Anda di halaman 1dari 43

Tugas: Keperawatan Anak

Dosen: Muti Sahida, S.Kep, Ns.

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
TUBERKULOSIS

Disusun Oleh:
KELAS A KEPERAWATAN
Kelompok 4
1. Ketsia Yanti Bonai (218060)
2. Nawiyah Fakoubun (218060)
3. Nur Ayunda (21806023)
4. Reynaldi Akbar (21806029)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Keperawatan Anak
ini dapat kami selesaikan.
Keperawatan Anak ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau
mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi
mengenai hasil diskusi yang telah kami lakukan mengenai Asuhan
Keperawatan TUBERKULOSIS PADA ANAK .
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar
menjadi pedoman di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak
Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan yang
penting di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia termasuk dalam 5
negara dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia. Tuberkulosis pada anak
merupakan komponen penting dalam pengendalian TB oleh karena jumlah
anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi
dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun.

Faktor risiko penularan TB pada anak sama halnya dengan TB pada umumnya,
tegantung dari tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan tubuh. Pasien
TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pada pasien TB dengan BTA negative. Pasien TB dengan BTA negative
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat penularan
pasien TB dengan BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negative dengan
hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasie TB dengan hasil kultur
negative dan foto toraks positif adalah 17%.

Salah satu permasalahan TB anak di Indonesia adalah penegakan diagnosis.


Sejak tahun 2005 sistem skoring TB anak disosialisasikan dan
direkomendasikan sebagai pendekatan diagnosis. Permasalahannya, tidak
semua fasilitas uji tuberkulin dan pemeriksaan foto toraks yang merupakan 2
parameter yang ada di sistem scoring. Akibatnya, di fasyankes dengan akses
dan fasilitas terbatas banyak dijumpai underdiagnosis TB anak.

Permasalahan lain dalam program penanggulangan TB anak adalah semakin


meningkatnya jumlah kasus TB resistan obat (TB RO) pada dewasa, yang bisa
merupakan sumber penularan bagi anak. Jumlah pasti kasus TB RO pada anak
di Indonesia saat ini belum diketahui, tetapi semakin meningkat.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu definisi Tuberculosis Pada Anak ?


2. Apa itu etiologi Tuberculosis pada anak ?
3. Apa patofisiologi Tuberculosisi pada anak ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak yang mengalami
Tuberculosis ?

C. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui Tuberculosis Pada Anak


2. Mampu mengetahui etiologi Tuberculosis pada anak
3. Dapat mengetahui Apa patofisiologi Tuberculosis Pada Anak
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Tuberculosis paru pada anak dengan masalah keperawatan batuk terus
menerus di sertai sesak, di Rumah Sakit Umum Daerah makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,
2001).
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat
sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat
sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah
terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan prevalens
tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat
diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis anak.
Kriteria masalah tuberkulosis di suatu negara adalah kasus BTA positif
per satu juta penduduk. Jadi sampai saat ini belum ada satu negara pun yang
bebas tuberkulosis.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita TB
dewasa. Disamping itu dengan adanya penyakit karena HIV maka perhatian
pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Anak biasanya tertular TB, atau
juga disebut mendapat infeksi primer TB, akan membentuk imunitas sehingga
uji tuberkulin akan menjadi positif, tidak semua anak yang terinfeksi TB primer
ini akan sakit TB.
B. ETIOLOGI

1. Merokok pasif : Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak,
sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah
fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup
dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters
Health, 2007).
2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)

a. Resiko infeksi TBC : Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa
dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena,
kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang
dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang
dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut
mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama
sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan
kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada
anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat
jarang ditemukan pada secret endotracheal, dan jarang terdapat batuk-
batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum.
Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat
dalam konsentrasi yang rendah pada secret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC : Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar
mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas
selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit
TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada
bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC,
sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada
usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki
resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun
terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal
ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah,
penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan
pendidikan yang rendah.

C. PATOFISIOLOGI

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman
ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman
berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas.
Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang
biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung,
seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya
adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer.
Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai dari
proses yang disebut droplet nuklei, yaitu status proses terinfeksinya partikel
yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup
serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan
dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta
makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit
ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara dengan
terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari
seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan
oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa
makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe
imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi oleh
limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi hipersentifitas selular
(lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan
reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag. Alveoli
yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus
dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening
regional dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis
gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-sel epitelloid dan
fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut kolagenosa,
menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer pada paru
dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada
seseorang yang sehat (Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat
malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin
nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi
atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam, anorexia dan penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri
atas :
1. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke
kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer
predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpelura. Fokus primer dapat
mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih lanjut.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu
yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6
bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)

TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

D. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta


muncul. Pada saat - saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya
demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-
paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi),
anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab.
Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul
gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul
gejala TBC yang benarbenar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung
kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak
muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahuntahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini
yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab TBC
adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk
mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa
dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan mikroskop atau
dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit, karena tidak
mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa
dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk
mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat
diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak
anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC
(Wirjodiardjo, 2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):

1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi
BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi
BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan
setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun
ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi.
Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga
kemungkinan anak terkena TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai
sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah
adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan,
ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.

7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin


(Mantoux Test, MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika
hasilnya lebih dari 10 mm. Tetapi, pada anak yang gizinya kurang,
meskipun ada TBC, hasilnya biasanya negatif, karena tidak memberikan
reaksi terhadap MT.
Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak antara lain :
Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak
yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak
bukan adalah dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang
hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC.
Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang
dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena
mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak.
Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak.
1. Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak
spesifik (khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap
TB, padahal sebenarnya tidak. Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi
atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh
penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan
hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif. Karena
tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya
cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji
Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah
seseorang terinfeksiMycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali
bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua
orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.
2. Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu
setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi.
Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik,
bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada
orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di
dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang
lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.
3. Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman
TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan
dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga
medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi
(tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya
(erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter.
Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0
mm.
4. Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi
berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak
sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila
indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh
vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian
lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah
dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
5. Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi),
artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi
dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi
kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat
menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi
dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri
TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi
anergi, maka tes harus diulang.

E . PENCEGAHAN

1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak
anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.

5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak


melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan
dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi
udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan
untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

F. KOMPLIKASI

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi


pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
• Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
• Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
• Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
• Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
G. PHATWAY
Udara tercemar Mycrobacterium
Tuberculosis

Dihirup individu rentan Kurang informasi

Masuk paru Kurang pengetahuan

Reaksi inflamasi / Hipertermia


peradangan

Penumpukan eksudat
dalam elveoli

Tuberkel Produksi sekret berlebih

Meluas Mengalami perkejuan Sekret susah dikeluarkan Bersin

Penyebaran hematogen Klasifikasi Ketidak efektifan Resti penyebaran


limfogen bersihan jalan nafas infeksi pada orang
lain

Peritoneum dan Mengganggu perfusi Gangguan pertukaran


difusi O2 gas

Resti penyebaran infeksi


Asam lambung
pada diri sendiri

Mual Anoreksia Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan
tubuh
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.


2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi
10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sait berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;
ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru
luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /
fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis
luas).
I . PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksananaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :

1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 – 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.

Ethambutol 1000 mg.

Isoniazid 400 mg.

Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya


adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat
dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
INH.

Rifampicin.
Ethambutol

Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan


kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
Rifampicin.

Isoniazid (INH).

Ethambutol.

Pyridoxin (B6).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat


dilakukan dengan melakukan :
a) Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder

b) Pemberian oksigen yang adekuat


c) Latihan batuk efektif

d) Fisioterapi dada

e) Pemberian nutrisi yang adekuat

f) Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,


streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
g) Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan
perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu
memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas
perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :
- Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak
(permainan, ketrampilantangan, vidio game, televisi)
- Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang
bervariasi bagi anak
- Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas
yang diinginkan

- Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah


sakit,menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui
telepon jika memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan. Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika
2. Nastiti N Rahajoe, dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. 2005.
Jakarta : UKK Pulmonologi PP IDAI : 33-50
3. Noenoeng Rahajoe, dkk. Perkambangan dan Masalah Pulmonologi Anak
Saat Ini. 1994. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI : 161-179
4. Smeltzer and Bare. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
5. Suriadi dan Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan
Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto
6. Reuters Health , (2007). Merokok pasif dikaitkan dengan risiko TB pada
anak-anak
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan TB pada anak di awali dengan
pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan

I. Pengkajian

1) Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,


pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Kaji Riwayat penyakit/ keluhan utama : Batuk, sesak nafas, lemas,
pucat.
3) Kaji riwayat perkembangan :
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural),
sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
d. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural),
sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
e. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
f. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.

g. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
h. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.

II. Diagnosa Keperawatan


Pada pasien anak dengan tuberculosis paru diagnosa yang dapat muncul
yaitu :
a. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi.
b. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan
kurang sumber informasi.
c. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yang
berhubungan dengan isolasi pasien.
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O

1 Gangguan Anak akan 1. Berikan oksigen 1. Dispnea masih dapat


pertukaran gas mengalami humidifier bagi terjadi, hingga
yang berhubungan pengurangan anak dengan pemberian obat
dengan proses batuk dan dispnea kemoterapetik
infeksi dispnea 2. Tinggikan bagian dimulai untuk
kepala tempat mendapatkan
tidur efeknya, oksigen
3. Berikan obat humidifier
batuk ekspektoran mengurangi dispnea
sesuai dengan dan meningkatkan
kebutuhan oksigenasi.
2. Peninggian kepala
menyebabkan otot
diagframa
mengembang
3. Ekspektoran
membantu
melepaskan mucus.

2 Defisit Keluarga dapat 1. Ajarkan orang tua 1. Pemahaman


pengetahuan mengekspresikan dan anak tentang bagaimana
tentang proses pemahamannya penularan dan penularan TBC dan
infeksi tentang proses pengobatan TBC, penanganannya
berhubungan penyakit dan misalnya buat membantu
dengan kurang pengobatan. orang tua, mengurangi
sumber informasi. hendaknya kecemasan dan
menghindari anak peningkatan
dekat dengan kepatuhan terhadap
orang dewasa pengobatan,
yang terkena prosedur isolasi dan
tuberkulosa pengobatan yang
sedangkan buat diberikan.
anak sarankan 2. Pemahaman
untuk melakukan bagaimana
pengobatan memberikan
sampai selesai dan pengobatan dan
patuh dalam risiko bila
minum obat. pengobatan
2. Ajarkan orang tua dihentikan di awal
dan anak (jika akan meningkatkan
tepat) bagaimana kepatuhan.
memberikan
pengobatan
(contoh:
antibiotik), berapa
lama terapi
pengobatan harus
dijalani, dan apa
yang terjadi jira
anak tidak
manjelani tuntas
pengobatannya
3 Ketidakpatuhan Orang tua dan 1. Kaji seberapa 1. pengkajian
yang berhubungan anak akan banyak membantu
dengan pengobatan mengikuti pengetahuan yang menentukan apa
dalam jangka pedoman terapi dimiliki orang tua yang orang tua dan
waktu lama. dan anak, tentang anak butuhkan untuk
TBC dan hal relajar agar dapat
ketidakpahaman membantu mereka
yang dimiliki memenuhi
2. Ajarkan orang tua pengobatan jangka
dan anak (jika panjang.
tepat) tentang 2. Pendidikan dan
program penguatan diberikan
pengobatan dan pada orang tua dan
alasan menjalani anak dengan
pengobatan informasu perlunya
dengan tuntas, mengikuti program
dan yakinkan pengobatan dengan
tentang tuntas dan
pendidikan yang menurunkan risiko
diperlukan. kegagalan akibat
3. Identifikasi déficit pengetahuan.
alternatif pemberi 3. hal ini akan
layanan yang menurunkan risiko
dapat pengabaian dosis
memberikan yang dilakukan anak
pengobatan anak selama pengobatan.
jira diperlukan.
4 Risiko gangguan Anak tidak akan 1. Ajarkan orang tua 1. Pemahaman dan
dalam mengalami tentang teknik mengikuti teknik
menjalankan peran kecemasan isolasi dengan isolasi membantu
sebagai orang tua karena benar. mencegah penularan
yang perpisahan 2. Motivasi orang TBC yang
berhubungan berhubungan tua dan anggota memungkinkan
dengan isolasi dengan keluarga lainnya orang tua bersama
pasien penurunan untuk selama mungkin
kontak parental. mengunjungi dengan anaknya,
secara teratur. akan mengurangi
perpisahan.
2. Seringnya keluarga
kontak akan
mengurangi
kecemasan akibat
perpisahan.

5 Bersihan jalan Anak 1. Auskultasi area 1. penurunan aliran


nafas tidak efektif menunjukkan paru, catat area udara terjadi pada
berhubungan jalan nafas yang penurunan/tidak area konsolidasi
dengan adanya efektif. ada aliran udara dengan cairan.
sekret. dan bunyi napas Bunyi napas
adventisius, misal bronkhial dapat juga
krekels, mengi. terjadi pada area
2. Mengkaji ulang konsolidasi. Krekels,
tanda-tanda vital ronkhi dan mengi
(irama dan terdengar pada
frekuensi,s erta inspirasi dan atau
gerakan dinding ekspirasi pada
dada) respons terhadap
3. Bantu pasien pengumpulan
latihan napas cairan/sputum.
sering dengan 2. takipnea, pernapasan
cara meniup dangkal dan gerakan
balon atau terapi dada tidak simetris
benam. terjadi karena
Tunjukkan/bantu ketidaknyaman
pasien gerakan dinding
mempelajari dada dan atau cairan
melakukan batuk, paru-paru.
misalnya 3. Napas dalam
menekan dada memudahkan
dan batuk efektif ekspansi
sementara posisi maksimum
duduk tinggi. paru/jalan napas
4. Penghisapan lebih kecil. Batuk
sesuai indikasi adalah mekanisme
5. Berikan cairan pembersihan jalan
sedikitnya 2500 napas alami
ml/hari (kecuali membantu silia
kontraindikasi). untuk
Tawarkan air mempertahankan
hangat dari pada jalan napas paten.
dingin. Penekanan
6. Berikan cairan menurunkan
tambahan, ketidaknyamanan
misalnya IV, dada dan posisi
oksigen duduk
humidifikasi memungkinkan
7. Memberikan obat upaya napas lebih
yang dapat dalam dan lebih
meningkatkan kuat.
efektifnya jalan 4. merangsang batuk
nafas (seperti atau pembersihan
bronchodilator) jalan napas secara
mekanik pada pasien
yang tidak mampu
melakukan karena
batuk tidak efektif
atau penurunan
tingkat kesadaran.
5. Cairan (khususnya
yang hangat)
memobilisasi dan
mengeluarkan
sekret.
6. Cairan diperlkukan
untuk menggantikan
kehilangan
(termasuk yang tidak
tampak) dan
memobilisasikan
sekret.
7. alat untuk
menurunkan spasme
bronkhus dengan
memobilisasi sekret,
obat bronchodilator
dapat membantu
mengencerkan
sekret sehingga
mudah untuk
dikeluarkan.
6 Perubahan nutrisi Anak 1. Kaji nafsu makan 1. Dapat menjadi dasar
kurang dari menunjukkan anak dan fasilitasi dalam melakukan
kebutuhan tubuh tanda-tanda anak dengan pendekatan pada
berhubungan terpenuhnya menyediakan anak saat memberi
dengan anoreksia. kebutuhan nutrisi makanan yang makan sehingga
menarik dan anak akan dapat
hangat. meningkatkan nafsu
2. Ijinkan anak makannya.
untuk 2. memungkinkan anak
memperbaiki akan
kualitas gizi pada mengkomsumsi
saat selera makan makanan ektra
anak meningkat. sebagai tambahan
3. Berikan makanan suplay nutrisi.
yang disertai 3. dalam mengobati
dengan suplemen penyakit
nutrisi untuk tuberkulosis
meningkatkan diperlukan gizi yang
kualitas intake cukup sehingga
nutrisi. pemberian makanan
4. Kolaburasi untuk dengan diet tinggi
pemberian nutrisi protein dan kalori
parenteral jika sangan diperlukan.
kebutuhan nutrisi 4. pemberian makanan
melalui oral tidak parenteral sangat
mencukupi perlu dilakukan jika
kebutuhan gizi anak tidak menelan
anak. makanan atau
5. Menganjurkan muntah yang terus
kepada orang tua menerus.
untuk 5. porsi kecil tetapi
memberikan sering
makanan dengan memungkinkan anak
porsi kecil dapat
tetapisering. mengkomsumsi
6. Menimbang berat makanan dengan
badan setiap hari cukup.
pada waktu yang 6. untuk memantau
sama dan dengan status gizi atau
skala yang sama. perbaikan gizi anak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.KY DENGAN
TUBERCULOSIS PARU DI RUANG ANAK RSUD SAYANG RAKYAT

I. Pengkajian
Tanggal masuk : 15 Juni 2020
Ruang : ICU
No. RM : 094405
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru
Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2020
1. Identitas klien
a. Nama : An. KY
b. Tempat tanggal lahir : 07 Juli 2013
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Jln. Pahlawan
g. Status pernikahan : Belum menikah
h. Diagnosa medis : Tuberculosis paru (TBC paru)
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. IN
Tempat tanggal lahir : 6 agustus 1989
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
II. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Saat MRS : Ibu klien mengatakan anaknya batuk terus menerus.

2. Keluhan Saat Pengkajian : Klien mengalami batuk, sesak dan anoreksia.


3. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu klien mengtakan anaknya batuk selama 3
minggu. Batuk terjadi secara terus menerus disertai sekret, sehingga
anaknya kelelahan. Batuk pasien akan bertambah parah pada malam hari.
Karena khawatir dengan keadaan anaknya, ibu pasien membawa pasien ke
RSUD Tanah Bumbu.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Penyakit yang pernah dialami :

a. Kecelakaan termasuk kecelakaan lahir/persalinan, bila pernah (jenis


dan waktu) : Tidak ada

b. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada


c. Penyakit kronis/akut :Klien sering menderita batuk-batuk sejak usia 6
tahun kemudian di beri obat dan sembuh.

d. Terakhir kali MRS : Tidak ada


2. Imunisasi

Klien telah mendapat imunisasi yang tidak lengkap

a. BCG :-

b. Campak : 1 kali

c. DPT : 3 kali

d. Polio : 4 kali

e. Hepatitis : 3 kali
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang di derita keluarga : Ibu mengungkapakan bahwa sepupu
klien menderita TBC sudah 2 bulan dan sudah mulai di obati.

b. Lingkungan rumah dan komunitas : Ibu klien mengatakan bahwa klien


dan kelurganya tinggal yang tidak padat penduduknya. Rumah klien tepat
didalam gang kecil.

c. Prilaku yang mempengaruhi kesehatan : ibu klien mengatakan anaknya


hanya mau makan telur dan ayam tapi tidak mau makan sayur.

d. Presepsi kelurga terhadap penyakit : Kelurga klien sangat khawatir dengan


kondisi yang di derita anaknya.
V. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Klien lahir dengan berat badan dan lahir 3000 gram, lahir
langsung dan menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu sering periksa ke
dokter maupun bidan praktek. Klien juga di beri ASI selam 1 tahun dan di
berikan susu formula samapai sekarang.

VI. Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI
Ibu pasien mengatakan pertama kali anaknya di susui saat setelah
lahir, cara pemberian ASI setiap 2 jam sekali. Lama pemberian selama tiga
tahun, ibu pasien mengatakan ASI yang diberikan pada anaknya sangat
baik untuk pertumbuhan yang diserap sebagai sumber makannya.
2. Pemberian susu formula
Ibu pasien mengatakan pasien di beri susu formula pada saat pasien
berumur 4 bulan karena anak laki-laki daya menyerap susu lebih kuat jadi
diberikan tambahan susu formula. Frekuensi pemberian susu formula
+450cc/3 jam, sehari 2 botol/dot dan cara pemberiannya memakai dot.
3. Pola nutrisi sehari-hari
Ibu pasien mengatakan sebelum MRS pasien makan 3x sehari dan
menghabiskan satu porsi menu nasi dan lauk. Dan selama MRS pasien
makan 3x sehari 5 sendok makan, jenis makanannya nasi dan lauk. Jenis
minuman yang dikonsumsi sebelum MRS yaitu air putih kurang lebih
1800cc/hari, selama MRS susu dan air putih kurang lebih 400cc/hari.

VII. Riwayat Psikososial


1. Tempat tinggal anak
Ibu pasien mengatakan sebelum MRS pasien tinggal bersama ayah,
ibu, dan adeknya, selama MRS pasien berada di ruang Asoka bersama
orang tua dan petugas kesehatan.
2. Pengasuh Anak
Ibu pasien mengatakan bahwa ibu pasien langsung merawat anak
anaknya sendiri.
3. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan anggota
keluarganya baik dan juga harmonis.
4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anaknya
Ibu pasien mengatakan bahwa penyakit yang diderita anaknya
merupakan penyakit yang berbahaya jika tidak bisa membatasi
hubungan antara pasien dengan adik dan lingkungan sekitar terhadap
penularannya, dan ibu yakin bahwa pasien bisa sembuh yang didukung
dengan perawatan. Ibu pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit
anaknya. Terbukti ketika peneliti menanyakan tentang penyebab dan
cara pencegahan Tuberkulosis Paru, ibu pasien mengatakan tidak tahu
pada saat pengkajian ibu pasien terus menerus menanyakan tentang
kondisi, penyebab, cara pencegahan kepada petugas kesehatan

VIII. Pemeriksaan Fisik

1. KeadaanUmum
Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak
tampak batuk-batuk dan tampak sesak.
a. Kesadaran : Compos mentis
b. GCS : 4-5-6

c. BB SMRS : 25 Kg

d. BB MRS : 19 Kg
e. TB : 110 cm
2. Tanda-tanda vital
a. TD :110/70 mmHg
b. HR : 85 x/menit
c. RR : 37 x/menit
d. Suhu tubuh : 37,8°C
3. Integumen
 Inspeksi :Kulit sianosis, lesi (-), edema (-), diaphoresis (-), inflamasi
(-), kuku sianosis.
 Palpasi :Akral kering, tekstur kasar, turgor > 2 detik, nyeritekan (-),
tekstur kuku halus, capillary refill time > 2 detik.
4. Kepala
 Inspeksi :Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala sesuai,
rambut lurus, tersebar merata dan terpotong pendek.
 Palpasi :tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan deformitas, nyeri
tekan tidak ada, kulit kepala lembab.

5. Mata
 Inspeksi : Posisi simetris, alis sejajar, daerah orbita normal, kelopak
mata normal, bulu mata normal, konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-,
perdarahan -/-, iris simetris, warna hitam, reflex pupil (+), akomodasi
normal ki/ka.
 Palpasi : edema (-), nyeri (-).

6. Telinga
 Inspeksi :posisi sejajar, proporsional, simetris, otorea (-), kemerahan
(-), battle sign (-), serumen (-), tidakkotor.
 Palpasi :tekstur lembut, nyeri tekan (-), pembengkakan (-).

7. Hidung
 Inspeksi :ukuran proporsional, secret (+), bulu hidung normal,
rhinorea (-), perdarahan (-), lesi (-), pernapasan cuping hidung (-).
 Palpasi :nyeri tekan (-), krepitasi (-).

8. Bibir, mulut dan faring


 Inspeksi :warna sianosis, lesi (-), mukosa bibir kering, gigi utuh
bersih, pendarahan gusi (-), lidah bersih, tidak bau mulut, faring
kemerahan.

9. Leher
 Inspeksi : M. Sternokleidomastoideus simetris, kontraksi (-), deviasi
trakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran limfe (-), pembesaran
vena jugularis (-), eritema (-).
 Palpasi :posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid (-), nyeri
tekan (-), pembesaran limfe (-).

10. Thoraks
 Inspeksi :bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding dada
tidak simetris, retraksi otot bantu pernafasan berat, bentuk mamae
simetris, ukuran sama, putting menonjol, kulit halus, RR 37 x/menit,
rasio inspirasi ekspirasi 1:2.
 Palpasi :massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), ictus

cordis teraba di midclavikula sinistra 4-5 ICS, pembengkakan (-),


emfisema sub kutis (-), fremitus lemah dekstra sinistra.
 Perkusi :Pekak, batas jantung kiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL kiri, batas
kanan ICS 2 SL kanan dan ICS 5 MCL kanan, pembesaran jantung
(-), pekak.
 Auskultasi : Bunyi ronki kasar pada apek paru ki/ka.

a.Ronki (+)
b.Vokal fremitus lemah ki/ka.

11. Abdomen
 Inspeksi :Bentuk rata, penegangan abdomen (-), caput medusa (-),
kulit pruritus, massa (-).
 Palpasi : Massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, feses tidak
teraba, VU tidak teraba, nyeritekan (-) padasemuaregio.
 Perkusi : Timpani.
 Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.

12. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe
tidak ada, tidak ada hemoroid, warna feses kuning lembek, urine kuning
bening.

13. Ekstremitas
 Inspeksi :garis anatomi lurus, persendian normal, eritema (-).
 Palpasi :kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deformitas
(-).
 Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.
14. Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).

15. ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +

IX. Prosedur Diagnostik dan Pengobatan

1. Laboratorium

NO. Jenis pemeriksaan Kategori normal Hasil pemeriksaan


1 Pemeriksaan darah :
Albumin 3,5-5,0 g/dl 3,0 g/dl
BUN 10-30 mg/dl 7 mg/dl
Karbon dioksida 20-30 mEq/L 60 mEq/L
Natrium 135-145 mEq/L 130 mEq/L
Eritrosit 4,5-6,0 juta/mm3 4,7 juta/mm3
Hb 13,5-18,0 g/dl 13 g/dl
Leukosit 5000 – 10000/mm3 12000/mm3
Tes Kulit : Mantoux Negatif Positif
X. Pemeriksaan Penunjang

KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Ibu pasien mangatakan batuk terus 1. Terdapat ronkhi (grok-grok)
menerus dibagian dada sebelah kanan
2. Ibu pasien mengatakan sesak nafas 2. Mukosa bibir kering
saat batuk 3. Pasien tampak lemas
3. Ibu pasien mengatakan nafsu 4. Ibu pasien tidak mampu
makan anaknya menurun menyebutkan penyebab
4. Ibu pasien mengatakan tidak tahu Tuberculosis paru
tentang penyakit anaknya 5. Ibu pasien tidak mampu
5. Ibu pasien tidak mampu menyebutkan tanda gejala dan
menyebutkan penyebab penyebab TB
Tuberculosis paru 6. TTV
- TD :110/70 mmHg
- HR : 85 x/menit
- RR : 37 x/menit
- Suhu tubuh : 37,8°C

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 Ds : Pasien mangatakan sesak Mycobacterium Ketidak efektifan
nafas dan batuk tuberculosis bersihan jalan
Do : menyebar ke organ nafas
- RR : 28 x/mnt lain (paru lain,
- Terdapat ronkhi (grok-grok) saluran pencernaan,
dibagian dada sebelah kanan tulang, hemtogen,
- Pasien tampak lemas limfogen)
- Pola nafas irregular
- Batuk (+) Pertahanan primer
- Terdapat sputum tidak adekuat
- Photo torak : terdapat
penumpukan cairan pada Pembentukan
paru sebelah kanan tuberkel
- Oksigen nasal kanul 3 Lpm
- Terdapat retraksi otot bantu Kerusakan

nafas membran alveolar

Pembentukan
sputum berlebih

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
2 Ds : Ibu pasien mengatakan Batuk produktif
nafsu makan anaknya menurun
Do : Batuk berat
-BB sebelum sakit 23 kg
BB saat sakit 20 kg Distensi abdomen
Ketidak
-Porsi makan sebelum sakit : seimbangan
3x sehari 1 porsi habis Mual muntah
nutrisi kurang
Porsi makan saat sakit : 3x dari kebutuhan
Intake nutrisi
sehari 5 sendok tubuh
kurang
-Mukosa bibir kering
-Pasien tampak lemas
Ketidakseimbangan
-Bising usus = 12 x/mnit
nutrisi kurang dari
-BBI = 40 kg
kebutuhan tubuh
3 Ds : Ibu pasien mengatakan Kurangnya Defisiensi tingkat
tidak tahu tentang penyakit informasi pengetahuan
anaknya ( tentang penyebab (orang tua)
dan cara pencegahan
Tuberculosis paru).
Ds :
-Ibu pasien tidak tahu tentang
penyakit anaknya
-Ibu pasien tidak mampu
menyebutkan penyebab
Tuberculosis paru
-Ibu pasien tidak mampu
menyebutkan pencegahan
Tuberkulosis paru
-Ibu pasien tidak mampu
menyebutkan tanda gejala
dan penyebab TB

Daftar diagnosa keperawatan :


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
pembentukan sputum berlebih.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi kurang.
3. Defisiensi tingkat pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan
kurangnya informasi.

Rencana Tindakan Keperawatan

No Tujuan/ Kriteria Hasil NOC Rasional


1 Tujuan : setelah Intervensi : 1) Keluarga mengetahui tanda-
dilakukan tindakan 1) Jelaskan pada tanda tuberculosis paru
keperawatan selama 2 x kelurga klien 2) Menurunkan konsumsi
24 jam diharapkan tentang sesak nafas oksigen/ kebutuhan selama
bersihan jalan napas 2) Anjurkan klien periode penurunan
kembali efektif dengan untuk tirah baring pernafasan dan dapat
kriteria hasil : dalam posisi semi menurunkan beratnya gejala,
1) Kelurga mampu fowler dan batasi memaksimalkan ekspansi
menjelaskan kembali aktivitas paru
tentang sesak nafas 3) Berikan fisioterapi 3) Memudahkan pengeluaran
2) Keluarga melaporkan dada dan ajarkan secret yang terdapat pada
sesak nafas berkurang batuk efektif paru
3) Anak dapat 4) Observasi tanda- 4) Untuk mengetahui
mengeluarkan secret tanda vital, suara perkembangan kondisi
tanpa bantuan. nafas, pola nafas, pasien selama dirawat
4) Dapat irama nafas. 5) Untuk menentukan terapi
mempertahankan jalan 5) Kolaborasi dengan yang diberikan kepada
nafas anak. tim medis dalam pasien.
5) Suara nafas anak pemberian terapi
vesikuler
6) Irama nafas anak
teratur
7) Tidak ada peningkatan
dalam frekuensi
pernafasan
8) Tidak ada otot bantu
bernafas
2 Tujuan : setelah 1) Jelaskan tentang 1) Keluarga pasien
dilakukan tindakan nutrisi kepada mengetahui tentang
keperawatan selama 2 x keluarga pasien pentingnya nutrisi dalam
24 jam diharapkan 2) Anjurkan keluarga tubuh
pasien ada peningkatan untuk memberikan 2) Memungkinkan saluran
nutrisi dengan kriteria: makan sedikit tapi usus untuk memastikan
1) Keluarga mampu sering kembali proses pencernaan
menjelaskan kembali 3) Anjurkan keluarga dan mencegah terjadinya
tentang nutrisi memberikan mual dan muntah
2) Keluarga melaporkan makanan yang 3) Memungkinkan makanan
peningkatan nafsu disukai pasien yang disukai pasien akan
makan 4) Observasi masukan memampukan pasien untuk
3) Menunjukkan berat atau pengeluaran mempunyai pilihan
badan meningkat dan berat badan terhadap makanan yang
4) Nafsu makan secara periodik dapat di makan dengan
meningkat atau porsi 5) Kolaborasi dengan lahap
makan habis ahli gizi untuk 4) Mengawasi masukan kalori
5) Melakukan perilaku menentukan atau kualitas kekurangan
untuk komposisi diit konsumsi makanan
mempertahankan 5) Memperbaiki nafsu makan
berat badan yang dan membantu proses
tepat penyembuhan
3 Tujuan : setelah 1) Menjelaskan pada 1) untuk menambah
dilaukan tindakan keluarga klien pengetahuan keluarga
keperawatan selama 1 x tentangproses pasien tentang penyakit TB
30 menit diharapkan penyakit, definisi, 2) Agar keluarga pasien
orang tua pasien etiologi, paham tentang program
mengetahui tentang manifestasi klinis, pengobatan yang telah
penyakit Tuberkulosis cara penularan, diberikan
paru dengan kriteria komplikasi dan 3) Untuk mengetahui
hasil : cara pencegahan pengetahuan yang
1) Keluarga pasien TB didapatkan pasien
dapat menjelaskan 2) Menjelaskan
kembali tentang tentang program
penyakit anaknya pengobatan
2) Keluarga pasien 3) Menanyakan
mengenal kebutuhan kembali tentang
perawatan dan apa yang sudah di
pengobatan sesuai jelaskan
dengan panyakitnya
3) Keluarga pasien
mampu menyebutkan
3 dari 5 pencegahan
TB
4) Keluarga pasien
mampu menyebutkan
cara penularan TB
5) Keluarga pasien
mampu menyebutkan
tanda gejala dan
penyebab TB

Implementasi keperawatan

Tanggal Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi (SOAP)


20-06-2020 1 10.00 1) Menjelaskan pada S : Pasien mengatakan sudah
keluarga klien tentang tidak batuk
sesak nafas dan O : Ronkhii disebelah kanan
pentingnya nutrisi atas (+), batuk berdahak
(keluarga mampu (-), RR = 21x/ menit,
menjelaskan kembali tidak ada retraksi otot
tentang sesak nafas dan bantu nafas, sesak (+)
pentingnya nutrisi) A : Masalah belum tertasi
2) Menganjurkan klien P : Intervensi dilanjutkan
10.10
untuk tirah baring
dalam posisi semi
fawlor dan batasi
aktivitas
(pasien mengikuti
intruksi yang telah
dianjurkan)
10.15 3) Memberikan fisioterapi
dada dan mengajarkan
batuk efektif
(pasien mampu
mengikuti intruksi yang
diajarkan dengan

10.20 mandiri)
4) Mengobservasi tanda-
tanda vital, suara nafas,
pola nafas, irama nafas
(Didapatkan TD =
110/70 mmHg, N=90x/
menit, RR=28x/menit,
S=36,8 ̊ C suara nafas
ronkhi di lobus kanan,
pola nafas tertur, ada
penggunaan otot bantu
10.25
nafas)
5) Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
(Nebul Ventolin dan
pulmicort/ 8 jam)
21-06-2020 2 10.30 1) Menganjurkan keluarga S : Ibu pasien mengatakan
untuk memberikan sudah mengerti tentang
makan sedikit tapi penyakit anak
sering O : Mukosa bibir kering,
(keluarga mengikuti pasien menghabiskan
intruksi yang diberikan) makanan 1 porsi habis,
2) Menganjurkan keluarga pasien tampak segar, BB
10.35
memberikan makanan saat ini 20,5 kg
yang disukai pasien A : Masalah belum teratasi
(keluarga mengikuti P : Itervensi dilanjutkan
intruksi yang diberikan)
10.40 3) Mengobservasi
masukan atau
pengeluaran dan berat
badan secara periodik
(makan = 5 sendok,
minum = air putih
200cc dan susu 200cc;
BB = 20 kg)
10.45
4) Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan komposisi
diit
(diet TKTP)
22-06-2020 3 11.50 1) Menjelaskan pada S : Ibu pasien mengatakan
keluarga klien tentang sudah mengerti tentang
proses penyakit, penyakit anaknya.
definisi, etiologi, O:
manifestasi klinis, cara - Ibu pasien dapat
penularan, komplikasi menjelaskan kembali
dan cara pencegahan tentang penyait anaknya
TB - Ibu pasien dapat mengenal
(keluarga pasien mampu kebutuhan perawatan dan
menjelaskan kembali pengobatan sesuai dengan
tentang definisi TB, penyakitnya
mampu menyebutkan 3 - Ibu pasien mampu
dari 5 pencegahan TB, menyebutkan 3 dari 5
mampu menyebutkan pencegahan TB
tanda gejala dan - Ibu pasien mampu
penyebab TB ) menyebtkan cara
11.55 2) Menjelaskan tentang penularan TB
program pengobatan - Ibu pasien mampu
(keluarga pasien dan menyebutkan tanda gejala
pasien mengerti tentang dan penyebab TB
pengobatan TB yang A : Masalah Teratasi
berlangsung selama 6 P : Intervensi dihentikan
11.55 bulan )
3) Menanyakan kembali
tentang apa yang sudah
di jelaskan
(keluarga pasien mampu
menjelaskan kembali
tentang definisi TB,
mampu menyebutkan 3
dari 5 pencegahan TB,
mampu menyebutkan
tanda gejala dan
penyebab TB )

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tuberculosisi adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling
banyak adalah paru-paru.
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak
terdiri atas Infeksi Primer dan TBC Pasca Primer (Post Primary TBC).

Riwayat kontak TB dan kedapatan hunian merupakan faktor risiko yang


berpengaruh terhadap kejadian sait TB, sedangkan usia muda, imunisasi BCG,
status sosial-ekonomi, dan pengetahuan tidak terbukti sebagai faktor risiko
kejadian sait TB pada anak yang terinfeksi M.tuberculosis

Anda mungkin juga menyukai