Anda di halaman 1dari 4

1j.

Apa makna Selama masa observasi di IGD 1 jam kemudian, pasien mengeluh
timbul bengkak di area bibir dan mata disertai ruam kemerahan di kulit seluruh tubuh,
dan pasien merasa sesak?

Maknanya adalah kemungkinan pasien memiliki alergi obat ketorolac yang termasuk
golongan obat OAINS yang menimbulkan manifestasi klinis

tersebut yang merupakan tanda dari terjadinya anafilaksis (sebagai

bentuk yang paling berat hipersensitivitas tipe cepat) akibat dari reaksi

hipersensitivitas tipe I (termasuk reaksi simpang obat tipe B) yang

ditandai dengan reaksi imunologi yang diperantarai IgE T cell-mediated

atau jarang melibatkan kompleks imun atau reaksi sitotoksik (Cintya

Gusman & Raveinal, 2020). Pencetus anafilaksis pada kasus ini adalah

injeksi ketorolac golongan oains. Reaksi ini disebabkan oleh

degranulasi sel mast yang tersebar luas sebagai respon terhadap

distribusi sistemik antigen yang dapat menyebabkan syok anafilaktik

dan makna 1 jam kemudian dapat menimbulkan gejala pada kasus

adalah termasuk fase cepat hipesensitivitas tipe I. (Abbas et al., 2017)

1m. Bagaimana tatalaksana awal pada pasien dengan hipersensitivitas?

Hipersensitivitas tipe I pada kasus menyebabkan syok anafilaksis, jadi

untuk menanggulangi syok anafilaksis akibat pemberian antibiotic

golongan penisilin (ampisilin), diberikan sesegera mungkin larutan

adrenalin (epinefrin) 1:1.000 (1mg/ml) disuntikkan 0,3-0,5 ml IM atau

0,01 mg/kgBB Akses infus (14atau 16 gauge) intravena dengan normal

salin. Bila dalam 5 menit tekanan darah pasien belum mencapai

90mmHg, perlu diberikan lagi larutan adrenalin dengan dosis dan cara

yang sama. Hal ini perlu diulang dalam 5-10 menit apabila tekanan

darah sistolik masih juga belum mencapai 90 mmHg (Farmakologi FK


UI, 2016).

2d. Bagaimana mekanisme abnormal dari primary survey?

Wheezing (+) :

FR : Kemungkinan memiliki atopi + pemberian ketorolac → obat tersebut menjadi


antigen (prohapten) → dimetabolisme dan berikatan dengan protein → membentuk
ikatan kovalen → kompleks hapten protein → → menjadi imunogenik →
menstimulasi sistem imun → akan di proses di APC → di presentasikan pada sel Th0
→ berproliferasi menjadi Th2 melalui MHC kelas II → Th2 menghasilkan sitokin
seperti IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, IL-13 → IL- 4 & IL-13 merangsang limfosit B
berubah menjadi sel plasma → produksi IgE → IgE di sirkulasi darah akan masuk ke
jaringan → IgE berikatan dengan reseptornya Fc (FcRI) di sel mast dan basophil →
degranulasi sel → pelepasan mediator kimiawi → leukotriene dan histamin →
histamin berikatan dengan reseptor H1 di bronkus → bronkokontriksi → udara yang
masuk dan keluar menimbulkan bunyi → wheezing (+) (Cintya Gusman & Raveinal,
2020), (Pemayun & Suryana, 2019), (Pandapotan & Rengganis, 2016), (Abbas et al.,
2017).

Hipotensi :

FR : Kemungkinan memiliki atopi + pemberian ketorolac → obat tersebut menjadi


antigen (prohapten) → dimetabolisme dan berikatan dengan protein → membentuk
ikatan kovalen → kompleks hapten protein → menjadi imunogenik → menstimulasi
sistem imun → akan di proses di APC → di presentasikan pada sel Th0 →
berproliferasi menjadi Th2 melalui MHC kelas II → Th2 menghasilkan sitokin seperti
IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, IL-13 → IL- 4 & IL-13 merangsang limfosit B berubah
menjadi sel plasma → produksi IgE → IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
→ IgE berikatan dengan reseptornya Fc (FcRI) di sel mast dan basophil →
degranulasi sel → pelepasan mediator kimiawi → histamin dan prostaglandin →
vasodilatasi vascular massive → penurunan aliran darah → stroke volume (SV)
menurun → cardiac output (CO) menurun → TD menurun → hipotensi (Cintya
Gusman & Raveinal, 2020), (Pemayun & Suryana, 2019), (Pandapotan & Rengganis,
2016), (Abbas et al., 2017).

Takikardi :

FR : Kemungkinan memiliki atopi + pemberian ketorolac → obat tersebut menjadi


antigen (prohapten) → dimetabolisme dan berikatan dengan protein → membentuk
ikatan kovalen → kompleks hapten protein → menjadi imunogenik → menstimulasi
sistem imun → akan di proses di APC → di presentasikan pada sel Th0 →
berproliferasi menjadi Th2 melalui MHC kelas II → Th2 menghasilkan sitokin seperti
IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, IL-13 → IL- 4 & IL-13 merangsang limfosit B berubah
menjadi sel plasma → produksi IgE → IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
→ IgE berikatan dengan reseptornya Fc (FcRI) di sel mast dan basophil →
degranulasi sel → pelepasan mediator kimiawi → histamin dan prostaglandin →
vasodilatasi vascular massive → penurunan aliran darah → stroke volume (SV)
menurun → cardiac output (CO) menurun → hipoperfusi jaringan → aktivasi sistem
saraf simpatis → ppeningkatan kontraktilitas jantung → takikardi (Cintya Gusman &
Raveinal, 2020), (Pemayun & Suryana, 2019), (Pandapotan & Rengganis, 2016),
(Abbas et al., 2017).

Kemerahan diseluruh tubuh :

FR : Kemungkinan memiliki atopi + pemberian ketorolac → obat tersebut menjadi


antigen (prohapten) → dimetabolisme dan berikatan dengan protein → membentuk
ikatan kovalen → kompleks hapten protein →kompleks hapten protein → menjadi
imunogenik → menstimulasi sistem imun → akan di proses di APC → di
presentasikan pada sel Th0 → berproliferasi menjadi Th2 melalui MHC kelas II → Th2
menghasilkan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, IL-13 → IL- 4 & IL-13
merangsang limfosit B berubah menjadi sel plasma → produksi IgE → IgE di
sirkulasi darah akan masuk ke jaringan → IgE berikatan dengan reseptornya Fc
(FcRI) di sel mast dan basophil → degranulasi sel → pelepasan mediator kimiawi →
histamin dan prostaglandin → vasodilatasi PD di seluruh tubuh → kemerahan seluruh
tubuh (Cintya Gusman & Raveinal, 2020), (Pemayun & Suryana, 2019), (Pandapotan
& Rengganis, 2016), (Abbas et al., 2017).

 Abbas, Abul K., Lichtman, Andrew H., Pillai, Shiv. (2016). Pengantar Sistem
Imun. Dalam : Imunologi Dasar Abbas Fungsi dan Kelainan Sistem Imun.
Singapore : Elsevier
 Cintya Gusman, S., & Raveinal, R. (2020). Desentisisasi Obat. Human Care
 Journal, 5(2), 404. https://doi.org/10.32883/hcj.v5i2.816
 Pemayun, T. P. D., & Suryana, K. (2019). Penderita syok anafilaktik dengan
manifestasi takikardi supraventrikular. Penyakit Dalam Udayana, 3(2), 41–
45. https://jpdunud.org/index.php/JPD/article/view/71
 Pandapotan, R. A., & Rengganis, I. (2016). Pendekatan Diagnosis dan Tata
Laksana Alergi Obat Approach to Diagnosis and Treatment of Drug Allergy.
Penyakit Dalam Indonesia, 3(1), 45–52.

2e. Apa saja klasifikasi syok dan syok apa pada kasus?

1. Syok hipovolemik

Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari muntah
diare, luka bakar atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel tidak
adekuat.

2. Syok kardiogenik

akibat depresi berat kerja jantung sistolik

3. Syok obstruksi ekstrakardia

merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastole


sehingga secara nyata menurunkan volume jumlah darah yang dipompakan oleh
ventrikel kiri dalam satu kali kontraksi. 
4. Syok distributive

o syok septik : Warm shock, umumnya dijumpai pada awal syok septik,


terjadi akibat vasodilatasi vaskular, ditandai dengan perabaan kulit
yang hangat, kemerahan (flushed skin), peningkatan tekanan nadi,
takikardia dan takipnea.
o syok neurogenik : Hal ini terjadi karena hilangnya tonus simpatik
secara tiba-tiba, dengan fungsi parasimpatis yang terjaga,
menyebabkan ketidakstabilan otonom.
o syok anafilaktif : Syok anafilaksis terjadi karena adanya kerusakan
pada otot jantung dan disfungsi ventrikel akibat penurunan output
kardiak karena hipoperfusi perdarahan koroner. Hipoperfusi
perdarahan koroner ini terjadi akibat vasodilatasi sistemik, kebocoran
plasma, dan penurunan venous return (Kounis, Soufras, & Hahalis,
2013; Mangold & Qureshi, 2018).

Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis dan
merupakan bagian dari syok distributif yang ditandai oleh adanya hipotensi
yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai
kolaps pada sirkulasi darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan
kematian pada beberapa pasien yang menyebabkan penurunan tajam pada
resistensi vaskular perifer. (Cemy, 2010)

Kounis, N., Soufras, G., & Hahalis, G. (2013). Anaphylactic Shock : Kounis
Hypersensitivity - Associated Syndrome Seems to be the Primary Cause. N
Am J Med Sci, 5(11), 631–636. https://doi.org/10.4103/1947- 2714.122304

11. Bagaimana NNI pada kasus ?

a. HR. Malik dalam al-Muwaththa’

Dari Abû Sa’îd Sa’d bin Mâlik bin Sinân al-Khudri Radhyallahu anhu, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh
membahayakan orang lain.”

Anda mungkin juga menyukai