Anda di halaman 1dari 13

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RS PERMATA JONGGOL


NOMOR 090/PER-DIR/RSPJ/V/2019
TENTANG
PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ), oleh karena itu perlu pelayanan gizi
yang berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah
satu sub-sistem dalam pelayanan kesehatan paripurna, yang berfokus kepada
keamanan pasien. dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada
standar yang berlaku. Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan
yang lebih strategis.
Hasil studi kohort tahun 2011 yang dikenal dengan penelitian SARMILA di 3
Rumah Sakit, diketahui pasien dengan asupan energi tidak cukup selama di
Rumah Sakit mempunyai risiko lebih besar malnutrisi dan terdapat perbedaan
yang signifikan lama hari rawat inap pada pasien dengan asuhan gizi dan
pelayanan gizi konvensional. Dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut
dibutuhkan pemberian dukungan gizi yang tepat melalui pelayanan asuhan gizi
terstandar dan berkualitas oleh sumber daya manusia yang professional.
Asuhan gizi yang aman dan efektif dengan membuat keputusan secara sistematis,
menggunakan keterampilan berpikir kritis, spesifik dalam tiap langkah proses
asuhan gizi, menggunakan terminology yang seragam untuk mendokumentasikan
dan berkomunikasi di setiap langkah PAGT yang berlandaskan ilmu gizi yang

1
mutakhir, sehingga tercapai asuhan gizi yang berkualitas tinggi. Kualitas
menunjukkan besarnya kemungkinan tingkat keberhasilan asuhan gizi dapat
tercapai. Ukuran kualitas tergambar dari evaluasi keberhasilan asuhan gizi dan
kepatuhan tenaga gizi melaksanakan PAGT pada setiap pasien yang mempunyai
masalah gizi.

B. PENGERTIAN
1) Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut
2) Dietetic adalah integrasi aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area / lingkungan / latar belakang praktek pelayanan.
3) Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
4) Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan
yang sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada
pelaksanaan PAGT dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas
kesehatan lain yang menangani masalah gizi tersebut.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Proses Asuhan Gizi Terstandar merupakan siklus yang terdiri dari 4 langkah
yang berurutan dan saling berkaitan, yaitu :
1. Asesmen/pengkajian gizi
2. Diagnosis gizi
3. Intervensi gizi
4. Monitoring dan evaluasi gizi
5. Edukasi Gizi Bila Pasien Membawa Makanan Dari Luar

3
BAB III
KEBIJAKAN

1. Setiap pasien yang mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap perlu dilaksanakan skrining awal gizi
2. Tenaga gizi / ahli gizi / dietisien yang memberikan asuhan gizi wajib memiliki
batas kewenangan yang ditentukan oleh Rumah Sakit dan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Bahwa skrining awal gizi dilakukan sebagai penentu masalah gizi pasien, apa
termasuk dalam hosmal ( hospital malnutrition ) dan perlu dilakukan skrining
lanjutan oleh dietisien / ahli gizi atau tidak.
4. Bahwa dalam pendokumentasian masalah gizi pasien perlu dipertimbangkan hal
sebagai berikut :
a. Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi
b. Perilaku
c. Kultur budaya
d. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau
informasi dan petunjuk mengenai gizi
e. Riwayat personal ( usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi, serta
riwayat sosial dan sebagainya )
f. Kondisi medis / kesehatan yang berdampak pada gizi
g. Terapi medis bedah atau terapi lainnya yang berpengaruh pada gizi
h. Kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu
i. Masalah psikologis ( body image, kesepian dan sebagainya )
j. Ketersediaan, suplai, dan asupan makanan yang sehat dan air
5. Dietisien / ahli gizi atau tenaga ahli lainnya yang memberikan pelayanan terkait
gizi memiliki data asesmen rujukan yang mempunyai batasan yang jelas dan

4
dapat diobservasi atau diukur ( indikator asuhan gizi ), yang dimana indikator
asuhan gizi ada beberapa jenis, yaitu :
a. Preskripsi diet
b. Target
c. Rujukan standar

5
BAB IV
TATA LAKSANA

A. SKRINING GIZI
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolic,
hemodialisis, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis dan lain
sebagainya.
Idealnya skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metoda yang digunakan adalah Malnutrition Screening Tools (MST)
pada dewasa dan Strong Kids pada pasien anak.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi maka dilakukan
pengkajian/asesmen gizi oleh ahli gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
proses asuhan gizi terstandar. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko
malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ilang setelah 1 minggu. Jika hasil
skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar.

B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)


1. Asesmen
Asesmen/pengkajian gizi merupakan kegiatan mengumpulkan,
mengintegrasikan dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang
terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan, aspek klinis dan aspek
perilaku-lingkungan serta penyebabnya.

6
- Anamnesis riwayat gizi
Pengumpulan dan pengkajian data riwayat gizi meliputi asupan makanan
termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait.
Selain itu diperlukan kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan,
aktivitas fisik dan olahraga serta ketersediaan makanan di lingkungan
pasien.
Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif
melalui FFQ dan kuantitatif melalui food recall 24 jam.
1. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Sebagai
contoh, nilai elektrolit, lemak, glukosa, pengosongan lambung dan lain-
lain.
Pengambilan kesimpulan dari data leboratorium terkait masalah gizi
harus selaras dengan data asesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang
lengkap termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya. Disamping itu, proses penyakit, tindakan, pengobatan,
prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi darah dan urin sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.
2. Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengukuran tinggi
badan(TB), berat badan (BB), tinggi lutut (TL), rentang lengan atau
separuh rentang lengan, lingkar lengan atas (LiLA), tebal lipatan kulit
(skinfold) lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggang dan pinggul
dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan
dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut di atas misal Indeks
Massa Tubuh (IMT) yaitu rasio BB terhadap TB.

7
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status
gizi pada bayi, anak dan remaja adalah pertumbuhan (BB, PB/TB,
lingkar kepala dan sebagainya) yang hasilnya kemudian dibandingkan
dengan standar.
BB pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan
dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat
minimal setiap 7 hari.
3. Pemeriksaan fisik/klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah
gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda vital
dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien
maupun wawancara dengan pasien. Contoh beberapa data pemeriksaan
fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot
yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk, dll.
4. Riwayat personal
a. Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang
dikonsumsi
b. Sosial budaya
Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah,
dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial.
c. Riwayat penyakit
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit
dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik dan resiko
komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi
serta kemampuan kognitif seperti pada pasien stroke.
d. Data umum pasien meliputi umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

8
C. DIAGNOSIS GIZI
Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi
yang aktual, dan atau beresiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan
tanggung jawab dietisien untuk menanganinya secara mandiri.
Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (Problem), penyebab
masalah (Etiology) serta tanda dan gejala adanya masalah (Signs & Symptoms).
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis, baik dari sifatnya maupun cara
penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai dengan respon pasien,
khususnya terhadap intervensi gizi yang dilakukan sedangkan diagnosis medis
lebih menggambarkan kondisi penyakit atau patologi dari suatu organ tertentu dan
tidak berubah selama kondisi patologis/pemyakit itu ada. Dari aspek penulisan,
pernyataan diagnosis gizi disusun dengan kalimat yang terstruktur sesuai dengan
komponennya yaitu Problem (P), Etiology (E) dan Signs & Symptoms (S) dan
disingkat menjadi P-E-S.

Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi 3 domain, yaitu :


1) Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan
energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral
maupun parenteral dan enteral.
Contoh :
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan indera perasa dan nafsu
makan (E) ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari 40%
kebutuhan (S)..
2) Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ.
Contoh :
Gangguan menelan (P) yang berkaitan dengan stroke (E) ditandai dengan
memuntahkan kembali makanan yang dimakan (S).

9
3) Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik, keamanan makanan dan
akses makanan.
Contoh :
Pemberian makanan bayi yang tidak tepat (P) berkaitan dengan pengetahuan
ibu yang kurang (E) ditandai dengan bayi menerima makanan padat pada usia
3 bulan (S).

D. INTERVENSI GIZI
Intervensi adalah serangkaian aktifitas spesifik dan berkaitan dengan penggunaan
bahan untuk menanggulangi masalah.
Langkah ini meliputi penentuan prioritas diagnosis gizi, pemilihan, perencanaan
dan implementasi tindakan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien,
klien atau kelompok.
Selama fase intervensi gizi, dietisien perlu bekerja sama dengan pasien dan
keluarga agar dapat menyusun rencana yang realistis dan berdampak positif
terhadap diagnosis gizi.
Komponen intervensi gizi :
1) Perencanaan intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (P), rancang
strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (E) atau apabila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi gejala/tanda (S). Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan.
Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan
strategi pelaksanaan/implementasi.
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi, harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan
waktunya.

10
b) Preskripsi diet
 Perhitungan kebutuhan gizi
 Jenis diet
 Modifikasi diet
 Jadwal pemberian diet
 Jalur makanan
2) Implementasi intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan
tenaga kesehatan lain atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi harus
menggambarkan dengan jelas “apa, di mana, kapan dan bagaimana” intervensi
itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana
data tersebut dapat menunjukkan respon pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi.
Untuk keperluan dokumentasi dan persepsi yang sama. Intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu :
a) Pemberian makanan atau zat gizi
b) Edukasi gizi
c) Konseling gizi
d) Koordinasi pelayanan gizi

E. MONITORING DAN EVALUASI GIZI


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai dengan
yang diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan
monitor perkembangan antara lain :

11
2) Mengukur hasil adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur
berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis hasil,
yaitu:
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi
d) Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya.
4) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Cara pendokumentasian
yang sesuai dengan langkah PAGT adalah dengan format ADIME.

F. EDUKASI GIZI BILA PASIEN MEMBAWA MAKANAN DARI LUAR


Ahli Gizi memberikan edukasi pada pasien terkait makanan yang boleh dan tidak
boleh di konsumsi sesuai dengan kondisi penyakit pasien, termasuk bila akan
membawa makanan dari luar Rumah Sakit.

12
BAB V
DOKUMENTASI

Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Format ADIME merupakan model
yang sesuai dengan langkah PAGT ( Proses Asuhan Gizi Terstandar ). Pencatatan
yang digunakan di ruang inap adalah rekam medis pasien yang dicatat dalam berkas
rekam medis pasien yang sudah diatur. Adapun pencatatan oleh ahli gizi dilakukan
secara harian dan pelaporan tentang cakupan asuhan gizi dilakukan setiap bulan.
Pendokumentasian dari kegiatan pelayanan asuhan gizi ruang rawat inap adalah :
1. Form rekam medis meliputi :
a. Form skrining gizi
b. Formulir pengkajian awal gizi
c. Formulir awal gizi
d. Formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi
e. Formulir catatan perkembangan gizi
f. Formulir edukasi
2. Form rekam medis meliputi :
Direktur,

dr. Sri Handayani, MARS

13

Anda mungkin juga menyukai