Anda di halaman 1dari 55

1

2
3
4
5

.
6

Daring kata lainnya dalam jaringan, menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia (KBBI) Kemendikbud pusat, yang artinya terhubung melalui jejaring
komputer, internet, dan sebagianya. Jadi, kegiatan belajar mengajar guru,
dosen, siswa, dan mahasiswa kini dilakukan dengan melalui jejaring internet
dan aplikasi-aplikasi yang dapat mendukung pembelajaran online yang
meliputi proses pembelajaran, pemberian tugas dan lainnya (Handarini dan
Wulandari, 2020).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar daring yaitu


belajar jarak jauh atau tidak bertatap muka dengan membutuhkan bantuan
aplikasi yang terhubung dengan internet contohnya zoom, google meet,
whatsapp video call, dll. Belajar daring juga hrus didukung dari kecakapan
guru dan orang tua dalam mengeperasikan teknologi, karena semakin cakap
teknologi semakin mudah untuk mengendalikan aplikasi-aplikasi yang
dibutuhkan untuk belajar daring.

Berdasarkan pengertian daring diatas pembelajaran jarak jauh harus adanya


keseimbangan antara guru dan orang tua dalam melaksanakan pembelajaran.
Seperti hal-nya jurnal dari Sri Anita tahun 2020 yang berjudul Penerapan
Pembelajaran Dalam Jaringan (daring) Pada Anak Usia Dini Selama Pandemi
Virus Covid-19 Di Kelompok A BA Aisyiyah Timbang Kecamatan Kejobong
Kabupaten Purbalingga yang menyimpulkan penerapan pembelajaran dalam
jaringan selama pandemi Covid-19 di BA Aisyiyah Timbang dilakukan melaui
tahapan tujuan, perencanaan, materi, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran
dalam jaringan menggunakan aplikasi WhatsApp yang tergabung dalam
WhatsApp Group kelas A. Pelaksanaan pembelajaran daring yang
dilaksanakan meliputi kegiatan pembukaan, kegiatan inti, teknik tampilan dan
sharing ilmu. Dan yang terakhir tahapan evaluasi pembelajaran daring yang
berisi penilaian terhadap hasil kegiatan anak yang dikirim melalui video, foto,
dan voicenote dan digunakan sebagai dasar penilaian harian, mingguan,
bulanan, dan akhir semester.

Selain itu dari studi pendahuluan yang dilakukan di TK IT Nada Ashobah


Wiyung Surabaya pada anak TK B yang dilakukan pada 3-8 Maret 2021
7

ditemukan bahwa 35 dari 60 anak masih terlihat kurang dalam menguasasi


memahami huruf dan kurang dalam tanggung jawab diri masing-masing
terlihat dalam ketika belajar daring dimulai jam 08.00 banyak yang telat masuk
video zoom. Contohnya pada saat kegiatan belajar anak menulis yang
diperintahkan guru banyak yang masih belum paham secara betul konsep dari
menyebutkan lambing bilangan 1-10 dan banyak juga saat ditanya kenapa baru
masuk video zoom banyak yang menjawab telat bangun, masih ada yang rewel,
dan lain-lain jadi terlihat kurang tanggung jawabnya terhadap manajemen
waktu diri sendiri.

Pemahaman mengenai tanggung jawab diri sendiri terhadap waktu itu


sangat dibutuhkan buat anak-anak. Meskipun masih anak usia dini tetapi anak
harus paham karena suatu kebiasaan itu yang nantinya akan dibawa sampai
anak dewasa. Begitu juga pemahaman mengenai konsep menyebutkan lambing
bilangan 1-10 anak seharusnya paham mengenai hal itu yang nantinya ketika
anak paham konsep itu anak bisa menyebutkan sampai menghitung. Penelitian
awal ini dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan belajar daring dengan
perkembangan sosial emosional dan perkembangan kognitif pada anak usia
dini.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan di dalam
penelitian ini adalah hubungan belajar daring dengan perkembangan sosial
emosional dan perkembangan anak. Maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah : Adakah hubungan belajar daring dengan perkembangan sosial
emosional dan perkembangan kognitif anak.

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara belajar daring dengan
perkembangan sosial emosional dan perkembangan kognitif anak
C. Manfaat Penelitian
8

Dalam penelitian ini diharapkan untuk memberikan beberapa manfaat


dari semua pihak, baik itu secara teoritis maupuk praktis. Yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagu guru RA/TK
dalam pelaksanaan pembelajaran di tengah pandemic dengan berbagai
metode pembelajaran jarak jauh
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang
berguna dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk
kepentingan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh guna menjadi
penelitian lebih lanjut dengan objek yang serupa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Peneitian ini diharapkan penulis mampu mengetahui adakah hubungan
belajar daring dengan perkembangan social emosional dan
perkembangan kognitif anak.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam
program belajar daring di sekolahan ini.
c. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai reverensi
untuk bahan penelitian tentang hubungan antara belajar daring dengan
perkembangan sosial emosional dan perkembangan kognitif anak..
d. Bagi peneliti lain
Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam merencanakan, melaksanakan
dan menyusun hasil penelitian tentang hubungan antara belajar daring
dengan perkembangan sosial emosional dan perkembangan kognitif
anak.

e. Bagi Orang Tua


9

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua agar bisa


memberikan kegiatan belajar daring dengan perkembangan sosial
emosional dan perkembangan kognitif anak

D. Batasan Penelitian
Batasan masalah akan mmudahkan peneliti untuk berfokus pada
permasalahan yang akan diteliti, maka batasan penelitian ini adalah :
1. Hubungan belajar daring dengan perkembangan sosial emosional dan
perkembangan kognitif anak TK Lasiyam Surabaya
2. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subyek penelitian kelompok B
(usia 5-6 tahun) dari TK Lasiyam Surabaya.
3. Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus sosial emosional hanya
pada unsur rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain yang
spesifikasinya mengatur diri sendiri yaitu tepat masuk belajar daring
4. Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus pada kognitif hanya pada
berfikir simbolik pada unsur mencocokan lambang dengan bilangan 1-10
5. Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus pada belajar keefektivan
belajar daring pada anak usia dini

E. Asumsi
Asumsi merupakan anggapan dasar yang menjadikan kenyataan awal
atas kebenaran suatu hal yang diteliti, tanpa perlu diuji kebenarannya. Berikut
ini asumsi yang mendasari penelitian ini, yaitu :
1. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
2. Kemampuan sosial emosional pada anak usia 5-6 tahun dapat berkembang
dengan baik secara maksimal ketika dilatih dengan baik sesuai tingkat
pencapaian perkembangan anak
3. Kemampuan kognitif pada anak usia 5-6 tahun dapat berkembang dengan
baik secara maksimal ketika dilatih sesuai tingkat pencapaian
perkembangan anak
10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang teori-teori yang mendukung pada penelitian


ini, yaitu perkembangan sosial emosional, perkembangan kognitif, keterkaitan
belajar daring terhadap perkembangan sosial emosional dan perkembangan
kognitif, penelitian yang relevan, kerangka konseptual dan asumsi.

A. Perkembangan Sosial Emosional


1. Pengertian Sosial Emosional
Menurut Hurlock (2017:147) perkembangan sosial emosional
merupakan perkembangan sikap dimana sesuai dengan tuntunan sosial.
Perkembangan sosial emosional yaitu proses ketika anak melatih
rangsangan-rangsangan sosial paling utama dari tuntutan kelompok dan
belajar berteman serta bertingkah laku. Erik Erikson (1989:211) pemeluk
aliran Psikoanalisis dari Sigmund Freud setelah itu jadi neofreudian
(psikoanalisa yang didasarkan pada ikatan sosial). Teorinya ini diucap
dengan Teori Psikosoaial. Dia berkomentar kalau tiap orang berjuang
melaksanakan pencarian bukti diri dalam masing-masing sesi
kehidupannya. Melalui perkembangan ini anak dapat belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungannya termasuk berteman
dan bersosialisasi.
Abraham, Maslow (2010:97) menekuni teori behaviorisme serta
sudah melaksanakan percobaan di bidang tersebut. Tetapi ketika Pearl
Harbour diserang oleh Jepang, ia beralih ke bidang psikologi. Menurut
Maslow psikologi hanya menilai manusia dari segi negatifnya, akhirnya
memandang psikologi dari sisi yang lain ialah dari sisi positifnya.
Maslow berkomentar kalau manusia tidak cuma wajib melawan
kesedihan, ketakutan, serta perihal negatif yang lain, namun manusia
perlu wajib wajib mencari kebahagian dan kesejahteraan diri sendiri.
Maslow juga melaporkan kalau pada dasarnya manusia itu baik, tidak
jahat (We are basically good, no evil).
11

Dari teori dan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang
lain, mulai dari hal terdekat yaitu orang tua, saudara, teman bermain,
sampai masyarakat secara luas. Sementara perkembangan emosional
adalah luapan perasaan anak ketika berinteraksi dengan orang lain. Oleh
karena itu perkembangan sosial-emosional adalah kepekaan anak
terhadap memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Perilaku Sosial Emosional pada Anak Usia Dini


Perilaku sosial emosional anak usia dini yaitu tindakan dari anak
untuk dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Menurut Janice J. Beaty
(2013:33) klasifikasi perilaku sosial emosional anak usia dini ialah.
a. Bersikap sopan dan simpatik terhadap perasaan orang lain
memerlukan empati. Contohnya termasuk memperlakukan teman
dengan baik, memberi mereka pujian, dan menghormati sentimen
mereka.
b. Berbagi menunjukkan bahwa anak-anak dapat berbagi teman
sebaya mereka sendiri, seperti bersedia meminjamkan sumber
belajar, memberikan makanan kepada teman, dan berbagi
peralatan permainan.
c. Anak-anak yang menunjukkan perilaku akrab mampu
menunjukkan kasih sayang kepada guru dan teman, yang
dibuktikan dengan senyum mereka, sering mengajak mengobrol,
bercanda dengan teman, dan berinisiatif bermain dengan teman
d. Anak-anak yang dapat berkolaborasi dengan orang lain dapat
berpartisipasi dalam kegiatan teman, berbagi tugas ketika terlibat
dalam kegiatan dengan teman-teman, mengundang teman-teman
untuk bermain, dan mengulurkan tangan ketika tugas kelompok
perlu diselesaikan.
12

Rizki Ananda dan Fadhilaturrahmi (2018:14) juga berpendapat bahwa


Perilaku sosial ini, ada empat aspek utama dari perkembangan sosial
emosional, yaitu
a. Empati mencakup pengertian, toleransi, dan kepedulian terhadap
orang lain
b. Aspek afiliasi meliputi komunikasi dua arah atau hubungan
interpersonal dan kerja sama
c. Resolusi konflik termasuk resolusi konflik
d. Aspek pengembangan kebiasaan positif meliputi sopan santun,
sopan santun, dan tanggung jawab
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial
adalah bentuk tindakan atau rencana yang dilakukan untuk membantu
orang lain dengan tujuan yang baik seperti perilaku dalam membantu,
kerja sama, berbagi, simpati, empati, dan berkomunikasi dengan baik
3. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun
Memahami ciri-ciri perkembangan emosional sosial itu sendiri
sangat penting untuk memahami bagaimana perkembangan emosional
sosial anak bekerja. Anak-anak di taman kanak-kanak menunjukkan ciri-
ciri sosialisasi berikut, menurut Seomariati (dalam Nurjannah (2017: 53):
a. Anak-anak memiliki satu atau dua sahabat, tetapi hubungan ini
cenderung berubah.
b. Kelompok bermain biasanya kecil dan tidak terorganisir, yang
membuatnya mudah untuk transisi di antara mereka.
c. Lebih mudah bagi anak-anak untuk bermain dengan teman yang
lebih tua.
d. Konflik sering muncul, tetapi hanya untuk waktu yang singkat
sebelum mereka menyelesaikan sendiri.
Berdasarkan sifat-sifat ini, anak-anak masih cenderung rewel
tentang teman-teman mereka dan hanya memiliki satu teman untuk
bermain. Selain itu, anak-anak juga sering memperebutkan mainan dan
orang yang mereka klaim sebagai milik mereka.
13

4. Tahapan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini


Tahapan perkembangan psikologis seseorang adalah sebagai
berikut (Desiningrum, 2012: 34–35).
a. Keyakinan vs Kepercayaan (usia 0-1 tahun). Pada titik ini, seseorang
harus belajar untuk menumbuhkan kepercayaan pada orang lain,
seperti kepercayaan anak-anak pada ibu mereka. Jika anak gagal
melewati periode ini, ia akan tumbuh menjadi anak yang rewel dan
mudah ketakutan.
b. Rasa malu dan keragu-raguan vs otonomi (usia 1-3). Pada usia ini,
anak mulai mengembangkan kemandirian (otonomi), termasuk pergi
ke kamar mandi atau makan sendiri. Anak akan berkembang menjadi
orang pemalu yang selalu takut untuk melakukan sesuatu jika dia
tidak berhasil saat ini karena dia terus-menerus dikritik keras selama
proses pembelajaran.
c. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (untuk anak-anak usia 3-6). Anak-anak
sekarang mulai datang dengan ide-ide sederhana (inisiatif) mereka
sendiri. Anak akan terus merasa bersalah dan tidak dapat
menampilkan dirinya jika ia gagal pada tahap ini.
d. Superioritas vs Kerja Keras (6-12 tahun). Anak-anak mulai belajar
bagaimana bekerja keras dan efisien pada usia ini. Di masa depan,
anak muda akan berkembang menjadi orang yang inferior (inferior)
dan tidak mampu menjadi pemimpin jika gagal pada tahap ini.
e. Identitas terhadap Kebingungan Identitas (12–19 tahun). Pada titik
ini, orang tersebut sedang mencari identitasnya. Dia akan merasa
kurang jika gagal pada tahap ini.
f. sebuah. Isolasi versus keintiman (20-25 tahun). Pada titik ini, orang
tersebut mulai mengembangkan kedekatan psikologis dengan orang
lain. Dia akan merasa sendirian dan hampa jika dia gagal pada saat
ini.
g. Stagnasi vs Generativitas (26-64 tahun). Pada titik ini, orang tersebut
ingin menciptakan dan mengajar generasi mendatang. Dia akan
merasa bosan dan tidak tumbuh jika dia gagal melewati periode ini.
14

h. Isolasi versus keintiman (20-25 tahun). Pada titik ini, orang tersebut
mulai mengembangkan kedekatan psikologis dengan orang lain. Dia
akan merasa sendirian dan hampa jika dia gagal pada saat ini.
i. Generativitas vs. Stagnasi (26–64 tahun). Orang itu sekarang ingin
menginspirasi dan mendidik generasi mendatang. Jika dia tidak
melewati fase ini, dia akan menjadi bosan dan tidak akan dewasa.
Cara balita (anak usia dini) berinteraksi dengan teman sebayanya
memberikan wawasan tentang perkembangan sosial mereka. Tindakan
sosial dalam studi anak usia dini mengacu pada proses di mana anak-anak
belajar bergaul dengan teman sekelas mereka. Anak-anak sering mencoba
mengasah kemampuan sosial mereka. Anak-anak pada awalnya sangat
egosentris, menurut Janice J. Beaty (2013: 59), yang tampaknya berasal
dari mekanisme bertahan hidup pada masa bayi. Pada saat mereka di
sekolah, anak-anak mulai melihat diri mereka sebagai orang yang unik,
bahkan jika hanya dalam kaitannya dengan orang dewasa yang merawat
mereka. Mereka sekarang dipaksa untuk mengatasi rekan-rekan mereka.
5. Kegiatan Pembelajaran Sosial Emosional Anak Usia Dini
a. Anak-anak tidak secara otomatis memiliki kecerdasan sosial-
emosional; sebaliknya, itu harus dipupuk dan dibudidayakan oleh
orang tua dan profesional PAUD. Berikut ini adalah beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak meningkatkan
keterampilan sosial dan emosional mereka. Nurjannah (2017: 59)
mendefinisikan learning by example sebagai pembelajaran melalui
contoh-contoh positif yang dapat diterima oleh masyarakat dan
mematuhi norma dan sistem nilai yang relevan. Melalui pemodelan
dan imitasi, pendekatan ini berhasil digunakan dengan anak-anak.
Berikut ini adalah latihan yang baik yang dapat diajarkan kepada
anak-anak kecil untuk membantu mereka mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional mereka, antara lain.
1. Beribadah beteladanan, seperti adab dalam berdoa dan solat.
2. Keterampilan komunikasi yang berhubungan dengan orang lain,
seperti tata krama, meminta, dan menyapa.
15

3. Kemampuan menghadapi masalah di tempat kerja, seperti disiplin,


semangat, dan sabar.
4. Teladan dalam hal bekerja dan belajar, seperti bekerja di sekolah,
bekerja dengan mereka yang sakit, dan beribadah bekerja.
5. Teladan gaya hidup, yaitu tidak boros, sederhana, tertarik
menabung, dan lain-lain.
6. Diskusikan metode pembelajaran seperti penggunaan waktu
belajar, adab learning, dan lain-lain.
7. Teladan dalam proses memodifikasi lingkungan, seperti dengan
membangun sampah di lokasi yang sesuai, menghancurkan rumah
atau sekolah, antara lain.
b. Teknik Mendongeng
Karena dibutuhkan kemampuan khusus untuk mengatur nada dan
cara ketika bercerita untuk menarik minat anak-anak dan membantu
mereka memahami cerita atau dongeng yang diceritakan, mendongeng
adalah karir yang menuntut pelatihan khusus.
Menurut Santoso (2011: 47), untuk mengajak anak memasuki
"dunia baru" dan memberikan kebangkitan kehidupan baru, pendidik harus
menjelaskan nilai-nilai yang terdapat dalam dongeng seefektif mungkin
setelah storytelling selesai. Ini juga akan menambah nilai pada karya seni
yang dibuat oleh anak muda. Guru dapat mempengaruhi pendapat anak
melalui praktik mendongeng ini dengan menyampaikan nilai, pesan, atau
sikap melalui dongeng yang diceritakan.
a. . Bermain Kooperatif
Menurut Nugraha (2004:20) bermain kooperatif adalah
permainan yang dilakukan oleh sekolompok anak, dimana setiap
anak mendapatkan peran dan tugasnya masing-masing yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Kibtiyah (2006) efek dari bermain kooperatif
menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan sering bermain,
secara sosial ia lebih aktif, lebih kreatif, lebih kaya akan kosa kata,
16

lebih lancar dalam berbicara, dan lebih bahagia dalam menjalankan


tugas-tugasnya jika dibandingkan dengan anak yang tidak bermain.
b. Bermain Pura-Pura / Bermain Drama
Menurut Mulyani (2014:143)Kegiatan bermain peran ini
dapat dilakukan sejak anak usia 3 tahun. Kegiatan bermain ini
melibatkan unsur imajinasi dan daya imitasi pada perilaku orang
dewasa
Contohnya bermain sekolah-sekolahan, pasar-pasaran dan
dokter-dokteran. Dalam permainan ini anak menggunakan
imajinasinya untuk menghasilkan gagasannya sendiri, seperti
sebatang ranting yang dianggap sebagai sebuah pedang. Imajinasi
anak juga menggambarkan keinginan, perasaan dan pandangan
anak terhadap lingkungan sekitarnya
c. Outbound
Menurut Isbayani, dkk (2015:20) Outbound merupakan
suatu kegiatan bermain yang dilakukan di alam terbuka dengan
berdasarkan prinsip experiential learning (belajar melalui
pengalaman langsung) yang bersifat kreatif, edukatif, serta
rekreatif, dan petualangan dijadikan sebagai media penyampaian
materi dengan anak dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang
dilakukan. Melalui kegiatan ini anak belajar mengenali
kemampuan dan kelemahan dirinya sendiri, serta tertantang untuk
mengembangkan kemampuan yang dimilkinya Jenis permainan
outbound yang dapat dipilih diantaranya adalah permainan halang
rintang, estafet tongkat, dan moving water.
b. Indikator Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun
Perkembangan sosial emosional adalah perilaku atau tindakan
sosial yang merujuk pada cara bergaul (bersosialisasi atau berinteraksi)
dengan orang lain untuk dapat menyesuaikan diri terhadap norma, nilai,
dan tradisi bahkan dapat membentuk perilaku sosial seperti menolong,
kerjasama, empati, dan lain sebagainya. Indikator ini menjelaskan
mengenai bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri
17

sendiri. Perkembangan social emosional anak 5-6 tahun dapat terdeteksi


melalui indikator berikut.

Tabel 2.1
Indikator Sosial emosional dalam bertanggung jawab

Variabel Penelitian Aspek Indikator


Sosial Emosional Bertanggung jawab Mengetahui hak-nya
terhadap diri sendiri Mentaati peraturan
Bertanggung jawab
atas perilaku untuk
kebaikan bersama
Sumber: Permendikbud (2014:22)

B. Perkembangan Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Kognitif selalu dihubungkan dengan kecerdasan atau berpikir.
Kognitif adalah pengertian yang luas tentang berpikir dan mengamati,
oleh karena itu bisa diartikan tingkah laku-seseorang yang bisa
mendapatkan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan
perkembangan dari cara anak berpikir anak oleh karena itu selalu menjadi
tolak ukur pertumbuhan kecerdasan seseorang.
Menurut Wiliams (dalam Hijriati (2016:35) kognitif adalah
bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak, yaitu
cepat lambatnya individu di dalam memecahkan suatu masalah yang
dihadapinya. Ada juga yang berpendapat bahwa menurut Krause,
Bochner dan Duchnese (2007:165) perkembangan kognitif adalah
kemampuan seseorang dalam berpikir, mempertimbangkan, memahami
dan mengingat tentang segala hal disekitar kita yang melibatkan proses
mental seperti menyerap, mengorganisasi dan mencerna segala informasi.
Proses sesorang individu dalam berfikir sangat dipengaruhi dari proses
memahami kejadian-kejadian disekitar lingkungan.
18

Budiningsih (2005: 34) menyatakan bahwa belajar merupakan


proses internal mencangkup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
belajar adalah suatu perubahan pemahaman seseorang yang tidak selalu
terlihat sebagai perubahan tingkah laku. Teori Piaget (dalam B.R.
Hergenhahn & Matthew H. Olson, (2010: 325)) menyebutkan genetic
epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada
pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kognitif adalah proses kemampuan sesorang untuk mencerna dan
menelaah pemahaman terhadap kejadian-kejadian disekitar lingkungan
kita yang sudah dialami..

2. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Usia Dini


Ada beberapa tahapan perkembangan kognitif anak usia dini. Hal
itu diungkapkan oleh Piaget (2002:57). Tahap-tahap perkembangan
kognitif dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap sensorimotor, tahap pra-
operasional, tahap operasional konkret, tahap operasional formal. Berikut
adalah penjelasanya.
a. Tahap sensorimotor yaitu dimulai dari lahir sampai usia 2 tahun.
Tahap sensorimotor adalah tahap pertama dalam perkembangan
piaget. Pada tahap ini anak membangun pemahaman tentang
dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti
melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motoric oleh
karena itu disebut sensorimotor.
b. Tahap praoperasional berlangsung dari usia 2 sampai 7 tahun. Tahap
ini merupakan tahapan perkembangan ke 2 menurut Piaget. Pada
tahap ini anak menjelaskan tentang dunianya dengan kata-kata,
lukisan, dan gambar. Menurut Muhd. Surya, (2003:57) ada beberapa
cara berpikir anak pada tahap ini bersifat tidak sistematis, tidak
konsisten, dan tidak logis, yaitu:
19

1. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan


induktif atau deduktif tetapi tidak logis
2. Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal
hubungan sebabakibat secara tidak logis
3. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup
seperti dirinya
4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di
lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia
5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan
apa yang dilihat atau di dengar
6. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu
untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya
7. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada
sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang
lainnya Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya
menurut kehendak dirinya.
c. Tahap operasional konkrit pada tahap ini, anak sudah cukup matang
untuk menggunakan pemikirannya tentang logika atau operasi, tetapi
hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Tahap ini, anak telah
hilang kecenderungan terhadap animism dan articialisme.
Egosentrisnya mulai berkurang dan kemampuan dalam
menyelesaikan tugas-tugas konservasi lebih baik. Tetapi tanpa objek
fisik pembelajaran yang dipelajari anak-anak pada tahap operasional
kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan logika.
d. Tahap operasional formal Pada umur 12 tahun keatas mulai muncul
periode operasi baru. Yaitu pada periode ini anak mulai bisa
menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membangun dan
membentuk operasi yang lebih kompleks. (Hal ini juga diungkapkan
oleh Matt Jarvis (2011:111) kemajuan pada anak ketika periode ini
yaitu anak sudah tidak perlu berpikir mengenai pertolongan benda,
media pembelajaran atau kejadian konkrit (nyata), anak sudah
20

mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah


bisa memahami suatu argumen dan tidak bingung oleh sisi argumen
oleh karena itu disebut operasional formal.

3. Karakteristik Kognitif Anak Usia Dini


Dalam mengembangkan perkembangan kognitif anak sangat perlu
pemahaman tentang karakteristik perkembangan kognitif itu sendiri.
Usaha untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan
dapat dilakukan jika guru atau orang tuua memahami karakteristik dari
perkembangan kognitif anak itu sendiri. Menurut Rahma (dalam Srianis
(2014:30)) fase perkembangan kognitif banyak hal yang dapat
dikembangkan contohnya lambang bilangan, konsep bilangan,
memecahkan masalah sederhana, warna,mengenal bentuk, ukuran pola dan
sebagainya.
Berikut merupakan karakteristik khusus anak usia dini.
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi
sekolah.
2. Suka memuji diri sendiri
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas
atau pekerjaan itu dianggap tidak penting
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu
menguntungkan dirinya
5. Suka meremehkan orang lain
6. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
7. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
8. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
9. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah
Berdasarkan karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa
pentingnya memahami karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini,
karena dapat digunakan sebagai alat tolak ukur untuk mengetahui atau
21

menilai bagaimana cara yang tepat dalam mengembangkan kemampuanya


sesuai dengan karakteristik anak.

4. Kegiatan Kognitif Anak Usia Dini


Kegiatan kognitif anak menurupakan kegiatan untuk mengembangkan
kemampuan anak dalam hal kognitif. Menurut Spodek, dkk (Ramli, 2005:
190), menyatakan bahwa kemampuan kognitif anak 5-6 tahun adalah
sebagai berikut:
1. Mampu mengindentifikasi dan menunjukkan gambar yang
dideskripsikan.
2. Memadankan dan memberi nama empat warna dasar
3. Membaca gambar
4. Menghitung dan menyentuh empat benda atau lebih
5. Memberikan alamat rumah dan usia
6. Dapat menceritakan sesuatu benda terbuat dari apa
7. Meminta penjelasan
8. Tertarik ada kematian,
9. Menyusun kata-kata dan sajak,
10. Belajar membedakan antara fakta dan fantasi
11. Suka menyelesaikan aktivitas
12. Dapat membandingkan tiga gambar
13. Dapat menceritakan persamaan dan perbedaan tiga dari enam
gambar
14. Mengemukakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga arahan.

5. Indikator Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun


Perkembangan kognitif merupakan proses kemampuan sesorang
untuk mencerna dan menelaah pemahaman terhadap kejadian-kejadian
disekitar lingkungan kita yang sudah dialami. Indikator ini menjelaskan
mengenai berfikir simbolik. Berfikir simbolik terjadi ketika anak-anak
mulai menggunakan simbol-simbol ketika mempresentasikan sesuatu yang
tidak ada dihadapannya. Menurut Santrock (2008:252) kemampuan
22

berfikir simbolik anak terjadi pada rentang usia 2-7 tahun masa ini yang
disebut dengan tahapan pra operasional
Perkembangan kognitif anak 5-6 tahun dapat dinilai melalui
indicator berikut.
Tabel 2.
Indikator Kognitf dalam Berfikir Simbolik
Variabel Aspek Indikator
Penelitian
Kognitif Berfikir Simbolik 1. Menyebutkan lambang
bilangan 1-10
2. Menggunakan lambang
bilangan untuk
menghitung
3. Mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan
Sumber : Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (2014:25)

C. Belajar Daring
1. Pengertian Belajar Daring
Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar
terhadap perubahan dalam setiap bidang. Salah satunya ialah perubahan
pada bidang pendidikan. Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
proses belajar mengajar, yang dapat dikatakan merupakan pergantian dari
cara konvensional menjadi ke modern. Gheytasi, Azizifar & Gowhary
(2015:21) menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa
dengan adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap
pembelajaran. Internet telah dipadukan menjadi sebuah alat yang
digunakan untuk melengkapi aktivitas pembelajaran
Pembelajaran daring menurut Sofyana dan Abdul
(2019:82).merupakan system pembelajaran yang dilakukan dengan tidak
bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat
membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh.
23

Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan


pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka
untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas
Status kedaruratan kesehatan dan penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) telah ditetapkan pemerintah. Dengan keluarnya
aturan tersebut, diminta kepada seluruh kepala daerah tidak membuat
kebijakan sendiri yang tidak terkoordinir. Pembatasan sosial ini
merupakan salah satu upaya untuk menghadapi wabah covid 19 dalam
memutus mata rantai penyebarannya. Pembatasan social berskala besar
tersebut tertuang dalam Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal
59 Ayat 2 pada tahun 2020 yang menyebutkan tujuan dari peraturan ini
adalah untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit, kedaruratan
kesehatan masyarakat yang sedang terjadi antar orang di suatu wilayah
tertentu. Selanjutnya Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59
Ayat 3 tahun 2020 menjelaskan bahwa “pembatasan sosial berskala besar
ini paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di tempat
atau fasilitas umum.” Hal tersebut mengakibatkan untuk sementara waktu
pembelajaran tidak dapat dilakukan di rumah.
Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan di rumah masing-
masing (study from home). Salah satu hal yang harus dilakukan adalah
pembelajaran daring supaya kegiatan belajar tetap berjalan. Penggunaan
virtual learning dalam proses pembelajaran jarak jauh diyakini
memberikan lebih kemudahan belajar, dapat berkomunikasi secara
langsung sehingga materi mudah untuk diterima berdasarkan pengertian
Munawaroh (dalam Lestari:2020:55)).
Namun untuk melakukan pembelajaran daring diperlukan sarana
dan prasarana yang memadai, misalnya jaringan internet, smartphone,
laptop maupun komputer. Hal penting yang berpengaruh adalah
pengertian orang tua, dukungan, serta bantuan.
Ada beberapa aplikasi juga dapat membantu kegiatan belajar
mengajar, misalnya whatsapp, zoom, web blog, edmodo dan lain-lain.
24

Pemerintah juga mengambil peran dalam menangani ketimpangan


kegiatan belajar selama pandemi covid 19 ini. Melansir laman resmi
Kemendikbud RI, ada 12 platform atau aplikasi yang bisa diakses pelajar
untuk belajar di rumah yaitu (1) Rumah belajar; (2) Meja kita; (3) Icando;
(4) Indonesiax; (5) Google for education; (6) Kelas pintar; (7) Microsoft
office 365; (8) Quipper school (9) Ruang guru; (10) Sekolahmu; (11)
Zenius; (12) Cisco webex.

2. Tantangan Belajar Daring


Tantangan dari adanya pembelajaran daring salah satunya adalah
keahlian dalam penggunaan teknologi dari pihak pendidik maupun
peserta didik. Dabbagh (dalam Hasanah, dkk., 2020:3). menyebutkan
bahwa ciri-ciri peserta didik dalam aktivitas belajar daring atau secara
online yaitu :
a. Semangat belajar: semangat pelajar pada saat proses pembelajaran
kuat atau tinggi guna pembelajaran mandiri. Ketika pembelajaran
daring kriteria ketuntasan pemahaman materi dalam pembelaran
ditentukan oleh pelajar itu sendiri. Pengetahuan akan ditemukan
sendiri serta mahasiswa harus mandiri. Sehingga kemandirian belajar
tiap mahasiswa menjadikan pebedaan keberhasilan belajar yang
berbeda-beda.
b. Literacy terhadap teknologi : selain kemandirian terhadap kegiatan
belajar, tingkat pemahaman pelajar terhadap pemakaian teknologi.
Ketika pembelajaran online/daring merupakan salah satu keberhasilan
dari dilakukannya pembelajaran daring. Sebelum pembelajaran
daring/online siswa harus melakukan penguasaan terhadap
teknolologi yang akan digunakan. Alat yang biasa digunakan sebagai
sarana pembelajaran online/ daring ialah komputer, smartphone,
maupun laptop. Perkembangan teknologi di era 4.0 ini menciptakan
bayak aplikasi atau fitur–fitur yang digunakan sebagai sarana
pembelajaran daring/online.
25

c. Kemampuan berkomunikasi interpersonal : Dalam ciri-ciri ini pelajar


harus menguasai kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
interpersonal sebagai salah satu syarat untuk keberhasilan dalam
pembelajaran daring. Kemampuan interpersonal dibutuhkan guna
menjalin hubungan serta interaksi antar pelajar lainnya. Sebagai
makhluk sosial tetap membutuhkan interaksi dengan orang lain
meskipun pembelajaran online dilaksanakan secara mandiri. Maka
dari itu kemampuan interpersonal dan kemampuan dalam komunikasi
harus tetap dilatih dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Berkolaborasi : memahami dan memakai pembelajaran interaksi dan
kolaborasi. Pelajar harus mampu berinteraksi antar pelajar lainnya
ataupun dengan dosen pada sebuah forum yang telah disediakan,
karena dalam pembelajaran daring yang melaksanakan adalah pelajar
itu sendiri. Interaksi tersebut diperlukan terutama ketika pelajar
mengalami kesulitan dalam memahami materi. Selain hal tersebut,
interaksi juga perlu dijaga guna untuk melatih jiwa sosial mereka.
Supaya jiwa individualisme dan anti sosial tidak terbentuk didalam
diri pelajar. Dengan adanya pembelajaran daring juga pelajar mampu
memahami pembelajaran dengan kolaborasi. Pelajar juga akan dilatih
supaya mampu berkolaborasi baik dengan lingkungan sekitar atau
dengan bermacam sistem yang mendukung pembelajaran daring.
e. Keterampilan untuk belajar mandiri: salah satu karakteristik
pembelajaran daring adalah kemampuan dalam belajar mandiri.
Belajar yang dilakukan secara mandiri sangat diperlukan dalam
pembelajaran daring. Karena ketika proses pembelajaran, Pelajar akan
mencari, menemukan sampai dengan menyimpulkan sendiri yang
telah ia pelajari. “Pembelajaran mandiri merupakan proses dimana
siswa dilibatkan secara langsung dalam mengidentifikasi apa yang
perlu untuk dipelajari menjadi pemegang kendali dalam proses
pembelajaran” (Kirkman dalam Hasanah,2020). Ketika belajar secara
mandiri, dibutuhkan motivasi sebagai penunjang keberhasilan proses
pembelajaran secara daring.
26

3. Kebijakan Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan Pandemi


Pasca pandemi covid 19 masuk ke Indonesia dengan jumlah yang
terdampak positif penderita covid 19 semakin bertambah, maka kemudian
pertengahan Maret 2020 untuk menekan angka penderita covid 19,
pemerintah provinsi dan pemerintah daerah menghasilkan kebijakan
dalam dunia pendidikan yaitu meniadakan sementara pembelajaran tatap
muka diganti dengan pembelajaran online (Fey dalam CNNIndonesia,
2020).
Kebijakan dari pemerintah yang mengatur hal tersebut ialah Surat
Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Direktorat Pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 2020 mengenai pencegahan
penyebaran covid 19 di dunia Pendidikan. Dalam surat edaran tersebut
Kemendikbud menginstruksikan untuk menyelenggarakan pembelajaran
jarak jauh dan menyarankan para peserta didik untuk belajar dari rumah
masing-masing. Penyediaan materi kuliah yang dilakukan secara online
serta materi tersebut dapat diakses oleh siapapun yang membutuhkan
dapat menjadi salah satu pelayanan pendidikan lain yang dapat diakses
melalui sarana internet.
4. Indikator Kesuksesan Pembelajaran Daring Anak Usia Dini
Menurut Gheytasi, M., Azizifar, A., & Gowhary, H. (2015:35)
Dalam pembelajaran jarak jauh, guru mengirimkan link kepada orang tua
untuk dapat mengakses video konferens. Setelah anak masuk ke dalam
wadah video konferens, guru menyapa satu persatu anak yang ada di
video call. Teknik guru dalam memanggil anak dengan bernyanyi. Dalam
media video konferens, guru dapat melakukan metode bercerita. Guru
menyiapkan buku cerita dengan potonganpotongan cerita yang dapat
ditampilkan di layar video konferens. Untuk bercerita, durasi yang efektif
adalah 20 menit untuk melakukan metode ini. Metode ini dapat
mempermudah anak dalam memahami apa yang diajarkan oleh guru dan
dengan metode ini guru dan orang tua dapat mengukur dan melihat
kesuksesan pembelajaran jarak jauh untuk anak. Dengan menggunakan
metode ini juga pada saat pembelajaran jauh dapat melihat aspek sosial
27

emosional anak bagaimana kesadaran diri nya terhadap belajar mandiri


selama pembelajaran jarak jauh, tanggung jawab untuk diri sendiri dan
orang lain, mentaati orang tua (kegiatan, aturan) dan bertanggung jawab
atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Adapun
indikator pembelajaran jarak jauh yaitu:
a. Guru memberikan alokasi waktu yang proporsional (cukup) dalam
pembelajaran daring.
b. Guru memiliki keterampilan teknologis untuk memperlancar
kegiatan pembelajaran daring.
c. Guru menyiapkan fasilitas dan media belajar yang dibutuhkan dalam
pembelajaran daring.
d. Guru merespons dan memberikan umpan balik setiap pendapat dan
pertanyaan yang disampaikan siswa.
e. Guru memberikan materi pelajaran dari berbagai sumber referensi
lain seperti gambar dan video.
f. Guru mendorong siswa untuk tetap berinteraksi dengan guru dan
teman-temannya.
g. Guru mendorong siswa agar tetap aktif dalam proses pembelajaran.
D. Keterkaitan Belajar Daring terhadap Perkembangan Sosial Emosional
dan Perkembangan Kognitif
1. Keterkaitan Belajar Daring terhadap Perkembangan Sosial Emosional
Belajar daring merupakan cara pembelajaran yang baru bagi anak-
anak di Indonesia. Mengingat ini tahun di mana masa pandemi Covid-19
dimulai. belajar daring yang dimana anak tidak diperbolehkan masuk di
kelas melainkan melalui jarak jauh yaitu dengan media teknologi. Semua
manusia di dunia bahkan di negara kita sendiri di Indonesia mengalami
dampak pandemi. Anak, orang tua dan guru dituntut untuk siap terhadap
perubahan belajar daring. Pemerintah menetapkan social distancing
besar-besaran termasuk pendidikan.
Setelah beberapa saat pembelajaran daring dimulai. Mulai terlihat
fenomena-fenomena dalam berjalannya daring salah satunya anak tidak
semangat sekolah daring, banyak anak terlambat masuk aplikasi onlibe,
28

banyak anak yang rewel dan nangis padahal dulu sebelum online mereka
termasuk anak yang aktif dan lain lain.

2. Keterkaitan Belajar Daring terhadap Perkembangan Kognitif


Belajar daring merupakan cara pembelajaran yang dilakukan pada
jarak jauh yang artinya anak harus sekolah dirumah masih masing. Media
dalam belajar daring yaitu aplikasi online seperti zoom atau google meet.
Semua kalangan mendapatkan dampak dari pandemi ini termasuk bidang
pendidikan. Oleh karena itu guru, orang tua dan anak harus saling
berkontribusi untuk menstabilkan pembelajaran sekolah meskipun tidak
bertatap muka dan masuk didalam kelas. Memang tidak mudah
melakukan sesuatu yang kita tidak terbiasa melakukannya termasuk
belajar daring. Seperti contohnya dari belajar daring ini yang waktu dulu
anak mengetahui konsep bilangan lambat laun mulai lupa dan susah
untuk fokus belajar. Tetapi jika pemberian pengajaran dari guru baik dan
maksimal tidak mustahil juga pembelajaran daring akan terasa
menyenangkan dan anak tidak terganggu meskipun mengalami
perubahan.

E. Penelitian Relevan
Pada bagian ini diterangkanmengenai penelitian-penelitian yang
relevan mengenai hubungan belajar daring dengan perkembangan kognitif
anak sebagai berikut.
29
30

Tabel 2.
Hasil Penelitian Relevan

No. Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan


dan Peneliti Penelitian
1. Hubungan Terdapat 1. Subyek 1. Fokus
Perkembangan hubungan penelitian yang
Sosial Emosional antara anak usia diteliti
Dengan Akhlak perkembanga dini penelitia
Anak Usia Dini n social n ini
Pada Masa emosional adalah
Pandemi Covid-19 dengan sosial
(Hayyatun, akhlak anak emosiona
dkk:2021) usia dini l dengan
dimasa akhlak
pandemi pada
karena masa
selama masa pandemi.
pandemi anak Sedangk
usia dini an yang
lebih banyak nanti
menghabiska diteliti
n waktunya adalah
dirumah belajar
dengan daring
keluarga, terhadap
waktu yang sosial
seharusnya emosiona
buat bermain l dan
dengan teman kognitif.
ataupun 2. Design
berinteraksi penelitia
dengan n ini
31

lingkungan kualitatif
menjadi deskriptif
berkurang. .

2. Hubungan Terdapat 1. Subyek 1. Subyek


Pembelajaran hubungan penelitian penelitia
Jarak Jauh antara anak usia n yang
Terhadap pembelajaran dini diteliti
Perkembangan jarak jauh 2. Menggunaka orang
Sosial Emosional terhadap n metode tua anak
Anak Usia Dini perkembanga penelitian yang
Pada Masa n social kuantitatif berusia
Pandemi Di emosional, dengan 5-6
PAUD Al-Isra’ variable X design tahun di
(Wulandari:2022) dengan hasil korelasi kelomp
0,976 yang ok B
artinya rhitung Paud
sebesar 0,976 Al-Isra’
> rtabel pada df 2. Foks
= 12 sebesar yang
0,532 yang diteliti
dapat penelitia
disimpulkan n ini
antara adalah
variable X pembela
dan variable jaran
Y jarak
mempunyai jauh
hubungan terhadap
yang social
signifikan emosion
al anak
32

saat
pandemi
c.
Sedangk
an nanti
yang
diteliti
adalah
belajar
daring
terhadap
sosial
emosion
al dan
kognitif
3. Perkembangan Tidak 1. Fokus 1. Design
Sosial Emosional pengaruh penelitian penelitia
Anak Usia 5-6 yang social n ini
Tahun Selama signifikan emosional menggua
Pembelajaran terhadap dengan nakan
Jarak Jauh di perkembanga pembelajara metode
Raudhatul Athfal n social n jarak jauh kuantitati
(Pujianti,dkk:2021 emosional 2. Subyek usia f survey
) anak ketika ang diteliti across
Pembelajaran 5-6 tahun sectional.
jarak jauh. Sedanga
Hasil dari n yang
angket nanti
diperoleh diipakai
jawaban yang dalam
baik pada penelitia
pernyataan n metode
33

kewajiban kuantitati
yang harus f korelasi
dilakukan 2. Focus
anak adalah yang
belajar dan diteliti
hak yang dalam
harus didapat penelitia
yaitu waktu n ini
istirahat sosisal
(bermain) emosiona
l selama
pembelaj
aran
jarak
jauh.
Sedangk
an nanti
yang
diteliti
belajar
daring
dengan
social
emosiona
l dan
kognitif
4 Dampak Pandemi Dampak dari 1. Fokus 1. Design
.
Covid-19 pandemic penelitian penelitia
Terhadap Covid-19 belajar n ini
Perkembangan sangat daring kualitatif
Kognitif Anak berpengaruh terhadap deskripti
Usia Dini di Paud terhadap kognitif f.
34

Zakiah Akbar proses 2. Subyek Sedanga


Kota Bengkulu pembelajaran penelitian n yang
(Kurniawati: anak. Karena anak usia nanti
2021) mayoritas dini akan
orang tua diteliti
anak-anak adalah
tidak cakap kuantitat
terhadap if
teknologi. korelasi
Dari sebab
orang tua
tidak cakap
teknologi
berpengaruh
terhadap
minat anak
untuk belajar
yang
berfokus
pada bilangan
5. Relationship Terdapat 1. Menggunak 1. Subyek
Between the hubungan an metode detail
Information yang kuantitatif penelitia
Technology Used signifikan korelasi n ini
and the Cognitive antara 2. Subyek umur 6-
Development of pemanfaatan penelitian 12
School-Age teknologi anak usia tahun.
Children informasi sekolah Sedangk
(Dedi, dkk : 2021) dengan an yang
perkembanga nanti
n kognitif akan
anak usia diteliti
35

sekolah kelas hanya 5-


V atau usia 6 tahun.
(6-12 tahun). 2. Fokus
Kategori yang
sangat tinggi diteliti
(64,0%), dalam
Kategori penelitia
tinggi n ini
(36,0%). hubunga
Kategori n
sangat baik teknlogi
sebanyak dengan
(22,0%), kognitif
Kategori baik anak
(56,0%), usia 6-
Kategori 12
sedang orang tahun.
(20,0%) dan Sedangk
kategori an yang
kurang nanti
sebanyak akan
(2,0%). diteliti
hubunga
n belajar
daring
dengan
social
emosion
al dan
kognitif
6. The Impact of the Dampak 1. Subyek 1. Fokus
Covid-19 pandemi penelitian yang
36

Pandemic on COVID-19 anak usia diteliti


Language and dengan dini penelitia
Social kebijakan 2. Focus n ini
Development for School From penelitian adalah
Early Childhood Home (SFH) pandemic dampak
Children age 4-6 menunjukkan terhadap SFH
years in Karawang bahwa SFH perkembang dengan
District. memengaruhi an social sosial
(Darmiyanti, keterampilan emosional emosiona
dkk:2021) reseptif anak anak usia l.
usia dini, dini Sedangka
aspek dan n yang
social nanti
emosional diteliti
anak usia adalah
dini. Karena belajar
berubahnya daring
metode terhadap
belajar. sosial
emosiona
l dan
kognitif.
2. Design
penelitia
n ini
kualitatif
deskripti
f.
Sedangk
an nanti
yang
akan
37

diteliti
adalah
kuantitat
if
korelasi
7. Pembelajaran Hasil yang 1. Fokus 1. Design
Jarak Jauh pada ditemukan penelitian penelitia
PAUD : Studi adalah pembelajara n ini
Literatur berbagai pembelajaran n jarak jauh kajian
Metode pada jarak pada masa literatut.
Pembedaan pada jauh bisa pandemi Sedangk
Masa Pandemi di dilakukan 2. Subyek an
berbagai Tempat dengan penelitian penelitia
(Satrianingrum:20 menggunaka anak usia n akan
21) n media dini. menggu
video, nakan
gambar, kualitati
audio, f
konferensi, korelasi
teks biasa,
pemberian
tugas,
memberikan
umpan balik,
kegiatan
kolaboratif,
tayangan
melalui
TVRI,
platform
online,
bernyanyi,
38

learning bu
project, dan
media sosial
8. Children’s Online Pembelajaran 1. Subyek 1. Design
Cognitive kognitif pada penelitian penelitia
Learning Through masa anak usia n ini
Integrated pandemic dini kualitatif
Technology and mengalami 2. Fokus studi
Hybrid Learning. banyak penelitian kasus.
(Hayati, dkk:2022) kendala pembelajara Sedangan
khususnya n kognitif penelitia
untuk pada masa n yang
mempersiapk pandemi akan
an tingkat diteliti
sekolah hubunga
dasar. Oleh n belajar
karena itu daring
pentingnya dengan
kolaborasi kognitif
antara orang dan
tua dan guru social
untuk emosiona
pembelajaran l.
efektif pada
pembelajaran
jarak jauk.

F. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Berikut kerangka berfikir dalam penelitian ini, antara
lain :
39

Bagan 2.1
Kerangka Berpikir

Studi Pendahuluan

Permasalahan

Belajar Daring Sosial Emosional Kognitif

(X) (Y1) (Y1)

Teori Penelitian Relevan

Hipotesis

G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan penelitian,
terbukti melalui data dan dinyatakan dalam bentuk kalimat. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ha : Ada hubungan belajar daring terhadap perkembangan social


emosional anak

Hb : Ada hubungan belajar daring terhadap perkembangan kognitif


anak
40

H0 : Tidak ada hubungan belajar daring terhadap perkembangan social


emosional anak

H0 : Tidak ada hubungan belajar daring terhadap perkembangan


kognitif anak

BAB III
41

penelitian dalam penelitian ini (Sugiyono, 2015:105), adalah sebagai


berikut:

Y1
X
Y2

Gambar 3.1
Desain Penelitian

Keterangan:
42

X : Belajar daring
Y1 : Sosial Emosional
Y2 : Kognitif

2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah 60 anak kelompok B di Lasiyam
Surabaya dari kelompok B1 berjumlah 20 anak, B2 berjumlah 20 anak
dan B3 berjumlah 20 anak. Teknik sampling yang digunakan yaitu
probability sampling (sampling probabilitas) yang artinya pemilihan
sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam artian tidak didasarkan
keinginan si peneliti. Jenis probality sampling yang digunakan yaitu
sampling acak sederhana dipilih dengan cara undian dan rumus yang
digunakan untuk mengambil sampel yaitu rumus slovin.

C. Variabel Penelitian
43

D. Definisi Operasional Variabel

2. Sosial emosional adalah perkembangan sosial emosional adalah perilaku


atau tindakan sosial yang merujuk pada cara bergaul (bersosialisasi atau
berinteraksi) dengan orang lain untuk dapat menyesuaikan diri terhadap
norma, nilai, dan tradisi bahkan dapat membentuk perilaku sosial seperti
menolong, kerjasama, empati, dan lain sebagainya.
3. Kognitif adalah proses kemampuan sesorang untuk mencerna dan
menelaah pemahaman terhadap kejadian-kejadian disekitar lingkungan
kita yang sudah dialami.

E. Teknik Pengumpulan Data


44

2. Kuisioner
Kuisioner pada penelitian ini menggunakan skala yang digunakan dalam
kuisioner ini yaitu skala likert yang berbentuk pilihan ganda. Kuisioner
yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu ditujukan kepada orang
tua anak untuk menilai keefektifan belajar daring dan kuisioner yang
ditujukan guru untuk menelian sosial emosional anak. Kuisioner daring
disusun berdasarkan Gheytasi, M., Azizifar, A., & Gowhary, H. 2015
tentang keefektifan belajar melalui online. Sedangkan kuisioner sosial
emosional disusun berdasarkan indicator dari Permendikbud dan STPPA
tahun 2014

F. Instrumen Penelitian
45

1. Kisi – kisi instrument penelitian lembar kerja anak kemampuan kognitif

Tabel 3.

Kisi-Kisi Instrumen Lembar Kerja Anak


Kemampuan Kognitif

Variabel Aspek Indikator


Penelitian
Kognitif Berfikir Simbolik 1. Menyebutkan lambang
bilangan 1-10
2. Menggunakan lambang
bilangan untuk
menghitung
3. Mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan
Sumber : Permendikbud dan STPPA 2014
2. Kisi-kisi Instrumen penelitian kognitif
6 46

Tabel 3.

Kisi-Kisi Instrumemen Lembar Kerja Anak

43 2
4 3 5
7 8
10 9 8

10 8 9
47

3. Kisi – kisi instrument penelitian lembar kuisioner kemampuan sosial


emosional

Tabel 3.

Kisi-Kisi Instrumen kuisioner


Kemampuan sosial emosional

Variabel Aspek Indikator Item Pertanyaan No


Penelitian Soal

Perkembangan Rasa a. Mengetahui a. Pada saat 1


sosial tanggung hak-nya pembelajaran
emosional anak jawab untuk dimulai apakah
diri sendiri anak disiplin
masuk kelas
daring
b. Mentaati b. Pada saat 2
peraturan pembelajaran
daring apakah
anak focus pada
kegiatan yang
sedang
disampaikan
oleh guru
c. Bertanggung d. Pada saat 3
jawab atas pembelajaran
perilakunya daring apakah
untuk anak
kebaikan diri mengerjakan
sendiri dan tugas kegiatan
orang lain yang
disampaikan
oleh guru
48

4. Kisi-kisi Instrumen penelitian kognitif

Tabel 3.

1. Pada saat pembelajaran dimulai apakah anak disiplin masuk kelas daring ?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu

2. Pada saat pembelajaran daring apakah anak fokus pada kegiatan yang sedang
disampaikan oleh guru?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu

3. Pada saat pembelajaran daring apakah anak mengerjakan tugas kegiatan yang
disampaikan oleh guru ?
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
d. Selalu
49

5. Kisi – kisi instrument penelitian lembar kuisioner efektivitas belajar


daring

Tabel 3.

Kisi-Kisi Instrumen kuisioner


efektivitas belajar daring

Variabel Aspek Indikator Item Pertanyaan No


Penelitian soal
Belajar Alokasi a. Guru b. Pukul berapa 1
Daring waktu memberikan anda menerima
alokasi waktu pengiriman link
yang proposional pembelajaran
daring dari guru
Teknologi b. Orang tua a. Apakah anda 2
memiliki merasa kesulitan
keterampilan untuk
teknologi untuk menggunakan
memperlancar media internet
kegiatan belajar
daring
Fasilitas dan c. Guru menyiapkan a. Media apa saja 3
media fasilitas dan yang diberikan
media belajar guru ketika
yang dibutuhkan melakukan
dalam belajar pembelajaran
daring daring
Komunikasi d. Guru merespon a. Apakah ananda 4
dan memberikan aktif
umpan balik memperhatikan
setiap pendapat pembelajaran
dan pertanyaan daring dari guru
yang disampaikan
50

siswa
Materi e. Guru a. Contoh media 5
Pembelajaran memberikan apa saja yang
materi diberikan guru
pembelajaran dari saat
berbagai sumber pembelajaran
referansi seperti daring
gambar dan video
Keaktifan f. Guru mendorong a. Seberapa sering 6
agak anak tetap ananda ikut aktif
aktif dalam menirukan ice
proses breaking yang
pembelajaran diberikan guru di
pembelajaran
daring

6. Kisi-kisi Instrumen efektifitas belajar daring


51

Tabel 3.

1. Pukul berapa anda menerima pengiriman link pembelajaran daring dari guru?

a. 1 jam sebelum pembelajaran dimulai

b. Pagi hari pukul 05.00 WIB

c. Malam hari pukul 21.00 WIB

d. 1 hari sebelum pembelajaran dimulai, malam hari pukul 19.00 WIB

2. Apakah anda merasa kesulitan untuk menggunakan media internet ?

a. Iya

b. Sedang

c. Cukup

d. Tidak

3. Media apa saja yang diberikan guru ketika melakukan pembelajaran daring?

a. Tidak ada media daring

b. Lembar kerja anak


52

c. Lembar kerja anak, video, Whatsapp grup,

d. Lembar kerja anak, Whatsapp grup, Google Meet

4. Apakah ananda aktif memperhatikan pembelajaran daring dari guru?

a. Tidak

b. Jarang

c. Sering

d. Selalu

5. Contoh media apa saja yang diberikan guru saat pembelajaran daring?

a. Tidak ada media daring

b. Lembar kerja anak

c. Lembar kerja anak, foto, video materi, video game pembelajaran,


Whatsapp grup,

d. Lembar kerja anak, foto, video materi, video game pembelajaran,


Whatsapp grup, Google Meet

6. Seberapa sering ananda ikut aktif menirukan ice breaking yang diberikan guru
di pembelajaran daring?

a. Tidak pernah

b. 1 kali

c. 2 kali

d. 3 kali
53

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Realibilitas Instrumen


Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
reliabilitas internal (internal consistency), yaitu diperoleh dengan cara
menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Reliabilitas instrumen
dianalisis menggunakan rumus Alpha Cronvach, yaitu untuk mencari
reliabilitas instrument Adapun rumus Alpha Cronbach dipaparkan sebagai
berikut:

Keterangan:
r11 : Realibilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atay banyaknya soal
∑σi2 : Jumlah varians total
σt2 : Varians total
54

Koefisien reabilitas berada dalam rentang angka dari nol sampai


dengan satu. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka satu
berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, semakin rendah koefisien
reliabilitas mendekati angka nol berarti semakin rendah reliabilitas.
Berikut ini adalah koefisien reliabilitas alpha cronbach’s, yaitu:
Tabel 3.5
Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach’s

Kriteria Koefisien Reliabiltas σ

Sangat Reliabel 0,80-1,000

Reliabel 0,60-0,799

Cukup Reliabel 0,40-0,599

Kurang Reliabel 0,20-0,399

Tidak Reliabel 0,00<0,199

7. Teknik Analisis Data


55

Anda mungkin juga menyukai