Turnitin New
Turnitin New
2
3
4
5
.
6
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan di dalam
penelitian ini adalah hubungan belajar daring dengan perkembangan sosial
emosional dan perkembangan anak. Maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah : Adakah hubungan belajar daring dengan perkembangan sosial
emosional dan perkembangan kognitif anak.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara belajar daring dengan
perkembangan sosial emosional dan perkembangan kognitif anak
C. Manfaat Penelitian
8
D. Batasan Penelitian
Batasan masalah akan mmudahkan peneliti untuk berfokus pada
permasalahan yang akan diteliti, maka batasan penelitian ini adalah :
1. Hubungan belajar daring dengan perkembangan sosial emosional dan
perkembangan kognitif anak TK Lasiyam Surabaya
2. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subyek penelitian kelompok B
(usia 5-6 tahun) dari TK Lasiyam Surabaya.
3. Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus sosial emosional hanya
pada unsur rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain yang
spesifikasinya mengatur diri sendiri yaitu tepat masuk belajar daring
4. Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus pada kognitif hanya pada
berfikir simbolik pada unsur mencocokan lambang dengan bilangan 1-10
5. Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus pada belajar keefektivan
belajar daring pada anak usia dini
E. Asumsi
Asumsi merupakan anggapan dasar yang menjadikan kenyataan awal
atas kebenaran suatu hal yang diteliti, tanpa perlu diuji kebenarannya. Berikut
ini asumsi yang mendasari penelitian ini, yaitu :
1. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
2. Kemampuan sosial emosional pada anak usia 5-6 tahun dapat berkembang
dengan baik secara maksimal ketika dilatih dengan baik sesuai tingkat
pencapaian perkembangan anak
3. Kemampuan kognitif pada anak usia 5-6 tahun dapat berkembang dengan
baik secara maksimal ketika dilatih sesuai tingkat pencapaian
perkembangan anak
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
h. Isolasi versus keintiman (20-25 tahun). Pada titik ini, orang tersebut
mulai mengembangkan kedekatan psikologis dengan orang lain. Dia
akan merasa sendirian dan hampa jika dia gagal pada saat ini.
i. Generativitas vs. Stagnasi (26–64 tahun). Orang itu sekarang ingin
menginspirasi dan mendidik generasi mendatang. Jika dia tidak
melewati fase ini, dia akan menjadi bosan dan tidak akan dewasa.
Cara balita (anak usia dini) berinteraksi dengan teman sebayanya
memberikan wawasan tentang perkembangan sosial mereka. Tindakan
sosial dalam studi anak usia dini mengacu pada proses di mana anak-anak
belajar bergaul dengan teman sekelas mereka. Anak-anak sering mencoba
mengasah kemampuan sosial mereka. Anak-anak pada awalnya sangat
egosentris, menurut Janice J. Beaty (2013: 59), yang tampaknya berasal
dari mekanisme bertahan hidup pada masa bayi. Pada saat mereka di
sekolah, anak-anak mulai melihat diri mereka sebagai orang yang unik,
bahkan jika hanya dalam kaitannya dengan orang dewasa yang merawat
mereka. Mereka sekarang dipaksa untuk mengatasi rekan-rekan mereka.
5. Kegiatan Pembelajaran Sosial Emosional Anak Usia Dini
a. Anak-anak tidak secara otomatis memiliki kecerdasan sosial-
emosional; sebaliknya, itu harus dipupuk dan dibudidayakan oleh
orang tua dan profesional PAUD. Berikut ini adalah beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak meningkatkan
keterampilan sosial dan emosional mereka. Nurjannah (2017: 59)
mendefinisikan learning by example sebagai pembelajaran melalui
contoh-contoh positif yang dapat diterima oleh masyarakat dan
mematuhi norma dan sistem nilai yang relevan. Melalui pemodelan
dan imitasi, pendekatan ini berhasil digunakan dengan anak-anak.
Berikut ini adalah latihan yang baik yang dapat diajarkan kepada
anak-anak kecil untuk membantu mereka mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional mereka, antara lain.
1. Beribadah beteladanan, seperti adab dalam berdoa dan solat.
2. Keterampilan komunikasi yang berhubungan dengan orang lain,
seperti tata krama, meminta, dan menyapa.
15
Tabel 2.1
Indikator Sosial emosional dalam bertanggung jawab
B. Perkembangan Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Kognitif selalu dihubungkan dengan kecerdasan atau berpikir.
Kognitif adalah pengertian yang luas tentang berpikir dan mengamati,
oleh karena itu bisa diartikan tingkah laku-seseorang yang bisa
mendapatkan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan
perkembangan dari cara anak berpikir anak oleh karena itu selalu menjadi
tolak ukur pertumbuhan kecerdasan seseorang.
Menurut Wiliams (dalam Hijriati (2016:35) kognitif adalah
bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak, yaitu
cepat lambatnya individu di dalam memecahkan suatu masalah yang
dihadapinya. Ada juga yang berpendapat bahwa menurut Krause,
Bochner dan Duchnese (2007:165) perkembangan kognitif adalah
kemampuan seseorang dalam berpikir, mempertimbangkan, memahami
dan mengingat tentang segala hal disekitar kita yang melibatkan proses
mental seperti menyerap, mengorganisasi dan mencerna segala informasi.
Proses sesorang individu dalam berfikir sangat dipengaruhi dari proses
memahami kejadian-kejadian disekitar lingkungan.
18
berfikir simbolik anak terjadi pada rentang usia 2-7 tahun masa ini yang
disebut dengan tahapan pra operasional
Perkembangan kognitif anak 5-6 tahun dapat dinilai melalui
indicator berikut.
Tabel 2.
Indikator Kognitf dalam Berfikir Simbolik
Variabel Aspek Indikator
Penelitian
Kognitif Berfikir Simbolik 1. Menyebutkan lambang
bilangan 1-10
2. Menggunakan lambang
bilangan untuk
menghitung
3. Mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan
Sumber : Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (2014:25)
C. Belajar Daring
1. Pengertian Belajar Daring
Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar
terhadap perubahan dalam setiap bidang. Salah satunya ialah perubahan
pada bidang pendidikan. Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
proses belajar mengajar, yang dapat dikatakan merupakan pergantian dari
cara konvensional menjadi ke modern. Gheytasi, Azizifar & Gowhary
(2015:21) menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa
dengan adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap
pembelajaran. Internet telah dipadukan menjadi sebuah alat yang
digunakan untuk melengkapi aktivitas pembelajaran
Pembelajaran daring menurut Sofyana dan Abdul
(2019:82).merupakan system pembelajaran yang dilakukan dengan tidak
bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat
membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh.
23
banyak anak yang rewel dan nangis padahal dulu sebelum online mereka
termasuk anak yang aktif dan lain lain.
E. Penelitian Relevan
Pada bagian ini diterangkanmengenai penelitian-penelitian yang
relevan mengenai hubungan belajar daring dengan perkembangan kognitif
anak sebagai berikut.
29
30
Tabel 2.
Hasil Penelitian Relevan
lingkungan kualitatif
menjadi deskriptif
berkurang. .
saat
pandemi
c.
Sedangk
an nanti
yang
diteliti
adalah
belajar
daring
terhadap
sosial
emosion
al dan
kognitif
3. Perkembangan Tidak 1. Fokus 1. Design
Sosial Emosional pengaruh penelitian penelitia
Anak Usia 5-6 yang social n ini
Tahun Selama signifikan emosional menggua
Pembelajaran terhadap dengan nakan
Jarak Jauh di perkembanga pembelajara metode
Raudhatul Athfal n social n jarak jauh kuantitati
(Pujianti,dkk:2021 emosional 2. Subyek usia f survey
) anak ketika ang diteliti across
Pembelajaran 5-6 tahun sectional.
jarak jauh. Sedanga
Hasil dari n yang
angket nanti
diperoleh diipakai
jawaban yang dalam
baik pada penelitia
pernyataan n metode
33
kewajiban kuantitati
yang harus f korelasi
dilakukan 2. Focus
anak adalah yang
belajar dan diteliti
hak yang dalam
harus didapat penelitia
yaitu waktu n ini
istirahat sosisal
(bermain) emosiona
l selama
pembelaj
aran
jarak
jauh.
Sedangk
an nanti
yang
diteliti
belajar
daring
dengan
social
emosiona
l dan
kognitif
4 Dampak Pandemi Dampak dari 1. Fokus 1. Design
.
Covid-19 pandemic penelitian penelitia
Terhadap Covid-19 belajar n ini
Perkembangan sangat daring kualitatif
Kognitif Anak berpengaruh terhadap deskripti
Usia Dini di Paud terhadap kognitif f.
34
diteliti
adalah
kuantitat
if
korelasi
7. Pembelajaran Hasil yang 1. Fokus 1. Design
Jarak Jauh pada ditemukan penelitian penelitia
PAUD : Studi adalah pembelajara n ini
Literatur berbagai pembelajaran n jarak jauh kajian
Metode pada jarak pada masa literatut.
Pembedaan pada jauh bisa pandemi Sedangk
Masa Pandemi di dilakukan 2. Subyek an
berbagai Tempat dengan penelitian penelitia
(Satrianingrum:20 menggunaka anak usia n akan
21) n media dini. menggu
video, nakan
gambar, kualitati
audio, f
konferensi, korelasi
teks biasa,
pemberian
tugas,
memberikan
umpan balik,
kegiatan
kolaboratif,
tayangan
melalui
TVRI,
platform
online,
bernyanyi,
38
learning bu
project, dan
media sosial
8. Children’s Online Pembelajaran 1. Subyek 1. Design
Cognitive kognitif pada penelitian penelitia
Learning Through masa anak usia n ini
Integrated pandemic dini kualitatif
Technology and mengalami 2. Fokus studi
Hybrid Learning. banyak penelitian kasus.
(Hayati, dkk:2022) kendala pembelajara Sedangan
khususnya n kognitif penelitia
untuk pada masa n yang
mempersiapk pandemi akan
an tingkat diteliti
sekolah hubunga
dasar. Oleh n belajar
karena itu daring
pentingnya dengan
kolaborasi kognitif
antara orang dan
tua dan guru social
untuk emosiona
pembelajaran l.
efektif pada
pembelajaran
jarak jauk.
F. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Berikut kerangka berfikir dalam penelitian ini, antara
lain :
39
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Studi Pendahuluan
Permasalahan
Hipotesis
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan penelitian,
terbukti melalui data dan dinyatakan dalam bentuk kalimat. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB III
41
Y1
X
Y2
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
42
X : Belajar daring
Y1 : Sosial Emosional
Y2 : Kognitif
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah 60 anak kelompok B di Lasiyam
Surabaya dari kelompok B1 berjumlah 20 anak, B2 berjumlah 20 anak
dan B3 berjumlah 20 anak. Teknik sampling yang digunakan yaitu
probability sampling (sampling probabilitas) yang artinya pemilihan
sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam artian tidak didasarkan
keinginan si peneliti. Jenis probality sampling yang digunakan yaitu
sampling acak sederhana dipilih dengan cara undian dan rumus yang
digunakan untuk mengambil sampel yaitu rumus slovin.
C. Variabel Penelitian
43
2. Kuisioner
Kuisioner pada penelitian ini menggunakan skala yang digunakan dalam
kuisioner ini yaitu skala likert yang berbentuk pilihan ganda. Kuisioner
yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu ditujukan kepada orang
tua anak untuk menilai keefektifan belajar daring dan kuisioner yang
ditujukan guru untuk menelian sosial emosional anak. Kuisioner daring
disusun berdasarkan Gheytasi, M., Azizifar, A., & Gowhary, H. 2015
tentang keefektifan belajar melalui online. Sedangkan kuisioner sosial
emosional disusun berdasarkan indicator dari Permendikbud dan STPPA
tahun 2014
F. Instrumen Penelitian
45
Tabel 3.
Tabel 3.
43 2
4 3 5
7 8
10 9 8
10 8 9
47
Tabel 3.
Tabel 3.
1. Pada saat pembelajaran dimulai apakah anak disiplin masuk kelas daring ?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu
2. Pada saat pembelajaran daring apakah anak fokus pada kegiatan yang sedang
disampaikan oleh guru?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu
3. Pada saat pembelajaran daring apakah anak mengerjakan tugas kegiatan yang
disampaikan oleh guru ?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu
49
Tabel 3.
siswa
Materi e. Guru a. Contoh media 5
Pembelajaran memberikan apa saja yang
materi diberikan guru
pembelajaran dari saat
berbagai sumber pembelajaran
referansi seperti daring
gambar dan video
Keaktifan f. Guru mendorong a. Seberapa sering 6
agak anak tetap ananda ikut aktif
aktif dalam menirukan ice
proses breaking yang
pembelajaran diberikan guru di
pembelajaran
daring
Tabel 3.
1. Pukul berapa anda menerima pengiriman link pembelajaran daring dari guru?
a. Iya
b. Sedang
c. Cukup
d. Tidak
3. Media apa saja yang diberikan guru ketika melakukan pembelajaran daring?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu
5. Contoh media apa saja yang diberikan guru saat pembelajaran daring?
6. Seberapa sering ananda ikut aktif menirukan ice breaking yang diberikan guru
di pembelajaran daring?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
c. 2 kali
d. 3 kali
53
Keterangan:
r11 : Realibilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atay banyaknya soal
∑σi2 : Jumlah varians total
σt2 : Varians total
54
Reliabel 0,60-0,799