Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

DETEKSI DINI PENYULIT ATAU KOMPLIKASI DALAM ASUHAN


PERSALINAN

Dosen Pengampu : Henik Istikhomah, SST., Bdn., M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 9
Prodi DIV Kebidanan Alih Jenjang
Antik Kristiyani P27224023238
Endah Sugiarti P27224023254
Rini Setiyaningsih P27224023270
Tri Wahyuni P27224023296
Nur Handayani P27224023265
Yanuar Murdianigsih P27224023278

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
bentuk sederhana.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, kami memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca.
Serta masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak
Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan
persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian
besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus
kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota
masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau
perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya,
menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat
keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian
dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih,
aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk
mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi
yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi
adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan
komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,
pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan
menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi
yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan
tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan
dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya
mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat
terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya
angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat
diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali
penting pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu
dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin
untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi
komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana landasan teoritis masalah kebidanan pada
persalinan dan komplikasi pada persalinan?
C. Tujuan
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum
konsep dari asuhan persalinan dan komplikasi pada persalinan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18
jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (Yongky, Judha,
Rodiyah dan Sudarti, 2012)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2013)
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar
(ekspulsi) hasil pembuahan (yaitu, janin yang viable, plasenta dan
ketuban) dari dalam uterus lewat vagina ke dunia luar. (Helen
Farrer, 2001)
Persalinan adalah proses yang dimulai dengan kontraksi
uterus yang menyebabkan dilatasi progresif dari servik, kelahiran
bayi dan plasenta, sedangkan persalinan normal merupakan proses
yang normal dengan janin cukup bulan, presentasi occiput,
dilakukan melalui jalan lahir spontan sesuai kurva partograf yang
normal. (Depkes RI, 2003)
B. Faktor Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan :
1. Power (Kekuatan)
Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim, ditambah kerja otot-otot
volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma
sewaktu ibu mengejan.
2. Passenger (Janin)
Letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
3. Passage (Jalan Lahir)
Janin harus berjalan lewat panggul, serviks, dan vagina
sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus
mengatasi tekanan atau resistensi yang ditimbulkan oleh
struktur dasar panggul dan sekitarnya.
4. Psikologi (Kejiwaan)
Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.
C. Tanda Persalinan
1. Tanda awal persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya
atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory
stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala
turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat,
karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul
menjelang persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri
menurun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor
pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan
sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody
show).
2. Tanda inpartu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Dapat disertai ketuban pecah dini.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan
terjadi pembukaan serviks.
D. Tahapan Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :
1. Kala I
Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks
membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses
membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam, pembukaan
terjadi sangat lambat  sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi
dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi
9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila
pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan
primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm
tiap jam.
2. Kala II
Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung 1,5-2 jam pada primigravida dan 0,5-1 jam
pada multipara.
3. Kala III
Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
4. Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 2 jam,
hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya pendarahan.
E. Definisi Komplikasi Persalinan
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu
dan atau janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh
gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi persalinan sering
terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan
dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu
bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan dengan
kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status
gizi dan status ekonomi ibu bersalin.
Faktor usia ibu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya komplikasi persalinan dikarenakan
semakin muda usia ibu saat terjadi persalinan maka semakin besar
kemungkinan terjadi komplikasi akibat panggul ibu yang masih
sempit serta alat-alat reproduksi yang belum matur, usia kehamilan
yang terlalu muda saat persalinan mengakibatkan bayi yang
dilahirkan menjadi premature. Status perkawinan ibu
mempengaruhi psikologis ibu selama proses kehamilan dan
persalinan serta keteraturan dalam memeriksakan kehamilan juga
mempengaruhi terjadinya komplikasi saat persalinan sebab apabila
terjadi kelainan tidak dapat terdeteksi secara dini.
F. Etiologi Komplikasi Persalinan
Pada penelitian yang dilakukan tahun 1990 yang diadakan
oleh Assesment Safe Motherhood, ditemukan beberapa hal yang
dianggap sebagai penyebab terjadinya komplikasi pada persalinan.
Hal tersebut antara lain:
1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan
untuk hamil
2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang
3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah
persalinan dini masih kurang
4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi
belum sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi resiko
tinggi sedini mungkin
5. Belum semua rumah sakit kabupaten sebagai tempat
rujukan dari puskesmas mempunyai peralatan yang cukup
untuk melaksanakan fungsi obstetrik esensial
G. Faktor Resiko Terjadinya Komplikasi Kehamilan dan
Persalinan
Menurut Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpAK, dokter
spesialis anak dan ahli neonatologi dari Brawijaya Women and
Children Hospital, setiap proses kehamilan dan persalinan
memiliki faktor risiko. “Sekitar 90 persen kehamilan dan
persalinan adalah normal, dan 10 persennya berisiko mengalami
gangguan,”.
Senada dengan dr Rina, spesialis kebidanan dan kandungan
Dr dr Ali Sungkar, SpOG, juga memaparkan beberapa faktor
penyebab yang bisa mempengaruhi tingginya risiko terjadinya
komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
1. Riwayat medis dan pembedahan
Riwayat medis atau kesehatan yang dimiliki ibu
sangat berpengaruh pada janin selama hamil. Beberapa
penyakit yang dialami ibu selama hamil seperti penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, asma, kejang, sampai
diabetes, akan sangat memengaruhi perkembangan janin
selama kehamilan dan proses persalinan.
Penyakit-penyakit tersebut akan berpotensi
menyebabkan pertumbuhan janin abnormal, prematur,
BBLR (berat bayi lahir rendah), sampai kematian. Penyakit
yang paling banyak menyebabkan komplikasi medis
kehamilan adalah tekanan darah tinggi. Beberapa obat
penurun tekanan darah ternyata bisa menyebabkan
kontraindikasi pada kehamilan.
Sedangkan riwayat pembedahan yang berisiko
meningkatkan komplikasi kehamilan adalah jika ibu pernah
mengalami bedah caesar. Proses pembedahan yang pernah
dialami akan berpengaruh pada proses persalinan
selanjutnya.
Secara umum caesar dibagi menjadi dua jenis,
yaitu seksio sesarea klasik dan seksio sesarea
transperitonealis profunda (SCTP). Pada caesar jenis
klasik, peluang untuk VABC (vaginal birth after caesarian,
atau melahirkan normal setelah pernah caesar) akan sulit
dilakukan. Karena, pada operasi jenis ini dokter membuat
sayatan memanjang di badan rahim (korpus uretri)
sepanjang 10 cm. Jika VABC dilakukan pada perempuan
yang pernah mengalami caesar klasik, ia akan berisiko
mengalami ruptura uretri (robek pada dinding rahim).
2. Riwayat obstetrik
Riwayat obstetri bisa disebut riwayat komplikasi
kelahiran. Beberapa masalah yang pernah dialami saat
melahirkan, dan berpotensi menimbulkan komplikasi antara
lain adanya perbedaan Rh (rhesus) ibu dan janin, Rh
sensitif, pernah mengalami perdarahan hebat, dan
melahirkan prematur.
Selain itu, masalah yang berhubungan dengan
plasenta seperti plasenta previa (jalan lahir tertutup
plasenta), atau solustio plasentae (seluruh atau sebagian
plasenta lepas) yang pernah dialami juga akan
memengaruhi proses persalinan dan kehamilan selanjutnya.
3. Riwayat ginekologi
Riwayat ginekologi bisa menyebabkan komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan ibu hamil. Bumil yang
pernah memiliki riwayat kasus kehamilan ektopik 
(kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim),
kemungkinan besar akan kembali mengalaminya pada
kehamilan selanjutnya. Cedera tuba (cedera pada tuba
falopi, atau saluran telur) akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
Selain itu, riwayat ginekologi yang memengaruhi
terjadinya komplikasi adalah adanya kejadian
inkompetensia serviks (ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan kehamilan), dan uterine
anomalies (dinding rahim rusak), sehingga meningkatkan
risiko keguguran.
4. Usia
Usia 35 tahun ke atas merupakan usia rawan untuk
hamil. Hamil pada usia ini akan memengaruhi tingginya
morbiditas (terjadi penyakit atau komplikasi) dan
juga mortalitas (kematian janin). Risiko komplikasi pada
ibu hamil akan meningkat drastis karena dipengaruhi faktor
kesehatan, obesitas, dan perdarahan sang ibu.
H. Komplikasi Dalam Persalinan
Deteksi dini komplikasi kala I menurut Johariah dan Ningrum
(2012) adalah sebagai berikut :
1. Deteksi dini komplikasi kala I
a. Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang
dari 37 minggu )
d. Ketuban pecah dengan mekonium kental
e. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
(kurang dari 37 minggu usia kehamilan)
g. Pre eklamsia/hipertensi dalam kehamilan (tekanan
darah lebih dari 160/100 dan atau terdapat protein
dalam urin)
h. Tinggi fundus 40 cm (makrosomia, polihidramnion,
kehamilan ganda)
i. Gawat janin (DJJ < 100 atau >180 x/menit pada dua
kali penilaian dengan jarak 5 menit)
j. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan
palpasi kepala janin masih 5/5
k. Presentasi bukan belakang kepala (sunsang, letak
lintang, dll)
l. Presentasi majemuk/ganda (adanya bagian janin,
seperti misalnya lengan atau tangan, bersamaan
dengan presentasi belakang kepala)
m. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih
berdenyut)
n. Syok
o. Pesalinan dengan fase laten yang memanjang
p. Belum inpartu
q. Partus lama
2. Deteksi dini komplikasi kala II
a. Dehidrasi
Tanda dan gejala
1) Perubahan nadi (100x/m atau lebih).
2) Urine pekat.
3) Produksi urin sedikit (kurang dari 30
cc/jam).
b. Infeksi
Tanda/gejala:
1) Nadi cepat (110x/m atau lebih).
2) Suhu >38ºC.
3) Menggigil.
4) Air ketuban atau cairan vagina berbau.
c. Pre-Eklampsia Ringan
Tanda/gejala:
1) TD diastolik 90-110 mmHg.
2) Protein urin +2.
d. Pre-Eklampsia Berat
Tanda/gejala:
1) TD diastolik 110 mmHg atau lebih.
2) TD diastolik 90 mmHg atau lebih dengan
kejang.
3) Nyeri kepala.
4) Gangguan penglihatan.
5) Kejang (eklapsia).
e. Inersia Uteri
Tanda/gejala:
1) Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10
menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik.
f. Gawat janin
Tanda/gejala:
1) DJJ <120/>160x/m, mulai waspada tanda
awal gawat janin.
2) DJJ <100/>180x/m.
g. Kepala bayi tidak turun.
h. Distosia bahu.
i. Cairan ketuban bercampur mekonium.
j. Tali pusat menumbung.
k. Lilitan tali pusat.
l. Kehamilan kembar (Gemeli) tak terdeteksi.
m. Presentasi muka.
n. Letak lintang.
o. Letak sungsang.
3. Deteksi dini komplikasi kala III
a. Perdarahan kala III
1) Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana
myometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari
bekas implantasi plasenta menjadi tidak
terkendali.
2) Retensio plasenta
3) Perlukaan jalan lahir
4. Deteksi dini komplikasi kala IV
a. Demam.
b. Perdarahan aktif.
c. Keluar banyak bekuan darah
d. Bau busuk dari vagina.
e. Pusing.
f. Lemas luar biasa.
g. Nyeri panggul atau abdomen yang luar biasa dari
nyeri kontraksi biasa.
Komplikasi dalam persalinan menurut Varney (2008) adalah
sebagai berikut:
1. Komplikasi pada kala I dan kala II
a. Kala I lama
Menurut Prawirohardjo (2010) membagi kelainan
pada kala I lama sebagai berikut :
1) Fase laten memanjang
Friedman mengembangkan konsep
tiga tahap fungsional pada persalinan untuk
menjelaskaan tujuan-tujuan fisiologis
persalinan. Tahap persalinan ini mungkin
peka terhadap sedasi dan anesthesia
regional. Friedman dan Sachtleben
mendefinisikan fase laten berkepanjangan
apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada
nulipara dan 14 jam pada multipara. Faktor-
faktor yang mempengaruhi durasi fase laten
antara lain adalah anesthesia regional atau
sedasi yang berlebihan, keadaan serviks
yang buruk (missal tebal, tidak mengalami
pendataran, atau tidak membuka), dan
persalinan palsu. Friedman mengklaim
bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama
efektif dan amannya dalam memperbaiki
fase laten yang berkepanjangan. Istirahat
lebih disarankan karena persalinan palsu
sering tidak disadari. Amniotomi tidak
dianjurkan karena adanya insiden persalinan
palsu.
2) Fase aktif memanjang
Menurut Friedman rerata durasi
persalinan fase aktif pada nulipara adalah
4,9 jam. Deviasi standar 3,4 jam cukup
lebar. Dengan demikian, fase aktif
dilaporkan memiliki maksimum statistic
sebesar 11,7 jam. Friedman membagi lagi
masalah fase aktif menjadi gangguan
protaction (berkepanjangan/berlarut-larut)
dan arrest (macet, tak maju). Protaksi yaitu
kecepatan pembukaan atau penurunan yang
lambat, untuk nulipara adalah kecepatan
pembukaan <1,2 cm/jam atau penurunan <1
cm/jam. Untuk multipara protaksi yaitu
kecepatan pembukaan <1,5 cm/jam atau
penurunan <2 cm/jam. Ia mendefinisikan
sebagai berhentinya secara total pembukaan
atau penurunan. Kemacetan pembukaan
(arrest of dilatation) yaitu tidak adanya
perubahan serviks dalam 2 jam, dan
kemacetan penurunan (arrest of descent)
sebagai tidak adanya penurunan janin dalam
1 jam. Pada persalinan yang berkepanjangan
dan macet, Friedman menganjurkan
pemeriksaan fetopelvik untuk mendiagnosis
disproporsi sefalopelvik. Terapi yang
dianjurkan untuk persalinan yang
berkepanjangan adalah menunggu,
sedangkan oksitosin dianjurkan untuk
persalinan yang macet tanpa disproporsi
sefalopelvik.
b. Riwayat seksio sesaria sebelumnya
c. Persalinan atau kelahiran prematur
Persalinan prematur adalah persalinan yang
dimulai pada awal usia kehamilan 20 minggu
sampai akhir minggu ke 37. Penatalaksanaan pada
persalinan prematur didasarkan pada pertama kali
dengan mengidentifikasi wanita yang beresiko
mengalami ini.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
sebelum adanya tanda-tanda inpartu (Kemenkes RI,
2013;h.122).
e. Amnionitis dan karioamnionitis
Varney (2007;h.792) mengatakan amnionitis
adalah inflamasi kantong dan cairan amnion.
Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain
infeksi cairan amnion dan kantong amnion.
f. Disfungsi uterus
1) Disfungsi uterus hipotonik.
Tanda dan gejala difungsi uterus
hipotonis menurut varney (2007;h.799)
adalah sebagai berikut:
a) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali,
kemajuan persalinan berhenti.
b) Komplikasi uterus tidak adekuat,
durasi singkat dan intensitas ringan.
c) Tidak ada kemajuan dilatasi servik
atau penurunan janin.
2) Disfungsi uterus hipertonik
Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik
menurut Vaney (2008;h.799) adalah sebagai
berikut :
a) Kontraksi terasa sangat nyeri selama
priode persalinan dan keparahan
kontraksi saat palpasi.
b) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak
teratur.
c) Tidak ada kemajuan pendapatan dan
dilatasi servik.
g. Disporposi sefalopelvik
Adalah disporposi antara ukuran janin dan
ukuran pelvis, yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar
untuk mengakomondasikan keluarnya janin
(Varney,2007;h.797).
2. Komplikasi pada kala III
a. Plasenta tertinggal
Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum
terlepas dan mengakibatkan perdarahan tidak
terlihat. Manajemen untuk kasus ini adalah dengan
menual plasenta. (Varney, 2007;h.831).
b. Perdarahan kala tiga
c. Retensio plasenta
Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Manajemen untuk kasusu ini
adalah dengan manual plasenta dan segera merujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.
d. Inversio uterus
Adalah keadaan uterus benar-benar membaik dari
bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus
menonjol keluar melalui orifisum servik, turun dan
masuk kedalam introitus vagina, dan menonjol
keluar melewati vulva (Varney, 2007;h.833).
3. Komplikasi pada kala IV
a. Perdarahan post partum
1) Definisi
Definisi perdarahan adalah kehilangan darah
secara abnormal. Rata-rata kehilangan darah
selama pelahiran pervagina tanpa komplikasi
adalah lebih dari 500 ml (Varney,
2007;h.841).
2) Faktor predisposisi
a) Distensi berlebihan pada uterus.
b) Induksi oksitosin atau augmentasi.
c) Persalinan cepat atau presipitatus.
d) Kala satu atau kala dua yang
memanjang.
e) Grande multipara
I. Penatalaksanaan Komplikasi dalam Persalinan
1. Manuver Mc Robert
Manuver ini cukup sederhana, aman dan dapat mengatasi
sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
a. Posisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu ibu
terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut
menjadi sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan
kedua kaki ke arah luar (abduksi).
b. Lakukan episiotomi yang cukup lebar.
c. Mintalah asisten menekan supra simfisis ke arah
posterior menggunakan pangkal tangannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk ke bawah
simfisis
d. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke
arah posterokaudal dengan mantap.
e. Hindari tarikan berlebihan untuk menghindari
cedera pleksus brakhialis.
2. Kompresi Bimanual Interna
Kompresi bimanual interna adalah tangan kiri penolong
dimasukan kedalam vagina dan sambil membuat kepalan
diletakan pada forniks anterior vagina. tangan kanan
diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus
uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan
sertajari- jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri 
terpegang antara tangan antara lain, yaitu tangan kanan
melaksanakan massage pada uterusdan sekalian
menekannya terhadap tangan kiri.
a. Penolong berdiri di depan vulva, oleskan antiseptic
pada sarungtangan kanan
b. Masukkan tangan kanan secara obstetric kedalam
vagina
c. Kepalkan tangan
d. Tekankan tangan yang ada dalam vagina forniks
anterior dengan mantap pada bagian bawah uterus
(kranio anterior)
e. Hatihatilah dalam menyingkirkan serviks yang men
ghalangi penekanan
f. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus
uteri
g. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan
telapak tangan kiri dengan kepalan tangan pada
forniks anterior tekanan mendekatkan tangan pada
perut dan kepalan tangan yang ada dalam vagina
bersamaan.
h. Tekan tangan dengan mantap sampai perdarahan ber
henti danuterus berkontraksi
i. Jika anda merasa uterus sudah mulai berkontraksi, 
maka dengan perlahan tariklah tangan keluar, jika ut
erus berkontraksi teruskan pemantauan.
j. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta
lah bantuan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna sementara andamemberi injeksi
metergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (RL
dengan 20 IU oxytosin/500 cc terbuka lebar atau 40
tetes/menit)
k. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kemb
ali KBI segera setelah anda memberikan injeksi
metergin dan memulai infuse IV
l. Jika uterus belum )uga mulai berkontraksi setelah 5-
7 menit, segera siapkan perujukan dengan  IV
tetap terpasang dengan laju 500cc/jam.....
3. Kompresi Bimanual Eksterna
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang
efektif untuk mengendalikan perdarahan misalnya akibat
atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan sampai
uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat
dihentikan, ini dapat di uji dengan melepaskan
sesaattekanan pada uterus dan kemudian mengevaluasi
konsistensi uterus dan jumlah perdarahan. Penolong dapat
menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna sambil penolong melakukan tahapan
selanjutnya untuk penatalaksanaan atonia uteri. Dalam
melakukan kompresi bimanual eksterna ini, waktu sangat
penting, demikian juga kebersihan. sedapat
mungkin ,gantillah sarung tangan atau cucilah tangan
sebelum memulai tindakan ini.
a. Bila mungkin mintalah bantuan seseorang.
b. Cobalah massage ringan agar uterus berkontraksi.
c. Periksa apakah kandung kencing penuh.jika
kandung kencing penuh, mintalah ibu untuk buang
air kecil. bila tidak berhasil, pasanglah kateter.
d. Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan kompresi
bimanual eksternal
e. Ada beberapa cara dalam melakukan kompresi
bimanual eksterna yaitu
Cara I
1) Tangan kiri menggenggam rahim dari luar
dan dasar rahim,
2) Tangan kanan menggenggam rahim bagian
bawah,
3) Kemudian keduatangan menarik rahim
keluar dari rongga panggul, sedangkan
tangan kanan memeras bagian bawahrahim.
Cara II
1) Letakan satu tangan pada dinding perut dan
usahakan sedapat mungkin bagian belakang
uterus.
2) Letakan tangan dan lain dalam keadaan
terkepal pada bagiandepan kurpus uteri.
3) Kemudian rapatkan kedua tangan untuk
menekan pembuluhdarah ke dinding uterus
dengan jalan menjepit uterus diantarakedua
tangan tersebut
4) Berikan 10 unit oksitoksin secara IM atau
melalui infuse jika mungkin,
5) Kemudian berikan ergometrin 0,2 mg
(methergin) IM, kecuali jika ibu menderita
hipertensi berat. dapat juga diberikan 0,5mg
syntometrin IM jika ibu tidak menderita
hipertensi. Jika perdarahan berkurang atau
berhenti mintalah ibu menyusui bayi.
6) Jika hal ini tidak berhasil menghentikan
perdarahan dan uterus tetap tidak
berkontraksi walaupun telah di rangsang
dengan mengusap-usap perut pasanglah
infuse.
4. Kompresi Aorta Abdominalis
Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang
dilakukan untuk menghentikan perdarahan secara mekanik.
Proses mekanika yangdigunakan adalah dengan aplikasi
tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti
kontraksi meometrium (yang untuk sementara waktu tidak
dapat berkontraksi). Kontraksi meometrium dibutuhkan
untuk menjepit anyaman cabang- cabang pembuluh darah
besar yang berjalan diantaranya. Prosedur ini dilakukan dari
luar (kompresi bimanual eksterna) atau daridalam
(kompresi bimanual interna), tergantung tahapan upaya
mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi
perdarahan yang terjadi. Bila kedua upaya tersebut belum
berhasil, segera lakukan usaha lanjutan, yaitu kompresi
aorta abdominalis.
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan sebelum tindakan
c. Baringkan ibu diatas ranjang, penolong menghadap
sisi kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga
pasien berada padaketinggian yang sama dengan
pinggul penolong.
d. Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak
memakai penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada
artikulasio koksae.
e. Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan
meletakkan ujung jari telunjuk dan tengah tangan
kanan pada lipat paha, yaitu pada perpotongan garis
lipat paha dengan garis horisontal yang melalui titik
1 sentimeter diatas dan sejajar dengan tepi atas
simfisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri teraba
dengan baik.
f. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua
ujung jari darititik pulsasi tersebut.
g. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian
punggung jari telunjuk,tengah, manis dan
kelingking pada umbilikus ke arah
kolumnavertebralis dengan arah tegak lurus.
h. Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai
bagian yang kerasdi bagian tengah/ sumbu badan
ibu dan apabila tekanan kepalantangan kiri
mencapai aorta abdominalis maka pulsasi
arterifemoralis (yang dipantau dengan ujung jari
telun)uk dan tengahtangan kanan) akan berkurang/
terhenti (tergantung dari derajat tekanan pada aorta).
i. Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam
(kaitkan dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).
Perhatikan :
1) Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus
tidak berkontraksidengan baik, usahakan
pemberian preparat prostatglandin. Bila
bahan tersebut tidak tersedia atau uterus
tetap tidak dapat berkontraksi setelah
pemberian prostatglandin, pertahankan
posisi demikian hingga pasien dapat
mencapai fasilitas rujukan.
2) Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan
masih berlangsungmaka lakukan kompresi
eksternal dan pertahankan posisidemikian
hingga pasien mencapai fasilitas rujukan.
3) Bila kompresi sulit untuk dilakuakan secara
terus menerusmaka lakukan pemasangan
tampon padat uterovaginal, pasanggurita ibu
dengan kencang dan lakukan rujukan.
4) Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan
berhenti dan uterus berkontraksi dengan
baik. 9eruskan pemberian uterotonika
j. Bila perdarahan berkurang atau berhenti,
pertahankan posisi tersebut dan lakukan pemijatan
uterus (oleh asisten) hingga uterus berkontraksi
dengan baik
5. Manual Plasenta
Manual plasenta adalah tindakan kebidanan untuk
penatalaksaan retensio plasenta. Retensio placenta adalah
keadaan dimana placenta belum lahir dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Retensio placenta harus dikeluarkan
karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi,
placenta inkarsirata, polip plasenta, dll. Dalam melakukan
pengeluaran placenta secara manual perlu diperhatikan
tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi.
a. Lakukan anastesia verbal/analgesia per rektal
sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih • Pastikan
kateter masuk dengan benar • Lepas kateter setelah
kandung kemih kosong
c. Jepit tali pusat dengan klem/kocher, kemudian
tegangkan tali pusat sejajar lantai
d. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung
tangan kebawah) kedalam vagina dengan
menelususri sisi bawah tali pusat.
e. Setelah tangan mencapai pembukaan servik, minta
asisten atau keluarga untuk memegang kocher,
kemudian tangan lain penolong menehan fundus
uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan ke
dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta.
g. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi
salam (ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk)
h. Melepaskan plasenta dari dinding uterus
1) Tentukan impalantasi plasenta, temukan tepi
plasenta yang paling bawah
2) Bila implantasi dikorpus belakang, tangan
dalam tetap pada sisi bawah tali pusat. Bila
implantasi di korpus depan, pindahkan
tangan dalam ke sisi atas tali pusat dengan
punggung tangan menghadap ke atas.
3) Implantasi di korpus belakang lepaskan
plasenta dari tempat inplantasinya dengan
jalan menyelipkan ujung jari diantara
plasenta dan dinding uterus, dengan
punggung tangan pada dinding dalam uterus
bagian belakang (menghadap sisi bawah tali
pusat)
4) Implantasi di korpus depan lakukan
penyisipan ujung jari diantara plasenta dan
dinding uterus dengan punggung tangan
pada dinding dalam uterus bagian depan
(menghadap sisi atas tali pusat).
5) Kemudian gerakkan tangandalam ke kiri dan
ke kanan sambil bergeser ke kranial
sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan. Catatan : Sambil
melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai
bila terjadi penyulit
i. Mengeluarkan plasenta
1) Sementara satu tangan masih di dalam
kavum uteri, lakukan eksplorasi ulanagn
untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus.
2) Pindahkan tangan luar ke atas simfisis
untuk menahan uterus pada saat plasenta
dikeluarkan.
3) Instruksikan asisten atau keluarga yang
memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangandalam menarik plasenta keluar
(hindaari percikan darah)
4) Letakkan plasenta kedalam tempat yang
telah di sediakan.
5) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan
tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta
lahir.
j. Pencegahan infeksi pasca tindakan
1) Sementara masih menggunakan sarung
tangan, kumpulkan semua barang, bahan
atau instrumen bekas pakai dan bersihkan
tubuh ibu dengan air bersih dan bed tempat
persalinan
2) Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan
semua peralatan termasuk bed tempat
persalinan yang tercemar darah atau cairan
tubuh pasien
3) Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan
segera cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.
4) Keringkan tangan dengan handuk pribadi
yang bersih dan kering / tissue
k. Perawatan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera
lakukan tindakan dan instruksi apabila masih
diperlukan
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan
tindakan didalam rekam medik dalam
bentuk asuhan kebidanan.
3) Lakukan kolaborasi dengan tim medis lain :
Dokter : Pengabatan lanjutan (terapi)
Ahli gizi : Konsultasi diit dan hal-hal
penting untuk dipantau
4) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya
tentang asuhan mandiri dan tanda-tanda
bahaya yang mungkin terjadi. Minta
keluarga segera melapor pada
petugas/penolong jika terjadi gangguan
kesehatan ibu atau timbul tanda-tanda
bahaya tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka kami dapat menyimpulkan tentang materi yang dibahas,
sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
2. Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian
ibu ataupun anak saat proses persalinan, perlu dilakukan
asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai berikut :
a. Kala I, tahap pembukaanin partu (partus mulai)
ditandai dengan lendir bercampur darah, karena
serviks mulai membuka dan mendatar.
b. Kala II , pada kala pengeluaran janin, rasa mulas
terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali.
c. Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta
setelah pengeluaran janin.
d. Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan
pengawasan terhadap bahaya perdarahan.
Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua
jam.
B. Saran
Selain menarik kesimpulan di atas, kami juga memeberikan saran
sebagai berikut :
1. Adanya makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari
isi dari makalah tersebut.
2. Agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mengenai asuhan persalinan yang terbagi atas empat kala.
3. Sebaiknya pembaca mencari buku ataupun mencari di
internet mengenai asuhan persalinan agar lebih memehami
asuhan persalinan
DAFTAR PUSTAKA

Budijanto, Didik M.Kes. (2015) Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf
Dewi, Vivian N.L., & Sunarsih, Tri. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika
DKK, Dinas Kesehatan Banyumas (2014). Profil Kesehatan Banyumas.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KO
TA_2014/3302_Jateng_Kab_Banyumas_2014.pdf
DINKES, Dinas Provinsi Jawa Tengah (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
Dita,GH. (2015) Standar Kebidanan. https: files. Wordpress.com/2015/03/pmk-
no-1464-2010-ttg-izin-dan-penyelengaraan praktek-bidan. pdf \
https://galihendradita.files.wordpress.com/2015/03/pmk-no-1464-th-
2010-ttg-izin-dan-penyelenggaraan-praktik-bidan.pdf
Hutahaean, Serri. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika
Irianto,Koes. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung : Alfabeta
Kuswanti, Ina. (2014). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri jilit I. EGC: Jakarta
Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    andrea viqi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    andrea viqi
    Belum ada peringkat
  • Ruptur
    Ruptur
    Dokumen20 halaman
    Ruptur
    andrea viqi
    Belum ada peringkat
  • Gadar
    Gadar
    Dokumen28 halaman
    Gadar
    andrea viqi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gadar
    Makalah Gadar
    Dokumen40 halaman
    Makalah Gadar
    andrea viqi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ruptur
    Makalah Ruptur
    Dokumen36 halaman
    Makalah Ruptur
    andrea viqi
    Belum ada peringkat