Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL SKRIPSI

STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN PASIEN PASCA SEMBUH

COVID-19

(Studi Kualitatif di Desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk)

Oleh:

HAFIDA VIVIAN ARARAT KORWA


NIM. 171141010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SURABAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Tugas Akhir Studi S1-
Ilmu Keperawatan STIKES Surabaya, oleh:

Nama : Hafida Vivian Ararat Korwa

NIM : 171141010

Program Studi : S1-Ilmu Keperawatan

Pada Hari, Tanggal :

Waktu :

Penguji Tanda Tangan

Ketua :

Anggota

Penguji : 1. Rasi Rahagia,S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIP.0703119203

2. Eko Budi Santoso,S.Kep.,Ns.,M.Kes

NIP. 0725078803

Mengesahkan

KETUA STIKESS SURABAYA

(Uswatun Hasanah, M.Ked.,Trop)

NIP. 07314601001

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah selesai diberikan bimbingan dalam Penulisan Skripsi sehingga naskah Skripsi
ini memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk dipertahankan dalam Ujian Skripsi,
oleh:

Nama : Hafida Vivian Ararat Korwa

NIM : 171141010

Program Studi : S1-Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Stigma Masyarakat Terhadap Pasca Penderita


COVID-19 di Desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk

Surabaya, 01 Maret 2020

Menyetujui, Menyetujui,

Pembimbing Pembimbing

Rasi Rahagia,S.Kep.,Ns.,M.Kep Eko Budi Santoso,S.Kep.,Ns.,M.Kes

NIP.0703119203 NIP. 0725078803

Mengetahui,

KETUA PROGRAM STUDI

Ariska Putri Hidayatillah,S.Kep.,Ns.,M.Epid

NIP. 07314614099

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat terselesaikan Skripsi dengan judul “PENGARUH

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP PASCA PENDERITA COVID-19 (Studi

Kasus di Desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk)” sebagai

salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Prodi S1-

Ilmu Keperawatan dan STIKES SURABAYA.

Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana pengaruh stigma masyarakat

terhadap pasca penderita COVID-19, sehingga nantinya apabila hal tersebut terbukti

maka dilakukan pendidikan kesehatan terkait hal tersebut bagi warga yang bertempat

tinggal di wilayah yang sama dengan pasca penderita COVID-19.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada Ibu Rasi Rahagia,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen

pembimbing I dan Bapak Eko Budi Santoso,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen

pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta sasaran hingga

terwujudnya Skripsi ini.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat:

1. Ibu Uswatun Hasanah,M.Ked.,Trop selaku Ketua STIKES SURABAYA.

2. Ibu Ariska Putri Hidayatillah,S.Kep.,Ns.,M.Epid selaku Ketua Prodi S1-Ilmu

Keperawatan.

3. Ibu Putri Pamungkas,S.Kep.,Ns.,M.KM selaku dosen wali angkatan 2017

yang selalu memberikan dukungan positif dan kasih sayang.

iv
4. Bapak dan ibu dosen Prodi S1-Ilmu Keperawatan STIKES SURABAYA

yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.

5. Seluruh staf STIKES SURABAYA yang membantu mempermudah segala

urusan yang ada di kampus.

6. Kedua orang tua Alm. Bapak Agustinus Korwa dan Ibu Typuk Meidiana

Trikoraningrum yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan kasih

sayang yang tidak pernah putus. Terutama untuk ibu saya, yang telah siap

siaga menjadi orang tua tunggal untuk kedua anaknya, yang selalu

memberikan dukungan fisik dan psikis, kasih sayang, perhatian yang tidak

pernah putus kepada saya. Terimakasih untuk doa yang telah dipanjatkan

sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada kakak saya Mas Hafid Iryana Putra korwa beserta istri Mbak

Melinda Santiya Dyan Untari untuk doa, dukungan dan kasih sayang yang

diberikan.

8. Keluarga besar Alm. Bapak Eddy Hanto dan Keluarga Besar Alm. Bapak

Iskak Korwa yang telah memberikan doa dan dukungan kepada saya.

9. Seluruh teman seperjuangan saya Prodi S-1 Ilmu Keperawatan STIKES

SURABAYA tahun 2017 yang telah saling memberikan doa dan dukungan

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman saya (Mimil, Ela, Mei, Wulan, Meika, Istika, Ikhsan, Mbak

Eka) dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang

telah setia menemani, memberikan doa dan dukungan sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

iv
11. Pejabat Bangkespol Provinsi Jawa Timur, Bangkespol Kabupaten Nganjuk,

Kantor Bupati Nganjuk, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Nganjuk, Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, Puskesmas

Ngronggot, Bapak Camat Ngronggot, Bapak Kepala Desa Ngronggot,

RT/RW Desa Ngronggot yang mempermudah dalam pengambilan data awal

dan mengurus semua surat izin untuk penelitian.

12. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

berpartisipasi dalam skripsi ini.

13. Para influencer positif yang telah memberikan saya motivasi sehingga saya

mampu mengerjakan skripsi ini dengan baik.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah

diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami ataupun bagi orang

lain. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Aamiin Allahumma Aamiin

Nganjuk, 10 Februari 2021

Penulis,

(Hafidan Vivian Ararat Korwa)

iv
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Keaslian Penelitian

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori

3.1 Kerangka Operasional

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Pengajuan Judul

2. Surat Permohonan Bimbingan

3. Surat Izin Pengambilan Data Awal

4. Lembar Konsultasi

5. Informed Consent

6. Instrumen Wawancara

iv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar arti lambing

. = Titik

, = Koma

? = Tanda Tanya

% = Persen

/ = Garis miring

: = Titik dua

“” = Tanda petik

() = Tanda kurung

- = Penghubung

Daftar arti singkatan

WHO = World Health Organization

Kemenkes RI = Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Menkes = Menteri Kesehatan

Dinkes = Dinas Kesehatan

COVID-19 = Corona Virus Disease 2019

Sars-CoV-2 = Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2

iv
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

MERS = Middle East Respiratory Syndrome

PDPI = Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

ISPA = Infeksi Saluran Pernapasan Akut

ARDS = Acute Respiratory Distress Syndrome

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak virus COVID-19 yang mulai muncul pada Desember 2019

membuat seluruh orang di dunia menjadi resah.World Health Organization

memberi nama virus baru ini yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya adalah Coronavirus

disease 2019 (COVID-19) (WHO, 2020). Nama penyakit COVID-19

diresmikan oleh WHO pada tanggal 11 Februari 2020 (WHO,2020).Virus

tersebut muncul pertama kali di Wuhan, Cina. Keberadaan virus ini telah

menginfeksi seluruh negara di dunia dengan resiko kematian yang tinggi.

Corona Virus Desease (COVID-19) adalah penyakit yang sebelumnya belum

pernah di identifikasi pada manusia.Pandemi COVID-19 ini telah

mengancam kesehatan masyarakat dan menarik perhatian dunia. Gejala

umum pada virus COVID-19 adalah demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak

nafas, diare, hilang fungsi indera penciuman dan hilang fungsi indera

pengecapan. Penyebaran virus ini sangat cepat dan mematikan, melalui

mulut, hidung dan mata. Proses penularan virus COVID-19 ini melalui

droplet pada saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Droplet

tersebut kemudian di hirup oleh seseorang lain disekitarnya yang tidak

terinfeksi virus COVID-19.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun

2020, masyarakat memiliki peran penting dalam memutus rantai persebaran

iv
COVID-19. Masyarakat harus mampu beraktivitas kembali seperti

sebelumnya dengan kebiasaan baru yang disebut dengan new normal. Peran

masyarakat dalam memutus rantai persebaran COVID-19 adalah dengan

patuh pada peraturan protokol kesehatan yang telah di tetapkan, seperti

memakai masker (WHO, 2020), mencuci tangan atau memakai

handsanitizer, menjaga jarak minimal 1 meter atau physical distancing

dengan orang lain dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Peningkatan

sistem imun ini dapat berupa mengkonsumsi makanan yang seimbang dan

sehat, melakukan aktivitas fisik dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Selain mematuhi protokol kesehatan diatas, jika timbul gejala

diharapkan untuk melakukan rapid test atau swab test dan melakukan isolasi

(Kantor Staff Presiden, 2020).

Menurut Foster dan Anderson (1986) memandang manusia

mempunyai sistem medis yang menjelaskan sebab terjaidnya penyakit,

pencegahan dan pencegahan penyakit tersebut. Suatu hal yang mengejutkan

adalah pasien dengan diagnosa positif COVID-19 yang terpapar tanpa gejala

dan saat ini telah sembuh, tetapi individu tersebut mengaku memiliki kondisi

tubuh yang sehat. Terdapat beberapa kasus individu yang sembuh dari

COVID-19 mendapatkan simpati dan dukungan yang berasal dari teman,

keluarga dan lingkungan sekitarnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan

untuk seseorang “menjaga jarak aman” dari seseorang yang bahkan telah

dinyatakan sembuh dari COVID-19 sekalipun.

Tercatat menurut World Health Organization (WHO) pada awal

bulan Desember tahun 2020 ada 66,284,090 kasus terkonfirmasi di dunia dan

iv
ada 1,459,898 kasus dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan angka kejadian

COVID-19 di Indonesia pada awal Desember tahun 2020 mencapai 575,796

kasus terkonfirmasi, 474,771 kasus sembuh dan sebanyak 17.740 kasus

dinyatakan meninggal dunia (Kemenkes RI,2020). Berdasarkan data dari

Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Timur, pada awal bulan

Desember tahun 2020 sebanyak 65,012 kasus terkonfirmasi, 56,796 kasus

sembuh dan 4,584 kasus terkonfirmasi meninggal dunia. Sedangkan di

Kabupaten Nganjuk, kasus COVID-19 mencapai 824 kasus terkonfirmasi,

662 kasus sembuh dan 82 kasus dinyatakan meninggal (Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk 2020). Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamatan

Ngronggot Kabupaten Nganjuk sebanyak 71 kasus terkonfirmasi, 58 kasus

sembuh dan 5 kasus dinyatakan meninggal.

Pada sebagian kasus sembuh COVID-19 dapat kembali pada

lingkungan dimana mereka melakukan aktivitas dan bersosialisasi seperti

sebelumnya. Akan tetapi ada beberapa kasus yang menjadikan individu pasca

terinfeksi virus COVID-19 ditolak oleh masyarakat dengan pemberian

labeling dan diskriminasi (Erving Goffman, 1968). Masyarakat yang dapat

menerima kembali individu yang sembuh dari COVID-19 sebenarnya

menjadi salah satu penyebab proses penyembuhan penyakit menjadi cepat.

Pada pasca penderita COVID-19 yang diperlakukan secara baik oleh

masyarakat dapat memperbaiki kondisi psikisnya.

Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya pengkajian yang lebih

mendalam untuk memahami fenomena individu yang sembuh dari COVID-

19. Berdasarkan hal tersebut, saya selaku peneliti terdorong untuk melakukan

iv
penelitian tentang “Studi Fenomenologi: Pengalaman Penderita COVID-19

Pasca Sembuh”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman

penderita COVID-19 di Desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot Kabupaten

Nganjuk setelah dinyatakan sembuh?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman

penderita COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengeksplorasi pengalam penderita COVID-19 yang

telah dinyatakan sembuh.

b. Untuk menganalisis respon masyarakat dalam penerimaan

kembali penderita COVID-19 yang telah sembuh.

c. Untuk menganalisis faktor penyebab diterima atau tidaknya

penderita COVID-19 yang telah sembuh pada lingkungan

sosial.

iv
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang

pengalaman penderita COVID-19 pasca sembuh.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dijadikan sebagai acuan dan untuk

dikembangkan lagi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui tentang pengalaman penderita

COVID-19 pasca sembuh.

b. Bagi masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

pengalaman penderita COVID-19 yang telah dinyatakan

sembuh.

iv
E. Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Metode Hasil

(Th)

1. Muhammad Tubuh – Tubuh Penelitian Hasil dari penelitian


Irfan Suyudi yang Patuh: kualitatif dengan ini menunjukkan
2020 Pengalaman metode bahwa informan yang
Pasien Sembuh observasional telah dilakukan proses
COVID-19 wawancara adalah
individu yang telah
sembuh dari COVID-
19. Berdasarkan
pernyataan yang
disampaikan, mereka
tetap diterima oleh
lingkungan sosial di
sekitarnya, teman dan
keluarga. Orang
terdekat dari individu
tersebut selalu
memberikan support
agar lekas sembuh.
2. Abdul Aziz Pengalaman Penelitian Hasil dari penelitian
Azari, Psikologis kualitatif dengan ini menunjukkan
Mohammad Ketidakberdayaan metode adanya satu orang
Ilham Zururi Post COVID-19 wawancara. informan yang telah
2020 di Jember (Studi sembuh dari COVID-
Kasus) 19. Informan
mengatakan bahwa
saat ia terdiagnosa
positif COVID-19, ia

iv
merasa sudah tidak
memiliki harapan
untuk hidup. Informan
tersebut juga
berperilaku pasif
terhadap lingkungan
sekitarnya.
3. Argyo Life Story of Metode Hasil penelitian ini
Demartoto, Patient With observasi dan menjukkan bahwa
Yuyun Sunesti, Supervision’s interview adanya 4 informan.
Bagus Haryono, Fighting Against Para informan
Aris Arif COVID-19 in mengatakan, sembuh
Mundayat Surakarta dari COVID-19
2020 Indonesia dengan menerapkan
gaya hidup yang
sehat, selalu
memikirkan hal yang
positif dan tidak boleh
merasa takut dengan
pemikiran dari
lingkungan sekitar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Dalam penelitian yang akan saya lakukan ini terdapat perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu tentang pokok bahasan. Penelitian ini akan membahas

tentang pengalaman pasien yang sembuh dari COVID-19 dan kembali kepada

lingkungan sosialnya dan seperti apa perilaku dari masyarakat sekitarnya.

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep COVID-19

a. Pengertian COVID-19

Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 adalah

keluarga besar virus yang menyebabkan timbulnya penyakit

pada manusia dan hewan (Kemenkes RI, 2020).Biasanya pada

manusia menyebabkan infeksi saluran pernafasan, berawal

dari flu biasa hingga penyakit serius seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respitarory

Syndrome (SARS). Virus ini merupakan jenis betacoronavirus

tipe baru dan diberikan nama 2019 novel Coronavirus (2019-

nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health

Organization (WHO) memberikan nama virus baru tersebut

SARS-CoV-2 dan nama penyakitnya yaitu Coronavirus

Disease 2019 (COVID-19) (WHO, 2020).

b. Patofisiologi COVID-19

Coronavirus merupakan virus yang hanya dapat hidup

pasa sel host-nya. Awal mula seseorang dapat terinfeksi virus

ini adalah sebagai berikut, penempelan virus pada sel host

diperantarai oleh protein S yang terdapat pada permukaan

virus. Protein S sebagai penentu utama virus dalam

iv
menginfeksi host (Wang, 2020). Protein S berkaitan dengan

reseptor pada sel host yaitu enzim ACE-2 (Angiotensin

Converting Enzyme-2). Coronavirus yang berhasil masuk

kemudian replikasi gen dari RNA genom virus. Pelepasan

RNA kemudian di translansi pada ribosom yang merubah

RNA menjadi polipeptida.Polipeptida dipecah oleh protease

untuk membentuk struktur virus yaitu Spike dan Envelope.

Pembentukan tersebut membentuk coronavirus yang utuh.

Coronavirus dapat menggunakan enzim lain yaitu RNA

Dependen dan RNA Polymeraseyang digunakan untuk

bereplikasi sehingga memunculkan banyak SSRNA. Virus

melakukan perakitan dan rilis (Fehr, 2015).

c. Manifestasi Klinis COVID-19

Gejala klinis umum pasien COVID-19 adalah demam

(>38ºC), fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia,

malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal dan sakit kepala

(Aditya Susilo et al, 2019).Pasien tersebut tidak membutuhkan

suplementasi oksigen.Beberapa kasus pasien COVID-19

mengalami diare.

Berikut ini manifestasi klinis yang muncul pada pasien

COVID-19 (PDPI, 2020):

(1) Tidak berkomplikasi

Gejala yang muncul pada kondisi ini tidak spesifik.

Gejala umum dapat muncul, seperti demam, batuk,

iv
nyeri tenggorokan, malaise, sakit kepala, kongesti

nasal dan nyeri otot.

(2) Pneumonia ringan

Gejala umum dapat muncul, namun disertai sesak

nafas atau susah bernafas.

(3) Penuomonia berat. Pada pasien dewasa:

(a) Gejala umum dapat muncul dan disertai dengan

infeksi saluran pernafasan.

(b) Beberapa tanda yang muncul yaitu takipnea

dengan frekuensi napas >30x/menit dan

saturasi oksigen <90%.

d. Definisi Operasional COVID-19

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease

(COVID-19), disebutkan definisi operasional COVID-19

sebagai berikut:

1) Kasus suspek

Dinyatakan sebagai kasus suspek apabila termasuk

dalam kriteria sebagai berikut:

(a) Seseorang dengan diagnosa Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA), dengan tanda gejala

sebagai berikut:

(1) Demam (>38ºC)

iv
(2) Batuk

(3) Sesak nafas

(4) Sakit tenggorokan

(5) Pilek

(6) Pneumonia ringan hingga berat

Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala telah

melakukan perjalanan, tinggal di wilayah Indonesia

yang telah melaporkan transmisi lokal.

(b) Seseorang dengan salah satu gejala ISPA dan

pada 14 hari terakhir memiliki kontak erat

dengan kasus probable atau kasus konfirmasi.

(c) Seseorang dengan diagnose ISPA atau

pneumonia berat.

2) Kasus probable

Seseorang dengan kasus suspek diagnosa ISPA berat

atau Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

disertai gambaran klinis COVID-19 akan tetapi belum

ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.

3) Kasus konfirmasi

Seseorang yang telah dinyatakan positif terinfeksi

virus COVID-19 dengan bukti hasil pemeriksaan

laboratorium RT-PCR. Pada kasus konfirmasi dibagi

menjadi dua, yaitu:

iv
(a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

(b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

4) Kontak erat

Seseorang yang memiliki kontak erat dengan kasus

probable atau dengan kasus konfirmasi COVID-19.

Dimaksudkan sebagai berikut:

(a) Kontak erat dengan kasus probable atau

dengan kasus konfirmasi dengan radius jarak 1

meter dan dalam waktu lebih dari 15 menit.

(b) Bersentuhan fisik dengan kasus probable atau

kasus konfirmasi.

(c) Seseorang yang memberikan perawatan kepada

kasus probable atau kasus konfirmasi.

5) Pelaku perjalanan

Seseorang yang melakukan perjalan baik luar negri

ataupun dalam negri dengan jangka waktu 14 hari

terakhir.

6) Discarded

Dapat dikatakan sebagai discarded dengan kriteria

sebagai berikut:

(a) Seseorang dengan kasus suspek dan telah

melakukan tes laboratorium RT-PCR sebanyak

dua kali dan menunjukkan hasil negatif terus-

menerus dengan jarak waktu >24 jam.

iv
(b) Seseorang dengan status kontak erat yang telah

menjalankan masa karantina dalam jangka

waktu 14 hari.

7) Selesai isolasi

Dapat dikatakan sebagai selesai isolasi apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

(a) Seseorang dengan kasus konfirmasi tanpa

gejala atau asimptomatik yang tidak dilakukan

pemeriksaan follow up RT-PCR dan ditambah

10 hari untuk melakukan isolasi mandiri

dihitung sejak pengambilan spesiem saat

diagnosis konfirmasi.

(b) Seseorang kasus probable atau kasus

konfirmasi dengan gejala atau simptomatik

yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up

RT-PCR terhitung sejak onset dan ditambah

tiga hari setelah tidak menunjukkan gejala

demam dan gangguan pada sistem pernafasan.

(c) Seseorang kasus probable atau kasus

konfirmasi dengan gejala atau simptomatik

yang memperoleh hasil follow up tes

laboratorium RT-PCR satu kali negatif dan

ditambah tiga hari setelah tidak menunjukkan

iv
gejala demam dan gangguan pada sistem

pernafasan.

8) Kematian

Kematian yang disebabkan oleh COVID-19 adalah

kasus probable atau kasus konfirmasi.

e. Protokol Kesehatan COVID-19

Dalam menghadapi persebaran virus COVID-19

adalah dengan melakukan proteksi dasar yang terdiri dari

mencuci tangan menggunakan sabun dan air, menjaga jarak

fisik dengan orang lain minimal 1 meter (WHO, 2020),

melakukan etika ketika batuk atau bersin dan melakukan

pengobatan apabila memiliki keluhan seperti kasus suspek.

Coronavirus menular melalui droplet.Alat Pelindung

Diri (APD) adalah salah satu metode yang efektif dalam

pencegahan penularan COVID-19 selama penggunannya

tepat. Komponen pada APD terdiri atas masker,sarung tangan,

face shield (WHO, 2020). Pemberlakuan physical distancing

termasuk salah satu mematuhi aturan protokol

kesehatan.Risiko seseorang terpapar virus COVID-19

bergantung pada jarak dengan individu yang terinfeksi. Pada

saat ini kebijakan menjaga jarak minimal satu meter dengan

orang lain akan lebih efektif karena semakin jauh jarak fisik

dengan orang lain, maka semakin droplet dari orang yang

terinfeksi (Chu et al., 2020).

iv
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh

perseorangan dalam mencegah penularan COVID 19 dengan

cara memakai masker, memakai sarung tangan, menggunakan

handsanitizer atau desinfektan, mencuci tangan dengan sabun,

menghindari menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, tidak

berjabat tangan dengan orang lain, menghindari menyentuh

barang atau permukaan di tempat umum, tidak berkerumun,

menjaga jarak dengan orang lain minimal dua meter saat

berada diluar rumah dan apabila menunjukka gejala penyakit

segera memeriksakan diri di tempat pelayanan kesehatan

(Kemenkes RI, 2020).

Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 53

Tahun 2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan Dalam

Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019

Pasal 3 Ayat 1 disebutkan bahwa: Dalam rangka

menyelenggarakan perlindungan terhadap masyarakat

terjadinya COVID-19 maka diberlakukan pembatasan

kegiatan dan penerapan protokol kesehatan. Pada Pasal 3 Ayat

2 disebutkan bahwa protokol kesehatan yang dilakukan wajib

diterapkan pada:

1) Perorangan

2) Pelaku usaha

3) Pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab

tempat dan fasilitas umum

iv
Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 53

Tahun 2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan Dalam

Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019

Pasal 4 dijelaskan bahwa:

1) Ayat 1

Pembatasan kegiatan yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Provinsi dimaksudkan untuk mencegah

dan memutus rantai persebaran virus COVID-19.

2) Ayat 2

Pembatas kegiatan masyarakat disebutkan sebagai

berikut:

(a) Pembatasan kegiatan masyarakat di wilayah

publik

(b) Pembatasan jam kegiatan masyarakat termasuk

kegiatan usaha

(c) Penutupan berbagai ruas jalan

(d) Dilakukan pengisolasian mulai tingkat RT,

RW, dusun, hingga desa atau kelurahan

3) Ayat 3

Pembatasan kegiatan masyarakat tersebut dilaksanakan

setelah ada penetapan dari Gubernur.

4) Ayat 4

Gubernur mengoordinasikan kepada Bupati atau

Walikota tentang pembatasan kegiatan masyarakat.

iv
Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 53

Tahun 2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan Dalam

Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019

Pasal 5 dijelaskan bahwa:

1) Perorangan seperti yang disebutkan pada Pasal 3 Ayat

1, wajib menerapkan protokol kesehatan sebagai

berikut:

(a) Menggunakan alat pelingdung diri berupa

masker yang menutup mulut, hidung hingga

dagu jiha harus keluar dari rumah dan

berinteraksi dengan orang lain yang tidak

diketahui status kesehatannya.

(b) Mencuci tangan dengan teratur menggunakan

sabun dan air mengalir atau membersihkan

tangan dengan handsanitizer.

(c) Pembatasan interaksi secara fisik (physical

distancing).

(d) Menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh

juga menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS).

2) Pelaku usaha, penanggung jawab dan pengelola wajib

menerapkan protokol kesehatan sebagai berikut:

(a) Melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi

dengan menggunakan media dalam bentuk

iv
upaya pengendalian dan pencegahan virus

COVID-19.

(b) Menyediakan sarana tempat untuk cuci tangan

yang memenuhi standard atau menyediakan

handsanitizer.

(c) Melakukan upaya physical distancing.

(d) Pembersihan dan melakukan disinfeksi

lingkungan secara berkala.

f. Pemeriksaan Penunjang COVID-19

Pemeriksaan penunjang pada kasus COVID-19 sebagai

berikut (PDPI, 2020)

1) Pemeriksaan radiologi

Foto toraks, CT-Scan Toraks, USG Toraks

2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

(a) Saluran napas atas dengan swab: nasofaring,

orofaring

(b) Saluran napas bawah: sputum, bilasan bronkus,

BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat

berupa aspirat endotrakeal

iv
B. Kerangka Teori

Diberlakukan aturan SARS-CoV-2 Pemeriksaan penunjang:


wajib mematuhi
1. Pemeriksaan
protokol kesehatan
radiologi: foto toraks,
COVID-19
CT-Scan toraks, USG
Definisi Operasional toraks
COVID-19: 2. Pemeriksaan
Individu positif COVID-19
spesimen: saluran
1. Suspek
napas atas dengan
2. Probable
swab dan saluran
3. Konfirmasi Manifestasi Klinis
napas bawah dengan
4. Kontak erat
sputum, bilasan
5. Pelaku
bronkus, BAL, bila
perjalanan
menggunakan ETT
6. Discarded
dapat berupa aspirat
7. Selesai isolasi
endotrakeal
8. Kematian

Tidak berkomplikasi Pneumonia ringan:


Pneumonia berat:
Gejala umum: Muncul gejala umum,
namun disertai sesak 1. Gejala umum
1. Demam nafas atau sulit dan disertai
2. Batuk bernafas dengan infeksi
3. Nyeri saluran
tenggorokan pernapasan
4. Malaise 2. Takipnea
5. Sakit kepala (frekuensi nafas
6. Kongesti nasal >30x/menit)
7. Nyeri otot 3. SO2 <90%

Individu sembuh dari COVID-19

Diterima kembali oleh


Tidak diterima oleh
lingkungan sosial,
lingkungan sosial,
teman dan keluarga
teman dan keluarga

Gambar 2.1 Kerangka Teori

iv
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini

merupakan suatu data yang tidak terdiri dari angka-angka melainkan berupa

deskripsi dan gambaran dengan bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan

fenomenologi bertujuan untuk menggambarkan pengalaman yang dialami

oleh individu tentang fenomena tertentu dan mengeksplorasi kesadaran

individu tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot

Kabupaten Nganjuk.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2021.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang menjadi kuantitas atau

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017). Populasi adalah

keseluruhan subjek yang berada pada lokasi penelitian (Arikunto,

2006). Populasi dalam penelitian ini adalah 8 warga penderita

iv
COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh di Desa Ngronggot

Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah suatu objek yang diteliti dan telah dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian,

sampel memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang menentukan dapat

atau tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2007).

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum pada subjek

penelitian dari populasi target terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Tinggal di Desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot

Kabupaten Nganjuk

2) Penderita COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh di

desa Ngronggot Kecamatan Ngronggot Kabupaten

Nganjuk

3) Bersedia menjadi informan

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik pada subjek

penelitian yang tidak dapat mewakili populasi karena tidak

memenuhi syarat (Notoatmodjo, 2002). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini yaitu:

1) Mengalami gangguan dalam komunikasi

2) Tidak bersedia menjadi informan

iv
3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

pusposive sampling karena sampel yang digunakan tidak secara acak

melainkan didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dirumuskan

oleh peneliti. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang

berdasarkan pada sifat-sifat tertentu dari populasi (Notoatmodjo,

2010).

D. Batasan Istilah atau Definisi Operasional

1. Pengalaman yaitu suatu peristiwa yang dialami oleh penderita

COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh.

2. Pasien sembuh dari COVID-19 adalah individu dengan gejala

(simptomatik) atau tanpa gejala (asimptomatik) yang telah dinyatakan

negatif COVID-19.

E. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Fungsi utama dari seorang peneliti ketika melakukan

penelitian kualitatif adalah sebagai instrument dalam penelitian yang

akan ia lakukan. Instrumen atau alat yang dimaksud dalam penelitian

kualitatif adalah sejak awal dari akhir penelitian tersebut dilakukan,

peneliti tersebut yang bertugas aktif atau terlibat penuh dalam

penelitian yang akan dilakukan dan tidak diwakilkan oleh siapapun

(Herdiansyah, 2010).

Dalam pengambilan data kepada informan, peneliti

memberika beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah ditentukan

iv
oleh peneliti untuk memperoleh data yang di inginkan. Selain

melakukan wawancara, untuk memperkuat keaslian data, peneliti

menggunakan media berupa camera, recording atau catatan. Rentang

waktu wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah tidak

lebih dari satu jam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan

oleh Field dan Morse (1985) bahwa proses wawancara harus selesai

dalam kurun waktu satu jam.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai

berikut:

a. Prosedur administrasi

Sebelum dilakukan pengumpulan data, penelliti

terlebih dahulu meminta izin kepada perangkat desa dan

Puskesmas wilayah kerja desa Ngronggot Kecamatan

Ngronggot Kabupaten Nganjuk.

b. Prosedur teknis

1) Setelah memperoleh izin penelitian, peneliti

melakukan pendataan terhadap penderita COVID-19

yang telah sembuh sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Kemudian peneliti bertemu dengan para

informan untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan

tujaun dilakukannya penelitian.

2) Tahap selanjutnya, peneliti memberikan informed

consent kepada informan dan informan memberikan

iv
tanda tangan sebagai tanda bukti persetujuan

dilakukannya penelitian.

3) Proses wawancara dilakukan ditempat yang telah

disepakati dengan informan. Pada proses wawancara

ini tetap memperhatikan protokol kesehatan.

4) Proses wawancara dilakukan secaramendalam (in-

depth interview) dengan teknik semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang

dilakukan dengan cara mengembangkan topik yang

telah ada. Wawancara ini pelaksanaannya bersifat

bebas dan terbuka dibandingkan dengan teknik

wawancara terstruktur. Peneliti menggunakan audio

recording dan catatan sebagai media dalam proses

wawancara ini. Rentang waktu yang digunakan dalam

proses wawancara adalah 30-60 menit. Sebelum

wawancara berakhir, peneliti dan informan membuat

kontrak waktu apabila dibutuhkan informasi lebih

lanjut atau mengklarifikasi hasil wawancara.

5) Wawancara dapat berakhir saat waktu wawancara telah

habis, tujuan telah tercapai dan jawaban informan telah

sesuai dengan topik penelitian.

6) Pada tahap akhr yaitu mentranskripsi secara verbatim

dari hasil wawancara dan kemudian dilakukan analisis

iv
data. Wawancara diakhiri dengan ucapan terimakasih

kepada informan.

F. Kerangka Operasional

Populasi
(Seluruh penderita COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh di Desa
Ngronggot Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk)

Teknik Sampling

Purposive Sampling

Informan

5 orang penderita COVID1-9 yang telah dinyatakan sembuh

Informed Consent

Pengumpulan Data

(Melakukan wawancara semi terstruktur)

Analisis Data

(Menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis)

Gambar 3.1

Kerangka Operasional

iv
G. Pengolahan Analisis Data

Data dari fenomena sosial yang telah diteliti dapat dikumpulkan

dengan berbabagai cara yaitu, observasi dan interview yang mendalam (in-

depth interview) In-depth dalam penelitian yaitu mencari seatu secara

mendalam untuk mendapatkan informasi yang di inginkan. In-depth juga

memiliki makna menuju pada sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan

makna dari yang nampaknya straight-forward secara actual dan juga secara

potensial lebih complicated.

Dalam sisi lain, peneliti harus memberikan formulasi kebenaran pada

peristiwa atau kejadian dengan pewawancaraan yang mendalam ataupun

interview. Data yang diperoleh dengan teknik in-depth interview kemudian

dilkaukan analisa data dengan proses analisa Interpretative

Phenomenological Analysis sebagaimana yang ditulis oleh Smith (2009)

dalam Hajaroh. Tahap-tahap Interpretative Phenomenological Analysis

sebagai berikut:

1. Reading and reading

Kegiatan pada tahap ini adalah menuliskan transkrip interview

dari audio recording ke dalam bentuk tulisan. Audio recording

dianggap membantu peneliti untuk mendapatkan infromasi yang

di inginkan. Pada tahap ini membutuhkan proses membaca secara

berulang-ulang transkrip yang telah didapatkan.

2. Initial nothing

Pada tahap ini dilakukan secara mendetail dan membutuhkan

waktu yang sedikit lama. Peneliti memeriksa makna kata yang

iv
terkandung dan bahasa yang digunakan pada tahap eksploratoris.

Analisis pada tahap ini menjaga kelangsungan pemikiran terbuka

(open mind) dan mencatat segala sesuatu yang menarik dalam

transkrip interview. Proses yang dilakukan menimbulkan sikap

yang lebih familiar dengan transkrip yang diperoleh. Pada sisi lain

di tahap ini juga mengidentifikasi secara spesifik cara informan

mengatakan sesuatu, memikirkan dan memahami akan isu-isu.

3. Developing emergent themes

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah

menganalisis data yang berupa transkrip dan catatan menjadi lebih

kompleks dan lebih dari sekedar transkrip. Komentar eksploratori

yang dilakukan secara komprehensif dapat mendekatkan pada

simpulan data yang asli.

4. Searching for connection a cross emergent theme

Pada tahap ini dilakukan kegiatan mencari hubungan yang

sama antar tema yang telah diurutkan secara kronologis.

Hubungan antar tema ini dapat dikembangkan menjadi grafik atau

pemetaan dan memikirkan tema yang berkesinambungan satu

dengan lainnya.

5. Moving the next cases

Tahap analisis data 1-4 dilakukan pada setiap satu partisipan.

Apabila satu kasus selesai dan telah dituliskan hasil analisanya,

maka tahap selanjutnya berpindah pada kasus yang lainnya

sehingga seluruh kasus dapat terselesaikan. Langkah tersebut

iv
dapat dilakukan pada semua transkrip partisipan, dengan cara

mengulang proses yang sama seperti sebelumnya.

6. Looking for patterns across cases

7. Tahap akhir dalam proses analisis data adalah mencari pola-pola

yang muncul pada kasus antar partisipan. Apa hubungan yang

terjadi antar kasus dan bagaimana tema-tema yang ditemukan oleh

peneliti dalam kasus-kasus yang lain memandu peneliti untuk

melakukan penggambaran dan pelabelan kembali pada tema-tema.

Pada tahap ini dapat dibuat master table dari tema-tema untuk

kasus dalam sebuah institusi atau organisasi.

H. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) etika penelitian yang digunakan dalam

melakukan penelitian sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan tersebut diberikan kepada

informan yang akan diteliti. Peneliti sebelumnya harus

menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian kepada informan.

Apabila informan menyetujui lembar tersebut, maka informan

berkewajiban untuk bertanda tangan pada informed consent.

Apabila informan tidak setuju, maka peneliti tidak

diperbolehkan memaksakan kehendak.

2. Tanpa nama (Anonimity)

iv
Peneliti tidak diperbolehkan mencantumkan nama

informan untuk menjaga kerahasiaan data, cukup dengan

pemberian kode pada lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi dari informan telah dijamin

oleh peneliti. Penyimpanan data dari informan telah diletakkan

pada tempat yang aman.

4. Melakukan hal yang baik (Beneficiency)

Beneficiency merupakan kewajiban bagi peneliti untuk melakukan hal yang

baik kepada responden. Peneliti berusaha untuk melakukan penelitian yang sifatnya

bermanfaat.

iv
DAFTAR PUSTAKA

iv
Lampiran 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA


BIRO ADMINISTRASI AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN
Jl. Medokan Semampir Indah 27 Surabaya Tlp. 031- 5913372, Fax. 031-5939466
Email : baak@stikessurabaya.ac.id Web : www.stikes-sby.ac.id

iv

Anda mungkin juga menyukai