk
menyembahNya.
c. Pengarang : Tidak diketahui. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Musa-lah yang menulisnya.
d. Waktu penulisan : Sekitar tahun 1.400-an atau 1.200-an sM.
e. Tokoh – tokoh utama yang dikisahkan :
Adam dan Hawa, manusia pertama
Nuh, yang selamat dari air bah
Abraham, anaknya = Ishak, dan cucunya = Yakub, para bapa bangsa Israel
Yusuf, salah satu anak Yakub, dijual sebagai budak ke Mesir
f. Adegan terpenting :
Selama enam hari, yang menurut para ahli jangan dipikir sebagai hari dalam paham kita
sekarang dengan 24 jam sehari, Allah menciptakan segala yang ada di alam semesta ini. Pada
hari yang ketujuh, Allah beristirahat – sebuah praktek yang kemudian dipatuhi orang Yahudi
sebagai hari Sabat (Kej 1:1-2:2).
g. Ayat yang paling terkenal :
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1).
h. Ulasan
Pada umumnya, kitab Kejadian dibagi menjadi 2 bagian yang tidak sama panjang :
(1) Kej 1 – 11 : Kisah sejarah awal – asal-usul umat manusia
Kej 1 – 11 terutama kisah penciptaan (Kej 1-2) pada masa lalu banyak menimbulkan
kesulitan baik bagi orang Yahudi maupun bagi orang Kristen. Seiring dengan perkembangan
6
ilmu pengetahuan, manusia mulai mengukur Kej 1 – 11 dengan menggunakan kriteria-kriteria
obyektif ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, muncul dua ketegangan. Pertama, sebelas bab
pertama dari kitab Kerjadian dianggap sebagai omong kososng atau isapan jempol. Kedua,
berdasarkan paham yang keliru mengenai ilham Kitab Suci – bahwa Kitab Suci adalah firman
Allah yang tidak bisa salah – Kej 1 – 11 dipertahankan mati-matian, misalnya oleh kaum
fundamentalis, sebagai laporan historis yang bisa diandalkan.
Barulah pendekatan historis-kritis dan ilmu sastra membuka jalan pada suatu pengertian
yang lebih tepat, khususnya dalam perbandingan dengan tulisan-tulisan senada dari Timur
Tengah kuno. Walaupun demikian, perlu diingat bahwa ketika berhasil dibuktikan kemiripan Kej
1 – 11 dengan karya sastra Timur Tengah kuno seperti misalnya Enuma Elish, Epik Gilgamesh
dan Athrahasis, banyak orang juga terguncang keyakinannya karena ternyata Kitab Suci
bukanlah yang paling unggul dan hanya „menjiplak‟ saja dari karya sastra yang ada pada waktu
itu.
Nilai historis bukan satu-satunya nilai yang penting. Masih ada nilai-nilai lain yang juga
penting. Dalam kalangan semua suku dan bangsa, ada sederetan cerita dan mitos sebagai usaha
untuk mengartikan situasi, gejala, adat-sitiadat, kebiasaan, hak dan nama dari zaman para
penyusun mitos itu. Berkat cerita/mitos itu, disajikan pengertian tentang semuanya itu, sambil
menerangkan asal-usulnya melalui proyeksi ke masa lampau. Seperti disinggung di atas, di balik
kisah-kisah yang terdapat dalam Kej 1-11 terdapat sejumlah cerita, mitos yang untuk sebagian
besar berasal dari tradisi Smeit-Purba. Bahan-bahan kuno itu diseleksi dan disadur oleh para
penyusun cerita-cerita dari Kej 1-11 sambil menggunakan iman mereka akan Yahweh Allah
sebagai tolok ukur. Umumnya, segala unsur politeisme dihilangkan, kendati di sana-sini masih
bisa ditemukan „sisa-sisa‟nya.
Kej 1-11 bisa diurutkan sebagai beirkut : Penciptaan alam semesta (Kej 1); Dosa dan
hilangnya firdaus (Kej 2-3); Dosa Kain (Kej 4); Silsilah para leluhur I (Kej 5); Para raksasa (Kej
6); Kisah air bah (Kej 8-9); Silsilah bangsa-bangsa (Kej 10); Menara Babel (Kej 11); Silsilah
para leluhur II (Kej 11).
Secara garis besar bisa dikatakan bahwa Kej 1-4 menampilkan kontras antara karya Allah
dan tindakan manusia. Keserasian ciptaan Tuhan dirusak oleh tingkah laku manusia. Kendati pun
demikian, Tuhan tidak sepenuhnya meninggalkan manusia. Tuhan senantiasa memberikan
kesempatan kepada manusia. Ini adalah sebuah tema abadi yang akan tetao hidup dalam sejarah
umat manusia sampai kapan pun. Sejarah bangsa Israel sendiri menunjukkan bukti yang nyata.
Dari segil lain, seperti kerap disinggung, kisah penciptaan seperti yang terdapat dalam Kej
1 memberikan dimensi universal pada sejarah bangsa Israel. Panggilan khusus bangsa Israel
ditempatkan dalam kerangka sejarah umat manusia. Apa yang diberikan Allah kepada bangsa
yang satu ini bukanlah kebebasan dari godaan dan kesulitan yang melekat pada semua manusia,
melainkan suatu ajakan untuk mengenal Allah secara lebih dekat dan untuk hidup bersama dalam
kerangka perjanjian dengan Allah. Ini dianugerahkan Allah BUKAN karena bangsa ini memang
layak menerimanya tetapi karena Allah memilih mereka.

(2) Kej 12 – 50 : Kisah para Bapa Bangsa – asal usul bangsa Israel
Secara garis besar, kisah para Bapa Bangsa bisa disusun sebagai berikut : Daftar keturunan
Terah (11:27-32); Kisah keluarga Abraham (12:1-25:18); Kisah keluarga Ishak (25:19-27:46);
Kisah keluarga Yakub (28-50); Kisah anak-anak Yakub, khususnya Yusuf (37-50).
Kej 11:27-32 menjadi semacam jembatan yang menghubungkan kisah asal-usul dengan
kisah para Bapa Bangsa. Sejarah umat manusia yang diawali dengan manusia pertama (Adam)
kemudian dilanjutkan melalui Terah untuk sampai kepada Abraham. Dengan munculnya
Abraham, sejarah memasuki babak baru. Boleh dikatakan bahwa alam mitis ditinggalkan dan
sejarah „konkret‟ diawali.
Meskipun Kej 12-50 sering disebut sebagai kisah sejarah atau para-sejarah Israel, istilah
„sejarah‟ tidak boleh dimengerti dalam arti modern. Kej 12-50 tidak merupakan suatu kisah yang
menyajikan informasi yang seobyektif mungkin mengenai para tokoh dan hal ikhwal mereka.
7
Yang disajikan dalam 39 bab dari kitab Kejadian itu adalah sejumlah cerita lepas satu sama lain
yang berasal dari keluarga, marga, suku tertentu mengenai „leluhur‟ mereka. Cerita-cerita itu
diteruskan selama sekian abad secara lisan dan sepanjang periode itu kisah-kisah tersebut
mengalami bermacam-macam perubahan, saduran-saduran sesuai dengan zaman sesudahnya. Ini
tidak berarti bahwa sama sekali tidak ada informasi historis mengenai para Bapa Bangsa tetapi
bahwa proses yang lama dalam meneruskan kisah-kisah itu meninggalkan bekas-bekas dalam
teks sekarang.
Dalam bagian-bagian „sejarah‟ dari PL, pengarang ingin memberikan sesuatu yang
berharga kepada pembaca/pendengar. Demikian juga di sini. Hanya hal-hal penting dan relevan
untuk diteruskan kepada angkatan berikut yang diceritakan terus-menerus turun-temurun, misal :
 Daftar silsilah : meskipun daftar itu tidak mencerminkan kenyataan historis sungguh-
sungguh, daftar itu penting karena menjadi sarana yang memungkinkan suatu pandangan
yang menyeluruh mengenai suatu periode sejarah yang lama, suatu gambaran sintetis
mengenai hubungan antara sejumlah bangsa dan suku (misalnya, silisah Ismael dalam 25:12-
18; silsilah Yakub dalam 35:22-26; silsilah Esau dalam bab 36)
 Cerita untuk memupuk rasa bangga atas keanggotaan dari marga/suku/bangsa karena
mempunyai nenek moyang yang hebat (misalnya, cerita-cerita mengenai kecantikan Sara dan
Ribka; kisah mengenai kelihaian Yakub atas Esau dan Laban).
 Cerita tentang hak milik atas sumur, kubur, kota atau mengenai hubungan dengan penduduk
setempat melalui perjanjian (misalnya, sumur dan perjanjian dengan Abimelekh dalam
21:22-34; kubur Sara dalam bab 23; hak milik atas kota Sikhem yang direbut dalam bab 34,
dsb)
 Cerita mengenai hubungan dengan Allah bangsa/suku/marga/keluarga (misalnya, 12:1-9 dan
bab 15 mengenai janji-janji Allah kepada Abraham; asal-usul tempat suci Betel serta asal-
usul adat persepuluhan dalam 28:10-22).

2. Keluaran
a. Ikhtisar :
Keluarga Yakub berkembang menjadi 70 orang. Dan setelah bermigrasi ke Mesir untuk
menghindari bencana kelaparan di Israel, berkembang menjadi ribuan. Raja bangsa Mesir takut
kalau-kalau mereka berkembang menjadi lebih banyak dari bangsa Mesir. Maka, ia pun
memperbudak mereka. Setelah selama 430 tahun berada di Mesir – dari keseluruhan waktu itu,
Alkitab tidak mengatakan berapa lama mereka diperbudak – Musa memimpin bangsa Israel
keluar dari Mesir. Peristiwa keluaran itu didahului oleh 10 tulah untuk meyakinkan sang raja
bahwa ia harus melepaskan mereka. Namun kemudian, raja berubah pikiran dan mempimpin
pasukannya untuk mengejar mereka. Pasukan Mesir tenggelam ketika mereka mengejar para
pelarian itu lewat jalan yang dibuat Allah untuk bangsa Israel, suatu jalan di tempat kering dari
tengah-tengah laut. Bangsa Israel berkemah selama sekitar satu tahun di Gunung Sinai, di mana
Musa menerima 10 Perintah Allah dan ratusan hukum lainnya bagi mereka sebagai sebuah
bangsa.
b. Kunci Pemahaman:
Allah melangkah masuk ke dalam sejarah manusia dan dengan ajaib membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan di Mesir dan menetapkan mereka sebagai suatu bangsa yang merdeka
dengan sekumpulan aturan hukum yang unik.
c. Pengarang : Tidak diketahui. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Musa-lah yang menulisnya.
d. Waktu penulisan : Sekitar tahun 1.400-an atau 1.200-an sM.
e. Tokoh – tokoh utama yang dikisahkan :
Musa, memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir
Harun, kakak dan sekaligus pembantu Musa
Firaun, raja Mesir
f. Adegan terpenting :
8
Terperangkap di antara tembok air yang sangat besar dan pasukan kereta perang yang
sedang mengejar, bangsa Israel yang lari dari Mesir lepas dari kejaran berkat peristiwa yang
menjadi salah satu mukjizat dalam Alkitab yang paling terkenal. Semalam-malaman Allah
menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi
tanah kering sehingga bisa dilalui bangsa Israel (Kej 14).
g. Ayat yang paling terkenal :
“Biarkanlah umat-Ku pergi” (Kel 5:1).
h. Ulasan
1) Konteks sejarah
Bisa disimpulkan bahwa ada dua Firaun yang ditampilkan dalam kitab Keluaran. Yang
pertama adalah Firaun yang diceritakan dalam Kel 1:8 yang bisa juga disebut sebagai Firaun
pada masa Penindasan; sementara yang kedua adalah Firaun pada masa Pembebasan, yang
naik tahta setelah Firaun Penindasan meninggal dunia (bdk Kel 2:23). Firaun penindasan
adalah Rameses II (1290-1224 sM) dan Firaun keluaran adalah penggantinya, Seti Merneptah
II (1224-1214 sM).

2) Struktur Kitab
Kitab Keluaran diakhiri dengan pentahtaan YHWH sebagai Allah dan Penguasa Israel, di
tengah-tengah umat-Nya. Tindakan ini menunjukkan 'benang merah' dari kitab kedua
Pentateukh ini. Dalam kitab Keluaran, sekurang-kurangnya ditampilkan 2 saingan YHWH
sebagai Penguasa Israel; Firaun (Kel 1-14) dan Anak Lembu Emas (Kel 34). Baru setelah kedua
saingan ini disingkirkan dan YHWH mendapat pengakuan dari umat-Nya sebagai Allah dan
Penguasa mereka, barulah YHWH dapat bertempat tinggal di tengah-tengah umat-Nya dalam
kemah pertemuan.
Pertanyaan dasar yang muncul dalam Kel adalah soal penguasa Israel. Siapa sebenarnya
Penguasa Israel, Firaun atau YHWH? Konsekwensinya bagi bangsa Israel, kepada siapa Israel
harus mengabdi: Firaun atau YHWH?
Dengan gagasan demikian Kel bisa disusun sebagai berikut:
1-15 : Digambarkan bagaimana Israel beralih dari kekuasaan Firaun ke kekuasaan YHWH.
Sesudah mukjizat laut Merah, Israel 'takut akan YHWH dan akan Musa, abdi-Nya.'
Ungkapan tersebut mengandung arti bahwa Israel mengakui YHWH sebagai Penguasa
dan Musa sebagai Juru bicara-Nya.
15-18 : Diceritakan babak-babak awal perjalanan Israel di padang gurun. Dalam situasi itu,
YHWH berulang kali menunjukkan diri-Nya sebagai Penguasa dan Allah Israel: Allah
yang mampu menyediakan makan bagi mereka (Bab 16); memberi mereka minum
(15,22-27; 17,1-7) dan mampu membela Israel melawan musuh-musuh mereka (17,8-
15).
19-24 : Digambarkan Perjanjian Sinai: YHWH, yang telah membawa Israel keluar dari
Mesir dan memberikan kemerdekaan kepada mereka (19,4; 20,2) menawarkan
kepada Israel suatu perjanjian dengan Dia (19,3-6). Perjanjian lalu menjadi jawaban
bebas dari bangsa yang telah dibebaskan. Jika YHWH adalah Penguasa Israel,
maka Dia mempunyai hak untuk memaklumkan hukum-Nya untuk umat-Nya; dan
Israel akan menjadi bangsa milik YHWH selama mereka mematuhi hukum tersebut
(24,3-8). Oleh karena itu tindak ibadat dan pelaksanaan Hukum YHWH menjadi bagian
dari identitas bangsa Israel.
25-32 : Selanjutnya YHWH memberikan instruksi kepada Musa untuk mendirikan sebuah `kuil'
tempat Dia akan tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Akan tetapi kisah tentang Anak
Lembu emas menimbulkan sebuah krisis yang berat: Israel masih ingin memilih sendiri
`Penguasanya.'
33-34 : Krisis tersebut dipecahkan dalam 33-34. Setelah para pemberontak dihukum,
YHWH mengampuni dan memperbaharui kembali perjanjian-Nya dengan Israel (Bab
34).
9
35-40 : Baru sesudah itu Musa bisa membangun 'kuil' untuk tempat kediaman YHWH di
tengahtengah umat-Nya. YHWH yang bertempat tinggal dalam tenda itu adalah Allah
yang pengampun (34,6-7). Israel mampu bertahan hidup setelah krisis Anak Lembu
emas, hanya karena YHWH bersedia mengampuni mereka. Kel 40 menunjukkan
bahwa Allah yang tinggal bersama umat-Nya dan menjalankan kuasa-Nya atas mereka,
ternyata harus menghadapi berbagai krisis, namun YHWH selalu keluar sebagai
pemenang.

3) YHWH adalah penguasa Bangsa Israel


Jika Kel 32 dibaca dalam kerangka besar seluruh kitab Keluaran, episode ini
menunjukkan bagaimana Israel yang telah dibebaskan dari Mesir dan menerima YHWH
sebagai penguasa mereka, tokh masih mencoba mencari penguasa lain menurut versi mereka.
Ironisnya, peristiwa ini terjadi masih di gunung Sinai segera sesudah perjanjian antara YHWH
dan Israel dilaksanakan.
Setelah episode ini diselesaikan, dan Israel kembali mengakui YHWH sebagai
penguasanya perjanjian diperbaharui (Kel 34). Sesudah itu barulah Kemah Suci yang
perencanaannya disampaikan secara detil pada Kel 25-31, bisa mulai dibangun (Kel 35-40). Dan
akhirnya kitab Keluaran ditutup dengan sebuah keterangan bahwa kemuliaan YHWH memenuhi
Kemah Suci, YHWH tinggal di tengah-tengah umatNya sebagai raja untuk memerintah dan
membimbing mereka. Kehadiran YHWH di tengah-tengah umat membawa konsekwensi
tertentu bagi kehidupan bangsa Israel, oleh karena itu perlu diberikan berbagai macam aturan
agar Israel bisa hidup bersama YHWH dengan pantas. Segala macam aturan ini disampaikan
secara panjang lebar dalam kitab berikutnya, yaitu kitab Imamat.

3. Imamat
a. Ikhtisar :
Selama satu tahun berkemah di gunung Sinai, bangsa Israel mengorganisir diri menjadi
sebuah bangsa. Melalui Musa, Allah memberikan sekitar 600 hukum yang dimaksudkan untuk
menandai bangsa Israel sebagai suatu bangsa yang menyembah Allah secara khas. Beberapa
hukum berkaitan dengan hal-hal religius, yang menerangkan aturan penyembahan kepada Allah
melalui korban. Hukum-hukum lainnya berkaitan dengan masalah kemasyarakatan dan kriminal.
Bangsa Israel membangun sebuah pusat peribadatan yang bisa dipindah-pindah – yaitu sebuah
kemah yang disebut sebagai Tabernakel. Harun menjadi imam agung pertama bagi bangsa Israel
yang mengurusi soal peribadatan.
b. Kunci Pemahaman :
Allah adalah kudus, maka umatNya juga harus kudus, artinya dengan sepenuhnya
menyembah Allah. Ia menetapkan aturan hukum dan ibadat dengan tujuan untuk membentuk
mereka sebagai umat yang terpisahkan dari dosa dan hanya menyembahNya.
c. Pengarang : Tidak diketahui. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Musa-lah yang menulisnya.
d. Waktu penulisan : Sekitar tahun 1.400-an atau 1.200-an sM.
e. Tokoh – tokoh utama yang dikisahkan :
Musa, pemimpin para penungsi Israel.
Harun, kakak Musa, yang menjadi imam agung.
f. Adegan terpenting :
Harun dan anak-anaknya ditahbiskan sebagai imam agung bagi bangsa Israel. Mereka akan
memimpin ritual ibadat bangsa Israel, yang ditetapkan dengan sistem baru ritual korban binatang
(Im 8).
g. Ayat yang paling terkenal :
“Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (Im 11:44).
h. Ulasan
Bagi kita, kitab Imamat adalah kitab dari Pentateukh yang paling tidak menyentuh
kehidupan. Isi kitab yang hampir semua adalah hukum-hukum serta aturan-aturan yang
10
mendetil, bagi kita, hampir-hampir tidak relevan. Oleh karena isinya yang demikian itu
kitab Imamat kalah populer dibandingkan dengan kitab-kitab Pentateukh yang lain. Lain
halnya bagi orang Yahudi. Kitab Imamat adalah kitab pertama yang dipelajari oleh seorang
yang beranjak dewasa. Bagi tradisi Yahudi kitab Imamat adalah kitab yang menjadi pusat.
Dari 613 perintah yang terdapat dalam kitab suci, 247 di antaranya ditemukan dalam kitab
Imamat.
Meskipun bagi orang Kristen kitab Imamat dirasakan tidak sangat relevan, harus diakui
bahwa Perjanjian Baru akan dapat dipahami dengan lebih baik jika orang mengerti ktiab
Imamat. Gagasan dasar surat kepada orang Ibrani tentang imamat Kristus yang lebih unggul
dari imamat Harun serta kurban Kristus di salib, akan lebih mudah dimengerti dengan lat ar
belakang gagasan imamat PL serta Hari Perdamaian (yom hakkipurim) yang terdapat dalam
kitab Imamat. Beberapa praksis hidup kristen bukan tidak mungkin berasal atau dipengaruhi
oleh aturan-aturan yang terdapat dalam kitab Imamat. Peringatan tahun Yubile serta
himbauan Paus Yohanes Paulus II untuk menghapuskan hutang negara -negara miskin
berlatar belakang Im 25. Masih ada beberapa gagasan dasar dari kitab Imamat yang sungguh
inspiratif bagi orang Kristen untuk menghayati kehidupan imannya.

1) Susunan Kitab
Dengan memperhatikan tema-tema yang dibicarakan maka kitab Imamat dapat dengan mudah
disusun sebagai berikut:
Im 1-7 : Aturan mengenai persembahan
a. Aturan bagi kaum awam (1,1-6,7)
b. Aturan bagi para imam (6,8-7,38)
Im 8-10 : Institusi Imamat
a. Pentahbisan Harun dan anak-anaknya (8)
b. Para imam menerima jabatannya (9)
c. Hukuman atas Nadab dan Abihu (10)
Im 11-16 : Kenajisan dan Pentahirannya
a. Aturan mengenai binatang yang haran dan fidak haram (11)
b. Beraneka ragam pentahiran (12-15)
c. Hari Perdamaian (16)
Im 17-26 : Hukum Kekudusan
Im 27 : Appendiks: aturan mengenai persembahan untuk bait Allah.

2) Makna Kitab
Yang perlu diingat untuk memahami kitab Imamat adalah konteks kitab. Bangsa Israel
baru saja keluar dari Mesir dan sekarang ini berada di kaki gunung Sinai. Mereka masih
berada di padang gurun dan masih jauh dari Tanah Terjanji. Manakah kiranya dasar-dasar
keberadaan bangsa Israel? Satu-satunya dasar keberadaan bangsa Israel adalah pengalaman
keluaran dari Mesir. YHWH telah membawa mereka keluar dari Mesir. Dia telah membebaskan
mereka dari perbudakan. Oleh karena itu sekarang ini Israel adalah suatu bangsa yang merdeka
kendati tidak memiliki teritori atau wilayah tertentu.
Dalam kitab Imamat pengalaman dasar ini mendapat pemahaman baru: dengan membawa
Israel keluar dari Mesir, YHWH memisahkan bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain, terutama
Mesir, dan menguduskannya. Dengan pendirian Kemah Suci (Kel 35-40) YHWH tinggal
dan meraja di tengah-tengah umat-Nya. Kehadiran YHWH ini menuntut bangsa Israel untuk
mengatur diri dalam segala aspek kehidupan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehadiran
YHWH. Soal kekudusan dan ketahiran lalu menjadi persoalan utama. Gagasan dasar akan
keberadaan bangsa Israel ini membawa konsekwensi sebagai berikut:
 Pengalarnan keluaran bukanlah hasil karya manusia; jerih payah seorang pahlawan atau
suatu kelompok tertentu, juga bukan karya para dewa, tetapi melulu karya YHWH.
Oleh karena keberadaan Israel sebagai bangsa adalah karena YHWH maka Israel adalah
11
milik YHWH. “Karena pada-Kulah orang Israel menjadi hamba; mereka itu adalah
hamba-hamba-Ku yang Kubawa keluar dari tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.”
(25:55)
 Kenyataan ini membawa akibat juga pada hubungan antar anggota-anggota bangsa
Israel. Kemerdekaan semua anggota bangsa Israel adalah kudus, karena mereka adalah
milik YHWH saja. “Karena mereka itu hamba-hamba-Ku yang Kubawa keluar dari tanah
Mesir, janganlah mereka itu dijual, secara orang menjual budak (25:42).
 Karena Israel adalah bangsa yang kudus, maka seluruh aspek kehidupan mereka harus
diwarnai juga oleh kekudusan (Im 19:2; 22:31-33). Oleh karena itu kitab Imamat
menekankan pentingnya ibadat dan ketaatan pada aturan-aturan keagamaan, seperti terlihat
misalnya dalam pembedaan antara yang tahir dan yang najis. “Sebab Akulah TUHAN,
Allahmu, maka harus/ah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab
Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang
mengeriap dan merayap di atas bumi. Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu
keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.
Itulah hukum fenfang binatang berkaki empat, burung-burung dan segala makhluk hidup
yang bergerak di dalam air dan segala makhluk yang mengeriap di atas bumi, yakni untuk
membedakan antara yang najis dengan yang tahir, antara binafang yang boleh dimakan
dengan binatang yang Oak boleh dimakan." (11:44-47)
 Israel telah dikuduskan YHWH dengan membawanya keluar dari Mesir. Oleh karena itu
Israel harus memisahkan diri dari yang najis, dengan demikian mereka tetap kudus dan
tahir (bdk. 18:1-4; 20:24-25).
 Tanah Terjanji yang akan diberikan kepada bangsa Israel adalah semata-mata milik
YHWH. Dialah satu-satunya pemilik tanah. Oleh karena itu di Israel tidak ada hukum
tentang pemilikan tanah. Orang Israel bahkan tidak boleh memanfaatkan tanah semau
mereka, mereka tidak boleh memiliki tanah (lihat misalnya. Im 20:24; 25:23.38). Dalam hal
ini teks seperti 25,23 bisa menjadi gambaran : “Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah
pemilik tanah ifu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku." (25:23)
 Keluaran sebagai pemisahan dan pengudusan Israel, membawa pengaruh pula pada
hubungan antara Israel dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa yang sudah dikuduskan YHWH
tidak bisa lagi hidup seperti bangsa-bangsa lain dari mana Israel dipisahkan (lih Im 11:47;
18:3-5; 20:22-26; 22:32-33). “Janganlah melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus, supaya
Aku dikuduskan di tengah-fengah orang Israel, sebab Akulah TUHAN, yang menguduskan
kamu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Allahmu; Akulah
TUHAN." (22:32-33). Dalam teks ini kelihatan hubungan antara dua tindakan ilahi:
pengudusan Israel dan keluaran dari Mesir. Dua kata kerja yang berbentuk partisip "yang
menguduskann dan "yang membawa kamu keluar dari fanah Mesir" mempunyai
kedudukan yang sejajar. Oleh karena itu keluaran dari Mesir adalah juga pengudusan Israel.
 Hukum yang mengawali hukum tentang seksualitas berbunyi demikian: “Janganlah kamu
berbuat seperti yang diperbuat orang di fanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga
janganlah kamu berbuat seperfi yang diperbuat orang di fanah Kanaan, ke mana Aku
membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. 4 Kamu harus lakukan
peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketefapan-Ku dengan hidup menuruf semuanya itu;
Akulah TUHAN, Allahmu” (18:3).
Penekanan yang terlalu berlebihan pada ibadat da 'keterpisahan dari bangsa-bangsa lain',
tidak lepas dari kesulitan. Dalam PL kita temukan kitab Ruth dan Yunus yang mengkritik
mentalitas tersebut. Bahkan PB lebih keras lagi dalam mengecam sikap ketertutupan
tersebut Kendati demikian kita juga harus jujur mengakui bahwa Tanpa adanya gagasan
teologis seperti ini, Israel kiranya tidak akan mampu bertahan hidup dan mewariskan iman
ketika mereka kehilangan otonomi politiknya dan kehilangan wilayah mereka.
12
4. Bilangan
a. Ikhtisar :
Musa dan bangsa Israel membongkar kemah mereka di gunung Sinai dan berjalan ke utara
menuju daerah yang sekarang dinamakan Israel, tanah air yang dijanjikan Allah pada mereka.
Kendati Allah mengadakan banyak mukjizat, mereka terlalu cepat mengeluh. Dan ketika mereka
sampai di perbatasan tanah Kanaan dan mendengar tentang para raksasa dan tembok kota yang
harus dilalui, mereka menolak menyerbu. Maka Allah menghukum mereka untuk berputar-putar
di padang gurun selama 40 tahun. Allah menunggu bangkitnya generasi yang baru dan lebih
berani untuk dipimpinNya memasuki tanah terjanji.
b. Kunci Pemahaman :
Allah menghukum dosa – sebuah fakta yang dijelaskanNya berulangkali. Namun yang
paling dramatis adalah hukuman 40 tahun berputar-putar di padang gurun Yehuda karena bangsa
Israel menolak memasuki tanah terjanji.
c. Pengarang : Tidak diketahui. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Musa-lah yang menulisnya.
d. Waktu penulisan : Sekitar tahun 1.400-an atau 1.200-an sM.
e. Tokoh – tokoh utama yang dikisahkan :
Musa, pemimpin para pengungsi Israel
Harun, kakak Musa dan imam agung Israel
Yoshua, prajurit dan pengintai
f. Adegan terpenting :
12 pengintai, termasuk Yoshua, kembali ke perkemahan dengan laporan simpang siur
tentang Tanah Terjanji. Tanah itu subur namun mempuyai kota-kota yang luas dan berbenteng –
serta didiami juga oleh orang-orang raksasa. Karena ketakutan, bangsa Israel menolak untuk
menyerbu (Bil 13-14).
g. Ayat yang paling terkenal :
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan
wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu
dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6:24-26).
h. Ulasan
Dibandingkan dengan kitab Imamat, kitab keempat Pentateukh ini, atau sekurang-
kurangnya beberapa episode yang ada di dalamnya, lebih dikenal orang. Kisah tentang
keledai Bileam, episode tentang ular tembaga, kisah manna di padang gurun, kisah mata-
mata di Hebron, adalah beberapa contoh yang kiranya cukup dikenal orang. Beberapa bagian
dalam Perjanjian Baru dengan jelas mengacu kepada kitab Bilangan.
Pada dasarnya, Bil terdiri dari tiga bagian. Israel di gurun Sinai, perjalanan dari Sinai ke
dataran Moab dan Israel di dataran Moab.
1) Struktur
Kitab Bilangan dibagi menjadi 2 bagian : 1-10 dan 11-36. Bagian pertama, Bil 1-10,
berbicara tentang persiapan sebuah aksi militer. Sensus yang diadakan mempunyai tujuan militer
(1:3) : mendaftar lelaki Israel yang berumur dua puluh tahun ke atas dan sanggup
berperang. Pengaturan perkemahan Israel di sekitar Kemah Pertemuan juga mempunyai
karakter militer4. Selain berciri militer, persiapan ini juga mempunyai sifat liturgis dan kultis,
karena `Sang Penguasa' Israel berada di tengahtengah mereka.
Bagian kedua, Bil 11-36, melukiskan pelaksanaan dari rencana yang diungkapkan dalam
bagian pertama. Israel mempersiapkan diri untuk melintasi padang gurun untuk berangkat
memulai penaklukan tanah Kanaan. Tahap akhir, Israel berdiam di dataran Moab,
menggambarkan persiapan akhir untuk penaklukan Kanaan. Sebenarnya bagian kedua ini
bisa juga dibagi menjadi 2 bagian: 10,11-21,20 (Israel bergerak maju di padang gurun) dan
21:21-36,13 (awal penaklukan tanah Kanaan). Sebenarnya penaklukan tanah sudah dimulai
sejak 21:1-3 ketika Israel mendapat kemenangan-kemenangan pertama. Bil 21,24
melukiskan kemenangan orang Israel atas orang Amori dan menduduki tanah mereka, dan
13
dalam 21:25 dikatakan bahwa Israel menetap di kota-kota orang Amori. Secara skematis Bil
dapat disusun sebagai berikut
1. Persiapan aksi militer Bil 1:1 – 10:10
2. Pelaksanaan aksi militer Bil 10:11 – 36:13
a. Bergerak di padang gurun Bil 10:11 – 21:20
b. Awal penaklukan tanah Bil 21:21 – 36:13

2) Sekilas info : Situasi historis


Jika diperhatikan tampaklah bahwa episode padang gurun menempati tempat yang luar
biasa dalam Pentateukh. Periode padang gurun yang terdapat mulai Kel 12 sampai dengan UI
32 meliputi 125 bab dari total 187 bab dalam Pentateukh. Dengan memperhatikan porsi yang
diberikan untuk periode ini, orang bisa menyimpulkan bahwa episode padang gurun
merupakan tahap penting dalam kehidupan bangsa Israel. Bagian ini merupakan usaha untuk
mencari asal-usul tradisi padang gurun ini.
Penemuan arkeologis di sekitar Negeb akhir-akhir ini menunjukkan keberadaan
kelompok nomad atau semi-nomad pada zaman kuno. Hasil penemuan ini bisa
menjelaskan, walau hanya sebagian, asal-usul tradisi alkitabiah tentang episode Israel di
padang gurun. Menurut para ahli, dari masa ke masa Negeb pernah didiami oleh kelompok-
kelompok nomad tertentu. Jumlah penduduk yang tinggal tergantung pada situasi dan keadaan
alam.
Berdasarkan penyelidikan bisa dikatakan bahwa daerah Negeb pernah didiami oleh
sekelompok orang sepanjang milenium kedua (2000-1000 sM). Setelah 1000 sM situasi alam
berubah secara radikal: situasi menjadi sangat panas sehingga tempat tempat pemukiman
ditinggalkan. Situasi ini berlangsung sampai sekitar 600 sM ketika orang mulai lagi tinggal
di daerah ini walaupun hanya sedikit dan terpisah-pisah.
Curah hujan yang sangat sedikit dan kekeringan yang dahsyat menyebabkan para
pemukim harus berpindah tempat untuk dapat mempertahankan hidup. Hanya ada dua
kemungkinan bagi mereka untuk mencari tempat yang lebih menjanjikan: atau ke Mesir di selatan
atau ke Kanaan di utara. Mesir merupakan tanah yang subur dan oleh karena itu sangat
menarik bagi mereka. Akan tetapi bangsa Mesir yang kaya dan sudah begitu maju, selalu
mengontrol orang-orang yang mencoba masuk. Kehidupan para imigran yang berhasil masuk ke
Mesir tidak selalu menyenangkan karena orang-orang Mesir memanfaatkan mereka dengan
berbagai macam cara. Tanah Kanaan memang tidak sangat menarik, akan tetapi penduduk
Kanaan lebih lemah dibandingkan dengan Mesir. Mereka tidak selalu berhasil mengusir
pendatang yang masuk dari padang gurun.
Dengan latar belakang demikian, beberapa hal sehubungan dengan tradisi alkitabiah
mengenai episode padang gurun bisa dikatakan. Tradisi ini mungkin disimpan oleh sekelompok
orang dari bangsa terpilih yang tadinya berdiam di Negeb dan kemudian berpindah ke utara
ketika kehidupan di Negeb menjadi begitu sulit. Kisah seperti Bil 13-14, kisah mata-mata
(terutama di daerah Hebron) serta kisah penerobosan dari selatan yang gagal mungkin
menyimpan sisa cerita tentang zaman kuno tersebut. Demikian juga kisah penaklukan Kanaan
dari sebelah timur mungkin disimpan oleh kelompok-kelompok tersebut. Akan tetapi harus
diperhatikan bahwa data-data arkeologis yang didaparkan tidak bisa begitu saja dipergunakan
untuk menentukan juga kronologi peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam kitab suci.

5. Ulangan
a. Ikhtisar :
Ketika sedang bersiap-siap untuk masuk dan meduduki Tanah Terjanji dari perkemahan
mereka di daerah yang sekarang adalah Yordania, bangsa Israel mengucapkan selamat tinggal
pada pemimpin yang oleh sebagian besar dari mereka adalah satu-satunya yang mereka kenal.
Musa hampir meninggal. Maka ia mengumpulkan bangsa Israel dan memberi pelajaran sejarah
pada mereka : ia mengingatkan mereka akan segala karya Allah bagi mereka; dan ia meninjau
14
ulang hukum-hukum yang diberikan Allah pada mereka, demikian juga dengan berkat yang akan
mereka terima jika mematuhinya – dan hukuman jika mereka tidak mematuhinya. Katanya :
“Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu
kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau
hidup” (Ul 30:19).
b. Kunci Pemahaman :
Iman adalah sebuah keputusan. Kita bisa memilih Allah, dan mendapat berkat karena
melayaniNya; atau kita bisa memilih dosa, dan konsekuensi tragis yang akan mengikutinya.
Pilihan itu bergantung pada keputusan kita. Hasilnya tidak dapat dielakkan.
c. Pengarang : Tidak diketahui. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Musa-lah yang menulisnya.
d. Waktu penulisan : Sekitar tahun 1.400-an atau 1.200-an sM.
e. Tokoh – tokoh utama yang dikisahkan :
Musa, pemimpin bangsa Israel yang hampir meninggal
Yoshua, pengganti Musa
f. Adegan terpenting :
Musa, yang sudah berusia 120 tahun, mendaki gunung Nebo di daerah Yordania sekarang
dan menatap daerah barat yang terbentang di seberang lembah sungai Yordan ke arah Tanah
Terjanji. Seolah-olah, ia akan memasukinya. Namun ia mati di gunung itu (Ul 34).
g. Ayat yang paling terkenal :
“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu” (Ul 6:5).
h. Ulasan
Kitab kelima Pentateukh ini sampai ke tangan kita dengan nama kitab Ulangan.
Dipandang dari berbagai sudut, kitab Ulangan merupakan kitab yang menarik untuk dibaca
dan dipelajari. Pengaruhnya terhadap Perjanjian Baru dapat diperhatikan dalam berbagai
bagian teks Perjanjian Baru. Selain kitab Kejadian, Mazmur dan nabi Yesaya, kitab Ulangan
merupakan kitab yang paling sering dikutip di dalam Perjanjian Baru. Ketika Yesus ditanya
oleh seorang ahli Taurat, "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?" Yesus menjawab dengan merujuk kepada hukum (Taurat). Sang Ahli Taurat menjawab
dengan mengutip dua teks Perjanjian Lama, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jtwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal
budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yang pertama diambil dari UI
6:5 sementara yang kedua dari Im 19,18. Dari teks ini bisa disimpulkan bahwa pada zaman
Yesus, UI 6:5 sudah dianggap sebagai rangkuman seluruh hukum (Taurat).
1) Kitab Ulangan dalam berbagai tradisi
Dalam tradisi Yahudi sampai sekarang ini UI 6:4-10; 11:13-22 merupakan doa terkenal,
yaitu doa Shema yang didoakan dua kali sehari, setiap pagi dan petang. Teks yang sama juga
dituliskan pada secarik kulit atau kain (disebut m e z u z a h ), dan dimasukkan dalam sebuah
kotak kecil dan dipasang di ambang pintu kanan rumah seorang Yahudi. Setiap mereka akan
keluar dan masuk ke rumah, mereka harus menyentuh kotak tersebut
Dipandang dari segi seni sastra, kitab Ulangan merupakan kitab yang khas.
Seluruh buku sebenarnya merupakan kotbah terakhir Musa di dataran Moab, pada hari
terakhir hidupnya. Waktu yang diceritakan dalam kitab Ulangan adalah satu hari saja, yaitu
hari terakhir Musa; akan tetapi waktu yang digunakan untuk menceritakan peristiwa atau kotbah
tersebut adalah 34 bab kitab Ulangan. Fakta ini sudah menunjukkan pentingnya kotbah Musa
tersebut.
Dari sudut sejarah tradisi, kitab Ulangan mempunyai tempatnya yang khas. Diyakini
oleh banyak ahli bahwa kitab kelima Pentateukh ini erat berkaitan dengan kitab-kitab
selanjutnya; dari Yosua sampai dengan 2Raj.
2) Latar Belakang sejarah (750-550)
Sekitar th 900 kerajaan Asyur berkembang menjadi kekuasaan yang paling besar di
Timur Tengah Kuno. Kedudukan ini dipertahankan sampai akhir abad ke-7 (± tahun 610), ketika
15
Asyur dikalahkan oleh kerajaan Babel. Pada awal abad ke-9 para raja Asyur berusaha memperluas
wilayah kerajaannya, baik ke arah Timur dan Utara maupun ke arah Barat. Dalam proses
perluasan wilayahnya, Asyur biasanya menempuh langkah-langkah ini:
a) Suatu negara diwajibkan membayar upeti, menyelaraskan kebijaksanaan luar -negeri
dengan kebijaksanaan Asyur, tetapi tetap menikmati suatu kemerdekaan terbatas di bawah
raja setempat. Situasi itu diatur oleh suatu "Perjanjian-Vasal" (perjanjian taklukan).
b) Apabila raja taklukan tidak menepati peraturan perjanjian, maka raja biasanya diganti,
wilayah negaranya diperkecil (bagian yang dipotong menjadi suatu propinsi dari kerajaan
Asyur), dan lazimnya sejumlah penduduk, yakni lapisan atas, dibuang.
c) Hanya kalau raja baru berani memberontak lagi, maka kerajaannya dihancurkan, banyak
penduduk dibuang dan wilayah dijadikan suatu propinsi dari kerajaan Asyur. Ketiga langkah itu
dapat diamati dalam sejarah Israel (Utara) dan Yehuda (Selatan):
Israel: a.840 Yehuda: a.733
b.733 b. 701
c.722
Hubungan antara Babel dan Yehuda di kemudian hari mengikuti proses yang sama, yakni langkah:
a.604
b.597
c. 587
Sejak pertengahan abad ke-9 pengaruh Asyur di wilayah Siria-Palestina menjadi
begitu kuat, sehingga Raja Yehu dari Israel tak dapat tidak menerima Perjanjian-Vasal yang
"ditawarkan" oleh Asyur kepadanya. Selama satu abad tidak ada banyak perubahan dalam
status Israel, sedangkan Yehuda masih tetap bebas dari pengaruh Asyur.
Situasi berubah sebagai akibat perang Aram (Damsyik) dan Israel melawan Yehuda
pada tahun 733 (lih. 2 Raj 16; Yes 7). Sejumlah negara kecil di Siria bersekutu dengan
Aram dan Israel untuk membebaskan diri dari Asyur. Mereka mengajak Raja Ahaz dari
Yerusalem untuk mendukung persekutuan, hal mana ditolak oleh Ahaz. Lalu Aram dan
Israel menyerang Yehuda untuk mengangkat seorang raja baru di Yerusalem. Tetapi
melawan nasehat Nabi Yesaya, Ahaz mencari dukungan di Asyur dan secara sukarela
menjadikan diri vasal dari raja Asyur. Tindakan Ahaz dan akibatnya digambarkan dengan
baik dalam 2 Raj 16:5-18. Kerajaan Israel dikalahkan dan dihukum oleh Asyur dan dalam
waktu singkat, sesudah pemberontakan lain lagi, dihancurkan secara definitif (722).
Sampai akhir pemerintahannya Raja Ahaz setia kepada Asyur dan demikian juga
anaknya Hizkia selarna 10 tahun pertama dari masa pemerintahan (715-687). Atas desakan kelompok
nasionalis-yahwistis Raja Hizkia memanfaatkan kekacauan di kerajaan Asyur akibat kematian
Raja Sargon II (tahun 705), memberontak dan membersihkan kerajaannya clad segala
pengaruh Asyur di bidang politik dan religius (2 Raj 18,3-8). Tidak lama, hanya empat tahun
saja, Yehuda menikmati kemerdekaannya, tetapi periode itu ternyata mencukupi untuk
memberi kesan kepada para penduduk Yehuda mengenai apa itu sebetulnya: hidup di negara
merdeka menurut tradisi (religius) nenek-moyang. Pengalaman itu akan menjadi seperti api semangat
yang tak terpadamkan selama periode suram (70 tahun) yang menyusul serangan pembalasan
oleh Asyur yang terjadi pada tahun 701. Sampai akhir hidupnya Raja Hizkia setia kepada
Asyur dan demikian juga putranya Manasye yang memerintah lama (687-642). Manasye
digambarkan dalam 2 Raj 21 sebagai raja yang paling jahat dalam bidang religius, hall mana
tidak begitu mengherankan, karena pembalasan kejam atas pemberontakan ayahnya
menjadikan Manasye takut dan amat setia sekali kepada penguasa Asyur dalam segala bidang,
termasuk bidang religius.
Pada tahun 640 anak cucu Manasye, Yosia, menjadi raja di Yerusalem. Karena umurnya
waktu itu baru 8 tahun, maka awal pemerintahannya yang efektif bertepatan dengan
merosotnya kerajaan Asyur sekitar th 626. Kesempatan itu digunakan Yosia untuk
memperjuangkan kemerdekaan, baik dalam bidang politik - ia berhasil merebut kembali
hampir seluruh Palestina - maupun dalam bidang religius. Pembaharuan religius, yang dimulai
16
sekitar tahun 625, menerima suatu dorongan yang luar biasa kuat oleh sebuah naskah kuno yang
ditemukan di Baitullah pada tahun 622. Naskah itu rupanya memuat sebagian besar dari UI 5-
28 sekarang, dan digunakan oleh Yosia sebagai pedoman bagi pembaharuan religius (yang oleh para
ahli disebut `pembaharuan deuteronomistis', sebab nama Kitab Ulangan dalam bahasa Latin dan
banyak bahasa Barat: Deuteronomium) dan sebagai semacam UUD bagi negaranya.
Pembaharuan deuteronomistis dijalankan oleh raja dengan menggunakan seluruh
aparat militer, sipil dan religius, tetapi belum mencapai tujuannya (pertobatan batin dari
seluruh bangsa kepada Yahwe) waktu Yosia tewas dalam pertempuran pada tahun 609.
Pembaharuan, yang menimbulkan begitu banyak antusiasme religius tetapi juga banyak reaksi
negatif itu, tidak diteruskan oleh Raja Yoyakim, anak Yosia. Tetapi sekelompok cendekiawan
yang amat dipengaruhi oleh cita-cita pembaharuan dan oleh ajaran naskah Ulangan itu, akan
melanjutkan sejumlah aktivitas literer-religius (kelompok itu oleh para ahli diberi nama
`kelompok deuteronomistis').
Pada tahun 604 kerajaan Babel, yang telah mengambil alih kekuasaan dari Asyur,
memperluas pengaruhnya ke wilayah Siria Palestina, dan melalui suatu perjanjian yang
dipaksakan Yehuda menjadi vasal dari Babel. Keberanian raja-raja Yerusalem untuk
memberontak sampai dua kali dibalas oleh Babel dengan pembuangan terbatas pada tahun 597
dan dengan penghancuran total dan pembuangan besar pada tahun 587.
Selama masa pembuangan (597/587 - 537) terjadi gejala yang unik: seluruh lapisan
atas - para imam, pegawai, cendekiawan; bersama-sama sekitar 30.000 orang - hidup di
wilayah kecil dekat kota Babel; sesudah shock pertama lewat, muncul dalam kelompok ini
suatu semangat religius yang tiada tandingnya dan suatu aktivitas literer yang menghasilkan
bagian yang cukup besar dari Perjanjian Lama (Pentateukh, Kitab-Kitab Sejarah, sebagian dari
Kitab Nabi-Nabi).

3) Sejarah terjadinya Kitab Ulangan


Pada masa pemerintahan Raja Hizkia (715-587) beberapa cendekiawan (pegawai istana,
mungkin juga beberapa imam) mengumpulkan sejumlah hukum dan catatan yang berhubungan
dengan perjanjian antara Yahwe dan Israel. Sebagian dari bahan tersebut rupanya dibawa dari
Kerajaan Utara oleh kelompok pengungsi pada waktu kerajaan itu dihancurkan (722). Di Utara
peranan tradisi Perjanjian Sinai lebih kuat dan penting daripada di Selatan, sebagaimana
menjadi jelas dari pewartaan Nabi Elia dan Hosea. Jadi bahan yang W*4Ysebagian besar
sudah tua sekali, dikumpulkan dan pada akhir periode Hizkia dan pada awal periode
Manasye diberi suatu bentuk baru, yakni bentuk yang jelas dipengaruhi oleh piagam
perjanjian-vasal. Melalui bentuk yang khusus itu para penyusun naskah (± UI 5-28)
mengungkapkan keyakinan iman mereka yang mendalam. Mereka telah mengalami akibat-akibat
yang pahit dari perjanjianvasal dengan raja Asyur, tetapi juga selama 4 tahun kebebasan di bawah
Raja Hizkia sebagai wakil Yahwe saja. Pengalaman-pengalaman itu rupanya mendorong
mereka untuk menyusun bahan kuno, yang ada hubungan dengan perjanjian antara Yahwe dan
umat Nya, sedemikian rupa, sehingga naskah UI 5-28 itu menjadi semacam perjanjian tandingan
dengan perjanjian-vasal, yakni semacam pernyataan:
- kita mempunyai Yahwe, bukan raja Asyur, sebagai penguasa tertinggi;
- kita mengasihi Yahwe, bukan raja Asyur, dengan seluruh hat, jiwa dan tenaga;
- kita mau menepati peraturan Yahwe, bukan peraturan raja Asyur;
- berkat kita berasal dari Yahwe, bukan dari raja Asyur dan dewarnya!
Selama masa pemerintahan Manasye yang begitu setia pada raja Asyur, naskah tadi
menjadi naskah yang berbahaya; rupanya disimpan di kenisah dan kemudian hilang untuk
kemudian ditemukan kembali pada tahun 622. Pada zaman Raja Yosia, UI 5-28 mulai
berfungsi, tidak hanya sebagai pedoman bagi pembaharuan dan sebagai UUD bagi negara,
melainkan pula sebagai patokan bagi sekelompok orang terpelajar ('kelompok
deuteronomistis') dalam menyusun suatu kisah sejarah bangsa Israel dari zaman Musa
sampai zaman Raja Yosia, yang oleh para ahli disebut Kisah Sejarah Deuteronomistis
17
(KSDtr). Seluruh sejarah Israel di Palestina diukur (dibenarkan atau disalahkan) menurut
kesetiaan Israel terhadap peraturan perjanjian sebagai tercantum dalam Kitab Ulangan.
KSDtr mengalami sekurang-kurangnya dua fase dalam penyusunan atau dua edisi. Edisi
pertama sudah "terbit" sebelum Raja Yosia tewas, dan mengandung: UI 1-3 - UI 5-28 - UI
31,1-8 - Yosua - HakimHakim -1 &2 Samuel - 1 Raj dan 2 Raj 1,1-23:25.
Peristiwa-peristiwa tragis dari tahun 597 dan terutama tahun 587 mendorong
'kelompok deuteronomistis, generasi kedua' untuk sekitar tahun 560 meiengkapi kisah
sejarah dengan sejumlah sisipan dan tambahan, antara lain UI 4; UI 29-32; 2 Raj 23,26-25,30,
sehinaga dalam edisi kedua sekitar tahun 550 seluruh naskah mengandung UI 1-32 - Yosua -
Hak - 1 &2 Samuel - 1 &2 Raj.
Pada akhir masa Pembuangan atau sesudahnya Kitab Ulangan dipisahkan dari Kisah
sejarah Deuteronomistis (KSDtr), dan digabungkan dengan Kejadian - Keluaran - Imamat -
Bilangan sebagai bagian terakhir. Sebagai penutup clad Pentateukh itu Kitab Ulangan
dilengkapi dengan ceritera tradisional tentang kematian Musa (UI 33-34). Maksud
penggabungan tadi adalah: memisahkan periode Musa + Hukum-hukum Sinai dari sejarah
sesudahnya untuk menjadikannya norma bagi umat Yahudi sesudah masa Pembuangan.

4) Bentuk sastra Kitab Ulangan


Cita-cita dari umat manusia di Timur Tengah Kuno dapat dirumuskan dengan satu
kata SYALOM, yakni keadaan damai dan rukun: hubungan baik antar-bangsa, antara bangsa
dengan Allahldewar, antarmanusia, antara manusia dan Allah/dewali, antara manusia dan
ciptaan lain. Dalam hubungan antarmanusia dan antar-bangsa perjanjian adalah salah satu
sarana untuk mengadakan, menjamin atau memulihkan syalom itu.
Penggalian di Timur Tengah menghasilkan sejumlah naskah atau piagam perjanjian,
yang kerap kali terukir pada tugu atau batu wadas. Dari sekian banyak naskah ada
sekelompok yang patut diberi perhatian khusus, yakni perjanjian-vasal (Vasal-Treafies)
antara seorang maharaja dan raja vasalnya. Pada akhir tahun 30-an abad ini ditemukan
beberapa puluh piagam perjanjian-vasal antara maharaja kerajaan Hat (sekarang Turkia,
bagian Timur) dan raja-raja vasalnya, yang berasal dari abad ke-14 dan ke-13, sedangkan
akhir-akhir ini ditemukan beberapa eksemplar dari perjanjian-vasal antara maharaja Asyur
dengan vasal-vasalnya di daerah Siria-Palestina yang berasal dari abad ke-8 dan ke-7 BC.
Secara meyakinkan telah diperlihatkan oleh beberapa ahli (mis. Mendenhall, Baltzer,
McCarthy), bahwa ada kesacnaan yang besar dalam struktur dan perumusan antara piagam
perjanjian-vasal dan perjanjian antara Yahwe dan Israel, sebagaimana disampaikan kepada kita
dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam Kitab Ulangan.
Piagam perjanjian-vasal rupanya mempengaruhi sejumlah perikop Perjanjian Lama yang
ada hubungan dengan pedanjian Yahwe-Israel seperti misalnya Yos 24. Tetapi kesamaan yang
paling jelas terdapat dalam Kitab Ulangan. Ternyata para penyusun UI 5-28 (dengan 4,45-49
sebagai pengantar) di zaman Raja Hizkia berusaha untuk merumuskan naskah mereka
sedemikian rupa, sehingga menjadi semacam piagam perjanjian tandingan melawan perjanjian
Asyur-Israel. Struktur yang sama tampak juga dalam tambahantambahan: UI 4:1-40 dan UI 29:1-
30:20.

2 TEMA DASAR TAURAT


a. Relasi Perjanjian
Perjanjian Allah dengan Israel terungkapkan dalam perjanjian Sinai yang ditemukan
dalam Kel 19-24. Kisah yang mengikuti, Kel 25-31, relatif berisi kumpulan terakhir hukum dan
aturan-aturan ibadat.4 Sedangkan kitab Ulangan mengkerangkakannya dalam tiga pembicaraan

4
G.W. Coats, Moses: Heroic Man, Man of God, 130
18
Musa. Kisah Perjanjian Sinai dan hukum-hukum yang mengikutinya secara umum terdiri dari
tiga unsur : (1) tindakan Yahwe; (2) tanggapan Israel; dan (3) kewajiban Israel.5
a.1 Tindakan Yahwe
Bangsa Israel dianugerahi Yahwe kehidupan baru yang tak terbayangkan sebelumnya:
pembebasan dari perbudakan di Mesir, pertolongan ketika menghadapi krisis bangsa, dituntun
melalui padang gurun di bawah kepemimpinan Musa. Hal ini diungkapkan dengan gambaran
sayap rajawali sebagai sebuah simbol perlindungan Allah bagi umatNya di padang gurun (Kel
19:4; Ul 32:11-14). Ketika berada di gunung Sinai, mereka mendapatkan pengalaman baru akan
Yahwe : penampakan Allah yang mempesonakan (Kel 19:16-18). Pilihan Allah atas Israel adalah
inisiatif Allah sendiri. Pilihan itu tidak didasarkan pada kebesaran maupun status moral Israel
(Ul 7:4; 9:4–6), namun semata-mata karena kasih Yahwe yang begitu besar (Ul 7:6–8).
a.2 Tanggapan Israel
Israel mengakui pemeliharaan khusus Yahwe pada mereka maka bersedia mengesahkan
perjanjian. Perayaan penetapan ini digambarkan dalam Kel 24 di mana diadakan dua ritual
penting : (a) ritual darah (Kel 24:6-8); dan (b) ritual perjamuan (Kel 24:11). Karena kehidupan
manusia melekat pada darahnya (Im 7:11), berbagi darah berarti berbagi kehidupan, menjadi satu
keluarga. Berbagi makanan juga mengungkapkan keberadaan dalam satu keluarga dan berbagi
satu kehidupan (Mzm 41:10). Berbagi makan adalah bentuk yang umum dari penetapan
perjanjian (Kej 26:30; 31:46.54). Maka, kedua ritual tersebut mengungkapkan makna dasar
perjanjian : relasi kehidupan dan syalom antara Israel dan Allah. Perjanjian tersebut tidak hanya
dibuat dengan leluhur mereka namun juga dengan semua dari mereka “hari ini” (Ul 5:1–3;
26:16–18). Maka, berulangkali Israel disebut “mendengar” atau “mengingat” perjanjian ini (Ul
5:1; 6:4; 4:9, 23; 5:15).

a.3 Kewajiban
Perjanjian meliputi juga kewajiban. Namun kewajiban perjanjian bukanlah suatu hal
yang dijatuhkan dari luar. Kewajiban perjanjian mengalir dari sifat dasar perjanjian itu sendiri,
yaitu relasi dan kehidupan yang baru. Relasi yang baru berarti juga kehidupan yang baru. Dalam
kehidupan baru itu, mengalirlah sikap perilaku hidup yang baru. Dalam konteks bangsa Israel,
kehidupan baru itu dinyatakan dalam dua lingkup yang saling terkait. Lingkup pertama adalah
relasi vertikal dengan Yahwe. Sekarang Israel menjadi milik Yahwe, maka mereka harus hidup
sesuai dengan martabat sebagai umat dan milik khusus Yahwe (Kel 19:4-6). Karena itu,
kewajiban pertama Israel adalah menyembah hanya pada Yahwe (Kel 20:2-3; Ul 6:4-5). Dengan
demikian, dosa pertama dan mendasar melawan perjanjian adalah pemujaan berhala. Lingkup
kedua kehidupan baru itu mencakup relasi horisontal dengan sesama. Iman kepada Yahwe
mengalir ke dalam semua lingkup kehidupan, misal perhatian pada orang miskin, tertindas, dan
orang asing (Ul 15:1-18), keadilan dalam sistem hukum (Ul 16:18-20) dan juga perekonomian
(Ul 25:13-16). Aturan-aturan itu bahkan diperluas pada pemeliharaan lingkungan alam (Ul
20:19-20). Sejumlah besar hukum yang ditampilkan Pentateukh diberikan pada Musa di gunung
Sinai (misal, 10 perintah dan hukum perjanjian [Kel 20-23]; hukum kekudusan [Im17-26])
adalah spesifikasi di masa selanjutnya atas kedua lingkup dasar perjanjian tersebut.

b. Relasi kekudusan
Bentuk relasi ini terungkapkan dalam Kitab Imamat. Kunci utama Kitab imamat : Allah
adalah kudus, maka umatNya juga harus kudus, artinya dengan sepenuhnya menyembah Allah.
Maka, Ia menetapkan aturan hukum dan ibadat dengan tujuan untuk membentuk mereka sebagai
umat yang terpisahkan dari dosa dan hanya menyembahNya. Kekudusan itu pun harus dijaga
dalam keseluruhan hidup, termasuk dalam aktivitas sehari-hari keseharian dan juga dalam hidup
bermasyarakat.
Gagasan tentang Kekudusan

5
George E. Mendenhall - Gary A. Herion, “Covenant”, 1183 - 1187
19
Di atas berulang kali muncul kata kudus, kekudusan, pengudusan. Dan sepanjang kitab
Imamat kalimat "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu adalah kudus° muncul dengan
frekwensi tinggi sehingga berperan seperti sebuah refren. Tidak pelak lagi gagasan
mengenai kekudusan, yang kemudian dilengkapi dengan kata-kata seperti tahir, nails dan
sinonimnya merupakan gagasan pokok kitab Imamat Bagi pembaca modern gagasan tersebut
tidak mudah untuk dimengerti. Oleh karena itu agar kita dapat memahami gagasan kunci
tersebut secara tepat, kiranya baik jika di sini disajikan sedikit penjelasan mengenai gagasan
kekudusan tersebut. Gagasan mengenai kekudusan bergerak di antara dua kutub: kudus -
normal (Ing: common) dan tahir - najis. Manusia atau benda bisa digolongkan kudus atau
normal, tahir atau najis. Dalam situasi natural manusia atau benda digolongkan sebagai
normal/tahir. Jika dipersembahkan kepada Allah (dikuduskan) mereka lalu menjadi kudus.
Sebaliknya, jika mereka, oleh karena sesuatu hal, tercemar mereka menjadi tercemar atau
di-profan-kan. Hal yang secara intrinsik kudus, nama Allah misalnya, jika dilecehkan menjadi
di-profankan. Hal-hal yang tahir seperti misalnya tubuh manusia, bisa dicemarkan dengan hal
yang najis, darah, mayat, penyakit. Proses sebaliknya untuk mentahirkan hal yang najis
diperlukan penantian sampai waktu tertentu, kemudian membasuh atau kadangkala
mengolesinya dengan minyak, kadangkala juga dengan mempersembahkan korban. Agar
lebih jelasnya gagasan ini bisa dirumuskan dalam bentuk skema di bawah ini:
menguduskan mentahirkan
< ------------------------------ < -------------------------------
Kudus ------------------------------ (normal) tahir ---------------------------------- Najis
--------------------- > ---------------------- >
mem-profankan mencemarkan

Yang menjadi dua kutub ekstrim di atas adalah kudus dan najis. Antara keduanya
tidak boleh bertemu atau terjadi kontak. Lingkup dari yang kudus adalah lingkup Allah
sendiri. Allah adalah Sang Kudus. Oleh karena itu sepanjang PL ditemukan ketakutan untuk
melihat Tuhan, karena jika seorang yang tidak tahir memandang Allah, dia harus mat. Jika
seorang yang najis makan makanan yang kudus, maka nyawanya harus dilenyapkan dari
antara bangsanya (7,20); demikian juga seorang kudus seperti imam tidak boleh berhubungan
dengan jenazah yang selalu najis. Sejumlah hal yang najis bisa menjadikan hal atau orang lain
menjadi najis, seperti juga sejumlah hal yang kudus bisa menjadikan hal lain kudus.
Kekudusan dicirikan oleh karakter Allah sendiri yang dari dirinya sendiri adalah
kudus. Oleh karena itu tempat di mana Allah berada adalah kudus, dan ini bisa diperluas
sehingga menyangkut ada saja yang menjadi milik Allah: nama-Nya, tempat peziarahan-Nya
dan perabotannya, imam-Nya, tanah pilihan-Nya. Semua ini adalah kudus. Lalu muncul
pertanyaan: Kalau demikian apa yang mencirikan kutub yang lain, yaitu kenajisan?
Jawabannya adalah kematian. Kematian adalah inti dari kenajisan. Dalam tradisi rabbinik
kematian disebut sebagai "bapa dari segala bapa kenajisan". Allah sebagai sumber
sempurna bagi kehidupan berada di kutub yang seratus persen bertentangan. Oleh karena itu
mayat adalah suatu unsur yang sangat mencemarkan, sehingga setiap orang yang menyentuh
mayat menjadi najis selama 7 hari, dan harus ditahirkan dengan recikan air yang dicampur
dengan abu lembu betina merah (lihat. Bil 19, 11-12). Kontak dengan orang mati tidak
sejalan dengan status sebagai orang nazir, orang kudus selain imam di Israel kuno,
sehingga jika seorang nazir menyentuh mayat dia harus mengulang lagi nazarnya (Bil 6,6-21).
Bagi bangsa Israel ada dua alasan mengapa mereka harus menjaga diri dari segala hal
yang tidak tahir, atau secara positif bisa dirumuskan dengan menjaga kekudusan. Yang
pertama, YHWH Allah Israel tinggal di tengah-tengah mereka. Yang kedua, dengan
peristiwa keluaran mereka dipisahkan dari bangsa-bangsa lain, dan sekaligus dikuduskan
oleh YHWH sendiri. Oleh karena itu dengan segala upaya bangsa Israel harus menjaga
kekudusan mereka. Upaya mengejar kekudusan itu sekaligus mempunyai implikasi moral. Dalam
20
Im ditemukan gagasan yang menolak segala bentuk penipuan, kepalsuan dan apa saja yang bisa
merusak keadaan yang baik dalam masyarakat.
Dalam PB dan tradisi kristen, kita temukan juga gagasan mengenai kekudusan ini
dalam bentuk yang lebih berkembang. Dengan permandian, seorang dikuduskan dan diangkat
menjadi anakanak Allah. Paulus dalam surat-suratnya berulang kali menyebut saudara-
saudara kristen dengan ungkapan `orang-orang kudus.' Status baru ini sebenarnya membawa
konsekwensi yang tidak ringan, orang kristen harus senantiasa hidup sesuai dengan
martabatnya itu, menjaga kekudusannya itu. Dalam kitab Imamat pelanggaran kekudusan ini
selalu mendapat hukuman, entah harus mempersembahkan korban atau bahkan hukuman mati.
Orang kristen memang tidak menerapkan hukuman-hukuman seperti ini. Kitab Imamat
sudah tidak relevan lagi bagi orang kristen, demikian sering itu dikatakan. Di satu pihak
ungkapan tersebutmemang benar, tetapi di lain pihakjangan sampai kebebasan anak-anak Allah
yang dianugerahkan kepada kita, justru menjadi alasan untuk mempunyai pandangan moral
yang terlalu longgar. Allah adalah tetap Allah yang kudus, maka hendaklah semua milik-Nya
juga menjadi kudus.

Purwokerto, 16 September 2008

Rm. D. Dimas Danang A.W., Pr


KITAB-KITAB KEBIJAKSANAAN
Dalam kitab-kitab kebijaksanaan diungkapkan kazanah pengalaman manusia. Kitab-kitab ini
ditulis dengan maksud untuk membangun hidup manusia supaya ia bersikap bijaksana dan tepat
dalam setiap keadaan hidup, dalam hubungan dengan Allah, atasan, rekan, bawahan, ciptaan lain.
Namun di dalamnya juga terungkap permenungan sebagai umat Allah.
Berbeda dengan kitab-kitab sejarah yang memusatkan perhatian pada karya Allah dalam
sejarah penyelamatan Israel, kitab-kitab kebijaksanaan merenungkan karya Allah yang lebih umum
sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Yang termasuk dalam kelompok ini ialah: Ayub,
Mazmur, Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan, Sirakh. Kitab Mazmur akan dibahas
secara khusus dalam pertemuan berikutnya. Kitab Kebijaksanaan dan Sirakh dibahas dalam
rangkaian pembahasan tentang Deuterokanonika.

1. AYUB
 Dalam satu paragraf :
Allah membiarkan setan menguji iman seorang benar yang bernama Ayub. Para penjarah
merampok kawanan ternak Ayub dan membunuh para hambanya. Angin ribut membunuh anak-
anaknya dan merobohkan rumah tempat mereka sedang mengadakan perjamuan makan. Borok
bermunculan di sekujur tubuhnya. Para sahabat datang dan menasihatinya untuk bertobat. Mereka
berpendapat bahwa ia pasti telah melakukan suatu hal yang buruk sehingga patut menerima
pengalaman semacam ini. Ayub tetap bertahan bahwa ia tidak bersalah, dan ia menuntut penjelasan
dari Allah. Meski demikian, Allah meyakinkan Ayub untuk tetap mempercayaiNya apa pun yang
terjadi. Kemudian Allah memulihkan kesehatan dan kekayaan Ayub, dan memberinya kembali
anak-anaknya.
 Titik kunci :
Meskipun banyak orang Yahudi pada zaman biblis mempercayai bahwa peristiwa yang memilukan
disebabkan oleh dosa, kisah Ayub mengajarkan kebalikannya.
 Pengarang, waktu penulisan :
Tidak diketahui, meskipun petunjuk-petunjuk dalam kisah memberi kesan bahwa penulis adalah
seorang Yahudi yang sedang menceritakan sebuah kisah kurang lebih dari zaman para bapa bangsa
Israel – kira-kira tahun 2.000 sM.
 Tokoh utama :
Ayub, seorang gembala kaya yang kehilangan harta kekayaan, anak-anak dan bahkan
kesehatannya.
 Adegan terpenting :
Ketika duduk bersama teman-teman yang datang untuk menghiburnya, namun yang terjadi malah
menuduhnya telah melakukan dosa yang tidak diakui, Ayub menyerang balik : “Hal seperti itu
telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!” (Ayub 16:2).
 Ayat yang paling terkenal :
“TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21).

2. AMSAL
 Dalam satu paragraf :
Raja Salomo dan orang-orang Israel yang bijak lainnya menawarkan kebijaksanaan dalam
pengalaman mereka dalam sekumpulan ajaran yang terutama ditujukan bagi orang-orang muda.
Disusun secara pendek namun tajam, kebanyakan dari amsal-amsal ini terdiri dari dua baris
sehingga mudah diingat. Topik-topik yang dimuat mencakup lingkup luas tata spiritual dan praksis,
termasuk juga soal seks, uang dan pendewasaan anak-anak.
 Titik kunci :
Tujuan amsal-amsal ini adalah “untuk mengetahui hikmat dan didikan, … untuk menerima didikan
yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan
kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang
muda” (Ams 1:2-4).
 Pengarang, waktu penulisan :
Bermacam orang bijak yang berasal dari berbagai generasi. Kebanyakan amsal ini dihubungkan
dengan Salomo, yang menuliskan 3.000 amsal selama hidupnya (1 Raj 4:32).
 Tokoh utama : Salomo, raja Israel yang paling bijaksana
 Adegan terpenting :
Kitab-kitab Kebijaksanaan - 2
Seorang perempuan jalang menggoda seorang lelaki muda untuk pergi dari istrinya. Si bijak dalam
amsal ini memberi nasihat pada lelaki tersebut : “Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, ...
bersukacitalah dengan isteri masa mudamu … mengapa engkau berahi akan perempuan jalang?”
(Ams 5:8,18,20).
 Ayat yang paling terkenal :
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu” (Ams 22:6).

3. PENGKHOTBAH
 Dalam satu paragraf :
Penulis yang mempunyai pemikiran mendalam menggali makna kehidupan. Kesimpulan suram
pertamanya adalah : segala yang diperbuat manusia tak ada artinya. Kita bekerja, kita mati, dan
kemudian kehidupan tetap terus berlangsung tanpa kita. Orang bijak, orang kaya dan pemuja
kesenangan semua berakhir dengan cara yang sama, yaitu kematian. Hidup itu pendek, demikian ia
menyimpulkan. Maka, manusia harus menikmati berkat mereka : makanan, keluarga, dan pekerjaan
yang mereka cintai. “Setiap orang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk
menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya juga,
itupun karunia Allah” (Pkh 5:19).
 Titik kunci :
“Aku memberi perhatian kepada segala perbuatan yang dilakukan di bawah matahari, … Akhir
kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-
perintah-Nya” (Pkh 8:9; 12:13).
 Pengarang, waktu penulisan :
“Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem” (Pkh 1:1). Maka, kemungkinan
pengarang adalah Salomo yang menuliskannya pada tahun 900-an sM.
 Adegan terpenting :
Penulis merangkai sebuah syair yang sangat indah tentang masa-masa kehidupan. “Untuk segala
sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada
waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam”
(Pkh 3:1-2).
 Ayat yang paling terkenal : “Tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari,
kecuali makan dan minum dan bersukaria” (Pkh 8:15).

4. KIDUNG AGUNG
 Dalam satu paragraf :
Seorang lelaki dan perempuan saling mengungkapkan perasaan mereka yang paling mendalam
dengan suatu perayaan kasih yang erotis. Tanpa kekerasan, namun dengan sensualitas yang tanpa
penghalang, mereka saling berbicara dengan jujur tentang hasrat seksual masing-masing. Namun
cinta mereka lebih dalam dari sekedar masalah ragawi dan lebih awet dari pada peristiwa itu
sendiri. Dalam sebuah ungkapan komitmen yang oleh banyak ahli Alkitab disebut sebagai titik
puncak syair ini, si perempuan berkata pada kekasihnya : “Taruhlah aku seperti meterai pada
hatimu, seperti meterai pada lenganmu” (Kid 8:6).
 Titik kunci :
Seksualitas, baik dalam kata maupun perbuatan, merupakan anugerah Allah. Hal itu merupakan
cara untuk mengungkapkan perasaan kita yang paling mendalam pada orang yang, berdasarkan
janji kita, akan kita cintai seumur hidup.
 Pengarang, waktu penulisan :
Kitab ini disebut sebagai kidung Salomo. Susunan frase tersebut dalam bahasa Ibrani menunjukkan
bahwa kidung itu ditulis oleh Salomo, untuk Salomo, atau dipersembahkan bagi Salomo. Salomo
hidup pada pertengahan tahun 900-an sM.
 Tokoh – tokoh utama :
Perempuan yang tak dikenal, ia berasal dari daerah luar kota Israel
Lelaki yang tak dikenal, kekasih sejati perempuan tersebut
 Adegan terpenting :
Entah untuk mengantisipasi masa bulan madu, atau pun sudah mengalaminya, si lelaki secara
sensual dan penuh kasih mengungkapkan hasratnya : “Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan
buah dadamu gugusannya. … Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-
gugusannya” (Kid 7:7-8).
 Ayat yang paling terkenal : “Cintamu lebih nikmat dari pada anggur” (Kid 1:2).
BERDOA DENGAN KITAB MAZMUR

Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang merupakan kumpulan nyanyian dan doa
yang terungkapkan dalam untaian sajak religious yang indah. Sajak-sajak semacam itu juga
muncul di kitab-kitab lain selain Kitab Mazmur. Dalam PL, sajak-sajak semacam itu muncul
dalam kitab-kitab sejarah. Misalnya : nyanyian Musa (Kel 15), nyanyian Sumur (Bil 21:17-18),
nyanyian kemenangan Debora (Hak 5), ratapan Daud atas Saul dan Yonatan (2 Sam 1), lagu-
lagu pujian bagi Yudas dan Simon Makabe (1 Mak 3:3-9 dan 14:4-15). Dalam PB, sajak-sajak
semacam itu adalah Kidung Maria (Magnificat), Kidung Zakharia (Benedictus) dan Kidung
Simeon (Nunc dimittis).

Judul
Nama Kitab Mazmur diambil dari bahasa Ibrani: mizmor atau mitsmor. Dalam beberapa
bahasa Eropa kitab ini disebut Psalm yang diambil dari bahasa Yunani: Psalmos (akar kata :
Psalterion, yang berarti alat musik bertali yang mengiringi nyanyian). Dalam bahasa Melayu
kitab ini disebut kitab Zabur, dari bahasa Arab.
Dalam bahasa Ibrani kitab Mazmur disebut juga sebagai “Tehillim”, artinya “Puji-
pujian”. Tetapi sebutan itu hanya sesuai dengan sejumlah mazmur saja. Sejumlah mazmur
lainnya dalam judulnya disebut “nyanyian”.

Pengelompokan berdasarkan Tema dan Gaya sastranya


Ada 150 mazmur dengan beraneka ragam tema : nyanyian pujian; nyanyian untuk
menyembah Tuhan; doa mohon pertolongan, perlindungan dan penyelamatan; doa mohon
ampun; nyanyian syukur atas berkat Tuhan, permohonan supaya musuh dihukum. Doa-doa ini
ada yang bersifat pribadi, ada pula yang bersifat nasional. Beberapa di antaranya
menggambarkan perasaan seseorang yang paling dalam, sedangkan lainnya menyatakan
kebutuhan dan perasaan seluruh umat Allah. Dengan diiringi musik, orang-orang Yahudi
menyanyikan mazmur ketika berada di rumah, dalam perjalanan peziarahan menuju ke
Yerusalem, dan dalam peribadatan di Bait Allah. Yang mengejutkan, jumlah mazmur keluhan
lebih banyak dari pada mazmur jenis lain. Maka untuk memahami Kitab Mazmur, yang perlu
dicermati adalah bahwa Kitab Mazmur berisi semua ungkapan manusiawi dalam relasinya
dengan Allah seturut situasi dan kondisi konkretnya. Kita bisa jujur pada Allah, mengungkapkan
segala perasaan kita : marah, takut, kecewa, bingung.
Ditinjau dan segi gaya sasteranya yang berbeda-beda dapat kita bedakan tiga jenis
mazmur, yaitu: Puji-pujian, Doa (permohonan) dan Ucapan syukur. Ada juga jenis campuran,
yaitu mazmur-mazmur yang berbeda dari jenis-jenis tersebut.

1. Puji-pujian
Mazmur-mazmur yang termasuk kelompok ini adalah Mzm 8, 19, 29, 33,46-48, 76, 84,
87, 93, 96-100, 103-106, 113, 114, 117, 122, 135, 136, 145-150. Mazmur-mazmur puji-pujian
mulai dengan bagian pembukaan yang mengajak untuk memuji Tuhan. Bagian inti mazmur puji-
pujian mengungkapkan berbagai alasan mengapa Allah harus dipuji, yaitu karya-karya yang
dilakukan Allah dalam alam, khususnya penciptaan, dan karya-karya yang dilakukanNya dalam
sejarah keselamatan umat-Nya. Bagian penutup ada kalanya mengulang bagian pembukaan dan
kadang-kadang berupa doa.
Menurut temanya, mazmur-mazmur pujian dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Nyanyian-nyanyian Sion, Mzm 46, 48, 76, 87, yang dengan nada eskatologis meluhurkan
Kota Suci, yaitu tempat kediaman Yang Mahatinggi dan tujuan para peziarah (bdk Mzm 84
dan 122).
b. Mazmur-mazmur Kerajaan Allah, khususnya Mzm 47, 93, 96-98, yang dengan gaya bahasa
yang mengingatkan gaya bahasa para Nabi mengagungkan Yahwe sebagai raja dunia semesta.
Berdoa dengan Kitab Mazmur ~ 2
2. Doa permohonan / dalam penderitaan / ratapan
Mazmur-mazmur permohonan ini ditujukan kepada Allah. Pada umumnya bagian
pembukaan mazmur ini berupa seruan yang disusul seruan minta tolong: suatu doa atau ucapan
kepercayaan. Dalam bagian inti mazmur, pendoa berusaha menggerakkan hati Allah dengan
melukiskan di hadapanNya keadaan gawat si pendoa. Dalam menggambarkan keadaan itu
dipakailah macam-macam kiasan, misal : air, jurang, jerat-jerat maut atau jerat-jerat dunia orang
mati (syeol), musuh-musuh atau binatang-binatang (anjing, singa, banteng dan sebagainya) yang
mengancam atau menerkam; dikatakan pula mengenai tulang-tulang yang menjadi kering dan
jantung yang berdebar-debar ketakutan. Ada mazmur di mana si pendoa menegaskan bahwa ia
seorang benar (Mzm 7, 17, 26) dan juga yang berupa pengakuan dosa (Mzm 51 dan mazmur-
mazmur tobat lainnya). Kepada Allah diingatkan karunia-karunia yang dahulu
dianugerahkanNya (Mzm 9-10, 22, 44). Tetapi pemazmur juga menegaskan bahwa ia tetap
percaya dan mengharap (Mzm 3, 5, 42-43, 55-5 7, 63, 130, dll). Ada kalanya mazmur-mazmur
permohonan itu diakhiri dengan suatu seruan kepercayaan dan pengharapan (Mzm 4, 11, 16, 23,
62, 91, 121, 125, 131). Ada kalanya diakhiri pula dengan mencetuskan keyakinan bahwa doa
sudah dikabulkan dan diucapkanlah syukur (Mzm 6, 22, 69, 140).
Mazmur-mazmur permohonan tersebut dapat berupa doa bersama atau doa perorangan.
a. Doa bersama
Mazmur-mazmur semacam ini misalnya Mzm 12, 44, 60, 74, 79, 80, 83, 85, 106, 123, 129,
137. Doa-doa ini dicetuskan dengan alasan suatu bencana nasional (misal, kalah atau binasa
dalam perang), atau dengan alasan suatu keperluan bersama. Maka umat memohon keselamatan
atau pemulihan bangsa.
b. Doa perorangan
Mazmur-mazmur semacam ini misalnya Mzm 3, 5-7, 13, 17, 22, 25, 26, 28, 31, 35, 38, 42-43,
51, 54-57, 59, 63, 64, 69-71, 77, 86. 102, 120, 130, 140-143. Jumlah mazmur semacam ini cukup
banyak dan isinya bermacam-macam, misal : bahaya maut, penganiayaan, pembuangan, usia
lanjut, dan khususnya orang mohon dibebaskan dari penyakit, fitnah dan dosa. Mazmur-mazmur
itu diciptakan bagi salah seorang, secara perorangan, atau oleh orang tertentu sesuai dengan
suatu keperluan tertentu dan khusus. Mazmur-mazmur itu mengungkapkan seruan hati dan
ungkapan kepercayaan pribadi. Memang mazmur-mazmur itu tidak hanya berupa ratapan
melulu, bias juga berupa seruan kepercayaan kepada Allah dalam keadaan gawat.

3. Ucapan syukur
Mazmur permohonan biasa diakhiri dengan suatu ucapan syukur kepada Allah yang telah
mengabulkan doa. Ucapan syukur juga bisa menjadi isi utama dari suatu mazmur, misalnya Mzm
18, 21, 30, 33, 34, 40. 65-68, 92, 116, 118, 124, 129, 138, 144. Kebanyakan mazmur-mazmur ini
bersifat pribadi. Setelah si pendoa melukiskan kemalangan yang dideritanya dan bagaimana
doanya dikabulkan, maka ía merumuskan rasa terima-kasihnya dan mengajak kaum beriman
supaya turut memuji Allah. Bagian terakhir ini kerap kali memberi kesempatan untuk
menyisipkan unsur-unsur yang mau membina akhlak para penyerta. Ditinjau dari segi sastra
susunan ucapan syukur itu berdekatan dengan susunan mazmur-mazmur puji-pujian.

Mazmur-mazmur rajawi
Dalam Kitab Mazmur, ada sejumlah mazmur yang bersangkutan dengan raja : firman
Allah mengenai raja (Mzm 2 dan 110); doa untuk raja (Mzm 20, 61, 72), doa syukur untuk raja
(Mzm 21), doa yang diucapkan raja (Mzm 18, 28, 63, 101), nyanyian yang mengiringi perarakan
raja (Mzm 132), lagu puji-pujian yang dibawakan raja (Mzm 144), nyanyian untuk memeriahkan
pernikahan di istana raja (Mzm 45) dan mazmur-mazmur pelantikan raja (Mzm 2, 72 dan 110).
Mazmur-mazmur itu memupuk pengharapan rakyat berdasarkan janji-janji yang diberikan Allah
kepada wangsa Daud. Orang-orang Kristen mengimani bahwa semua itu digenapi dalam diri
Yesus Kristus. Maka mzm 110 paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru.
Berdoa dengan Kitab Mazmur ~ 3
Hubungan mazmur-mazmur dengan ibadat
Kitab Mazmur merupakan kumpulan nyanyian-nyanyian keagamaan Israel. Di antara
petugas Bait Allah ada juga para penyanyi mazmur. Mereka termasuk kalangan para petugas
Bait Allah. Orang merayakan perayaan Yudaisme dengan tarian dan nyanyian (Hak 21:19-21; 2
Sam 6:5,16. Menurut Am 5:23).
Sebagian besar mazmur diberi keterangan mengenai musik dan pemakaian liturginya.
Mzm 20, 26, 27, 66, 81, 107, 116, 134 dan 135 memberi keterangan mengenai upacara pada saat
mazmur tersebut dinyanyikan. Mazmur-mazmur tersebut dan beberapa mazmur lainnya (Mzm
48, 65, 95, 96, 118) dinyanyikan di pelataran Bait Allah.
Hal itu membuktikan bahwa banyak mazmur, termasuk yang bersifat perorangan,
diciptakan untuk ibadat dalam Bait Allah. Mazmur-mazmur lain barangkali aslinya tidak
dikarang untuk keperluan itu, tetapi kemudian juga disesuaikan, misalnya dengan menambahkan
permohonan berkat (Mzm 125, 128, 129).

Terbentuknya kitab Mazmur


Sebagai sebuah buku nyanyian orang Yahudi, Mazmur merupakan kumpulan syair yang
berasal dari berbagai masa. Mula-mula ada beberapa kumpulan kecil. Kumpulan-kumpulan kecil
tersebut mula-mula beredar tersendiri. Dalam tahap perkembangan yang terakhir kitab Mazmur
dibagi menjadi “lima buku”. Ini agaknya untuk meniru “Lima Buku Musa” (Pentateukh). Kelima
“buku” itu dipisahkan satu sama lain dengan disisipkannya suatu doksologi yang menutup
masing-masing buku: Mzm 41,14; 72:18-20; 89:52; 106:48. Mzm 150 berperan sebagai
doksologi penutup kitab, sedangkan Mzm 1 nampaknya sebagai kata pembukaan kitab Mazmur.

Pengarang-pengarang dan masa dikarangnya mazmur-mazmur


Kitab mazmur merupakan kumpulan sajak dari berbagai penulis yang berasal dari berbagai
generasi. 73 lagu dihubungkan dengan Daud. Hal itu bisa berarti bahwa lagu-lagu itu ditulis
olehnya, diinspirasikan olehnya, atau pun diperuntukkan baginya. Lagu-lagu lain dihubungkan
dengan tokoh lain : 12 buah dengan Asaph, 11 buah dengan Bani Korah, dan satu buah dengan
Heman, Etan (atau Yedutun), Musa dan Salomo. 35 mazmur tidak dipertalikan dengan tokoh
tertentu. Judul-judul dalam terjemahan Yunani tidak selalu sama dengan yang terdapat dalam
naskah Ibrani. Menurut terjemahan Yunani, 82 mazmur adalah karya raja Daud.

Berdoa dengan Kitab Mazmur


Mazmur-mazmur menjadi doa di masa perjanjian lama. Ia sendiri yang menginspirasikan
kata-kata yang seharusnya dipakai dalam menghadap Allah. Mazmur-mazmur itu juga diucapkan
oleh Tuhan Yesus sendiri, oleh Perawan Maria, para rasul dan para martir. Dengan tidak
mengubah apa-apa, Gereja menjadikan mazmur-mazmur itu sebagai doa resminya.
Memang seruan-seruan berupa pujian, permohonan atau ucapan syukur itu dicetuskan
para pemazmur dalam keadaan tertentu di zamannya dan berdasarkan pengalaman pribadinya itu.
Tetapi tanpa dirubah sedikitpun seruan-seruan itu mempunyai makna umum. Sebab mazmur-
mazmur itu mengungkapkan sikap hati yang seharusnya ada pada tiap-tiap manusia yang
menghadap Allah. Memang kata-kata tidak dirubah, tetapi makna mazmur-mazmur itu sangat
diperkaya.
Di masa perjanjian baru orang beriman bersyukur dan memuji Allah, yang sudah
menyatakan rahasia hidupNya sendiri, yang melalui darah AnakNya menebus manusia dan
mencurahkan Roh KudusNya. Dalam pemakaian liturgis, tiap-tiap mazmur diakhiri dengan doa
pujian yang tertuju kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pengharapan akan Mesias yang ada
dalam nyanyian-nyanyian mazmur-mazmur, sekarang terwujud. Sebab Mesias sudah datang dan
meraja dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Semua bangsa diajak untuk memuji Dia.***
KITAB PARA NABI (1)

A. MANAKAH KITAB PARA NABI DAN BAGAIMANA URUTANNYA?


Alkitab awalnya tertulis dalam bahasa Ibrani kemudian dikembangkan dalam bahasa
Yunani. Alkitab berbahasa Yunani yang disebut Septuaginta ini menambahkan yang kita kenal
sebagai Deuterokanonika. Alkitab dalam bahasa Yunani ini kemudian diterjemahkan dalam
bahasa Latin, bahasa resmi Gereja Katolik. Terjemahan bahasa Latin yang disebut Vulgata ini
menjadi Alkitab resmi Gereja Katolik. Setelah tahun 1965, Gereja Katolik mendorong
penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa setempat, salah satunya bahasa Indonesia.
Alkitab Ibrani mengelompokkan kitab-kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan kedua belas
nabi lainnya sebagai “Nabi-nabi kemudian”. Kitab-kitab tsb ditempatkan sesudah kitab-kitab
Yosua, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja yang dikelompokkan sebagai “Nabi-nabi terdahulu”.
Alkitab Yunani menempatkan kitab-kitab para Nabi sesudah Kitab-kitab Kebijaksanaan
dan Puisi (Ketubim) dalam urutan berbeda dengan Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani
menggabungkan kitab Ratapan dan Kitab Daniel pada kitab-kitab para nabi. Padahal Alkitab
Ibrani menempatkan kedua kitab tsb pada akhir daftar kitab-kitab suci. Alkitab Yunani juga
menambah beberapa tulisan lain yang tidak pernah dikarang ataupun terpelihara dalam bahasa
Ibrani, mis. bagian-bagian tambahan Kitab Daniel. Kitab Barukh ditempatkan sesudah Kitab
Yeremia, dan Surat Yeremia menyusul kitab Ratapan.
Terjemahan Vulgata pada umumnya mengikuti urutan Alkitab Yunani, namun dengan
urutan Alkitab Ibrani. Vulgata menempatkan kedua belas nabi “kecil” sesudah kitab-kitab empat
nabi “besar” serta menggabungkan Surat Yeremia pada Kitab Barukh yang ditempatkan
olehnya sesudah Kitab Ratapan.

B. HAKEKAT, TUGAS DAN PERAN NABI


Semua agama memiliki orang-orang tertentu yang telah menerima ilham dan menganggap
diri wakil yang berbicara atas nama dewanya. Alkitab pun mengisahkan tentang adanya orang-
orang tertentu yang kerasukan roh kenabian (1 Sam 10:10; 19:20-24), berbicara atas nama
TUHAN, melakukan tindakan yang berupa lambang (1 Raj 22:11), mempunyai kemampuan
melihat masa depan, dll. Baik dalam melakukan tindakan berupa lambang mau pun lepas dari itu,
nabi-nabi kerap kali berkelakuan aneh. Mereka dapat mengalami pelbagai keadaan jiwa yang
secara psikologis tidak normal. Namun gejala-gejala keanehan itu bukanlah inti-pokok karya
para nabi seperti dikisahkan dalam Alkitab.

1. Panggilan Kenabian berasal dari Allah


Kata Nabi berpautan dengan kata dasar yang berarti “memanggil-manggil” atau
“memaklumkan”. Maka, nabi ialah orang yang terpanggil atau pun orang yang memaklumkan.
Kedua arti kata ini menyatakan inti pokok karunia kenabian pada bangsa Israel. Nabi ialah
seorang pembawa pesan serta seorang juru bicara Allah. Arti ini dengan jelas diungkapkan
dalam dua kutipan yang serupa yaitu dalam Kel 4:15-16 dan Kel 7:1. Menurut Kel 4:15-16,
Harun akan menjadi penyambung lidah Musa, seolah-olah ia adalah “mulutnya”, dan Musa akan
menjadi “Allah yang memberi ilham kepadanya”. Menurut Kel 7:1 Musa akan menjadi “Allah
bagi Firaun” dan Harun akan bertindak sebagai “nabinya”. Kedua keterangan ini bergema dalam
firman Yahwe yang ditujukan kepada Yeremia: “Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam
mulutmu”, Yer 1:9. Para nabi menyadari, bahwa pesan mereka berasal dari Allah. Oleh karena
itu mereka menyampaikan pesannya dengan terlebih dahulu berkata: “TUHAN berfirman” atau
“Firman TUHAN” atau “Beginilah firman TUHAN”.
Kitab Para Nabi ~ 2

2. Panggilan Allah tak dapat dielakkan


Para Nabi tidak bisa berdiam diri menanggapi Firman yang diterimanya. Maka Amos pun
berseru: “Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?” (Am 3:8). Percuma
saja Yeremia melawan firman yang mendesaknya untuk bernubuat (Yer 20:7-9). Semua nabi
dipanggil Allah dan mereka tidak dapat mengelakkan panggilan itu (Am 7:15; Yes 6, khususnya
Yer 1:4-10). Mereka semua dipilih sebagai juru bicara Allah, Yes 6:8. Awal kisah Yunus
menunjukkan, betapa mahalnya tebusan yang harus dibayar orang yang mau menghindari
perutusan itu.

3. Para nabi diutus sebagai saksi-saksi kehendak Allah


Para Nabi sendiri harus menjadi “alamat” kehendak Allah itu. Bukan saja perkataan-
perkataan mereka, melainkan juga perbuatan-perbuatan mereka, bahkan seluruh kehidupan
mereka menjadi nubuat. Misal, sbb :
 Perkawinan riil Hosea yang malang adalah sebuah lambang (Hos 1-3)
 Yesaya harus berjalan dalam keadaan bugil untuk menjadi alamat malapetaka yang datang
(Yes 20:3)
 Yesaya sendiri serta anak-anaknya telah menjadi “tanda dan alamat” (Yes 8:18)
 Kehidupan Yeremia merupakan pengajaran (Yer 16)
 Sewaktu Yehezkiel melaksanakan perintah-perintah aneh yang disampaikan kepadanya oleh
Allah, maka ia menjadi “lambang bagi kaum Israel” (Yeh 4:3; 12:6,11; 24:24)

4. Pesan Allah diterima oleh nabi dengan pelbagai cara


Ada nabi yang menerima pesan Allah melalui penglihatan seperti Yesaya (Yes 6),
Yehezkiel (Yeh 1; 2; 8), Daniel (Dan 8-12), Zakharia (Za 1-6). Ada juga yang menerimanya
melalui pendengaran. Tetapi pada umumnya para nabi menerima pesan Allah itu melalui ilham
batiniah. Ungkapan-ungkapan seperti “Firman TUHAN datang kepadaku” atau “Firman TUHAN
kepada ......”, biasanya dapat diartikan sebagai ilham batiniah. Ilham itu datang kepada nabi
entah dengan tiba-tiba, entah dengan alasan suatu peristiwa biasa saja, mis. sewaktu Yeremia
melihat sebatang dahan pohon badam (Yer 1:11), dua keranjang buah ara (Yer 24), dan
mengunjungi tukang periuk (Yer 18:1-4).

5. Cara penyampaian pesan ilahi oleh para nabi


Isi pesan yang telah diterima, disampaikan nabi kepada orang-orang lain dengan pelbagai
cara, misal dalam bentuk sajak liris atau ceritera, dengan memakai kiasan atau dengan jelas,
dalam gaya bahasa singkat berupa “firman” ataupun dalam gaya bahasa yang biasanya dipakai
dalam kecaman, perdebatan sengit, khotbah, perkara pengadilan, tulisan-tulisan hikmat atau
mazmur-mazmur yang lazim dalam ibadat, lagu-lagu cinta, sindiran, ratapan, dsb.
Perbedaan dalam cara menerima dan menyampaikan pesan Allah itu pada umumnya
tergantung dari watak pribadi dan kecakapan-kecakapan alamiah masing-masing nabi. Namun
demikian dalam perbedaan itu terdapat suatu persamaan dasari. Setiap nabi selalu menyadari
penuh, bahwa dia hanya sebuah alat; bahwa perkataan-perkataan yang diucapkannya sekaligus
perkataannya sendiri dan perkataan pribadi lain. Setiap nabi yang benar sungguh-sungguh yakin,
bahwa ia telah menerima firman Allah dan firman itu harus diteruskannya kepada orang lain.
Keyakinannya itu bertumpu pada pengalaman luar biasa, katakanlah pengalaman mistik, bahwa
antara nabi dengan Allah terjalin suatu hubungan langsung dan pribadi. Pengalaman akan Allah
ini membawa nabi ke dalam suatu keadaan “adikodrati”. Tanpa ini, karunia kenabian menjadi
“inspirasi” sastrawan biasa dan lamunan-lamunan orang yang pura-pura terilhamkan.
Kitab Para Nabi ~ 3

6. Sasaran pewartaan para nabi


Nabi-nabi besar yang tulisannya kita terima umumnya mewartakan pesan ilahi yang
ditujukan kepada seluruh nakyat. Dalam setiap kisah panggilan nabi besar tercantum pula, bahwa
ia diutus kepada seluruh rakyat (Am 7:15; Yes 6:9; Yeh, 2:3), malahan kepada segala bangsa
(Yer 1:10).
Jarang sekali pesan kenabian ditujukan kepada orang perorangan saja (Yes 22:15 dst),
atau menyangkut hanya sebuah keluarga tertentu (Yer 20:6; Am 7:17). Dalam hal ini perlu
dikecualikan Raja (pesan nabi Natan kepada raja Daud, pesan nabi Elia kepada raja Ahab,
pesan nabi Yesaya kepada Ahas dan Hizkia serta pesan nabi Yeremia kepada raja Zedekia) dan
Imam besar (Za 3). Hal ini mengingat kedudukan mereka sebagai kepala bangsa dan kepala
jemaat.

7. Pesan para nabi menyangkut masa sekarang dan masa depan


Nabi diutus kepada orang-orang sezamannya. Ia memberitahu mereka tentang kehendak
Allah. Namun sejauh bertindak sebagai juru bicara Allah, nabi tidak terikat pada waktu tertentu.
Nubuat-nubuat yang diucapkan nabi tentang masa depan memperkuat serta melanjutkan
wejangan-wejangan yang dibawakannya. Nabi dapat menubuatkan sesuatu yang akan terjadi
dalam waktu dekat sebagai suatu tanda. Pelaksanaan nubuat itu akan membenarkan perkataan
dan karyanya (1 Sam 10:1 dst; Yes 7:14; Yer 28:15 dst; 44:29-30). Nabi melihat hukuman yang
akan menimpa bangsanya sebagai balasan atas kesalahan-kesalahan yang dikecamnya. Ia melihat
juga keselamatan mendatang sebagai ganjaran atas bertobatnya bangsa Israel yang selalu
diusahakan oleh nabi.
Dalam ajaran para nabi yang berkarya di zaman kemudian, terdapat nubuat-nubuat yang
menyangkut akhir zaman, malahan hari kemenangan terakhir Allah. Tetapi dari nubuat itu selalu
diambil ajaran yang berpautan dengan waktu nubuat itu diucapkan. Perlu ditambah pula, bahwa
justru oleh karena nabi hanya menjadi semacam alat saja, pesan yang dibawakannya dapat
mempunyai arti dan makna jauh lebih luas. Ada kalanya pesan itu tidak terbatas pada keadaan
konkrit saja yang mendesak nabi untuk mengucapkannya dan ia malahan melampaui kesadaran
nabi itu sendiri. Kalau demikian pesan itu diselubungi suatu tabir rahasia dan baru menjadi jelas
setelah itu terlaksana di kemudian hari.
Nabi Yeremia diutus Allah “untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun
dan menanam”, Yer 1.10. Pesan para nabi memang mempunyai dua segi: mengecam dan
menghibur. Sesungguhnya sering kali pesan itu kejam, penuh ancaman dan celaan. Nada keras
itu bahkan dapat menjadi bukti, bahwa nubuat memang sejati, Yer 28:8-9, bdk Yer 26:16-19; 1
Raj 22:8. Nada keras disebabkan dosa, yang menjadi penghalang dilaksanakannya rencana
Allah, menghantui hati nabi. Namun demikian di dalam pesan nabi selalu masih bergema
harapan akan keselamatan. Bagian kitab Yesaya yang berjudul Kitab Penghiburan, Yes 40-55,
adalah semacam puncak kurnia kenabian. Tidaklah tepat berkata, bahwa nabi-nabi yang berkarya
di zaman dahulu tidak mengumandangkan berita-berita gembira penuh hiburan semacam ini.
Nubuat keselamatan semacam itu sudah dapat dijumpai dalam kitab Am 9:8-15; Hos 2:13-22;
11:8-Il; 14:2-9. Dalam sikap dan tindakan Allah terhadap umatNya kerelaan dan hukuman saling
melengkapi.
Nabi diutus Allah kepada bangsa Israel tetapi pandangannya selalu tidak terbatas, sama
seperti kuasa Allah yang diwartakan lebih luas dari Israel melulu. Dalam kitab Yesaya, Yeremia,
dan Yehezkiel terdapat beberapa kelompok nubuat melawan bangsa-bangsa lain (Yes 13- 23,
Yer 46-51, Yeh 25-32). Kitab Amos dimulai dengan hukuman-hukuman yang dijatuhkan atas
bangsa-bangsa tetangga Israel. Kitab Obaja memuat sebuah nubuat mengenai Edom. Dalam
kitab Nahum hanya ada satu nubuat semacam ini mengenai kota Niniwe, padahal nabi Yunus
diutus Allah justru ke kota itu untuk mengajak penduduk-penduduknya, supaya mereka bertobat.
Kitab Para Nabi ~ 4

8. Nabi sejati dan nabi palsu


Nabi berkeyakinan, bahwa ia berbicara atas nama Allah. Tetapi dari manakah para
pendengarnya dapat tahu, bahwa dia memanglah nabi yang sejati? Sejarah Israel mengenal juga
nabi-nabi palsu. Mereka sering disebut dalam Kitab Suci. Mungkin saja nabi-nabi palsu itu
secara pribadi jujur, tetapi dalam kenyataannya mereka keliru. Mungkin juga mereka pura-pura
berlagak nabi. Bagaimanapun juga tingkah-laku mereka yang dapat dilihat mata, tidak berbeda
dengan tingkah-laku nabi-nabi yang sejati. Nabi-nabi palsu itu menipu rakyat dan nabi-nabi
sejati terpaksa melawan dan berdebat dengan mereka. Demikianlah terjadi dengan Mikha bin
Yimla yang melawan nabi-nabi raja Akhab, 1 Raj 22.8 dst. Nabi Yeremia melawan Hananya,
Yer 28, atau nabi-nabi palsu pada umumnya, Yer 23. Juga Yehezkiel melawan sejumlah nabi dan
nabiah palsu, Yeh 13. Dari mana dapat diketahui, bahwa pesan yang diberitakan nabi berasal dan
Allah? Bagaimana membedakan nubuat benar dan yang palsu? Menurut Kitab Suci ada dua
tanda pengenal bahwa nubuat itu benar:
a. Nubuat itu terlaksana (Yer 28:9; Ul 18:22; bdk 1 Sam 10:1; Yes 7:14; Yer 28:15; 44:29-30)
b. Isi nubuat itu sesuai dengan ajaran agama Yahwe (Yer 23:22; UI 13:2-6)

9. Sifat, peranan dan tugas para nabi


Seorang nabi ialah seorang yang secara langsung mengalami Allah; ia telah menerima
penyataan mengenai kekudusan dan kehendak Allah; ia menilai peristiwa-peristiwa yang terjadi
di masa hidupnya dan melihat masa depan dengan diterangi cahaya Ilahi; ia diutus Allah untuk
mengingatkan orang-orang lain tuntutan-tuntutan Allah dan untuk membawa mereka kembali ke
jalan ketaatan dan cinta kasih kepada Allah. Ditinjau demikian, maka karunia kenabian pada
bangsa Israel nampak sebagai suatu gejala khusus, kendati kesamaan lahiriahnya dengan gejala-
gejala keagamaan serupa yang ditemukan pada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Israel.
Karunia kenabian merupakan suatu cara khas yang dipakai Penyelenggaraan Ilahi untuk
membimbing umat terpilih. Ada banyak kisah para nabi ini dalam Alkitab. Namun yang kita
bahas kali ini adalah para nabi yang kita kenal dari kitab-kitabnya.
Semua nabi yang kitabnya terdapat dalam Kitab Suci, tampil ke muka di zaman ketika
bangsa Israel berada dalam keadaan gawat yang mendahului dan bertepatan dengan kejadian-
kejadian penting yang menentukan sejarah bangsa Israel untuk selanjutnya. Kejadian-kejadian
itu ialah: ancaman dan pihak kerajaan Asyur dan kemusnahan kerajaan Israel (Utara), runtuhnya
kerajaan Yehuda (Selalan) dan pembuangan bangsa Israel ke Babel, akhir masa pembuangan dan
kembalinya orang-orang Yahudi dari pembuangan.
Para nabi menunjukan pesannya bukan kepada raja melainkan kepada seluruh bangsa. Oleh
karena pesan mereka bersifat umum, maka pesan itu terpelihara secara tertulis dan membawa
pengaruh untuk selanjutnya. Yang paling dahulu dari nabi-nabi itu ialah Amos. Ia menunaikan
tugasnya di pertengahan abad ke-8 seb. Mas., yaitu 1k. 50 th sesudah wafatnya nabi Elisa.
Gerakan kenabian yang besar berlangsung sampai zaman pembuangan bangsa Israel, yaitu
kurang dari dua abad lamanya. Dalam masa itu menonjollah peranan nabi Yesaya dan Yeremia.
Tetapi di masa yang sama tampil juga nabi Hosea, Mikha, Nahum, Zefanya dan Habakuk. Akhir
kegiatan nabi Yeremia bertepatan dengan awal kegiatan Yehezkiel.
Bersamaan dengan Yehezkiel, yang berkarya di tengah-tengah bangsa Israel di
pembuangan, berubahlah nada nubuat. Nubuat-nubuat menjadi kurang spontan dan kurang
berapi-api; nubuat-nubuat kerap kali berupa penglihatan-penglihatan hebat namun berbelit-belit;
dalam menggambarkan suatu nubuat sangat terperinci; perhatian terpusat pada peristiwa-
peristiwa yang akan berlangsung di akhir zaman. Pendek kata, nubuat-nubuat makin sering
bercorak kesusasteraan apokaliptik. Namun demikian aliran kenabian yang berpangkal pada nabi
Yesaya juga diteruskan, bahkan diperkaya dalam kitab Penghiburan, Yes 40-55.
Kitab Para Nabi ~ 5

Nabi-nabi yang berkarya di zaman kembalinya bangsa Israel dari Pembuangan, yaitu
Hagai dan Zakharia, memusatkan perhatiannya pada pembangunan Bait Suci. Sesudah kedua
nabi ini, maka Maleakhi mengemukakan kekurangan-kekurangan yang timbul dalam jemaat
Israel baru.
Setelah itu, Kitab kecil Yunus. Dalam Kitab ini yang sudah mulai bercirikan jenis midrash,
ajaran yang dikemukakan dalam karangan-karangan kuno Alkitab menjadi landasan buat sebuah
ajaran baru.
Aliran apokaliptik yang bermula dalam kitab Yehezkiel, dapat dijumpai kembali dalam
kitab Yoel dan dalam bagian kedua kitab Zakharia. Aliran itu menjiwai seluruh kitab Daniel.
Kitab Daniel menggabungkan penglihatan-penglihatan mengenai masa lampau dengan
penglihatan-penglihatan yang menyangkut masa depan dan menyajikannya dalam suatu
gambaran yang sama sekali lepas dari masa tententu. Dalam gambaran itu kejahatan dihancurkan
dan Kerajaan Allah ditegakkan. Di masa itu inspirasi kenabian nampaknya sudah padam,
sehingga orang berseru kepada “nabi-nabi di masa yang lampau” (Dan 9:6; bdk Za 7:7,12). Nabi
Zakharia memang meramalkan bahwa karunia kenabian akan lenyap karena sudah dicemarkan
oleh nabi-nabi palsu (Za 13:2-6). Tetapi Yoel 3:1-5 menubuatkan, bahwa di zaman Mesias, Roh
Kudus (roh kenabian) akan dicurahkan lagi. Nubuat Yoel itu terlaksana pada hari Pentakosta (lih
Kis 2:16) yang merupakan permulaan zaman baru.

C. AJARAN PARA NABI


Para nabi berperan penting dalam perkembangan agama bangsa Israel. Mereka bukan
hanya mempertahankan dan membimbing bangsanya dalam kepercayaan murni kepada Yahwe,
Allahnya. Mereka memegang juga peranan utama dalam memperkembangkan penyataan Ilahi.
Dalam peranan rangkap ini masing-masing nabi mengambil bagiannya sendiri dan masing-
masing nabi memberi sumbangan khasnya bagi ajaran keagamaan. Sumbangan mereka masing-
masing saling bertemu dan bergabung menurut 3 tema pokok, tepatnya menurut tema-tema khas
dalam agama Perjanjian Lama, yaitu: monoteisme, ajaran kesusilaan dan penantian akan
keselamatan.

1. Monoteisme
Secara falsafiah, monoteisme dapat dirumuskan begini: mengaku adanya satu Allah saja
dan menolak adanya ilah-ilah lain. Bangsa Israel sampai kepada pengertian monoteisme
sedemikian lambat sekali dan tahap demi tahap. Berabad-abad lamanya orang-orang Israel
menganut paham, bahwa bangsa-bangsa lain boleh saja mempunyai ilah-ilah lain, tetapi mereka
sendiri tidak perduli akan ilah-ilah itu. Orang-orang Israel hanya menerima Yahwe saja. Di
antara ilah-ilah lain Yahwelah yang paling berkuasa. Yahwe menuntut, supaya orang-orang
Israel berbakti kepada Dia saja. Peralihan dari paham dan praktek monoteis semacam ini kepada
suatu perumusan abstrak terjadi berkat pewartaan para nabi.
Ketika Amos, nabi pertama dalam urutan waktu, menggambarkan Yahwe sebagai Allah
yang menguasai kekuatan-kekuatan alam dan bertindak sebagai Penguasa manusia dan segala
kejadian, maka nabi itu hanya mengingatkan kebenaran yang sudah lama diketahui untuk
mendukung ancaman-ancaman yang dilonrarkannya. Namun kepercayaan lama itu makin hari
makin jelas dipahami. Demikianpun kesimpulan praktis dari kepercayaan itu semakin nyata dan
terasa. Penyataan Allah di gunung Sinai dahulu berhubungan erat dengan terpilihnya bangsa
Israel sebagai umat Allah dan dengan diikatnya Penjanjian. Setelah itu Yahwe nampak sebagai
Allah Israel, Allah yang berkediaman di Tanah dan tempat-tempat suci Israel. Meskipun tetap
menekankan ikatan-ikatan khas antara Yahwe dengan umatNya, namun para nabi menegaskan,
bahwa Yahwe menentukan hal-ihwal bangsa-bangsa lain juga, Am 9:7. Yahwe menghakimi
bangsa-bangsa kecil maupun yang besar, Am 1-2 (lih juga semua nubuat melawan bangsa-
Kitab Para Nabi ~ 6

bangsa kafir). Yahwe memberi mereka kekuasaannya dan mengambilnya kembali, Yer 27:5-8.
Yahwe memakai negara-negara lain sebagai alat penghukumanNya, Am 6.11; Yes 7:18-19; 10:6;
Yer 5:15-17, tetapi Ia pun menahan negara-negara itu sesuai dengan kehendakNya, Yes 10:12.
Walaupun para nabi memaklumkan, bahwa Tanah Israel adalah milik Yahwe, Yer 7:7, dan Bait
Suci adalah tempat kediamanNya, Yes 6; Yer 7:10-11, namun mereka menubuatkan juga
kehancuran Bait Allah itu, Mi 3:12; Yer 7:12-14; 26, dan nabi Yehezkiel melihat “kemuliaan
Yahwe” meninggalkan kota Yerusalem, Yeh 10:18-22; 11:22-23.
Di samping Yahwe, Penguasa semesta alam, tidak ada tempat bagi ilah-ilah lain. Dengan
melawan pengaruh dari upacara-upacara kafir dan gejala-gejala sinkretisme yang membahayakan
kepercayaan bangsa Israel. Para nabi menandaskan, bahwa dewa-dewa tidak berkuasa sama
sekali dan bahwa berhala-berhala mereka hampa belaka, Hos 2:7-15; Yer 2:5-13,27-28; 5:7;
16:20. Lenyapnya segenap pengharapan nasional yang selama ini menjiwai bangsa Israel oleh
karena pembuangan ke Babel dapat menimbulkan kesangsian mengenai kekuasaan Yahwe.
Maka justru di masa itu nabi Deutero-Yesaya, Yes 40:19-20; 41:6-7,21-24; 44:9-20; 46:1-7; bdk
Yer 10:1-16, dan kemudian surat Yeremia, Bar 6, dan Dan 14 (Yun) mempertajam dan
menasionalisasikan serangan atas berhala-berhala. Imbalan kecaman atas berhala itu ialah
pengungkapan monoteisme mutlak yang jaya seperti tercantum dalam Yes 44.6-8; 46:1-7,9.
Allah itu adalah Allah yang transenden yang mengatasi dan melampaui segala ciptaan.
Transendensi Allah terutama diungkapkan oleh para nabi dengan berkata, bahwa Allah adalah
“kudus”. Ungkapan ini sangat digemari oleh Yesaya, Yes 6 dan di banyak tempat lain: mis. 1:4;
5:19,24; 10:17,20, dll; tetapi juga terdapat dalam Hos 11:9; Yes 40:25; 41:14,16.20, dll; Yer
50:29; 51:5; Hab 1:12; 3:3. Allah diselubungi tabir nahasma, Yes 6; Yeh 1. Allah berada jauh di
atas “anak-anak manusia” sebagaimana berulang kali dikatakan nabi Yehezkiel yang dengan
ungkapan itu menegaskan jarak pemisah yang terbentang antara dia dengan Pembicara Ilahinya.
Namun demikian Allah digambarkan sebagai Tuhan yang berada dekat melalui kebaikan bahkan
cinta mesra yang dinyatakanNya kepada umat-milikNya. Kasih dan kebaikan Allah itu secara
khusus ditegaskan nabi Hosea dan Yeremia serta diibaratkan dengan perkawinan yang diadakan
Yahwe dengan Israel, Hos 2; Yer 2:2-7; 3:6-8. Ibarat ini diuraikan dengan panjang lebar dalam
Kitab Yehezkiel, Yeh 16 dan 23.

2. Ajaran kesusilaan
Melalui renungan mengenai perbedaan antara kekudusan Allah dan kedosaan manusia, Yes
6:5, para nabi mengerti dengan jelas arti dan hakekat dosa. Sama seperti halnya dengan
monoteisme, demikianpun ajaran kesusilaan para nabi bukan sesuatu yang baru. Ajaran itu sudah
tersurat dalam ke-10 Perintah Allah (Dekalog). Berlandaskan ajaran Dekalog itu nabi Natan
menghardik raja Daud, 2 Sam 12, dan nabi Elia berani mengecam raja Akhab, 1 Raj 21. Dalam
kitab-kitab para nabi yang terpelihara dalam Alkitab, berulang kali ditegaskan, bahwa dosa
memisahkan manusia dari Allah, Yes 59:2. Dosa, pada hakekatnya adalah pemberontakan
terhadap Allah yang adil (Amos), terhadap Allah yang penuh kasih (Hosea), terhadap Allah yang
kudus (Yesaya). Dosa menjadi pusat perhatian nabi Yeremia: dosa itu menjalar kepada seluruh
bangsa yang tampaknya sudah termakan olehnya dan tidak dapat ditobatkan lagi, Yer 13.23.
Kejahatan membanjiri seluruh umat dan menuntut hukuman Allah, penghakiman yang akan
dijatuhkan pada “Hari TUHAN”, Yes 2:6-22; 5:18-20; Hos 5:9-14; Yl 2:1-2; Zef 1:14-18.
Nubuat mengenai mala petaka yang akan datang itu dianggap oleh nabi Yeremia sebagai tanda
nubuat yang sejati, Yer 28.8-9. Dosa yang dilakukan oleh seluruh bangsa menuntut hukuman
umum itu. Di tengah renungan mengenai dosa dan hukuman kolektip itu mulai juga timbul
gagasan baru mengenai ganjaran pribadi, Yer 31:29-30 (bdk Ul 24:16). Gagasan itu diperkuat
dalam Yeh 18, bdk 33:10-20.
Kitab Para Nabi ~ 7

“Monoteisme etis” para nabi ini tidak berlawanan dengan hukum. Ajaran kesusilaan para nabi
justru bertumpu pada hukum yang pernah dimaklumkan Allah. Hukum itu terus dilanggar atau /
dan diremehkan, lih. wejangan Yer 7:5-10 dan hubungannya dengan Dekalog.
Bersamaan dengan berkembangnya ajaran kesusilaan itu, pengertian mengenai hidup
keagamaan makin diperdalam. Manusia dapat luput dari hukuman Allah, bilamana ia “mencari
TUHAN”, Am 5:4,’ Yer 50:4; Zef 2:3, yaitu bilamana, sesuai dengan kata Zefanya, manusia
melaksanakan perintah-perintah Allah, memenuhi hukum dan bersifat rendah hati, bdk Yes 1:17;
Am 5:24; Hos 10:12; Mi 6:8. Allah menghendaki, supaya manusia beragama secara batiniah.
Menurut nabi Yeremia, agama batiniah itu adalah syarat bagi sebuah Perjanjian baru, Yer 31:31-
34. Seluruh hidup keagamaan serta tanda-tanda lahiriah ibadat harus dijiwai semangat batiniah
itu. Para nabi mengecam upacara-upacara meriah kaku yang tidak menghiraukan akhlak manusia
yang beribadat, Yes 1:11-17; Yer 6:20; Hos 6:6; Mi 6:6-8. Tetapi kelirulah orang yang
berpendapat, bahwa para nabi memusuhi ibadat pada umumnya. Malahan nabi Yehezkiel, Hagai
dan Zakharia, menaruh perhatian istimewa pada peribadatan dan Bait Suci.

c. Penantian akan keselamatan


Hukuman yang akan menimpa bangsa Israel bukan babak terakhir dalam drama hubungan
antara Allah dengan umatNya. Allah tidak menghendaki, bahwa umatNya musnah seluruhnya.
Walaupun umat itu terus-menerus mengingkariNya, namun Allah tetap mengusahakan janji-
janjiNya dipenuhi. Allah akan menyayangi suatu “sisa Israel”, Yes 4:3. Istilah “sisa” ini untuk
pertama kalinya disebut dalam kitab Amos, 5:15. Dalam kitab nabi-nabi berikut istilah ini
diulang-ulangi dan diberi arti lebih mendalam. Dalam pandangan para nabi gambaran mengenai
hukuman yang sudah dekat bercampur-baur dengan gambaran mengenai penghakiman Allah
pada akhir zaman. “Sisa Israel” akan luput dari hukuman yang sudah dekat itu, dan akan
dikaruniai keselamatan pada akhir zaman. Dengan majunya sejarah menjadi jelas, bahwa
hukuman yang mendekat itu bukanlah penghakiman terakhir. Tetapi sesudah setiap malapetaka
justru “sisa” itulah yang selamat: para penduduk negeri yang masih tersisa setelah Samaria
musnah dan Sanherib merebut negeri Yehuda, Am 5:15; Yes 37:31-32; mereka yang terbuang ke
negeri Babel setelah Yerusalem hancur, Yer 24:8; jemaat yang dari pembuangan kembali ke
Palestina, Za 8:6,11,12; Ezr 9:8,13,15. Dan tiap-tiap kali “sisa” yang selamat itu sekaligus
menjadi pangkal suatu umat yang suci yang diberi janji mengenai masa depan, Yes 11:10; 37:31;
Mi 4:7; 5:6-7; Yeh 37:12-14; Za 8:11-13.
Kebahagiaan di masa mendatang itu tiada taranya; orang-orang Yahudi dari Kerajaan
Israel dan Yehuda yang terserak-serak itu, Yes 11:12-13; Yer 30-31, akan kembali ke Tanah
Suci. Di situ mereka akan hidup sejahtera dan tidak berkekurangan apapun, Yes 30:23-26; 32:15-
17. Umat Allah akan membalas dendam kepada para musuhnya, Mi 4:11-13; 5:6-8, Namun
demikian kesejahteraan dan kekuasaan materiil dan politik ini bukannya inti pokok kebahagiaan
itu. Kesejahteraan itu hanya menyertai Allah yang berkuasa sebagai Raja dan mengandaikan
suatu suasana spirituil yaitu: keadilan dan kesucian, Yes 29:19-24, pertobatan batiniah dan
pengampunan Ilahi, Yer 31:31-34 pengenalan akan Allah, Yes 2:3; 11:9; Yer 31:34, kedamaian
dan suka-cita, Yes 2:4; 9:6; 11:6-8; 29:19.
Untuk mendirikan dan memimpin kerajaanNya di bumi, TUHAN selaku Raja akan
memilih seorang wakil, Wakil itu akan diurapi dan ia akan mengabdi kepada Allah dengan taat.
Ia akan disebut “yang diurapi” oleh Yahwe, yaitu Sang Mesias. Pengharapan akan Mesias-Raja
(Mesianisme) untuk pertama kalinya diungkapkan nabi Natan, ketika ia berjanji kepada raja
Daud, bahwa wangsanya akan berlangsung untuk seterusnya. Nubuat itu berkumandang juga
dalam beberapa mazmur, bdk Pengantar Kitab mazmur. Namun ketidak-berhasilan dan buruknya
tingkah-laku kebanyakan pengganti raja Daud nampaknya membatalkan janji yang melekat pada
wangsa Daud. Maka seluruh harapan terarah akhirnya pada seorang raja saja, yang
Kitab Para Nabi ~ 8

kedatangannya dinantikan, entah di waktu dekat entah di waktu yang masih lama. Para nabi,
khususnya Yesaya dan juga Mikha dan Yeremia, secara samar-samar menantikan penyelamat
sedemikian. Mesias itu, menurut mereka, akan berasal dari wangsa raja Daud, Yes 11:1; Yer
23:5 = 33:15. Ia akan lahir di Betlehem-Efrata, tempat asal raja Daud, Mi 5:1. Ia akan diberi
gelar-gelar yang paling agung, Yes 9:5. Tuhan serta segala karuniaNya ada padanya, Yes 11:1-5,
Yesaya menyebut Mesias itu dengan nama Imanuel (“Allah beserta kita”), Yes 7:14. Yeremia
memberi kepadanya nama “Yahwe zidqenu” (“Tuhan-keadilan kita”), Yer 23:6. Kedua nama ini
meringkaskan pandangan yang murni bersih tentang Mesias.
Harapan akan datangnya Mesias tetap hidup di tengah-tengah bangsa Israel, kendati
mereka melihat, bahwa hasrat mereka untuk menguasai seluruh bumi, adalah suatu mimpi belaka
yang tidak mungkin terwujud. Mereka tetap berharap, kendati mereka mengalami pahitnya hidup
dalam pembuangan di Babel. Hanya harapan itu diberi wujud dan sorotan baru. Untuk sementara
wakru harapan itu oleh nabi Hagai dan Zakharia dianggap terwujud dalam diri Zerubabel,
keturunan raja Daud. Kemudian harapan akan kedatangan Mesias-Raja semakin menipis dan
menghilang, Sebab tidak seorang keturunan Daud pun naik takhta, Israel dijajah dan diperintah
oleh penguasa asing. Nabi Yehezkiel memang menantikan kedatangan seorang Daud baru.
Tetapi ia tidak menyebutnya “raja” lagi melainkan “pangeran”. Ia menggambarkan Mesias itu
lebih-lebih sebagai seorang pengantara dan gembala dari pada seorang penguasa, Yeh 34:23-24;
37:24-25, Nabi Zakharia memang berbicara mengenai seorang raja yang akan datang, tetapi nabi
itu lemah-lembut dan seorang pencinta damai, Za 9:9-10. Dalam bagian kedua Kitab Yesaya
(Deutero-Yesaya), “orang yang diurapi Yahwe” itu bukan lagi seorang raja yang berasal dari
wangsa Daud, melainkan raja Persia yaitu Koresy, Yes 45:1. Dia itu dipakai Allah sebagai alat
untuk membebaskan umat Israel. Namun Deutero-Yesaya yang sama ini menampilkan juga
seorang tokoh keselamatan lain yaitu Hamba TUHAN. Hamba itu adalah guru bagi bangsa Israel
dan cahaya bagi bangsa-bangsa lain. Dengan lembut hati ía mengajarkan hukum Allah. Rupa
Hamba Yahwe itu tidak semarak. Ia ditolak oleh saudara-saudara sebangsanya, namun
menyelamatkan mereka dengan mengorbankan hidupnya sendiri, Yes 42:1-7; 49:1-9; 50:4-9,
khususnya 52:13-53:12, Akhirnya nabi Daniel melihat dalam penglihatan, bahwa di atas awan-
awan akan datang seorang yang menyerupai Anak Manusia. Allah akan memberi kepadanya
kekuasaan atas segala bangsa, dan sebuah kerajaan yang tidak akan berkesudahan, Dan 7. Akan
tetapi pengharapan yang lama kemudian tampil kembali. Menjelang tarikh Masehi bagian besar
bangsa Israel dijiwai harapan akan kedatangan Mesias-Raja. Tetapi juga ada golongan-golongan
tertentu yang menantikan seorang Mesias-imam dan ada pula golongan-golongan lain yang
mengharapkan kedatangan seorang Mesias yang tidak berasal dari dunia ini.
Jemaat kristen purba menghubungkan semua nubuat para nabi mengenai Mesias itu dengan
diri Yesus, yang mempersatukan di dalam diriNya nubuat-nubuat yang berbeda-beda nadanya
itu. Dalam pandangan jemaat purba itu Yesus adalah Penyelamat, Kristus artinya Mesias,
keturunan Daud: ía lahir di Betlehem; ía Raja pencinta damai, yang dinubuatkan nabi Zakharia;
Dialah Hamba yang bersengsara, sesuai dengan nubuat yang tercantum dalam bagian kedua kitab
Yesaya; Yesus adalah kanak-kanak yang bernama Imanuel yang dinubuatkan nabi Yesaya dan
juga Anak Manusia yang berasal dari surga, sesuai dengan kitab Daniel. Akan tetapi penggunaan
nubuat-nubuat yang lama itu tidak boleh mengaburkan pandangan khas kristen mengenai
Mesias. Pandangan kristen memancari diri pribadi dan karya Yesus. Nubuat-nubuat itu digenapi
Yesus, tetapi dengan melampauinya. Yesus memang menolak dengan tegas pengertian
tradisionil mengenai Mesias-Raja dengan arti politik.

Bersambung Kitab Para Nabi (2)...


Kitab Para Nabi (2) ~ 1
KITAB PARA NABI (2)

Para Nabi yang tulisan-tulisannya kita terima sekarang, digolongkan menjadi dua, yaitu :
nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil. Sebutan "nabi-nabi besar" dan "nabi-nabi kecil" tidak ada
hubungannya dengan peranan, kedudukan, ataupun status nabi-nabi tersebut. Istilah ini diberikan
kepada mereka hanya dalam kaitannya dengan kitab-kitab mereka.
Kitab "empat nabi-nabi besar", yaitu Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel, umumnya
panjang-panjang, dan bab-babnya relatif banyak. Sementara itu, kedua belas nabi kecil disebut
demikian karena kitab-kitab mereka singkat-singkat. Bahkan kitab Nabi Obaja, misalnya, hanya
satu bab saja.
Yang termasuk dalam "dua belas nabi-nabi kecil" adalah Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus,
Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi. Keenambelas nabi-nabi yang
namanya diabadikan menjadi nama kitab tersebut dapat dibagi menjadi lima kurun waktu :
a. Masa mula-mula (845-800 SM): Obaja, Yoel, dan Yunus
b. Sebelum masa pembuangan Israel (760-722 SM): Amos dan Hosea (kepada kerajaan utara),
Yesaya dan Mikha (kepada kerajaan selatan)
c. Sebelum masa pembuangan Yehuda (627-586 SM): Zefanya, Nahum, Habakuk, Yeremia
d. Masa pembuangan (593-536): Yehezkiel, Daniel
e. Masa pemulihan (536 SM - dst): Hagai, Zakharia, Maleakhi

1. YESAYA
 Dalam satu paragraf :
Dalam suatu penglihatan yang dramatis, Yesaya melihat Allah dalam takhta kemuliaanNya dan ia
pun diberi tugas untuk memperingatkan bangsa Israel. Warta Yesaya adalah : karena dosa bangsa
Israel yang terus menerus, kedua kerajaan Israel – Israel di utara dan Yehuda (negeri asalnya) di
selatan – akan runtuh. Meskipun Yesaya menubuatkan bahwa Israel akan dihapuskan dari muka
bumi, ia mengatakan bahwa hal itu bukanlah akhir dari kisah mereka. Allah akan membawa
mereka pulang kembali dan membiarkan mereka memulai lagi – bila mereka sudah sembuh dari
ketertarikan pada berhala-berhala sehingga akhirnya hanya menyembah padaNya.
 Titik kunci :
Meskipun Allah itu sabar, ia akhirnya menghukum manusia bila mereka terus menerus berdosa.
Meksipun demikian setelah penghukuman, kasih dan rahmat Allah menanti mereka.
 Pengarang, waktu penulisan :
Yesaya, yang berkarya sekitar tahun 740-700 sM. Beberapa ahli Alkitab mengatakan bahwa
Yesaya hanya menuliskan 39 bab pertama kitab ini, yang berlangsung ketika ia masih hidup, dan
bahwa bab 40-66 – yang berlangsung lebih dari satu abad sesudah ia meninggal – ditulis oleh orang
lain. Beberapa ahli lain mengatakan bahwa Yesaya sejak awal sudah menubuatkan peristiwa-
peristiwa itu.
 Tokoh – tokoh utama :
Yesaya, seorang nabi di Yerusalem yang mengalami masa pemerintahan empat orang raja
Hizkia, salah seorang raja Israel yang diberi nasihat oleh Yesaya
 Adegan terpenting :
Seorang hamba yang menderita – yang oleh para penulis Perjanjian Baru ditafsirkan sebagai Yesus
– dihukum demi dosa-dosa orang lain. “Dia tertikam dan diremukkan oleh karena kejahatan kita;
… oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil,
dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang
hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara
orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat
kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya” (Yes 53:5.8-9).
Kitab Para Nabi (2) ~ 2
 Ayat yang paling terkenal :
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes 9:6).

2. YEREMIA
 Dalam satu paragraf :
Allah memanggil seorang imam muda, yaitu Yeremia, untuk menyampaikan warta yang paling
buruk dalam sejarah bangsa Israel : negeri mereka akan dihapuskan dari muka bumi ini. Kerajaan
Israel di utara sudah terhapuskan terlebih dahulu karena serbuan bala tentara Asyur. Peringatan
Yeremia menggegerkan warga kerajaan Yehuda di selatan, dan raja Yosia pun memimpin suatu
reformasi spiritual. Namun setelah Yosia meninggal, bangsa itu berpaling kembali dari hukum-
hukum Allah dan menyembah berhala-berhala. Melawan nasihat Yeremia, raja Zedekia
memberontak terhadap Babylonia – Kerajaan besar yang menuntut pajak dari negara-negara yang
lebih kecil. Bala tentara Babylonia meratakan dengan tanah tembok kota-kota Yehuda, termasuk
juga Yerusalem. Kemudian mereka membuang sebagian besar orang-orang yang selamat ke daerah
yang sekarang adalah Iraq. Yeremia tidak dibuang karena ia memberi nasihat pada Yehuda agar
menyerah. Namun sekelompok orang Yahudi memaksanya untuk ikut melarikan diri bersama
mereka ke Mesir. Setelah itu, tidak terdengar lagi kabar tentang Yeremia.
 Titik kunci :
Dosa mendatangkan hukuman. Namun hukuman bukanlah tanda akhir dari kasih Allah. Ia berjanji
akan memulihkan kembali Israel.
 Pengarang, waktu penulisan :
Yeremia mendiktekan kitab ini pada pembantunya, Barukh. Yeremia bernubuat sejak tahun 627 sM
sampai 586 sM.
 Tokoh – tokoh utama :
Yeremia, seorang nabi yang mendapat penampakan penghancuran Yerusalem
Yoyakim, seorang raja yang membakar nubuat Yeremia yang pertama, yang kemudian ditulis lagi
oleh Yeremia
Zedekia, raja Yehuda yang terakhir
 Adegan terpenting :
Setelah pengepungan yang berlangsung selama satu setengah tahun, bala tentara Babylonia
menerobos tembok-tembok kota Yerusalem dan membantai penduduknya yang sedang kelaparan.
Bala tentara Babylonia merobohkan kota terakhir bangsa Yahudi ini dan kemudian membuang
orang-orang yang selamat. Tidak ada lagi bangsa Israel.
 Ayat yang paling terkenal :
“Dapatkah macan tutul mengubah belangnya?” (Yer 13:23).

3. YEHEZKIEL
 Dalam satu paragraf :
Seorang imam muda Yerusalem bernama Yehezkiel, bersama dengan Yoyakhim dan orang-orang
Yahudi dari kalangan atas lainnya, dibuang ke Babylonia. Tanpa Bait Allah yang harus dilayani,
Yehezkiel tidak bisa berperan sebagai seorang imam. Namun Allah memanggilnya sebagai seorang
nabi dan memerintahkannya untuk menubuatkan tentang berakhirnya bangsa Yahudi. Setelah
Yerusalem hancur, Allah memberinya pesan baru yang harus diwartakannya, yaitu pemulihan
Israel. “Aku [akan] membawa mereka kembali dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan
mereka dari tanah musuh-musuh mereka” (Yeh 39:27).
 Titik kunci :
Bersama dengan Allah, selalu ada harapan meskipun berada dalam situasi yang sungguh tanpa
harapan.
Kitab Para Nabi (2) ~ 3
 Pengarang, waktu penulisan :
“Imam Yehezkiel, anak Busi, di negeri orang Kasdim [Babylonia]” (Yeh 1:3). Ia menjadi nabi
kurang lebih selama 20 tahun, sejak sekitar tahun 593 sM sampai 571 sM.
 Tokoh utama :
Yehezkiel, seorang imam dan nabi
 Adegan terpenting :
Dalam sebuah penglihatan, Yehezkiel dibawa ke sebuah lembah yang penuh berisi tulang manusia
yang sudah kering. Seolah-olah, di tempat itu pernah terjadi pembunuhan massal. Tiba-tiba,
lembah itu dipenuhi dengan suara berderak-derak. Tulang-tulang itu bertemu satu sama lain; urat-
urat dan daging tumbuh padanya. Kemudian kulit menutupinya, tapi mereka belum bernafas. Lalu
datanglah angin berhembus yang meniupkan kehidupan pada orang-orang yang terbunuh itu.
“Tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. … Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan
membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah
Israel” (Yeh 37:11-12).
 Ayat yang paling terkenal :
“Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN!” (Yeh 37:4).

4. DANIEL
 Dalam satu paragraf :
Babylonia, sang Penguasa baru dunia, memadamkan pemberontakan dengan cara membawa paksa
kalangan cerdik pandai dari negara-negara kecil yang memberontak ke Babylonia, di antaranya
adalah Daniel muda. Daniel menjalani pembuangan itu secara berbeda karena ia menjadi seorang
penasihat raja Babylonia, dan kemudian juga raja Persia yang menaklukkan Babylonia.
Keahliannya adalah menafsirkan mimpi dan meramalkan masa depan. Separuh terakhir dari kitab
ini berisi mimpi-mimpi aneh Daniel yang nampaknya menunjuk pada akhir sejarah manusia. Kitab
ini ditutup dengan pernyataan eksplisit pertama dalam keseluruhan Alkitab berkaitan dengan
kehidupan sesudah mati, yang menjanjikan kehidupan abadi.
 Titik kunci :
Allahlah yang mengendalikan segalanya, bahkan sekalipun nampaknya segala hal membuat patah
semangat. Ia akan mengumpulkan kembali serpihan-serpihan Israel yang tercerai berai.
 Pengarang, waktu penulisan :
Tidak diketahui. Penulis kemungkinan adalah Daniel atau seseorang yang mengumpulkan kisah-
kisah dan nubuat-nubuat tentang dia. Daniel ditangkap sekitar tahun 605 sM dan menjadi seorang
penasihat istana selama lebih dari 60 tahun.
 Tokoh – tokoh utama :
Daniel, seorang bangsawan Yahudi dan nabi yang ikut dibuang ke Babylonia
Sadrakh, Meshakh, Abednego, teman-teman Daniel yang selamat dari hukuman mati di dalam
tungku api karena menolak menyembah berhala
Nebukadnezar, raja Babylonia yang paling berkuasa dan ia pula yang membuang Daniel dan
teman-temannya dari tanah air mereka
 Adegan terpenting :
Semalam-malaman Daniel berada di gua singa sebagai hukuman karena ia berdoa pada Allah dan
bukannya pada raja. Karena iri pada kemampuan Daniel, para pejabat istana membuat rencana
penyingkiran ini dengan meyakinkan raja untuk memerintahkan semua orang berdoa padanya
selama satu bulan. Jika tidak mau, mereka harus berhadapan dengan singa-singa kelaparan. Malam
itu, Daniel selamat karena dilindungi oleh malaikat Allah. Marah pada para pejabat yang telah
menipunya, raja melemparkan mereka beserta keluarganya ke dalam gua singa (Dan 6).
 Ayat yang paling terkenal :
“Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu” (Dan 6:22).
Kitab Para Nabi (2) ~ 4
5. HOSEA
 Dalam satu paragraf :
Allah mengutus nabi Hosea untuk menikahi seorang pelacur bernama Gomer untuk
menggambarkan warta yang mau disampaikannya. Hal ini agak seperti sebuah perumpamaan,
hanya saja kisahnya sungguh nyata. Kerajaan Israel di utara berada di ambang kehancurannya oleh
para penyerbu. Ini adalah hukuman dari Allah karena penyembahan berhala yang dilakukan oleh
mereka selama berabad-abad. Gomer mewakili Israel, sebuah bangsa yang melakukan perzinahan
rohani. Hosea mewakili Allah. Gomer melahirkan tiga anak, yang kemungkinan tak satu pun dari
mereka ayahnya adalah Hosea. Lalu, ia meninggalkan Hosea, kembali melacurkan diri. Atas
perintah Allah, Hosea membelinya kembali dari tuannya yang baru. Hal ini juga merupakan
simbol. Jika Israel bertobat, Allah akan mengampuninya, “Aku akan mengasihi mereka dengan
sukarela,” (Hos 14:4).
 Titik kunci :
Tidak ada kata terlambat untuk memohonkan pengampunan pada Allah. Dan bila kita
memohonkannya, kita akan mendapatkannya.
 Pengarang, waktu penulisan :
Hosea, yang bernubuat sejak kurang lebih tahun 750 sM sampai tahun 722 sM ketika Asyur
menaklukkan Israel
 Tokoh – tokoh utama :
Hosea, seorang nabi di kerajaan Israel di utara
Gomer, istri Hosea, dulunya adalah seorang pelacur
 Adegan terpenting :
Seorang nabi yang melakukan kehendak Allah menikahi seorang pelacur. Ia melakukan perintah
Allah ini : “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal,
karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN [dengan beribadah pada dewa-
dewi lain]” (1:2).
 Ayat yang paling terkenal :
“Mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung” (Hos 8:7).

6. YOEL
 Dalam satu paragraf :
Belalang menyerang Israel dan menghancurkan negeri itu, melahap habis hasil panenan dan
tetumbuhan liar, dan bahkan memakan habis kulit kayu pepohonan. Karena tidak ada penaungnya,
maka sungai-sungai dan kolam-kolam mengering. Terjadilah kelaparan. Nabi Yoel menggunakan
mala petaka ini sebagai sebuah bahan pelajaran untuk memberi peringatan akan serangan yang
lebih hebat lagi : “Hari TUHAN datang … seperti fajar di atas gunung-gunung terbentang suatu
bangsa yang banyak dan kuat” (Yoel 2:1-2). Penyerbuan itu adalah hukuman Allah karena dosa
bangsa. Namun serbuan yang mana? Asyur pada tahun 700-an sM? Babylonia pada tahun 500-an
sM? Alexander Agung pada tahun 300-an sM? Serbuan mana pun itu, menurut Yoel, tidaklah
terlambat jika kita mau bertobat dan tetap bertahan.
 Titik kunci :
Pada saat yang disebut Yoel sebagai “hari Tuhan”, Allah akan masuk ke dalam sejarah manusia. Di
masa lalu, saat tersebut merupakan pertanda baik karena itulah saat Allah menyelamatkan bangsa
Israel. Namun di masa mendatang, saat tersebut akan mendatangkan malapetaka karena Allah akan
datang untuk menghukum bangsa Israel jika mereka tidak bertobat.
 Pengarang, waktu penulisan :
Yoel, anak Pethuel. Alkitab tidak mengatakan apa-apa tentang dia maupun di mana ia hidup.
 Tokoh utama :
Yoel, seorang nabi Yahudi yang memberi peringatan akan datangnya serbuan bala tentara musuh
Kitab Para Nabi (2) ~ 5
 Adegan terpenting :
“Suatu bangsa yang kuat dan tidak terbilang banyaknya maju menyerang negeriku; giginya
bagaikan gigi singa, dan taringnya bagaikan taring singa betina. Telah dibuatnya pohon anggurku
menjadi musnah, dan pohon araku menjadi buntung; dikelupasnya kulitnya sama sekali dan
dilemparkannya, sehingga carang-carangnya menjadi putih” (Yoel 1:6-7).
 Ayat yang paling terkenal :
“Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak” (Yoel
3:10).

7. AMOS
 Dalam satu paragraf :
Allah memanggil Amos, seorang gembala dan pemungut buah ara dari kerajaan Yehuda di selatan,
untuk menyampaikan peringatan keras pada kerajaan Israel di utara yang makmur sejahtera :
hentikanlah pemerasan terhadap orang miskin. Orang-orang kaya menjual orang miskin sebagai
budak untuk membayar hutangnya semurah harga sepasang sandal. Dan para hakim pun memakan
uang suap. Bangsa Israel hanya beribadah secara lahiriah saja – ibadah mereka tidak dilakukan
dengan tulus hati. Bila keadaan ini tidak segera diubah, kata Amos, Allah akan menghancurkan
bangsa Israel. Amos kemungkinan masih hidup dan menyaksikaan saat itu, yaitu ketika bala tentara
Asyur membinasakan sebagian besar warga Israel pada tahun 722 sM.
 Titik kunci :
Kemakmuran bukanlah tanda kemurahan hati Allah semata. Terkadang, kemakmuran justru
menjadi tanda adanya pemerasan. Bagi para pemeras, Amos hanya menyampaikan satu kalimat
peringatan – lihat „ayat yang paling terkenal‟.
 Pengarang, waktu penulisan :
Amos, pada pertengahan tahun 700-an sM
 Tokoh utama :
Amos, seorang gembala dan pemungut buah ara
 Adegan terpenting :
“Lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria” – para perempuan yang menindas orang
miskin dan kemudian meminta minuman lagi pada para suaminya –oleh para penyerbu akan
“diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan” (Amos 4:1,2).
 Ayat yang paling terkenal :
“Bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu” (Amos 4:12).

8. Obaja
 Dalam satu paragraf :
Bala tentara Babylonia menyerbu kerajaan Yehuda di selatan dan mulai menghancurkan kota-
kotanya satu persatu. Penghancuran itu diakhiri dengan penghancuran ibu kota Yehuda, yaitu
Yerusalem. Beberapa orang yang selamat melarikan diri ke Edom, daerah yang pada masa
sekarang adalah Yordania. Namun penduduk setempat membenci orang-orang Yahudi, sehingga
mereka menyerahkan orang-orang Yahudi pada para penyerbu. Nabi Obaja mengatakan bahwa
pada suatu saat orang-orang Yahudi akan kembali seperti nyala api yang akan membakar Edom,
“memakan habis sekaliannya, dan dari kaum keturunan Esau [penduduk Edom] tidak ada
seorangpun yang terlepas” (Obaja 1:18).
 Titik kunci :
Bagaimana kita memperlakukan orang lain merupakan cara kita mengharapkan perlakuan Allah
pada kita sendiri.
 Pengarang, waktu penulisan :
Obaja, seorang nabi yang menyampaikan pewartaannya sebelum Babylonia meluluh lantakkan
seluruh Yehuda pada tahun 586 sM. Obaja berarti „hamba Tuhan‟. Hal itu membuat para ahli
Kitab Para Nabi (2) ~ 6
menduga bahwa nama itu bukanlah nama asli penulisnya, namun lebih sebagai gambaran akan
seorang nabi yang tak dikenal namanya.
 Tokoh utama :
Obaja, seorang nabi yang menubuatkan kehancuran Edom dan pulangnya kembali bangsa Israel.
 Adegan terpenting :
Orang-orang Yahudi yang selamat berusaha melarikan diri dari bala tentara penyerbu. Namun
mereka malah disambut dengan celotehan penduduk negeri tetangga yang gembira atas tragedi
yang menimpa orang-orang Yahudi. Para penduduk negeri tetangga itu membunuh beberapa orang
Yahudi dan menahan yang lainnya, menyerahkan kembali mereka pada para penyerbu, merampas
kekayaan mereka dan juga merampok rumah mereka (Obaja 1:13-14).
 Ayat yang paling terkenal :
“Seperti yang engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu” (Obaja 1:15).

9. YUNUS
 Dalam satu paragraf :
Allah mengutus seorang nabi Yahudi yang bernama Yunus ke dalam sebuah perutusan yang
mengejutkan. Yunus harus menyampaikan sebuah peringatan pada orang-orang Niniwe, ibu kota
Asyur – salah satu kerajaan yang terkenal kekejamannya dalam sejarah manusia. Inilah kerajaan
yang beberapa dekade kemudian akan meluluhlantakkan kota-kota Israel. Yunus memperingatkan :
sebentar lagi Niniwe akan dihancurkan. Yunus tidak segera menyampaikan warta tersebut, dan
mengambil risiko dihukum mati. Ia malah menumpang sebuah kapal yang menuju arah yang
berlawanan dengan Niniwe. Allah pun mengirimkan badai laut untuk menghentikan kapal itu.
Dengan izin Yunus, awak kapal melemparkannya ke laut yang sedang menggelora itu supaya badai
reda. Seekor ikan menelan Yunus dan memuntahkannya di tepi pantai. Yunus pun menyampaikan
pesan Allah pada orang-orang Niniwe dan mereka bertobat. Maka Allah tidak jadi mendatangkan
mala petaka atas kota itu.
 Titik kunci :
Allah mengasihi semua orang, bahkan dunia orang jahat yang tidak mengasihiNya sekalipun.
 Pengarang, waktu penulisan :
“Yunus bin Amitai” atau kemungkinan seseorang yang menceritakan kisahnya bagi dia. Meskipun
beberapa ahli Alkitab mengatakan bahwa kisah ini merupakan sebuah perumpamaan, beberapa
kitab lain dalam Alkitab menyebutkan bahwa nabi Yunus menyampaikan pewartaannya di kerajaan
Israel di utara selama tahun 700-an sM (2 Raj 14:25).
 Tokoh utama :
Yunus, seorang nabi Yahudi yang diutus untuk memberi pewartaan di Niniwe, daerah yang
sekarang berada di Iraq.
 Adegan terpenting :
Sebuah kapal terancam tenggelam oleh badai besar yang menggelorakan air laut. Maka, para pelaut
itu melemparkan korban tumbal ke laut, yaitu Yunus. Dengan rela hati ia menawarkan diri. Sebab,
ia tahu bahwa dialah penyebab timbulnya badai besar ini. Seekor ikan yang sangat besar
menelannya, membawanya ke tepi pantai dan memuntahkannya di sana (Yunus 1)
 Ayat yang paling terkenal :
“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya” (Yunus 1:17).

10. MIKHA
 Dalam satu paragraf :
Seorang nabi yang berasal dari kota kecil berbicara tentang kaum kaya dan berkuasa di kedua
kerajaan Israel – Israel di utara dan Yehuda di selatan. Ia menyampaikan teguran keras dari Allah,
mengkritik orang kaya karena menyembelih orang miskin, para hakim karena memakan uang suap,
para nabi karena menjual sabda untuk mendapatkan keuntungan darinya, dan rakyat yang
menyembah berhala-berhala. Karena itu semua, demikian peringatan Mikha, Allah akan
Kitab Para Nabi (2) ~ 7
menghancurkan kedua kerajaan itu. Namun pada saatnya nanti, imbuh Mikha, Allah akan
memulihkan bangsa Yahudi dan membawa mereka pulang kembali ke tanah airnya. Dan semua
perang pun akan dihentikan.
 Titik kunci :
Dosa menyebabkan penderitaan, hukuman dan kematian. Namun bahkan setelah akibat yang
terburuk dari dosa, Allah masih memberikan pengampunan, kerahiman dan pemulihan bagi mereka
yang mau menerimanya.
 Pengarang, waktu penulisan :
“Mikha, orang Moresyet” (Mikha 1:1), seorang nabi yang hidup sepanjang masa pemerintahan tiga
orang raja yang secara keseluruhan berlangsung selama 55 tahun : 74s-678 sM.
 Tokoh utama :
Mikha, seorang nabi dari desa yang tempat tinggalnya sehari perjalanan jauhnya dari Yerusalem
 Adegan terpenting :
Seseorang yang akan memerintah Israel akan dilahirkan di Betlehem. Nubuat yang dipercaya oleh
orang Yahudi ini berbicara tentang Mesias yang dijanjikan akan menyelamatkan Israel. “Ia akan
bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, … ia menjadi besar sampai
ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera“ (Mikha 5:4-5).
 Ayat yang paling terkenal :
“[Semua bangsa] akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya
menjadi pisau pemangkas” (Mikha 4:3).

11. NAHUM
 Dalam satu paragraf :
Sekitar satu abad setelah kerajaan Asyur yang kejam menghancurkan kerajaan Israel di utara,
Asyur terus mengganggu kerajaan Yehuda di selatan dan juga kerajaan-kerajaan lain di Timur
Tengah. Asyur memaksa mereka membayar pajak yang sangat mahal. Pada masa itulah nabi
Nahum datang membawa pesan Allah bagi mereka : “Kuburmu akan Kusediakan, sebab engkau
hina [dan tidak berhak untuk hidup]” (Nahum 1:14).
 Titik kunci :
Tidak ada kekuasaan di muka bumi ini yang berkenan pada Allah.
 Pengarang, waktu penulisan :
Nahum, seorang nabi. Kemungkinan ia hidup setengah abad setelah Asyur menaklukkan Thebes,
ibu kota Mesir, pada tahun 663 sM – seperti juga disebutkannya – namun sebelum Babylonia
menaklukkan Asyria pada tahun 612 sM – seperti sudah diramalkannya.
 Tokoh utama :
Nahum, seorang nabi di Yehuda, kerajaan Israel selatan.
 Adegan terpenting :
Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur yang besar – suatu kemaha-rajaan yang terbentang dari daerah
yang sekarang adalah Iran dan Turki di timur-laut sampai ke Mesir di barat-daya – jatuh ke tangan
bala tentara penyerbu. “Pasukan berkuda menyerang, pedang bernyala-nyala dan tombak berkilat-
kilat! Banyak yang mati terbunuh dan bangkai bertimbun-timbun! Tidak habis-habisnya mayat-
mayat, orang tersandung jatuh pada mayat-mayat!” (Nahum 3:3). Dipersiapkan untuk muncul
sebagai negara adi kuasa selanjutnya, bala tentara Babylonia merebut wilayah kerajaan Asyur.
 Ayat yang paling terkenal :
“TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman
orang yang bersalah” (Nahum 1:3).

12. HABAKUK
 Dalam satu paragraf :
Habakuk, nabi Israel, mengeluh pada Allah : “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi
tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: „Penindasan!‟ tetapi tidak Kautolong?” (Habakuk 1:2-3).
Kitab Para Nabi (2) ~ 8
Habakuk berbicara tentang dosa yang terjadi di kerajaannya, Yehuda. Ketika Allah menjawab, dan
mengatakan bahwa ia akan mengirimkan bala tentara Babylonia untuk menghukum bangsa Israel,
Habakuk bingung : bangsa Babylonia lebih berdosa dari Israel. Habakuk tidak mengerti mengapa
Allah membiarkan mereka “menghancurkan bangsa yang lebih benar dari mereka”. Allah
meyakinkan Habakuk bahwa pada waktunya Babylonia akan menghadapi hari penghakiman
mereka sendiri. Sementara itu, Allah menantang semua orang benar untuk beriman padaNya.
Habakuk menanggapi tantangan itu, dan mengikrarkan janji kesetiaan pada Allah.
 Titik kunci :
Kita percaya pada Allah, apa pun yang terjadi.
 Pengarang, waktu penulisan :
Habakuk, seorang nabi yang nampaknya berkarya seperempat abad sesudah Babylonia
menghancurkan Asyur pada tahun 612 sM, namun sebelum Babylonia menghancurkan Yerusalem
pada tahun 586 sM.
 Tokoh utama :
Habakuk, seorang nabi Israel yang mempertanyakan keadilan Allah.
 Adegan terpenting :
Bala tentara musuh menggempur tanah air bangsa Israel, membunuh orang-orang, memusnahkan
hasil panen, menjarah ternak-ternak dan harta kekayaan penduduknya. Namun Habakuk tetap
berpegang teguh pada imannya akan Allah : “Aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, …
ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku
berjejak di bukit-bukitku”. (Habakuk 3:18, 19).
 Ayat yang paling terkenal :
“Orang yang benar akan hidup oleh kepercayaannya” (Habakuk 2:4).

13. ZEFANYA
 Dalam satu paragraf :
Nabi Zefanya memperingatkan sesama warga kota negeri Yahudi di selatan, yaitu Yehuda, bahwa
kesabaran Allah sudah mulai habis dan Ia segera akan menghukum mereka karena dosa mereka
selama berabad-abad. Dan, dalam pewartaan yang nampak seperti bencana apokaliptik, Zefanya
menambahkan bahwa seluruh dunia akan dihancurkan. Namun, beberapa ahli Alkitab berpendapat
bahwa Zefanya sekedar menunjuk pada kerajaan Yehuda. Dengan kata lain, hari kiamat bukanlah
akhir segala zaman. Setelah penghancuran itu, Allah akan mengumpulkan kembali umatNya yang
tercerai berai dan membawa mereka pulang kembali untuk “[hidup dengan damai dan] berbaring
dengan tidak ada yang mengganggunya.” (Zefanya 3:13).
 Titik kunci :
Allah menghukum korupsi dan ketidakadilan yang merajalela, kadang-kadang sedaramatis apa
yang dilakukannya ketika air bah melanda bumi pada zaman Nuh.
 Pengarang, waktu penulisan :
Nabi Zefanya, yang kemungkinan hidup beberapa dekade sebelum Babylonia meluluhlantakkan
Yehuda pada tahun 586 sM.
 Tokoh utama :
Zefanya, seorang nabi yang menubuatkan penghancuran Yehuda – dan mungkin juga seluruh
dunia.
 Adegan terpenting :
“Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi,” demikianlah firman TUHAN.
“Aku akan menyapu manusia dan hewan; Aku akan menyapu burung-burung di udara dan ikan-
ikan di laut. Aku akan merebahkan orang-orang fasik dan akan melenyapkan manusia dari atas
muka bumi” (Zefanya 1:2-3).
Tata penghancuran ini merupakan kebalikan dari tata penciptaan dalam kitab Kejadian 1 – seolah-
olah Allah menghancurkan ciptaan.
Kitab Para Nabi (2) ~ 9
 Ayat yang paling terkenal :
“Carilah keadilan, carilah kerendahan hati” (Zefanya 2:3).

14. HAGAI
 Dalam satu paragraf :
Sekitar 20 tahun setelah orang-orang Yahudi pulang kembali dari pembuangan ke tanah airnya,
mereka masih belum bisa membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Setelah hasil panen yang
buruk pada tahun 520 sM, nabi Hagai berkata pada bangsanya bahwa mereka akan terus menerus
mengalami gagal panen bila tidak segera memulai pembangunan Bait Allah. Mereka pun mulai
mengorganisasikan diri. Mereka memulai proyek itu dalam tiga minggu dan menyelesaikan
pembangunan pondasi ketika musim dingin mulai tiba. Gembira dengan kemajuan pembangunan
Bait Allah, Hagai menjamin bahwa pada musim mendatang mereka akan memperoleh hasil panen
yang bagus. Bait Allah diresmikan penggunaannya sekitar tiga setengah tahun setelah
pembangunannya dimulai.
 Titik kunci :
Sekali waktu, Allah tidak memberi berkat dan kemakmuran pada manusia supaya mereka
memalingkan perhatian padaNya. Di lain waktu, Ia mencurahkan berkatNya sebagai ganjaran.
Namun, itu semua bukanlah suatu hukum universal, seperti ditegaskan dalam kisah Ayub.
 Pengarang, waktu penulisan :
Hagai, seorang nabi yang hidup sekitar tahun 500-an sM, setelah orang-orang Yahudi pulang
kembali dari pembuangan untuk membangun lagi tanah air mereka.
 Tokoh utama :
Hagai, yang mendesak orang-orang Yahudi agar membangun kembali Bait Allah di Yerusalem
 Adegan terpenting :
“Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai
kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai
panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi
yang berlobang!” (Hagai 1:6).
 Ayat yang paling terkenal :
“Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan
baik, sedang Rumah ini [Bait Allah] tetap menjadi reruntuhan?” (Hagai 1:4).

15. ZAKHARIA
 Dalam satu paragraf :
Zakharia dan Hagai adalah para nabi yang hidup di Yerusalem dalam jangka waktu yang hampir
bersamaan dan juga menyampaikan pewartaan yang sama. Orang-orang Yahudi sudah 18 tahun
kembali dari pembuangan namun belum membangun kembali Bait Allah – yang merupakan satu-
satunya tempat di mana mereka boleh mempersembahkan korban bakaran dalam peribadatan pada
Allah. Zakharia mendesak bangsa itu untuk membangun kembali baik Bait Allah maupun
reruntuhan kota mereka. Ia juga mengingatkan mereka akan kebenaran dan janji bahwa meskipun
Allah akan menghukum orang yang berbuat dosa namun Ia akan mengampuni orang yang bertobat
: “Kembalilah kepada-Ku, … maka Akupun akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta
alam” (Zakharia 1:3). Zakharia kemudian menutup kitabnya dengan beberapa bab yang berisi
nubuat tentang masa depan Israel yang gilang gemilang di bawah kepemimpinan sang Mesias.
 Titik kunci :
Rumah-Ku akan didirikan pula di sana, demikianlah firman TUHAN semesta alam, … Kota-kota-
Ku akan berlimpah-limpah pula dengan kebajikan, dan TUHAN akan menghiburkan Sion dan akan
memilih Yerusalem pula" (Zakharia 1:16-17).
 Pengarang, waktu penulisan :
“Nabi Zakharia bin Berekhya bin Ido” (Zakharia 1:1). Zakharia menerima pesan dari Allah pada
tahun 520 sM, pada musim gugur di tahun kedua masa pemerintahan raja Darius.
Kitab Para Nabi (2) ~ 10
 Tokoh utama :
Zakharia, seorang nabi dan imam yang mendesak bangsanya agar segera menyelesaikan
pembangunan kembali Yerusalem
 Adegan terpenting :
Pada suatu waktu setelah Yerusalem selesai dibangun kembali, seorang raja yang istimewa datang.
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai. “Rajamu akan memberitakan damai kepada
bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut … sampai ke
ujung-ujung bumi” (Zakharia 9:10). Para penulis Perjanjian Baru mengatakan bahwa 500 tahun
kemudian Yesus memenuhi nubuat ini.
 Ayat yang paling terkenal :
“Bersorak-soraklah hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia
lemah lembut dan mengendarai seekor keledai” (Zakharia 9:9).

16. MALEAKHI
 Dalam satu paragraf :
Kemungkinan, satu abad setelah orang-orang Yahudi pulang kembali dari pembuangan untuk
membangun lagi negerinya, mereka mulai lupa pelajaran pertama yang diajarkan oleh masa
pembuangan dahulu : Allah menghukum orang yang dosa. Meskipun mereka tidak menyembah
berhala-berhala – dosa utama yang membuat mereka dibuang – mereka mengabaikan berbagai
hukum Allah lainnya. Mereka tidak lagi memberikan 10 persen penghalisan untuk Bait Allah.
Mereka bersaksi dusta di pengadilan; memeras orang miskin, dan mempersembahkan binatang-
binatang yang tidak pantas untuk korban bakaran.
 Titik kunci :
Allah menghendaki ibadah yang sejati yang mengalir dari kasih dan kesetiaan. Allah tidak
berkenan pada orang yang sekedar pura-pura melaksanakan ritual yang tanpa pertimbangan.
 Pengarang, waktu penulisan :
Baik seorang nabi yang bernama Maleakhi maupun seorang pribadi tidak dikenal yang
menggunakan kata malachi („utusanku‟) sebagai sebutan umum akan dirinya. Petunjuk-petunjuk
dalam kitab ini memberi kesan bahwa penulis hidup pada tahun 400-an sM.
 Tokoh utama :
Maleakhi, seorang nabi yang mengutuk ibadat yang tidak jujur di Israel
 Adegan terpenting :
Hukum Yahudi menetapkan bahwa orang-orang Yahudi harus membawa binatang terbaik yang
mereka punya untuk dipersembahkan di Bait Allah. Untuk mengakali aturan hukum ini, banyak
orang Yahudi membawa binatang terjelek dari kawanan ternaknya. Maleakhi menyampaikan
ungkapan kemarahan dari TUHAN semesta alam : “Apabila kamu membawa seekor binatang buta
untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan
sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan
kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? … Sekiranya ada di antara kamu yang mau
menutup pintu, supaya jangan kamu menyalakan api di mezbah-Ku dengan percuma. Aku tidak
suka kepada kamu dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu” (Maleakhi 1:8,
10).
 Ayat yang paling terkenal :
“Akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” (Maleakhi 4:2).

Gombong, 25 Juli 2010


Rm. D. Dimas Danang A.W., Pr
KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Alkitab Gereja Katolik (dan juga Gereja Yunani Ortodoks) mempunyai perbedaan dengan Alkitab
gereja-gereja Kristen Protestan. Alkitab Gereja Katolik memuat juga kitab-kitab yang disebut
Deuterokanonika. Istilah Deuterokanonika dipakai untuk menyebut tujuh kitab dan tiga tulisan
tambahan yang tidak terdapat dalam daftar Kitab Suci Ibrani, tetapi terdapat dalam daftar Kitab Suci
Yunani (Septuaginta), yakni: Tobit, Yudit, Barukh, 1-2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin
Sirakh, Surat Nabi Yeremia (Barukh 6), Tambahan pada Kitab Ester (Est. 10:4-16:24), dan Tambahan
pada Kitab Daniel (Dan. 13-14).
1. Kitab Tobit
Berkisah tentang seorang bernama Tobit yang tertimpa kemalangan, tetapi anaknya yang bernama
Tobia dapat menyembuhkannya. Dan Tobia kemudian menikah dengan Sara. Lalu seluruh keluarga
itu berbahagia kembali. Tuhan memang melindungi orang yang takwa.
2. Kitab Yudit
Berkisah tentang seorang perempuan Israel di negeri Kanaan. Ia berhasil menyelamatkan umat
Israel dan kota Yerusalem dari serangan musuh yang dahsyat. Yudit menandaskan bahwa umat
kecil yang tidak berdaya tetapi setia kepada Tuhan, dapat bertahan dan bahkan dapat memusnahkan
kuasa jahat yang mengancam.
3. Kitab 1 Makabe
Berkisah tentang perang kemerdekaan umat Israel melawan penjajah. Tokoh utamanya adalah
Yudas yang bergelar Makabe. Mereka mendapatkan kemerdekaan politik dan agama. Umat percaya
bahwa hanya dengan iman dan kepercayaan mereka mendapat kekuatan hingga berhasil
mengalahkan musuh.
4. Kitab 2 Makabe
Berkisah tentang perang kemerdekaan yang sama. Kisah lebih pendek karena hanya berkisah
tentang Yudas Makabe saja.
5. Kitab Kebijaksanaan Salomo
Berupa wejangan dan renungan tentang berbagai masalah, khususnya soal kematian orang baik dan
nasibnya di alam baka nanti. Juga ada renungan tentang sejarah umat Israel yang dipimpin oleh
Hikmat Allah.
6. Kitab Yesus bin Sirakh
Berupa sekumpulan wejangan, renungan, petuah dan pepatah Yesus bin Sirakh.
7. Kitab Barukh
Melukiskan semangat orang-orang Yahudi di perantauan menjelang zaman Perjanjian Baru. Pada
kitab ini ditambahkan sebuah tulisan lain, yaitu surat dari Nabi Yeremia.
Gereja-gereja Kristen Protestan menyebut kitab-kitab Deuterokanonika sebagai tulisan-tulisan
Apokrif.1 Kata Apokrif berasal dari bahasa Yunani yang artinya tersembunyi, terselubung, rahasia.2
Gereja Katolik menyebutnya sebagai Deuterokanonika (artinya: kanon kedua). Sedangkan kitab-kitab
yang tidak pernah diragukan kedudukannya sebagai bagian dari Kitab Suci disebut Protokanonika
(artinya: kanon pertama).
Bagaimana sejarah munculnya perbedaan?
Perbedaan ini terkait dengan sejarah agama Yahudi dan terbentuknya Kitab Suci. Sejak zaman
pembuangan Babel (abad 6 SM) tidak semua orang Yahudi tinggal di Palestina. Banyak di antara
mereka yang tinggal di luar Palestina, seperti di Mesir, Yunani, Roma, Babel dan sebagainya. Orang
Yahudi di Palestina memiliki daftar kitab yang disebut sebagai Kitab Suci, demikian pula orang
Yahudi di luar Palestina memiliki daftar mereka sendiri. Pada tahun 80 M, orang Yahudi yang tinggal
di Palestina menetapkan daftar kitab-kitab yang diterima sebagai Kitab Suci.
Daftar Kitab Suci yang dipakai oleh orang Yahudi di luar Palestina lebih luas dari yang dipakai di
Palestina, karena mencakup juga kitab-kitab yang sekarang digolongkan sebagai kitab-kitab
Deuterokanonika. Umat kristiani mengikuti daftar Kitab Suci yang berlaku di kalangan orang Yahudi
di luar Palestina itu. Mereka tetap mengakui kitab-kitab yang tidak lagi diterima oleh orang-orang
Yahudi. Gereja-gereja Protestan, yang kemudian memisahkan diri dari Gereja Katolik, menyesuaikan

1
Disini harus membedakan kata "apokrif" menurut paham protestan dan menurut paham katolik. Apa yang oleh orang
protestan disebut "apokrif" oleh katolik disebut "deuterokanonika." Sedangkan apa yang disebut apokrif oleh orang
katolik, oleh orang protestan disebut "pseudepigrapha" (tulisan tiruan).
2
Maka, kitab-kitab apokrif adalah kitab-kitab yang ditulis dan beredar, tetapi tidak diterima sebagai tulisan yang
terinspirasi dari roh kudus dan tidak termasuk dalam kanon.
Kitab-kitab Deuterokanonika ~ 2
diri dengan daftar Kitab Suci orang Yahudi di Palestina, sehingga muncullah perbedaan antara Katolik
dan Protestan mengenai daftar Kitab Suci.
BELAJAR APOLOGETIKA :
Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Tentang Kitab-kitab Deuterokanonika

1. Mengapa Gereja Katolik menambahkan tujuh kitab—1 and 2 Makabe, Sirakh, Keb. Salomo,
Barukh, Tobit, dan Yudith—ke dalam Perjanjian Lama? Padahal Yohanes melarangnya:
“Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan
menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini” (Why
22:18-19).
Sungguh baik bila kita memulai perbedaan pendapat dengan persamaan pendapat. Maka sebelum anda
menerangkan Kanon Perjanjian Lama dalam Gereja Katolik, sepakatilah bahwa tak seorang pun
berhak untuk menambahkan atau mengurangi tulisan-tulisan dalam Alkitab. Berdasarkan persetujuan
umum ini kita akan membangun argumentasi kita.
Mengutip Why 22:18 untuk melawan Gereja Katholik tidak ada gunanya. Karena satu hal, ayat
berikutnya dapat digunakan oleh orang Katolik pada orang Protestan dengan pukulan balik yang sama
kuatnya: “Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini,
maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang
tertulis di dalam kitab ini.” (Why 22:19).
Namun kedua ayat tersebut sebenarnya tidak bisa diterapkan dalam perdebatan ini. Yohanes hanya
berbicara tentang Kitab Wahyu, bukan keseluruhan Alkitab. Tak satupun dari para rasul yang
mengenal Alkitab seperti yang kita kenal sekarang. Karena tulisan-tulisan (kitab-kitab) yang termuat
dalam Alkitab baru dikanonisasi beberapa abad setelah kematian Kristus. Bahkan ketika daftar tersebut
ditetapkan pada tahun 382 M, tulisan-tulisan (kitab-kitab) belum terkumpulkan ke dalam sebuah buku
hingga ditemukannya mesin cetak. Bahkan Alkitab edisi Guttenburg pun dipublikasikan lebih dari
satu.
Di samping itu, kata Yunani untuk "kitab" lebih tepat diterjemahkan sebagai "gulungan." Nampaknya
Kitab Wahyu dituliskan dalam sebuah gulungan. Sehingga yang dimaksudkan dalam Why 22:18-19
adalah Kitab Wahyu itu sendiri dan bukannya keseluruhan Alkitab.

2. Karena kepada orang-orang Yahudi “dipercayakan[lah] firman Allah” (Rom 3:2), bukankah
seharusnya kita mempunyai kanon Perjanjian Lama yang sama dengan mereka?
Meskipun pertanyaan ini tidak bernada keberatan, paling tidak dibutuhkanlah sebuah jawaban
mendetail.
Sabda Allah yang tertulis dipercayakan kepada orang-orang Yahudi, namun Allah tidak pernah
memberikan kepada mereka sebuah daftar isi tulisan-tulisan yang diinspirasikan Roh Kudus. Karena
alasan tersebut, ada banyak perbedaan pendapat tentang daftar resmi alkitab – terutama di antara orang
Yahudi sendiri.
Penulisan dan pengumpulan tulisan-tulisan Perjanjian lama terjadi dalam rentang waktu seribu tahun,
dan daftar kitab-kitab yang diinspirasikan Roh Kudus berkembang terus menerus saat Sabda Allah
diwahyukan. Pertumbuhan secara bertahap ini menunjukkan bahwa orang Yahudi merasa tidak
membutuhkan suatu kanon statis namun masih terbuka pada pewahyuan selanjutnya. Mereka membagi
tulisan-tulisan suci mereka dalam tiga bagian: Kitab-kitab Hukum, Nabi=nabi, dan Tulisan-tulisan
lainnya. Pada zaman Kristus, kitab-kitab hukum – dan kebanyakan kitab para nabi – sudah ditetapkan
jumlahnya, namun Tulisan=tulisan lainnya belum ditetapkan dan masih terbuka.
Pada zaman Yesus, orang Samaria dan Kaum Saduki menerima Kitab-kitab Hukum namun menolak
kitab para nabi dan tulisan-tulisan lainnya. Kaum Farisi menerima semuanya. Kelompok-kelompok
Yahudi lainnya menggunakan versi Yunani (Septuaginta) yang memasukkan juga ketujuh kitab yang
diperdebatkan, yang sekarang kita kenal sebagai kitab-kitab deuterokanonika. Beberapa kelompok
Yahudi lainnya menggunakan versi kanon seperti yang ada dalam Septuaginta dan mencakup juga
ketujuh kitab yang dipertanyakan itu dalam bahasa aslinya, Ibrani ataupun Aram.
Ketika orang-orang Kristen mengklaim bahwa mereka telah menulis kitab suci baru, orang-orang
Yahudi dari mazhab rabinik di Javneh berkumpul sekitar tahun 80 M dan, selain hal-hal lainnya,
mendiskusikan tentang daftar resmi Alkitab mereka. Mereka tidak memasukkan Perjanjian Baru
maupun ketujuh Kitab (yang sekarang kita kenal sebagai deuterokanonika) dan juga beberapa bagian
Kitab-kitab Deuterokanonika ~ 3
dari Kitab Daniel dan Esther. Namun keputusan ini masih belum ditetapkan dalam kanon kaum Farisi,
karena tidak semua orang Yahudi setuju dengan atau bahkan tahu tentang keputusan di Javneh. Para
Rabi masih terus melanjutkan perdebatan tersebut pada abad kedua dan ketiga. Bahkan saat ini, orang-
orang Yahudi Etiopia menggunakan Perjanjian Lama yang sama dengan orang Katolik.
Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan apakah suatu kitab termasuk dalam Kitab Suci atau
tidak mencakup tiga hal:
a. Apakah isinya benar-benar mengungkapkan iman Gereja, dan tidak sekadar perasaan atau iman
seseorang ?
b. Apakah kitab tersebut diterima sebagai Kitab Suci oleh seluruh Gereja ?
c. Apakah kitab tersebut dari awal diterima sebagai Kitab Suci oleh seluruh Gereja ?
Karena belum ada sesuatu pun yang pasti, maka tidak ada daftar resmi kitab Suci yang disepakati
secara umum di antara orang-orang Yahudi pada zaman Kristus.

3. Namun ketujuh kitab deuterokanonika ditambahkan pada saat Konsili Trente (1546) untuk
membenarkan doktrin-doktrin buatan Gereja Katholik.
Ini adalah dongeng isapan jempol yang selalu dikemukakan namun sederhana untuk menjawabnya.
Dalam Konsili Roma pada tahun 382, Gereja menetapkan sebuah kanon yang terdiri dari 46 Kitab
Perjanjian Lama and 27 kitab Perjanjian Baru. Ketetapan ini diratifikasi oleh konsili-konsili Hippo
(393), Karthago (397, 419), Nicea II (787), Florence (1442), and Trente (1546).
Lebih lanjut, jika Gereja Katholik baru menambahkan kitab-kitab deuterokanonika pada tahun 1546,
maka Martin Luther telah memukul jatuh kita: ia memasukkannya ke dalam terjemahan bahasa
jermannya, dipublikasikan oleh Konsili Trente. Kitab-kitab itu juga ditemukan dalam King James
Version edisi pertama (1611) dan dalam Alkitab cetak pertama, Alkitab Guttenberg (seabad sebelum
Konsili Trente). Lagi pula, kitab-kitab ini juga dicantumkan dalam setiap edisi Alkitab sampai dengan
akhirnya pada tahun 1825 The Edinburgh Committee of the British Foreign Bible Society menolak
mencantumkannya lagi. Sampai saat itu, kitab-kitab tersebut dimasukkan paling tidak sebagai lampiran
dalam Alkitab Protestant. Data historis ini menunjukkan bahwa Gereja Katolik tidak menambahkan
kitab-kitab tersebut, justru gereja-gereja protestan yang menghilangkannya.
Luther punya kecenderungan untuk menggolong-golongkan Alkitab menurut pilihan dan
kepentingannya sendiri. Dalam tulisan-tulisannya tentang Perjanjian Baru, ia mencatat bahwa Surat
Ibrani, Yakobus, Yudas dan Kitab Wahyu kedudukannya lebih rendah dari kitab-kitab lainnya, dan
mengikuti "Kitab-kitab Utama dan pasti dalam Perjanjian Baru."
Sikap yang sama ditunjukkan dalam perdebatannya tentang beberapa topik teologis, missal :
purgatorium (api penyucian), doa dan perayaan ekaristi bagi orang mati, dan sola fidei – sola
scriptura. Luther sadar bahwa tentang purgatorium (api penyucian), doa dan perayaan ekaristi bagi
orang mati memang sudah dinyatakan dalam 2Mak 12:43-45. Demikian juga beberapa kitab
Deuterokanonika menekankan manfaat yang diperoleh melalui perbuatan-perbuatan baik (Tob.12:9;
Sir. 3:30), padahal Marthin Luther sangat menekankan gagasan sola fide, yang berarti “hanya iman
yang menjadi dasar keselamatan”. Karena tidak sesuai dengan pandangan teologisnya, Luther tidak
memasukan kitab-kitab Deuterokanonika ke dalam daftar Kitab Suci dan memutuskan untuk
mengambil alih kanon Yahudi.
Selain alasan-alasan itu, dasar yang memperkuat agumentasi Luther untuk mengeliminasi kitab-kitab
Deuterokanonika adalah bahwa para penulis Perjanjian Baru tidak pernah mengutip dari ketujuh kitab
Deuterokanonika. Maka tingkatan kitab-kitab Deuterokanonika berbeda dengan tulisan-tulisan lain
dalam Alkitab.

4. Hmmm…, jika Perjanjian Baru tidak pernah mengutip ketujuh Kitab Deuterokanonika,
bukankah hal itu mengindikasikan bahwa ketujuh kitab tersebut tidak dianggap sebagai
tulisan-tulisan yang diinspirasikan oleh Roh Kudus?
Mengikuti argumentasi ini, kita harus mengeluarkan pula 8 kitab lain dari Perjanjian Lama –misal,
Kidung Agung– yang juga tidak dikutip dari Perjanjian Baru. Jika kita tidak mau melakukannya, kita
harus sepakat bahwa tidak dikutip dalam Perjanjian Baru tidak serta merta menunjukkan bahwa suatu
kitab tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus dan tidak termasuk Kitab Suci.
Meskipun tidak ada kutipan secara langsung, Perjanjian Baru menunjuk dan mengutip secara tidak
langsung pada kitab-kitab deuterokanonika. Salah satu contoh kuat, cermatilah Ibr 11:35, “Ibu-ibu
Kitab-kitab Deuterokanonika ~ 4
telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang
lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh
kebangkitan yang lebih baik.” Tak ada satupun referensi dalam Perjanjian Lama gereja-gereja
Protestan bagi kisah ini. Kita harus masuk ke dalam Alkitab Gereja Katolik untuk membaca kisah ini,
yaitu dalam 2 Makabe 7.

5. Namun Kitab Yudit menyebutkan bahwa Nebuchadnezzar adalah Raja Assyria, padahal
sebenarnya ia adalah raja Babylonia lho. Jika mengandung kesalahan, kitab tersebut
pastilah tidak termasuk tulisan yang diinspirasikan oleh Roh Kudus !!!
Dalam membaca Alkitab, haruslah kita memahami jenis sastrawi karya tersebut : apakah kitab itu
merupakan laporan sejarah? Apokaliptik? Perumpamaan? Nasihat kebijaksanaan? Mengetahui hal ini
berpengaruh pada bagaimana kitab tersebut seharusnya dibaca. Ketika Yesus mengatakan bahwa biji
sesawi adalah biji yang terkecil (Mat13:32), Ia bukannya mau memberikan suatu traktat dalam ilmu
botany. Selain itu, ada beberapa biji yang lebih kecil dari pada biji sesawi. Ketika Yesus
mengatakannya, para pendengarnya mengetahui bahwa Ia sedang menceritakan sebuah kisah
perumpamaan, dan mereka tidak terlalu berpusing-pusing memikirkan apakah hal itu sungguh tepat
sesuai dengan data historis ataupun ilmu pengetahuan.
Demikian pula halnya dengan Kitab Yudith. “Yudith” artinya “perempuan Yahudi”, yang menjadi
personofikasi bangsa Israel, sedangkan "Nebuchadnezzar, Raja Assyria" mempersonifikasikan musuh-
musuh bangsa. Orang-orang Yahudi pada zaman itu sungguh sadar bahwa Nebuchadnezzar bukanlah
raja Assyria namun mereka juga sadar bahwa Babylonia dan Assyria adalah dua musuh besar bangsa
Israel. Sehingga penyatuan kedua musuh itu dilakukan oleh penulis Kitab Yudit sebagai perumpamaan
akan para musuh besar bangsa.

6. Nampaknya, ada beberapa bagian dari kitab-kita itu yang mengajarkan hal-hal tak
bermoral lho!!!
Sebagian orang Protestan sampai sekarang berusaha mencari-cari penjelasan untuk membenarkan
bahwa kitab-kitab deuterokanonika memang tidak layak masuk dalam daftar Kitab Suci. Salah satu
argumennya ialah bahwa kitab-kitab itu mengajarkan praktik amoral, seperti berbohong, bunuh diri,
dan pembunuhan, sehingga tidak layak dipandang sebagai sabda Allah. Pandangan ini biasanya
dikenakan pada kitab Yudit yang menceritakan bagaimana Yudit menyalahgunakan kecantikannya
untuk membunuh.
Seandainya benar bahwa kitab Yudit mengandung ajaran-ajaran moral yang keliru, hal ini perlu
dicermati lebih lanjut. Ajaran moral yang terkandung dalam satu kitab tidak menjadi patokan apakah
kitab tersebut termasuk dalam daftar Kitab Suci atau tidak. Sebab, jika hal ini memang diterapkan,
bukan hanya kitab Yudit yang harus dikeluarkan dari daftar Kitab Suci. Kitab Kejadian mengisahkan
bagaimana Abraham yang takut kehilangan nyawa, membiarkan istrinya diambil oleh orang lain.
Dengan sengaja ia menyembunyikan kebenaran untuk kepentingan sendiri (Kej 12:10-20). Kitab
Hakim-hakim mengisahkan bagaimana seorang perempuan bernama Yael memperdaya Sisera sampai
akhirnya membunuhnya dengan cara yang kejam (Hak 4:1-24). Dalam 1Sam 15 Tuhan bahkan
memerintahkan agar Israel menumpas habis seluruh bangsa Amalek. Ketika Saul ternyata membiarkan
Agag, raja Amalek yang ditaklukkannya itu, tetap hidup, Samuel mempersalahkan Saul dan
membunuh Agag dengan tangannya sendiri.
Jika ajaran moral dalam suatu kitab menjadi patokan penentuan Kitab Suci, kitab-kitab tersebut dan
kitab-kitab lain yang mengandung ajaran moral yang keliru seharusnya juga harus dicabut dari daftar
Kitab Suci.

7. So, terjemahan manakah yang digunakan oleh Jemaat Kristen perdana?


Jemaat Kristen perdana membaca terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama, yaitu Septuaginta. Karena
itu, sejarawan protestan J.N.D. Kelly menulis, “seharusnya dihormati bahwa Perjanjian Lama yang
dianggap sebagai yang berwenang dalam Gereja lebih lengkap dan lebih komprehensif [dari Alkitab
Protestan]… Perjanjian Lama tersebut meliputi, meskipun dengan berbagai macam tingkat pengakuan,
kitab-kitab yang disebut sebagai apokrip atau deuterokanonika.” Para pengarang Perjanjian Baru
banyak mengutip dengan bebas dari Septuaginta – bahkan lebih dari 300 kali.
Kitab-kitab Deuterokanonika ~ 5

8. Bukankah Hieronimus dan Augustinus berbeda pendapat tentang ketujuh kitab itu?
Ya. Beberapa Bapa Gereja mengutip kitab-kitab Deuterokanonika, sedangkan beberapa lainnya tidak.
Maka memang sejak zaman para bapa Gereja sudah terjadi perbedaan pandangan mengenai kitab-kitab
Deuterokanonika. Perbedaan pandangan antara Hieronimus dan Agustinus dapat menggambarkan hal
ini.
Santo Hieronimus, yang terjemahannya dalam Bahasa Latin (Vulgata) menjadi terjemahan resmi
Gereja Katolik, tidak ingin memasukkan kitab-kitab Deuterokanonika. Itu dapat dipahami karena
Hieronimus tinggal di Palestina dan banyak berdiskusi dengan para ahli kitab Yahudi. Ia dipengaruhi
oleh pandangan mereka dan tidak dapat mempergunakan kitab-kitab Deuterokanonika sebagai dasar
untuk beragumentasi.
Sementara itu Agustinus yang hidup pada masa yang sama berpendapat berdasarkan tradisi, bahwa
kitab-kitab itu harus dimasukkan kedalam Vulgata. Setelah berbicara dengan Paus Damasus yang
memberinya tugas dan menyadari argumentasi berdasarkan tradisi yang dikemukakan Agustinus,
Hieronimus memutuskan untuk memasukkan kitab-kitab Deuterokanonika ke dalam terjemahannya.
Baginya, hanya Gereja yang mempunyai otoritas yang sah untuk menentukan daftar resmi alkitab
(kanon).

9. Apa pentingnya membaca dan mendalami Kitab-kitab Deuterokanonika?


Kitab-kitab itu sangat penting untuk memahami awal Yudaisme dan Perjanjian Baru. Ditulis lebih
dekat dengan masa Yesus daripada kitab-kitab lain yang umum diterima sebagai Perjanjian
Lama. Memuat banyak gagasan dan pengharapan yang diterima oleh Yesus. Itu sebabnya kitab-kitab
ini penting untuk dibaca, direnungkan dan didalami.

10. KESIMPULAN : siapakah yang mempunyai otoritas yang bisa dipercaya untuk menentukan
tulisan-tulisan manakah yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan tulisan-tulisan manakah
yang tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus?
Sekarang, kita harus memilih : mau percaya pada mazhab rabinik yang menolak Perjanjian Baru 60
tahun setelah Kristus mendirikan Gereja, ataukah mau percaya pada Gereja yang didirikan oleh
Kristus? Jika kita mengaku diri sebagai Gereja, pengikut Kristus, tentu kita juga menerima daftar resmi
Kitab Suci yang memang dipakai sejak zaman para rasul dan gereja perdana, yaitu Perjanjian Lama
(yang mencakup juga di dalamnya tulisan-tulisan/kitab-kitab Deuterokanonika) dan Perjanjian Baru.

Gombong, 5 September 2010


Rm. Dimas Danang, Pr
DUNIA PERJANJIAN BARU

Ada 3 Lingkup Budaya yang menjadi latar belakang situasi Dunia Perjanjian Baru :
Bangsa Yunani
 Bangsa Yunani melalui Aleksander Agung memberikan sumbangan yang besar dalam
mempersatukan seluruh dunia dalam satu bahasa, yaitu bahasa Yunani.
 Hal ini memberikan pengaruh yang besar karena bahasa Yunani akhirnya dipakai menjadi
bahasa internasional pada masa itu.
 Ini memberikan keuntungan yang sangat besar karena bahasa Yunani adalah bahasa berpikir,
bahasa yang sangat dibutuhkan oleh penulis-penulis kitab-kitab dalam mengungkapkan
istilah-istilah teologi dengan benar dan akurat.

Bangsa Romawi
 Penguasa Romawi yang menduduki tanah Israel (Palestina) menciptakan suasana yang relatif
damai sehingga pembangunan jalan-jalan dan keamanan menjadi prioritas negara.
 Keadaan ini sangat diperlukan dalam mempersiapkan kedatangan Kristus dan juga ketika Injil
disebarkan.
 Selain itu ada banyak kontribusi yaim diberikan oleh orang-orang Romawi, baik dalam bidang
hukum maupun filsafat yang sangat berguna bagi persiapan penulisan kitab-kitab.
 Banyaknya Fasilitas budaya, transprotasi dan komunikasi.

Bangsa Yahudi/Ibrani
 Bangsa pilihan Allah ini tidak selalu berhasil dalam mentaati dan mengemban tugasnya sebagai
umat pilihan Allah, sehingga Allah sering harus menghukum mereka dengan membuang
mereka menjadi tawanan bangsa-bangsa lain.
 Namun justru dengan cara itu Allah menggunakannya untuk maksud baik-Nya.
 Pada waktu bangsa Israel dibuang ke tanah Babilonia, mereka tercerai berai ke seluruh dunia.
 Ketika bangsa ini hidup di tengah-tengah bangsa kafir yang tidak mengenal Tuhan, bangsa
Israel disadarkan akan pentingnya mempertahankan iman, menyembah Allah yang satu
(monotheisme) dan menaati Hukum Taurat.
 Melalui bangsa inilah Allah menyediakan jalan yang sangat baik untuk melihara kelangsungan
sejarah keselamatan yang dijanjikan-Nya bagi umat manusia.

SITUASI POLITIK :
Masa Pemerintahan Romawi
 Negara Romawi berdiri sejak tahun 753 SM. Semula,
 Negara ini hanya terdiri dari beberapa kelompok masyarakat di beberapa desa yang akhirnya
merebut banyak kota.
 Negara ini menjadi Kekaisaran yang besar sejak tahun 265 SM.

Kaisar-kaisar Romawi yang memerintah pada masa Perjanjian Baru adalah sbb:
 Agustus (27 sM - 14 M). Ketika Yesus lahir, pemerintahan sedang dipegang oleh Kaisar
Agustus. Dialah yang memerintahkan sensus penduduk di Palestina.
 Tiberius (14-37 M). Ia memerintah semasa Yesus dewasa - mati.
 Caligula (37-41 M). Kaisar yang menganggap dirinya dewa untuk disembah. Banyak orang
Kristen mula-mula yang mati karena melawan perintah untuk menyembah kepada kaisar.
 Nero (54-68 M). Kaisar yang kejam dan semena-mena menganiaya orang Kristen. Paulus dan
Petrus mati sebagai martir pada masa pemerintahannya.
 Vespasianus (69-79 M). Pada masa pemerintahannya kota Yerusalem dihancurkan, termasuk
bangunan Bait Allah.
 Domitianus (81-96 M). Melakukan penindasan yang sangat kejam terhadap orang-orang

1
kristen. Memerintah pada masa tua Rasul Yohanes.

Palestina dijajah Kekaisaran Romawi


 Diperkirakan, Palestina menjadi wilayah jajahan Kerajaan Romawi sejak tahun 63 SM.
 Kisah dalam PB diawali dari masa pemerintahan Herodes (37 SM - 4M) yang ditunjuk oleh
pemerintah Romawi sebagai raja Yahudi.
 Sebutan provinsi diberikan kepada daerah-daerah baru yang ditaklukkan Romawi.
 Untuk provinsi yang relatif damai dan setia pada Roma, pemerintahan dipimpin oleh seorang
gubernur. Sedangkan wilayah yang rawan dipimpin oleh seorang wali negeri. (Lih. Kis. 7;
18:12; Mat. 27:11).
 Daerah-daerah jajahan (provinsi) ini :
 Mendapat kebebasan (otonomi) untuk berdiri sendiri.
 Kebebasan agama juga diberikan (religio licita).
 Penarikan pajak diserahkan kepada pemerintahan setempat, tetapi di bawah pengawasan
Roma.

SITUASI SOSIAL
 Di kalangan masyarakat Yahudi, para alim ulama adalah kelompok ningrat yang kaya karena
merekalah yang menguasai perdagangan dan pajak di bait suci.
 Sedangkan kelompok mayoritas penduduk biasanya miskin.
 Mata pencaharian mereka antara lain: petani, peternak, nelayan dan wiraswastawan kecil
lainnya.
 Dalam masyarakat non-Yahudi, ada pembagian kelas masyarakat sbb: kaum ningrat, kelas
menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.

SITUASI EKONOMI
 Keadaan tanah daerah sekitar Laut Tengah masa itu cukup subur sehingga hasil pertanian
menjadi sumber hasil utama.
 Industri belum berkembang, masih terbatas hanya untuk menghasilkan kebutuhan sehari-hari,
misalnya bejana, kain linen, hasil keramik barang rumah tangga.
 Barang-barang mahal adalah hasil import dari negara lain.

Mata uang
 Mata uang logam yang berlaku saat itu adalal denarius (dinar), dan uang emas aureus.
 Satu dinar adalah upah pekerja untuk satu hari kerja (Mat 20:2).
 Karena pemerintahan provinsi diizinkan mencetak uang sendiri, maka tidak heran kalau banyak
beredar mata uang - mata uang yang berbeda (Mat 21:l2).
 Usaha pinjam meminjam uang juga sangat populer saat itu.

Arus perjalanan
 Arus perjalanan sangat lancar zaman itu, karena adanya sistem jalan raya yang sangat baik.
 Sistem jalan raya ini menghubungkan kota Roma dengan daerah-daerah jajahan yang
terbentang luas.

Arus perdagangan
 Arus perdagangan dari dan ke luar negeri dilakukan lewat laut.
 Pelabuhan Aleksandria adalah salah satu pelabuhan terpenting. Banyak kapal-kapal besar
berlayar dari sini.
 Hasil perdagangan yang banyak didatangkan adalah biji-bijian.

SITUASI RELIGIUS DUNIA PERJANJIAN BARU

2
Agama Primitif
 Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi Yunani, walaupun tidak
berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama) karena rakyat tidak lagi melihat manfaatnya.
Bahkan justru sebaliknya, cerita dewa-dewi itu merusak moral dan kehidupan kaum muda.
 Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena mendatangkan kesatuan. Tetapi
di lain pihak mendatangkan penganiayaan bagi Kristen.
 Selain pemujaan-pemujaan itu ada juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib.
Namun ini pun kurang memuaskan kehidupan rohani mereka.
 Untuk mengatasi itu, lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang sistematis yang lebih
disukai karena sanggup memuaskan intelektual yang mereka puja.
 Contoh aliran-aliran filsafat yang ada pada saat itu: Platonisme, Gnostisisme, Neo-platonisme,
Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme dll.

Yudaisme
 Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan.
 Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia Perjanjian Baru,
karena dari sanalah kekristenan lahir.
 Hampir semua penulis-penulis PB adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai latar belakang
agama Yudaisme.
 Oleh karena itu untuk memahami tulisan-tulisan PB dengan baik akan ditentukan dari seberapa
jauh kita mengerti tentang bangsa Yahudi dan agama Yahudi.

3
INJIL - INJIL SINOPTIK
Membaca keempat Injil kanonik, Matius – Markus – Lukas – Yohanes, ada orang yang
kemudian bertanya-tanya : Keempat injil itu berbeda satu sama lain. Bagaimana mungkin bagian-
bagian Kitab Suci ini berbeda satu sama lain, tidak sama? Mana yang benar?
Perlu diingat bahwa penulisan Injil-injil itu tidak dimaksudkan sebagai suatu laporan atau
reportase atau bahkan biografi Yesus. Keempat injil kanonis adalah buku Gereja yang mencatat
pengalaman iman Gereja mengenai makna kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus bagi
orang-orang yang mengimaniNya. Para penginjil adalah orang beriman yang menulis untuk kaum
beriman, yang berusaha membangun iman komunitas Kristiani. Maka, Injil berisi kabar gembira
keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus. Kabar gembira ini mula-mula hanya disampaikan
secara lisan oleh para rasul dan para pewarta awali (bdk. Kis. 2:14-41; 3:12-26; 10:34-43; 13:16-
41); kemudian diungkapkan dalam syahadat atau madah (1Kor. 15:3-5; Flp. 2:6-11).

I. Injil Sinoptik
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan “Kabar Yang Baik” (demikianlah arti
kata “Euaggelion” atau “Injil”). Dari keempat injil itu, Matius – Markus – Lukas mempunyai
banyak kemiripan baik dalam kisah maupun susunan. Ketiganya disebut sebagai Injil Sinoptik.
Sinoptik berasal dari kata dalam bahasa Yunani sin (: sama) dan optik (: pandangan). Ketiga Injil
itu hamper serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan
dirangkum pandangan yang sama.

II. Pengarang Injil Sinoptik


Tulisan-tulisan para pujangga Gereja, yang sudah muncul sejak abad II, menyatakan bahwa
masing-masing injil Sinoptik ditulis oleh Matius, Markus dan Lukas.
Menurut tradisi, Matius yang dimaksud adalah pemungut cukai yang kemudian dipanggil
menjadi salah satu dari Keduabelas Rasul (Mat 9:9; 10:3). Ia menuliskan injilnya diperuntukkan
bagi orang Kristen bekas Yahudi di Palestina.
Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan
Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem (Kis 12:12) yang
membantu Paulus dalam karya kerasulannya (Kis 12:25; 13:5, 13: Flm 24; 2 Tim 4:11) dan juga
Barnabas (Kis 15:37, 39), pamannya (Kol 4:10). Sebagai “juru bicara” atau “penterjemah”,
Markus juga membantu rasul Petrus (1 Ptr 5:13).
Lukas adalah seorang Kristen non Yahudi (Kol 4:10-14), dan dalam hal ini ia berbeda dengan
Matius dan Markus. Lukas berasal dari Antiokhia dan seorang tabib (Kol 4:14). Menurut pendapat
sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya
yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Ia pun menyertai Paulus waktu dalam
penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya (Kis 27:1 dst), maupun untuk kedua kalinya (2
Tim 4:11). Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus (bdk 2 Kor 8:18), seperti
injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas juga menulis Kisah Para Rasul.

III. Sinoptic’s Problems


Matius – Markus – Lukas mempunyai keterkaitan erat dan saling berhubungan. Secara umum
diterima oleh para ahli Kitab Suci bahwa ada dua sumber awal penulisan Injil. Sumber yang
pertama ialah Markus; dalam bagian-bagian yang berupa cerita. Mat dan Luk bergantung pada
Mrk. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai “Logia”) yang hanya sedikit sekali dalam
Mrk, oleh Mat dan Luk diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat
diandaikan; lazimnya diistilahkan sebagai “Q” (huruf pertama kata Jerman “Quelle” = Sumber).

IV. Waktu Penulisan


Saat ini kita tidak bisa menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil.
Dan tradisi pun tidak memberikan petunjuk pasti mengenai hal itu. Yang jelas, tulisan PB yang
paling awal adalah surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52.
Paulus menuliskan tentang semakin dekatnya kedatangan Yesus dan akhir zaman. Dalam tulisan-
1
tulisan PB selanjutnya, paham eskatologi ini berkembang menjadi paham soteriologi, keselamatan
dalam Yesus. Baru kemudian muncul pernyataan-pernyataan iman akan jati diri Yesus Kristus dan
keilahianNya. Penulisan Injil merangkaikan pernyataan iman itu dalam kisah hidup Yesus.

a. Markus
Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu di katakan oleh
Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh
Ireneus). Kalau demikian maka injil Markus kemungkinan dituliskan sekitar tahun 64, atau paling
sedikit sebelum tahun 70. Sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem.

b. Matius dan Lukas


Mat dan Luk ditulis menyusul Mrk. Tetapi hal itu juga sukar untuk ditentukan dengan pasti.
Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul (Kis 1:1) tetapi waktu penulisan Kis juga tidak bisa
ditentukan dengan pasti. Baik Mat maupun Luk tidak secara eksplisit mengatakan tentang
kehancuran Yerusalem di tahun 70 M. Bisa jadi, kedua injil itu memang tidak menyinggung
tentang kemusnahan Yerusalem untuk menghormati sumber-sumbernya atau memang sungguh
tidak tahu karena belum terjadi. Dengan demikian, waktu penulisan kedua injil itu diperkirakan
terjadi dalam kurun waktu sebelum tahun 70 – 80 M.

V. Ulasan masing-masing Injil


A. INJIL MARKUS
a. Struktur Kitab
Kerangka Injil Mrk adalah yang paling tidak sistematik di antara Injil lainnya. Pembukaan injil
merangkum pewartaan Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencobaanNya di padang gurun,
1:1-13; kemudian beberapa petunjuk tentang karya Yesus di Galilea, 1:14-7:23; menyusullah
perjalanan Yesus bersama murid-muridNya ke daerah Tirus dan Sidon, ke Dekapolis, di kawasan
Kaisarea Filipi, lalu Yesus kembali ke Galilea, 7:24 – 9:50. Akhirnya sebuah perjalanan lain
melalui daerah Perea dan kota Yerikho menuju Yerusalem hendak menempuh sengsara dan
kebangkitan, 10:1 – 16:8.

b. Teologi
Injil Markus terutama menaruh perhatiannya pada Yesus sebagai sebuah paradoks: oleh
manusia Ia tidak diterima, bahkan ditolak, meskipun diutus oleh Allah dan oleh karena Allah,
akhirnya menang juga. Mrk tidak banyak menampilkan pengajaran Yesus. Pokok utama
pewartaan Markus ialah: Mesias harus menderita demi dosa-dosa manusia, menanggung
hukuman yang semestinya diterima manusia – sama seperti binatang korban yang mati untuk
menebus denda dosa-dosa orang yang mempersembahkannya.

Kalau dicermati, garis besar pewartaan Mrk memperlihatkan rangkaian teologis:


 Yesus ditampilkan sebagai Anak Allah yang diakui oleh Bapa sendiri (1:11; 9:7), oleh setan-
setan (1:24; 3:11; 5:7), dan bahkan oleh manusia (15:39). Ia adalah Sang Mesias yang
mempunyai martabat ilahi (14:62) melebihi malaikat (13:32). Ia berkuasa untuk
mengampuni dosa (2:10) yang dibuktikanNya dengan membuat mujizat (1:31; 4, 41 dll),
mengusir roh-roh jahat (1:27; 3:23), dll.
 Mula-mula Yesus disambut baik oleh rakyat dengan semangat berkobar-kobar.
 MartabatNya sebagai Mesias yang harus mengalami derita mengecewakan harapan rakyat
yang semangatnya kemudian menjadi kendor (5:40: 6:2 dst)
 Yesus pun meninggalkan daerah Galilea dan mencurahkan perhatian untuk mendidik
sekelompok kecil murid-murid yang setia.
 Sejak pernyataan Petrus di Kaisarea Filipi, para murid mengakui Yesus sebagai Mesias (8:29
dst). Inilah titik balik Injil Markus : semenjak itu segala sesuatunya diarahkan ke Yerusalem.
 Sang Mesias harus menderita untuk menebus manusia (10:45; 14:24). Yesus sendiri
menegaskan bahwa jalan perendahan dan sengsara harus ditempuh baik oleh Yesus sendiri,

2
(8:31; 9:31; 10:33 dst), maupun oleh pengikut-pengikutNya (8:34 dst; 9:35; 10:15, 24 dst,
39; 13:9-13).
 Para pemimpin agama membenci gagasan-gagasan Yesus yang tidak sesuai dengan tradisi.
Mereka pun mencoba mempermalukanNya dengan mencobai Yesus di hadapan orang
banyak. Namun, setiap kali justru mereka sendiri yang dipermalukan. Maka mereka berhenti
mengajakNya berdebat. Sebagai gantinya, diam-diam mereka menangkap Yesus,
menuduhnya mengajarkan ajaran sesat, dan meyakinkan penguasa Romawi untuk
menyalibkannya sebagai seorang pemberontak yang menyatakan diri sebagai “Raja orang
Yahudi”.
 Yesus dipaku di kayu salib pada pukul 09.00 pagi di hari Jumat, dan meninggal sekitar pukul
03.00 sore. Ketika matahari terbenam, jenasah Yesus dikuburkan. Namun ia hidup kembali
pada hari Minggu pagi.

c. Apakah kekhasan Injil Markus ?


Markus memberi tekanan khusus pada kesengsaraan Yesus. Injil yang singkat ini hanya
mempunyai 16 bab. Meski demikian, 6 bab terakhir mengisahkan tentang minggu terakhir hidup
Yesus – yang sekarang disebut sebagai Passion Week (Minggu Sengsara). Passion adalah sebuah
kata kuno yang digunakan untuk menunjuk pada „kesengsaraan‟.
Bila memang benar bahwa Injil Markus ditulis sekitar tahun 60-an M, seperti dugaan banyak
ahli, maka penekanan pada tema kesengsaraan secara khusus sangat berkaitan dengan hidup
jemaat beriman waktu itu. Sebab, pada tahun 64 M, Kaisar Nero mulai menganiaya orang Kristiani
setelah menuduh mereka sebagai penyebab kebakaran yang merusak 2/3 kota Roma. Penganiayaan
selama tiga abad ini tidak berlangsung terus menerus, tergantung pada siapa yang menjadi kaisar.

B. INJIL MATIUS
a. Struktur
Garis-garis besar Injil Mrk mudah diketemukan kembali dalam Injil Matius. Tetapi tekanannya
berbeda. Ada lima “buku” kecil yang susul-menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah
wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipiliih dengan tepat.
Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan, kelima “buku” tersebut
menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian.

b. Teologi
Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan
“Kerajaan Sorga” sebagai pokok utama (4:17 dst). Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah “drama”
tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga:
1) Persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak (1 – 2);
2) Pemakluman Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam “khotbah di Bukit” (3 – 7);
3) Pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan, yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-
mujizat sebagai “tanda-tanda” yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus
memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka,
yaitu “Wejangan Perutusan” (8 – 10):
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata
laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana
diutarakan dalam “Wejangan Perumpamaan-perumpamaan” (11:1 – 13:52);
5) Permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang
merupakan pangkal Gereja yang tata-tertibnya. dibentangkan dalam “Wejangan perihal
Jemaat” (13:53 – 18:35);
6) Kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang definitip; kemelut itu ditimbulkan
oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan
dalam “Wejangan tentang Akhir Zaman” (19 – 25);
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus (26 – 28).
Setelah bangkit, Yesus memberi perutusan pada para pengikutnya : “Pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”
(Mat 28:19).
3
c. Pembenaran dan Penggenapan Kitab Suci
Kerajaan Allah (= Sorga) adalah Allah yang merajai hidup manusia. Karenanya, kepadaNya
manusia mengabdi dan mencintai. Hal itu sudah dinubuatkan sejak dalam Perjanjian Lama. Maka
Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan untuk orang-orang Yahudi sangat suka
memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi.
Di antara keempat injil, Matius adalah Injil yang paling bernuansa Yahudi. Itulah sebabnya Injil
Matius menjadi mata rantai yang tepat antara Alkitab Yahudi (Perjanjian Lama) dengan Perjanjian
Baru orang Kristen. Perjanjian Lama menubuatkan akan datangnya seorang juru selamat, dan
Matius mewartakan kedatangannya. Dibandingkan dengan keempat injil lainnya, Matius lebih
banyak mengutip Alkitab Yahudi. Matius mengutip hampir 60 nubuat dan menyatakan bahwa
Yesus adalah pemenuhan setiap nubuat itu. Sedangkan Markus, yang juga banyak mengutip
nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama, hanya mengutip sekitar 30 buah nubuat. Matius banyak
mengutip Perjanjian Lama dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para
Nabi digenapi oleh Yesus, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan
yang memahkotai dan melampauinya.
 Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sebagai keturunan Daud (1:1-17)
yang lahir dari seorang perawan (1:23) di kota Betlehem (2:6). Ia sempat tinggal di negeri
Mesir dan kemudian menetap di kota Kapernaum (4:14-16). Ia masuk ke Yerusalem sebagai
Mesias (21:5, 16).
 Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus: mujizat-mujizatNya dengan
menyembuhkan orang sakit (11:4-5), pengajaranNya mengenai “penggenapan” hukum Taurat
(5:17), yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat (5:21-48; 19:3-9, 16-21).
 Mat juga menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan “kegagalan” karyaNya merupakan
penggenapan atas Kitab Suci: pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem (2:17 dst), masa
muda Yesus yang tersembunyi di Nazaret (2:23), kelembutan hati Sang Hamba yang
berbelaskasih (12:17–21; bdk 8:17; 11:29; 12:7); murid-murid yang meninggalkanNya (26:31),
pengkhianatan demi sejumlah uang yang menertawakan (27:9-10), penahanan Yesus (26:54),
penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari (12:40). Kesemuanya itu tetap sesuai dengan
rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci PL.
 Demikian pun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi (13:13-15) yang lekat pada adat-
istiadat manusiawi (15:7-9) dan yang hanya dapat diberi pengajaran rahasia berupa
perumpamaan (13:14 – 15:35). Semuanya sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci.

d. Khotbah di bukit
Yesus menyampaikan kotbah yang paling terkenal dalam Alkitab, yaitu kotbah di bukit. Kotbah
ini menjadi sangat terkenal karena jika kita membacanya, kotbah ini terasa seperti suatu kumpulan
dari ajaran-ajaran terbaikNya. Kotbah yang ada dalam Matius bab 5 -7 tersebut meliputi juga
beberapa perikop terkenal. Kumpulan kata-kata bijak yang disebut sebagai sabda bahagia itu
seakan merupakan salah satu resep untuk mencapai kebahagiaan spiritual. Misal :
 “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”
(Mat 5:7).
 “Kamu adalah terang dunia … Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di
sorga” (Mat 5:14, 16).
 “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44).
 “Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka,
… Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi” (Mat 6:1,4).
 Berdoalah demikian : “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat 6:9-10).
 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi … Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di
sorga” (Mat 6:19-20).

4
C. INJIL LUKAS
a. Ciri khas : penulis
Ciri khas injil Lukas terletak pada kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian
Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat
halus lembut. Ia menggubah karyanya secara otentik berdasarkan pada sebanyak mungkin
informasi yang telah dikumpulkannya (1:3).

b. Struktur
Kerangka Injil Luk pada umumnya mengikuti garis-garis besar Mrk dengan beberapa
penyesuaian. Memang ada bagian dari susunan Injil Mrk yang dipindahkan ataupun dihilangkan
dalam Injil Lukas. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun
karena terpengaruh tradisi ataupun sumber lainnya.
Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat
dalam Luk 9:51 – 18:14, yaitu kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem. Tambahan ini kiranya
diambil Lukas dari sumber-sumber khasnya. Tambahan ini mengembangkan apa yang dikatakan
Mrk 10:1. Rupanya, Lukas mau menekankan sebuah gagasan teologis khasnya, yaitu: di kota
sucilah keselamatan harus diwujudkan (9:31; 13:33; 18:31; 19:11), di sana telah mulailah Injil
(1:5 dll) dan di sana harus diselesaikan (24:52 dst). Dari sanalah Injil bertolak lagi untuk
diwartakan kepada seluruh dunia (24:47; Kis 1:8).

c. Teologi
Lukas banyak menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa (15:11-32; 19:1-10;
23:34.39-43), orang yang hina dan miskin (1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15.19-31;
18:9-14). Hukuman yang dijatuhkan pun hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas
kasihan (13:6-9). Meski Allah berbelaskasih, namun manusia juga perlu bertobat dan menyangkal
diri. Lukas berulang kali menyebut tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur
(14:25-34), khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan (6:34 dst: 12:33; 14:12-14; 16:9-13).
Peran Roh Kudus juga banyak ditonjolkan oleh Lukas (1:15.35.41.67; 2:25-27; 4:1.14.18;
10:21; 11:13; 24:49). Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang
diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu (2:14;
5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst).
Beberapa kisah terkenal dalam Alkitab hanya muncul dalam Injil Lukas, antara lain :
 Bayi Yesus yang baru lahir terbaring dalam sebuah palungan (2:7)
 Para Malaikat mewartakan kelahiran Yesus pada para gembala di padang (2:8-14)
 Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (10:30-35)
 Perumpamaan tentang anak yang hilang (15:11-32)
 Janda yang memasukkan dua peser, yaitu seluruh nafkahnya hari itu, ke dalam peti
persembahan (21:1-4)
 Perlunya berdoa dengan tekun (11:5-8; 18:1-8) dan teladan Yesus di bidang itu (3:21; 5:16;
6:12; 9:28)

VI. Simbol Keempat Penginjil


Tradisi Kristiani menghubungkan para pengarang keempat Injil Kanonik (Matius, Markus,
Lukas, Yohanes) dengan empat “makhluk” yang mengelilingi takhta Allah, seperti digambarkan
dalam Why 4:7, dengan rangkaian sebagai berikut : Matius (Manusia/Malaikat), Markus (Singa),
Lukas (Lembu), Yohanes (Rajawali).
Sebenarnya, berbagai tradisi tentang empat makhluk surgawi sudah ditemukan dalam
beberapa teks Kitab Suci yang lebih tua:
 Yehezkiel 1:1-14 – penglihatan akan empat makhluk surgawi dengan empat wajah, masing-
masing adalah : manusia, singa, lembu, rajawali.
 Yehezkiel 10:1-22 – penglihatan akan takhta di atas kerubim dengan empat wajah : kerub,
manusia, singa, rajawali.

Gombong, 28 November 2010


RD. D. Dimas Danang A.W., Pr
5
VII.Gaya Bahasa Injil Sinoptik
 Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa
Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan
populer, sehingga toh tetap memikat hati.
 Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang
konkrit tapi lebih tepat.
 Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk : bahasa Yunaninya cukup bermutu; bahasa
yang kurang bermutu biasanya disebabkan karena tulisan tersebut dikutip begitu saja oleh
Lukas dari sumber lain. Lukas juga mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam
Septuaginta.

Gombong, 28 November 2010


RD. D. Dimas Danang A.W., Pr

6
Injil dan Surat-surat Yohanes - 1

INJIL YOHANES
 Dalam satu paragraf :
Sebelum memulai pelayanannya, Yesus meminta Yohanes Pembaptis untuk membaptisnya. Setelah
itu, Yesus pun memilih 12 murid – yaitu orang-orang dari kelas pekerja dan bukannya kaum
agamawan terpelajar. Kemudian, Ia memulai perutusannya untuk mengajar dan menyembuhkan.
Hal ini dikisahkan sepanjang separuh pertama Injil Yohanes.
Penutup paruh pertama Injil Yohanes mengisahkan minggu terakhir Yesus, yang dimulai ketika ia
membangkitkan Lazarus dari kematian. Sesudah itu, ia memasuki Yerusalem dengan menunggang
seekor keledai dan disambut dengan sorak sorai orang banyak layaknya seorang raja : “Hosana!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yoh 12:13). Peristiwa inilah yang
kemudian diperingati sebagai Minggu Palma.
Para pemimpin Yahudi pun secara diam-diam menangkapnya pada hari Kamis malam karena
mereka iri akan popularitasnya dan juga mereka khawatir bahwa ia akan memimpin pemberontakan
melawan para penjajah Romawi. Mereka memeriksanya sepanjang malam.
Siang harinya, di hari Jumat, mereka membawa Dia menghadap Pilatus, gubernur Romawi. Mereka
pun memaksa Pilatus untuk menghukum mati Yesus. Yesus meninggal sebelum matahari terbenam,
namun hidup lagi pada hari Minggu pagi.
KebangkitanNya memberi inspirasi bagi para murid untuk mempertaruhkan hidup mereka sendiri
dengan mewartakan kabar gembira tentang Yesus, sebab mereka akhirnya menyadari kebenaran
kekal seperti yang telah dikatakan oleh Yesus : “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25).
Apakah keunikan Injil Yohanes
Berbeda dengan ketiga penulis injil lainnya, Yohanes  Hanya ada tujuh mukjizat yang oleh Yohanes disebut
hanya mempunyai satu tujuan dalam menulis injilnya, sebagai „tanda-tanda‟. Tanda-tanda itu membuktikan
yaitu untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak keilahian Yesus.
Allah yang ilahi. Ia memilih dengan cermat ajaran-
 Yesus menggambarkan dirinya dengan tujuh pernyataan
ajaran dan mukjizat-mukjizat yang dibuat oleh Yesus
“Akulah …”, termasuk di antaranya adalah pernyataan
yang ditampilkannya untuk membantu pembaca
„Akulah roti hidup‟, „gembala yang baik‟ dan „terang
sampai pada kesimpulan tersebut.
dunia‟. Dalam peristiwa semak yang terbakar, Musa
Para ahli Alkitab bahkan tidak menyamakan Injil bertanya pada Allah siapakah namaNya. Allah menjawab
Yohanes dalam kategori Injil-injil sinoptik, suatu “AKULAH AKU” (Kel 3:14). Maka, dengan memakai
sebutan bagi ketiga injil lainnya. Sinoptic berasal dari pernyataan „Akulah‟ dengan jelas Yesus sendiri meyatakan
kata dalam Yunani yang artinya adalah “melihat keilahianNya.
bersama-sama”. Bila kita membaca ketiga injil lainnya
 Ajaran-ajaran dan simbolisme yang digunakan oleh Yesus
secara berjajar, kita akan menemukan kesamaan.
mempunyai makna yang berbeda-beda seturut pemahaman
Namun Injil Yohanes sangatlah berbeda. Berikut
pendengarnya. Ketika Yesus menyebut diriNya „roti
adalah beberapa perbedaan pokok tersebut :
hidup‟, para pembaca menangkapnya dengan beberapa
 Yohanes menempatkan Yesus dalam kisah gambaran yang umum mereka pahami :
Penciptaan untuk menekankan keilahianNya. Yesus
Roti Paskah yang dimakan oleh para budak Israel pada
disebut sebagai “Firman” (sabda / logos), sebuah
malam sebelum mereka dibebaskan dari Mesir
istilah dalam filsafat Yunani yang digunakan untuk
menggambarkan penyebab kosmis di balik adanya Manna yang jatuh dari langit sehingga mereka tidak
alam semesta ini – suatu daya kekuatan yang „selalu kelaparan di padang gurun
ada‟ dan melalui „segala hal menjadi ada dan Roti sebagai makanan pokok mereka
terjadi‟.
Roti Ekaristis (komuni) yang menghadirkan tubuh Yesus
yang tersalib namun bangkit mulia
 Titik kunci :
“Percaya[lah], bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan [supaya] kamu oleh imanmu memperoleh
hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:31).
 Pengarang, waktu penulisan :
Tidak diketahui, namun para pemimpin Gereja perdana mengatakan bahwa Injil ini ditulis oleh
seorang murid yang paling dekat dengan Yesus, yaitu Yohanes, saudara Yakobus anak Zebedeus.
 Tokoh – tokoh utama : Yesus, 12 murid, Yohanes Pembaptis
 Adegan terpenting :
Maria Magdalena sedang menangis di luar kubur Yesus. Ia datang ke sana dengan para perempuan
lain untuk menyelesaikan persiapan penguburan jenasah Yesus. Namun jenasah Yesus tidak ada.
Menurutnya, jenasah Yesus dicuri. Ketika ia menangis, ia mendengar suara yang dikenalnya :
“Maria”. Ia menoleh dan melihat Yesus berdiri di hadapannya (Yoh 20).
Injil dan Surat-surat Yohanes - 2

 Ayat yang paling terkenal :


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal” (Yoh 3:16). Ayat ini adalah pemadatan dalam satu kalimat seluruh kisah tentang Yesus
– „miniatur Injil‟.

1 YOHANES
 Dalam satu paragraf :
Seorang pemimpin jemaat Kristiani yang tak dikenal, banyak ahli menduga bahwa dia adalah
Yohanes murid Yesus, menulis surat terbuka ini yang ditujukan bagi Gereja-Gereja yang terpecah
belah oleh para „anti-kristus‟ – musuh-musuh Kristus. Yohanes nampaknya menunjuk pada suatu
kelompok sempalan yang akhirnya akan berkembang menjadi kelompok bidah yang disebut
Gnostisisme, yang berasal dari kata Yunani untuk pengetahuan, Gnosis. Mereka mengajarkan
bahwa pengetahuan rahasia-lah yang menyelamatkan kita, bukannya Yesus. Kelompok ini
mempunyai gagasan yang aneh tentang Yesus. Mereka menganggap bahwa segala hal yang
jasmaniah adalah jahat. Maka mereka menyimpulkan bahwa Yesus tidak datang ke dunia sebagai
seorang manusia. Ia hanya kelihatan seperti manusia. Dan ia hanya kelihatannya saja mati. Yohanes
mengingatkan orang-orang Kristen agar menjauhi ajaran-ajaran yang menyimpang seperti ini.
Kemudian, ia meminta orang-orang Kristen agar kembali pada pewartaan yang telah mereka dengar
sejak semula : Yesus hadir di dunia sebagai manusia dan mati untuk menyelamatkan manusia dari
dosa-dosa mereka. Yohanes juga mengingatkan orang-orang Kristen akan ajaran dasar lainnya,
yaitu “Kita harus saling mengasihi” (1 Yoh 3:11).
 Titik kunci :
Saya tulis ini kepadamu mengenai orang-orang yang sedang berusaha menipu kalian. Tetapi
mengenai kalian sendiri, Kristus telah mencurahkan Roh-Nya padamu. Dan selama Roh-Nya ada
padamu, tidak perlu ada orang lain mengajar kalian. Sebab Roh-Nya mengajar kalian tentang segala
sesuatu; dan apa yang diajarkan-Nya itu benar, bukan dusta. Sebab itu, hendaklah kalian taat kepada
apa yang diajarkan oleh Roh itu, dan hendaklah kalian tetap hidup bersatu dengan Kristus (1 Yoh
2:26-27 BIS).
 Pengarang, waktu penulisan :
Penulis tidak pernah memperkenalkan dirinya sendiri, namun gaya bahasa tulisannya sangat mirip
dengan injil Yohanes, demikian juga dengan surat 2 dan 3 Yohanes. Maka, kebanyakan ahli Alkitab
setuju bahwa yang membuat semua tulisan itu adalah satu orang. Para pemimpin Gereja sejak awal
tahun 100-an M mengatakan bahwa Yohanes murid Yesus-lah yang menuliskan buku-buku ini.
Kemungkinan, buku-buku itu ditulis pada tahun 90-an M.
 Tokoh – tokoh utama :
Yesus, anak Allah yang datang ke dunia sebagai manusia dan mati demi dosa-dosa manusia,
menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka, dan mempersiapkan bagi mereka suatu kediaman
abadi di surga.
 Adegan terpenting :
„Antikristus‟ membentuk suatu gerakan sempalan yang memisahkan diri dari Gereja Kristen dan
menarik banyak anggota Gereja untuk menjadi anggota kelompok sempalan ini. Kelompok ini
membangun suatu pandangan baru dan aneh berkaitan dengan iman Kristiani. Karena kemiripannya
dengan Kristianitas otentik, gerakan ini secara khusus mengandung tipu muslihat. Namun Yohanes
segera memutus tipu muslihat ini : “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita; … Hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita“ (1 Yoh 2:19).
 Ayat yang paling terkenal :
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh 1:9).

2 YOHANES
 Dalam satu paragraf :
Dalam suatu catatan singkat dengan 13 ayat, yang terkesan seperti tambahan catatan pada 1
Yohanes, penulis menyoroti dua kata kunci :
Injil dan Surat-surat Yohanes - 3

Hendaklah kamu saling mengasihi


Jauhilah guru-guru palsu, para „antikristus‟ yang bisa menyesatkan engkau dari ganjaran hidup
abadimu. Bahkan, janganlah engkau menerima mereka di rumahmu.
 Titik kunci :
“Saya minta dengan sangat supaya kita semua saling mengasihi. Yang saya kemukakan ini
bukanlah suatu perintah yang baru; perintah ini sudah diberikan kepada kita sejak kita mula-mula
percaya” (2 Yoh 1:5 BIS).
 Pengarang, waktu penulisan :
Penulis memperkenalkan diri hanya sebagai seorang pemimpin jemaat – seorang penatua. Namun
gaya tulisannya sangat mirip dengan Injil Yohanes, dan juga dengan surat 1 dan 3 Yohanes. Maka,
kebanyakan ahli setuju bahwa hanya satu orang yang telah menulisnya, kemungkinan pada tahun
90-an M.
 Tokoh – tokoh utama :
Penatua, barangkali rasul Yohanes
Ibu pilihan, yaitu Gereja
 Adegan terpenting :
Seseorang yang mengaku orang kristen datang ke suatu Gereja dan mulai mengajarkan gagasan-
gagasan aneh yang berlawanan dengan ajaran-ajaran murid-murid Yesus.. “Barangsiapa memberi
salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat” (2 Yoh 1:11).
 Ayat yang paling terkenal :
“[Hendaknya] kita saling mengasihi” (2 Yoh 1:5).

3 YOHANES
 Dalam satu paragraf :
Ini adalah catatan pendek dan personal pada seorang pemimpin jemaat yang bernama Gaius. Penulis
– barangkali rasul Yohanes – memujinya karena menunjukkan keramahan pada para pengajar
Kristen yang sedang mengadakan perjalanan misioner dan kebetulan berkunjung ke kota tersebut.
Namun Yohanes mengutuk pemimpin jemaat yang haus akan kekuasaan, menolak untuk
menyambut dengan baik para pewarta yang sedang berkunjung dan mengucilkan anggota-anggota
Gereja yang melakukannya. “Ingatlah,” tulis Yohanes, “orang yang berbuat jahat [menunjukkan
bahwa dirinya] belum mengenal Allah” (3 Yoh 1:11).
 Titik kunci :
Jemaat haruslah mendukung para pewarta yang sedang melakukan perjalanan misioner. “Sebab
dalam perjalanan untuk melayani Kristus, mereka tidak menerima bantuan apa pun dari orang-
orang yang tidak mengenal Allah. Sebab itu, kita orang-orang Kristen harus menolong teman-
teman sesama Kristen yang seperti itu supaya kita dapat turut dalam usaha mereka untuk
menyebarkan ajaran yang benar dari Allah” (3 Yoh 1:7-8).
 Pengarang, waktu penulisan : Lihat 1 dan 2 Yohanes
 Tokoh – tokoh utama :
Penatua, barangkali rasul Yohanes
Gaius, seorang pemimpin Gereja yang menunjukkan kebaikan pada orang-orang Kristen yang
sedang melintas daerahnya
Diotrephes, seorang pemimpin jemaat yang lalim yang menyalahgunakan otoritasnya dengan
mengucilkan anggota-anggota Gereja yang tidak sependapat dengan dia
 Adegan terpenting :
Terjadilah suatu pertikaian. Seorang pemimpin organisasi inkonvensional yang berpegang teguh
pada kekuasaannya dengan mengeluarkan orang-orang yang tidak sependapat dengan dia dari
tengah jemaat harus menghadapi tuntutan-tuntutan yang akan diajukan oleh seorang penatua –
kemungkinan rasul Yohanes – bila ia datang ke kota itu.
 Ayat yang paling terkenal :
“Janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik” (3 Yoh 1:11)
1

PAULUS
Pribadi dan Pewartaannya

PAULUS [yun: Paulo"]. Seorang rasul jemaat Kristen perdana yang merupakan tokoh paling
penting dan kreatif dalam sejarah Gereja perdana. Rumusan iman kristianinya, sebagaimana terungkap
dalam surat-suratnya pada jemaat-jemaat yang sedang berkembang, menjadi bagian dari dasar-dasar
teologi Kristen.

A. SUMBER-SUMBER
Sumber utama studi tentang Paulus adalah surat-surat aslinya (1 Tessalonika, Galatia, Filipi,
Filemon, 1 and 2 Korintus, dan Roma). Informasi historisnya juga bisa didapat dari Kisah Para Rasul,
surat-surat deutero-Pauline (Kolose, Efesus, 2 Tessalonika, 1 and 2 Timotius, dan Titus), tulisan-
tulisan PB lainnya (Yakobus, 2 Petrus), dan literatur apokriph selanjutnya.

B. KEHIDUPAN
1. Nama
Paulus umum dikenal dengan nama Greco-Romawinya, Paulos, namun dari Kisah Para Rasul, kita
tahu bahwa ia dilahirkan dengan nama Yahudi Saul[-us] (Kis 7:58; 8:1, 3; 9:1, 4, etc.). Ia sendiri tidak
pernah menyebutkan nama Yahudinya dalam surat-suratnya, namun selalu memperkenalkan diri
sebagai Paulus (mis, 1 Tes 1:1; 2:18; Rom 1:1; 1 Kor 1:1, 12–13; dll).
2. Leluhur
Bila nama Yahudinya menghubungkan dirinya dengan suku Benjamin (Flp 3:5; Rom 11:1; cf. Kis
13:21), nama Greco–Romawinya kemungkinan diberikan padanya sehubungan dengan statusnya
sebagai warga Tarsus, sebuah kota di Kilikia di mana ia dilahirkan dan bertumbuh besar (Kis 9:11;
21:39; 22:3; cf. 9:30; 11:25). Dalam hal politik ia sebenarnya tidak anti-Roma (Rom 13:1–7).
Kewarganegaraan Romawinya memainkan peranan penting dalam Kis (16:37–38; 22:25–29; 23:27;
25:8–12, 21; 26:32; 27:24; 28:19). Secara religius, keluarganya sangatlah ortodoks (Flp 3:5; 2 Kor
11:22; Rom 11:1).
3. Pendidikan
Pendidikan dasar diterima Paulus ketika ia bertumbuh di Tarsus (Kis 21:39; 22:3). Dalam Kis 22:3,
ia ditampilkan mendapatkan pendidikan terbaik bagi orang Yahudi: “Saya orang Yahudi, saya lahir di
Tarsus di negeri Kilikia, tetapi saya dibesarkan di sini di Yerusalem dan dididik dengan cermat oleh
guru besar Gamaliel dalam hukum yang diberikan Musa kepada nenek moyang kita.” Pengakuan ini
menunjukkan bahwa keluarga Paulus pindah dari Tarsus ke Yerusalem, di mana ia menerima
pendidikan lanjutnya (26:4). Ia juga menerima pendidikan Hellenistis yang bagus. Ia belajar berpidato,
mengajar, menulis surat yang panjang, dan terlibat dalam debat teologis kelas tinggi. Surat-surat
Paulus – dengan retorika yang ciamik, komposisi yang cermat, dan argumentasi teologis yang
terperinci – mencerminkan seorang pengarang yang secara unik dilengkapi Allah untuk menjadi “rasul
bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi” (Rom 11:13; cf. Gal 2:8, 9; Rom 1:5).
Latar belakang kosmopolitan ini menjadikan Paulus sebagai seorang duta internasional, pertama
terhadap otoritas Yahudi (Kis 8:3; 9:1–2, 21; 22:4–5, 19; 26:10–11; Gal 1:13, 23; 1 Kor 15:9; Flp 3:6),
dan kemudian sebagai seorang misionaris Kristen. Latar belakang pendidikan itu pula yang
membuatnya mampu menjadi perintis gereja-gereja di banyak tempat, bekerja dengan jejaring tingkat
internasional. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus “mendapat pendidikan Yunani yang sangat baik”
namun tidak kehilangan identitas “Keyahudiannya”.

4. Karir sebelum menjadi Kristen


Sebelum pertobatannya, Paulus dengan aktif memelihara dan melindungi tradisi religius nenek
moyangnya. Mengaku diri sebagai seorang Yahudi “Ortodoks”, ia bertekad membasmi kemurtadan.
Lebih maju ketimbang kawan sebaya, ia menjadi anggota sekte Farisi dan mendapat tugas untuk
2

menganiaya orang Kristen (Gal 1:13, 23; Flp 3:6; 1 Kor 15:9). Alasan mengapa ia menganiaya orang
Kristen tidaklah terlalu jelas, meksipun petunjuknya dapat ditemukan dalam ketidaksukaannya secara
khusus pada jemaat Kristen di Damaskus (Gal 1:17, 22–23; 2 Kor 11:32; Kis 9:2–25; 22:5–6, 10–11;
26:12, 20) dan ketidakterarikan umum terhadap mereka di Yerusalem dan Yudea (cf. Kis 8:3). Alasan
penganiayaan orang Kristen di Damaskus nampaknya adalah bahwa, meskipun Yahudi, mereka tidak
lagi memelihara aturan Torah. Hal itu mereka buat secara prinsipial dan bukan sekedar penolakan
biasa. Namun Paulus maupun Kis tidak membawanya secara terpisah.
5. Pertobatan
Ketika Paulus sedang dalam perjalanan ke Damaskus, tiba-tiba ia mengalami penglihatan akan
Kristus. Pengalaman ini mempunyai konsekuensi dramatis, mengubah seluruh hidupnya, pemahaman
dirinya, pandangan teologis, dan tujuan hidup. Penglihatan ini (Gal 1:12, 16; Kis 9:3–8; 22:6–11;
26:12–19) mengubahnya dari seorang penganiaya menjadi seorang Kristen. Kristus sendiri
mengutusnya untuk memaklumkan Injil di antara orang bukan Yahudi (lih juga 1 Kor 9:1; 15:8, 9–11;
Rom 1:5).
6. Karir Kerasulan
a. Ringkasan Autobiografis dalam Surat Galatia
Sebagaimana dilaporkan dalam Gal 1:17–24, setelah mendapat penampakan Kristus, ia pergi ke
Damaskus dan kemudian ke Arab, yaitu Kerajaan Nabataea, yang disebut “Provinsi Arabia.”
Perutusan di Arabia, yang diberikan oleh Kristus kepadanya adalah perutusan pada orang-orang bukan
Yahudi. Paulus tidak memulai sendiri karya pewartaan ini. Ia bergabung dengan karya pewartaan yang
telah dirintis oleh Gereja Damaskus. Setelah itu, Paulus kemudian kembali. Apakah dalam karya
perutusan di Arab, ia sukses atau tidak, kita tidak tahu (lihat juga Gal 4:25; Kis 2:11; 1 Clem. 25:1, 3;
bdk. Rom 15:19).
Paulus menekankan bahwa setelah penampakan dan perutusan dari Kristus, ia memilih untuk tidak
berkonsultasi dengan para rasul lainnya di Yerusalem. Mengapa ia mengindari pertemuan dengan
otoritas Kristen di Yerusalem? Alasan yang paling masuk akal nampaknya berhubungan dengan
perutusan di Arabia. Jika Paulus mau menganiaya jemaat Kristen di Damaskus karena ketidakpatuhan
mereka pada Taurat, dan jika orang-orang Kristen itu telah memulai perutusan kepada orang-orang non
Yahudi di mana Paulus telah menggabungkan diri, maka sebaliknya para pentobat Arab pastilah tidak
mematuhi Taurat dan hukum sunat. Namun Gereja Yerusalem pastilah memandang jemaat baru ini
tanpa sikap yang jelas, atau bahkan tidak menyetujuinya. Maka, masuk akallah bahwa Paulus
menghindar untuk bertemu dengan Mereka.
Tiga tahun setelah pertobatannya, Paulus akhirnya pergi ke Yerusalem (Gal 1:18–24). Selama
berada di sana, Paulus tidak banyak memperlihatkan diri. Pada waktu itu ia menjumpai Petrus selama
15 hari. Perjumpaan itu mengisyaratkan simpati Petrus pada aktivitas Paulus. Namun Gereja secara
keseluruhan sebenarnya telah terbelah menjadi dua kubu. Maka ketika Paulus mengatakan “aku tidak
melihat seorang pun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus”, ia sebenarnya
mau mengatakan bahwa ia menghindari mereka karena mereka tidak peduli padanya. Yakobus,
kemungkinan karena ia bukanlah seorang rasul (misioner), menyambut baik kunjungannya. Apakah
gereja-gereja di Yerusalem dan Yudena, ketika mereka memuji Allah bagi Paulus tanpa pernah
bertemu dengannya (Gal 1:22-24), mengetahui bahwa ia mewartakan injil tanpa mewajibkan mereka
mematuhi Taurat dan hukum Sunat? Paling tidak kita bisa mengatakan bahwa tidak ada keputusan
gamblang yang telah dibuat dan ketegangan itu pastilah masih ada. Dari laporan ini kita bisa
menyimpulkan bahwa ketegangan antara Paulus dan rasul-rasul lain muncul dari kebijakan mereka
yang berbeda dalam hal pwartaan kepada orang bukan Yahudi. Setelah kunjungannya, Paulus
melakukan karya pewartaan di daerah asalnya, Syria dan Kilikia (Gal 1:21). Tidak jelaslah apakah
Petrus dan Yakobus setuju dengan karya pewartaan ini.
Ketika Paulus datang lagi ke Yerusalem “setelah empat belas tahun” (Gal 2:1), pewartaan di Syria
dan Kilikia telah terlaksana dengan sukses. Paulus menyebutkan rekan kerja utamanya adalah
Barnabas, seorang Yahudi Kristen seperti dirinya sendiri. Barnabas adalah guru Kristen Paulus (Kis
4:36–37; 9:27). Gereja Yerusalem mengutusnya ke Antiokia di mana ia menjadi tokoh pemimpin di
antara orang-orang Kristen Yahudi dari Fenisia, Cyprus, dan Syria/Kilikia. Ia pergi ke Tarsus untuk
mencari Paulus dan membawanya ke Antiokia (Kis 11:25-26), di mana pewartaan pada orang-orang
3

Yunani dimulai (Kis 11:20) dan di tempat itu nama “Kristen” (Christianoi) pertama kali digunakan
(11:26). Dari sini, Barnabas and Paulus diutus bersama-sama untuk melakukan karya pewartaan (13:1–
3) mulai dari Syprus (13:4–12), kemudian ke Pamphylia dan Pisidia (13:13–14:28).
Karya pewartaan itu kemudian juga membawa permasalahan yang tidak bisa lagi dibiarkan tanpa
pemecahan : Apakah para pentobat baru yang non Yahudi harus disunat atau tidak ? Apakah Gereja
bagian dari Yudaisme ataukah agama Kristen yang sungguh mandiri? Setelah diskusi panjang (Kis
15:1–2) dan bahkan ada pewahyuan (Gal 2:2), Paulus dan Barnabas pergi ke Yerusalem, sambil
membawa serta Titus, seorang pentobat Kristen non Yahudi yang tidak disunat, sebagai contoh kasus.
Konsili Yerusalem (Gal 2:1–10; Kis 15:2–29) terbelah menjadi diskusi tiga kubu, dua di antaranya
mempunyai jawaban yang saling berlawanan terhadap permasalahan utama itu, sedangkan kubu ketiga
berusaha tetap netral. Setelah diskusi yang cukup hangat, Paulus dkk (Barnabas dan Titus) menang,
mendapatkan pengakuan bahwa Titus adalah seorang Kristen tanpa harus sunat. Namun dibuatkan
suatu kompromi. Karya pewartaan Kristen dibagi menjadi dua arah, yang pertama pada orang-orang
Yahudi, (di bawah wibawa Rasul Petrus), dan yang kedua di bawah kepemimpinan Paulus dan
Barnabas, tanpa gelar resmi (Gal 2:8–9). Yang menjadi penghubung bagi kedua arah pewartaan ini
adalah iman yang sama akan satu Allah (Gal 2:8; Rom 3:30; 10:12). Persetujuan itu, yang juga
meliputi janji pengumpulan uang bagi orang-orang miskin di Yerusalem (2:10), disetujui oleh ketiga
“soko guru” (Yakobus, Kephas, dan Yohanes), dan utusan dari Antiokia (Paulus dan Barnabas),
namun tidak disetujui oleh kubu lain yang sangat keras kepala, yang disebut oleh Paulus sebagai
“saudara-saudara palsu yang menyusup” (2:4). Konferensi ini mempunyai konsekuensi besar tidak
hanya bagi Gereja, namun juga khususnya bagi masa depan hidup Paulus.
Satu pertanyaan yang masih belum diputuskan adalah apakah orang-orang “Christianoi” bukan
Yahudi mendirikan suatu agama baru, ataukah orang Kristen, baik Yahudi maupun non Yahudi, masih
merupakan bagian dari Yudaisme. Tiadanya keputusan jelas soal ini menjadi benih konflik selanjutnya
(misal, kasus Timotius, Kis 16:1–4), benih konflik yang akan memuncak di Antiokia (Gal 2:11–14).
Perselisihan itu muncul setelah kunjungan Petrus ke Antiokia dan makan bersama dengan orang-orang
Kristen non Yahudi. Perjamuan itu menandakan kesamaan mereka untuk ambil bagian dalam
keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Namun kemudian dengan kedatangan “Orang-orang
Yakobus” yang datang dari Yerusalem, situasi berubah. Setelah debat yang sangat panas, Petrus dan
orang-orang Kristen Yahudi lainnya mengecam habis-habisan dan memutuskan meja persaudaraan
dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi. Dengan demikian, mereka menegakkan lagi batas-batas
antara makanan halal dan najis, dan mengeluarkan orang-orang Kristen bukan Yahudi dari lingkaran
mereka. Namun Paulus tetap berpihak pada orang-orang Kristen bukan Yahudi. Ketika melakukan
debat terbuka dengan Petrus, Paulus mengecam ketidak konsistenan dan kemunafikan Petrus dalam hal
teologi dan praktik religius. Hasilnya adalah terputusnya hubungan sama sekali antara Paulus dan para
misionaris Yahudi-Kristen lainnya, termasuk juga dengan mantan gurunya, Barnabas (lihat juga Kis
15:36–39). Dengan demikian Paulus dan gereja-gereja bukan Yahudi berdiri sendiri, meskipun terus
menerus diganggu oleh para misionaris Kristen Yahudi. Namun, Paulus tidak pernah kehilangan
harapan bahwa suatu rekonsiliasi dengan Gereja Yerusalem pasti akan tercapai. Harapan ini
diwujudkannya dengan pengumpulan dana bagi kaum miskin di Yerusalem (1 Kor 16:1–4; 2 Kor 8
dan 9); dengan dukungan dari gereja Roma (Rom 15:30–32).
b. Data lebih lanjut berkaitan dengan Karya Pewartaan di Galatia
Ringkasan biografis di Gal 1:12–2:14 berakhir dengan episode Antiokia, namun data selanjutnya
bisa disimpulkan dari surat itu juga. Meskipun tidak ada data selanjutnya, surat itu mengindikasikan
pendirian gereja-gereja di Galatia. Kemudian, datanglah para penghasut yang anti-Paulus. Hasutan
mereka membuat Paulus menuliskan surat itu. Jika kunjungan dan pendirian gereja-gereja itu bisa
dihubungkan dengan Kis 16:6, juga bila dikoordinasikan dengan Gal 4:13, maka kunjungan kedua
Paulus pastilah yang disebutkan dalam Kis 18:23. Namun tidaklah jelas apakah Kis memang memberi
informasi soal gereja-gereja di Galatia. Perjalanan Paulus yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul
nampaknya didasarkan pada informasi yang baik hanya dalam beberapa bagian, sedangkan
keseluruhannya adalah ciptaan pengarang Kis yang mencoba menempatkan potongan-potongan tradisi
ke dalam suatu naskah yang dipandangnya konsisten. Kemungkinan memang ada perjalanan Paulus
yang tidak dikisahkan dalam Kis. Surat Galatia menyebutkan suatu kunjungan untuk mendirikan
4

Gereja (Gal 1:9; 4:13). Kunjungan kedua yang cocok dengan Kis 18:23 tergantung pada penafsiran
khusus terhadap kata-kata to proteron (Gal 4:13). Setelah pendirian gereja-gereja ini, para misionaris
Yahudi–Kristen terdengar hadir di antara mereka, dan untuk mencegah dampak negatif hasutan
mereka Paulus menuliskan surat ini. Pendirian gereja-gereja Galatia pastilah mendahului penulisan 1
Kor, karena dalam 1 Kor 16:1–4 ia menyebutkan gereja-gereja Galatia dan pengumpulan dana bagi
Yerusalem.
c. Karya Pewartaan di Makedonia dan Yunani
Untuk informasi berkaitan dengan karya pewartaan di Makedonia dan Yunani kita harus
mempercayai data dalam surat-surat Paulus pada jemaat Tesalonika dan Korintus, dan juga Kisah Para
Rasul. Menurut Kis 16:6–10, Paulus pergi melalui Phrygia, Galatia, dan, lewat Mysia, menuju Troas.
Dari sana ia memutuskan pergi ke Macedonia, menjawab penglihatan bahwa seorang Makedonia
memintanya untuk datang. Timotius menyertainya dalam perjalanan ini (Kis 16:1–4), seperti juga Silas
(Kis 15:40; 16:19, 25, 29; 17:4, 10, 14, 15; 18:5; meskipun, menurut 15:33 ia sudah pergi ke
Yerusalem). Bersama-sama, ketiga orang ini (yang relasinya dibuktikan dalam surat-surat Paulus, 1
Tes 1:1 [2 Tes 1:1]; bdk 1 Tes 3:2, 6; 2 Kor 1:19) berlayar dari Troas lewat Samothrace menuju
Neapolis, pelabuhan Filipi. Mereka mendapatkan sukses pertama di Filipi, di mana mereka mendirikan
gereja pertama di Makedonia (16:11–40). Dari Filipi mereka pergi ke Tesalonika, juga mendirikan
sebuah gereja di sana (17:1–9). Perhentian selanjutnya adalah Beroea (17:10–15), Atena (17:16–34; 1
Tes 3:1–2), dan Korintus (18:1–17; 1 Kor 1:1–2, 14, 16; 3:5–15; 16:15, 17); di semua kota ini,
didirikanlah gereja-gereja. Menurut Kis, Korintus menutup perjalanan misioner yang kedua.
Perjalanan ketiga dimulai dengan berlayarnya Paulus menuju Efesus bersama dengan Priscilla dan
Aquila (18:18–21). Yang lebih membingungkan adalah perjalanan aneh Paulus yang disebut dilakukan
dari Efesus “turun” ke Kaisarea, kemudian “turun” ke Antiokia, dan melalui Galatia dan Phyrigia
kemabli ke Efesus (18:22; 19:1).
d. Perjalanan ke Yerusalem
Pewahyuan lain membuat Paulus merencanakan perjalanan kedua ke Makedonia dan Akaia, dan
kemudian ke Yerusalem dan Roma (Kis 19:21–22). Terlebih dahulu mengutus Timotius dan Erastus,
Paulus segera menyusul mereka setelah terjadi keributan di Efesus yang didalangi oleh Demetrius
(20:1). Ia pergi melalui Macedonia melalui Yunani, yaitu Korintus (20:2). Catatan langka ini, yang
didasarkan pada beberapa sumber yang diketahui Lukas, kira-kira hanya bisa dihubungkan dengan apa
yang sekarang kita kenal dengan surat-surat Paulus, terutama. 1 Kor 16:1–11; 2 Kor 1:8–11, 15–18;
2:12–13; 7:5–7, 13–16; Rom 15:22–31. Perbedaan utamanya adalah (1) bahwa situasi itu lebih rumit
dari pada yang dikisahkan oleh Kisah Para Rasul; (2) bahwa Paulus mengubah rencana perjalanannya
beberapa kali; dan (3) bahwa ia hampir kehilangan gereja Korintus yang dirintisnya karena
perselisihan dan konflik internal.
Rom 15:22–31 menyebutkan bahwa Paulus pergi ke Korintus dan kemudian segera pergi ke
Yerusalem. Kis 20:1–6 mengisahkan bahwa para musuh Yahudi mencegahnya supaya jangan pergi
dari Korintus menuju Syria. Malah, ia dipaksa kembali ke Makedonia dan Troas. Utusan yang disebut
dalam 20:4 akhirnya berkumpul di Troas dan pergi dari Assos, berlayar sepanjang pantai Mitylene,
Chios, Samos, dan Miletus, di mana Paulus menyampaikan salah perpisahan pada para tua-tua yang
ditemuinya di sana (20:13–38). Perjalanan menuju Palestina dijelaskan dengan detil dalam 21:1–7.
Setelah tiba di Palestina, mereka singgah di Kaisarea dan berencana untuk melanjutkan perjalanan
ke Yerusalem, meskipun jemaat sudah mengingatkan Paulus bahwa malapetaka menunggu mereka di
sana (21:8–15, cf. 20:22–24; Rom 15:30–31). Di Yerusalem, Paulus dan utusannya pertama-tama
disambut dengan ramah (21:17), namun ketika ia mengunjungi Yakobus (21:18), ia diberitahu tentang
kebencian orang Yahudi. Laporan Paulus tentang kesuksesan karya pewartaan di antara orang-orang
bukan Yahudi (21:19–20a) berlawanan dengan sejumlah besar orang Kristen Yahudi di tanah air
Yahudi yang masih setia pada Taurat. Mereka pun menganggap karya pewartaan Paulus di antara
orang-orang bukan Yahudi sebagai Bidah karena ia tidak mengharuskan para pentobat baru untuk setia
pada Taurat Musa, hukum sunat dan gaya hidup orang Yahudi (21:20b–21). Namun, para sesepuh
Gereja, termasuk Yakobus, mengajukan rencana cerdik pada Paulus, menasihatinya untuk menjadi
salah satu dari empat orang yang akan membawa rencana itu di antara mereka untuk memenuhi hukum
nazar, mencukur kepala mereka, menyampaikan persembahan yang perlu, dan dengan demikian secara
5

publik menunjukan pada pengikut mereka agama Yahudi (21:22–26). Rencana itu hampir berhasil,
namun gagal di menit-menit terakhir ketika orang-orang Yahudi dari Asia Kecil mengenali Paulus
yang sedang berada di Bait Allah dan menghasut orang banyak untuk menangkap dia (21:27–30).
Tentara Romawi ikut campur tangan, menolongnya dari hukuman massa, namun kemudian
menahannya (21:31–36).
e. Perjalanan ke Roma
Dengan demikian, bersama dengan para tahanan lainnya, Paulus dikirm ke Roma. Di bawah
perlinungan Yulius, seorang tentara Romawi pengawal Kaisar Agustus, mereka berlayar dari
Adramyttium lewat Sidon sepanjang pantai Asia kecil ke Myra di Lycia (27:1–5). Dari Myra mereka
berlayar ke Itali (27:6–8). Perjalanan ini hampir saja berakhir dengan bencana ketika mereka dihantam
badai laut yang hebat, kapalnya karam, dan kapalnya kandas di Malta (27:9–44), tidak menyadari di
mana mereka berada (28:1). Paulus tinggal selama tiga bulan dan diingat karena mukjizatnya yang luar
biasa di sana (28:2–10). Ketika musim dingin berakhir dan perjalanan dimulai lagi, Paulus yang masih
disertai oleh Yulius, sekarang temannya, memakai kapal lain menuju Syracuse di Sicilia, kemudian ke
Rhegium dan Puteoli di Italy (28:11–14). Kemudian ia pun tiba di kota Roma, di mana orang Kristen
Roma menemuinya di luar tembok kota (28:15–16). Usaha oleh Paulus untuk menerangkan sendiri di
hadapan para pemimpin Yahudi di kota Roma gagal (28:17–28). Kisah Para Rasul kemudian
menyimpulkan dengan mengatakan bahwa Paulus hidup di kota Roma selama dua tahun dengan biaya
sendiri, “dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan
mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.”
f. Kematian
Sungguh aneh, Kisah Para Rasul tidak mengatakan apa-apa tentang apa yang terjadi dalam masa
dua tahun sesudahnya. Datang ke Roma memenuhi rencana Paulus (dan kehendak Allah) bahwa ia
harus pergi ke Roma, meskipun jalan untuk sampai ke sana berbeda dengan yang dibayangkan semula
(19:21; 23:11; 27:24). Kemungkinan Lukas, pengarang Kisah Para Rasul, mengetahui bahwa Paulus
dieksekusi sebagai seorang martir di kota Roma (bdk. 20:22–24; 21:11, 13). Alasan Lukas mengakhiri
bukunya dengan cara ini (jika ini merupakan akhir orisinil) tidak diketahui, namun ada berbagai untuk
menerangkannya.
Surat-surat Paulus menegaskan narasi terlebih dahulu ini hanya dalam kerangkan luas.Rencananya
untuk memimpin delegasi ke Yerusalem ditegaskan dalam Rom 15:25–28, namun keragu-raguan
Paulus sebelumnya (1 Kor 16:3–4) tidak diketahui dalam Kisah Para Rasul, demikian juga Kisah Para
Rasul nampaknya tidak tahu mengapa delegasi itu pergi terlebih dahulu ke Yerusalem. Seluruh
permasalahan pengumpulan dana yang dilakukan gereja-gereja Paulus nampaknya tidak diketahui
Lukas.
Pertobatan Paulus1

O
rang yang mengenal Paulus dari informasi Perjanjian Baru akan mengenal juga
sebuah momen balik dalam hidupnya, yakni peristiwa perjumpaan dengan Yesus
yang bangkit di jalan menuju Damsyik. Yesus menampakkan diri bukan kepada para
murid-Nya. Yesus yang bangkit justru menampakkan diri kepada orang yang paling berhasrat
untuk menghancurkan jemaat dan iman kepada-Nya. Kebencian Paulus menjadi kesempatan
bagi Yesus untuk mencintainya.

A. Di Jalan Menuju Damsyik


Sebagai seorang Farisi yang taat dalam tradisi nenek moyang, Paulus tentu saja
mempunyai kesulitan untuk menerima inti keyakinan iman jemaat Kristen yang menyatakan
bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Kesulitan itu muncul tidak hanya karena Kitab Suci
tidak pernah menyatakan hal itu. Memang Kitab Suci mengungkapkan janji Allah bahwa Ia
akan mengutus seorang Mesias yang akan memimpin bangsa Israel. Namun demikian, tidak
ada nubuat apa pun dalam Kitab Suci bahwa janji itu akan terpenuhi dalam diri Yesus yang
dikenal sebagai anak Yusuf dari Nazaret. Mesias yang dijanjikan Allah itu akan terlahir sebagi
keturunan Daud. Wajar bahwa orang-orang Israel menantikan Mesias dari wangsa Daud.
Penolakan Paulus atas klaim iman jemaat Kristen juga berpangkal pada kenyataan bahwa
Yesus mati disalib. Kenyataan bahwa Yesus mati di kayu salib merupakan skandal besar bagi
orang-orang Yahudi. Hanya seorang penjahat paling kejilah yang layak mati karena hukuman
paling menjijikkan itu. Kematian Yesus di kayu salib menjadi bukti nyata siapakah Yesus itu
bagi orang-orang Yahudi. la adalah orang yang dikutuk oleh Allah.
Mungkinkah seorang Mesias mati disalib? Mungkinkah orang yang dikutuk oleh Allah itu
adalah seorang Mesias? Dalam pemikiran Paulus dan teman-teman Yahudinya, tidak
mungkin seorang Mesias mati disalib. Tidak ada informasi sedikitpun bahwa orang-orang
Yahudi menantikan seorang Kristus tersalib! Berdasar pada Ul 21:23 orang-orang Yahudi
bahkan menganggap orang yang tergantung di salib sebagai orang yang dikutuk Allah. Tidak
mungkin orang yang dikutuk oleh Allah justru diangkat oleh-Nya menjadi Mesias yang telah
sekian lama dijanjikan-Nya.
Penolakan pada inti iman Kristen tersebut membuat Paulus giat mengejar dan
membinasakan jemaat Kristen. Semula ia mengejar-ngejar jemaat Kristen di Yerusalem.
Dalam kesempatan kemudian, ia memperluas wilayah pengejarannya sampai ke luar
Yerusalem. Jemaat Kristen mengenal betul bagaimana perilaku Paulus yang menjadi
penganiaya jemaat. Di dalam Kis 9:21 dikatakan, "Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau
membinasakan barang siapa yang memanggil nama Yesus?"
Pengejaran dan penganiayaan terhadap jemaat dilakukan juga oleh Paulus di luar
Yerusalem. Ia membawa surat kuasa dari Imam Besar untuk majelis-majelis Yahudi di
Damsyik. Ia bermaksud untuk membinasakan jemaat Kristen di Damsyik. Tetapi justru dalam
perjalanan untuk mengejar dan membinasakan jemaat itu, Paulus berjumpa dengan Yesus
yang bangkit. Apa yang terjadi dalam peristiwa di dekat Damsyik tidak dikisahkan secara
detail baik oleh Paulus sendiri maupun oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Hanya dikisahkan
bahwa cahaya terang memancar dari langit dan terdengar suara yang menyapanya. Paulus
mendengar suara itu dan bertanya siapa gerangan dia yang sedang berbicara kepadanya.
Suara itu menjawab bahwa la adalah Yesus yang dianiayanya.
Pengalaman berjumpa dengan Yesus yang bangkit merupakan unsur paling dasar dari
perjalanan spiritual Paulus. Seluruh hidupnya ditandai oleh peristiwa itu. Pengalaman

1
Sumber : St. Eko Riyadi, Pr “Hidup dalam Kristus” Kanisius Yogyakarta, 2008
perjumpaan tersebut merupakan pengalaman pewahyuan diri Yesus kepada Paulus. Dengan
menampakkan diri, Yesus menyatakan diri sebagai Dia yang bangkit. Iman Paulus
berkembang berkat perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Paulus sendiri menyatakan
bahwa peristiwa itu merupakan pewahyuan Sang Anak oleh Bapa kepadanya (Gal 1:16).
Dalam peristiwa itu, ia melihat Kristus (IKor 9:1; 15:8).
Apa yang paling penting dari peristiwa penampakan Yesus yang bangkit itu ialah
perubahan total dan pengaruh begitu mendalam yang terus dimilikinya dalam seluruh
perjalanannya kemudian. Perubahan total itu terjadi karena pewahyuan Putra kepadanya.
Pewahyuan itu membuat Paulus mengenal Yesus. Bagi Paulus, pengenalan akan Yesus jauh
melebihi segala sesuatu. "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya" (Flp 3:8).

1. Pertobatan?
Apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa di dekat Damsyik? Benarkah peristiwa itu
adalah peristiwa pertobatan Paulus? Kisah tentang peristiwa Damsyik muncul di tiga bab
dalam Kisah Para Rasul dan di beberapa bagian surat Paulus. Di dalam Kisah Para Rasul,
peristiwa Damsyik terdapat di Kis 9:1-20; 22:1-21; dan 26:3-23. Di dalam surat-surat Paulus,
kisah ini terdapat dalam Gal 1:11-17 dan Flp 3:4-17. ITim 1:12-17 dan Rom 7 biasanya juga
dimengerti sebagai deskripsi biografis mengenai peristiwa Damsyik ini.
Sampai pada tahun 1970-an, banyak ahli berpendapat bahwa peristiwa Damsyik adalah
peristiwa pertobatan Paulus. Pengartian peristiwa Damsyik sebagai pertobatan Paulus sudah
muncul sejak zaman Agustinus. Agustinus membacanya berdasar pengalaman pertobatan
pribadinya. Pertobatan dikaitkan dengan sebuah proses yang dilalui seseorang yang
berjuang dalam rasa bersalah yang kemudian berubah menjadi pribadi dengan kesadaran
baru berkat pengenalannya akan sebuah pedoman religius baru yang kokoh. Dibaca dari
pemahaman seperti ini, peristiwa Damaskus adalah contoh konkret sebuah pertobatan.
Paulus merasa bersalah karena telah menganiaya jemaat yang oleh Yesus diartikan sebagai
menganiaya Yesus sendiri. Rasa bersalah itu kemudian digeser oleh kesadaran baru akan
hidupnya berkat pedoman religius baru yang diterimanya. Pedoman religius baru itu adalah
perjumpaannya dengan Yesus yang bangkit.
Paulus masuk ke peristiwa itu sebagai penganiaya jemaat dan keluar darinya sebagai
pencinta jemaat. Dia yang semula mengejar-ngejar dan menganiaya jemaat sekarang
berbalik menjadi bagian dari jemaat yang semula dibencinya. la tidak hanya menjadi bagian
dari jemaat itu, tetapi juga menjadi pewarta inti iman jemaat yang semula merupakan
skandal yang ingin di-hancurkannya. Bukankah perubahan orientasi hidup itu merupakan
pertobatan Paulus? Inilah pertobatan.
Kadang juga dipikirkan bahwa Paulus bertobat dari seorang Farisi menjadi seorang
Kristen. Paulus bertobat dari menyembah Allah dalam Taurat menjadi penyembah Yesus
Kristus. la betobat dari ketaatan kepada hukum menjadi ketaatan kepada Kristus. Tetapi
apakah semuanya ini benar? Benarkah Paulus sekarang memiliki Allah atau sembahan yang
baru? Benarkah Paulus meninggalkan Taurat untuk hidup tanpa Taurat? Kita akan
membahas permasalahan ini pada bagian kemudian.
Catatan kecil tentang hal ini harus dinyatakan sekarang. Setelah peristiwa perjumpaan
dengan Yesus yang bangkit, Paulus tidak mengganti Allahnya dengan Allah yang baru. Paulus
tetap menyembah Allah yang sama yang dulu dikenalnya ketika ia masih menjadi seorang
Farisi. Allah yang disembah dan ditaati oleh Paulus tidak pernah berubah. Paulus justru
semakin jelas mengenali Allah itu berkat perjumpaannya dengan Yesus yang bangkit. Allah
yang semula dikenalnya sebagai Allah yang menyelenggarakan keselamatan bagi umat
sekarang dia kenali secara lebih jelas dalam diri Yesus. Keselamatan yang dikerjakan oleh
Allah itu menjadi nyata dalam diri Yesus.

2. Pewahyuan dan Perutusan


Pengalaman Damsyik bukan sebuah pengalaman pertobatan menurut konsep religius
barat maupun Yahudi. Paulus tidak mengalami rasa bersalah atau berdosa. Ia tidak
memahami perubahannya sebagai perubahan dari orang tak beriman menjadi orang
beriman, dari orang berdosa menjadi orang suci, dari orang tak bermoral menjadi orang
bermoral. Paulus juga tidak mengubah keyakinan imannya. Paulus tidak pernah mengubah
keyakinan akan Allahnya. Allah yang diimani baik sebelum maupun sesudah pengalaman
Damsyik adalah Allah yang dikenal sebagai Allah nenek moyang Israel. Penting untuk
ditanyakan: Paulus bertobat dari kondisi apa menuju situasi baru bagaimana? Dari seorang
Farisi menjadi seorang Kristen? Dari ketaatan pada Taurat menjadi keterbukaan terhadap
rahmat? Dari penganiaya jemaat menjadi pembangun jemaat?
Peristiwa Damsyik bisa saja dilihat oleh orang yang mengamatinya sebagai peristiwa
pertobatan karena memang ada perubahan hidup dalam diri Paulus. Orang melihat tindakan
Paulus yang mengejar dan menganiaya jemaat sebagai dosa. Soalnya adalah apakah Paulus
menganggap hal itu sebagai dosa? Bukankah semua itu dilakukannya justru karena
kegetolannya untuk mempertahankan inti iman dalam Taurat? Paulus tidak mengejar dan
menganiaya jemaat Kristen karena fanatisme buta, tetapi justru karena rasa cintanya pada
Taurat dan pada tradisi religius bangsanya.
Kita bertanya pada Paulus sendiri, apakah ia akan menyebut peristiwa Damsyik tersebut
sebagai peristiwa pertobatan? Paulus tidak pernah sekalipun menyebut peristiwa itu sebagai
pertobatan. Dalam surat kepada jemaat di Galatia, Paulus mengartikan pengalaman Damsyik
sebagai pengalaman akan Allah yang memanggilnya dan menyatakan Anak-Nya kepadanya.
"Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh
kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta
pertimbangan kepada manusia; juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka
yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ
kembali lagi ke Damsyik".
Empat hal pokok yang dinyatakan oleh Paulus adalah bahwa Allah memilih aku ...
memanggil aku ... menyatakan Anak-Nya ... supaya aku memberitakan ... Konteks
pembicaraan Paulus dalam surat kepada jemaat Galatia tersebut adalah pembelaan Paulus
atas Injil dan perutusannya. Ia menyatakan bahwa Injil yang diwartakannya tidak diperoleh
dari pengajaran manusia. Injil itu diterima dari penyataan Yesus Kristus. Peristiwa Damsyik
adalah peristiwa penyataan Anak oleh Bapa. Apa yang dinyatakan oleh Bapa kepadanya
adalah tentang Anak-Nya sendiri, Sabda Allah yang harus diwartakan oleh Paulus kepada
bangsa-bangsa non Yahudi.
Peristiwa Damsyik juga merupakan peristiwa ketika Allah memilih, memanggil, serta
mengutus Paulus untuk memberitakan Anak (Yesus Kristus) di antara bangsa-bangsa bukan
Yahudi. Paulus sekarang berbicara mengenai perutusan yang dikerjakannya. Perutusan itu
pun bukanlah berasal dari manusia. Ia tidak menerima perutusan itu dari manusia dan tidak
meminta pertimbangan kepada siapa pun sebelum melaksanakan perutusan itu. Ia juga
sadar akan perutusannya: memberitakan Anak kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Baik
Injil maupun perutusannya bersumber pada penyataan dan penugasan ilahi.
Dengan demikian, Paulus memahami peristiwa Damsyik sebagai peristiwa penyataan
Anak oleh Bapa dan peristiwa perutusan Bapa untuk memberitakan Anak kepada bangsa-
bangsa bukan Yahudi. Pengalaman Damsyik merupakan bagian dari panggilan apostolik
Paulus yang unik dan bukan sebuah contoh pertobatan Kristen.
Kepada jemaat di Filipi, Paulus berbicara mengenal sunat yang sejati. Dia
mempergunakan pengalaman Damsyik untuk menampakkan apa yang dimaksudkannya
sebagai sunat yang sejati. Pengalaman itu menjadi contoh nyata kontras antara hidup di
bawah hukum dan di bawah rahmat yang membawa ke dalam hidup baru dalam Kristus.
Paulus mengungkapkan hal-hal lahiriah yang bisa membuat orang bermegah akan hidupnya.
Tiga hal diperoleh berkat keturunan: lahir sebagai orang Yahudi, disunat pada hari
kedelapan, orang Yahudi berbahasa Ibrani. Selain unsur-unsur keturunan itu, Paulus juga
masih mempunyai kebanggaan-kebanggaan pribadi: seorang Farisi, penganiaya jemaat, tidak
bercela dalam ketaatan kepada hukum (Flp 3:4-17).
Tetapi pengenalan akan Yesus membuat hal-hal lahiriah tersebut tidak lagi bisa menjadi
alasan untuk bermegah. Segalanya lalu dianggap sebagai rugi berkat pengenalannya akan
Yesus. Pengenalan akan Yesus itu lebih mulia dari semuanya. Pengenalan itu terjadi karena
penyataan diri Yesus yang diterima oleh Paulus. Penyataan diri itu membuahkan perubahan
radikal dalam diri Paulus. Apa yang kemudian diinginkan oleh Paulus adalah "mengenal Dia
dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi
serupa dengan kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang
mati" (Flp 3:10).
Dalam surat kepada jemaat Filipi ini, Paulus mengartikan pengalaman Damsyik sebagai
pengalaman pengenalan akan Yesus yang mengubah hidupnya. Pengenalan itu membuat ia
mau menjadi serupa dengan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Hidupnya
dibangun dalam keserupaan dengan kematian dan kebangkitan Yesus, Tuhannya.
Kisah Para Rasul tiga kali mengisahkan peristiwa Damsyik. Fakta ini memberi kesan kuat
tentang betapa pentingnya peristiwa itu bagi hidup dan perutusan Paulus. Dalam Kis 9:1-20,
peristiwa Damsyik dikisahkan sebagai bagian dari kisah biografis Paulus. Dua pengisahan
yang lain (Kis 11:1-21 dan 26:2-23) tampil dalam pembicaraan Paulus di hadapan orang-
orang Yahudi dan di hadapan Herodes Agripa.
Pengartian pengalaman Damsyik sebagai pewahyuan dan perutusan sejajar dengan tugas
perutusan yang memang dipercayakan oleh Yesus kepada Paulus. Dalam peristiwa Damsyik,
Yesus menyatakan diri sebagai Yesus yang dianiaya oleh Paulus. Kepada Paulus
diperintahkan untuk bangkit dan pergi ke kota. Di sana akan diberitahukan kepadanya apa
yang harus ia buat. Kepada Ananias, Yesus menyatakan "Pergilah, sebab orang ini adalah alat
pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan
orang-orang Israel" (Kis 9:15). Peristiwa Damsyik adalah peristiwa pewahyuan dan perutusan
meriah yang diterima oleh Paulus dari Yesus yang bangkit.
Hal yang sama disebut oleh Paulus ketika ia memberikan pembelaan diri di hadapan
orang-orang Yahudi di Yerusalem (Kis 22). Yesus yang menampakkan diri kepadanya berkata,
"Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu
yang ditugaskan kepadamu". Sebelum memberi tugas perutusan itu, Yesus yang bangkit
menyatakan diri kepada Paulus, "Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu."
Ananias juga menjelaskan kepada Paulus apa yang telah terjadi. Kepada Paulus, Ananias
menyatakan, "Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui
kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari
mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang
kaulihat dan yang kaudengar." Keterangan Ananias itu menunjukkan bahwa Allah
menetapkan Paulus untuk mengetahui kehendak-Nya. la menyatakan kehendaknya. la
membuat Paulus melihat Yang Benar dan mendengar suara dari mulut-Nya. Dengan kata
lain, Allah menyatakan diri kepada Paulus. Tujuan dari pernyataan diri tersebut adalah untuk
memberi sebuah perutusan kepada Paulus. Paulus diutus untuk menjadi saksi akan apa yang
dilihat dan didengarnya.
Di hadapan Herodes Agripa (Kis 26), Paulus tetap juga mengartikan peristiwa Damsyik
sebagai peristiwa penyataan diri Yesus dan pemberian tugas perutusan kepadanya. Yesus
yang menyatakan diri kepadanya menetapkannya menjadi pelayan dan saksi tentang segala
sesuatu yang telah dilihat dan yang akan diperlihatkan kepadanya (ay. 16). Dalam
pengisahan kali ini, Paulus lebih jelas lagi menyebutkan perutusan yang diterimanya dari
Yesus. la diutus kepada bangsa-bangsa lain untuk membuka mata mereka supaya mereka
berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah supaya mereka oleh
iman mereka kepada Yesus memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam
apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (ay. 18).
Kisah Para Rasul lebih memperlihatkan peristiwa Damsyik sebagai peristiwa pewahyuan
dan perutusan daripada sebagai peristiwa transformasi total hidup Paulus sebagaimana
dalam surat kepada jemaat Filipi. Maka kita melihat tiga unsur ini dalam peristiwa Damsyik:
pewahyuan, perubahan (transformasi) hidup, dan perutusan. Karena itu, peristiwa Damsyik
bukanlah sebuah pertobatan psikologis sebagaimana sering dikatakan, melainkan sebuah
kisah mengenai bagaimana rahmat ilahi mengubah hidup seorang penganiaya jemaat
seperti Paulus.

B. Pewahyuan : “Akulah Yesus yang kauaniaya”


Dalam pembahasan di atas, kita mengenali peristiwa Damsyik sebagai peristiwa pe-
wahyuan, perubahan (transformasi) hidup, dan perutusan. Dalam bagian ini, kita akan
mendalami pewahyuan diri Yesus kepada Paulus. Pewahyuan diri Yesus yang bangkit ini
merupakan inti pengalaman Damsyik. Perubahan hidup dan perutusan yang kemudian
diterima oleh Paulus hanya bisa dimengerti kalau ditempatkan dalam perjumpaan Paulus
dengan Yesus yang bangkit. Perjumpaan itu yang mengubah Paulus. Perjumpaan itu pula
yang mengalirkan perutusan baru yang mesti dilak-sanakannya.
Ketiga kisah mengenai peristiwa Damsyik dalam Kisah Para Rasul memang tidak
menyediakan detail yang sama. Ada perbedaan di sana-sini. Namun demikian, dapat kita
kenali garis besar peristiwa-peristiwa pokok dalam peristiwa Damsyik ini. Tanpa
mengabaikan detail-detail perbedaan yang ada, kita berkonsentrasi pada garis besar
peristiwa yang ditampilkan di sana.
Paulus berangkat dari Yerusalem ke Damaskus dengan membawa surat kuasa dari Imam
Besar untuk majelis-majelis Yahudi di Damsyik. Tujuan kedatangannya ke Damsyik adalah
untuk mengejar dan membinasakan jemaat Kristen. Di perjalanan ke Damsyik, cahaya
memancar dari langit mengelilingi dia. Ada suara yang berkata kepadanya. Ia rebah ke tanah
dan bertanya, "Siapakah Engkau, ya Tuhan?"
Apa yang mengesan dari pertanyaan ini adalah bahwa Paulus mengenali kehadiran
seseorang dalam peristiwa cahaya itu. Kita kenali dua unsur peristiwa: cahaya dan suara.
Cahaya yang memancar dari langit barangkali memang dimengerti sebagai tanda kehadiran
Yang Ilahi. Orang menyebutnya sebagai chabod (kemuliaan) Allah yang terpancar dan
dikenali oleh manusia. Kitab Habakuk menggunakan gambaran cahaya yang bersinar yang
menyelubungi kekuatan Allah Yang Mahakudus (Hab 3:3-4). Paulus yang hidup dalam tradisi
bangsa Israel juga mengenali cahaya terang tersebut sebagai tanda kehadiran sosok ilahi. Ia
belum mengenali siapakah dia yang tersembunyi di balik cahaya terang itu.
Sebelum ia sempat mengerti semua peristiwa itu, terdengarlah suara yang menyapanya,
"Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Kita yang membaca kisah tersebut
langsung mengenali bahwa dia yang bersuara itu adalah Yesus yang bangkit. Lain halnya
dengan Paulus. Ia tidak mengenali suara siapakah itu. Ia juga belum sampai pada pengenalan
akan Yesus yang bangkit. Hal itu membuat dia ada dalam kebutaan, kegelapan tentang apa
yang terjadi.
Dua unsur pengalaman ini membuat Paulus merumuskan pergulatannya dalam sebuah
pertanyaan: "Siapakah Engkau, ya Tuhan?" Cahaya terang itu mengantar Paulus untuk
mengenali kehadiran sosok ilahi. Sosok ilahi itu bahkan menyapanya dengan namanya.
Paulus menggunakan seruan kyrie ketika mengajukan pertanyaan. Tentu harus dimengerti
bahwa pada tahap ini, kyrios belum dimengerti oleh Paulus dalam arti Tuhan. Paulus
menggunakan kata kyrios itu dalam arti tuan (dalam bahasa Inggris: sir).
Jawaban yang diterima oleh Paulus adalah jawaban dari Yesus yang bangkit: "Akulah
Yesus yang kauaniaya itu." Paulus memang sedang dalam perjalanan untuk mengejar dan
membinasakan jemaat Kristen di Damsyik. Senyatanya, yang dianiayanya adalah jemaat
Kristen. Mengapa sekarang Yesus yang bangkit itu menyatakan diri sebagai Dia "yang
kauaniaya itu"? Apakah pernyataan Yesus ini mengungkapkan gagasan Gereja sebagai
Tubuh Kristus yang nanti juga akan sangat diperkembangkan oleh Paulus? Barangkali
peristiwa pernyataan diri Yesus yang bangkit itu menjadi fondamen bagi Paulus untuk
mengerti Gereja sebagai Tubuh Kristus. Ketika ia menganiaya jemaat, ia sebenarnya
menganiaya Yesus sendiri.
Dengan jawaban itu, Yesus yang bangkit mengidentifikasi diri-Nya dengan jemaat yang
sedang dianiaya oleh Paulus. Penganiayaan terhadap jemaat adalah penganiayaan terhadap
Yesus sendiri. Gagasan ini akan diambil kembali oleh Paulus dalam surat-suratnya (IKor 15:8-
9; Gal 1:12.16). Memang, di dalam Kisah Para Rasul, Lukas tidak pernah berbicara mengenai
konsep Gereja sebagai Tubuh Kristus. Tetapi bisa dipikirkan bahwa pengalaman berjumpa
dengan Yesus yang mengidentifikasi diri dengan jemaat menjadi dasar bagi Paulus untuk
mengerti siapa sebetulnya Gereja. Gereja tidak lain adalah Tubuh Kristus.
Pemahaman ini bukanlah hasil mendadak dari peristiwa Damsyik. Surat-surat awal
Paulus tidak berbicara apa-apa mengenai Gereja sebagai Tubuh Kristus. Baru dalam tahapan
kemudian, Paulus semakin mengenali kesejatian Gereja ini. Maka peristiwa Damsyik tidak
menjelaskan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus. Peristiwa itu menjadi fondamen bagi
Paulus untuk mengenali Gereja sebagai Tubuh Kristus. Pemahaman ini semakin matang
berkat aktivitas pastoralnya di tengah jemaat yang dilayaninya.
Oleh karena itu, peristiwa Damsyik mewahyukan dua hal kepada Paulus. Pertama Paulus
mengenali Yesus sebagai Dia yang bangkit. Yang diketahuinya ialah bahwa Yesus telah mati
disalibkan. Dalam tradisi bangsanya, ia mengerti apa artinya mati disalib. Salib tidak hanya
berarti tempat kematian. Salib adalah cara kematian itu terjadi. Yesus mati dengan cara yang
paling keji dan paling hina. Dia mati sebagai seorang yang dikutuk Allah (Ul 21:23; Gal 3:13).
Tetapi sekarang Yesus yang disalibkan itu menjumpai dia dalam perjalanan ke Damsyik.
Bagaimana mungkin orang yang sudah mati menyatakan dirinya kembali?
Paulus sudah mendengar bahwa orang-orang Kristen mengimani bahwa Yesus telah
bangkit. Warta akan kebangkitan Yesus sudah menjadi warta umum di dalam jemaat Kristen.
Bahkan warta kebangkitan itu telah meneguhkan iman jemaat akan Yesus. Mereka yang
semula hancur karena kematian Yesus, sekarang menemukan kekuatan kembali. Keyakinan
mereka bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah semakin diperteguh. Paulus mengenali inti
iman Kristen ini. Sebagai seorang Farisi yang unggul, yang taat pada Taurat dan tradisi nenek
moyang, Paulus ingin menghancurkan inti iman semacam ini. Baginya, tidak mungkin
seorang yang mati di salib justru diimani sebagai Mesias. Mana mungkin Allah mengangkat
seorang yang dikutuk-Nya menjadi seorang Mesias?
Tetapi apa yang terjadi di jalan menuju Damsyik membuat Paulus mengerti bahwa iman
jemaat Kristen bukanlah iman yang hampa. Yesus yang mati disalibkan itu memang bangkit.
Ia sekarang bahkan menyatakan diri kepadanya. Entah pergulatan apa yang terjadi di dalam
diri Paulus yang membuat dia segera mengamini keyakinan iman Kristen ini. Tentu saja
sebagai seorang Farisi, ia sudah sangat familiar dengan gagasan mengenai kebangkitan
orang mati. Orang-orang Farisi meyakini bahwa orang mati akan dibangkitkan dan
memperoleh hidup kembali. Keyakinan sebagai orang Farisi ini tentu saja membantu Paulus
untuk mengenali bahwa Yesus yang menyatakan diri kepadanya adalah Yesus yang bangkit
dari antara orang mati. Yesus hanya dapat menyatakan diri kepadanya kalau Ia bangkit dari
antara orang mati.
Pada titik ini, inilah inti pengenalan Paulus akan Yesus: Yesus yang mati di kayu salib itu
sekarang bangkit. Pengenalan awal ini akan menjadi dasar bagi seluruh pengenalan Paulus
akan Yesus. Dia mengenali Yesus bukan dari karya-karya besarnya, bukan dari mukjizat-
mukjizat hebat yang dilakukan-Nya, bukan dari sabda-sabda Yesus yang penuh kuasa. Ia
mengenali Yesus dari wafat dan kebangkitan-Nya. Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit
menjadi sumber pengenalan Paulus akan Yesus. Paulus tidak pernah berbicara mengenai
sabda dan karya Yesus. Paulus hanya berbicara mengenai kematian dan kebangkitan Yesus.
Inti keyakinan iman yang diteruskannya ialah bahwa: "Kristus telah mati karena dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitan pada
hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci ...." Paulus mengenali Yesus sebagai Dia yang mati,
dikuburkan, dan dibangkitkan. Semua itu dikatakannya "sesuai dengan Kitab Suci". Status
awali dia sebagai seorang Farisi yang akrab dengan tradisi Kitab Suci membuat Paulus
sekarang mengenali bahwa Yesus mati sebagaimana disabdakan dalam Kitab Suci. Yesus
dikuburkan dan bangkit sebagaimana diwartakan dalam Kitab Suci.
Hal kedua yang diwahyukan kepada Paulus adalah bahwa Yesus mengidentifikasi diri-Nya
dengan jemaat yang dianiaya. Yesus sendiri mengartikan penganiayaan terhadap jemaat
sebagai penganiayaan terhadap diri-Nya sendiri. Pernyataan ini bukan sekedar pernyataan
solidaritas. Yesus tidak sedang menyatakan bahwa Ia seperasaan dengan jemaat. Yesus
menyatakan bahwa Ia "sekenyataan" dengan jemaat yang dianiaya itu. Pernyataan Yesus ini
adalah pewahyuan diri mengenai siapa sebenarnya diri-Nya. Sejak awal Injil Lukas, Yesus
dinyatakan sebagai Emmanuel, Allah yang menyertai umat-Nya.
Telah kita sebut di atas bahwa kita tidak bisa begitu saja mengartikan bagian dalam Kisah
Para Rasul ini untuk menafsirkan Gereja sebagai Tubuh Kristus. Pemahaman akan Gereja
sebagai Tubuh Kristus itu tumbuh dalam perjalanan kemudian. Pada tahap ini cukuplah
kita mengerti bahwa Paulus mengenali Yesus yang mengidentifikasi diri dengan Gereja. Isi
dari pemahaman ini masih akan digulati oleh Paulus dalam aktivitas misionernya. Dalam
perjalanan kemudian ketika gagasan Paulus tentang Gereja semakin berkembang, gambaran
Gereja sebagai tubuh memang menjadi gambaran paling hidup dan paling ekspresif.

C. Perubahan : "Segala Sesuatu Kuanggap Rugi"


Point kedua dalam pengalaman Damsyik adalah perubahan (transformasi) hidup yang
dialami oleh Paulus. Pengalaman semacam ini adalah sebuah pengalaman yang sering
dialami oleh orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan itu tidak hanya
tinggal sebagai kenangan tetapi tumbuh sebagai daya perubahan hidup. Paulus bukanlah
satu-satunya orang yang mengalami pengalaman semacam ini. Tradisi kekristenan mengenal
figur-figur yang diubah hidupnya berkat perjumpaan dengan Yesus. Hidup St. Fransiskus
Asisi, St. Ignatius Loyola adalah dua contoh yang dekat dengan kita.
Paulus mengatakan bahwa dalam peristiwa Damsyik, Yesus menyatakan diri kepadanya.
Pengalaman Damsyik menjadi saat Paulus mengenal Yesus. Pengenalan akan Yesus itu diakui
sendiri oleh Paulus sebagai "lebih mulia daripada semuanya" (Flp 3:8). Karena pengenalan
akan Yesus itu lebih mulia dari semuanya, Paulus menganggap segala sesuatu sebagai
sampah. Betapa berartinya pengenalan akan Yesus ini bagi Paulus. Hanya sebuah
pengalaman mendalam yang dapat memunculkan perubahan radikal sebagaimana dialami
oleh Paulus. Pengalaman superfisial/luaran tidak mempunyai daya perubahan seperti ini.
Kebanggaan-kebanggaan masa lalu dianggapnya sebagai 'sampah'. Kita mengerti apa
artinya sampah: kotor, bau, tidak berguna lagi, dibuang. Bagaimana orang rela membuang
semua kebanggan yang sudah membesarkan dirinya? Kita pun sering tidak rela kehilangan
kebanggaan diri semacam itu. Tetapi Paulus memang mengalami pengalaman mendasar
dalam hidupnya. Apa yang dilawannya ternyata menyatakan diri di hadapannya dan
menampakkan bahwa yang dilawannya itu sebenarnya adalah yang benar, yang berharga,
yang lebih mulia dari segala sesuatu. Apa yang dibuatnya dalam kebanggaan sebelum
peristiwa Damsyik sekarang tampak sebagai yang harus ditinggalkan, yang harus dibuang
karena ia mengenali ketidakberartian semua itu dibanding dengan pengenalannya yang baru
akan Yesus.
Dalam pengalaman Damsyik, Paulus mengerti bahwa Yesus yang dibencinya senyatanya
adalah Dia yang layak dicintai. Paulus mengerti bahwa iman akan Yesus yang semula ingin
dibasminya senyatanya adalah iman yang benar yang lalu diwartakannya ke mana-mana.
Peristiwa hebat yang mengubah semuanya itu adalah Yesus yang bangkit yang menyapanya
secara pribadi, menyapanya dengan namanya sendiri.
"Oleh karena Dialah aku menganggapnya sampah ...." Apa yang dianggap sebagai
sampah oleh Paulus? Sebelum membuat pernyataan ini, Paulus berbicara mengenai hal-hal
lahiriah yang bisa menjadi kebanggaan; hal-hal lahiriah yang membuat orang memegahkan
diri. Orang bisa membanggakan diri karena status, karena pencapaian sosial, karena prestasi
religius, dan lain-lain. Orang-orang zaman sekarang akan membanggakan prestasinya,
jabatannya, kekayaannya, kualitas keimanannya, dst. Alasan-alasan lahiriah itu sering
ditunjukkan untuk menyatakan kepada orang lain "siapakah aku".
Kecenderungan untuk memegahkan diri karena alasan-alasan lahiriah rupanya juga
hidup di tengah-tengah jemaat Filipi. Disinyalir bahwa pada waktu itu, jemaat Filipi
sedang menghadapi misionaris-misionaris Kristen Yahudi yang sangat menekankan
pentingnya sunat. Dalam tradisi Yahudi, sunat memang merupakan tanda fisik keanggotaan
dalam jemaat. Sunat itu merupakan tanda bahwa orang tunduk kepada hukum Taurat yang
memang menjadi pegangan dalam hidup religius Yahudi. Sunat berarti setia kepada Taurat
dan kepada Yahwe yang telah menganugerahkan Taurat itu. Maka para misionaris Kristen
Yahudi ini menekankan pentingnya sunat. Juga orang-orang non Yahudi yang menjadi
Kristen tetap harus disunat.
Berhadapan dengan kampanye semacam ini, Paulus menyatakan bahwa bukan sunat
lahiriah yang terpenting. Paulus berpesan kepada jemaat di Filipi untuk tidak menjadikan
hal-hal lahiriah seperti itu sebagai bahan memegahkan diri. Sunat lahiriah yang dibangga-
banggakan itu tidak menjadi jaminan bagi hidup seseorang. Pada saatnya nanti, Paulus akan
mengerti bahwa keselamatan tidak datang karena ketaatan pada hukum (dinyatakan lewat
sunat) melainkan semata-mata karena pekerjaan Allah sendiri. Sunat dan pekerjaan-
pekerjaan lahiriah tidak menjadi jaminan bagi keselamatan. Maka kalau harus bermegah,
jemaat harus "bermegah dalam Kristus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah"
(Flp 3:3). Yang lain dari semua itu adalah sampah.
Paulus mengisahkan pengalaman perubahan yang terjadi dalam dirinya berkat
perjumpaan dengan Yesus. Sebelum mengenal Yesus, Paulus merasa mempunyai banyak
keunggulan lahiriah yang bisa dibanggakan. Sekarang, setelah pengenalan akan Yesus,
keunggulan-keunggulan lahiriah itu tidak lagi menjadi alasan untuk bermegah. Apa yang
dulu dianggapnya sebagai keuntungan, sekarang justru dianggap rugi karena Kristus.
Hal-hal lahiriah itulah yang ditinggalkan oleh Paulus: statusnya, kecakapannya, kualitas
diri sebagai seorang Yahudi yang taat. Apa yang semula dimengertinya sebagai motivasi
bermegah, sekarang dianggapnya sebagai kerugian. Apakah itu berarti bahwa hal-hal
lahiriah itu tidak berarti? Paulus tidak mengatakan seperti itu. Dia tidak bisa membuang
status keluarganya. Dia tidak menyatakan bahwa ia meninggalkan ketaatan terhadap tradisi
religius bangsanya. Tetapi Paulus mengerti bahwa hal-hal lahiriah itu tidak lebih bernilai dari
pengenalannya akan Yesus. Karena itu, hal-hal lahiriah itu dianggap sebagai sampah, yang
patut untuk disingkirkan. Hal-hal itu dianggap sebagai kerugian karena siapa yang berpegang
padanya justru kehilangan pegangan yang utama: Yesus sendiri. Baginya, pengenalan akan
Kristus jauh lebih berarti daripada hal-hal lahiriah tersebut.
Untuk tujuan apa Paulus menganggap hal-hal lahiriah itu sebagai sampah? Paulus
melepaskan semua itu dan menganggapnya sebagai sampah supaya ia memperoleh Kristus
dan berada di dalam Dia (Flp 3:8). Semula, ia ingin melenyapkan nama itu, tetapi sekarang Ia
malah ingin memiliki-Nya, tidak hanya memiliki nama itu, tetapi memiliki PRIBADI yang
mengemban nama itu. Pribadi itu dikenalnya sebagai Yesus yang menjumpainya di jalan
menuju Damsyik. Pribadi itu dikenalinya sebagai Yesus yang bangkit. Begitu berartinya
pribadi Yesus itu sehingga ia menganjurkan supaya jemaat hanya bermegah dalam Kristus,
dan tidak dalam hal-hal lahiriah seperti kelahiran, status keluarga, keunggulan religius, dst.
Perubahan seperti itu terjadi karena Paulus merasa telah ditangkap oleh Kristus Yesus
(Flp 3:12). Seluruh hidupnya ada di dalam Kristus, dan itulah yang diinginkannya. Ia bahkan
berani mengatakan bahwa bukan lagi dia yang hidup melainkan Kristuslah yang hidup dalam
dirinya (Gal 2:20). Seluruh hidup Paulus sekarang dipenuhi oleh Kristus. Maka apa yang
diinginkannya adalah "mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya supaya aku
akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Flp 3:10). Paulus ingin menjadi serupa
dengan Kristus. Inilah perubahan/transformasi hidup yang dialami oleh Paulus berkat
perjumpaannya dengan Yesus yang bangkit.
Apa yang ditampilkan dalam bagian ini adalah figur Paulus sebagai model seorang
beriman. Kebanggaan-kebanggaan akan hal-hal lahiriah yang ditampilkan oleh orang-orang
yang mengancam jemaat harus ditinggalkan. Jemaat harus meneladan Paulus yang justru
berbangga hanya di dalam Yesus Kristus. Status prestisius yang diperolehnya karena
kelahiran tidak dijadikannya alasan untuk berbangga. Status prestisius yang diperoleh karena
pilihan-pilihan hidupnya (Farisi, penganiaya jemaat, tanpa cacat dalam hukum) juga tidak
lagi menjadi sumber kebangaannya. Tiga status terakhir pasti dahulu diupayakan oleh Paulus
tidak dengan mudah. Tetapi apa yang dulu diperjuangkan pun ditinggalkannya karena
pengenalan akan Kristus lebih mulia akan semua itu.
Yesus tidak hanya menjadi nilai baru bagi Paulus melainkan juga menampakkan
ketidakberartian hal-hal lahiriah yang semula menjadi kebanggaan. Inilah pengalaman
Damsyik bagi Paulus: mengenali Yesus sebagai satu-satunya kebanggaan dalam hidupnya.
Paulus beralih dari kelekatan total pada hukum menuju pada pengenalan akan Kristus. Hal
itu tidak berarti bahwa Paulus beralih dari apa yang jahat (kesetiaan kepada hukum) kepada
apa yang baik (pengenalan akan Yesus). Paulus tidak meninggalkan apa yang baik yang
pernah diperjuangkannya. Tetapi Paulus beralih dari nilai-nilai lebih rendah (inferior) ke nilai
yang lebih tinggi (superior). Bagi Paulus, mengenal Yesus Kristus adalah jauh lebih bernilai
daripada ketaatan pada hukum, lebih mulia dari status dan prestasi prestisius yang semula
dimilikinya. Peristiwa Damsyik merupakan titik tolak proses pematangan kesatuannya
dengan Kristus.
Karena pengenalan akan Kristus itu lebih mulia dari segalanya, apa yang dikehendaki
oleh Paulus adalah "mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dengan
penderitaan-Nya" (ay. 10-11). Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengenal Kristus?
Tidak lain adalah mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya sendiri. Bagaimana
pengenalan akan Kristus itu diusahakan? Yakni dengan mengalami kekuatan kebangkitan-
Nya dan ikut serta dalam penderitaan-Nya sampai pada tahap menjadi serupa dengan
kematian-Nya untuk sampai pada kebangkitan orang mati.
Pengalaman dasar dalam kerohanian Paulus ini yang membawa dia ke dalam sebuah
transformasi hidup. Apa yang dulu dikerjakannya dengan penuh semangat, sekarang
ditinggalkannya karena ia menemukan Kristus yang lebih berarti dari segala sesuatu.
Hidupnya berubah dari seorang penganiaya jemaat menjadi pembangun jemaat; dari
penganiaya Yesus menjadi pencinta-Nya yang sejati. Ketaatan total pada Taurat dan pada
tradisi sekarang ditempatkan di bawah ketaatan pada Yesus dan Injil-Nya.

D. Perutusan : Diutus Menjadi Rasul


Point ketiga yang bisa kita gali dari peristiwa Damsyik adalah perutusan. Paulus
memperoleh perutusan yang diberikan oleh Yesus yang bangkit. Yesus memilihnya untuk
menjadi saksi yang mewartakan namanya kepada segala bangsa. Segera kita menemukan
perbedaan dalam tiga kisah Paulus di dalam Kisah Para Rasul (Kis 9, Kis 22 dan Kis 26). Di
dalam Kis 9, perutusan kepada Paulus tidak langsung disampaikan oleh Yesus pada saat Dia
menampakkan diri kepada Paulus di jalan menuju Damsyik. Perutusan itu dinyatakan oleh
Yesus kepada Ananias. Yesus menjadikan Paulus sebagai alat pilihan untuk memberitakan
nama-Nya. Semula Ananias sendiri ragu akan perutusan Yesus bagi Paulus ini. Ia mengenal
Paulus sebagai orang yang melakukan banyak kejahatan terhadap orang-orang kudus di
Yerusalem (Kis 9:13). Ananias juga tahu bahwa Paulus datang ke Damsyik dengan kuasa
penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama Yesus.
Keraguan ini tentu saja merupakan sebuah keraguan yang wajar. Sebagai warga jemaat,
Ananias mengenal kengerian tindakan Paulus yang mengejar dan menganiaya jemaat. Tentu
muncul keraguan dan pertanyaan: mengapa Yesus justru memilih orang yang selama ini
memusuhi jemaat?
Tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa Ananias menyampaikan kepada Paulus apa yang
dikatakan oleh Yesus kepadanya. Ananias hanya datang ke rumah tempat Paulus berada,
menumpangkan tangan atasnya dan menyatakan kepada Paulus bahwa Yesus mengutus
Ananias kepada Paulus agar Paulus dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.
Setelah peristiwa itu, Paulus mewartakan Yesus ke rumah-rumah ibadat dan mengatakan
bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dikatakan juga dalam Kisah Para Rasul bahwa Paulus
semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di
Damsyik karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 9:22). Pewartaan Paulus
bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus), Anak Allah ini dalam perjalanan kemudian akan
menjadi inti warta Paulus akan Yesus. Seluruh pemikiran Paulus akan berpusat pada
pengakuan iman bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Dikatakan di sana bahwa Paulus
tidak hanya mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi juga membuktikan bahwa
Yesus adalah Mesias.
Mengapa ia harus membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias? Karena ia berhadapan
dengan orang-orang Yahudi yang justru menolak keyakinan iman bahwa Yesus adalah
Mesias. Lukas tidak mengisahkan bagaimana Paulus membuktikan kenyataan iman itu. Lukas
hanya melaporkan bahwa apa yang dia katakan membuat pengaruhnya semakin besar. Ia
juga membuat banyak orang Yahudi bingung karena apa yang diwartakannya. Akibatnya
adalah orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh Paulus. Berkat bantuan murid-
muridnya, ia bisa lolos dari usaha pembunuhan itu dan dapat pergi ke Yerusalem. Di
Yerusalem ia dengan berani mengajar dalam nama Tuhan. Sekali lagi, ia harus berhadapan
dengan ancaman pembunuhan sehingga ia harus menyingkir ke Kaesarea dan kemudian ke
Tarsus.
Kis 22 menampilkan detail mengenai perutusan Paulus yang sedikit berbeda. Setelah
pewahyuan diri Yesus yang bangkit, Paulus bertanya tentang apa yang harus ia perbuat (Kis
22:10). Ia harus pergi ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadanya. Di Damsyik, Paulus bertemu dengan Ananias. Berbeda dengan Kis 9,
tidak diceritakan bahwa Ananias menerima penampakan Yesus dan perutusan untuk datang
kepada Paulus. Hanya dikisahkan bahwa Ananias datang memberitahukan bahwa Paulus
harus menjadi saksi Allah terhadap semua orang (Kis 2:14).
Setelah itu, Paulus pergi ke Yerusalem dan berdoa di Bait Allah. Di Bait Allah itu, Paulus
diliputi kuasa ilahi dan ia melihat Yesus. Yesus menyuruh Paulus untuk meninggalkan
Yerusalem karena orang-orang Yerusalem tidak akan menerima kesaksiannya. Pada saat
itulah, Yesus menyatakan perutusan kepada Paulus: "Pergilah, sebab Aku akan mengutus
engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain!" (Kis 22:21).
Kalau kita bandingkan dengan Kis 9, sekarang kita menemukan sebuah perutusan
eskplisit dari Yesus. Kis 9 hanya memberikan informasi bahwa Yesus bermaksud untuk
menjadikan Paulus sebagai alat pilihan untuk memberitakan nama-Nya. Sekarang, Yesus
sendiri menyatakan secara langsung kepada Paulus bahwa la mengutus Paulus kepada
bangsa-bangsa lain. Perutusan itu terjadi di Bait Allah di Yerusalem, dan bukan di jalan
menuju Damsyik.
Kis 26 menampilkan detail yang berbeda juga. Di Kis 26, perutusan itu langsung
dinyatakan oleh Yesus kepada Paulus dalam peristiwa penampakan di jalan menuju Damsyik.
Setelah menyatakan diri-Nya, Yesus langsung berkata kepada Paulus, "Tetapi sekarang
bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau
menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat daripada-Ku dan
tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti" (Kis 26:16). Perutusan itu pun
dinyatakan secara sangat jelas oleh Yesus. Paulus diutus untuk membuka mata orang supaya
mereka berbalik dari kegelapan kepada terang, dari kuasa iblis kepada Allah, supaya karena
iman kepada Yesus mereka memperoleh pengampunan dosa, dan supaya mereka mendapat
bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Dengan kata lain,
perutusan Paulus adalah perutusan keselamatan.
Paulus sendiri menyatakan inti pewartaannya: "Apa yang kuberitakan itu tidak lain
daripada yang sebelumnya telah diberitahu-kan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yatiu
bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa la aalah yang pertama yang akan
bangkit dari antara orang mati dan bahwa la akan memberitakan terang kepada bangsa ini
dan kepada bangsa-bangsa lain" (Kis 26:22b-23). Pewartaan Paulus adalah pewartaan
tentang Yesus yang menderita, wafat, dan bangkit sebagaimana telah diberitahukan oleh
para nabi dan oleh Musa.
Ketiga kisah dalam Kisah Para Rasul tersebut menampilkan detail yang berbeda. Kis 9
merupakan bagian dari kisah biografis Paulus yang disampaikan oleh Lukas. Kis 22
merupakan omongan Paulus kepada orang-orang Yahudi yang akan membunuhnya. Kis 26
terjadi dalam konteks omongan Paulus di hadapan Herodes Agripa. Konteks yang berbeda ini
tentu saja memungkinkan perumusan detail yang berbeda-beda.
Manakah kisah yang paling dekat dengan kenyataan pada waktu itu? Apakah Paulus
menerima perutusan Yesus di Bait Allah Yerusalem? Ataukah ia menerimanya secara tidak
langsung dari Ananias? Ataukah perutusan itu langsung diterima oleh Yesus di jalan menuju
Damsyik ketika Yesus menyatakan diri kepadanya? Tidak ada informasi yang bisa membuat
persoalan ini gamblang 100%.
Yang bisa kita gali sekarang adalah apa kata Paulus sendiri tentang peristiwa Damsyik dan
tentang perutusan yang diterimanya. Di atas, kita sudah membahas Gal 1:11-24. Di dalam
teks ini, Paulus ingin menjelaskan bahwa Injil yang diwartakannya adalah Injil yang benar;
bahwa kerasulannya adalah kerasulan yang sejati. Untuk menjelaskan dua hal itu, Paulus
mengangkat kembali peristiwa Damsyik. Dia mengartikan peristiwa itu sebagai saat
penyataan diri Yesus dan saat perutusan. Yesus menyatakan diri kepada Paulus. Paulus
menyadari diri sebagai yang dipilih dan dipanggil untuk memberitahukan Dia di antara
bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Dengan demikian, dalam peristiwa Damsyik tersebut, Paulus menerima perutusan Yesus.
la sadar sungguh akan perutusan itu. la mengerti bahwa ia diutus untuk mewartakan Yesus
kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Sikap Paulus terhadap perutusan ini pun jelas: "...
kepada penglihatan yang dari surga itu, tidak pernah aku tidak taat" (Kis 26:19). Kita
mengenali ketaatan Paulus ini. Tiga perjalanan misionernya menjadi bukti ketaatan Paulus
ini. Paulus membawa Injil Yesus Kristus ke luar wilayah Palestina sehingga Injil itu tidak
dibatasi lagi oleh lingkup Yudaisme. Injil itu dibawa ke tengah-tengah dunia yang disebut
sebagai dunia kafir (Gentile world).
Apakah kesadaran misioner Paulus berkembang dan langsung memperoleh
kepenuhannya pada peristiwa Damsyik? Barangkali kita tidak perlu berpikir sejauh itu. Sekali
lagi, peristiwa Damsyik merupakan fondamen bagi kesadaran dan perjuangan Paulus, juga
bagi kesadaran akan karya misionernya. Peristiwa Damsyik menjadi momen ketika Paulus
menyadari perutusan khususnya untuk mewartakan Injil Yesus kepada segala bangsa.
Kesadaran itulah yang kemudian dipupuk dan diwujudnyatakan dalam aktivitas misioner
Paulus di tengah bangsa-bangsa.
Dalam surat-suratnya, berkali-kali Paulus menyebut diri sebagai Rasul. Dia
memperkenalkan diri kepada jemaat sebagai Rasul Yesus Kristus (IKor 1:1; 2Kor 1:1; Ef 1:1;
Kol 1:1; ITim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1). Paulus juga menyadari bahwa ia menerima martabat
kerasulan itu dari Yesus Kristus (Rm 1:5; Gal 1:1) karena Yesus telah memanggilnya menjadi
rasul dan mengkhususkan dia untuk pewartaan Injil Tuhan (Rm 1:1; IKor 1:1). Kesemuanya
itu bertujuan untuk membawa orang kepada ketaatan dalam iman agar orang diselamatkan.
Dalam surat-surat awal (seperti surat pertama kepada jemaat di Tesalonika), tidak ada
tanda-tanda bahwa orang meragukan status Paulus sebagai rasul. Ia bahkan dengan enak
menyebut rekan-rekan sekerjanya (Timotius dan Silvanus) juga sebagai rasul-rasul Kristus
(ITes 2:6). Dalam perkembangan kemudian, Paulus mulai menyatakan secara tegas status
kerasulannya (Gal 1:1; IKor 1:1; Kor 1:1; Rm 1:1). Paulus juga mulai membedakan dirinya
sebagai rasul dari rekan-rekan sekerjanya (IKor 1:1; 2Kor 1:1; Kol 1:1).
Pergunjingan akan status kerasulan Paulus mulai tampak dalam surat kepada jemaat di
Korintus. Di sana, Paulus menyatakan diri sebagai rasul: "Sekalipun bagi orang lain aku
bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul .... Inilah pembelaanku terhadap mereka
yang mengkritik aku" (1 Kor 9:2-3). Paulus membela kerasulannya. Paulus tetap membela
status kerasulannya dan yakin bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. la sadar akan statusnya
itu meskipun ia juga sadar bahwa ia adalah yang paling hina dari semua rasul sebab ia telah
menganiaya jemaat Allah (IKor 15:9).

E. Penutup
Patung St. Paulus yang sekarang berdiri di depan kapel Seminari Tinggi St. Paulus,
Kentungan, Yogyakarta adalah gambaran diri Paulus yang begitu mengesankan. Patung itu
menampakkan tubuh Paulus dengan gurat-gurat kekekaran dan kekokohan ragawi. Kedua
kakinya besar. Otot-otot kaki tampak begitu menonjol. Wajahnya menengadah ke langit
dengan kedua tangan terangkat di depan dadanya. Kakinya pating pethekol. Fisiknya
menampakkan sebuah kerja yang tidak berkesudahan. Dan semua itu menjadi jelas dari
tulisan yang ada di bawah patung itu: Paulus, guru segala bangsa.
Kekokohan fisik itu rupanya juga menyembunyikan kekokohan rohani yang tidak hanya
mendalam. Dia menjadi pribadi beriman yang kontroversial. Bagi orang-orang tertentu
terasa terlalu keras, sombong, terlalu filosofis dalam menyatakan imannya. Bagi orang lain,
dia dirasakan lembut, kata-katanya dekat dengan pengalaman hidup umat beriman.
Kekokohan fisik dan spiritual itu rupanya bukan sebuah produk instan. Paulus sudah
membangun kekokohan itu semenjak masa mudanya. Dalam kemudaan, ia tampil sebagai
figur penting dalam komunitas Yahudi. Ia memimpin saudara-saudaranya untuk
membinasakan bahaya besar yang mengancam tradisi rohani bangsanya. Tetapi pengalaman
Damsyik menghadangnya. Apa yang dulu ingin dihancurkannya sekarang justru
dibangunnya. Dia yang semula dibencinya sekarang justru dicintainya. Semuanya terjadi
berkat pengenalannya akan Yesus yang bangkit. Dia yang bangkit menyatakan diri,
mengutus, dan mengubah hidupnya.
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 1

Surat – surat Cinta Paulus


TIGA PERJALANAN
MISIONER PAULUS

Selama 20 tahun perjalanan misionernya,


Paulus menempuh jarak sekitar 16.000 km
(10.000 mil) untuk mendirikan Gereja-
Gereja di seluruh Kekaisaran Romawi.

Dalam perjalanan pertamanya, diutus oleh


Gereja Anthiokia dan disertai oleh
Barnabas dan Markus, ia mengadakan
perjalanan ke Siprus dan kemudian ke Asia
Kecil.

Dalam perjalanan
misionernya yang kedua,
Paulus disertai oleh Silas.
Mereka mengunjungi
kembali Gereja-Gereja di
Galatia dan kemudian
pergi ke Yunani untuk
mengunjungi Macedonia,
Athena dan kemudian
Korintus di mana Paulus
tinggal selama 2 tahun.

Perjalanannya yang
ketiga membawa Paulus
ke Efesus, kota utama
provinsi Romawi di Asia,
di sana ia mendirikan
sebuah Gereja Kristen
yang penting. Dari Efesus,
Kristianitas tersebar
melintari daerah timur
Asia kecil. Paulus
kemudian pulang kembali
ke Yerusalem lewat
Korintus.
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 2

1. Roma Jalan menuju


keselamatan
 Dalam satu paragraf : menurut surat Roma
Inilah surat Paulus yang paling mengesankan dalam Alkitab. Surat ini Dalam suratnya
terasa seperti seorang profesor theologi yang sedang menerangkan dasar- kepada jemaat di
Roma, Paulus
dasar Kristianitas pada baptisan baru. Setelah sekitar 20 tahun menjelaskan
pelayanannya dan melakukan tiga perjalanan misioner untuk mendirikan keselamatan dengan
Gereja-Gereja di seluruh kekaisaran Roma, Paulus memutuskan bahwa cara berikut :
 “Semua orang telah
sudah waktunya ia mengunjungi ibu kota Roma. Maka, ia menulis surat berbuat dosa dan
pada jemaat kristen di Roma ini, memperkenalkan dirinya sendiri dan telah kehilangan
kemuliaan Allah”
meringkaskan pandangannya tentang iman kristiani. Paulus mengatakan (Rom 3:23).
bahwa semua orang telah berdosa, namun Yesus wafat untuk  “Upah dosa ialah
menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Yang harus kita lakukan adalah maut” (Rom 6:23).
 “Akan tetapi Allah
mempercayainya, dan menerima rahmat penyelamatan Allah yang cuma- menunjukkan
cuma. kasih-Nya kepada
 Titik kunci : kita, oleh karena
Kristus telah mati
“Jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan untuk kita, ketika
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari kita masih berdosa”
(Rom 5:8).
antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rom 10:9).
 “Karena dengan
 Pengarang, waktu penulisan : hati orang percaya
Rasul Paulus menulis surat ini pada jemaat Kristiani di Roma sekitar dan dibenarkan, dan
dengan mulut orang
tahun 57, dekat dengan akhir perjalanan terakhirnya. mengaku dan
 Tokoh – tokoh utama : diselamatkan”
(Rom 10:10).
Paulus, orang Yahudi ultra-konservatif (Farisi) yang bertobat menjadi
Kristen dan kemudian menjadi salah satu pemimpin Gereja yang paling berpengaruh sepanjang
zaman, serta mendirikan jemat-jemaat di seluruh Kekaisaran Romawi.
 Adegan terpenting :
Yesus yang bangkit merupakan simbol harapan bagi manusia – sebagai kemenangan atas dosa
dan maut. “Sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rom 6:4).
 Ayat yang paling terkenal :
“Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom 3:23).

2. I Korintus
 Dalam satu paragraf :
Dua atau tiga tahun setelah mendirikan Gereja di daerah yang sekarang adalah Korintus, Yunani,
rasul Paulus mendapatkan pesan yang menggelisahkan. Di Korintus terjadi perpecahan tajam
dalam Gereja soal siapakah yang mempunyai wewenang. Lagi pula ada perdebatan terus
menerus tentang berbagai topik yang luas. Sebuah contoh : apakah orang Kristen harus menikah,
apakah mereka bisa makan daging yang dipersembahkan bagi berhala-berhala, bagaimana tata
cara berpakaian dalam ibadat, bagaimana menjalankan Perjamuan Tuhan (Komuni), bagaimana
dengan orang yang menjual anugerah-anugerah Roh yang mereka miliki – terutama berbicara
dalam „bahasa-bahasa surgawi‟ – dan bagaimana mengatur anggota-anggota Gereja yang
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 3
melakukan penyimpangan seksual. Dalam sepucuk surat yang praktis dan tulus, Paulus menyapa
masing-masing masalah, mendorong Gereja Korintus untuk berhenti berdebat dan mulai kerja
sama.
 Titik kunci :
“Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu
seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat
bersatu dan sehati sepikir” (1 Kor 1:10).
 Pengarang, waktu penulisan :
Paulus, menulis sekitar tahun 55 M, dua atau tiga tahun setelah meninggalkan Korintus.
 Tokoh utama :
Paulus, termasuk misionaris pertama dan pelayan yang mendirikan Gereja di Korintus.
 Adegan terpenting :
Anggota Gereja Korintus berdebat tentang siapakah pemimpin mereka. Beberapa orang
mendukung Paulus. Beberapa orang lain lagi mendukung Petrus, pemimpin para murid Yesus.
Sedangkan beberapa orang lain lagi memilih untuk mendukung seorang pengkhotbah populer
bernama Apollos. “Tugasku adalah menanam benih itu di hatimu,” kata Paulus yang kemudian
menambahkan “dan Apolos menyiram, namun Allahlah yang memberi pertumbuhan, bukan
kami, … Kami adalah kawan sekerja Allah. Kamu adalah ladang Allah … [dan bukan milik
kami]” (1Kor 3:6-9).
 Ayat yang paling terkenal :
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing” (1Kor 13:1).

3. II Korintus
 Dalam satu paragraf :
Para pengkhotbah yang berpindah-pindah – Paulus menyebut mereka sebagai „rasul-rasul palsu‟
– datang ke Korintus dan mencoba mengikis dan mengambil alih otoritas Paulus. Tidak begitu
jelas apa sebenarnya yang dikatakan oleh para penghasut ini tentang Paulus. Berdasarkan
pembelaan diri Paulus, nampaknya mereka mengatakan bahwa Paulus bukanlah rasul yang sejati
melainkan orang angkuh yang mengakui diri sebagai rasul dan kemudian pergi ke mana-mana
untuk mendapatkan sebanyak mungkin uang bagi dirinya sendiri. Paulus membantahnya dan
mengatakan bahwa mukjizat-mukjizat yang dilakukannya di tengah orang-orang Korintus
merupakan bukti bahwa karyanya berasal dari Allah. Sedangkan soal keangkuhannya, Paulus
mengatakan : “bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus” (2 Kor 4:5).
Menjawab tuduhan bahwa ia mengumpulkan uang demi dirinya sendiri, Paulus mengingatkan
mereka bahwa di Korintus ia mencari nafkah sendiri dengan membuat tenda.
 Titik kunci :
Paulus membela diri bahwa ia adalah seorang pemimpin Gereja yang benar. “Berilah tempat
bagi kami di dalam hati kamu! Kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorangpun, tidak
seorangpun yang kami rugikan, dan tidak dari seorangpun kami cari untung.” (2 Kor 7:2).
 Pengarang, waktu penulisan :
Paulus, menulis sekitar tahun 55 M, hanya beberapa bulan setelah menulis 1 Korintus
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 4

 Tokoh – tokoh utama :


Paulus, rasul yang mendirikan Gereja di Duri misterius dalam tubuh Paulus
Korintus “Aku diberi suatu duri Secara spiritual, semacam
 Adegan terpenting : di dalam dagingku, godaan seksual, sebab Paulus
yaitu seorang utusan tidak menikah.
Paulus mengalami serangkaian
Iblis untuk menggocoh
kesukaran yang luar biasa karena Secara sosial, semacam
aku, supaya aku jangan
kesusahan yang ditimbulkan
pelayanannya : “Dalam segala hal kami meninggikan diri” (2
oleh orang-orang Korintus
Corinthians 12:7).
menunjukkan, bahwa kami adalah padanya.
Para ahli Alkitab menduga
pelayan Allah, yaitu: dalam menahan Kata duri tidak digunakan di
bahwa duri tersebut bisa
dengan penuh kesabaran dalam diartikan : tempat lain dalam Perjanjian
Baru. Namun dalam
penderitaan, kesesakan dan kesukaran, Secara fisik, semacam Perjanjian Lama, kata ini
dalam menanggung dera, dalam penjara malaria yang dideritanya menunjuk pada sekelompok
ketika melakukan perjalanan orang. Bagi, orang-orang
dan kerusuhan, dalam berjerih payah,
melalui daerah rawa-rawa di Yahudi, orang-orang Kanaan
dalam berjaga-jaga dan berpuasa;” (2 Turki bagian selatan. di Israel bisa menjadi “duri
Kor 6:4-5). yang menusuk lambungmu”
(Bil 33:55).
 Ayat yang paling terkenal :
“Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:7).

4. Galatia Kata-kata Paulus yang


paling kasar
 Dalam satu paragraf :
Allah mengutus Paulus memberi pewartaan pada orang-orang non- Karena frustasi, ditambah
kemarahan yang
Yahudi dan memberi tahu bahwa mereka tidak harus mengikuti
menumpuk, Paulus dengan
adat kebiasaan Yahudi untuk beribadah kepada Allah. Orang-orang nyaring dan jelas
Yahudi aliran mesianik, yang percaya bahwa Yesus adalah mesias, mengeluarkan sebuah
datang sesudah Paulus dan mencoba meyakinkan orang-orang yang kalimat yang ditujukan pada
baru bertobat itu bahwa Paulus salah. Mereka menegaskan bahwa sasaran yang selalu menjadi
obyek kritikannya, yaitu
setiap orang yang ingin menjadi orang Kristen pertama-tama harus
orang-orang Yahudi yang
harus menjadi orang Yahudi terlebih dahulu, dan menaati semua bersikeras bahwa setiap
tradisi Yahudi. Paulus pun menulis surat yang sangat emosional ini orang yang ingin menjadi
dan mencela gagasan tersebut. Ia menegaskan bahwa yang Kristen pertama-tama harus
diperlukan demi keselamatan oleh semua orang adalah iman. Ia menjadi Yahudi terlebih
dahulu, termasuk dalam hal
menggunakan sejarah Yahudi untuk menjelaskan pendapatnya,
sunat. “Baiklah mereka
mulai dari Abraham, orang beriman yang dipilih Allah berabad- yang menghasut kamu itu
abad sebelum penetapan hukum-hukum Yahudi. Paulus mengebirikan saja dirinya!”
mengatakan bahwa dengan “datangnya seorang keturunan Abraham (Gal 5:12).
[yaitu Yesus]” (Gal 3:19 BIS), hukum-hukum Yahudi menjadi
tidak berguna lagi. Sebagai ganti dari hidup seturut hukum Yahudi, setiap orang Kristen hidup
menurut “kehidupan baru dalam Roh Kudus” (bdk. Gal 5:16), yaitu kehidupan yang dituntun
oleh hukum-hukum yang dituliskan dalam hati dan bukannya hukum-hukum yang ditulis di atas
gulungan surat.
 Titik kunci :
Orang-orang Kristen tidak harus lagi mematuhi hukum-hukum Yahudi yang sudah usang dan
berasal dari zaman Musa, seperti misalnya aturan-aturan tentang makanan yang halal dan sunat.
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 5

 Pengarang, waktu penulisan :


Paulus menulis sural ini, kemungkinan pada tahun 50-an M, untuk Gereja-Gereja yang berada di
Galatia yang merupakan bagian dari wilayah kekaisaran Romawi dan sekarang ada di daerah
Turki tengah.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, rasul dan misionaris yang terutama berkarya di antara orang-orang non-Yahudi
Petrus, seorang pemimpin para murid dan orang yang terutama berkarya di antara orang-orang
Yahudi
 Adegan terpenting :
Rasul Petrus mengunjungi Gereja Anthiokia di Syria yang jemaatnya adalah campuran antara
orang-prang Yahudi dan non-Yahudi. Petrus mula-mula duduk makan bersama dengan mereka
sampai datangnya para utusan orang-orang Yahudi Yerusalem. Mereka meyakinkannya supaya
jangan duduk makan bersama orang-orang non-Yahudi, yang menurut hukum Yahudi yang lama
secara ritual tidak bersih. Paulus, seorang pembela orang-orang non-Yahudi yang gigih, secara
terbuka mengkritik tindakan Petrus tersebut : “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir
dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak
bersunat untuk hidup secara Yahudi?” (Gal 2:14).
 Ayat yang paling terkenal :
“Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Gal (6:7).

5. Efesus
 Dalam satu paragraf :
Ketika berada dalam penjara, Paulus menulis sebuah surat yang hangat dan meneguhkan pada
jemaat di daerah yang sekarang adalah Efesus, Turki. Ia tidak bergulat dengan masalah-masalah
Gerejani, seperti ketika menulis surat-suratnya kepada jemaat di Korintus. Sebagai gantinya,
pada rekan-rekan Kristianinya itu, ia memberikan nasihat-nasihat praksis tentang bagaimana
hidup sebagai orang Kristen, suatu nasihat yang sering diberikan dalam kotbah oleh para pastor
di zaman sekarang. Berikut adalah kutipan beberapa nasihat tersebut :
“Semoga karena kalian percaya kepada Kristus, Kristus tinggal di dalam hatimu, dan
hidupmu didasarkan dan dikuasai oleh kasih” (Ef 3:17 BIS).
“Hendaklah kalian selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu
dengan membantu satu sama lain” (Ef 4:2 BIS).
“Tanggalkanlah manusia lama dengan pola kehidupan lama yang sedang dirusakkan oleh
keinginan-keinginannya yang menyesatkan ... Hendaklah kalian hidup sebagai manusia
baru yang diciptakan menurut pola Allah; yaitu dengan tabiat yang benar, lurus dan suci”
(Ef 4:22, 24 BIS)
 Titik kunci :
“Hidupmu hendaknya dijiwai oleh kasih, seperti Kristus pun mengasihi kita” (Ef 5:2 BIS).
 Pengarang, waktu penulisan :
Rasul Paulus menulis surat ini ketika berada dalam penjara, kemungkinan selama dua tahun
penahanannya di Roma sejak sekitar tahun 60 M.
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 6

 Tokoh utama :
Paulus, seorang pewarta yang sering melakukan perjalanan misioner, ia pernah tinggal di Efesus
selama tiga tahun untuk membantu pendirian Gereja di Efesus
 Adegan terpenting :
Orang-orang Kristen sepantasnya mengadakan peperangan rohani melawan “pemerintah-
pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara” (Ef 6:12). Persenjataan rohani mereka adalah kebenaran,
keadilan, damai sejahtera yang datang dari ajaran Yesus, keselamatan, dan tuntunan Roh Kudus.
 Ayat yang paling terkenal :
“Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ef 4:26).

6. Filipi
 Dalam satu paragraf :
Dari dalam penjara, Paulus dan Timotius, rekannya, menulis surat ucapan terima kasih pada
Gereja di daerah yang sekarang adalah Filipi, Yunani. Gereja itu baru saja mengirim hadiah bagi
kedua orang ini – kemungkinan berupa pakaian hangat, uang dan makanan. Paulus dan jemaat
Gereja ini menjalin hubungan khusus. Orang-orang Kristen ini adalah satu-satunya pihak –
sejauh tertulis dalam Alkitab – yang diperkenankan mendukung pelayanan Paulus dengan uang.
Di lain tempat, Paulus menafkahi dirinya sendiri dan juga karyanya dengan menjadi pembuat
tenda. Sebagai tambahan terhadap ungkapan terimakasihnya atas hadiah-hadiah itu, Paulus
memberikan nasihat dan peneguhan pastoral serta mengingatkan bahwa orang-orang Kristen di
Filipi suatu hari mungkin akan mengalami penderitaan karena iman mereka, sama seperti yang
sekarang dialami oleh Paulus dan Timotius. Karena itu, ia mengatakan bahwa jemaat Filipi harus
tetap bersatu dengan disatukan oleh iman. “Isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai, yang patut
dipuji, yaitu hal-hal yang benar, … Jalankanlah apa yang kalian pelajari dan terima dari saya;
baik dari kata-kata maupun dari perbuatan-perbuatan saya. Allah sumber sejahtera, akan
menyertai kalian” (Flp 4:8-9 BIS).
 Titik kunci :
“Hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat,
dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan
sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil” (Flp 1:27).
 Pengarang, waktu penulisan :
Surat ini adalah “dari Paulus dan Timotius” (Flp 1:1). Mereke menulisnya dari dalam penjara,
kemungkinan selama 2 tahun penahan Paulus di Roma yang dimulai sekitar tahun 60 M.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, seorang pewarta yang sering melakukan perjalanan misioner, ia pula yang mendirikan
Gereja di Filipi
Timotius, rekan Paulus, juga seorang pewarta
 Adegan terpenting :
Dengan menggunakan gambaran dari kompetisi atletik Yunanni kuno, Paulus membandingkan
dirinya sendiri dengan seorang pelari : “[Aku] berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh
hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus“ (Flp 3:14).
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 7

 Ayat yang paling terkenal :


“Dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan
yang ada di bawah bumi” (Flp 2:10).

7. Kolose
 Dalam satu paragraf :
Rasul Paulus mendapat berita bahwa beberapa pengajar agama telah datang ke Kolose, dan
menyebarkan ajaran kristiani yang menyimpang. Paulus tidak ikut merintis Gereja Kolose,
namun salah satu rekannya ikut. Maka ia merasa bertanggungjawab untuk melindungi jemaat
Kristen di Kolose dari apa yang disebutnya sebagai “filsafat yang kosong dan palsu menurut
ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus” (Kol 2:8). Para pengacau
itu menambahkan pada Kristianitas beberapa unsur Yahudi dan agama misteri dari Roma. Hal ini
menghasilkan ajaran campuran : hanya iman pada Yesus tidaklah mencukupi demi keselamatan
– manusia juga harus mengikuti hukum-hukum Yahudi, menghilangkan kenyamanan tubuh
untuk mempelajari disiplin diri, dan menemukan rahasi-rahasia Allah. Para guru itu mengaku
mempunyai rahasia-rahasia Allah itu. Paulus mendesak jemaat Kolose agar berpegang pada
ajaran yang mereka terima dari rekannya, dan “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala
kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur” (Kol
3:16)
 Titik kunci :
Yesuslah yang dibutuhkan semua orang demi keselamatannya. “Kamu harus bertekun dalam
iman, tetap teguh dan tidak bergoncang” (Kol 1:23).
 Pengarang, waktu penulisan :
Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat Kolose ini, suatu Gereja di Turki barat,
menandatanganinya “dengan tanganku sendiri - PAULUS” (Kol 4:18). Waktu itu, ia sedang
berada di dalam penjara, kemungkinan selama dua tahun tahanan rumah di Roma, yang dimulai
sekitar tahun 60 M.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, seorang pewarta yang sering melakukan perjalanan misioner. Temannya merintis Gereja
di Kolose.
 Adegan terpenting :
Paulus meminta jemaat Kolose untuk mengabaikan para pengajar palsu : “Janganlah kamu
biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya,
bulan baru ataupun hari Sabat … Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang
yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada
penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang
duniawi” (Kol 2:16, 18).
 Ayat yang paling terkenal :
“Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu
dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol
3:17).
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 8

8. I Tesalonika
 Dalam satu paragraf :
Dalam perjalanan misionernya yang kedua, Paulus dengan tergesa-gesa merintis sebuah Gereja
di Tesalonika, Yunani, dan kemudian pergi lagi. Ia kemudian mendapatkan sebuah laporan
bahwa para baptisan baru di Tesalonika dianiaya, dan bahwa mereka ingin tahu kapankah Yesus
akan datang kembali. Paulus pun menulis surat ini dan mengingatkan mereka bahwa Yesus juga
menderita. Ia juga mengatakan bahwa tak seorang pun yang mengetahui kapankah Yesus akan
datang, sebab “hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam” (1 Tes 5:2). Karena itu, mereka
harus hidup supaya berkenan kepada Allah – jujur, saling mengasihi, tidak mencampuri
persoalan orang lain, dan bekerja mencari nafkah sendiri. “Kalau kalian hidup demikian, …
orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus, akan menghormati kalian” (1 Tes 4:12 BIS).
 Titik kunci : Bagaimana caranya untuk menghayati kehidupan yang
“Hidup[-lah] sesuai dengan kudus ?
kehendak Allah” (2 Tes 2:12). “Semoga Allah sendiri yang  Kekudusan merupakan
memberikan kita sejahtera,
 Pengarang, waktu penulisan : menjadikan kalian orang
sebuah tujuan. Kita harus
sekuat tenaga berusaha untuk
Meskipun tertulis bahwa surat ini yang sungguh-sungguh hidup hidup seturut sang teladan
“dari Paulus, Silwanus [Silas] dan khusus untuk Allah. Semoga sempurna, Yesus.
Allah menjaga dirimu
Timotius” (1 Tes 1:1), namun  Ada kemungkinan untuk
seluruhnya, baik roh, jiwa
mengembangkannya menjadi
subyek dalam kalimat-kalimat di maupun tubuhmu, sehingga
tema bahwa kita tidak lagi
tidak ada cacatnya pada
dalamnya menggunakan kata ganti waktu Tuhan kita Yesus
berdosa, yaitu bahwa, bila
kita mengetahui bahwa suatu
orang pertama, yang hampir pasti Kristus datang kembali” ( 1
hal adalah salah, kita memilih
adalah Paulus. Ditulis sekitar tahun Tes 5:23).
untuk tidak melakukannya.
51 M, hampir 20 tahun setelah Itulah doa Paulus bagi jemaat di Nampaknya, hanya segelintir
orang Kristen yang
penyaliban Yesus, surat ini Tesalonika. mempercayai bahwa kita bisa
Doa ini terdengar seperti
kemungkinan adalah tulisan tertua terus menerus menundukkan
perintah Allah bagi semua orang
dalam Perjanjian Baru. pencobaan.
yang ingin diakui sebagai
umatNya : “Haruslah kamu  Kekudusan mau
 Tokoh – tokoh utama : menggambarkan seperti
kudus, sebab Aku ini kudus” (Im
Paulus, misionaris Kristen yang 11:44). apakah Allah itu, yaitu
paling terkenal, dan pewarta yang Namun apakah artinya transenden dan mengatasi
menjadi kudus itu? „Sempurna‟ segala ciptaan. Manusia
merintis Gereja di Tesalonika, menjadi kudus bila mau
nampaknya tidak terlalu tepat
Yunani karena manusia tidaklah melayani Allah. Dengan
mempersembahkan diri pada
Timotius dan Silwanus [Silas], sempurna „dalam seluruh
hidupnya‟. Allah yang semacam ini,
teman-teman dekat Paulus yang Berikut adalah beberapa teori manusia pun berubah menjadi
kemudian menjadi gembala yang tentang hal itu : umatNya, yaitu suatu bangsa
kudus yang hidupnya
menetap di daerah tertentu menampakkan martabat
 Adegan terpenting : mereka sebagai anak-anak
Bapa.
Pada waktu tanda diberikan, yaitu
pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, Yesus sendiri akan turun
ke bumi. “Mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang
hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan
Tuhan” (1 Tes 4:16-17).
 Ayat yang paling terkenal :
“Hari kedatangan Tuhan itu akan tiba seperti pencuri datang pada malam hari” (1 Tes 5:2).
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 9

9. II Tesalonika
 Dalam satu paragraf :
Setelah menerima surat Paulus yang pertama, yang bicara tentang kedatangan Yesus, beberapa
orang Kristen menjadi begitu terobses dengan KedatanganNya yang Kedua. Beberapa orang
bahkan berhenti bekerja dan memutuskan untuk hidup dari kemurahan hati orang lain sampai
Yesus datang untuk membawa mereka ke surga. Paulus menarik mereka kembali pada kenyataan
: “Orang yang tidak mau bekerja, tidak boleh makan” (2 Tes 3:10 BIS). Paulus juga mendesak
jemaat Tesalonika agar tetap bertahan dalam menghadapi penganiayaan : “Berdirilah teguh dan
berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari
kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis” (2 Tes 2:15).
 Titik kunci :
Pada saatnya, Yesus akan datang kembali. Sementara menantikan kedatangan tersebut, tetaplah
menghidupi kehidupan kristiani sehingga engkau bisa mengharapkan ganjaran abadi.
 Pengarang, waktu penulisan :
Paulus menulis surat ini tidak lama setelah menulis 1 Tes, kemungkinan pada tahun 51-52 M.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, pewarta yang mendirikan Gereja di Tesalonika, Yunani
 Adegan terpenting :
Sebelum Yesus datang kembali, akan terjadi kedurhakaan besar-besaran terhadap Allah.
“Banyak orang akan murtad, mengingkari Kristus; dan Manusia Jahat yang ditakdirkan untuk
masuk ke neraka, akan menampilkan diri. Dengan sombong ia akan melawan dan meninggikan
diri di atas semua yang disembah oleh manusia, atau semua ilah yang dianggap Allah oleh
manusia.” (2Tes 2:3-4 BIS).
 Ayat yang paling terkenal :
“Janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik” (2 Tes 3:13).

10. I Timotius
 Dalam satu paragraf :
Rasul Paulus menulis surat yang berisi nasihat praktis ini bagi Timotius, seorang teman
seperjalanan yang kemudian ditunjuknya untuk menjadi gembala Gereja Efesus, Turki. Nasihat
Paulus mencakup banyak pokok pembicaraan – semuanya itu dimaksudkan untuk membantu
Timotius supaya bisa menjalankan dengan baik tugas kepemimpinan jemaat di salah satu kota
terbesar di kekaisaran Romawi ini. Pokok-pokok pembicaraan itu meliputi : doa, peran
perempuan dalam Gereja, syarat-syarat untuk menjadi pemimpin jemaat, kiat-kiat dalam
menghadapi ajaran-ajaran sesat dan perhatian terhadap orang miskin.
 Titik kunci :
“Kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam
pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah
dipanggil” (1 Tim 6:11-12).
 Pengarang, waktu penulisan :
Dalam surat ini sendiri, tertulis bahwa surat ini berasal dari Paulus. Namun karena gaya bahasa
tulisnya yang unik dan cara penggunaan beberapa kata penting yang berbeda (misal, „iman‟),
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 10
beberapa ahli di masa sekarang ini menduga bahwa seorang murid Paulus-lah yang menulisnya
setelah Paulus wafat. Jika memang benar Paulus yang menulisnya, hal itu kemungkinan
dilakukan pada tahun 60-an M, beberapa saat sebelum ia dihukum mati.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, seorang pewarta yang sering melakukan perjalanan misioner untuk merintis Gereja-
Gereja di wilayah Kekaisaran Romawi.
Timotius, rekan Paulus yang paling dikasihi dan gembala Gereja Efesus
 Adegan terpenting :
Paulus mengingatkan Timotius tentang penggunaan agama sebagai cara untuk memperoleh
kekayaan. “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke
dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang
mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” (1 Tim
6:8-9).
 Ayat yang paling terkenal :
“Dari cinta akan uang, timbul segala macam kejahatan” (1 Tim 6:10).

11. II Timotius
 Dalam satu paragraf :
Ketika saatnya hukuman mati hampir tiba, Paulus menulis surat yang dipercaya oleh banyak
orang sebagai surat terakhirnya. Surat yang dirangkai dengan kata-kata yang terasa sangat
personal ini ditujukan pada teman terdekatnya, yaitu Timotius. Semua rekan seperjalanan Paulus
telah meninggalkannya, kecuali Lukas. Kedinginan dan dirantai, mungkin di suatu penjara di
kota Roma, Paulus meminta Timotius yang sudah menjadi temannya selama 15 tahun atau lebih
itu untuk segera datang. Perjalanan menuju ke Roma dari Efesus, tempat di mana Timotius saat
itu menjadi gembala, menempuh jarak sekitar 1.600 km (1.000 mil) lewat laut dan darat.
Mungkin karena takut Timotius tidak tiba tepat waktu, Paulus menuliskan kata-kata yang lembut
penuh nasihat dan peneguhan layaknya seorang bapak berbicara pada anaknya untuk terakhir
kalinya. “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak
usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (2 Tim 2:15).
 Titik kunci :
“Lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2Tim 4:5).
 Pengarang, waktu penulisan :
Rasul Paulus menulis surat ini dari dalam penjara, kemungkinan di Roma, tidak lama sebelum ia
dihukum mati pada tahun 60 M.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, seorang rasul dan pewarta yang sering mengadakan perjalanan misioner. Ia sedang
berada di saat-saat terakhir sebelum dihukum mati.
Timotius, rekan Paulus yang paling dikasihinya seperti anaknya sendiri
 Adegan terpenting :
Duduk di dalam penjara, sambil menantikan saatnya hukuman mati yang sebentar lagi akan tiba,
Paulus menulis pada sahabat terdekatnya : “Saat kematianku sudah dekat … Sekarang telah
tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan” (2 Tim 4:6,
8).
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 11

 Ayat yang paling terkenal :


“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman” (2 Tim 4:7).

12. Titus
 Dalam satu paragraf :
Rasul Paulus menulis surat nasihat pastoral ini pada Titus, seorang rekan seperjalanan Paulus
yang telah diserahi tugas untuk menggembalakan Gereja-Gereja di pulau Kreta. Paulus memberi
banyak nasihat yang sama seperti nasihat untuk Timotius, yang menggembalakan Gereja di
Efesus, termasuk juga dalam hal syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi pemimpin jemaat
serta apa yang harus diajarkan pada berbagai kelompok dalam Gereja. Misalnya, Paulus
mengatakan bahwa lelaki muda membutuhkan kebijaksanaan, perempuan muda haruslah
mencurahkan kasih pada keluarga mereka, perempuan tua janganlah mencela orang lain. Paulus
juga menasihati Titus agar menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak berguna dengan
penyesat yang mencoba memikat orang-orang Kristen dengan ajaran sesatnya. Titus pun
dinasihati : “hendaklah engkau jauhi [seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati]” (Titus
3:10).
 Titik kunci :
“Saya … harus membimbing mereka supaya mengenal ajaran yang benar yang diajarkan oleh
agama kita” (Titus 1:1 BIS).
 Pengarang, waktu penulisan :
Paulus, kemungkinan pada tahun 60 M, tidak lama sebelum ia dihukum mati.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, seorang pewarta yang sering mengadakan perjalanan misioner untuk merintis Gereja-
Gereja di seluruh kekaisaran Romawi
Titus, salah satu misionaris dan rekan seperjalanan Paulus yang ditunjuk Paulus untuk
menggembalakan Gereja-Gereja di Kreta
 Adegan terpenting :
Titus, yang sedang mencari-cari calon pemimpin jemaat Gereja-Gereja di pulau Kreta,
menetapkan kriteria : pria dewasa yang sungguh dihormati, setia sebagai suami, dan bapak yang
baik bagi anak-anaknya. Orang yang dipilih tersebut haruslah “tidak bercacat, tidak angkuh,
bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi
tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang
kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 1:7-9).
 Ayat yang paling terkenal :
“Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11).

13. Filemon
 Dalam satu paragraf :
Paulus meyakinkan seorang budak yang melarikan diri untuk kembali kepada tuannya sambil
membawa surat pendek dari Paulus ini sebagai jaminan keselamatan diri si budak. Tuan dari
Surat-surat cinta Paulus - dari : User’s Guide to the Bible 12
budak tersebut adalah Filemon. Rumahnya menjadi tempat pertemuan dan ibadah jemaat Kolose.
Paulus, yang diakui secara luas sebagai salah satu pemimpin gerakan kristiani karena ia merintis
begitu banyak Gereja di seluruh kekaisaran Romawi, menulis seolah-olah ia adalah atasan
Filemon – kurang lebih seperti relasi seorang uskup dengan para pastor parokinya. Paulus
mengajukan permintaan pada Filemon “mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam
penjara, yakni Onesimus, dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat
berguna baik bagimu maupun bagiku” (Flm 1:10-11). Paulus mengatakan bahwa sebenarnya ia
membutuhkan Onesimus untuk melayaninya selama ia berada dalam penjara. Namun Paulus
tidak mau menahannya jika tanpa persetujuan dari Filemon. Hal ini merupakan isyarat bahwa
Paulus menghargai kebebasan Onesimus. Paulus bersumpah akan segera datang
mengunjunginya, dan akan membayar apapun yang dicuri oleh Onesimus maupun kerugian yang
ditimbulkan karena pelariannya.
 Titik kunci :
Paulus mengajukan permintaan pada seorang majikan budak kristiani supaya menerima kembali
seorang budak yang melarikan diri. Dan dengan beberapa isyarat yang tidak terlalu tajam, Paulus
nampaknya meminta agar budak tersebut dibebaskan.
 Pengarang, waktu penulisan :
Rasul Paulus menulis surat ini dari dalam penjara, kemungkinan selama dua tahun masa tahanan
rumahnya di Roma, yang dimulai sekitar tahun 60 M.
 Tokoh – tokoh utama :
Paulus, seorang pewarta yang sering mengadakan perjalanan misioner untuk merintis Gereja-
Gereja di seluruh wilayah kekaisaran Romawi
Filemon, seorang pemimpin jemaat dan sekaligus pemilik budak
Onesimus, seorang budak yang lari dari Filemon
 Adegan terpenting :
Filemon, pemilik budak, diminta untuk mempersiapkan sebuah kamar tamu bagi Paulus, yang
berjanji akan segera datang mengunjungi. Permintaan ini untuk meyakinkan bahwa Filemon
sungguh-sungguh melakukan segala hal yang diminta oleh Paulus. Dan satu-satunya yang
diminta Paulus adalah kebaikan hati pada Onesimus, seorang budak yang sudah melarikan diri.
Untuk semakin meyakinkan Filemon, Paulus menambahkan : “Dengan percaya kepada
ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan
kaulakukan” (Flm 1:21).
 Ayat yang paling terkenal :
“[Ia] bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang
terkasih” (Flm 1:16).
Ibrani dan Surat- Surat Katolik

Ibrani

 Dalam satu paragraf :


Beberapa dekade setelah Yesus – kemungkinan ketika penguasa Romawi mulai memasukkan
orang-orang Kristen ke kandang singa – banyak orang Yahudi yang sudah bertobat menjadi Kristen
mulai meninggalkan kekristenan. Mereka kembali mengunjungi Sinagoga, karena rupanya mereka
kecewa dan lelah atas penganiayaan terus menerus yang mereka alami sebagai orang Kristen.
Seorang pemimpin Gereja yang tak disebutkan namanya menulis karangan cerdas ini yang
menjelaskan mengapa orang-orang Yahudi harus tetap bertahan menjadi anggota Gereja. Ia
berpendapat bahwa Yesus, sebagai anak Allah, adalah seorang pemimpin yang lebih baik dari
pahlawan Yahudi manapun – termasuk juga Musa dan Abraham. Yesus adalah pengantara yang
lebih hebat dari pada para imam Yahudi karena Yesus tidak pernah berbuat dosa.
Yesus adalah korban persembahan yang lebih baik dari pada korban hewan terbaik manapun sebab
Yesus adalah korban yang sempurna, tak bercacat. Dan kedatangan Yesus sebagai mesias yang
sangat dinantikan membuat perjanjian Allah dan manusia yang dilakukan sebelumnya menjadi tak
berguna lagi. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi orang-orang Yahudi yang sudah bertobat
menjadi Kristen untuk kembali kepada agama mereka yang lama.
 Titik kunci :
Hukum-hukum Yahudi sudah tidak berlaku lagi. “Dengan mengemukakan suatu perjanjian yang
baru, Allah membuat perjanjian yang pertama itu menjadi tua dan usang; dan apa yang sudah tua,
akan segera pula lenyap” (Ibr 8:13 BIS).
 Pengarang, waktu penulisan :
Tidak diketahui. Beberapa pemimpin Gereja awal mengatakan bahwa Paulus-lah yang menulisnya.
Namun gaya bahasa tulisannya berbeda dengan gaya khas Paulus. Berbeda dengan Paulus, penulis
surat ini sendiri menyatakan secara tidak langsung bahwa ia belum pernah bertemu secara langsung
dengan Yesus (bandingkan Ibr 2:3 dengan Kis 9:5-6). Jika Paulus bukan penulisnya, orang yang
mempunyai kemungkinan sebagai penulisnya adalah Barnabas, Appolos, Lukas, atau Silas.

Yakobus

 Dalam satu paragraf :


Seperti Kitab Amsal dalam Perjanjian Lama, surat Yakobus adalah suatu kumpulan dari kata-kata
bijak dengan berbagai macam tema – semuanya itu berkaitan dengan bagaimana caranya supaya
bisa hidup sebagai umat Allah. Berikut adalah salah satu contohnya :
“Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga
lambat untuk marah“ (Yak 1:19).
“Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia
menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya” (Yak 1:26).
“Kalau kalian membeda-bedakan orang berdasarkan hal-hal lahir, kalian berbuat dosa” (Yak
2:9 BIS).
“Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu
imanku dari perbuatan-perbuatanku” (Yak 2:18).
“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu” (Yak 4:10).
 Pengarang, waktu penulisan :
Surat ini “dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus” (Yak 1:1). Yakobus yang
dimaksud kemungkinan adalah Yakobus saudara Yesus, yang memimpin Gereja Yerusalem sampai
ia dihukum mati pada awal tahun 60-an M.

1
1 Petrus

 Dalam satu paragraf :


Orang-orang Kristen yang berada di daerah yang sekarang adalah Turki sedang menghadapi
semacam penganiayaan terencana. Hal ini kemungkinan merupakan awal dari penganiayaan oleh
kekaisaran Romawi di bawah pimpinan kaisar Nero, setelah ia menuduh orang-orang Kristen
sebagai penyebab kebakaran yang menghancurkan 2/3 kota Roma pada tahun 64 M. Dengan
menyebutnya sebagai cobaan iman, Petrus meyakinkan orang-orang Kristen bahwa “Maksud
semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari
pada emas yang fana … Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,
karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Ptr 1:7-9).
 Titik kunci :
“Sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu
janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar” (1 Ptr 3:14).
 Pengarang, waktu penulisan :
Rasul Petrus, “dengan perantaraan Silwanus [Silas]” (1 Ptr 5:12). Ia mungkin telah menulisnya pada
pertengahan tahun 60-an M, tidak lama sebelum penguasa Romawi menjatuhinya hukuman mati.
 Adegan terpenting :
Yesus wafat di kayu salib – gambaran kuat yang didengungkan oleh Petrus untuk memberi
semangat pada orang-orang Kristen ketika mereka sedang dianiaya. “Karena Kristus telah
menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang
demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa” (1
Ptr 4:1). Siapa pun yang ikut ambil bagian dalam penderitaanNya, bahkan sampai mati,
“Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu
juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1 Ptr 4:13).

2 Petrus

 Dalam satu paragraf :


“Aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah
diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Ptr 1:14). Dalam surat yang
kemungkinan adalah surat terbukanya yang terakhir bagi orang-orang Kristen yang tersebar di
Gereja-Gereja daerah Turki, Petrus mengingatkan tentang para guru palsu yang akan mencoba
memikat mereka dengan ajaran-ajaran Kristen yang sesat. Dan ia meyakinkan mereka yang sangat
menginginkan agar Yesus segera datang kembali bahwa hari Tuhan akan tiba seperti pencuri.
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,
tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Ptr 3:9). Sambil menantikan kedatangan Yesus,
Petrus mendorong orang-orang Kristen agar menjalani hidup yang suci, murni, tak bercacat-cela,
dan dalam perdamaian dengan Allah.
 Pengarang, waktu penulisan :
“Surat ini dari Simon Petrus, seorang hamba dan rasul Yesus Kristus” (2 Ptr 1:1). Jika benar bahwa
Petruslah yang menulis surat ini, ia melakukannya tidak lama sebelum penguasa Romawi
menjatuhinya hukuman mati pada pertengahan tahun 60-an M. Beberapa ahli menduga bahwa
penulisnya kemungkinan adalah seorang murid Petrus yang menulis atas nama gurunya itu. Dugaan
itu muncul karena penulis menggolongkan tulisan-tulisan Paulus sebagai “Kitab Suci” (2 Ptr 3:16).
 Adegan terpenting :
Guru-guru palsu tampil di tengah jemaat Kristiani hanya dengan satu alasan, yaitu “demi mendapat
keuntungan darimu” (2 Ptr 2:3). Orang Kristen yang tertipu tidak hanya kehilangan uang mereka
namun juga iman mereka. “Mereka memikat orang-orang yang lemah [untuk berbuat dosa]” (2 Ptr
2:14). Dan dengan terang-terangan mereka melakukan dosa-dosa yang menyolok mata, misal
perzinahan, tanpa merasa salah.

2
Yudas

 Dalam satu paragraf :


Yudas menulis sebuah surat terbuka pada orang-orang Kristen di manapun. Ia mengingatkan
mereka tentang suatu bidah baru yang menyusupi Gereja. “Ada oknum-oknum tertentu yang
menyelusup masuk ke tengah-tengah kita. Mereka orang-orang bejat yang memutarbalikkan berita
tentang rahmat Allah kita, untuk mendapat kesempatan melampiaskan hawa nafsu mereka” (Yudas
1:4 BIS). Yudas mengatakan bahwa mereka sama sekali salah, dan bahwa sejarah dikotori dengan
mayat-mayat untuk membuktikannya. Allah mengirim bala tentara asing untuk menghapuskan dari
muka bumi seluruh negara Yahudi karena mereka tetap bertahan dalam dosa. Allah menghancurkan
kota Sodom dan Gomorah, dan bahkan ia menghukum malaikat yang tidak patuh. “Akan tetapi
kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling
suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil
menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal” (Yudas 1:20-21).
 Titik kunci :
Pengampunan Allah bukannya pembenaran untuk terus berbuat dosa. Allah menghukum orang
berdosa – sebagai proses sejarah.
 Pengarang, waktu penulisan :
“Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus”. Yudas adalah adalah nama sebutan untuk
Yudas. Yakobus dan Yudas adalah saudara-saudara Yesus, dan para pemimpin Gereja perdana
mengatakan bahwa Yudas yang menulis surat pendek ini adalah saudara Yesus. Yudas
kemungkinan menulis surat ini di suatu waktu pada pertengahan abad pertama Masehi.

3
1 Petrus
Petrus sebagai Paus
 Dalam satu paragraf : Gereja Katolik Roma mengajarkan
Orang-orang Kristen yang berada di daerah yang sekarang bahwa Petrus adalah Paus, pemimpin
adalah Turki sedang menghadapi semacam penganiayaan tertinggi Gereja, yang pertama. Gereja
terencana. Hal ini kemungkinan merupakan awal dari Katolik mengajarkan bahwa Yesus
memberikan otoritas pada Petrus
penganiayaan oleh kekaisaran Romawi di bawah pimpinan
untuk bertindak atas nama Allah :
kaisar Nero, setelah ia menuduh orang-orang Kristen sebagai “Kepadamu akan Kuberikan kunci
penyebab kebakaran yang menghancurkan 2/3 kota Roma Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di
pada tahun 64 M. Dengan menyebutnya sebagai cobaan iman, dunia ini akan terikat di sorga dan apa
Petrus meyakinkan orang-orang Kristen bahwa “Maksud yang kaulepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga” (Mat 16:19).
semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu
Orang-orang Kristen lainnya
yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana … mengatakan bahwa Yesus hanya
Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak memberi Petrus tugas pelayanan yang
terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu terkemuka, di masa depan yang akan
keselamatan jiwamu.” (1 Ptr 1:7-9). segera tiba. Kisah Para Rasul
melaporkan bahwa setelah Yesus
 Titik kunci : diangkat ke surga, Petrus-lah yang
“Sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, mengambil alih tugas pewartaan yang
kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa mengawali gerakan Kristiani. Namun
yang mereka takuti dan janganlah gentar” (1 Ptr 3:14). kemudian, Petrus hanya menjadi salah
satu pemimpin di antara begitu
 Pengarang, waktu penulisan :
banyak pemimpin jemaat, termasuk
Rasul Petrus, “dengan perantaraan Silwanus [Silas]” (1 Ptr juga Yakobus yang memimpin jemaat
5:12). Ia mungkin telah menulisnya pada pertengahan tahun Yerusalem dan Paulus yang
60-an M, tidak lama sebelum penguasa Romawi menjatuhinya memimpin usaha-usaha pewartaan ke
hukuman mati. luar negeri Yahudi.
 Tokoh – tokoh utama :
Petrus, peimimpin para murid Yesus dan salah satu pemimpin kunci gerakan Gereja perdana.
 Adegan terpenting :
Yesus wafat di kayu salib – gambaran kuat yang didengungkan oleh Petrus untuk memberi
semangat pada orang-orang Kristen ketika mereka sedang dianiaya. “Karena Kristus telah
menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang
demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa” (1
Ptr 4:1). Siapa pun yang ikut ambil bagian dalam penderitaanNya, bahkan sampai mati,
“Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu
juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1 Ptr 4:13).
 Ayat yang paling terkenal :
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Ptr 5:7).

2 Petrus

 Dalam satu paragraf :


“Aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah
diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Ptr 1:14). Dalam surat yang
kemungkinan adalah surat terbukanya yang terakhir bagi orang-orang Kristen yang tersebar di
Gereja-Gereja daerah Turki, Petrus mengingatkan tentang para guru palsu yang akan mencoba
memikat mereka dengan ajaran-ajaran Kristen yang sesat. Dan ia meyakinkan mereka yang sangat
menginginkan agar Yesus segera datang kembali bahwa hari Tuhan akan tiba seperti pencuri.
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,
tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Ptr 3:9). Sambil menantikan kedatangan Yesus,
Petrus mendorong orang-orang Kristen agar menjalani hidup yang suci, murni, tak bercacat-cela,
dan dalam perdamaian dengan Allah.
 Titik kunci :
Jangan biarkan dirimu disesatkan oleh orang-orang jahat yang mengaku diri sebagai guru.
“Kebinasaan yang sudah ditentukan untuk mereka sedang menantikan mereka” (2 Ptr 2:3).
 Pengarang, waktu penulisan :
“Surat ini dari Simon Petrus, seorang hamba dan rasul Yesus Kristus” (2 Ptr 1:1). Jika benar bahwa
Petruslah yang menulis surat ini, ia melakukannya tidak lama sebelum penguasa Romawi
menjatuhinya hukuman mati pada pertengahan tahun 60-an M. Beberapa ahli menduga bahwa
penulisnya kemungkinan adalah seorang murid Petrus yang menulis atas nama gurunya itu. Dugaan
itu muncul karena penulis menggolongkan tulisan-tulisan Paulus sebagai “Kitab Suci” (2 Ptr 3:16).
 Tokoh – tokoh utama :
Petrus, pemimpin murid-murid Yesus dan salah satu pemimpin Gereja Kristen perdana
 Adegan terpenting :
Guru-guru palsu tampil di tengah jemaat Kristiani hanya dengan satu alasan, yaitu “demi mendapat
keuntungan darimu” (2 Ptr 2:3). Orang Kristen yang tertipu tidak hanya kehilangan uang mereka
namun juga iman mereka. “Mereka memikat orang-orang yang lemah [untuk berbuat dosa]” (2 Ptr
2:14). Dan dengan terang-terangan mereka melakukan dosa-dosa yang menyolok mata, misal
perzinahan, tanpa merasa salah.
 Ayat yang paling terkenal :
“Di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari” (2
Ptr 3:8).
CORPUS PAULINUM
ATAU
SURAT – SURAT PAULUS

JUMLAH SURAT-SURAT PAULUS


“Corpus Paulinum” adalah kumpulan surat-surat dalam Perjanjian Baru yang
dikaitkan dengan Rasul Paulus. Dalam PB ada 13 surat yang dikaitkan dengan nama
Paulus, sebab dalam pembukaannya penulis memperkenalkan dirinya sebagai “Rasul
Paulus”. Sejak Cyrillus dari Yerusalem, jumlahnya menjadi 14 karena surat kepada orang
Ibrani juga dimasukkan sebagai karangan Paulus. Namun dewasa ini, umumnya para ahli
sepakat untuk kembali ke tradisi awal yang tidak memasukkan Surat Ibrani sebagai
karangan Paulus. Walaupun secara resmi ada 13 surat yang terkait dengan Paulus, namun
dalam surat-surat Paulus sendiri terdapat petunjuk bahwa ia juga menulis surat-surat lain
selain 13 surat tersebut (bdk 1Kor 5:9; Kol 4:16).

SURAT-SURAT PAULUS DITUJUKAN KEPADA SIAPA ?


Kebanyakan dari surat-surat yang ditulis ditujukan kepada jemaat-jemaat gereja yang
sudah dirintisnya dan membicarakan masalah-masalah yang dihadapi jemaat-jemaat ketika
Paulus tidak berada di tengah-tengah mereka. Surat-suratnya bisa dianggap sebagai „surat
sakti‟ yang mampu mewakili kehadirannya dan mampu memberi wejangan-wejangan yang
berguna bagi jemaat-jemaatnya. Galatia 4:20, misalnya, mengungkapkan kerinduannya
untuk bisa berada di antara mereka dan berbincang-bincang langsung dengan mereka.
Namun pada kesempatan lain, ia yang semestinya bisa datang mengunjungi jemaatnya (di
Korintus) memutuskan untuk tidak datang kesana karena ia merasa lebih penting
menggugah hati dan budi mereka terlebih dahulu dengna suratnya (2Kor 1:23-2:4).
Suatu pengecualian dari kebiasaan bahwa surat-surat Paulus pada umumnya ditujukan
kepada jemaat-jemaat gereja yang sudah pernah dirintisnya adalah suratnya kepada jemaat
di Roma. Surat ini secara khusus ditulis dan dikirim kepada komunitas Kristiani di Roma,
ketika Paulus akan mengunjungi kota Roma untuk pertama kalinya. Ia ingin tidak hanya
untuk menyiapkan umat Kristen di Roma bagi kunjungannya, tapi juga menyampaikan
seluruh keterlibatan simpatik mereka dalam tugas perutusannya lebih lanjut, entah di dalam
penginjilan di Spanyol maupun dalam kelanjutan perutusannya di tengah-tengah orang-
orang tidak beriman di seluruh “dunia”.
Surat-surat apostoliknya yang terpenting – Galatia, 1-2 Korintus, Roma – sering disebut
juga sebagai surat-surat terutama Paulus. Surat-surat ini menyediakan sumber-sumber
informasi yang amat penting bagi seluruh isi dan tujuan dari pesan-pesan Paulus. Beberapa
suranya yang lain dikenal sebagai surat-surat :di penjara atau di pembuangan” (Filipi,
Efesus, Kolose, dan Filemon) karena surat-surat ini ditulis saat Paulus berada di penjara.
Beberapa surat yang lainnya disebut sebagai surat-surat pastoral (1-2 Timotius, Titus), yang
tidak begitu jelas tanggap penulisannya dan memuat lebih suatu kesaksian pribadi Paulus
serta suatu “petunjuk” bagi pengajaran jemaat berimannya.
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 2

SKEMA PENULISAN SURAT-SURAT PAULUS


Kebanyakan surat-surat Paulus merupakan suatu dokumen “sementara” (occasional)
yang ditulis untuk menjawab kebutuhan jemaat setempat di mana Paulus sendiri tidak bisa
hadir untuk membahas isu-isu yang sedang berkembang di sana. Surat-surat Paulus pada
umumnya didiktekan kepada salah satu pengikutnya untuk kemudian dituliskan (bdk Rom
16:22). Paulus tidak jarang menambahkan tulisan tangannya sendiri pada kalimat-kalimat
akhir surat-suratnya untuk memberi otentisitas dan otoritas surat-surat tersebut (Gal 6:11).
Kadang juga dicantumkan nama Paulus sendiri (1Kor 16:21; Kol 4:18; 2Tes 3:17; Fil 19).
Sebagaimana lazimnya surat-surat yang ditulis pada waktu itu, surat-surat Paulus
mempunyai skema yang kurang lebih tetap sebagai berikut :
Pembukaan : Surat mulai dengan “Dari A kepada B”; salam; lalu Paulus menyebut diri
sendiri dan kawan-kawan sekerjanya; disebut juga pihak-pihak yang dituju
oleh suranya dan mengirim salah kepada mereka. Silahkan membaca semua
pembukaan surat-surat Paulus dan menemukan pola salam kristiani yang
terdapat di sana.
Doa : Doa pendek yang ditujukan kepada Allah. Silahkan membaca semua ucapan
syukur dalam semua surat Paulus, dan menemukan berbagai macam alasan
syukurnya itu.
Isi surat : Biasanya surat Paulus terdiri ari dua bagian
Pengajaran : Paulus mengembangkan suatu gagasan ajaran uang penting, atau yang
tidak dipahami dengan baik oleh orang-orang Kristen.
Nasihat : Paulus menarik konsekuensi-konsekuensi praktis dari ajaran yang baru
saja dikemukakan. Moralitas Kristen dilandaskan pada pengajaran ini.
Salam : Paulus menutup surat-suratnya dengan memberikan kabar mengenai kawan-
kawan sekerjanya dan menyalami saudara-saudara yang dituju oleh surat itu.
Kemudian surat diakhiri dengan sebentuk berkat pendek.

Skema Waktu dan Tempat Penulisan Surat-Surat

Surat Tahun Tempat


Proto 1 Tes 41 Korintus
1-2 Kor 49-51 Efesus dan Makedonia
Gal 51-52 Korintus
Roma 55-56 Korintus
Filipi 59 (?) Kaisarea (?)
Filemon 58-62 Kaisarea atau Roma
Deutero 2 Tes > 41 (stlh 1 Tes) ?
Kolose 58-62 (Lukas dan Mateus) ?
Efesus ? ?
Trito 1-2 Tim 90-95 ?
Titus 90-95 ?

SIAPA PAULUS
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 3

Paulus adalah seorang tokoh “kosmopolitan”, karena kenyataannya di dalam hidup dan
karyanya terangkum 3 dunia dan 3 budaya yang berbeda. Ia seorang Yahudi menurut
kelahiran dan agamanya (Kis 21:39; 2Kor 2:11). Ia mampu berbicara dan mengekspresikan
diri dalam bahasa Yunani, dan sekaligus ia adalah warga negara Roma jika ditinjau dari
segi administratif dan politis (Kis 16:37-38; 22:25-27).

a. Latar budaya
Paulus lahir dari suatu keluarga Yahudi (Fil 3:5) yang setia pada ajaran keagamaan,
yang berasal dari Tarsus di Kilikia, Asia depan, salah satu pusat kebudayaan Yunani (Kis
21:39; Kis 22:2-3). Lingkungan ini agaknya membuat Paulus lebih terbuka terhadap unsur-
unsur budaya lain dibanding kebanyakan orang-orang Yahudi di Palestina (khususnya
Yerusalem). Keluarga Paulus sendiri berasal dari Gishala di Galillea yang kemungkinan
berasal dari suku Benyamin (fil 3:5-6). Paulus awalnya diberi nama yang sangat prestisius :
Saul (us) (Kis 9:4), nama raja pertama Israel yang berasal dari suku ini. Namanya kemudian
diubah menjadi Paulus (nama Yunani) setelah pertobatannya (Kis 13:9). Sebenarnya nama
ini juga menunjuk pada status kewarganegaraan Roma yang dimodifikasi dari nama yang
sebenarnya ia miliki sebagai warga negara Roma, yaitu “Paullus”. Dengan demikian jelas ia
adalah seorang Yahudi yang ada di dalam perantauan (diaspora) yang mengerti budaya dan
bahasa Yunani serta berkewarganegaraan Romawi (Kis 22:25-29; Kis 23:27).

b. Latar agama
Sebagai orang Yahudi, Paulus dikenal sebagai seorang yang setia dalam menjalankan
kehidupan keagamaannya. Ia bahkan mengakui dirinya sebgai penganut yang fanatik (Kis
26:5; Gal 1:13-14) yang termasuk dalam aliran farisi (Kis 23:6; Fil 3:5). Menurut Kis 5:34,
ia adalah murid Gamaliel, rabbi kondang agama Yahudi (bdk Kis 22:3)

c. Latar pendidikan
Diandaikan bahwa Paulus mengenyam pendidikan dasar di Tarsus. Bahasa Yunaninya
tidak buruk, dan ia menguasai teknik-teknik dasar retorika Yunani. Ia bahkan mampu
mengutip teks Perjanjian Lama terjemahan Yunani (Septuaginta) dan mengenal kitab-kitab
Deuterokanonika (yang ditulis dan terpelihara dalam terjemahan Yunani). Ada
kemungkinan bahwa Paulus, setelah mengenyam pendidikan di Tarsus, belajar hukum
taurat di Yerusalem (sekitar tahun 30-an sebelum kematian Stefanus, bdk Kis 22:3).

d. Latar pekerjaan
Sejauh diceritakan, Paulus menjalankan bisnis keluarga sebagai pembuat tenda
(mungkin lebih umum sebagai pengrajin kulit). Dalam suratnya, Paulus berbangga karena
ia dapat berdikari secara finansial dalam pewartaannya dan tidak meminta bantuan dari
jemaat-jemaat yang menerima pewartaannya (1Tes 2:9; 1Kor 9:14-15; 2Kor 11:9). Karena
itu, Paulus termasuk kelas bawah dalam masyarakat, meskipun setingkat lebih tinggi dari
mereka yang menjadi warga negara Romawi karena dibebaskan dari perbudakan.
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 4

Paulus sendiri menandaskan bahwa ia telah menindas jemaat Allah dengan kejam dan
berupaya melenyapkan jemaat itu (Gal 1:13; 1Kor 15:9; Fil 3:6). Nampaknya ia
berpartisipasi langsung dalam penindasan terhadap orang-orang kristen d Yerusalem dan
sekitarnya sebagaimana dikatakan dalam Kis 8:3; 9:1-2; 22:3-5.19; 26:9-11, yang juga
diandaikan oleh 1Tes 2:14. Para ahli belum sepakat tentang alasan sebenarnya mengapa
Paulus menindas para pengikut Yesus : apakah semata karena ia seorang Farisi yang taat
kepada hukum Taurat? Atau hanya karena semangat/fanatisme belaka? Atau karena
perbedaan penafsiran Kristen dan Farisi tentang Hukum?
Setelah beberapa lama menindas para pengikut Yesus, Paulus berubah total. Menurut
Gal 1:13-17, pertobatan Paulus terjadi lewat suatu pewahyuan ilahi, di mana ia bertemu
langsung dengan Yesus. Pengalaman rohani yang mendalam ini dilukiskan berulang kali
secara dramatis dan terinci dalam Kis 9:1-19; Kis 22:6-9; Kis 26:13-18. Pertobatannya ini
diartikan juga sebagai perutusan. Segera ia memulai mewartakan Yesus sebagaimana yang
dialaminya di kota Damaskus (dan Arabia ???, bdk Gal 1:17). Kekhasan pewartaan Paulus
adalah bahwa ia langsung menyapa orang-orang bukan Yahudi dan tidak menuntut mereka
menjadi orang Yahudi terlebih dahulu (dengan disunat) sebelum dibaptis sebagai orang
Kristen (Gal 1-16). Di sinilah letak peranan khas Paulus dalam perkembangan kekristenan
awal.
Tidak ada informasi yang bisa diketahui mengenai akhir hidup Paulus. Tradisi Gereja
selanjutnya menyatakan bahwa ia masih sempat ke Spanyol lalu kembali ke Roma yang
akhirnya di sini ia menjadi martirp pada masa pemerintahan Kaisar Nero. Karena
penindasan di bawah Nero berlangsung antara tahun 64 – 68 (wafatnya 9 Juni 68), maka
kematian Paulus diperkirakan terjadi sekitar tahun 67 (meski tidak semua ahli sepakat
mengenai hal ini).

TEOLOGI PAULUS
Ada tiga point pokok yang bisa kita lihat sebagai intisari refleksi teologis Paulus dalam
semua surat-suratnya :

1. Walking in the spirit (Hidup dalam Roh)


Dengan baptis, kita dimampukan untuk hidup secara utuh. Namun tetap ada
kesadaran bahwa kita adalah bejana tanah liat, tetap ada dalam situasi kedosaaan. Maka,
setiap orang Kristen mempunyai panggilan untuk sempurna, untuk “… berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus“
(Flp 3:14). Kita memang berdosa, tetapi dimampukan untuk hidup utuh, memang bukan
sempurna – tapi utuh. Sebab martabat kita adalah hidup sebagai anak-anak terang. Rahmat
Roh Kudus yang diberikan agar kita berproses menuju kebaikan)

2. Gereja sebagai Tubuh Kristus


Bagi Paulus, tubuh bukanlah metafor, tapi tubuh kita yang nyata. Maka sebutan tubuh
kristus bukanlah sebuah metafora, melainkan kebertubuhan kita adalah tubuh Kristus. Maka
kalau kita berada dalam persekutuan dengan orang-orang yang percaya kepada Kristus,
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 5

yaitu Gereja, kita dibuat menjadi tubuh Kristus. Sebagai tubuh Kristus, setiap orang dari
antara kita menghadirkan Kristus : tubuh Kristus yang tak kelihatan lagi, dibuat real,
sehingga Kristus hadir lagi di dalam dunia, dan di dalam setiap orang yang percaya
kepadanya.
 Implikasi secara pribadi : 1 Kor 7/8  bagaimana kita menghargai tubuh kita sendiri
: seksualitas, penghargaan pada orang lain, dll. Tubuh kita adalah bait roh Kudus
 Implikasi sosial : Bagaimana menerima orang lain yang sama-sama menghadirkan
kristus, bahkan meskipun di antara kita ada banyak perbedaan ? Bagaimana
bersama-sama dengan orang lain menghadirkan Kristus bagi dunia ?

3. Dimensi Eskatologis
Paulus, dalam pertobatannya, mengenal Yesus sebagai Mesias. Pengenalan tersebut berarti
mengenali pemenuhan janji Allah pada Israel, yaitu bahwa keselamatan itu sudah datang.
Bila dalam keyakinan Yahudi : ketika keselamatan sudah selesai, dunia akan berakhir; bagi
Paulus : kita hidup dalam dunia antara, di tengah-tengah antara sudah dan belum. Orang-
orang yang percaya pada Kristus ada dalam ketegangan ini. Implikasinya : bagaimana
mengelola hidup ini agar nantinya diterima di Kerajaan Allah; bgmn hidup kita di dunia
menjadi contoh bagi orang lain bahwa kita siap-siap menyongsong KA “Jadilah
pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus” (1Kor 11:1). Mengikuti
Kristus adalah sebuah peziarahan : keselamatan itu sudah ada, Kerajaan Allah itu sudah ada
tapi belum penuh. Maka, kita diajak untuk terlibat membuat Kerajaan Allah itu hadir
penuh. Bagaimana hal itu diusahakan : sabda bahagia. Lalu masuk pada tindakan moral-
etis-sosial.

OLEH : DIMAS DANANG A.W.


Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 6

SURAT KEPADA ORANG IBRANI

Umum diterima bahwa surat ini tidak ditulis oleh Paulus. Ungkapan-ungkapan yang
paling dasar yang sangat biasa dalam surat-surat Paulus seperti “Kristus Yesus”, “dalam
Kristus” sama sekali tidak ditemukan. Kecuali itu, Paulus yang selalu menempatkan diri
sejajar dengan rasul-rasul yang lain tidak akan pernah menulis bahwa ia sekedar menerima
pewartaan “oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita” (2:3). Yang dapat
dikatakan, penulis surat ini adalah seorang ahli teologi yang besar. Ia setia kepada warisan
iman dan terbuka terhadap pemikiran-pemikiran baru.
Yang dituju oleh surat ini pun tidak seluruhnya jelas. Judul “kepada Orang Ibrani”
disimpulkan dari isi dan warna surat. Pengarang terus menerus mengutip Perjanjian Lama
untuk menunjukkan keunggulan Perjanjian Baru. Ibadah dan tata cara Yahudi sangat
menonjol. Dari warna yang sangat Yahudi ini, disimpulkan bahwa surat ini ditujukan
kepada satu keliopmik kemaat (bdk 13:23) yang terdiri dari orang-orang Ibrani (= Yahudi).
Maksud utama penulisan surat ini adalah agar orang-orang Kristen Yahudi bertahan dalam
iman dan tidak kembali kepada agama Yahudi. Masalah-masalah lain yang direungkan
dalam surat ini sebetulnya sama dengan yang terdapat dalam tulisan-tulisan lainnya. Yang
baru ialah bahwa dalam surat ini soal-soal itu dibahas dengan titik tolak imamat Kristus.

1. Yesus Imam Besar


Orang-orang Yahudi yang dituju oleh surat ini rupanya sedang berada dalam
kesulitan. Mereka kehilangan orientasi. Mereka dengan semangat besar mengikuti Kristus,
namun menjadi kecewa karena tidak lagi dapat melaksanakan ibadah meriah seperti dalam
Yudaisme. Kecuali itu mereka juga menderita karena iman mereka. Dan pula, dihadapan
mereka terhampar berbagai macam kesulitan. Penulis surat ini menegur mereka dan kira-
kira berkata begini : “Perdalamlah imanmu! Mengapa kamu cemas dengan hal-hal yang
kamu alami? Lihatlah pemimpin imanmu, Kristus, Imam Besar kita !”
Dalam nada mengajar dan memberi nasihat, pengarang merenungkan Perjanjian
Lama, khususnya Mzm 2 dan 110 dengan menunjuk Hari Raya Pendamaian yang sangat
dikenal oleh para pendengar (bdk. Ibr 5:5-6; 6:20; 8:1;10:12-13). Hari Raya Pendamaian
adalah satu-satunya kesempatan bagi imam Besar untuk masuk kedalam tempat yang paling
kudus dalam kenisah. Di situ Allah bersemayam. Ia memercikkan darah di sana untuk
menerima pengampunan dosa. Ini adalah gambaran : agar kita sungguh-sungguh dapat
masuk ke hadirat Allah, perlulah Kristus Sang Imam Besar masu ke tempat kudus itu
dengan darah-Nya sendiri, yaitu pengorbanan hidup-Nya. Imam Yahudi setiap tahun harus
melakukan upacara itu, namun Kristus masuk ke hadirat Allah sekali untuk selamanya.
Dengan demikian, Yesus telah membuka jalan bagi kita untuk mendekat Allah. Oleh karena
itu, dengan mata tertuju kepada Kristus kita harus melangkah maju menuju tanah terjanji
dalam iman dan harapan.

2. Hidup Kristen
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 7

Penulis surat yakin bahwa jemaat harus merenungkan firman allah dan menerimanya
dengan hati terbuka (4:12-13). Jemaat perlu diingatkan kembali akan imannya. Iman sendiri
menyangkut pengertian (= mengikatkan diri dengan kebenaran bdk Ibr 11:1b.3.6) dan
hidup (= pengharapan, mendasarkan hidup pada firman). Ibr 11-12 membaca kembali hidup
tokoh-tokoh PL dengan menunjukkan kesaksian hdiup dan pengharapan yang tampak
dalam peziarahan hidup mereka. Jemaat diajak bercermin dan mengikuti teladan mereka.
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 8

SURAT-SURAT KATOLIK

Surat Yakobus, 1-2 Petrus, 1-2-3 Yohanes dan Yudas disebut surat-surat Katolik.
Yang dimaksud ialah bahwa surat-surat itu tidak tertuju pada Gereja tertentu melainkan
Gereja pada umumnya (= katolik berarti umum, universal). Surat-surat tersebut
mencerminkan usaha untuk mencari dan menemukan sikap sejati Kristen dalam lingkungan
hidup tertentu.

1. SURAT YAKOBUS
Surat Yakobus ditujukan kepada ke12 suku di perantauan. Mungin yang dimaksud
adalah jemaat-jemaat Kristen-Yahudi di luar Palestina. Tulisan ini tampak sebagai surat
hanya karena pembukaannya. Isi dan penutupnya tidak sesuai dengan gaya surat, tetapi
lebih merupakan katekese yang diberikan dalam sinagoga Yahudi.
Iman dan Perbuatan
Yakobus kuatir kalau-kalau orang Kristen akhirnya ditelan oleh dunia. Beberapa
bahaya sangat nyata : Injil hanya dianggap sebagai semacam pendapat yang dapat menjadi
bahan perdebatan di antara orang-orang pandai; bahaya perpecahan yang menjadi subur
karena hawa nafsu (4:1 dst);orang terpikat oleh hikmat dunia (3:13-18); sikap kompromi
dengan pendapat yang berhubungnan dengan patokan kesusilaan setempat, khususnya
kekayaan (5:1 dst; 2:1 dst).
Menghadapi itu semua, Yakobus mengajak orang untuk bersikap tegas dan tanpa
kompromi menurut semangat sabda Yesus di bukit. Ketegasan sikap ini harus terwujud
dalam hidup biasa yang beragam. Itulah sebabnya gagasan-gagasan dan pesan-pesan dalam
surat ini terasa tidak teratur. Yang terpenting ialah gagasan yang menekankan perlunya
perbuatan (2:14-26). Bagi Yakobus, keselamatan tidak dapat dipisahkan dari usaha hidup
yang bersungguh-sungguh. Inilah yang disebut perbuatan. Konsep Perbuatan dalam
kerangka Yakobus harus dibedakan dari konsep perbuatan dalam kerangka pikir Paulus.
Bagi Paulus, perbuatan adalah perbuatan hukum, dan ini tidak menyelamatkan.
Seolah-olah penulis menantang pembacanya : “apakah anda percaya?” Kalau
jawabannya “ya”, maka ia akan melanjutkan, “Kalau demikian, tunjukkanlah bahwa anda
memang percaya. Perlihatkan wujud kepercayaan anda, khususnya dalam menghormati dan
mencintai orang-orang miskin. Kalau ini tidak tampak, kepercayaan anda sebenarnya tidak
benar …”

2. SURAT PETRUS YANG PERTAMA


Surat ini ditulis di “Babilon” (5:13 – Roma) dan ditujukan kepada orang-orang
Kristen yang tersebar di Asia Kecil (1:1-2), untuk memberikan semangat kepada merea
yang sedang mengalami masa-masa sulit. Untuk maksud ini, dikembangkan beberapa tema
besar Kitab Suci yang dapat mendukung hidup orang-orang yang dituju, misalnya :
pembebasan, hamba yang menderita demi keselamatan semua orang, batu yang dibuang
oleh para pembangun namun oleh Allah dijadikan batu sendi, Yesus yang ditolak oleh
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 9

bangsaNya tetapi dimuliakan oleh Allah. Nada surat ini homiletis dan mungkin pada
mulanya adalah katekese pembaptisan (3:18-22).
Orang-orang yang baru saja menerima iman Kristen, ternyata sudah harus berhadapan
dengan keadaan yang sulit, hidup di antara orang-orang kafir dan mengalami penganiayaan.
Mereka merasa hidup sebagai orang asing. Namun sebenarnya keterasingan itu tidak
disebabkan oleh sikap bermusuhan orang-orang kafir. Keterasingan itu adalah akibat
pilihan dan panggilan mereka. Karena dipilih dan dipanggil, orang Kristen hidup dengan
cara lain kalau dibandingkan dengan cara hidup dunia yang berdosa dan tanpa pengharapan.
Dalam rangka ini, dua hal menjadii penting : pertama, penderitaan yang harus dialami
sebagai orang Kristen dan bagaimana menerimanya dengan tabah; kedua, nilai
penyelamatan yang diberikan oleh kesaksian dan hidup kristen itu (bdk. 2:11-12.15; 3:1-
2.15b-16; 4:4).
Dalam hidupnya, orang Kristen mengalami tegangan : dari satu pihak dia tidak
termasuk lagi dalam dunia, tetapi dari lain pihak dia justru harus hdiup di tengah-tengah
dunia itu. Lalu ada dua kemungkinan : mempertahankan jati diri kristiani dengan melarikan
diri, atau menyelaskan diri dengan dunia dan dengan demikian kehilangan jati diri
kristianinya. Kedua-duanya keliru. 1Ptr 2:11-12 mengajak orang Kristen untuk hidup
sebagai “seorang asing yang berziarah” : hidup dalam dunia, dengan tetap menyadari
keistimewaannya. Orang Kristen harus yakin bahwa sikap yang teguh dengan sendirinya
akan membuat musuh-musuh diam. Atau, secara lebih positif keteguhan itu akan membuat
orang-orang kafir percaya dan memuliakan Allah (bdk. Yak 3:13; Mat 5:16).
Orang-orang Kristen terpisah dari dunia. Ini tidak berarti bahwa mereka menjadi kasta
tertinggi yang tertutup. Sebaliknya, mereka harus sadar bahwa mereka hidup di dunia
sebagai orang-orang yang diselamatkan. Hidup seperti ini mempunyai ciri misioner (2:9).
Dengan menghayati kehidupan Kristen, mereka menyatakan perbuatan-perbuatan besar
Allah.

3. SURAT PETRUS YANG KEDUA


Ada usaha yang sangat kentara (3:1) untuk meyakinkan bahwa penulis surat ini adalah
rasul Petrus, yang adalah saksi mata hidup dan karya Yesus (1:14.16.18). namun
kepengarangan Petrus sangat sulit diterima. Ketika surat ini ditulis, surat-surat Paulus sudah
dikenal luas (3:16). Ini hanya mungkin terjadi menjelang akhir abad pertama atau
sesudahnya, ketika surat-surat Paulus sudah dikumpulkan. Kalau demikian, penulis surat
Petrus yang kedua ini adalah seorang murid Petrus.
Surat ini ditulis sebagai nasihat dan peringatan. Tampaknya pada waktu itu
berkembang aliran-aliran sesat dengan kehidupan susila yang rendah (2:1 dst). Kecuali itu,
ada orang yang meragukan kedatangan Kristus pada akhir zaman (3:4 dst). Harapan akan
kedatangan Tuhan mempunyai dasar yang kokoh. Surat ini mau mengembangkan harapan
itu. Kecuali itu, mau ditunjukkan juga bahwa hidup Kristen – yang menantikan kedatangan
Tuhan – harus bersinar dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan yang tidak segera datang,
bukanlah Tuhan yang mengingkari janji. Tertundanya kedatangan Tuhan berarti
kesempatan lebih banyak untuk bertobat. Dengan demikian penundaan ini termasuk dalam
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 10

rencana Allah. Oleh karena itu, orang Kristen harus melihat kesetiaan Allah dalam hal itu.
Soal-soal lain yang dihadapai oleh jemaat (keadaan hidup sebagai kelompok kecil,
penganiayaan, dosa) yang tampaknya merupakan tanda-tanda ketidakbenaran janji Kristus
harus dilihat dalam rangka kesetiaan Allah itu.

4. SURAT YUDAS
Surat ini ditulis sekitar tahun 80 atau 90 untuk mengingatkan orang akan ajaran-ajaran
palsu (ay 4.8.16), khususnya dalam bidang kehidupan susila. Menurut para pengajar palsu,
yang penting dalam hidup manusia adalah yang rohani, sedangkan yang jasmani tidak
berarti apa-apa. Demikianlah tubuh manusia tidak mencerminkan manusia yang
sebenarnya. Oleh karena itu, terbukalah jalan lebar untuk hidup sekedar untuk menuruti
hawa nafsu. Yudas berjuang melawan aliran semacam itu, dan dengan keras mengatakan
bahwa mereka akan mengalami nasib seperti Sodom dan Gomora. Ia tidak mengembangkan
permenungan teologis yang mendasar, tetapi tinggal dalam bidang moral dengan
mendasarkan diri pada warisan iman para rasul (17). Surat ini ditutup dengan suatu
doksologi yang sangat meriah : “Bagi Dia … Allah yang Esa, Juruselamat kita oleh Yesus
Kristus Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum
segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin” (ay 24-25).
Antara 2Ptr 2:1-8 dengan Yud 4-16 terdapat kesamaan yang hampir ayat per ayat.
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 11

KITAB WAHYU
PAHAM DAN MAKNANYA BAGI HIDUP KRISTEN

Dibandingkan dengan tulisan-tulisan Perjanjian Baru yang lain, Kitab Wahyu harus
dikatakan istimewa. Keistimewaan itu segera dapat dilihat dan dirasakan kalau kita mulai
membacanya : gayanya, gambaran-gambaran atau lambang-lambang yang dipakainya dan
jalan pikirannya sulit dimengerti bahkan membingungkan. Kitab Wahyu tidak mengajak
orang untuk bermimpi, lari dari dunia nyata dengan tantangan-tantangannya yang seringkali
membingungkan. Sebaliknya, orang diajak untuk berharap akan masa depan yang pasti,
yang dianugerahkan oleh Allah. Harapan akan masa depan itu menjadi inspirasi, membuat
orang Kristen mampu melihat karya Allah yang baik di tengah-tengah dunia yang gelap dan
memberikan kekuatan serta keberanian untuk melanjutkan perjuangan iman bersama
dengan kristus untuk menegakkan Kerajaan Allah.

PENGARANG
Kitab Wahyu (= apocalypse) memberikan beberapa keterangan mengenai
pengarangnya : namanya Yohanes (1:1.4.9; 22:8), yang menempatkan diri dalam kalangan
para nabi (22:8) dan menyebut diri dengan sebutan-sebutan umum seperti “hamba” Allah
(1:1), “saudara dan sekutu dalam kesusahan” bagi yang dikirimi tulisan ini (1:9). Ia tinggal
di pulau Patmos (1:10) mungkin karena dibuang oleh penguasa Romawi. Surat-surat yang
ia kirimkan kepada tujuh gereja (2:1-3:22) menunjukkan bahwa pengarang tulisan ini
sangat dikenal oleh orang Kristen di Asia dan diakui kewibawaannya.

TAHUN PENULISAN & LATAR BELAKANG SEJARAH


Diperkirakan, Kitab Wahyu ditulis sekitar tahun 90-96. Pada masa ini, kaisar yang
memerintah adalah Kaisar Domitianus (81-96), yang menjelang akhir pemerintahannya
menganiaya orang-orang Kristen. Domitianus sungguh mau menegakkan dan memaksakan
penyembahan kepada kaisar. Kaisar adalah dominus et deus noster (: Tuhan dan Allah
kami). Pada zaman itu, wajar saja orang menyembah berbagai macam dewa-dewi. Jadi,
penyembahan kepada Kaisar bukanlah hal yang istimewa. Namun ternyata orang-orang
Kristen tidak mau melakukannya. Karena itulah banyak orang Kristen dibunuh. Inilah
masa-masa pencobaan yang harus dialami oleh orang-orang Kristen (3:10). Penganiayaan
berat yang menimpa orang-orang Kristen datang dari pihak pemerintah Romawi yang
digambarkan sebagai “binatang” (Why 13) dan “pelacur besar” (Why 17) yang sudah
mabuk darah orang-orang kudus (17:6).

ISI POKOK PEWARTAAN KITAB WAHYU


Meskipun disebut Kitab Wahyu, tulisan ini tidak memuat kebenaran-kebenaran yang
sama sekali baru dan berbeda dibandingkan dengan tulisan-tulisan PB yang lain. Yang
baru adalah gaya dan pengungkapannya dalam cara berpikir umat Kristiani yang sesuai
dengan zamannya.
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 12

Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa isi pokok warta Kitab Suci Perjanjian Baru
adalah Kerajaan Allah. Perjanjian Lama merupakan persiapan pewartaan itu. Injil-injil
berisi pewartaan Kerajaan Allah oleh Yesus dalam sabda dan KaryaNya. Kisah Para Rasuil
berisi pewartaan Kerajaan Allah oleh Gereja yang sedang berkembang. Adapun surat-surat
mengemukakan berbagai perwujudan Kerajaan Allah dalam kehidupan jemaat yang
menghadapi berbagai macam tantangan dan keadaan yang berbeda-beda. Kitab Wahyu
memusatkan perhatian pada kepenuhan Kerajaan Allah pada akhir zaman. Untuk pewartaan
itu, digunakan jenis sastra apokaliptik.
SASTRA APOKALIPTIK
Sastra apokaliptik mengarahkan perhatian ke masa depan, yaitu akhir sejarah. Akhir
sejarah ini dilihat sebagai tumpuan kepastian harapan. Atas dasar kepastian itu orang dapat
dan berani setia pada zaman sekarang. Pola berpikir apokaliptik dapat disejajarkan dengan
orang yang mau meloncat jauh. Seorang peloncat jauh akan mundur mengambil ancang-
ancang. Dari titik ancang-ancang, ia akan berlari cepat dan pada titik tertentu ia meloncat
jauh ke depan.
Pola berpikir apokaliptik menilai keadaan dunia sekarang ini benar-benar mengerikan,
tidak dapat diperbaiki lagi. Untuk menilai masa sekarang yang kacau ini, ia mundur,
mengenangkan karya-karya Allah di masa lampau. Kesimpulannya ialah Allah selalu setia.
Atas dasar keyakinan ini, diambillah kesimpulan untuk masa depan : Allah yang telah
terbukti setia akan selalu setia pula selama-lamanya. Maka dari itu, entah bagaimana dan
entah kapan, Allah yang setia itu akan memberikan kemuliaan serta kemenangan kepada
orang-orang yang percaya dan setia kepadaNya. Keyakinan iman inilah yang menjadi
landasan kekuatan untuk berani dan setia berjuang dalam kehidupan nyata yang penuh
dengan kesulitan dan tantangan.

RAHASIA KESETIAAN ALLAH


Tema dominan yang terdapat dalam Kitab Wahyu adalah rahasia kesetiaan Allah.
Kesetiaan Allah ini sudah dialami oleh umat sepaajng sejarah dan diyakini akan
berlangsung terus sampai kepenuhan waktu. Kesetiaan Allah inilah yang menjamin
kemenangan gilang-gemilang, yang dijanjikan kepada umat yang juga setia dalam
pengharapan. Rahasia ini begitu besar dan mendalam sehingga sangat sulit atau bahkan
tidak mungkin dirumuskan.
1. Rahasia itu dapat ditangkap melalui berbagai cara. Yang dapat dsebut adalah campur
tangan Roh (1:10; 4:2), penglihatan (17:3; 21:10), dan perantaraan para malaikat (1:1).
Malaikat adalah utusan Allah yang mempunyai berbagai macam peranan dalam
melaksanakan rencana penyelamatan Allah. Dalam banyak peristiwa, malaikat-malaikat
itu tampil sebagai “penafsir”, yang memberikan penjelasan kepada para murid Yesus,
mengenai peristiwa-peristiwa yang sulit ditangkap (bdk Mat 28:1-10; Yoh 20:11-18).
Sejalan dengan itu, penerangan Roh dan penglihatan perlu dimengerti dengan kacamata
yang sama, yaitu diletakkan dalam rangka karya penyelamatan Allah. Kalau demikian,
penglihatan dapat dikatakan merupakan buah perenungan iman, penegasan dan
pemahaman yang jernih berkat bantuan rahmat. Penglihatan itu terjadi di hadapan
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 13

Tuhan, di tengah-tengah jemaat dan keadaan aktual. Kesimpulan ini cukup jelas dalam
teks-teks berikut. Dalam Why 1:10, pada hari Tuhan, penulis dikuasai oleh Roh.
Sebagai buahnya ia menulis surat kepada ketujuh jemaat. Kemudian dalam Why 4:1-2,
sekali lagi penulis dikuasai oleh Roh. Karena itu, ia mulai membaca tanda-tanda zaman
dan sejarah dunia pada umumnya dalam terang iman.
2. Rahasia Allah itu diungkapkan dalam lambang-lambang. Berbicara dengan
menggunakan lambang adalah hal sangat biasa dalam Kitab Suci (bdk 1Raj 11:30-32).
Kebanyakan lambang yang dipakai dalam Kitab Wahyu diambil dari tradisi kenabian.
a. Ada lambang umum :
 Perempuan melambangkan jemaat (Why 12:1) atau kota (Why 17:3);
 Tanduk adalah lambang kekuasaan (Why 5:6; 12:3);
 Terompet atau sangkakala adalah suara ilahi/surgawi yang menjadi tanda
berlangsungnya karya Allah (Why 1:10; 8:2);
 Jubah putih adalah lambang dunia kemuliaan (Why 6:11; 7:9.13);
 Laut adalah lambang kuasa yang merusak, sumber malapetaka (Why 13:1; 21:1).

b. Lambang itu juga dapat berupa warna :


 Putih (Why 1:14; 2:17; 6:11) berarti kemenangan;
 Merah (Why 6:4; 17:3) berarti kekerasan, tetapi juga darah para martir;
 Hitam (Why 6:5.12) berarti kematian.
c. Lambang juga bisa berupa angka :
 Tujuh (Why 1:11; 3:1; 8:1) berarti sempurna, utuh, penuh;
 Enam (Why 13:18) berarti tidak sempurna, sementara;
 Tiga setengah (Why 12:14) juga berarti tidak sempurna, waktu pencobaan,
penganiayaan. Angka tiga setengah ini bisa mengambil beberapa bentuk,
misalnya satu masa tambah dua masa tambah setengah masa, yang sama dengan
empat puluh dua bulan (Why 11:2; 13:5) atau 1.260 hari (Why 11:3;12:6).
 Dua belas melambangkan Israel;
 Seribu adalah jumlah yang tak dapat dihitung (Why 7:4-8; 14:1-5).

RENCANA PENYELAMATAN ALLAH


Keyakinan iman pokok yang termuat dalam Kitab Wahyu dapat dirumuskan dengan
kata lain sebagai berikut : sejarah, dalam segala perputarannya, berada dalam rencana serta
kuasa Allah yang selalu setia. Sejarah itu akan disempurnakan oleh Allah yang sama.
Kesimpulan itu dapat dijelaskan atas dasarayat-ayat kunci dalam Kitab Wahyu.
1. Rencana Penyelamatan Allah sangat jelas terungkap dalam rangkaian teks-teks berikut
ini.
a. Menurut Why 4:2, dalam penglihatan Yohanes melihat “sebuah takhta berdiri di
surga, dan di takhta itu duduk seorang”.
b. Selanjutnya, “di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan
kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh
meterai” (Why 5:1).
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 14

c. Kemudian, pada Why 5:7 dikatakan, “…Lalu datanglah Anak Domba itu dan
menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu”.
d. Dialah “singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat
membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” (Why 5:5).
Rangkaian ayat-ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa Allah yang Mahakuasa (=
duduk di atas takhta) mempunyai rencana penyelamatan (= gulungan kitab). Rencana
penyelamatan ini akan dinyatakan, dilaksanakan, dan diselesaikan oleh Yesus, Sang
Anak Domba (= Mesias, singa dari suku Yehuda, keturunan Daud).
2. Namun demikian, keyakinan ini tampaknya tidak sejalan dengan kenyataan yang
dihadapi oleh Gereja.
a. Gereja Kristus yang memandang diri sebagai Israel baru, justru dimusuhi oleh
agama Yahudi.
b. Sementara itu, malapetaka yang menimpa Yerusalem pada tahun 70 M juga masih
terasa mengguncangkan.
c. Dari sudut pandang lain, Gereja harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik
totaliter dan menderita di bawah pemerintahan itu (Why 12:20). Yang dimaksudkan
dengan kekuatan politik totaliter adalah kekaisaran Romawi.
3. Kendati keadaan seperti ini, ditunjukkan dengan jelas bahwa sejarah berada di bawah
kuasa Allah. Ini tampak misalnya pada munculnya kuda dengan berbagai warna dalam
Why 6.
a. Yang muncul pertama adalah kuda putih (ay 2). Mengenai kuda putih ini dikatakan
“… ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah
panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang
untuk merebut kemenangan.”
b. Kuda putih ini sangat berbeda dibandingkan dengan kuda-kuda lain, kuda merah (ay
4), kuda hitam (ay 5), kuda hijau kuning (ay 8) yang dihubungkan dengan kekuatan
jahat yang mengambil damai sejahtera (ay 4), menyebarkan ketidak adilan (ay 6) dan
mendatangkan maut (ay 8).
c. Apalagi kalau dibaca bersama Why 19:11, akan kelihatan bahwa penunggang kuda
putih itu bernama “Yang Setia dan Yang Benar”. Dengan kata lain, kuda-kuda yang
lain boleh tampil baru sesudah kuda putih tampil dengan membawa kepastian
kemenangan. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa kuda-kuda itu baru dapat
tampil sesudah diberi kesempatan “mari” (ay 2, 3, 5, 7).
4. Pelaksanaan rencana penyelamatan Allah tampak jelas dalam “rangkaian tuju” yang
terdiri dari tujuh meterai (Why 6:1-17; 8:1-5), tujuh sangkakala yang ditiup setelah
meterai ketujuh dibuka (Why 8:1-2; 8:6-9:21) dan tujuh cawan murka Allah (Why 15:5-
8). Pada waktu cawan ketujuh ditumpahkan (Why 16:17), terlaksanalah karya
penyelamatan Allah itu : Babel, lambang kuasa jahat jatuh (Why 17:1-20:3).
5. Akhirnya, jelas pula dinyatakan bahwa sejarah dunia ini aka disempurnakan dan
dipenuhi oleh Allah. Kebahagiaan dan damai sejahtera abadi bukanlah hasil usaha
manusia saja, melainkan pertama-tama adalah anugerah Allah. Akhir Kitab Wahyu
mengatakan, “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru !” (Why 21:5). Di tempat
Corpus Paulinum, Surat-surat Katolik, dan Kitab Wahyu - 15

lain dikatakan, “Lalu di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar
lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari
surga, dari Allah” (Why 21:10). Kedua teks ini dengan jelas menyatakan bahwa pelaku
utama penyempurnaan sejarah ini adalah Allah sendiri.

GEREJA : KOMUNITAS ORANG-ORANG YANG BERHARAP


Kitab Wahyu muncul ketika Gereja berhadapan dengan dunia dan pengalaman hidup
yang suram, tampaknya tanpa masa depan. Tampaknya kekuatan jahat jauh lebih perkasa
dibandingkan dengan kebenaran dan kebaikan. Dalam keadaan seperti ini, Gereja dipaksa
untuk mencari dan menemukan makna pengalaman itu dan menentukan sikap. Mereka
yakin bahwa Allah yang menunjukkan kesetiaan di masa lalu akan menyatakan kesetiaan
yang sama sepanjang sejarah, sampai akhir. Kesetiaan Allah itulah yang menjadi jaminan
harapan akan akhir yang gilang gemilang.
Harapan bukanlah sekadar optimisme yang dilandaskan pada ideologi yang sering
mengklaim mampu memecahkan segala macam masalah. Harapan dilandaskan pada
keyakinan iman yang teguh bahwa “Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu,
akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp 1:6). Harapan ini
memberikan kekuatan dan dorongan kepada siapapun yang berkehendak baik untuk
bertindak : membaca tanda-tanda zaman dan melibatkan diri dalam usaha untuk
membangun tata kehidupan bersama yang semakin adalah dan bersaudara. Ini adalah
perutusan bersama yang mengundang keterlibatan semua orang. Perutusan ini juga
menuntut iman yang kokoh dan kasih yang berani. Harapan inilah yang ada di balik nasihat
St. Paulus, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah,
dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia” (1Kor 15:58). ***
Rm. D. Dimas Danang A.W.

Anda mungkin juga menyukai