TB Pada Anak Kelompok 4
TB Pada Anak Kelompok 4
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
TUBERKULOSIS
Disusun Oleh:
KELAS A KEPERAWATAN
Kelompok 4
1. Ketsia Yanti Bonai (218060)
2. Nawiyah Fakoubun (218060)
3. Nur Ayunda (21806023)
4. Reynaldi Akbar (21806029)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Keperawatan Anak
ini dapat kami selesaikan.
Keperawatan Anak ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau
mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi
mengenai hasil diskusi yang telah kami lakukan mengenai Asuhan
Keperawatan TUBERKULOSIS PADA ANAK .
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar
menjadi pedoman di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak
Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan yang
penting di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia termasuk dalam 5
negara dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia. Tuberkulosis pada anak
merupakan komponen penting dalam pengendalian TB oleh karena jumlah
anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi
dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun.
Faktor risiko penularan TB pada anak sama halnya dengan TB pada umumnya,
tegantung dari tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan tubuh. Pasien
TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pada pasien TB dengan BTA negative. Pasien TB dengan BTA negative
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat penularan
pasien TB dengan BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negative dengan
hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasie TB dengan hasil kultur
negative dan foto toraks positif adalah 17%.
C. Tujuan
A. PENGERTIAN
1. Merokok pasif : Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak,
sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah
fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup
dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters
Health, 2007).
2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)
a. Resiko infeksi TBC : Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa
dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena,
kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang
dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang
dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut
mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama
sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan
kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada
anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat
jarang ditemukan pada secret endotracheal, dan jarang terdapat batuk-
batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum.
Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat
dalam konsentrasi yang rendah pada secret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC : Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar
mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas
selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit
TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada
bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC,
sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada
usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki
resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun
terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal
ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah,
penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan
pendidikan yang rendah.
C. PATOFISIOLOGI
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman
ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman
berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas.
Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang
biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung,
seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya
adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer.
Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai dari
proses yang disebut droplet nuklei, yaitu status proses terinfeksinya partikel
yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup
serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan
dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta
makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit
ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara dengan
terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari
seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan
oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa
makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe
imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi oleh
limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi hipersentifitas selular
(lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan
reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag. Alveoli
yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus
dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening
regional dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis
gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-sel epitelloid dan
fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut kolagenosa,
menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer pada paru
dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada
seseorang yang sehat (Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat
malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin
nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi
atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam, anorexia dan penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri
atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke
kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer
predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpelura. Fokus primer dapat
mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih lanjut.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu
yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6
bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi
BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi
BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan
setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun
ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi.
Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga
kemungkinan anak terkena TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai
sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah
adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan,
ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.
E . PENCEGAHAN
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak
anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
F. KOMPLIKASI
Penumpukan eksudat
dalam elveoli
1. Penatalaksananaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 – 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Rifampicin.
Ethambutol
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
d) Fisioterapi dada
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan TB pada anak di awali dengan
pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan
I. Pengkajian
g. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
h. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.
I. Pengkajian
Tanggal masuk : 15 Juni 2020
Ruang : ICU
No. RM : 094405
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru
Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2020
1. Identitas klien
a. Nama : An. KY
b. Tempat tanggal lahir : 07 Juli 2013
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Jln. Pahlawan
g. Status pernikahan : Belum menikah
h. Diagnosa medis : Tuberculosis paru (TBC paru)
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. IN
Tempat tanggal lahir : 6 agustus 1989
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
II. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Saat MRS : Ibu klien mengatakan anaknya batuk terus menerus.
a. BCG :-
b. Campak : 1 kali
c. DPT : 3 kali
d. Polio : 4 kali
e. Hepatitis : 3 kali
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang di derita keluarga : Ibu mengungkapakan bahwa sepupu
klien menderita TBC sudah 2 bulan dan sudah mulai di obati.
Klien lahir dengan berat badan dan lahir 3000 gram, lahir
langsung dan menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu sering periksa ke
dokter maupun bidan praktek. Klien juga di beri ASI selam 1 tahun dan di
berikan susu formula samapai sekarang.
1. Pemberian ASI
Ibu pasien mengatakan pertama kali anaknya di susui saat setelah
lahir, cara pemberian ASI setiap 2 jam sekali. Lama pemberian selama tiga
tahun, ibu pasien mengatakan ASI yang diberikan pada anaknya sangat
baik untuk pertumbuhan yang diserap sebagai sumber makannya.
2. Pemberian susu formula
Ibu pasien mengatakan pasien di beri susu formula pada saat pasien
berumur 4 bulan karena anak laki-laki daya menyerap susu lebih kuat jadi
diberikan tambahan susu formula. Frekuensi pemberian susu formula
+450cc/3 jam, sehari 2 botol/dot dan cara pemberiannya memakai dot.
3. Pola nutrisi sehari-hari
Ibu pasien mengatakan sebelum MRS pasien makan 3x sehari dan
menghabiskan satu porsi menu nasi dan lauk. Dan selama MRS pasien
makan 3x sehari 5 sendok makan, jenis makanannya nasi dan lauk. Jenis
minuman yang dikonsumsi sebelum MRS yaitu air putih kurang lebih
1800cc/hari, selama MRS susu dan air putih kurang lebih 400cc/hari.
1. KeadaanUmum
Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak
tampak batuk-batuk dan tampak sesak.
a. Kesadaran : Compos mentis
b. GCS : 4-5-6
c. BB SMRS : 25 Kg
d. BB MRS : 19 Kg
e. TB : 110 cm
2. Tanda-tanda vital
a. TD :110/70 mmHg
b. HR : 85 x/menit
c. RR : 37 x/menit
d. Suhu tubuh : 37,8°C
3. Integumen
Inspeksi :Kulit sianosis, lesi (-), edema (-), diaphoresis (-), inflamasi
(-), kuku sianosis.
Palpasi :Akral kering, tekstur kasar, turgor > 2 detik, nyeritekan (-),
tekstur kuku halus, capillary refill time > 2 detik.
4. Kepala
Inspeksi :Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala sesuai,
rambut lurus, tersebar merata dan terpotong pendek.
Palpasi :tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan deformitas, nyeri
tekan tidak ada, kulit kepala lembab.
5. Mata
Inspeksi : Posisi simetris, alis sejajar, daerah orbita normal, kelopak
mata normal, bulu mata normal, konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-,
perdarahan -/-, iris simetris, warna hitam, reflex pupil (+), akomodasi
normal ki/ka.
Palpasi : edema (-), nyeri (-).
6. Telinga
Inspeksi :posisi sejajar, proporsional, simetris, otorea (-), kemerahan
(-), battle sign (-), serumen (-), tidakkotor.
Palpasi :tekstur lembut, nyeri tekan (-), pembengkakan (-).
7. Hidung
Inspeksi :ukuran proporsional, secret (+), bulu hidung normal,
rhinorea (-), perdarahan (-), lesi (-), pernapasan cuping hidung (-).
Palpasi :nyeri tekan (-), krepitasi (-).
9. Leher
Inspeksi : M. Sternokleidomastoideus simetris, kontraksi (-), deviasi
trakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran limfe (-), pembesaran
vena jugularis (-), eritema (-).
Palpasi :posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid (-), nyeri
tekan (-), pembesaran limfe (-).
10. Thoraks
Inspeksi :bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding dada
tidak simetris, retraksi otot bantu pernafasan berat, bentuk mamae
simetris, ukuran sama, putting menonjol, kulit halus, RR 37 x/menit,
rasio inspirasi ekspirasi 1:2.
Palpasi :massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), ictus
a.Ronki (+)
b.Vokal fremitus lemah ki/ka.
11. Abdomen
Inspeksi :Bentuk rata, penegangan abdomen (-), caput medusa (-),
kulit pruritus, massa (-).
Palpasi : Massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, feses tidak
teraba, VU tidak teraba, nyeritekan (-) padasemuaregio.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.
12. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe
tidak ada, tidak ada hemoroid, warna feses kuning lembek, urine kuning
bening.
13. Ekstremitas
Inspeksi :garis anatomi lurus, persendian normal, eritema (-).
Palpasi :kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deformitas
(-).
Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.
14. Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
15. ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +
1. Laboratorium
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
Pembentukan
sputum berlebih
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
2 Ds : Ibu pasien mengatakan Batuk produktif
nafsu makan anaknya menurun
Do : Batuk berat
-BB sebelum sakit 23 kg
BB saat sakit 20 kg Distensi abdomen
Ketidak
-Porsi makan sebelum sakit : seimbangan
3x sehari 1 porsi habis Mual muntah
nutrisi kurang
Porsi makan saat sakit : 3x dari kebutuhan
Intake nutrisi
sehari 5 sendok tubuh
kurang
-Mukosa bibir kering
-Pasien tampak lemas
Ketidakseimbangan
-Bising usus = 12 x/mnit
nutrisi kurang dari
-BBI = 40 kg
kebutuhan tubuh
3 Ds : Ibu pasien mengatakan Kurangnya Defisiensi tingkat
tidak tahu tentang penyakit informasi pengetahuan
anaknya ( tentang penyebab (orang tua)
dan cara pencegahan
Tuberculosis paru).
Ds :
-Ibu pasien tidak tahu tentang
penyakit anaknya
-Ibu pasien tidak mampu
menyebutkan penyebab
Tuberculosis paru
-Ibu pasien tidak mampu
menyebutkan pencegahan
Tuberkulosis paru
-Ibu pasien tidak mampu
menyebutkan tanda gejala
dan penyebab TB
Implementasi keperawatan
10.20 mandiri)
4) Mengobservasi tanda-
tanda vital, suara nafas,
pola nafas, irama nafas
(Didapatkan TD =
110/70 mmHg, N=90x/
menit, RR=28x/menit,
S=36,8 ̊ C suara nafas
ronkhi di lobus kanan,
pola nafas tertur, ada
penggunaan otot bantu
10.25
nafas)
5) Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
(Nebul Ventolin dan
pulmicort/ 8 jam)
21-06-2020 2 10.30 1) Menganjurkan keluarga S : Ibu pasien mengatakan
untuk memberikan sudah mengerti tentang
makan sedikit tapi penyakit anak
sering O : Mukosa bibir kering,
(keluarga mengikuti pasien menghabiskan
intruksi yang diberikan) makanan 1 porsi habis,
2) Menganjurkan keluarga pasien tampak segar, BB
10.35
memberikan makanan saat ini 20,5 kg
yang disukai pasien A : Masalah belum teratasi
(keluarga mengikuti P : Itervensi dilanjutkan
intruksi yang diberikan)
10.40 3) Mengobservasi
masukan atau
pengeluaran dan berat
badan secara periodik
(makan = 5 sendok,
minum = air putih
200cc dan susu 200cc;
BB = 20 kg)
10.45
4) Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan komposisi
diit
(diet TKTP)
22-06-2020 3 11.50 1) Menjelaskan pada S : Ibu pasien mengatakan
keluarga klien tentang sudah mengerti tentang
proses penyakit, penyakit anaknya.
definisi, etiologi, O:
manifestasi klinis, cara - Ibu pasien dapat
penularan, komplikasi menjelaskan kembali
dan cara pencegahan tentang penyait anaknya
TB - Ibu pasien dapat mengenal
(keluarga pasien mampu kebutuhan perawatan dan
menjelaskan kembali pengobatan sesuai dengan
tentang definisi TB, penyakitnya
mampu menyebutkan 3 - Ibu pasien mampu
dari 5 pencegahan TB, menyebutkan 3 dari 5
mampu menyebutkan pencegahan TB
tanda gejala dan - Ibu pasien mampu
penyebab TB ) menyebtkan cara
11.55 2) Menjelaskan tentang penularan TB
program pengobatan - Ibu pasien mampu
(keluarga pasien dan menyebutkan tanda gejala
pasien mengerti tentang dan penyebab TB
pengobatan TB yang A : Masalah Teratasi
berlangsung selama 6 P : Intervensi dihentikan
11.55 bulan )
3) Menanyakan kembali
tentang apa yang sudah
di jelaskan
(keluarga pasien mampu
menjelaskan kembali
tentang definisi TB,
mampu menyebutkan 3
dari 5 pencegahan TB,
mampu menyebutkan
tanda gejala dan
penyebab TB )
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tuberculosisi adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling
banyak adalah paru-paru.
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak
terdiri atas Infeksi Primer dan TBC Pasca Primer (Post Primary TBC).