Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN DISIPLIN

BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA


DIDIK SMP PADA SEKOLAH MINGGU BUDDHA (SMB)
MAITREYA SE-KOTA PALEMBANG

TESIS

Disusun Oleh:

JORDY STEFFANUS
NIM 2021010279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA


PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NALANDA
2023
PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN DISIPLIN
BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA
DIDIK SMP PADA SEKOLAH MINGGU BUDDHA (SMB)
MAITREYA SE-KOTA PALEMBANG

Tesis ini diajukan kepada Program Studi Magister Pendidikan Keagamaan


Buddha STAB Nalanda Jakarta untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi di program Magister

Disusun Oleh:

JORDY STEFFANUS
NIM 2021010279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA


PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NALANDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pemberdayaan peserta
didik, membangun sumber daya manusia yang berkualitas, serta mengem-
bangkan kreativitas peserta didik. Pendidikan merupakan usaha secara
berkesinambungan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian.
Keberhasilan akan dicapai oleh suatu bangsa apabila ada usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan yaitu pendidikan formal dan pendidikan non
formal. Untuk menghasilkan output yang berkualitas dalam pendidikan sangat
ditentukan oleh berhasil tidaknya kegiatan belajar. Keberhasilan dalam proses
belajar mengajar dapat diketahui dari hasil belajar yang dicapai peserta didik,
karena hasil belajar merupakan usaha maksimal yang dicapai peserta didik
setelah berlangsungnya proses pembelajarannya.
Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 11), “hasil belajar adalah yang dicapai
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang
dicapai seorang peserta didik untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran
atau materi yang diajarkan sudah diterima peserta didik”. Hasil belajar pada
dasarnya merupakan pencerminan dari usaha belajar. Apabila dalam proses
pembelajaran berlangsung baik, maka dapat diharapkan hasil belajar peserta
didik akan baik pula.
Sekolah Minggu Buddha (SMB) Maitreya di Kota Palembang sebagai
lembaga pendidikan non formal juga mempunyai tanggung jawab
menghasilkan outuput yang berkualitas. Hasil belajar peserta didik Sekolah
Menegah Pertama (SMP) di SMB Maitreya Kota Palembang Tahun Pelajaran
2022/ 2023 sangat berbeda-beda. Tidak semua hasil belajar peserta didik itu
tinggi atau baik. Tetapi ada beberapa hasil belajar peserta didik yang kurang
memuaskan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada 8 (delapan) kepala
SMB Maitreya di Kota Palembang didapatkan hasil bselajar sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Belajar SMP SMB Maitreya Kota Palembang


Tingkat Hasil Belajar
No Nama SMB Jumlah Murid
Kurang Memuaskan
1 SMB Maha Vihara Maitreya Duta 25 Orang 48%
2 SMB Subur Maitreya 13 Orang 61,5%
3 SMB Bukit Maitreya 18 Orang 66,7%
4 SMB Maitreya OPI 13 Orang 53,8%
5 SMB Sukacita Maitreya 12 Orang 41,6%
6 SMB Sutra Maitreya 16 Orang 56,3%
7 SMB Maitreya Raya Suak 20 Orang 60%
8 SMB Altar Maitreya 22 Orang 59%
Total/ Rata-rata 139 Orang 55,4%
(Sumber: SMB Maitreya Kota Palembang Kelas SMP Tahun 2023)

Dari tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa tingkat hasil belajar SMP di
SMB Maitreya Kota Palembang berada di rentang 41,6% - 66,7% dalam
kategori kurang memuaskan. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar di
SMB Maitreya Palembang Kelas SMP sangat beraneka ragam, antara lain dari
guru, peserta didik, dan lingkungan. Faktor dari guru merupakan faktor yang
berasal dari guru itu sendiri, yaitu bagaimana dalam penyampaian materi
kepada peserta didik, juga ketepatan guru dalam memilih strategi pembelajaran
yang sesuai. Faktor dari peserta didik juga mempengaruhi keberhasilan dalam
suatu pembelajaran seperti masuk belajar terlambat, jarang datang belajar,
tidak mengumpulkan tugas, tidak menaati peraturan, dan ribut saat belajar.
Menurut Slameto (2003: 54) menyebutkan bahwa keberhasilan belajar
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspek
fisiologis meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan aspek
psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kedisiplinan,
kebiasaan, dan sebagainya. Sedangkan faktor ekstern meliputi fasilitas belajar,
situasi kelas, dukungan orang tua, lingkungan belajar, dan sebagainya.
Kedisiplinan belajar merupakan salah satu faktor intern yang mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Kedisiplinan belajar merupakan suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk
sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa menurut
ketentuan-ketentuan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak.
Munculnya sikap disiplin bukan merupakan peristiwa mendadak yang terjadi
seketika tanpa perlu adanya pembiasaan. Pengenalan dan penanaman sikap
disiplin pada peserta didik dapat dilakukan di rumah dan di sekolah. Dengan
disiplin belajar yang tinggi, diharapkan bisa miningkatkan hasil belajarnya.
Selain faktor intern terdapat juga faktor ekstern yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu lingkungan belajar. Dalam lingkungan belajar terdapat 3
lingkungan yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Lingkungan belajar yang kondusif dapat memotivasi peserta didik
untuk belajar lebih tekun. Sebaliknya, lingkungan belajar yang kurang kondusif
dapat menghambat proses belajar peserta didik yang berdampak buruk
terhadap hasil belajarnya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis
menyimpulkan bahwa kondisi lingkungan belajar SMB Maitreya Palembang
yaitu kurang kondusif dikarenakan ruang yang sempit, suara peserta didik antar
kelas terdengar besar mengakibatkan suara guru menyampaikan materi tidak
jelas, dan sirkulasi udara tidak baik yang mengakibatkan peserta didik merasa
panas dan tidak nyaman.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik SMP Pada Sekolah Minggu Buddha (SMB) Maitreya Se-Kota
Palembang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji apakah
pengaruh lingkungan belajar dan disiplin belajar terhadap hasil belajar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permasalahan-
permasalahan sebagai berikut:
1. Lingkungan belajar yang tidak kondusif dan tidak nyaman.
2. Kedisiplinan peserta didik yang kurang baik.
3. Hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini membahas tentang lingkungan belajar dan disiplin belajar
terhadap hasil belajar peserta didik SMB Maitreya Se-Kota Palembang.
2. Lingkup penelitian hanya meliputi kelas SMP di SMB Maitreya Kota
Palembang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah dan batasan masalah, maka
rumusan yang diajukan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh lingkungan belajar terhadap hasil belajar peserta
didik kelas SMP SMB Maitreya Se-Kota Palembang?
2. Apakah terdapat pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar peserta
didik kelas SMP SMB Maitreya Se-Kota Palembang?
3. Apakah terdapat pengaruh lingkungan belajar dan disiplin belajar secara
bersama-sama terhadap hasil belajar peserta didik kelas SMP SMB
Maitreya Se-Kota Palembang?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah bertujuan sebagai berikut:
1. Menemukan pengaruh lingkungan belajar terhadap hasil belajar peserta
didik kelas SMP SMB Maitreya Se-Kota Palembang.
2. Menemukan pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar peserta didik
kelas SMP SMB Maitreya Se-Kota Palembang.
3. Menemukan pengaruh lingkungan belajar dan disiplin belajar secara
bersama-sama terhadap hasil belajar peserta didik kelas SMP SMB
Maitreya Se-Kota Palembang.
F. Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara teoritis (ilmiah) diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk menemukan hal-hal baru:
1. Bertambahnya wawasan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang
pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan belajar, disiplin
belajar dan hasil belajar peserta didik SMB Maitreya di Kota Palembang.
2. Memperluas kajian pendidikan sebagai bahan diskusi ilmiah untuk
membahas teori-teori yang ada tentang lingkungan belajar, disiplin belajar
dan hasil belajar.

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat:


1. Peserta didik SMB Maitreya Palembang dapat mengetahui tingkat hasil
belajar yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan diri untuk belajar yang
lebih baik.
2. Kepala SMB dan Guru Maitreya dapat mengetahui kondisi hasil belajar
peserta didik, sehingga dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki guru
agar dapat meningkatkan kondisi lingkungan belajar yang baik.
3. Bagi SMB Maitreya dapat menjadi bahan masukan dalam menyusun
rencana strategis sekolah melalui peningkatan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan lingkungan belajar, disiplin belajar dan hasil belajar SMB
Maitreya.
4. Hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk menguji seberapa besar
pengaruh lingkungan belajar dan dislipin belajar, sehingga dapat dirasakan
pemanfaatannya di bidang pendidikan khususnya bagi SMB Maitreya
Palembang di masa mendatang.

G. Novelty (Kebaruan) Pembaharuan Penelitian


Pembaharuan Novelty sebagai berikut:
1. Adanya sintesis baru variabel lingkungan belajar, disiplin belajar dan hasil
belajar.
2. Terdapat indikator baru pada variabel lingkungan belajar, disiplin belajar
dan hasil belajar.
3. Adanya daya upaya baru pada variabel lingkungan belajar, disiplin belajar
dan hasil belajar.
4. Penelitian tentang lingkungan belajar, disiplin belajar dan hasil belajar pada
ranah pendidikan non formal di Sekolah Minggu Buddha masih sedikit,
sehingga akan memunculkan wawasan baru di bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK KERANGKA PENELITIAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritik dan Pandangan Buddhis Mengenai Varibel


1. Lingkungan Belajar (X1)
Lingkungan belajar atau yang sering disebut dengan lingkungan
pendidikan merupakan suatu tempat manusia untuk berinteraksi timbal
balik antara individu lainnya, sehigga kemampuannya dapat berkembang
ke arah yang lebih baik lagi. Dapat dikatakan lingkungan pendidikan
adalah tempat manusia untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya agar mendapatkan hasil optimal. Lingkungan belajar ialah suatu
tempat atau suasana (keadaan) yang mempengaruhi proses peruahan
tingkah laku manusia (Rita: 2010; 17).
Menurut Apsari (Johnson dan Selvina: 2018; 22) lingkungan belajar
adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan
pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut baik dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sedangkan menurut Blocher (Mariyana, Nugraha dan Rachmawati, 2010:
17) lingkungan belajar merupakan suatu konteks fisik, sosial, dan
psikologis yang dalam konteks tersebut anaka belajar dan memperoleh
perilaku baru.
Menurut Slameto (2015; 60-72) mengenai lingkungan belajar
terbagi dalam beberapa aspek yaitu Pertama yaitu lingkungan Keluarga
Secara umum sering didefinisikan keluarga merupakan kelompok sosial
terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan
lembaga pendidikan tertua, pertama dan utama yang bersifat informal
serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, orang tua memiliki
tanggung jawab memelihara, merawat, dan melindungi serta mendidik
agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik (Hasbullah: 2017; 26).
Kedua yaitu Lingkungan Sekolah Pendidikan disekolah ikut andil dalam
pembentukan kemampuan dan pengalaman peserta didik. Sekolah yang
jug sering disebut dengan satuan pendidikan, layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal
pada setiap jenjang pendidikan. (Triwiyanto: 2014; 75). Ketiga yaitu
Lingkungan Masyarakat Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 20 tahun
2003 disebutkan bahwa jalur pendidikan non formal bersifat fungsional
dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan peserta didik yang nantinya berguna bagi usaha perbaikan
taraf hidup. Masyarakat adalah sekumpulan orang yang menempati suatu
daerah, yang memiliki pengalaman–pengalaman yang sama yang
memiliki sejumlah kesesuaian dan sadar akan kebersamaan, serta dapat
bertindak bersama (Hasbullah: 2017; 43).
Dari pernyataan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan menjadi
beberapa indicator sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
i. Cara orangtua mendidik.
ii. Relasi antar anggota keluarga.
iii. Suasana rumah.
iv. Latar pendidikan keluarga.
b. Lingkungan Sekolah
i. Metode mengajar.
ii. Relasi guru dan peserta didik.
iii. Media pelaajran.
c. Lingkungan Masyarakat
i. Teman bergaul
ii. Media massa
iii. Bentuk kehidupan dimasyakarat
2. Disiplin Belajar (X2)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai
tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib
(Wiyani: 2013; 159). Disiplin berasal dari kata disciple yang artinya
belajar secara sukarela mengikuti pimpinan dengan tujuan dapat
mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal (Munte: 2016;
69). Menurut Ruysan (Fitriani: 2016; 139) mengungkapkan disiplin
merupakan ketaatan atau kepatuhan, yaitu ketaatan seseorang terhadap
tata tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya.
Disiplin belajar adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk
pada pengawasan dan pengendalian, disiplin sendiri bertujuan unutk
mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri agar berperilaku
tertib dan efisien (Kazmi: 2016; 28). Sedangkan Dalam perspektif umum
yang diungkapkan Daryanto dan Suryanti disiplin adalah perilaku sosial
yang bertanggungjawab dan fungsi kemandirian yang optimal dalam
suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar kemampuan mengelola
dan mengendalikan, memotivasi, serta idependensi diri (Munte: 2016; 69).
Menurut Soegeng Prijodarmito (Tu’u: 2004; 31) disiplin sebagai
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari rangkaian tingkah
laku yang memperlihatkan nilai–nilai ketaaatan, kepatuhan, kesetian,
keteraturan atau ketertiban. Nilai–nilai telah menjadi bagaian dari tingkah
laku dalam kehidupan individu tingkah laku ini tercipta karena melalui
proses tempaan keluar, pedidikan dan pengalaman individu. Dapat kita
pahami bahwa disiplin ialah perilaku yang melekat dalam diri akibat
adanya proses pembinaan yang dilakukan oleh keluarga, pendidikan, dan
pengalaman individu.
Disiplin menurut Tim Kelompok kerja Gerakan Disiplin Nasional
(GDN) (Tu’u: 2004; 31) ialah suatu alat yang digunakan untuk
menciptakan perilaku dan tata tertib yang berguna sebagai pribadi
maupun sebagai masyarakat. Dalam pengertian menurut GDN ini
menekankan pada sanksi atau hukuman yang akan diterima dari perilaku
yang salah, inilah alat yang digunakan untuk mengendalikan atau
mengkoreksi diri.
Berdasarkan pernyataan para ahli diatas, disiplin belajar dapat
disimpulkan menjadi beberapa indikator-indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat disiplin belajar peserta didik, yaitu:
a. Disiplin Waktu, yang meliputi:
i. Tepat waktu dalam belajar.
ii. Tidak meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung.
iii. Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan.
b. Disiplin Perbuatan, yang meliputi:
i. Patuh pada peraturan.
ii. Tidak malas belajar.
iii. Tidak suka Berbohong (Jujur).

3. Hasil Belajar (Y)


Belajar menurut O. Whittaker (Wahab: 2016; 16) ialah proses
dimana tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui proses latihan
atau pengalaman. Sejalan dengan O. Whittaker, menurut Abdilah
(Kompri: 2016; 218) mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka merubah tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu yang disebut
dengan hasil.
Menurut Budininggsih (Sihombing: 2018; 93) belajar adalah bentuk
perubahan yang dialami oleh siswa dalam hal kemampuan untuk
bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon. Menurut Slameto (2015; 2) belajar adalah suatu proses usaha
yang dikerjakan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan
perilaku yang baru secara meyeluruh sebagai hasil dari pengalaman
seseorang dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Seomanto (2006; 122) dalam masa perkemangan psikologi
pendidikan dijaman mutakhir ini muncullah beberapa aliran psikologi
pendidikan yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, dan
teori belajar Humanistik.
Berdasarkan pernyataan para ahli diatas, hasil belajar dapat
disimpulkan menjadi beberapa indikator-indikator yaitu:
a. Ranah Afektif
i. Penerimaan, menunjukkan sikap menerima dan sikap menolak
ii. Sambutan atau tanggapan, menunjukkan kesedian berpartisipasi
atau terlibat dan memanfaatkan
iii. Apresiasi atau penghargaan, ini mengangap penting dan
bermanfaat serta menganggap indah dan harmonis.
b. Ranah Kognitif
i. Pengetahuan (mengingat, menghafal, menyebutkan)
ii. Pemahaman (menerangkan, menjelaskan, merangkum)
iii. Penerapan (menghitung, membentuk, mengaplikasika)
iv. Analisis (memilih, membedakan, membagi)
v. Sintesis (merangkai, menyusun, mengatur)
vi. Evaluasi (menilai, kritik, menafsirkan).
c. Ranah Psikomotorik
i. Kemampuan gerak atau motorik yang meliputi kecakapan dalam
mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh
yang lain.
ii. Kecakapan dalam berekspresi, dalam hal ini meliputi kefasihan
melafalkan atau mengucapkan dan kecakapan membuat mimik
wajah dan gerakan jasmani.
Penelitian ini difokuskan pada salah satu ranah dalam teori hasil
belajar yakni pada ranah kognitif.
B. Perspektif Buddhis tentang Masalah Penelitian
1. Lingkungan Belajar (X1)
Lingkungan belajar yang baik membutuhkan lingkungan teman yang
baik juga. Lingkungan belajar teman yang baik yaitu sesuai anjuran
dalam agama Buddha dijelaskan dalam Sigalovada Sutta, Buddha
bersabda:
“Teman yang suka membantu
Teman disaat bahagia dan tidak bahagia,
Teman yang menunjukan jalan yang benar,
Teman yang bersimpati:
Empat jenis teman ini oleh ia yang bijaksana
Harus diketahui nilai sesungguhnya, dan ia
Harus menghargai mereka dengan sepenuh hati, bagaikan Seseorang
ibu terhadap anak kesayanganya.” (Walshe, 2009: p.489-490).
Berdasarkan uraian di atas dapat disintesiskan bahwa dalam
lingkungan pembelajaran teman yang baik sangat dibutuhkan. Karena
dengan teman yang baik maka akan membangun siswa dalam proses
pembelajaran.
Dalam ajaran Buddha lingkungan belajar yang baik sesuai dengan
Manggala Sutta yaitu hidup di tempat-tempat yang cocok, telah
melakukan jasa kebajikan di masa lampau, menuntun diri ke arah yang
benar, inilah berkah utama. Bertempat tinggal di tempat-tempat yang
cocok akan membantu siswa dalam menciptakan suasana nyaman saat
belajar.
Buddha juga menjelaskan peranan penting lingkungan belajar
(teman) dalam pergaulan “Barang siapa berteman dengan yang jahat,
maka cepat atau lambat kehancuran akan mengikuti. Barang siapa
berhubungan dengan ia yang baik, maka tidak akan mengalami
kegagalan. Barang siapa berpihak kepada orang-orang yang bijaksana,
maka cepat atau lambat tujuanya akan tercapai” (A.I.125). Dan Buddha
juga menjelaskan tentang bergaul dengan orang yang baik: “Aku tidak
melihat ada satu faktor lain yang sangat berarti seperti persahabatan
dengan orang yang baik (kalyana-mitta). Para Bhikkhu, seorang sahabat
yang baik akan membantumu melakukan hal-hal yang baik dan akan
membantumu menyingkirkan hal-hal yang tidak baik.” (It.10).
Dalam Sigalovada Sutta Buddha menjelaskan bahwa bergaul
dengan orang yang buruk normanya merupakan salah satu sebab yang
membawa pada kemerosotan batin. Faktor lainnya ialah karena pengaruh
lingkungan. Lingkungan dengan kebiasaan masyarakat setempat yang
buruk akan membawa dampak buruk terhadap perkembangan anak.
Hubungan dengan teman sebaya juga dapat mempengaruhi dirinya
apakah akan melakukan kenakalan atau tidak.

2. Disiplin Belajar (X2)


Disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Disiplin (aturan
moral) untuk mengendalikan diri (samvara), pengendalian bertujuan
untuk tidak menyesal (avipattisara), tidak menyesal bertujuan
memperoleh kegembiraan (pamuja), kegembiraan bertujuan memiliki
kegiuran (piti), kegiuran akan memperoleh ketenangan (pasadhi)
sehingga dengan ketenangan akan memperoleh kegembiraan (sukha)
(Vin.V.164).
Pendisiplinan merupakan usaha, upaya untuk mencapai tujuan
berdasarkan Pendisiplinan sebuah kata kerja yang berarti membuat
berdisiplin, mengusahakan supaya menaati mematuhi tata tertib (Tim
Penyusun, 2001:268). Melaksanakan disiplin pada dasarnya adalah
menaklukkan diri sendiri, “Sesungguhnya menaklukkan diri sendiri lebih
baik daripada menaklukkan orang lain, orang yang telah menaklukkan
diri sendiri hidupnya terkendali” (Dhp.104).
Buddha mendisliplinkan para Bhikkhu dalam bentuk aturan-aturan
yang disebut vinaya. Vinaya berarti peraturan disiplin atau tata tertib
untuk melenyapkan, menghapus, memusnahkan, menghilangkan segala
tingkah laku yang menghalangi kemajuan dalam jalan pelaksanaan
dhamma atau untuk membimbing terbebas dari penderitaan. Vinaya
berarti peraturan disiplin atau tata tertib untuk melenyapkan, menghapus,
memusnahkan, menghilangkan segala tingkahlaku yang menghalangi
kemajuan dalam jalan pelaksanaan dhamma atau untuk membimbing
terbebas dari penderitaan (…, 2003:1).
Vinaya adalah kode disiplin pelatihan diri yang ditetapkan sang
Buddha untuk dijalani oleh Bhikkhu dan Bhikkhuni. Manfaat terbaik
vinaya adalah untuk mendisiplinkan pikiran, kata-kata dan perbuatan
melalui pandangan dan pemahaman (Dhammananda, 2002:185).
Penegakan disiplin menghendaki setiap individu memahami aturan-
aturan untuk memelihara kepentingan masyarakat dan menjaga
keharmonisan hubungan antar manusia atau hubungan dengan
lingkungannya. Dengan menerapkan disiplin dalam setiap aktivitas akan
membawa kebahagiaan, keharmonisan dan persaudaraan semua makhluk.
Disiplin dalam mematuhi aturan diibaratkan Buddha seperti seorang
gembala dengan tongkat mengawasi sapi-sapinya sehingga tidak
berkeliaran dan merusak tanaman orang lain (A.V.70).
Disiplin moral hanya mempunyai satu pilihan. Dan pilihan itu tidak
lain adalah: melatih, melakukannya. Tidak ada orang lain, sekalipun
dewa, yang mampu membuat seseorang mempunyai disiplin moral. Ini
adalah tuntutan setiap orang untuk mendisiplinkan moral bagi dirinya
sendiri. Seseorang yang tidak mempunyai disiplin moral, orang seperti
ini tidak mempunyai landasan hidup berdisiplin. Mental yang tidak
dididik atau dilatih untuk disiplin terutama disiplin moral akan sangat
sulit diajak hidup dengan disiplin.
Disiplin moral dalam agama Buddha disebut sila. Untuk mempunyai
disiplin moral diperlukan samvara (pengendalian diri). Pengendalian diri
memerlukan khanti (ketekunan dan kesabaran). Pengendalian diri
memerlukan viriya (semangat dan keuletan). Tanpa keuletan, tanpa
ketekunan dan kesabaran; seseorang akan gagal mengendalikan dirinya
sendiri. Disiplin moral (sila) adalah mengendalikan diri, menjaga moral,
tidak menyakiti dan tidak merugikan makhluk lain. Menjaga diri untuk
tidak melakukan pembunuhan, pencurian, perzinahan, pembicaraan yang
tidak benar; dan menjaga diri untuk tidak bermabuk-mabukan; inilah
disiplin moral yang akan selalu dihargai oleh siapapun juga. Seseorang
yang mempunyai kecakapan intelektual memang akan dipuji; tetapi
seseorang yang mempunyai disiplin moral akan dihargai.
Disiplin mengantar orang kepada keberhasilan kesuksesan. Karena
dalam disiplin seseorang tidak menyia-nyiakan waktu, serta
memanfaatkannya dengan penuh melalui pekerjaannya. Seperti yang
diungkapkan Sang Buddha: “Kejayaan dicapai oleh orang yang giat
berusaha, yang mempunyai rasa cinta kasih, hatinya lemah lembut, dan
hidupnya benar. Dapat mengendalikan diri dan memiliki
kesadaran”. (Dhammapada 24). Dengan usaha yang giat, penuh
perhatian, berdisiplin, dengan pengendalian diri maka orang yang
bijaksana membuat pulau yang tak dapat dilanda oleh
banjir (Dhammapada 25).

3. Hasil Belajar (Y)


Dalam Dhammapada (152), dijelaskan bahwa orang yang tidak mau
belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi
kebijaksanaannya tidak berkembang. Dalam agama Buddha pendidikan
berasal dari istilah latihan (sikkha), tersirat bahwa pendidikan merupakan
proses belajar, latihan pelajaran, mempelajari, mengembangkan dan
pencapaian penerangan.
Dijelaskan dalam kotbah Sang Buddha yang terdapat dalam
Sellekha Sutta yaitu banyaknya pandangan yang muncul didunia.
Pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya, dan pelaksanaannya,
bilamana seorang melihat (dasarnya) sebagaimana itu apa adanya,
dengan pengertian benar seperti: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini
bukan jiwaku. Cara demikian peserta didik akan meninggalkan
pandangan salah dan juga melenyapkan pandangan-pandangan yang
salah untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Buddha tidak menghendaki pendidikan yang menghasilkan
sebarisan orang buta yang saling menuntun (M.II.170). Buddha juga
menganjurkan agar tidak segera percaya terhadap suatu ajaran apakah itu
berupa tradisi hingga yang tertulis dalam kitab suci sekalipun sebelum
diselidiki sendiri benar (A.I.191).
Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam individu
yang diaktifkan dan dikontrol oleh diri sendiri. Faktor eksternal tidak
dapat menentukan keberhasilan belajar tanpa adanya kemauan dari si
pelajar. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri, tak seorangpun
dapat membuat suci orang lain.
"Belajar bersifat individual dan unik". Setiap orang mempunyai
gaya belajar sendiri. Para siswa Buddha melatih diri dan mencapai
pencerahan dengan berbagai cara. Manusia adalah makhluk yang
bertanggung jawab atas dirinya sendiri, sebagaimana yang dikatakan
Sang Buddha: “Semua makhluk memiliki karmanya sendiri” (M.III.203).
Secara psikologis, belajar adalah proses intelektual, emosi, spiritual
dan sosial yang dikembangkan dalam ranah kognitif (pemikiran), afektif
(perasaan, sikap dan nilai) dan psikomotorik (ketrampilan). Sedangkan
Sang Buddha melihat bahwa “segala keadaan batin didahului oleh
pikiran, dipimpin oleh pikiran, dibentuk oleh pikiran” (Dhp.1). Jadi
keberhasilan dalam belajar adalah adanya kehendak dan bagaimana
mengendalikan, melatih, mengembangkan dan menggunakan pikiran.

C. Hasil Penelitian yang Relevan


Sebuah penelitian memerlukan acuan hasil penelitian terdahulu agar
hasil penelitian dapat dianalisa lebih mendalam. Hasil penelitian terdahulu
juga dapat dijadikan data pendukung untuk menguatkan landasan teori
mengenai permasalahan yang akan diteliti. Berikut penelitian yang relevan:
Penelitian yang dilakukan oleh Katarina Y Sagulu (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Disiplin Belajar Dan Lingkungan
Keluarga Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan disiplin belajar tehadap
hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran ekonomi SMA N I Kasihan Bantul
tahun ajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,236 >
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,980 pada taraf signifikan 5%. (2) Terdapat pengaruh positif
dan signifikan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata
pelajarane ekonomi SMA N I Kasihan Bantul tahun ajaran 2016/2017. Hal
ini ditunjukan dengan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,948 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,980 pada
taraf signifikan 5%. (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan disiplin
belajar (X1) dan lingkungan keluarga (X2) terhadap hasil belajar (Y) siswa
kelas XI SMA N I Kasihan Bantul tahun ajaran 2016/2017. Hal ini
ditunjukkan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 9,363 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 3,09 dengan taraf signifikan
5%.
Penelitian yang dilakukan oleh Eriec Juwita, dkk (2021) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Disiplin Siswa dan Lingkungan
Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Kompetensi Keahlian Bisnis
Daring dan Pemasaran Di Kelas XII SMKS Nusantara Kecamatan Banjar
Agung Kabupaten Tulang Bawang”. Hasil dari analisis dalam riset ini ialah
uji t ataupun t uji didapati t hitung sebesar 4,388 ialah lebih besar dari t tabel
2,034. Dengan demikian didapati hasil hipotesis sebagai berikut: Lingkungan
belajar mempengurhi terhadap prestasi belajar siswa diterima. Pengaruh
disiplin dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar sebesar 80,4% serta
sisanya 19,6% dipengaruhi oleh aspek lain yang peneliti tidak riset. Dari uji
F ataupun uji keseluruhan/simultan, didapati hasil dari variabel bebas yang
terdiri dari X1 dan X2 tersebut nilai F hitung sebesar 65.598. Sedangkan nilai
diperoleh nilai F tabel = 3.29. Dari regresi linier berganda jika koefisien
regresi bernilai X2 yaitu > nilai koefisien regresi X1, Sehingga perihal ini
menunjukkan jika donasi variable Lingkungan Belajar lebih besar ataupun
dominan dibandung variable disiplin siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Novita Silvia, dkk (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Disiplin
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X IIS Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Di SMA Negeri 4 Pekanbaru”. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa kelas X IIS yang
berjumlah 131 orang, kemudian dengan menggunakan teknik proportional
random sampling sebanyak 99 responden. Data dikumpulkan menggunkan
angket. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa lingkungan belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa dimana diperoleh
nilai thitung 3,150 > t tabel 1,660 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05, disiplin
belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa dimana
diperoleh nilai t hitung 2,297 > t tabel 1,660 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05.
Secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan belajar dan
disiplin belajar siswa dengan hasil belajar dimana diperoleh nilai fhitung
16,735 > f tabel 3,09 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Persamaan regresi
linear berganda yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Y = 49,795 +
0,142X1 + 0,183X2. Disimpulkan bahwa dari penelitian ini menunjukkan
lingkungan belajar dan disiplin belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
mata pelajaran ekonomi kelas X IIS SMA Negeri 4 Pekanbaru.
Penelitian yang dilakukan oleh Abd. Basir Abbas (2019) dalam
penelitiannya yang berjudul “The Effect of Learning Environment on
Learning Discipline and Self-Regulation on Students’ Mathematical
Learning Outcomes”. Hasil dari penelitian ini adalah analisis faktor
dilakukan untuk mengevaluasi model pengukuran berupa pengujian
konvergen dan validitas diskriminan, dan reliabilitas. Selanjutnya, analisis
dikembangkan untuk menyelidiki hubungan antar variabel. Hasilnya
menunjukkan bahwa model jalur struktural yang dikembangkan sesuai
dengan data. Pada model struktural, pengaruh langsung dan tidak langsung
regulasi diri terhadap hasil belajar sama-sama signifikan dari lingkungan
belajar hanya pengaruh tidak langsung yang signifikan, dan variabel disiplin
belajar merupakan mediasi parsial dari dua efek tidak langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Lasma Siagian dan Sutarduga Sihombing
(2021) dalam penelitiannya yang berjudul “The Influence of Discipline and
Learning Environment on Economic Learning Achievement of Class XI
Social Studies Students at Private High School Campus HKBP Nommmensen
Pematangsiantar Academic Year 2020/2021”. Hasil dari penelitian ini adalah
teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda dan
Koefisien Determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat
pengaruh yang signifikan antara Pembelajaran Disiplin, Prestasi Belajar,
Ekonomi Siswa, dibuktikan dengan nilai t hitung (5,456) > t tabel (1.664)
dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05). (2) Terdapat pengaruh yang
signifikan antara pembelajaran lingkungan terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa, dibuktikan dengan nilai t hitung (2,15) > t tabel (1,664). (3) Terdapat
pengaruh yang signifikan antara Disiplin Belajar dengan Lingkungan Belajar
Ekonomi secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa,
dibuktikan dengan nilai F hitung (26,244) > F tabel (3.11). Besarnya
kontribusi dan kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen
sebesar 39,9% sedangkan sisanya sebesar 61,1% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut:

Lingkungan
Belajar
Hasil Belajar

Disiplin
Belajar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


Pada gambar 2.1 diatas, kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Pengaruh lingkungan belajar terhadap hasil belajar.
2. Pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar.
3. Pengaruh lingkungan belajar dan disiplin belajar terhadap hasil belajar.

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar terhadap hasil
belajar.
H2 : Terdapat hubungan positif antara disiplin belajar terhadap hasil belajar.
H3 : Terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dan disiplin belajar
terhadap hasil belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan terhadap peserta didik kelas SMP Sekolah
Minggu Buddha (SMB) Maitreya. Batasan tempat penelitian adalah
Sekolah Minggu Buddha (SMB) Maitreya di Kota Palembang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, sejak judul
penelitian disetujui, mulai Februari 2023 hingga Juli 2023.

B. Desain dan Rancangan Penelitian


1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk statistik. Sugiyono
(2017: 8) menjelaskan metode kuantitatif dapat dipahami sebagai metode
penelitian yang didasarkan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk
meneliti populasi atau sampel tertentu, data dikumpulkan dengan
menggunakan angket, analisis data bersifat kuantitatif statistik, untuk
menguji hipotesis yang diajukan.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data berupa angka atau data kualitatif yang diangkakan.
Metode penelitian kuantitatif berperan untuk memperoleh data kuantitatif
yang terukur.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei kausal dengan teknik
korelasi. Teknik korelasional merupakan metode penelitian untuk mencari
tahu variasi atau perbedaan pada suatu variabel ditinjau dari variabel lain
(Adrian, 2017: 7). Data empiris yang dikumpulkan terdiri dari dua variabel
bebas yaitu Lingkungan Belajar (X1) dan Disiplin Belajar (X2) dengan
variabel terikat yaitu Hasil Belajar (Y).
Data primer yang dibutuhkan adalah data mengenai lingkungan
belajar, disiplin belajar dan hasil belajar SMB Maitreya. Pengumpulan
data primer di lapangan diperoleh dengan menggunakan alat ukur
(instrumen) berupa kuesioner, yang disusun berdasarkan indikator-
indikator terkait variabel penelitian. Teknik pengukuran yang akan
digunakan adalah teknik rating scale. Penyusunan alat ukur dibuat
berdasarkan dimensi/aspek variabel, kemudian dijabarkan ke dalam
beberapa indikator yang sesuai dengan dimensi, setiap indikator berupa
soal favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Setiap butir pernyataan
memiliki 5 (lima) pilihan jawaban yang menunjukkan tingkat sikap
responden. Tahap awal dimulai dengan membuat soal-soal sesuai indikator,
kemudian alat ukur yang telah diteliti oleh para ahli diuji coba kepada
sampel penelitian, setelah didapatkan instrumen yang valid dan reliabel,
dilanjutkan ke tahap pengumpulan data, kemudian data yang terkumpul
diolah dan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Sekolah Minggu
Buddha (SMB) Maitreya di Kota Palembang. Sugiyono (2019: 126)
menjelaskan tentang populasi sebagai domain umum yang terdiri dari objek
atau subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Sejalan dengan Sugiyono,
Suharsimi Arikunto (2013: 173) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan data dari Badan Sekolah Minggu
(BSM) Buddha Maitreya Palembang peserta didik Kelas SMP tahun 2023
adalah sebanyak 139 orang. Dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Populasi Peserta Didik Kelas SMP SMB Maitreya
Palembang Tahun 2023
Jumlah Peserta Didik
No Nama SMB
SMP (Orang)
1 SMB Maha Vihara Maitreya Duta 25
2 SMB Subur Maitreya 13
3 SMB Bukit Maitreya 18
4 SMB Maitreya OPI 13
5 SMB Sukacita Maitreya 12
6 SMB Sutra Maitreya 16
7 SMB Maitreya Raya Suak 20
8 SMB Altar Maitreya 22
Total 139
(Sumber: BSM Kota Palembang Tahun 2023)
Pada tabel 3.1 diatas, terdapat 8 (delapan) SMB yang berada di Kota
Palembang dengan jumlah peserta didik Kelas SMP sebanyak 139 orang.
Dalam penelitian ini menjadikan seluruh populasi penelitian sebagai sampel
karena penelitian ini menggunakan metode sampling jenuh. Sampling Jenuh
menurut Sugiyono (2019:133) adalah sampel yang bila ditambah jumlahnya,
tidak akan menambah keterwakilan sehingga tidak akan mempengaruhi nilai
informasi yang telah diperoleh.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi lain dalam kajian masalah yang menjadi
pokok kajian. Teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data merupakan
faktor penting dalam keberhasilan penelitian. Hal Ini berkaitan dengan proses
data dikumpulkan, sumber asalnya, dan alat apa yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2019: 199) menjelaskan angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat
pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden. Teknik pengumpulan
data melalui kuesioner dikembangkan dari indikator masing-masing
variabel penelitian. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket tertutup, yaitu angket yang tersedia pilihan jawaban, dan
responden hanya memilih dari jawaban yang tersedia.
Angket atau kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data primer
yang langsung didapat dari responden. Data yang diuraikan dalam tabel
operasionalisasi variabel kualitatif ditransformasikan ke dalam bentuk
kuantitatif, kemudian diolah dengan metode analisis statistik untuk
menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Lima peringkat skala penilaian
dirancang dan dikembangkan melalui analisis teoritis untuk menemukan
validasi konstruk berdasarkan teori yang mendasarinya dan untuk menarik
kesimpulan berupa rincian indikator variabel independent.
2. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
menelaah catatan-catatan penting yang berkaitan erat dengan subjek
penelitian. Arikunto (2013: 201) menyampaikan dokumentasi diambil dari
fakta dokumen seperti buku, majalah, dokumen nilai, peraturan, notulen
rapat, catatan harian, foto kegiatan mengajar dan lain-lain. Metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data jumlah peserta didik SMB
Maitreya di Kota Palembang, nama dan identitas masing-masing peserta
didik yang menjadi sampel responden penelitian ini.

E. Teknik Instrumen Penelitian


1. Instrumen ukur penelitian
Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi variabel
penelitian. Titik tolak dari penyusunan instrument adalah variabel-variabel
yang ditetapkan untuk diteliti. Variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasional, kemudian menentukan indikator yang akan diukur, dari
indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan. Langkah
untuk mempermudah pernyusunan instrument, maka perlu digunakan
matrik pengembangan instrument atau kisi-kisi instrument (Sugiyono,
2019).
2. Pembuatan Instrumen
Dalam pembuatan instrumen, pernyataan dapat dianalisa
menggunakan jenis Skala Likert dengan pilihan lima kategori jawaban
dengan skor seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.2
Skor Pengukuran Variabel Dependen dan Variabel Independen
Skor Pengukuran
Kriteria
Item Positif Item Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (RR) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
(sumber: Sugioyono, 2019)
Dari tabel 3.2 diatas, skor untuk item positif apabila responden
memberikan jawaban “Sangat setuju” maka bernilai 5, jawaban “Setuju”
bernilai 4, jawaban “Ragu-ragu” bernilai 3, jawaban “Tidak setuju”
bernilai 2, jawaban “Sangat tidak setuju” bernilai 1. Sebaliknya skor untuk
item negatif maka berlaku nilai kebalikan dari item positif.
Untuk mendapatkan sebuah hasil penelitian yang maksimal, penulis
menyusun rancangan kisi-kisi instrumen penelitian. Dalam penelitian ini,
dari setiap variabel yang ada akan diberikan penjelasan, selanjutnya
menentukan indikator yang akan diukur, hingga menjadi item pernyataan,
seperti terlihat pada tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Sub Nomor Item
Variabel Indikator
Variabel Positif Negatif
Lingkungan Lingkungan 1. Cara orangtua 1,2 3
Belajar Keluarga mendidik.
(X1) 2. Relasi antar 4,5 6
anggota keluarga
3. Suasana rumah 7,8 9
4. Latar pendidikan 10,11 12
keluarga
Lingkungan 1. Metode mengajar 13,14 15
Sekolah 2. Relasi guru dan 16,17 18
peserta didik
3. Media pelajaran 19,20 21
Lingkungan 1. Teman bergaul 22,23 24
Masyarakat 2. Media Massa 25,26 27
3. Bentuk kehidupan 28,29 30
dimasyarakat
Disiplin Disiplin 1. Tepat waktu dalam 31,32 33,34
Belajar Waktu belaajr
2. Tidak 35,36 37,38
meninggalkan kelas
3. Menyelesaikan 39,40 41,42
tugas tepat waktu
Disiplin 1. Patuh peraturan 43,44 45,46
Perbuatan 2. Tidak malas belajar 47,48 49,50
3. Jujur 51,52 53,54
Hasil Ranah 1. Pengetahuan 55,56 57
Belajar Kognitif 2. Pemahaman 58,59 60
3. Penerapan 61,62 63
4. Analisis 64,65 66
5. Sintesis 67,68 60
6. Evaluasi 70.71 72

Pada tabel 3.3 diatas, menunjukkan bahwa variabel lingkungan


belajar terdapat 30 soal pernyataan, variabel disiplin belajar terdapat 24
soal pernyataan dan hasil belajar terdapat 18 soal pernyataan, dengan total
semua pernyataan pada kisi-kisi instrument penelitian adalah sebanyak 72
soal pernyataan.
3. Validitas dan Reliabilitas
Uji Keabsahan data kuantitatif menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas, yang digunakan untuk menguji daftar pernyataan untuk
melihat pernyataan dalam kuesioner yang diisi responden sudah layak atau
belum digunakan untuk mengambil data.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan
butir pernyataan dalam mendefinisikan variabel. Teknik pengujian
dalam penelitian ini menggunakan rhitung. Hasil rhitung dari output SPSS
dalam setiap pernyataan kita bandingkan dengan r tabel df = n-2 dan
menghitung taraf signifikansi 5% atau 0,05.
Untuk menganalisis kevalidan setiap butir kuesioner yaitu dengan
melihat rtabel dimana jumlah responden (n) dalam penelitian ini
berjumlah 139 orang, Maka rtabel dalam penelitian ini sebesar 0,1666.
Jika nilai rhitung lebih besar besar dari rtabel maka item tersebut valid,
sebaliknya jika nilai rhitung lebih kecil dari rtabel maka item tersebut
tidak valid. Selanjutnya dengan menghitung taraf signifikansi. Jika
nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka item tersebut valid,
sebaliknya jika signifikansi lebih dari 0,05 dikatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2005), reliabilitas adalah alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur variabel jawaban responden dikatakan reliabel jika
masing- masing jawaban pernyataan dijawab secara konsisten.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Alpha Cronbach dapat
diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati (observed
scale) dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang
mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan
yang sama. Pengujian reliabilitas dengan Alpha Cronbach bisa dilihat
dari nilai Alpha, jika nilai Alpha > dari nilai rtabel yaitu 0,6 maka dapat
dikatakan reliabel.

F. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari resiliensi dan
perilaku prososial terhadap kinerja guru SMB Maitreya. Uji hipotesis untuk
korelasi ini dirumuskan dengan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
Adapun uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) menurut Ghozali (2018: 97) digunakan
untuk mengukur kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 hingga 1, yaitu (0 <
R² < 1). Jika nilai R² mendekati nol berarti kemampuan variabel X dalam
menjelaskan perubahan variabel Y sangat terbatas. Bila nilai R² yang
mendekati 1 berarti variabel bebas menyediakan hampir keseluruhan
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

KD = R2 x 100%

Keterangan:
KD = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat
2. Uji Parsial (Uji t)
Ghozali (2018: 98) menjelaskan mengenai uji statistik t atau dikenal
sebagai uji signifikansi parameter individual. Uji t pada dasarnya
menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas secara individual dalam
menjelaskan variasi variabel terikat. Rumus uji-t untuk menguji signifikansi
koefisien regresi parsial sebagai berikut:

Keterangan:
t = Nilai Uji t
r = Koefisien korelasi
r2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel

Kriteria keputusan:
a) Ho : b1 ≤ 0
Artinya lingkungan belajar bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik SMP SMB Maitreya Palembang.
Ha : b1 > 0
Artinya lingkungan belajar memberikan efek positif dan signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik SMP SMB Maitreya Palembang.
b) Ho : b2 ≤ 0
Artinya disiplin belajar bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik SMP SMB Maitreya Palembang.
Ha : b2 > 0
Artinya disiplin belajar memberikan efek positif dan signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik SMP SMB Maitreya Palembang.
Kemudian hasil hipotesis thitung dibandingkan dengan ttabel, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila thitung ≥ ttabel maka Ha diterima, variabel X secara individual
mempengaruhi variabel Y.
2) Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima, variabel X secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel Y.

3. Uji Simultan (Uji F)


Uji F (Ghozali, 2018: 98) digunakan untuk menguji apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen. Rumus uji F untuk menguji
signifikansi pengaruh X1, X2 terhadap Y secara bersama-sama/simultan,
sebagai berikut:

Keterangan:
F = Harga Fhitung
R2 = Koefisien determinasi
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah anggota sampel

Kriteria keputusan:
a) Ho : b1 = b2 = 0
Artinya lingkungan belajar dan disiplin belajar secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik SMP SMB
Maitreya Palembang.
b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0
Artinya lingkungan belajar dan disiplin belajar secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar peserta didik
SMP SMB Maitreya Palembang.
Kriteria untuk menguji hipotesis simultan dengan membandingkan
Fhitung dengan Ftabel yaitu sebagai berikut:
1) Apabila Fhitung ≥ Ftabel maka Ha diterima, variabel X1 dan X2 secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Y.
2) Apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, variabel X1 dan X2 secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel Y.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah metode pengelompokan data menurut variabel
dan jenis responden, tabulasi data menurut variabel dari seluruh responden,
menampilkan data untuk setiap variabel penelitian, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data interval, maka
dapat dilakukan dengan statistik parametrik jika memenuhi uji prasyarat.
Apabila tidak memenuhi uji prasyarat, maka akan dilakukan dengan uji statistik
non-parametrik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis data deskriptif dan verifikatif.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah jenis statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah
diperoleh tanpa bermaksud menarik kesimpulan yang berlaku secara umum
(Sugiyono, 2018: 147). Penyajian data analisis statistik deskriptif
berbentuk tabel, grafik, bagan, lingkaran, piktogram, perhitungan modus,
median, mean, desil, persentil, untuk menghitung distribusi data melalui
mean, standar deviasi, dan persentase hitung.
Riduwan (2011: 89) menjelaskan frekuensi dan persentase setiap
alternatif jawaban yang diberikan oleh setiap responden dalam kuesioner
penelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
P = Persentase jawaban responden untuk setiap butir pernyataan
f = Frekuensi jawaban responden untuk setiap butir pernyataan
n = Banyaknya responden
Persentase tanggapan responden terhadap setiap item dalam
kuesioner penelitian dapat dikategorikan dengan menggunakan kriteria
penilaian pada tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Skor Penelian Frekuensi Jawaban Responden
Skor Penilaian Kategori
80-100 Sangat Baik
70-79 Baik
60-69 Cukup
50-59 Tidak Baik
<50 Sangat Tidak Baik
(sumber: sugiyono, 2019)
Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan analisis regresi dan teknik korelasi berganda. Sebelum
menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji
normalitas galat baku taksiran, uji homogenitas, kemudian signifikansi
koefisien regresi berganda dan korelasi linier berganda yang digunakan
untuk mengukur korelasi tingkat kerapatan linier antara sepasang variabel.

2. Uji Persyaratan
Analisis tes persyaratan analisis adalah menguji sebaran data yang diteliti,
yaitu variabel bebas (X1 dan X2) dan variabel terikat (Y). Tes persyaratan
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Galat Baku Taksiran Uji normalitas galat baku taksiran digunakan
untuk menentukan apakah data terdistribusi data normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan adalah Npar Test dengan menghitung nilai
Kolmogorov-Smirnov Z masing-masing variabel. Pengujian normalitas
data dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 26. Apabila nilai
Kolmogorov-Smirnov Z lebih besar dari 0,05 maka sebaran data
dinyatakan normal. Metode lain yang digunakan untuk menentukan dan
memeriksa normalitas adalah plot probabilitas normal, yang digunakan
untuk memasangkan setiap nilai yang diamati dengan nilai yang
diharapkan dalam distribusi normal. Asumsi normalitas data terpenuhi
jika titik berhimpit di sekitar garis diagonal dan mengikutinya. Namun
bila menjauhi garis diagonal, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
b. Uji Homogenitas
Data yang baik selain terdistribusi normal, juga harus diuji
kesamaan varian populasinya. Uji heteroskedastisitas dapat digunakan
untuk menguji homogenitas varians sampel penelitian, yaitu dengan
melihat grafik scatterplot yang terbentuk dengan bantuan analisis
program SPSS versi 26. Data dikatakan homogen (tanpa
heteroskedastisitas) apabila titik yang terbentuk menyebar ke segala
arah atau tidak berkumpul di satu tempat atau membentuk pola tertentu.
Tujuan melakukan uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji varians
atau residual yang tidak sama dari satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Ghozali (2018: Model penelitian yang baik adalah yang
variansi sampel penelitian nya tidak terdapat heteroskedastisitas.

c. Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif adalah analisis untuk membuktikan dan mencari
kebenaran hipotesis yang diajukan melalui analisis statistik. Jenis
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dan korelasi linier berganda untuk menentukan tingkat
signifikansi dan variabel yang paling besar pengaruhnya. Berikut ini
adalah beberapa tes yang akan digunakan dalam analisis verifikatif:
1) Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah model regresi linier yang
melibatkan beberapa variabel independen (bebas). Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, apakah masing-masing variabel bebas berkorelasi positif
atau negatif, dan untuk memprediksi nilai variabel terikat jika nilai
variabel bebas bertambah atau berkurang. Data yang digunakan
biasanya berupa skala interval atau rasio. Analisis regresi linier
berganda dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel
X1 dan X2 terhadap Y. Rumus persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
Y = variabel bebas
α = konstanta
βi = koefisien regresi variabel independen (dimana i = 1, 2)
X1 = variabel terikat
X2 = variabel terikat
𝜀 = Epsilon (Standar error/variabel pengganggu)
Nilai β1 dan β2 pada rumus di atas disebut juga koefisien
regresi parsial (Partial Coefficient Regression). Nilai koefisien ini
dapat ditentukan dengan persamaan normal atau kuadrat terkecil
(least squared).
2) Uji Koefisien Korelasi Linear Berganda
Hipotesis ketiga antara variabel X1, X2 dan variabel Y diuji
dengan menggunakan uji koefisien korelasi linier berganda. Rumus
koefisien korelasi linear berganda menurut Sugiyono (2019: 257)
adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Ryx1x2 = korelasi antara X1, X2 secara bersama-sama dengan Y
r y x1 = korelasi product moment antara X1 dengan Y
r y x2 = korelasi product moment antara X2 dengan Y
r x1 x2 = korelasi product moment antara X1 dengan X2
Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi linear berganda menurut Sugiyono (2019: 248) adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.5. Interprestasi Uji Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Cukup
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
(sumber: sugiyono, 2019)

Anda mungkin juga menyukai