Laporan Kasus VSD
Laporan Kasus VSD
Pembimbing Akademik:
Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kep., M.Kes
Disusun Oleh:
Dewi Ayu Kumalasari, S.Kep
(132013143003)
An. A perempuan umur 6 bulan dirawat diruang Neonatus dengan keluhan sesak nafas dan warna
kulit pucat. Hasil pengkajian keadaan umum lemah, kesadaran menurun, tidak mau menetek, tidak
bisa tidur, dan gelisah, konjungtiva anemis. Riwayat persalinan anak lahir dengan usia gestasi 9 bulan,
berat badan lahir 2500 gram, bayi langsung menangis, warna kulit merah. Terdapat retraksi
intercostal, pernafasan cuping hidung, ronchi (+), CRT 3 detik, frekuensi nadi 160x/menit, frekuensi
nafas 60x/menit,suhu 36,5 C. Hasil lab pH 7.35, pCo2 35.4 mmHg pO2 62.1 mmHg, saturasi
O2 90.5%, Hb 11.9 d/dL. Hasil rontgen menunjukkan adanya VSD sedang Terapi : O2 nasal
kanul 2 lpm. rencana operasi jantung.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Riwayat Penyakit Sekarang : An. A dirawat diruang neonatus dengan keluhan sesak dan warna
kuit pucat. Hasil pengkajian keadaan umum lemah, kesadaran menurun, tidak mau menetek,
tidak bisa tidur, dan gelisah, konjungtiva anemis. Riwayat persalinan anak lahir dengan usia
gestasi 9 bulan, berat badan lahir 2500 gram, bayi langsung menangis, warna kulit merah.
Terdapat retraksi intercostal, pernafasan cuping hidung, ronchi (+),(+), CRT 3 detik, frekuensi
nadi 160x/menit, frekuensi nafas 60x/menit,suhu 36,5 C. Hasil lab pH 7.35, pCo2 35.4 mmHg pO2
62.1 mmHg, saturasi O2 90.5%, Hb 11.9 d/dL Hasil rontgen menunjukkan adanya VSD sedang
Terapi : O2 nasal kanul 2 lpm. rencana operasi jantung.
➢ Persepsi keluarga terhadap penyakit anak: ibu tampak cemas dengan kondisi anak
Riwayat nutrisi
➢ Nafsu makan: O Baik O √Tidak O Mual O Muntah
➢ Pola makan : O 2x/hari O 3x/hari O >3x/hari
➢ Minum: Jenis ASI, jumlah: 1500 cc/hari
➢ Pantangan makan : O Ya (Jenis: tidak ada) O Tidak
➢ Menu makanan : -
Riwayat Pertumbuhan
➢ BB saat ini : 7 Kg, TB : 65 cm, LD: - cm, LK: - cm LK: 40 cm
➢ BB Lahir : 2500 gr, BB sebelum sakit: 7 Kg
➢ Panjang Lahir: 51 cm IMT : -
➢ Z score = BB/U = 2 (normal: -2 SD sd 2 SD)
➢ Status Gizi: normal
Riwayat Perkembangan
➢ Pengkajian Perkembangan (DDST) : Normal (Terlampir)
➢ Tahap Perkembangan Psikososial : ibu An.A mengatakan An.A biasanya
menatap wajah, membalas senyum, tersenyum spontan, dan mengamati
tangannya
➢ Tahap Perkembangan Psikoseksual : Pada fase oral An.A
senang memasukkan jari-jari dan telapak tangan kedalam
mulut
Observasi & Pemeriksaan Fisik (ROS:Review Of System)
ROS
Penglihatan (mata)
Persarafan & Penginderaan B3
Pendengaran(Telinga) :
Gangguan Pendengaran : O Ya O Tidak Jelaskan: tidak ada
Penciuman (Hidung) :
Bentuk : O Normal O Tidak Jelaskan: tidak ada
Gangguan Penciuman : O Ya O Tidak Jelaskan: tidak ada
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
Kebersihan: O Bersih O Kotor
Urin: Jumlah: 400 cc/hr: Warna: kuning Bau: normal (amonia)
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan B4
Kulit
Warna kulit: O Ikterus O Sianotik O Kemerahan O Pucat O Hiperpigmentasi
Hiperglikemia O Ya O Tidak
Endorin
Hipoglikemia O Ya O Tidak
Terapi/Tindakan lain:
- Pemakaian O2 nasal kanul 2 lpm
- Rencana operasi jantung
(Dewi Ayu )
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Anak:
An. A perempuan berusia 6 bulan, MRS tgl 22 Desember 2020, tinggal di Surabaya,
diagnosa medis Ventrikel Septal Defect (VSD)
:
3. Pemeriksaan penunjang:
22 Desember 2020
Hasil rontgen menunjukkan adanya VSD sedang
Hb: 11.9 gr/dL (normal 11-13 gr/dL)
4. Terapi:
- Pemakaian O2 nasal kanul 2 lpm
- Rencana operasi jantung
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISA DATA
RENCANA INTERVENSI
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Pengkajian ya An. A perempuan umur 6 bulan dirawat diruang Neonatus dengan keluhan sesak nafas
dan warna kulit pucat. Hasil pengkajian keadaan umum lemah, kesadaran menurun, tidak mau
menetek, tidak bisa tidur, dan gelisah, konjungtiva anemis. Riwayat persalinan anak lahir dengan usia
gestasi 9 bulan, berat badan lahir 2500 gram, bayi langsung menangis, warna kulit merah. Terdapat
retraksi intercostal, pernafasan cuping hidung, ronchi (+), CRT 3 detik, frekuensi nadi 160x/menit,
frekuensi nafas 60x/menit,suhu 36,5 C. Hasil lab pH 7.35, pCo2 35.4 mmHg pO2 62.1 mmHg,
saturasi O2 90.5%, Hb 11.9 d/dL. Hasil rontgen menunjukkan adanya VSD sedang Terapi :
O2 nasal kanul 2 lpm. rencana operasi jantung
DIAGNOSA
Diagnosis yang kedua yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler ditandai dengan adanya dipsnea, bunyi napas ronchi dan adanya
pernapasan cuping hidung. Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017). Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan anak sesak nafas, adanya dipsnea,
suara napas tambahan adanya ronchi, adanya retraksi otot bantu nafas, adanya pernapasan cuping
hidung, RR= 60x/menit dan SpO2= 90.5%.
Diagnosa yang ketiga adalah resiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolisme ditandai dengan nafsu makan menurun. Resiko defisit nutrisi adalah
suatu kondisi yang berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan ibu
An.A mengatakan anak tidak mau menetek membran mukosa kering, BB saat ini 7 kg, bising
usus 6x/menit, Hb: 11.3 gr/dL (11-13 gr/dL) anak tidak mau minum
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan pada penurunan curah jantung adalah monitor tanda dan gejala
sekunder penurunan curah jantung (distensi vena jugularis, palpitasi, ronchi basah, batuk),
monitor EKG 12 sadapan setiap hari, monitor tekanan darah , nadi, RR setiap 4 jam, monitor
bunyi jantung, memposisikan pasien semifowler atau posisi nyaman memerikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%, menganjurkan keluarga untuk mengukur intake dan
output cairan dan berkolaborasi dengan dokter spesialis untuk tindakan bypass kardiopulmonal,
dengan amplatzer dan bard clammshel umbrella. Memonitor tanda-tanda vital dengan tindakan
ini kita dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu yang di
alami pasien. Mengobservasi kualitas dan kekuatan denyut jantung karena pasien mengalami
penyakit jantung bawaan, maka perlu dilakukan tindakan ini sehingga kita mengetahui keadaan
denyut jantung (Rilantono, 2013). Memeriksa EKG dengan tindakan ini diharapkan kita
mengetahui irama jantug dan apakah ada kelainan pada jantung. Mengkaji capilary refill
bertujuan mengetahui suplai oksigen sampai ke ujung-ujung jari (Wilkinson and Ahern, 2011).
Pada pasien dengan VSD salah satu device yang paling banyak digunakan adalah amplatzer duct
occluder (ADO). Amplatzer duct occluder merupakan alat self-expanding yang pertama kali
ditambahkan kedalam tata laksana intervensi kateter penutupan DSV (Putra, et all, 2016).
Operasi idealnya dilakukan pada VSD pada umur 3 bulan sebelum umur 6 bulan untuk
menghindari terjadinya hipertensi pulmonal. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa angka
kematian pada operasi dini kurang dari 10%. Tidak ada perbedaan kematian saat operasi antara
bayi dengan berat badan lebih dari 5 kilogram dengan bayi yang berat badan nya kurang dari 5
kilogram. Pada pasien ini untuk gagal jantung diberikan terapi diuretik, ACE inhibitor dan
antagonis aldosterone. VSD ini terjadi akibat terjadi percampuran darah yang kaya akan oksigen
dan yang rendah oksigen pada defek di dinding jantung dan katup yang abnormal menyebabkan
kebocoran aliran darah ke ruang bawah jantung. Akibatnya jantung bekerja lebih keras, sehingga
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terjadi pembesaran jantung. Sebagai akibatnya, bayi dengan VSD mengalami kesulitan bernafas,
jaringan kekurangan oksigen dan bayi tersebut tidak tumbuh dan berkembang dengan normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nadi perifer yang lemah. Hipoksia dan atau peningkatan aliran
darah ke jari merupakan faktor penyebab dari adanya nadi perifer yang lemah (Hanif & Yurizali,
2019).
Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu
makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing.
Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat
dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).
Pada diagnosa gangguan pertukaran gas dilakukan intervensi monitor kecepatan aliran
oksigen, posisi alat terapi oksigen, frekuensi, irama kedalaman, upaya nafas, pola nafas, nilai
AGD, mempertahankan kepatenan jalan napas, tetap berikan oksigenasi transportasi, atur interval
pemantauan respirasi sesuai kondisi, dan kolaborasi penentuan dosis oksigen. Dengan memonitor
tanda-tanda vital dengan tindakan ini kita dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu yang dialami pasien (Djer, 2014). Memberikan oksigen via nasal kanul
3-4 liter pada pasien dengan tujuan untuk mengurangi sesak nafas. Memberikan posisi semi
fowler. Tindakan ini membantu untuk mengurangi sesak nafas dan memberikan kenyamanan klien
(Wilkinson and Ahern, 2011).
Masalah resiko defisit nutrisi dapat teratasi dengan mengidentifikasi perlunya
pemasangan selang nasogastrik, memberikan makanan TKTP, memberikan makanan tinggi serat
mengajarkan diet yang diprogramkan yaitu cairan susu formula bayi yang diperkaya energi
dalam bentuk MCT dan karbohidrat, diberikan 40ml/kgBB/hari, dan berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KESIMPULAN
Masalah penurunan curah jantung dapat teratasi dengan dilakukannya tindakan bypass
kardiopulmonal, diberikan terapi diuretik, ACE inhibitor dan antagonis aldosterone. VSD ini
terjadi akibat terjadi percampuran darah yang kaya akan oksigen dan yang rendah oksigen pada
defek di dinding jantung dan katup yang abnormal menyebabkan kebocoran aliran darah ke
ruang bawah jantung. Akibatnya jantung bekerja lebih keras, sehingga terjadi pembesaran
jantung. Sebagai akibatnya, bayi dengan VSD mengalami kesulitan bernafas, jaringan
kekurangan oksigen dan bayi tersebut tidak tumbuh dan berkembang dengan normal.
Masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan memonitor kecepatan aliran
oksigen, posisi alat terapi oksigen, frekuensi, irama kedalaman, upaya nafas, pola nafas, nilai
AGD, mempertahankan kepatenan jalan napas, tetap berikan oksigenasi saat pasien di
transportasi, atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi, dan kolaborasi penentuan dosis
oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Djer, M Mulyadi. 2014. Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi (Kardiologi
Interveni) Petunjuk Praktis Menangani Pasien Dan Mengeduksi Keluarga. Jakarta :
Sagung Ceto.
Hanif, A. M. & Yurizali, B., (2019). COMPLETE ATRIOVENTRICULAR SEPTAL
DEFECTS DENGAN POLISITEMIA SEKUNDER. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2),
444-449.
Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Trans Info Media.
Irnizarifka. 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Putra, A. S. M. M., Pradnyana, B. A., & Gunawijaya, E. (2016). Emboli koroner sebagai
komplikasi penutupan defek septum ventrikel transkateter dengan amplatzer duct
occluder–II pada pasien berusia 2 tahun. MEDICINA, 50(2), 126-31.
Rilantono,Lily l. 2013. Penyakit Jantung Kardiovaskuler (PKV). Jakarta : FKUI.
Wilkinson H Judith and Ahren Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
9,Diagnosis Nanda,Intervensi : NIC,Kriteria Hasil NOC. Jakart : EGC.
Wishnuwardhana, M. (2006). MANFAAT PEMBERIAN DIET TAMBAHAN TERHADAP
PERTUMBUHAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
ASIANOTIK (THE BENEFIT OF SUPPLEMENTARY FEEDING TO GROWTH OF
CHILD WITH ACYANOTIC CONGENITAL HEART DISEASE.) (Doctoral
dissertation, program Pascasarjana Universitas Diponegoro).