Anda di halaman 1dari 187

DAFTAR ISI

1. UNDANG – UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970

TENTANG KESELAMATAN KERJA

2. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2020

TENTANG KESELAMATAN KERJA DAN

KESEHATAN KERJA PESAWAT ANGKAT ANGKUT

3. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN KERJA
UNDANG – UNDANG NOMOR 1

TAHUN 1970 TENTANG

KESELAMATAN KERJA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERDJA

DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat


perlindungan atas keselamatannja dalam melakukan
pekerdjaan untuk kesedjahteraan dan meningkatkan
produksi serta produktivitas Nasional;
b. bahwa setiap orang lainnja jang berada di tempat
kerdja perlu terdjamin pula keselamatannja;
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan setjara aman dan effisien;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala
daja-upaja untuk membina norma-norma
perlindungan kerdja;
e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu
diwudjudkan dalam Undang-undang jang memuat
ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan
kerdja jang sesuai dengan perkembangan masjarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi;

Mengingat : 1. Pasal-pasal 5, 20, dan 27 Undang-undang Dasar 1945;


2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-undang No. 14 Tahun
1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai
Tenaga Kerdja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran Negara No.
2912);

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-


Rojong;

MEMUTUSKAN:

1. Mentjabut : Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No. 406);

2. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KESELAMATAN KERDJA.


BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini jang dimaksudkan dengan :


(1) ”tempat kerdja” ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerdja bekerdja, atau jang sering dimasuki
tenaga kerdja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaja
sebagaimana diperintji dalam pasal 2;

termasuk tempat kerdja ialah semua ruangan,


lapangan, halaman dan sekelilingnja jang merupakan
bagian-bagian atau jang berhubungan dengan tempat
kerdja tersebut;

(2) ”pengurus” ialah orang jang mempunjai tugas


memimpin langsung sesuatu tempat kerdja atau
bagiannja jang berdiri sendiri;

(3) ”pengusaha” ialah :


a. orang atau badan hukum jang mendjalankan
sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan
itu mempergunakan tempat kerdja;
b. orang atau badan hukum jang setjara berdiri
sendiri mendjalankan sesuatu usaha bukan
miliknja dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerdja;
c. orang atau badan hukum jang di Indonesia
mewakili orang atau badan hukum termaksud
pada (a) dan (b), djikalau jang diwakili
berkedudukan diluar Indonesia.
(4) ”direktur” ialah pedjabat jang ditundjuk oleh Menteri
Tenaga Kerdja untuk melaksanakan Undang-undang
ini;

(5) ”pegawai pengawas” ialah pegawai technis berkeachlian


chusus dari Departemen Tenaga Kerdja jang ditundjuk
oleh Menteri Tenaga Kerdja;

(6) ”Ahli keselamatan kerdja” ialah tenaga technis


berkeachlian chusus dari luar Departemen Tenaga
Kerdja jang ditundjuk oleh Menteri Tenaga Kerdja
untuk mengawasi ditaatinja Undang-undang ini.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Jang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan


kerdja dalam segala tempat kerdja, baik didarat,
didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun
diudara, jang berada didalam wilajah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.

(2) Ketentuan-ketentuan dalam ajat (1) tersebut berlaku


dalam tempat kerdja di mana :
a. Dibuat, ditjoba, dipakai atau dipergunakan mesin,
pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi
jang berbahaja atau dapat menimbulkan
ketjelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai dipergunakan,
diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan
atau barang jang : dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beratjun, menimbulkan
insfeksi, bersuhu tinggi;
c. Dikerdjakan pembangunan, perbaikan,
perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnja termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan
dibawah tanah dan sebagainja atau dimana
dilakukan pekerdjaan persiapan;
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan,
pembukaan hutan, pengerdjaan hutan,
pengolahan kaju atau hasil hutan lainnja,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan :
emas, perak atau bidjih logam lainnja, batu-
batuan, gas, minjak atau mineral lainnja, baik
dipermukaan atau didalam bumi, maupun didasar
perairan;
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau
manusia, baik didaratan, melalui terowongan,
dipermukaan air, dalam air maupun diudara;
g. Dikerdjakan bongkar-muat barang muatan di
kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang;
h. Dilakukan penjelaman, pengambilan benda dan
pekerdjaan lain didalam air;
i. Dilakukan pekerdjaan dalam ketinggian diatas
permukaan tanah atau perairan;
j. Dilakukan pekerdjaan dibawah tekanan udara
atau suhu jang tinggi atau rendah;
k. Dilakukan pekerdjaan jang mengandung bahaja
tertimbun tanah, kedjatuhan, terkena pelantingan
benda, terdjatuh atau terperosok, hanjut atau
terpelanting;
l. Dilakukan pekerdjaan dalam tangki, sumur atau
lubang;
m. Terdapat atau menjebar suhu, kelembahan, debu,
kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin,
tjuatja, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan
sampah atau timah;
o. Dilakukan pemantjaran, penjiaran atau
penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, pertjobaan,
penjelidikan atau riset (penelitian) jang
menggunakan alat tehnis;
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minjak
atau air;
r. Diputar pilem, dipertundjukkan sandiwara atau
diselenggarakan rekreasi lainnja jang memakai
peralatan instalasi listrik atau mekanik.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditundjuk
sebagai tempat kerdja ruangan-ruangan atau
lapangan-lapangan lainnja jang dapat membahajakan
keselamatan atau kesehatan jang bekerdja dan atau
jang berada diruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah perintjian tersebut dalam ajat (2).

BAB III
SJARAT-SJARAT KESELAMATAN
KERDJA

Pasal 3

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan sjarat-


sjarat keselamatan kerdja untuk :
a. Mentjegah dan mengurangi ketjelakaan;
b. Mentjegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran;
c. Mentjegah dan mengurangi bahaja peledakan;
d. Memberi kesempatan atau djalan menjelamatkan
diri pada waktu kebakaran atau kedjadian-
kedjadian lain jang berbahaja;
e. Memberi pertolongan pada ketjelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para
pekerdja;
g. Mentjegah dan mengendalikan timbul atau
menjebar luasnja suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, tjuatja,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. Mentjegah dan mengendalikan timbulnja penjakit
akibat kerdja baik physik maupun psychis,
peratjunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan jang tjukup dan sesuai;
j. Menjelenggarakan suhu dan lembah udara jang
baik;
k. Menjelenggarakan penjegaran udara jang tjukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan
ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerdja, alat
kerdja, lingkungan tjara dan proses kerdjanja;
n. Mengamankan dan memperlantjar pengangkutan
orang, binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala djenis
bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerdjaan
bongkar-muat, perlakuan dan penjimpanan
barang;
q. Mentjegah terkena aliran listrik jang berbahaja;
r. Menjesuaikan dan menjempurnakan pengamanan
pada pekerdjaan jang bahaja ketjelakaannja
menjadi bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah
perintjian seperti tersebut dalam ajat (1) sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi
serta pendapatan-pendapatan baru dikemudian hari.

Pasal 4

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan sjarat-


sjarat keselamatan kerdja dalam perentjanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan
dan penjimpanan bahan, barang, produk tehnis dan
aparat produksi jang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaja ketjelakaan.

(2) Sjarat-sjarat tersebut memuat prinsip-prinsip tehnis


ilmiah mendjadi suatu kumpulan ketentuan jang
disusun setjara teratur, djelas dan praktis jang
mentjakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengudjian dan pengesahan, pengepakan atau
pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi
guna mendjamin keselamatan barang-barang itu
sendiri, keselamatan tenaga kerdja jang melakukannja
dan keselamatan umum.

(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah


perintjian seperti tersebut dalam ajat (1) dan (2) :
dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa jang
berkewadjiban memenuhi dan mentaati sjarat-sjarat
keselamatan tersebut.
BAB IV
PENGAWASAN

Pasal 5

(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap


Undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerdja ditugaskan
mendjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinja Undang-undang ini dan membantu
pelaksanaannja.

(2) Wewenang dan kewadjiban direktur, pegawai pengawas


dan ahli keselamatan kerdja dalam melaksanakan
Undang-undang ini diatur dengan peraturan
perundangan.

Pasal 6

(1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan


direktur dapat mengajukan permohonan banding
kepada Panitya Banding.

(2) Tata-tjara permohonan banding, susunan Panitya


Banding, tugas Panitya Banding dan lain-lainnja
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerdja.

(3) Keputusan Panitya Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini


pengusaha harus membajar retribusi menurut ketentuan-
ketentuan jang akan diatur dengan peraturan
perundangan.

Pasal 8

(1) Pengurus diwadjibkan memeriksakan kesehatan


badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerdja jang akan diterimanja maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerdjaan jang
diberikan padanja.

(2) Pengurus diwadjibkan memeriksa semua tenaga kerdja


jang berada dibawah pimpinannja, setjara berkala
pada Dokter jang ditundjuk oleh Pengusaha dan
dibenarkan oleh Direktur.

(3) Norma-norma mengenai pengudjian kesehatan


ditetapkan dengan peraturan perundangan.
BAB V
PEMBINAAN

Pasal 9

(1) Pengurus diwadjibkan menunjukkan dan


mendjelaskan pada tiap tenaga kerdja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaja-bahaja serta jang
dapat timbul dalam tempat kerdjanja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan
jang diharuskan dalam tempat kerdjanja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerdja jang
bersangkutan;
d. tjara-tjara dan sikap jang aman dalam
melaksanakan pekerdjaannja.
(2) Pengurus hanja dapat memperkerdjakan tenaga kerdja
jang bersangkutan setelah ia jakin bahwa tenaga
kerdja tersebut telah memahami sjarat-sjarat tersebut
di atas.

(3) Pengurus diwadjibkan menjelenggarakan pembinaan


bagi semua tenaga kerdja jang berada dibawah
pimpinannja, dalam pentjegahan ketjelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerdja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada ketjelakaan.

(4) Pengurus diwadjibkan memenuhi dan mentaati semua


sjarat-sjarat dan ketentuan-ketentuan jang berlaku
bagi usaha dan tempat kerdja jang didjalankannja.

BAB VI
PANITYA PEMBINA KESELAMATAN
KESEHATAN KERDJA

Pasal 10

(1) Menteri Tenaga Kerdja berwenang membentuk Panitya


Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerdja guna
memperkembangkan kerdja sama, saling pengertian
dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus
dan tenaga kerdja dalam tempat-tempat kerdja untuk
melaksanakan tugas dan kewadjiban bersama dibidang
keselamatan dan kesehatan kerdja dalam rangka
melantjarkan usaha berproduksi.

(2) Susunan Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerdja, tugas dan lain-lainnja ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerdja.
BAB VII
KETJELAKAAN

Pasal 11

(1) Pengurus diwadjibkan melaporkan tiap ketjelakaan


jang terjadi dalam tempat kerdja jang dipimpinnja,
pada pedjabat jang ditundjuk oleh Menteri Tenaga
Kerdja.

(2) Tata tjra pelaporan dan pemeriksaan ketjelakaan oleh


pegawai termaksud dalam ajat (1) diatur dengan
peraturan perundangan.

BAB VIII
KEWADJIBAN DAN HAK
TENAGA KERDJA

Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewadjiban dan


atau hak tenaga kerdja untuk :
a. Memberikan keterangan jang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerdja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua sjarat-sjarat
keselamatan dan kesehatan kerdja jang diwadjibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua
sjarat keselamatan dan kesehatan jang diwadjibkan.
e. Menjatakan keberatan kerdja pada pekerdjaan dimana
sjarat keselamatan dan kesehatan kerdja serta alat-
alat perlindungan diri jang diwadjibkan diragukan
olehnja ketjuali dalam hal-hal chusus ditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam bata-batas jang masih
dapat dipertanggung djawabkan.

BAB IX
KEWADJIBAN BILA MEMASUKI
TEMPAT KERDJA

Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerdja,


diwadjibkan mentaati semua petundjuk keselamatan
kerdja dan memakai alat-alat perlindungan diri jang
diwadjibkan.
BAB X

KEWADJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwadjibkan :
a. Setjara tertulis menempatkan dalam tempat kerdja
jang dipimpinnja, semua sjarat keselamatan kerdja
jang diwadjibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannja jang berlaku bagi
tempat kerdja jang bersangkutan, pada tempat-tempat
jang mudah dilihat dan terbatja dan menurut
petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan
kerdja.
b. Memasang dalam tempat kerdja jang dipimpinnja,
semua gambar keselamatan kerdja jang diwadjibkan
dan semua bahan pembinaan lainnja pada tempat-
tempat jang mudah dilihat dan terbatja menurut
petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan
kerdja.
c. Menjediakan setjara tjuma-tjuma, semua alat
perlindungan diri jang diwadjibkan pada tenaga kerdja
jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan
bagi setiap orang lain jang memasuki tempat kerdja
tersebut, disertai dengan petundjuk-petundjuk jang
diperlukan menurut petundjuk pegawai pengawas atau
achli keselamatan kerdja.

BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 15

(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal


diatas diatur lebih landjut dengan peraturan
perundangan.

(2) Peraturan perundangan tersebut pada ajat (1) dapat


memberikan antjaman pidana atas pelanggaran
peraturannja dengan hukuman kurungan selama-
lamanja 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginja
Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16
Pengusaha jang mempergunakan tempat-tempat kerdja
jang sudah ada pada waktu undang-undang ini mulai
berlaku wadjib mengusahakan didalam satu tahun
sesudah Undang-undang ini mulai berlaku, untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau
berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 17

Selama Peraturan perundangan untuk melaksanakan


ketentuan dalam Undang-undang ini belum dikeluarkan,
maka peraturan dalam bidang keselamatan kerdja jang
ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku, tetap
berlaku sepandjang tidak bertentangan dengan Undang-
undang ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut “UNDANG-UNDANG


KESELAMATAN KERDJA” dan mulai berlaku pada hari
diundangkan.
Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatannja dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Djakarta a
pada tanggal 12 Djanuaril 1970

PRESIDEN REPUBLI INDONESIA


T
.
ttd. N
.
SOEHARTO
Djenderal TNI

Ditetapkan di Djakarta
pada tanggal 12 Djanuari 1970

SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

ALAMSJAH
Major Djenderal T.N.I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1970 NOMOR 1


PENDJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERDJA

PENDJELASAN UMUM
Veiligheidsreglement jang ada sekarang dan berlaku mulai 1910 (Stbl.
No. 406) dan semendjak itu di sana sini mengalami perubahan mengenai soal-
soal jang tidak begitu berarti, ternjata dalam banjak hal sudah terbelakang
dan perlu diperbaharui sesuai dengan perkembangan peraturan perlindungan
tenaga kerdja lainnja dan perkembangan serta kemadjuan teknik, teknologi
dan industrialisasi di Negara kita dewasa ini dan untuk selandjutnja.
Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainja jang serba pelik
banjak dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banjak diolah dan
dipergunakan, sedangkan mekanisasi dan elektrifikasi diperluas di mana-
mana.
Dengan madjunja industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi, dan
modernisasi, maka dalam kebanjakan hal berlangsung pulalah peningkatan
intensitet kerdja operasionil dan tempo kerdja para pekerdja. Hal-hal ini
memerlukan pengerahan tenaga setjara intensief pula dari para pekerdja.
Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan kesimbangan dan
lain-lain merupakan akibat dari padanja dan menjadi sebab terjadinja
ketjelakaan.
Bahan-bahan jang mengandung ratjun, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-
pesawat dan sebagainja jang serba pelik serta tjara-tjara kerdja jang buruk,
kekurangan ketrampilan dan latihan kerdja, tidak adanja pengetahuan
tentang sumber bahaja jang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber
bahaja dan penjakit-penjakit akibat kerdja. Maka dapatlah difahami perlu
adanja pengetahuan keselamatan kerdja dan kesehatan kerdja jang madju
dan tepat.
Selandjutnja dengan peraturan jang madju akan dicapai keamanan jang
baik dan realistis jang merupakan faktor sangat penting dalam memberikan
rasa tentram, kegiatan dan kegairahan bekerdja pada tenaga-tenaga jang
bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerdjaan,
meningkatkan produksi dan produktivitas kerdja.
Pengawasan berdasarkan Veiligheidsreglement seluruhnja bersifat
repressief.
Dalam Undang-undang ini diadakan perubahan prinsipiil dengan merubahnja
menjadi lebih diarahkan pada sifat PREVENTIEF.
Dalam praktek dan pengalaman dirasakan perlu adanja pengaturan jang baik
sebelum perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel
didirikan, karena amatlah sukar untuk merubah atau merombak kembali apa
jang telah dibangun dan terpasang di dalamnja guna memenuhi sjarat-sjarat
keselamatan kerdja jang bersangkutan.

Peraturan baru ini dibandingkan dengan jang lama, banjak


mendapatkan perubahan-perubahan jang penting, baik dalam isi, maupun
bentuk dan sistimatikanja.
Pembaharuan dan perluasannja adalah mengenai:
1. Perluasan ruang lingkup.
2. Perobahan pengawasan repressief menjadi preventief.
3. Perumusan tehnis jang lebih tegas.
4. Penjesuaian tata usaha sebagaimana diperlukan bagi pelaksanaan
pengawasan.
5. Tambahan pengaturan pembinaan Keselamatan Kerdja Bagi management
dan Tenaga Kerdja.
6. Tambahan pengaturan mendirikan Panitya Pembina Keselamatan Kerdja
dan Kesehatan Kerdja.
7. Tambahan pengaturan pemungutan retribusi tahunan.

PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Ajat (1)
Dengan perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunja Undang-
undang ini djelas ditentukan oleh tiga unsur :
1. Tempat dimana dilakukan pekerdjaan bagi sesuatu usaha.
2. Adanja Tenaga Kerdja jang bekerdja disana.
3. Adanja bahaja Kerdja ditempat itu.
Tidak selalu Tenaga Kerdja harus sehari-hari bekerdja dalam suatu
tempat kerdja.
Sering pula mereka untuk waktu-waktu tertentu harus memasuki
ruangan-ruangan untuk mengontrol, menjetel, mendjalankan instalasi-
instalasi, setelah mana mereka keluar dan bekerdja selandjutnja dilain
tempat.
Instalasi-instalasi itu dapat merupakan sumber-sumber bahaja dan
dengan demikian haruslah memenuhi sjarat-sjarat keselamatan kerdja
jang berlaku baginja, agar setiap orang termasuk tenaga kerdja jang
memasukinja dan atau untuk mengerdjakan sesuatu disana, walaupun
untuk djangka waktu pendek, terdjamin keselamatannja.
Instalasi-instalasi demikian itu misalnja rumah-rumah
transformator, instalasi pompa air jang setelah dihidupkan, berdjalan
otomatis, ruangan-ruangan instalasi radio, listrik tegangan tinggi dan
sebagainja.
Sumber berbahaja adakalanja mempunjai daerah pengaruh jang
meluas. Dengan ketentuan dalam ajat ini praktis daerah pengaruh ini
tercakup dan dapatlah diambil tindakan-tindakan penjelamatan jang
diperlukan. Hal ini sekaligus mendjamin kepentingan umum.
Misalnja suatu pabrik dimana diolah bahan-bahan kimia jang
berbahaja dan dipakai serta dibuang banjak air jang mengandung zat-
zat jang berbahaja.
Bila air buangan demikian itu dialirkan atau dibuang begitu sadja
kedalam sungai maka air sungai itu mendjadi berbahaja, akan dapat
mengganggu kesehatan manusia, ternak ikan dan pertumbuhan tanam-
tanaman.
Karena itu untuk air buangan itu harus diadakan
penampungannja tersendiri atau dikerdjakan pengolahan terdahulu,
dimana zat-zat kimia didalamnja dihilangkan atau dinetraliseer,
sehingga airnja itu tidak berbahaja lagi dan dapat dialirkan kedalam
sungai.
Dalam pelaksanaan Undang-undang ini dipakai pengertian tentang
tenaga kerdja sebagaimana dimuat dalam Undang-undang tentang
ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerdja, maka dipandang
tidak perlu lagi dimuat definisi itu dalam Undang-undang ini.
Usaha-usaha jang dimaksud dalam Undang-undang ini tidak
harus selalu mempunjai motief ekonomi atau motief keuntungan, tapi
dapat merupakan usaha-usaha sosial seperti perbengkelan di Sekolah-
sekolah tehnik, usaha rekreasi-rekreasi dan dirumah-rumah sakit,
dimana dipergunakan instalasi-instalasi listrik dan atau mekanik jang
berbahaja.
Ajat (2)
Tjukup djelas.
Ajat (3)
Tjukup djelas.
Ajat (4)
Tjukup djelas.
Ajat (5)
Tjukup djelas.
Ajat (6)
Guna pelaksanaan Undang-undang ini diperlukan pengawasan
dan untuk ini diperlukan staf-staf tenaga-tenaga pengawasan jang
quantitatief tjukup besar serta bermutu.
Tidak sadja diperlukan keahlian dan penguasaan teoritis bidang-
bidang spesialisasi jang beraneka ragam, tapi mereka harus pula
mempunjai banjak pengalaman dibidangnja.
Staf demikian itu tidak didapatkan dan sukar dihasilkan di
Departemen Tenaga Kerdja sadja.
Karena itu dengan ketentuan dalam ajat ini Menteri Tenaga Kerdja
dapat menundjuk tenaga-tenaga ahli dimaksud jang berada di Instansi-
instansi Pemerintah dan atau Swasta untuk dapat memformeer
Personalia operasionil jang tepat.
Maka dengan demikian Menteri Tenaga Kerdja dapat
mendesentralisir pelaksanaan pengawasan atas ditaatinja Undang-
undang ini setjara meluas, sedangkan POLICY NASIONALNJA tetap
mendjadi TANGGUNG DJAWABNJA dan berada ditangannja, sehingga
terdjamin pelaksanaannja setjara SERAGAM dan SERASI bagi seluruh
Indonesia.

Pasal 2
Ajat (1)
Materi jang diatur dalam Undang-undang ini mengikuti
perkembangan masjarakat dan kemadjuan tehnik, tehnologi serta
senantiasa akan dapat sesuai dengan perkembangan proses
industrialisasi Negara kita dalam rangka Pembangunan Nasional.
Selandjutnja akan dikeluarkan perturan-peraturan organiknja,
terbagi baik atas dasar pembidangan tehnis maupun atas dasar
pembidangan industri setjara sektoral.
Setelah Undang-undang ini, diadakanlah Peraturan-peraturan
perundangan Keselamatan Kerdja bidang Listrik, Uap, Radiasi dan
sebagainja, pula peraturan perundangan Keselamatan Kerdja sektoral,
baik didarat, dilaut maupun diudara.
Ajat (2)
Dalam ajat ini diperintji sumber-sumber bahaja jang dikenal
dewasa ini bertalian dengan :
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerdja serta
peralatan lainnja, bahan-bahan dan sebagainja.
2. Lingkungan
3. Sifat pekerdjaan
4. Cara kerdja
5. Proses Produksi
Ajat (3)
Dengan ketentuan dalam ajat ini dimungkinkan diadakan
perobahan-perobahan atas perintjian jang dimaksud sesuai dengan
pendapat-pendapat baru kelak kemudian hari, sehingga Undang-
undang ini, dalam Pelaksanaannja tetap berkembang.

Pasal 3
Ajat (1)
Dalam ajat ini ditjantumkan arah dan sasaran-sasaran setjara
konkrit jang harus dipenuhi oleh sjarat-sjarat Keselamatan Kerdja jang
akan dikeluarkan.
Ajat (2)
Tjukup djelas.

Pasal 4
Ajat (1)
Sjarat-sjarat Keselamatan Kerdja jang menjangkut perentjanaan
dan pembuatan, diberikan pertama-tama pada perusahaan pembuat
atau produsen dari barang-barang tersebut, sehingga kelak dalam
pengangkutan dan sebagainja itu barang-barang itu sendiri, tidak
berbahaja bagi tenaga kerdja jang bersangkutan dan bagi umum,
kemudian pada perusahaan-perusahaaan jang memperlakukannja
selandjutnja jakni jang mengangkutnja, jang mengadakannja,
memperdagangkannja, memasangnja, memakainja atau
mempergunakannja, memeliharanja, dan menjimpannja.
Sjarat-sjarat tersebut diatas berlaku pula bagi barang-barang jang
didatangkan dari luar negeri.
Ajat (2)
Dalam ajat ini ditetapkan setjara konkrit ketentuan-ketentuan jang
harus dipenuhi oleh sjarat-sjarat jang dimaksud.
Ajat (3)
Tjukup djelas.

Pasal 5
Tjukup djelas
Pasal 6
Panitia Banding ialah Panitia Technis jang anggota-anggotanja
terdiri dari ahli-ahli dalam bidang jang diperlukan.

Pasal 7
Tjukup djelas.

Pasal 8
Tjukup djelas.

Pasal 9
Tjukup djelas.

Pasal 10
Ajat (1)
Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerdja bertugas
memberi pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha
pentjegahan ketjelakaan dalam perusahaan jang bersangkutan serta
dapat memberikan pendjelasan dan penerangan efektif pada para
pekerdja jang bersangkutan.
Ajat (2)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerdja merupakan
suatu Badan jang terdiri dari unsur-unsur penerima kerdja, pemberi
kerdja dan Pemerintah (tripartite).

Pasal 11
Tjukup djelas.

Pasal 12
Tjukup djelas.

Pasal 13
Jang dimaksud dengan barang siapa ialah setiap orang baik jang
bersangkutan maupun tidak bersangkutan dengan pekerdjaan ditempat
kerdja itu.

Pasal 14.
Tjukup djelas.

Pasal 15
Tjukup djelas.

Pasal 16
Tjukup djelas.

Pasal 17
Peraturan-peraturan Keselamatan Kerdja jang ditetapkan berdasarkan
Veiligheidsreglement 1910 dianggap ditetapkan berdasarkan Undang-
undang ini sepandjang tidak bertentangan dengannja.

Pasal 18
Tjukup djelas.

TAMBAHAN LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2918


PERATURAN MENTERI

KETENAGAKERJAAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2020

TENTANG KESELAMATAN KERJA

DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT

ANGKAT ANGKUT
SALINAN

MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBUK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2020

TENTANG

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai keselamatan dan


kesehatan kerja pesawat angkat dan pesawat angkut
sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja telah diatur
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut,
dan Peraturan Menteri Tenaga Keija dan Transmigrasi
Nomor Per-09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut;
b. bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut,
dan Peraturan Menteri Tenaga Keija dan Transmigrasi
Nomor Per-09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut sudah tidak
sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan
pemenuhan syarat keselamatan dan kesehatan kerja
pesawat aingkat dan pesawat angkut sehingga perlu
diganti;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Keija Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut;

Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang
Pernyataan Berlakunya Undeing-Undang Pengawasan
Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik
Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan keija (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5309);
Peraturan P^esiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang
Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19);
Peraturan Menteri Ketenagakeijaan Nomor 8 Tahun
2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan Pembentukan
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden serta
Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di
Kementerian Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 411);
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tgihun 2015 Nomor 622) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang


Organisasi dan Tata Keija Kementerian
Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 870);

MEMUTUSKAN;

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN TENTANG


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT
ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disebut K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
2. Pesawat Angkat adalah pesawat atau peralatan yang
dibuat, dan di pasang untuk mengangkat,
menurnankan, mengatur posisi dan/atau menahan
benda kerja dan/atau muatan.
3. Pesawat Angkut adalah p>esawat atau peralatan yang
dibuat dan dikonstruksi untuk memindahkan benda

atau muatan, atau orang secara horisontal, vertikal,


diagonal, dengan menggunakan kemudi baik di dalam
atau di luar pesawatnya, ataupun tidak menggunakan
kemudi dan bergerak di atas landasan, permukaan
maupun rel atau secara terus menerus dengan
menggunakan bantuan ban, atau rantai atau rol.
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai
negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam
jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut adalah Pengawas
Ketenagakerjaan yang mempunyai keahlian khusus di
bidang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pembinaan,
pemeriksaan, dan pengujian bidang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut serta pengawasan dan
pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut yang selanjutnya disebut
Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
adalah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari
luar instansi yang membidangi ketenagakerjaan yang
ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan pemeriksaan
dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas
memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri.
Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya; atau
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.

9. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu


melakukan pekeijaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
10. Tempat Keija adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana
Tenaga Kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
Tenaga Keija untuk keperluan suatu usaha dan di
mana terdapat sumber bahaya.
11. Mat Bantu Angkat dan Angkut adalah alat yang
berfungsi untuk mengikat benda kerja atau muatan ke
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut pada proses
pengangkatan, pengangkutan, pemindahan, dan
penurunan benda keija atau muatan.
12. Alat Pengaman adalah alat perlengkapan yang
dipasang permanen pada Pesawat Angkat dan/atau
Pesawat Angkut guna menjamin pemakaian pesawat
tersebut dapat bekerja dengan aman.
13. Alat Pelindungan adalah alat perlengkapan yang
dipasang pada Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
yang berfungsi untuk melindungi Tenaga Kerja
terhadap kecelakaan yang ditimbulkan.
14. Alat Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat APD
adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
Tempat Keija.
15. Teknisi adalah Tenaga Keija yang bertugas melakukan
pemasangan, pemeliharaan, perbaikan dan/atau
pemeriksaan peralatan atau komponen Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
16. Operator adalah Tenaga Kerja yang mempunyai
kemampuan dan memiliki keterampilan khusus dalam
pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
17. Juru Ikat {rigger) adalah Tenaga Kerja yang
mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan
khusus dalam melakukan pengikatan muatan/barang
dan pengaturan pengoperasiein peralatan angkat.
18. Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Keija yang
selanjutnya disebut Lisensi K3 adalah kartu tanda
kewenangan untuk melaksanakan tugas sebagai
Teknisi, Operator, atau Juru Ikat {rigger) bidang
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
19. Standar Kompetensi Keija Nasional Indonesia yang
selanjutnya disingkat SKKNI adalah rumusan
kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta
sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas
dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang
membidangi pengawasan ketenagakerjaan dan K3.
21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2

(1) Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan


syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat
Bantu Angkat dan Angkut.
(2) Syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini dan/atau standar di bidang Pesawat
Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut.
(3) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. standar nasional Indonesia; dan/atau
b. standar internasionai.

Pasal 3

Pelaksanaan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut,


dan Alat Bantu Angkat dan Angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 bertujuan:
a. melindungi K3 Tenaga Keija dan orang lain yang
berada di Tempat Keija dari potensi bahaya Pesawat
Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut;
b. menjamin dan memastikan keamanan dan
keselamatan Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan
Alat Bantu Angkat dan Angkut; dan
c. menciptakan Tempat Kerja yang aman dan sehat
untuk meningkatkan produktivitas.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mengatur mengenai syarat-syarat K3


dalam;

a. perencanaan, pembuatan, pemasangan dan/atau


perakitan, pemakaian atau pengoperasian,
pemeliharaan dan perawatan, perbaikan, perubahan
atau modifikasi, serta pemeriksaan dan pengujian
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut; dan
b. perencanaan, pembuatan, pemakaian, pemeliharaan
dan perawatan, serta pemeriksaan dan pengujian Alat
Bantu Angkat dan Angkut.
- 8 -

BAB II

SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PESAWAT ANGKAT, PESAWAT ANGKUT, DAN ALAT BANTU


ANGKAT DAN ANGKUT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5

(1) Perencanaan dan pembuatan Pesawat Angkat dan


Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf a meliputi:
a. pembuatan gambar rencana konstruksi/instalasi
dan cara kcrja;
b. pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan
{welding procedure specification) dan pencatatan
prosedur kualifikasi (procedure qualification
record) jika terdapat bagian utama yang menerima
beban yang dilakukan pengelasan;
c. perhitungan kekuatan konstruksi; dan
d. pemilihan dan penentuan bahan bagian utama
yang menerima beban dan perlengkapan yang
sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis
yang ditentukan.
(2) Pemasangan dan/atau perakitan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. pembuatan gambar konstruksi pondasi;
b. perhitungan kekuatan konstruksi pondasi; dan
c. penggunaan bagian utama yang menerima beban
dan perlengkapan harus sesuai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d.
(3) Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Angkat,
Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. pemeriksaan dan pengujian;
b. penyediaan prosedur pemakaian/pengoperasian;
c. pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan
jenis dan kapasitas.
(4) Pemeliharaan dan perawatan Pesawat Angkat, Pesawat
Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus:
a. sesuai prosedur pemeliharaan dan perawatan;
b. dilakukan secara berkala;
c. sesuai dengan buku manual yang diterbitkan oleh
pabrik pembuat dan/atau standar yang berlaku;
dan

d. dapat memastikan bagian utama yang menerima


beban dan perlengkapan berfungsi secara aman.
(5) Perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf a meliputi:
a. pembuatan gambar rencana perbaikan,
perubahan atau modifikasi;
b. perhitungan kekuatan konstruksi; dan
c. pemilihan dan penentuan bahan bagian utama
yang menerima beban dan perlengkapan yang
sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis
yang ditentukan.

Bagian Kedua
Bahan

Pasal 6

Bahan dari Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat


Bantu Angkat dan Angkut harus memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau standar teknis.

Pasal 7

(1) Bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada


bagian utama yang menerima beban harus:
a. kuat;
b. tidak cacat; dan
- 10 -

c. memiliki tanda hasil pengujian dan/atau


sertifikat bahan yang diterbitkan lembaga yang
berwenang.
(2) Bagian utama yang menerima beban sebagaimana
diraaksud pada ayat (1) antara lain tali kawat baja,
rantai, batang penopang (girder), kait (hook), garpu
[fork), dan bak (bucket^.

Bagiain Ketiga
Komponen Utama

Pasal 8

(1) Komponen utama Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


meliputi:
a. rangka utama;
b. instalasi listrik;
c. sistem hidraulik dan/atau sistem pneumatik;
d. motor penggerak;
e. transmisi; dan
f. kelabang (crau'/er) dan/atau roda.
{2} Komponen uteima sebagaimana diraaksud pada ayat
(1) huruf a, huruf c, dan huruf f harus mempunyai
konstruksi yang kuat sesuai dengan fungsi dan
kapasitas.
(3) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar di bidang
kelistrikan.

Pasal 9

(1) Sistem hidraulik dan/atau sistem pneumatik


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c
harus memenuhi syarat:
a. tidak terdapat kebocoran;
b. terawat;
c. mempunyai faktor keamanan paling rendah:
1. 12 (dua belas) untuk besi tuang;
-11 -

2. 8 (delapan) untuk baja tuang; atau


3. 5 (lima) untuk baja konstruksi atau baja
tempa.

(2) Minyak hidraulik pada sistem hidraulik harus


mempunyai viskositas sesuai dengan standar yang
berlaku.

(3) Tangki pneumatik pada sistem pneumatik harus


memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan standar yang
berlaku.

Pasal 10

(1) Motor penggerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal


8 ayat (1) huruf d hams ditempatkan pada posisi atau
tempat yang mudah dijangkau untuk pemeriksaan
dan perawatan.
(2) Motor penggerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas;

a. motor bakar; atau


b. motor listrik.

(3) Motor bakar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf a harus:

a. dilakukan pengendalian pada gas buang;


b. diberikan isolasi pada knalpot;
c. dilengkapi dudukan mesin (engine mounting) yang
dapat meredam getaran; dan
d. dilengkapi dengan alat penunjuk atau indikator
sesuai dengan jenis, tipe dan model yang mudah
dilihat, dibaca, dan memenuhi syarat.
(4) Motor listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar di bidang
kelistrikan.

Pasal 11

(1} Motor listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


ayat (2) huruf b yang menggunakan sumber tenaga
- 12 -

baterai harus dilengkapi dengan penghenti otomatis


bila muatan melebihi beban keija aman.
(2) Motor listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang dioperasikan pada saat pengisian ulang daya
listrik.

(3) Baterai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus:


a. dilakukan pengisian ulang daya listrik pada
ruangan khusus;
b. memiliki indikator pasokan daya; dan
c. memiliki tanda peringatan jika pasokan daya
dalam keadaan kritis.

Pasal 12

(1) Transmisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat


(1) huruf e terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu:
a. transmisi roda gigi dengan roda gigi;
b. transmisi sabuk dengan puli; dan
c. transmisi rantai dengan roda gigi.
(2) Transmisi roda gigi dengan roda gigi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a harus:
a. mempunyai faktor keamanan paling rendah 5
(lima) untuk roda gigi;
b. dilengkapi peralatan untuk mencegah roda gigi
atau roda penggerak bergeser dari posisinya;
c. diberi pelumas dan dilengkapi indikator pelumas;

d. dilengkapi dengan tutup pengaman.


(3) Transmisi sabuk dengan puli sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b harus dilengkapi dengan:
a. alat pengatur tegangan sabuk; dan
b. tutup pengaman.
(4) Transmisi rantai dengan roda gigi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c harus:
a. diberi pelumas padat {grease); dan
b. dilengkapi tutup pengaman.
- 13 -

Pasal 13

(1) Kelabang [crawler) sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 ayat (1) huruf f hams dibuat dari bahan baja
untuk bagian roda penggerak {sprocket^, roda
pembawa (idle roller) dengan faktor keamanan paling
sedikit 6 (enam).
(2) Kelabang (crawler) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilarang digunakan jika:
a. pemasangan rantai penggerak tapak (shoe track)
tidak sesuai prosedur pemasangan; dan
b. terdapat tapak (shoe track) yang terlepas atau
tidak terpasang, bengkok, miring, dan tidak
berputar sempuma pada alumya.
(3) Tapak (shoe track) pada kelabang (crawler) hams:
a. mampu menahan Pesawat Angkat atau Pesawat
Angkut beserta muatannya;
b. terpasang dengan kuat; dan
c. mempunyai ketegangan rantai penggerak yang
diatur dengan tensioner untuk mencegah keluar
dari dudukan.

Pasal 14

(1) Roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)


humf f yang dirancang untuk ban tanpa diisi gas (ban
mati) atau diisi gas (ban hidup) hams:
a. memiliki baut yang terpasang dengan kuat di
selumh lubang baut pada velg; dan
b. memasang roda pada poros roda, dengan
menggunakan mur dan baut yang terpasang kuat
dengan kekencangan yang sama di selumh
lubang baut.
(2) Roda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
digunakan jika kondisi roda aus, getas, retak,
berlubang pada permukaan ban, memiliki pembahan
dimensi baik roda maupun ban, serta ban yang
kedaluarsa.
- 14 -

(3) Roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)


huruf f yang terbuat dari baja paduan atau baja tuang
harus:

a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 6


(enam) untuk baja paduan;
b. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 8
(delapan) untuk baja tuang; dan
c. dilakukan pemasangan dengan menggunakan
pasak antara roda dan poros roda dan dilengkapi
dengan pin pengunci.
(4} Roda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilarang
digunakan jika kondisi roda aus, retak, dan memiliki
perubahan dimensi roda.

Pasal 15

(1} Baut pengikat yang digunakan pada seluruh


komponen utama harus:
a. mempunyai kelebihan ulir yang cukup untuk
pengencang; dan
b. dilengkapi mur, gelang pegas atau pengunci (spi)
yang efektif.
(2) Baut pengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilengkapi dengan kontra mur jika diperlukan.

Bagian Keempat
Perlengkapan

Pasal 16

Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling


sedikit terdiri atas:

a. pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan


Pesawat Angkut;
b. keterangan kapasitas beban maksimum yang
diizinkan;
c. alat atau tombol penghenti darurat [emergency stop);
d. Alat Pengaman; dan
e. Alat Perlindungan.
- 15-

Pasal 17

(1) Pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan


Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 huruf a paling sedikit memuat:
a. nama pabrik pembuat;
b. tahun pembuatan;
c. model;
d. nomor seri; dan
e. kapasitas.
(2) Keterangan kapasitas beban maksimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf b harus ditulis pada
bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas.
(3) Alat atau tombol penghenti darurat [emergency stop)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c harus
mudah dilihat, dijangkau, dan berwarna merah.
(4) Alat Pengaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf d:

a. harus dapat memastikan pengamanan terhadap


Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
b. tidak dapat terlepas secara tidak sengaja, jika
terlepas maka Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut tidak boleh dioperasikan;
c. mampu bekeija secara otomatis jika Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut bekerja melebihi
batas yang diizinkan; dan
d. mampu membatasi gaya gerak dan benturan
dalam kondisi berbahaya.
(5) Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 huruf e pada semua bagian yang bergerak dan
berbahaya:
a. harus dapat memastikan perlindungan terhadap
Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di
Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan sekitarnya;
b. harus dipasang pada semua bagian yang bergerak
dan berbahaya;
- 16 -

c. dapat mencegah pendekatan terhadap bagian


atau daerah yang berbahaya selama beroperasi;

d. tidak menghambat proses pengangkatan,


penurunan, pengaturan posisi dan/atau
pemindahan muatan/barang dan/atau orang.
(5) Alat Pengaman dan Alat Perlindungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilarang
dipindahkan atau diubah pada saat beroperasi.

Pasal 18

(1) Alat Bantu Angkat dan Angkut harus dilengkapi


dengan label nama.
(2) Label nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. nama pabrik pembuat/merk; dan
b. kapasitas beban maksimum.

Bagian Kelima
Pengoperasian

Pasal 19

(1) Pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


harus:

a. dilengkapi dengan tanda peringatan operasi yang


efektif;
b. dilengkapi dengan lampu penerangan yang efektif
jika dioperasikan pada malam hari di luar
ruangan; dan
c. disediakan pencahayaan yang cukup jika
dioperasikan di dalam ruangan.
(2) Pandangan Operator baik di dalam kabin maupun di
ruang kendali tidak boleh terhalang dan harus dapat
memandang luas ke sekeliling lintasan atau gerakan
operasi.
(3) Alat pengendali pengoperasian baik yang konvensional
maupun yang dikontrol menggunakan program
- 17-

komputer hams dibuat dan dipasang secara aman dan


mudah dijangkau oleh Operator.

Pasal 20

Dalam mengoperasikan Pesawat Angkat dan Pesawat


Angkut dilarang:
a. mengangkat dan mengangkut melebihi bebein
maksimum yang diizinkan;
b. melakukan gerakan secara tiba-tiba yang dapat
menimbulkan beban kejut baik dalam keadaan
bermuatan atau tidak; dan
c. membawa atau mengangkut penumpang melebihi
jumlah kursi yang tersedia.

BAB III

PESAWAT ANGKAT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 21

Pesawat Angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf a meliputi:
a. dongkrak, terdiri atas dongkrak hidraulik, dongkrak
pneumatik, dongkrak post lift, dongkrak truck/car lift,
lier, dan peralatan lain yang sejenis;
b. keran angkat, terdiri atas overhead crane, overhead
travelling crane, hoist crane, chain block, monorail
crane, wall crane/jib crane, stacker crane, gantry crane,
semi gantry crane, launcher gantry crane, roller gantry
crane, rail mounted gantry crane, rubber tire gantry
crane, ship unloader crane, gantry luffing crane,
container crane, portal crane, ship crane, barge crane,
derrick ship crane, dredging crane, ponton crane,
floating crane, floating derricks crane, floating ship
crane, cargo crane, crawler crane, mobile crane,
lokomotif crane dan/atau railway crane, truck crane,
- 18 -

tractor crane, side boom crane/crab crane, derrick


crane, tower crane, pedestal crane, hidraulik drilling rig,
pilling crane/mesin pancang dan peralatan lain yang
scjenis;
c. alat angkat pengatur posisi benda kerja, terdiri atas
rotator, robotik, takel dan peralatan lain yang sejenis;
dan

d. personal platform, terdiri atas passenger hoist, gondola


dan peralatan lain ;^ng sejenis.

Pasal 22

(1) Pemasangan Pesawat Angkat di atas pondasi atau


pada dinding bangunan harus kuat menahan beban
dan memenuhi syarat kontruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan
standar yang berlaku.
(2) Konstruksi pondasi dan dinding sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) jika menyatu dengan pondasi
bangunan harus sudah direncanakan kekuatannya
pada saat pembuatan.

Bagian Kedua
Dongkrak

Pasal 23

Dongkrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a


selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, juga memiliki silinder angkat, lengan yang
merupakan arm dan motor penggerak dongkrak.

Pasal 24

(1) Silinder angkat harus:


a. dibuat dari bahan logam.
b. dibuat dengan faktor keamanan paling rendah:
1. 12 (dua belas) untuk besi tuang;
2. 8 (delapan) untuk baja tuang; atau
3. 5 (lima) untuk baja.
- 19 -

c. ditempatkan pada pondasi secara kuat dan


kokoh; dan
d. dilengkapi dengan alat yang dapat
mengembalikan tuas kontrolnya secara otomatis
ke posisi netral, jika tuas pada tali kontrol lepas.
(2) Lengan yang merupakan arm pada dongkrak hams
dilengkapi dengan alat tumpuan benda kerja [saddle]
dan pengunci arm.
(3) Motor penggerak dongkrak harus:
a. ditempatkan pada posisi terlindungi dari cairan;
dan

b. dilengkapi dengan pengunci dan diberi


pelumasan.

Pasal 25

(1) Lier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a


harus dilengkapi dengan peralatan pengaman untuk
mencegah agar tidak terjadi benturan antara lier
dengan benda kerja.
(2) Lier yang digerakkan dengan tenaga tangan, berat tuas
tidak boleh lebih dari 10 kg (sepuluh kilogram).

Pasal 26

(1) Pada saat proses pengangkatan, Operator atau orang


lain di Tempat Keija dilarang berada di bawah
dongkrak.
(2) Pekeijaan yang dilakukan di bawah dongkrak harus
menggunakan pengunci atau alat penyangga
(jackstand).

Bagian Ketiga
Keran Angkat

Pasal 27

Keran angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf


b selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, juga memiliki kolom atau pilar atau menara,
- 20 -

batang penyangga (girder), lengan yang mcrupakan boom,


tromol gulung (drum), puli, tali kawat baja, tali serat,
rantai, dan kait (hook).

Pasai 28

Kolom atau pilar atau menara keran angkat hams


dikonstruksi kuat, sesuai dengan jenis dan kapasitas
keran angkat serta memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Pasal 29

(1) Batang penyangga [girder) yang menerima beban kerja


maksimum pada bagian tengeihnya, tidak boleh
mengalami defleksi melebihi:
a. 1/888 (satu per delapan ratus delapan puluh
delapan) dikali panjang span untuk jenis tunggal;
dan

b. 1/600 (satu per enam ratus) dikali panjang span


untuk jenis ganda.
(2) Batang penyangga [girder) harus memiliki alat
pencegah benturan yang berfungsi secara otomatis
pada saat dioperasikan.

Pasal 30

(1) Lengan yang merupakan boom harus:


a. dilengkapi dengan indikator pembaca sudut
kemiringan untuk beban maksimum yang mudah
terlihat dan terbaca oleh Operator kecuali untuk
keran menara [tower crane);
b. memiliki sistem penghenti yang berfungsi secara
otomatis jika sudut kemiringan mencapai batas
maksimal; dan
c. digunakan sesuai dengan buku petunjiok pabrik
pembuat.
(2) Alat pencegah teijadinya benturan antara boom
dengan muatan/barang yang diangkat harus dapat
berfungsi secara otomatis pada saat dioperasikan.
- 21 -

Pasal 31

(1) Tromol gulung [drum) memiliki ukuran garis tengah


paling sedikit 18 (delapan belas) kali diameter tali
kawat baja dan/atau 300 (tiga ratus) kali diameter tali
kawat baja yang terbesar.
(2} Tromol gulung {drum) harus dilengkapi dengan flensa
pada setiap ujungnya, paling sedikit memproyeksikan
2,5 (dua koma lima) kali garis tengah tali kawat baja
dan/atau 62,5 mm (enam puluh dua koma lima
milimeter) diukur dari lilitan tali kawat baja terluair.
(3) Ujung tali kawat baja pada tromol gulung (drum)
harus dipasang dengan kuat pada bagian dalam
tromol gulung [drum) dan paling sedikit harus dibelit
2 (dua) kali secara pcnuh pada tromol gulung {drum)
saat kait {hook) berada pada posisi yang paling rendah.

Pasal 32

(1) Puii harus terbuat dari logam yang tahan terhadap


beban kejut atau bahan lain yang mempunyai
kekuatan yang sama.
(2) Puli memiliki ukuran garis tengah paling sedikit 18
(delapan belas) kali diameter tedi kawat baja yang
digunakan.
(3) Poros puli harus dilakukan pelumasan secara teratur.
(4) Bentuk dan ukuran alur puli harus sesuai dengan
jenis dan ukuran tali kawat baja.

Pasal 33

(1) Tali kawat baja harus:


a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 5
(lima) kali beban maksimum;
b. diberi pelumas yang tidak mengandung asam
atau alkali; dan
c. diperiksa pada waktu pemasangan pertama,
setiap kali sebelum dioperasikan, dan satu kali
dalam seminggu.
- 22 -

(2) Pengurangan ukuran diameter tali kawat baja tidak


boleh melebihi 5% (lima persen) dari diameter semula.
(3) Tali kawat baja dilarang:
a. memiliki sambungan, disimpul, atau dibelit;
b. digunakan jika tertekuk, kusut, beijumbai, atau
terkelupas;
c. digunakan jika terdapat aus atau karat
(deformasi) sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut:

1. 12% (dua belas persen) untuk tali kawat baja


konstruksi pilinan 6x7 (enam kali tujuh)
pada panjang 50 cm (lima puluh sentimeter);
2. untuk tali kawat baja khusus:
a) 12% (dua belas persen) untuk tali kawat
baja seal pada panjang 50 cm (lima
puluh sentimeter); dan
b) 15% (lima belas persen) untuk tali
kawat baja lilitan potongan segi tiga
pada panjang 50 cm (lima puluh
sentimeter).
d. digunakan jika mengalami kawat putus untuk tali
kawat baja yang konstruksi pilinannya lebih
besar atau sama dengan 6x19 (enam kali
sembilan belas) dengan ketentuan:
1. lebih besar atau sama dengan 4 (empat)
kawat dalam 1 (satu) strand dan/atau lebih
besar sama dengan 12 (dua belas) kawat
yang terdistribusi dalam beberapa strand
untuk Pesawat Angkat jenis keran angkat
tetap; dan
2. lebih besar atau sama dengan 3 (tiga) kawat
dalam 1 (satu) strand dan/atau lebih besar
sama dengan 6 (enam) kawat yang
terdistribusi dalam beberapa strand untuk
Pesawat Angkat jenis keran angkat
berpindah.
- 23 -

Pasal 34

(1) Tali serat untuk perlengkapan pengangkat harus


dibuat dari serat alam atau sintetis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan
standar yang berlaku.
(2) Tali serat harus digulung pada tromol gulung (drum)
yang tidak mempunyai permukaan tajam dan
mempunyai alur paling sedikit sebesar diameter tali.

Pasal 35

(1) Tali serat sebelum digunakan dan selama dalam


pemakaian harus diperiksa.
(2) Tali serat dilarang digunakan apabila mengalami
kikisan serat yang putus, terkelupas, beijumbai,
perubahan ukuran panjang atau penampang tali,
kerusakan pada serat, perubahan warna, dan
kerusakan lainnya.

Pasal 36

(1) Rantai yang digunakan untuk pengangkatan harus:


a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan atau standar yang berlaku;
b. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 4
(empat) kali beban maksimum;
c. digantijika:
1. salah satu mata rantai mengalami
perubahan panjang lebih dari 5% (lima
persen) dari ukuran panjang mata rantai
semula;
2. pengausan mata rantai satu sama lainnya
melebihi 10% (sepuluh persen) dari diameter
rantai semula.

(2) Rantai pada blok rantai pengangkat (chain block)


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dibuat dari besi tempa atau baja tempa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan standar yang berlaku;
- 24 -

b. memiliki faktor keamanan paling sedikit 5 (lima);


dan

c. jenis dan ukuran rantai yang digunakan hams


sesuai dengan sproket.
(3) Rantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinormalisir secara berkala untuk mengembalikan
struktur logam/metal pada kondisi semula setiap:
a. 6 (enam) bulan untuk rantai berdiameter tidak
lebih dari 2,5 mm (dua koma lima milimeter);
b. 6 (enam) bulan untuk rantai yang digunakan
untuk mengangkut logam cair; dan
c. 12 (dua belas) bulan untuk rantai selain yang
dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(4) Rantai dilarang:
a. dipukul walaupun untuk maksud meluruskan
atau memasang pada tempatnya;
b. disilang, dipelintir, dikusutkan, untuk dibuat
simpul;
c. ditarik bila terhimpit beban;
d. dijatuhkan dari suatu ketinggian;
e. diberi beban kejutan; dan
f. digunakan untuk mengikat muatan/barang.
(5) Rantai yang rusak dapat digunakan kembali setelah
dilakukan perbaikan oleh orang yang memiliki
kompetensi di bidang perbaikan rantai.

Pasal 37

(1) Kait (hoofc) harus:


a. dibuat dari baja yang dipanaskan dan dipadatkan
atau dari bahan lain yang mempunyai kekuatan
yang sama;

b. dilengkapi dengan kunci pengaman; dan


c. direncanakan dengan faktor keamanan paling
rendah 5 (lima).
(2) Kait [hook] tidak dapat digunakan apabila terdapat:
a. pengurangan dimensi melebihi 10% (sepuluh
persen) dari dimensi awal; atau
- 25 -

b. perubahan bukaan mulut kait melebihi 5% (lima


persen) dari dimensi awal.

Pasal 38

(1) Kait elektromagnetik (electromagnetic hook) harus:


a. mempunyai rangkaian listrik magnet dalam
keadaan baik dan tahanan isolasi diperiksa
secara teratur; dan
b. mempunyai sakelar alat kontrol magnet dan
dilengkapi pengaman untuk mencegah tersentuh
secara tidak sengaja ke posisi arus listrik putus
iofj).
(2) Ketentuan mengenai penggunaan kait elektromagnetik
[electromagnetic hook] dalam pengoperasian keran
angkat sebagai berikut:
a. saat mengangkat, puli dan bobot imbang kabel
magnetnya tidak boleh mengendur;
b. tidak boleh dibiarkan menggantung di udara jika
sedang tidak digunakan dan harus diturunkan ke
tanah atau ke tempat yang telah disediakan; dan
c. harus dilepas jika keran angkat akan digunakan
untuk operasi lain yang tidak menggunakan
magnet.

Pasal 39

(1) Keran angkat yang menggunakan roda dan beroperasi


di atas landasan harus memiliki outrigger untuk
menjaga kestabilan yang kuat, rata, stabil dan
memenuhi standar.

(2) Landasan sebagai tumpuan harus kuat, rata, stabil


dan memenuhi standar.

Pasal 40

(1) Rumah motor listrik (sfaforj pada keran angkat harus


terbuat dari baja tuang dengan faktor keamanan
paling rendah 8 (delapan) dan poros motor listrik
- 26 -

harus terbuat dari baja paduan dengan faktor


keamanan paling rendah 5 (lima).
(2) Keran angkat dengan penggerak motor listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi:
a. rem otomatis yang mampu menahan muatan
pada tromol gulung (drum) tali kawat baja, jika
muatan dihentikan;
b. sistem yang dapat mengembalikan secara
otomatis tuas atau tombol pengoperasian pada
posisi netral, jika tuas atau tombol tersebut
dilepaskan;
c. alat pembatas otomatis yang dapat menghentikan
tenaga tarik beban, jika muatan/barang melewati
batas tertinggi yang diizinkan dan melebihi beban
kerja yang diizinkan;
d. rem yang secara efektif dapat mengerem paling
rendah 1,25 (satu koma dua lima) beban kerja
maksimum yang diizinkan; dan
e. alat otomatis yang dapat memberi tanda
peringatan yang jelas selama pengoperasian.

Pasal 41

(1) Keran angkat yang menggunakan alat pengendali


remote control!pendant tersebut harus:
a. dilengkapi dengan peralatan pengatur gerakan
kabel; dan
b. memiliki penanda arah yang jelas, sesuai geraikan
muatan/ barang.
(2) Keran angkat yang dioperasikan dengan sistem
pengendali dari ruang kontrol, sistem pengendali
harus dilengkapi monitor yang memberikan informasi
pengoperasian.

Pasal 42

(1) Kabin Operator yang digunakan pada keran angkat


harus:
- 27 -

a. dirancang untuk memudahkan pandangan


Operator pada daerah pengoperasian;
b. memiliki jendela pada semua sisinya yang dapat
dibuka ke atas dan ke bawah serta pintu yang
dapat dibuka ke arah ke luar; dan
c. dilengkapi dengan atap pelindung dan sabuk
pengaman.

(2) Ruang kontrol yang digunakan pada keran angkat


harus:

a. berada pada posisi yang dapat melihat keran


angkat;
b. memiliki dinding bagian depan dari bahan yang
transparan; dan
c. memiliki ventilasi dan penerangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau
standar yang berlaku.
(3) Kabin Operator dan ruang kontrol sebagaimana
dimaksud pada ayat (1} dan ayat (2), harus dilengkapi
alat pemadam api ringan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan atau standar yang
berlaku.

(4) Kabin Operator dan ruang kontrol sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilarang
dimasuki oleh orang yang tidak berwenang.

Pasal 43

Keran angkat jenis rantai pengangkat {chain block) harus


dilengkapi dengan:
a. alat yang dapat mengatur gerakan;
b. alat yang dapat menahan muatan/barang pada saat
muatan/barang digantung; dan
c. tanda naik dan turun.

Pasal 44

(1) Keran angkat berpindah harus dilengkapi dengan


akses keluar masuk berupa tangga tetap dari lantai
sampai kabin Operator.
- 28 -

(2) Keran angkat berpindah yang mempunyai batang


penyangga (girder) ganda harus dilengkapi jalan
penyeberangan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. paling sedikit 45 cm (empat puluh lima
sentimeter) lebarnya di sepanjang kedua sisi
jcmbatan;
b. pada kedua ujung jembatan dapat mempunyai
lebar paling sedikit 38 cm (tiga puluh delapan
sentimeter); dan
c. sepanjang sisi jalan kaki yang terbuka harus
diberi pagar pengamein dan pengaman pinggir
(toeboard).

Pasal 45

Keran lokomotif [locomotif crane) harus:


a. dilengkapi dengan penyambung otomatis pada kedua
ujung kereta angkutnya dan dapat dilepas dari setiap
ujung sisinya;
b. mempunyai ruang kemudi tersendiri dan/atau
menyatu dengan kabin, dilengkapi tangga yang
memiliki pegangan tangan;
c. memihki jarak antara meja putar dengan permukaan
kereta angkut (gerbong) sebagai dudukan paling
sedikit 35 cm (tiga puluh lima sentimeter); dan
d. dihubungtanahkan {grounding] untuk keran lokomotif
(locomotif crane) tenaga listrik.

Pasal 46

(1) Keran dinding (wall crane/jib crane) yang dipasang


menggunakan pelat pasak pondasi tiang, harus
ditempatkan dan dikaitkan pada pondasi secara kuat.
(2) Dalam hal keran dinding (wall crane/jib crane]
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digerakan
dengan pengengkol oleh tenaga manusia, pengengkol
harus dilengkapi:
- 29 -

a. pasak pengunci dan ulir pengunci untuk


menahan muatan yang digantung jika tuas
pengengkol dilepas; dan
b. rem untuk menahan turunnya muatan.

Pasal 47

(1) Keran menara (tower crane) harus dilengkapi dengan:


a. daftar atau alat sejenisnya yang dapat
menunjukan perbandingan keseimbangan antara
posisi berat muatan dan posisi bobot imbangnya;
b. instalasi penyalur petir yang pembumiannya
harus disatukan dengan pembumian keran
menara (tower crane); dan
c. penerangan yang cukup di sepanjang lengan
{boom) jika dioperasikan pada malam hari.
(2) Bobot imbang pada keran menara (tower crane) harus
terpasang pada posisi vertikal dan mempunyai
keterangan berat.

Pasal 48

Untuk mencegah benturan dan/atau memudahkan pekeija


dalam melakukan pekerjaan, pemasangan keran angkat
dalam ruangan harus memiliki ruang bebas yang cukup
antara titik tertinggi keran angkat tersebut dengan
konstruksi bagian atas bangunan dan antara bagian-
bagian keran angkat dengan tembok, pilar, atau bangunan
tetap lainnya.

Pasal 49

(1) Pengoperasian keran angkat harus menggunakan


sandi isyarat yang seragam dan mudah dimengerti
atau menggunakan alat komunikasi lainnya, jika
dalam pengangkatan atau penurunan muatan/barang
terdapat rintangan atau halangan yang menutupi
pandangan Operator.
(2) Dalam mengoperasikan keran angkat, Operator harus:
-30-

a. bekerja berdasarkan isyarat dari Juru Ikat


(rigger);
b. menghentikan operasi keran angkat pada kondisi
darurat;
c. segera membunyikan tanda peringatan dan
mcnurunkan muatannya untuk mengatur
kembali, jika suatu muatan saat diangkat tidak
beijalan sebagaimana mestinya;
d. menghindari pengangkatan muatan melalui atau
melintasi orang;
e. menaikan muatan secara vertikal untuk

menghindari ayunan pada waktu diangkat;


f. melarang orang lain berada pada muatan atau
sling keran angkat sewaktu beroperasi; dan
g. menghentikan operasi keran angkat jika
kecepatan angin melebihi 38 Km/jam (tiga puluh
delapan kilometer per jam).

Pasal 50

(1) Juru Ikat {rigger) dalam pengangkatan muatan/barang


harus terlihat oleh Operator.
(2) Juru Ikat (rigger) sebelum memberikan isyarat untuk
menaikan muatan, harus yakin bahwa:
a. semua Alat Bantu Angkat dan Angkut atau
perlengkapan lainnya telah terpasang
sebagaimana mestinya pada muatan yang
diangkat; dan
b. muatan telah dibuat seimbang.

Pasal 51

(1) Operator harus memberi peringatan agar Tenaga Kerja


pindah ke tempat yang aman dalam hal pemindahan
muatan berbahaya atau pengangkatan dengan magnet
melalui lokasi keija.
(2) Pelaksanaan pemindahan muatan berbahaya atau
pengangkatan dengan magnet harus dihentikan jika
- 31 -

Tenaga Kerja belum dapat meninggalkan pekeijaannya


di area yang berbahaya.
(3) Muatan berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa logam cair dan bahan berbahaya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 52

Dalam hal sedang dilakukan perbaikan atau daerah operasi


keran angkat digunakan untuk aktivitas kerja, dilarang
menggantung muatan pada keran angkat dan/atau daerah
operasi keran angkat.

Pasal 53

Jika keran angkat beroperasi tanpa muatan:


a. Juru Ikat (riggeT) harus mengaitkan sling pada kait
(hook^ secara kuat sebelum bergerak; dan
b. Operator harus menaikkan kait (hook) secukupnya
agar tidak menyentuh orang dan benda yang berada
pada daerah tersebut.

Pasal 54

Lintasan operasi keran angkat yang bermuatan harus


diberi niang bebas dengan lebar paling sedikit 90 cm
(sembilan puluh sentimeter) di kiri dan kanan sepanjang
lintasannya.

Bagian Keempat
Alat Angkat Pengatur Posisi Benda Kerja

Pasal 55

Alat angkat pengatur posisi benda keija sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21 huruf c selain memiliki

komponen utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,


juga memiliki pondasi, tiang (mast), lengan yang
merupakan arm, dan pencengkram {grapple).
-32-

Pasal 56

(1) Pondasi alat angkat pengatur posisi benda kerja harus


kuat, rata, stabil, dan memenuhi syarat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau
standar yang berlaku.
(2) Tiang (mast), lengan yang merupakan arm harus
terbuat dari baja dengan faktor keamanan:
a. 8 (delapan) untuk baja tuang; atau
b. 5 (lima) untuk baja paduan.
(3) Pencengkram {Grapple) harus sesuai dengan bentuk,
ukuran, dan jenis benda kerja.

Bagian Kelima
Personal Platform

Pasal 57

(1) Personal platform sebagaimana dimaksud dalam Pasal


21 huruf d memiliki komponen utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Personal platform terdiri atas passenger hoist dan
gondola.

Pasal 58
(1) Passenger hoist selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) juga
memiliki batang bergerigi/berulir, roda gigi {gear), dan
sangkar {basket).
(2) Gondola selain memiliki komponen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) juga memiliki rel,
tiang, lengan yang merupakan arm atau boom, tromol
gulung (drum), motor listrik, dan sangkar {basket).

Pasal 59

(1) Batang bergerigi/berulir dan roda gigi {gear) passenger


hoist hams:

a. terbuat dari baja tuang dengan faktor keamanan


5 (lima); dan
- 33 -

b. dipasang pada pondasi dan dinding bangunan


secara kuat dan kokoh.

(2) Sangkar (basket) passenger hoist harus:


a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. memiliki alat pencegah benturan di bagian atas
dan bawah sangkar [basket)-, dan
c. memiliki sistem otomatis untuk memutus aliran
listrik ketika pintu dibuka.
(3) Lantai keija sangkar {basket) passenger hoist:
a. harus terbuat dari bahan anti slip dan tahan
korosif; dan
b. dilarang digunakan apabila mengalami defleksi
melebihi 3 mm {tiga milimeter).

Pasal 60

Passenger hoist harus dilengkapi dengan:


a. alat pengendali gerakan;
b. alat pencegah beban lebih; dan
c. penerangan paling sedikit 50 (lima puluh) lux.

Pasal 61

(1) Rel, tiang, lengan yang merupakan arm atau boom


gondola harus terbuat dari baja dengan faktor
keamanan 5 (lima).
(2) Motor listrik gondola harus:
a. dipasang dengan kuat;
b. dilakukan pembumian/pentanahan (grounding);

c. mempunyai besamya tegangan listrik yang


digunakan tidak melebihi 10% (sepuluh persen)
dari tegangan jala-jala.
(3) Sangkar (basket] gondola harus:
a. terbuat dari baja dengan faktor keamanan 5
(lima) dan/atau bahan lain dengan kekuatan
yang sama;

b. mempunyai konstruksi yang kuat dan aman;


- 34 -

c. dilengkapi alat pencegah benturan berupa roller


dan lapisan bahan lunak sepanjang bumper
sangkar [basket); dan
d. dilengkapi dengan pengaman pinggir (toeboard\.
(4) Tali kawat baja penggantung harus:
a. terbuat dari baja yang mempunyai faktor
keamanan paling sedikit 8 (delapan);
b. memiliki inti tali kawat baja jenis IWRC
[Independent Wire Rope Core);
c. tahan terhadap korosi;
d. fleksibel dan mampu menahan momen puntir;
e. diperiksa pada waktu pemasangan pertama,
setiap hari sebelum dioperasikan, dan 1 (satu)
kali dalam seminggu; dan
f. dipasang penggantung menggunakan klem.

Pasal 62

Gondola harus dilengkapi dengan:


a. alat pengendali yang berada di dalam sangkar;
b. pembaca arah dan kecepatan angin; dan
c. tali pengaman [life line) yang terikat pada struktur
bangunan.

Pasal 63

(1) Pemasangan gondola temporer harus:


a. sesuai dengan penggunaan
penggunaan yang
yang telah
telah
ditentukan;
b. pada penunjang [support) di lantai teratas {roof
top) atau mengunakan bobot imbang dan tiang
(mast) diperkuat dengan tali penguat [pendant)
yang dikaitkan pada angkur yang terpasang di
struktur bangunan; dan
c. mempunyai jarak yang cukup antara dinding
teratas dengan tiang gondola (mast) untuk
menghindari sentuhan.
(2) Pemasangan gondola permanen harus:
-35-

a. sesuai dengan penggunaan yang telah


ditentukan;
b. di atas rel lintasan gondola secara kuat dan
dilengkapi dengan pengunci, rel lintasan harus
dipasang secara kuat pada support di lantai roof
top;

c. mempunyai jarak yang cukup antara dinding


teratas dengan tiang gondola {mast) untuk
menghindari sentuhan; dan
d. diberi ruang bebas antara dinding dengan jarak
paling sedikit 90 cm (sembilan puluh sentimeter)
dari sisi luar sangkar {basket) kecuali sisi yang
menghadap bangunan.
(3) Gondola temporer untuk tipe tertentu yang memiliki
roda atau dapat diberi roda, pemasangan dapat
dilakukan sesuai dengan ketentuein sebagaimana
dimaksud pada ayat (2} huruf b.

Pasal 64

Pemasangan sangkar {basket) gondola harus:


a. diikat secara kuat pada tali kawat baja penarik dengan
klem pengikat;
b. mempunyai klem dengan kuat tank paling sedikit 1,5
(satu koma lima) kali tali kawat baja penarik; dan
c. mempunyai klem pengikat dengan faktor keamanan
paling sedikit 5 (lima).

Pasal 65

Pengoperasian gondola harus:


a. tidak melebihi beban maksimum yang diizinkan;
b. dioperasikan oleh Operator gondola yang dilengkapi
dengan body harness dan dipassing atau diikat pada
life line gondola;
c. dinaikkan atau diturunkan secara perlahan, tidak
menimbulkan beban kejut;
d. bebas dari rintangan/hambatan pada tali baja
penggantungnya; dan
- 36 -

e. dioperasikan tidak mengalami kemiringan sangkar


(basfcef}melebihi 15° (lima belas derajat).

Pasal 66

Setiap orang dilarang:


a. mengubah dan/atau memodifikasi gondola tanpa
melaporkan terlebih dahulu kepada unit kerja
pengawasan ketenagakerjaan;
b. menggantungkan sangkar (basket) gondola pada arm
yang belum terpasang dengan sempuma;
c. mengoperasikan gondola, apabila kecepatan angin
melebihi 32 km/jam (tiga puluh dua kilometer per
jam); dan/atau
d. menggunakan gondola, apabila kerangka lantai kerja
sangkar [basket^ gondola mengalami defleksi melebihi
1/60 (satu f>er enam puluh) dari panjang kerangka
lantai keija sangkar (basket) gondola.

BAB IV

PESAWAT ANGKUT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 67

Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf a meliputi:
a. alat berat terdiri atas forklift, lifttruck, reach stackers,
telehandler, hand lift/hand pallet, excavator, excavator
grapple, backhoe, loader, dozer, traktor, grader,
concrete paver, asphalt paver, asphalt sprayer, aspalt
finisher, compactor roller/vibrator roller, dan peralatan
lain yang sejenis;
b. kereta terdiri atas kereta gantung, komidi putar, roller
coaster, kereta ayun, lokomotif beserta rangkaiannya,
dan peralatan lain yang sejenis;
- 37 -

c. personal basket terdiri atas manlifi/boomlift, scissor


lift, hydraulic stairs dan peralatan lain yang sejenis;
d. truk terdiri atas tractor, truk pengangkut bahan
berbahaya, dump truck, cargo truck lift, trailer, side
loader truck, module transporter, axle transport, car
towing, dan peralatan lain yang sejenis; dan
e. robotik dan konveyor terdiri atas Automated Guided
Vehicle, sabuk berjalan, ban berjalan, rantai berjalan
dan peralatan lain yang sejenis.

Pasal 68

Landasan sebagai tumpuan atau lintasan untuk Pesawat


Angkut harus memiliki konstruksi pondasi yang kuat
menahan beban, rata, stabil, dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Pasal 69

Penempatan Pesawat Angkut pada area keija harus:


a. dalam kondisi stabil dan seimbang untuk menghindari
terguling, teijungkal, teijungkit, dan terperosok; dan
b. memiliki ruang gerak yang cukup dan bebas dari
rintangan agar tidak membahayakan orang di
sekitamya.

Pasal 70

Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67


selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1} juga memiliki komponen utama
berupa alat pengendali, kabin Operator atau ruang
pengoperasian atau ruang kontrol, dan lengan yang
merupakan arm dan boom.

Pasal 71

(1) Alat pengendali yang meliputi tuas, setir, dan tombol


harus:

a. dibuat seragam dalam fungsi, gerak, dan


wamanya; dan
- 38 -

b. didesain ergonomis dan aman bagi Operator.


(2) Alat pengendali dengan sistem komputerisasi harus
dilengkapi monitor yang memberikan informasi
pengoperasian.
{3} Alat pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus:

a. mudah dioperasikan dan dipahami oleh Operator;


dan

b. dilengkapi dengan simbol atau tanda yang


memiliki keterangan pengoperasian.

Pasal 72

(1) Kabin Operator harus:


a. dirancang untuk memudahkan pandangan
Operator pada daerah pengoperasian;
b. dilengkapi dengan atap pelindung yang dapat
melindungi Operator dari perubahan cuaca dan
kemungkinan tertimpa suatu benda; dan
c. dilengkapi sabuk pengaman yang mampu
menahan tekanan kejut.
(2) Ruang pengoperasian yang menyatu dengan Pesawat
Angkut harus:
a. mempunyai tempat atau panel untuk
penempatan alat pengendali pengoperasian;
b. dilengkapi Alat Pelindungan; dan
c. memberikan kenyamanan dan kemudahan
aktivitas atau gerak Operator.
(3) Ruang kontrol harus:
a. berada di dekat Pesawat Angkut untuk
memudahkan pemantauan operasi kecuali untuk
lokomotif dan konveyor; dan
b. memiliki ventilasi dan penerangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau
standar yang berlaku.
(4) Kabin Operator, ruang pengoperasian, atau ruang
kontrol harus dilengkapi:
-39-

a. tanda peringatan larangan masuk bagi orang


yang tidak berwenang; dan
b. alat pemadam api ringan sesuai dengan
ketentuan peraturan pcrundang-undangan atau
standar yang berlaku.

Pasal 73

Lengan yang merupakan arm dan boom harus:


a. digunakan sesuai dengan buku petunjuk pabrik
pembuat;
b. memiliki sistem penghenti yang berfungsi secara
otomatis jika sudut kemiringan mencapai batas
maksimal; dan
c. memiliki alat pencegah teijadinya benturan yang
berfungsi secara otomatis.

Pasal 74

(1) Pengoperasian Pesawat Angkut pada saat pemuatan,


pemindahan, dan pembongkaran harus dijamin tidak
terjadi muatan tumpah.
(2) Lokasi pengoperasian Pesawat Angkut yang
membahayakan harus dilengkapi dengan tanda
peringatan larangan masuk bagi orang yang tidak
berkepentingan.
(3) Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang tenaga
penggeraknya motor bakar harus dijalankan dengan
aman sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan.
(4) Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang tenaga
penggeraknya motor bakar dilarang dijalankan di
daerah yang terdapat bahaya kebakaran, peledakan,
dan/atau ruangan tertutup.
- 40 -

Bagian Kedua
Alat Berat

Pasal 75

Alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a


selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dan Pasal 70, juga memiliki tiang (mast),
garpu (/brfc), bak (bucketj, dan pencengkram (grapple).

Pasal 76

Tiang (mast) pada forklift harus:


a. mampu menahan benda keija sesuai dengan standar
yang berlaku;
b. mampu menahan rantai pengggerak garpu (fork)-,
c. dilengkapi pembatas {stopper) pada titik pengangkatan
tertinggi; dan
d. dilengkapi tempat dudukan sandaran muatan (back
resti.

Pasal 77

(1) Garpu (fork) pada forklift:


a. harus dibuat dengan faktor keamanan paling
rendah 3 (tiga);
b. tidak mengalami defleksi melebihi sebesar 1/33
(satu per tiga puluh tiga) dikali panjang garpu;
c. tidak diluruskan dan/atau dilakukan pengelasan
pada garpu yang mengalami bengkok atau patah;
d. tidak mengalami penipisan garpu lebih dari 10%
(sepuluh persen);
e. harus dilengkapi pengatur dan pengunci posisi
pada dudukan jika forklift menggunakan fork
ganda; dan
f. tidak mengalami perbedaan ketinggian lebih dari
3% {tiga persen) dari panjang garpu apabila
forklift menggunakan garpu (fork) ganda.
(2) Dalam menggunakan garpu {fork) pada forklift dilarang
memasang alat tambahan untuk memperpanjang
garpu {fork).

Pasal 78

(1) Bak {bucket\ untuk loader, excavator, backhoe, dan


shavel harus;

a. digunakan sesuai jenis, bentuk, dimensi, dan


kapasitasnya;
b. dibuat dari bahan baja karbon sedang, dengan
kadar C : 0,3-0,6% (nol koma tiga sampai dengan
nol koma enam persen) dan faktor keamanan
paling sedikit 6 (enam); dan
c. dilengkapi dengan penahan muatan/barang pada
sisi depan, samping, dan belakang.
(2) Pemasangan bak [bucket] harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau
standar yang berlaku.

Pasal 79

(1) Dilarang menggunakan bak (bucket) pada kondisi


keropos dan/atau retak.
(2} Setiap orang dilarang:
a. menggunakan bak [bucket^ pada kondisi keropos
dan/atau retak.
b. menggunakan bak [bucket] pada loader,
excavator, backhoe, dan shovel yang tidak
dilengkapi pengunci pin penghubung dengan
linkage pada arm.

Pasal 80

(1) Pencengkram [grapple) harus:


a. dirancang sesuai jenis penggunaan baik bentuk,
dimensi, kapasitas, maupun jenis
material/ muatannya;
b. dibuat dari bahan baja karbon sedang, dengan
kadar C : 0,3-0,6% (nol koma tiga sampai dengan
-42 -

nol koma enam persen) dan faktor keamanan


paling sedikit 5 (enam); dan
c. memiliki baut yang terpasang dengan kuat di
seluruh dudukan.

(2) Pemasangan pencengkram (grapple) harus sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
atau standar yang berlaku.
(3) Dilarang menggunakan pencengkram {grapple) pada
kondisi:

a. dimensi beban keija atau dimensi muatan tidak


sesuai dengan kapasitas cengkraman; dan
b. baut pengencang tidak lengkap.

Pasal 81

Landasan forklift, lift truck, reach stackers, dan telehandler.


a. harus dikonstruksi cukup kuat dan rata;
b. harus mempunyai tanda area lintasan;
c. tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam;
dan

d. tidak mempunyai tanjakan atau turunan yang terjal


yang dapat mengganggu keseimbangan.

Pasal 82

Setiap orang dilarang menggunakan forklift, lifttmck, reach


stackers, dan telehandler dengan tenaga penggerak motor
bakar di area keija yang mempunyai bahan mudah
meledak dan/atau dalam ruangan tertutup.

Pasal 83

Sebelum memuat dan membongkar muatan, rem pada


Forklift, reach stacker, telehandler, dan sejenisnya harus
digunakan dan jika di atas tanjakan, roda harus diberi
penahan.

Pasal 84

Jarak bebas sisi lintasan yang dilalui forklift, telehandler,


dan sejenisnya paling sedikit:
-43 -

a. 60 cm (enam puluh sentimeter) diukur dari sisi terluar


pesawat atau sisi terluar muatan yang paling lebar jika
digunakan lalu lintas satu arah; dan
b. 90 cm (sembilan puluh sentimeter) diukur dari sisi
terluar di antara dua pesawat atau sisi terluar di
antara muatan yang paling lebar di kedua pesawat jika
digunakan lalu lintas 2 (dua) arah.

Pasal 85

(1) Forklift pada saat dioperasikan dalam keadaan


berjalan:
a. garpu {fork) atau permukaan bagian bawah
muatan hams beijarak paling tinggi 15 cm (lima
belas sentimeter) diukur deiri permukaan
landasan; dan
b. hams berjarak paling dekat 10 m (sepuluh meter)
dari bagian belakang kendaraan yang ada di
depannya.
(2) Forklift pada saat sedang tidak digunakan hams
diletakkan pada landasan yang rata tanpa ada
kemiringan dengan kondisi rem terkunci dan garpu
sisi terbawah menempel pada permukaan landasan.
(3) Forklift dilarang digunakan untuk tujuan lain selain
untuk mengangkat, mengangkut, dan meletakkan
muatan / barang.
(4) Forklift jenis telehandler dan reach stacker
dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1) humf a,

Pasal 86

(1) Pengoperasian loader, excavator, backhoe, shovel, dan


sejenisnya hams:
a. berada pada landasan yang cukup keras untuk
menjaga kestabilan;
b. tetap pada posisi stabil di lokasi keija baik dalam
kondisi tanjakan atau tumnan; dan
- 44 -

c. dihindari pengangkatan/pengisian muatan


melalui atau melintasi kabin truk yang akan diisi
muatan.

(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), dalam pengoperasian excavator.
a. posisi lengan yang merupakan arm dan boom
hams diatur pada saat berpindah lokasi
pengerukan untuk mencegah ketidakstabilan;
b. bagian depan maupun belakang harus dipastikan
posisinya agar tidak bergerak ke arali yang saiJah
pada saat akan berpindah secara horizontal; dan
c. posisi arm dan boom terpanjang antara sisi
terluar bak (bucket) dengan dinding/struktur
bangunan harus ditempatkan paling dekat 60 cm
(enam puluh sentimeter).
(3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam pengoperasian loader saat mengangkut
muatan, jarak antara sisi terbawah bak (bucket)
dengan permukaan landasan paling rendah 30 cm
(tiga puluh sentimeter) dan paling tinggi 90 cm
(sembilan puluh sentimeter).
(4) Loader pada saat sedang tidak digunakan harus
diletakkan pada landasan yang rata tanpa ada
kemiringan dengan kondisi rem terkunci dan sisi
terluar bak (bucket) menempel pada permukaan
landasan.

(5) Excavator pada saat sedang tidak digunakan harus


diletakkan pada landasan yang rata tanpa ada
kemiringan dengan kondisi rem terkunci dan sisi
terluar bucket menempel pada permukaan landasan
dan kabin pada posisi sejajar dengan kedua kelabang
(crawler).

Pasal 87

Grader pada saat tidak digunakan, pelat penyapu (blade)


dan garpu pembajak {scarifier) harus dalam kondisi
-45-

diletakkan tegak lurus terhadap roda pada landasan dan


dengan kondisi rem terkunci.

Pasal 88

Setiap orang dilarang mengoperasikan excavator, dozer,


backhoe, dan grader pada area terdapat pipa bertekanan
tinggi dan/atau kabel bertegangan tinggi di bawah tanah.

Pasal 89

(1} Pengoperasian concrete paver, asphalt paver, asphalt


sprayer, aspalt finisher, compactor roller/vibrator roller
harus:

a. diberi pembatas dan rambu peringatan pada area


kerja; dan
b. dilengkapi penerangan yang cukup pada malam
hari.

(2) Concrete paver, asphalt paver, asphalt sprayer, aspalt


finisher, compactor roller/vibrator roller pada saat tidak
digunakan harus diparkir pada tempat yang tidak
mengganggu arus lalu lintas, kabin Operator dan rem
dalam kondisi terkunci.

Pasal 90

Alat berat dilarang dioperasikan atau dijalankan secara


melintang pada lintasan miring.

Bagian Ketiga
Kereta

Pasal 91

Kereta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b


selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dan Pasal 70, juga memiliki roda kereta, tali
kawat baja, rantai penggantung, poros, dan rel/lintasan.

Pasal 92

(1} Roda kereta harus:


-46-

a. terbuat dari baja tuang cukup kuat, tidak cacat


dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan atau standar yang berlaku;
b. memiliki faktor keamanan 8 (delapan); dan
c. tidak terdapat sambungan las.
(2) Pemasangan roda kereta harus menggunakan pasak
antara roda dan poros roda dan dilengkapi dengan pin
pengunci.

Pasal 93

(1) Tali kawat baja penggantung harus:


a. terbuat dari baja yang mempunyai faktor
keamanan paling sedikit 12 (dua belas);
b. memiliki inti tali kawat baja jenis IWRC
(Independent Wire Rope Core);
c. tahan terhadap korosi;
d. fleksibel dan mampu menaihan momen puntir;
dan

e. diperiksa pada waktu pemasangan pertama,


setiap hari sebelum dioperasikan, dan 1 (satu)
kali dalam seminggu.
(2) Pemasangan tali kawat baja penggantung harus
menggunakan klem.
(3) Tali kawat baja dilarang:
a. memiliki sambungan dan simpul; dan
b. digunakan jika terdapat perubahan bentuk
(deformasi) dan putus.

Pasal 94

{1} Rantai penggantung harus:


a. terbuat dari baja paling sedikit grade 80 (delapan
puluh) dengan faktor keamanan paling rendah 5
(lima);
b. tahan terhadap korosi;
c. mampu menahan beban kejut; dan
- 47 -

d. diperiksa pada waktu pemascingan pertama,


setiap hari sebelum dioperasikan, dan 1 (satu)
kali dalam seminggu.
(2) Pemasangan rantai penggantung harus menggunakan
shakle atau alat pengunci sejenis lainnya.
(3) Rantai penggantung dilarang digunakan jika terdapat
perubahan bentuk (deformasi).

Pasal 95

(1) Poros kereta harus:


a. terbuat dari baja dengan faktor keamanan 6
(enam); dan
b. mampu menahan tegangan tumpu, dan momen
puntir.
(2) Poros roda kereta harus:
a. terbuat dari baja dengan faktor keamanan 6
(enam); dan
b. mampu menahan gaya aksial, gaya radial, momen
lengkung, dan momen puntir.

Pasal 96

(1) Rel atau lintasan harus:


a. terbuat dari bahan baja dengan faktor keamanan
6 (enam);
b. kuat menahan gaya gesek dan tegangan tumpu;
c. tahan terhadap korosi;
d. dikonstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang berlaku;
e. dilakukan pemeriksaan dalam waktu tertentu;

f. dilengkapi dengan jalur lintas bebas pada kedua


sisinya paling sedikit:
1) 2,35 m (dua koma tiga lima meter) di kiri
kanan as jalan rel untuk jalur lurus;
2) 2,55 m (dua koma lima lima meter) untuk
jalur lengkung dengan jari-jari kurang dari
atau sama dengan 300 m (tiga ratus meter);
- 48 -

3) 2,45 m (dua koma empat lima meter) untuk


jalur lengkung dengan jari-jari lebih dari 300
m (tiga ratus meter); dan
4) 2,15 m (dua koma satu lima meter) di kiri
kanan as jalan rel untuk jembatan dan
terowongan pada jalur lurus dan jalur
lengkung.
(2) Rel pemutar kereta harus dilengkapi dengan alat
pengunci untuk mencegah rel pemutar kereta
bergerak.

Pasal 97

(1) Rel harus dipasang rel pengaman pada bagian dalam


rel dengan jarak tidak lebih dari 25 cm (dua puluh
lima sentimeter) dari sisi dalam rel, apabila rel:
a. terpasang di atas jembatan dengan panjang 30 m
(tiga puluh meter) atau lebih dan memiliki
tikungan;
b. memiliki tikungan dengan radius melebihi 250 m
(dua ratus lima puluh meter) dengan lebar 1.435
mm (seribu empat ratus tiga puluh lima
milimeter) atau lebih; dan
c. memiliki tikungan dengan radius melebihi 400 m
(empat ratus meter) dengan lebar kurang dari
1.435 mm (seribu empat ratus tiga puluh lima
milimeter).
(2) Ujung rel harus dipasang balok penahan benturan.

Pasal 98

(1) Pemindahan rel yang menggunakan peralatan tuas


wesel dan kawat sinyal harus dipasang Alat Pengaman
pada peralatan tuas wesel untuk mencegah rel tidak
berbalik.

(2) Tuas wesel harus dikonstruksi dan dipasang dengan


kuat untuk mencegah tuas bergeser pada arah
memanjang rel.
- 49 -

Pasal 99

(1) Rel diupayakan tidak melewati jalan yang digunakan


untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki.
(2) Rel yang melintas pada jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat menggunakan jembatan layang
atau terowongan.
(3) Jika jembatan layang atau terowongan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum tersedia, persilangan
lintasan rel dan jalan harus dibuat rata dengan
permukaan rel.
(4) Persilangan lintasan rel dan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) hams:
a. dilengkapi Alat Pengaman atau penghalang yang
diwarnai dengan jelas;
b. dilengkapi sirine dan lampu peringatan;
c. dipasang tanda peringatan "BAHAYA" atau
"PERSILANGAN";
d. dijaga oleh petugas khusus; dan
e. diberi cahaya atau penanda yang dapat berpendar
pada tanda pemberi peringatan, alat penghalang,
semboyan wesel, dan perlengkapan lainnya jika
ada penggunaan pada malam hari.

Pasal 100

(1) Jarak antara sisi terluar kereta harus mempunyai


ruang bebas dengan ketentuan:
a. paling sedikit 75 cm (tujuh puluh lima sentimeter)
antara 2 (dua) kereta yang melintas
berdampingan atau terhadap bangunan di sisi rel;
b. secara vertikal paling sedikit:
1. 215 cm (dua ratus lima belas sentimeter) ke
bangunan atau rintangan lainnya; dan
2. 430 cm (empat ratus tiga puluh sentimeter)
ke sumber arus listrik.

c. dipasang tanda ukuran pada tiap sisi bangunan.


(2) Bangunan, rintangan, atau sumber listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
- 50 -

dipasang tanda ukuran jarak vertikal yang mudah


terbaca.

Pasal 101

(1) Jaringan listrik pada kereta listrik harus memenuhi


standar kelistrikan.

(2) Jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus dilengkapi dengan tanda peringatan "BAHAYA"
yang mudah terlihat dan terbaca pada kontak yang
terbuka.

Pasal 102

Kereta gantung, komidi putar, roller coaster, dan kereta


ayun harus:
a. dilakukan pembumian/pentanahan (grounding) sesuai
dengan ketentuan standar kelistrikan; dan
b. memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah, diberi
tanda secara jelas, mudah dibaca, dilengkapi dengan
Alat Pengaman dan Alat Pelindungan.

Bagian Keempat
Personal Basket

Pasal 103

Personal basket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67


huruf c selain memiliki komponen utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki lengan
yang merupakan boom dan keranjang {basket).

Pasal 104

Lengan yang merupakan boom harus:


a. terbuat dari baja dengan faktor keamanan paling
sedikit 5 (lima); dan
b. memiliki sistem penghenti yang berfungsi secara
otomatis apabila sudut kemiringan mencapai batas
maksimal.
- 51 -

Pasal 105

Keranjang (basket) harus:


a. terbuat dari baja dengan faktor keamanan 5 (lima)
dan/atau bahan lain dengan kekuatan yang sama;
b. konstruksi hams cukup kuat dan aman;
c. dilengkapi dengan pengaman pinggir {toeboard};
d. memiliki pintu penutup yang dapat dikunci dan
dibuka secara aman; dan
e. ketinggian pagar keranjang (basket) paling sedikit 1,25
m (satu koma dua lima meter) dari dasar lantai kerja.

Pasal 106

(1) Pengoperasian personal basket dilakukan dengan


ketentuan:

a. tidak melebihi beban maksimum yang diizinkan;


b. dioperasikan oleh Operator personal basket yang
dilengkapi dengan body harness;
c. dinaikan atau diturunkan secara perlahan, tidak
menimbulkan kejutan; dan
d. bebas dari rintangan/hambatan.
(2) Dilarajig mengoperasikan personal basket
a. pada area atau Tempat Keija yang miring;
dan/atau
b. apabila kecepatan angin melebihi 32 km/jam (tiga
puluh dua kilometer per jam).

Pasal 107

Setiap orang dilarang mengubah dan/atau memodifikasi


personal basket tanpa melaporkan terlebih dahulu kepada
instansi yang bertanggung jawab di bidang pengawasan
ketenagakerjaan.
- 52 -

Bagian Kelima
Truk

Pasal 108

Truk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf d selain


memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki bak dump truck dan
penyambung (tou^.

Pasal 109

(1) Bak dump truck harus:


a. digunakan sesuai dengan jenis muatan dan
kapasitasnya;
b. dibuat dari bahan baja karbon sedang dengan
kadar C : 0,3-0,6% (nol koma tiga sampai dengan
nol koma enam persen) dan faktor keamanan
paling sedikit 6 (enam); dan
c. dilengkapi dengan penahan muatan/barang pada
sisi depan, samping, dan belakang.
(2) Bak dump truck dilarang digunakan apabila:
a. keropos dan/atau retak;
b. tidak dilengkapi pin pengunci pada silinder
hidraulik; dan
c. tidak dilengkapi kanopi pelindung tumpsihan
material.

(3) Pemasangan bak dump truck harus sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan atau
standar yang berlaku.

Pasal 110

(1) Batang penyambung {tow) harus:


a. dirancang sesuai dengan daya tank atau daya
dorong truk meliputi bentuk, dimensi, dan
kapasitas; dan
b. dibuat dari bahan baja dengan faktor keamanan
paling sedikit 5 (lima).
- 53 -

(2) Pemasangan bola pengikat [hitch baltj pada batang


penyambung [tow) truk atau benda yang ditarik atau
didorong harus pada posisi di atas dan dilengkapi baut
atau pin pengunci.
(3) Dilarang menggunakan batang penyambung [tow)
pada kondisi mengalami perubahan bentuk lebih
besar dari 5° (lima derajat) dari pangkal.
(4) Dilarang mengunakan bola pengikat {hitch ball) pada
penyambung bateing [tow) apabila mengaleimi
perubahan posisi horizontal lebih besar dari 1° (satu
derajat) atau 25 mm (dua puluh lima milimeter) diukur
dari permukaan batang penyambung dengan bola
pengikat (hitch baltj.

Pasal 111

(1) Pengoperasian truk harus:


a. dilakukan pada permukaan landasan yang rata
dan tidak miring saat memuat dan menurunkan
muatan; dan
b. dipastikan sisi belakang bebas dari orang pada
saat menurunkan muatan dengan cara
memiringkan bak [bucket).
(2) Muatan pada bak [bucket tidak boleh melebihi tinggi
dinding bak [bucket).
(3) Gerakan bak [bucket) dump truck pada saat
menurunkan muatan harus dilakukan secara

perlahan dengan memperhatikan berat dan volume


muatan.

(4) Dilarang menggerakkan truk pada saat memuat dan


menurunkan muatan.

Bagian Keenam
Robotik dan Konveyor

Pasal 112

(1) Robotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf


e selain memiliki komponen utama sebagaimana
- 54 -

dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki


pita magnetik/lintasan.
(2) Konveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
huruf e selain memiliki komponen utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki
ban/sabuk, rantai, dan roller.

Pasal 113

Pita magnetik/lintasan harus:


a. dapat terbaca dengan jelas oleh sensor pada
Automated Guided Vehicle-, dan
b. bebas dari rintangan yang dapat menghalangi sinyal
antara pita magnetik ke sensor pada Automated
Guided Vehicle.

Pasal 114

(1) Automated Guided Vehicle harus:


a. memiliki Alat Pengaman untuk menjaga tetap
berada di atas lintasannya sesuai dengan arah
yang telah ditetapkan;
b. dilengkapi dengan sensor pembaca lokasi (global
positioning system)-, dan
c. dilengkapi dengan sensor {laser scanner] yang
dapat menghentikan secara otomatis apabila
lintasan terhalang oleh manusia atau benda lain.
(2) Area keija Automated Guided Vehicle harus:
a. tersedia kamera pengawas dan monitor yang
dapat menjangkau seluruh area pengoperasian;
b. diawasi oleh Operator melalui monitor; dan
c. diberi rambu dan penanda lintasan operasi.

Pasal 115

(1) Pengoperasian Automated Guided Vehicle harus:


a. diperiksa oleh Operator, khususnya perangkat
keras dan perangkat lunak sebelum dioperasikan;
- 55 -

b. dapat dikendalikan secara manual apabila dalam


pengoperasiannya teijadi kegagalan sistem
operasi otomatis.
(2) Automated Guided Vehicledilarang digunakan untuk:
a. mengangkut bahan berbahaya; dan
b. mengangkut material yang melebihi ukuran yang
direncanakan.

(3) Setiap orang dilarang melewati/menghalangi


Automated Guided Vehicle yang sedang beroperasi.

Pasal 116

(1) Ban /sabuk yang digunakan harus:


a. mempunyai dimensi sesuai dengan jenis dan
kapasitas muatan/barang; dan
b. terbuat dari bahan kuat, tahan terhadap
tegangan tarik dan perubahan bentuk.
(2) Khusus untuk pemindahan makanan, ban/sabuk
harus terbuat dari bahan food grade sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau
standar yang berlaku.
{3} Pemasangan ban/sabuk harus dipastikan terpasang
dengan kencang dan tegangan merata untuk
mencegah shp.
(4) Setiap orang dilarang menggunakan ban/sabuk yang
mengalami sobek memanjang lebih besar dari 10%
(sepuluh persen) dari panjang, dan/atau sobek
melintang.

Pasal 117

(1) Rantai yang digunakan harus:


a. mempunyai dimensi sesuai dengan jenis dan
kapasitas muatan/barang;
b. dibuat dari bahan yang kuat dan mampu
menahan muatan/tegangan tumpu; dan
c. dilengkapi dengan pin penghubung dan pengunci.
- 56 -

(2) Pemasangan rantai pada rangka konveyor harus


kencang dan tegangan merata untuk mencegah
lepasnya mata rantai.
(3) Setiap orang dilarang mengunakan rantai apabila
mengalami perubahan bentuk lebih dari 10% (sepuluh
persen) dari panjang rantai yang terpasang.

Pasal 118

(1) /?oHer yang digunakan harus:


a. mempunyai dimensi sesuai dengan jenis dan
kapasitas muatan/barang; dan
b. dibuat dari bahan yang kuat, mampu menahan
muatan/tegangan lengkung, dan memiliki
permukaan yang rata.
(2) Pemasangan roller pada rangka konveyor harus tegak
lurus pada bidang dudukan dan dilengkapi bantalan
{bearing).
(3) Setiap orang dilarang menggunakan roller apabila:
a. mengalami perubahan bentuk lebih dari 10%
(sepuluh persen) dari jumlah roller yang
terpasang; dan
b. bantalan mengalami kerusakan.

Pasal 119

(1) Konstruksi mekanis konveyor harus:


a. kuat dan aman untuk menunjang muatan yang
telah ditetapkan baginya atau beban keija aman;

b. dapat meniadakan titik-titik geser yang berbahaya


antara bagian-bagian yang bergerak dengan
benda kerja atau muatan yang berpindah
ataupun tetap dan/atau dilengkapi Alat
Pelindungan.
(2) Konveyor harus dilengkapi dengan:
a. sistem pengereman yang mampu menahan
dengan aman pada posisi turun, miring, dan
vertikal karena gaya gravitasi;
- 57 -

b. alat penanda beban lebih yang harus berfungsi


dan mudah diketahui; dan
c. sistem pelumasan otomatis.
(3) Konveyor yang tidak tertutup yang dilalui Tenaga
Keija, melewati di atas jalan, Tempat Kerja dan
jembatan, pada bagian bawahnya harus dipasang Alat
Pelindungan berupa tutup pengaman yang mempunyai
ketinggian paling sedikit 2,5 m (dua koma enam
meter).
(4) Jika konveyor membentang sampai pada tempat yang
tidak kelihatan dari pos kontrol, harus dilengkapi
dengan sirine atau lampu rotari dan harus dibunyikan
oleh Operator sebelum menjalankan mesin.
(5) Jika tinggi ujung pengisian konveyor kurang dari 1 m
{satu meter) di atas lantai, harus diberi pagar
pelindung.

Pasal 120

(1) Lantai atau teras kerja konveyor pada tempat bongkar


dan muat harus dalam kondisi anti slip.
(2) Lantai atau teras dan tempat jalan kaki di samping
konveyor harus bersih dari sampah dan bahan lain.
(3) Saluran air pada lantai harus disediakan di sekitar
konveyor.
(4) Penyeberangan pada konveyor harus disediakan
jembatan yang memenuhi syarat pada jarak tidak
lebih dari 300 m (tiga ratus meter).

Pasal 121

(1) Konveyor tertutup yang digunakan untuk membawa


bahan yang dapat terbakar atau meledak harus
dilengkapi dengan lubang pelepas pengaman yang
langsung menuju ke udara luar.
(2) Lubang pelepas pengaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak boleh dihubungkan dengan
cerobong, pipa lubang angin atau saluran asap untuk
tujuan lain.
- 58 -

(3) Dalam hal konstruksi pembuangan tidak dapat dibuat,


saluran lubang pelepas pengaman pada konveyor
harus dilengkapi dengan tutup pelepas.

Pasal 122

(1) Konveyor yang digerakan dengan tenaga mekanik pada


tempat bongkar muat, pada akhir peijalanan dan awal
pengambilan dan/atau pada berbagai tempat lain,
harus dilengkapi dengan alat untuk menghentikan
mesin atau motor penggerak ban transport dalam
keadaan darurat.

(2) Konveyor yang membawa muatan pada bidang yang


miring harus dilengkapi dengan alat mekanis yang
dapat mencegah mesin berbalik dan membawa
muatan kembali ke arah tempat memuat, jika sumber
tenaga dihentikan.
(3) Jika 2 (dua) konveyor atau lebih beroperasi bersama
harus dipasang Alat Pengaman yang dapat mengatur
bekerja sedemikian rupa sehingga kedua konveyor
harus berhenti apabila salah satu konveyor tidak
dapat bekerja secara terus menerus.
(4) Konveyor untuk mengangkut semen, pupuk buatan,
serat kayu, pasir atau bahan sejenisnya harus
dilengkapi dengan kilang keruk atau alat lainnya yang
sesuai.

(5) Konveyor yang ditinggalkan dan/atau sering dilalui


orang harus dilengkapi dengan tempat jalan kaki atau
teras pada seluruh panjangnya dengan lebar tidak
kurang dari 45 cm (empat puluh lima sentimeter} dan
mempunyai sandaran standar dan/atau pagar
perlindungan pinggir.

Pasal 123

(1) Setiap orang dilarang menaiki konveyor.


(2) Setiap orang dilarang untuk mencoba menyetel atau
untuk memperbaiki perlengkapan konveyor tanpa
- 59 -

menghentikan dahulu sumber tenaganya dan


mengunci tuas atau tombol dalam keadaan berhenti.
(3) Tenaga Keija dilarang berdiri di kerangka penahan
konveyor terbuka pada saat memuat atau
memindahkan barang atau pada saat membersihkan
rintangan.

BAB V

ALAT BANTU ANGKAT DAN ANGKUT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 124

Alat Bantu Angkat dan Angkut sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 huruf b meliputi sling, spreader bar, lifting
beam, personal basket, jaring, dan alat kelengkapan
[shackle, tumbuckle, swivel, eyebolt, eyenuts, eyepad,
hooker, rings, master link, clamp, grapple, dan magnetic
lifter).

Pasal 125

Alat Bantu Angkat dan Angkut harus:


a. dilengkapi keterangan kapasitas beban keija aman
yang diizinkan;
b. dilengkapi kunci pengaman khusus Alat Bantu Angkat
dan Angkut jenis klem pelat dan klem jepit; dan
c. dibuat dengan faktor keamanan paling rendah 5 (lima)
kecuali untuk sling rantai (chain sling).

Pasal 126

(1) Penggunaan Alat Bantu Angkat dan Angkut harus:


a. diperiksa terlebih dahulu oleh Juru Ikat [rigger)
sebclum digunakan untuk pengikatan benda
kerja atau muatan;
b. sesuai dengan jenis dan kapasitas;
- 60 -

c. mempunyai jarak paling sedikit 5 m (lima meter)


dari sumber listrik bertegangan tinggi untuk jenis
personal basket dan yang terbuat dari logam; dan
d. dilakukan pencatatan dengan menggunakan
buku catatan penggunaan (log book) yang
memuat jenis, jumlah, dan tanggal pemeriksaan
dan pengujian.
(2} Alat Bantu Angkat dan Angkut harus:
a. dilakukan perawatan secara berkala sesuai
dengan buku panduan pabrik pembuat;
b. disimpan pada tempat khusus yang melindungi
dari panas, cairan, bahan berbahaya, dan
memiliki sirkulasi udara ysing baik; dan
c. dimusnahkan sesuai dengan prosedur
pemusnahan bila telah mengalami perubahan
bentuk, wama, cacat, kerusakan, dan tidak
memenuhi syarat.

Pasal 127

(1) Alat Bantu Angkat dan Angkut dilarang digunakan


apabila:
a. mengalami perubahan bentuk dan warna;
b. cacat dan/atau rusak; dan/atau
c. kecepatan angin melebihi 38 km/jam (tiga puluh
delapan kilometer per jam).
(2) Setiap orang dilarang membawa/memindahkan Alat
Bantu Angkat dan Angkut dengan cara diseret.

Pasal 128

(1) Pengikatan Alat Bantu Angkat dan Angkut harus kuat,


aman dan seimbang.
(2) Dalam hal pengikatan Alat Bantu Angkat dan Angkut
tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus digunakan tambahan dengan alat
kelengkapan berupa shackle, tumhuckle, swivel,
eyebolt, eyenuts, eyepad, hooker, rings, clamp, grapple,
dan magnetic lifter.
- 61 -

Bagian Kedua
Sling

Paragraf 1
Umum

Pasal 129

Sling meliputi sling tali kawat baja [wire rope sling), sling
rantai {chain sling), sling sabuk {webbing sling) dan sling
tali serat.

Pasal 130

(1} Penggunaan sling dedam pengikatan hams sesuai


dengan jenis dan kapasitas.
(2) Pengikatan dengan menggunakan lebih dari 1 (satu)
sling, penempatan sling harus dalam keadaan
seimbang dan sudut kaki sling yang diizinkan paling
besar 120" (seratus dua puluh derajat).
(3) Perpanjangan sling daJeim pengikatan harus
menggunakan alat kelengkapan berupa tumbuckle,
shackle, link dan rings.
(4) Setiap orang dilarang membuat simpul pada sling saat
pengunaan sling dalam pengikatan.

Paragraf 2
Sling Tali Kawat Baja {Wire Rope Sling)

Pasal 131

(1) Sling tali kawat baja {wire rope sling) harus:


a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 5
(lima); dan
b. dibuat pada kedua ujung dengan cara diklem,
dipres dengan soket dan dianyam (spiice).
(2) Pengurangan ukuran diameter sling tali kawat baja
{wire rope sling) tidak boleh melebihi 5% (lima persen)
dari diameter semula.
-62-

(3) Sling tali kawat baja {wire rope sling] dilarang disimpul
dan dibelit.

(4) Sling tali kawat baja {wire rope sling] dilarang


digunakan apabila:
a. tertekuk, kusut, beijumbai dan terkelupas;
b. terdapat aus atau karat (deformasi) sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. 12% (dua belas persen) untuk tali kawat baja
dengan konstruksi pilinan 6x7 (enam kali
tujuh) pada panjang 50 cm (lima puluh
sentimeter);
2. Untuk sling tali kawat baja {wire rope sling)
khusus:

a) 12% (dua belas persen) untuk tali kawat


baja seal pada panjang 50 cm (lima
puluh sentimeter);
b) 15% (lima belas persen) untuk tali
kawat baja lilitan potongan segi tiga
pada panjang 50 cm (lima puluh
sentimeter).
c. mengalami kawat putus untuk tali kawat baja
yang konstruksi pihnannya lebih besar atau sama
dengan 6 x 19 (enam kali sembilan belas) dengan
ketentuan lebih besar atau sama dengan 5 (lima)
kawat dalam 1 (satu) strand dan/atau lebih besar
atau sama dengan 10 (sepuluh) kawat yang
terdistribusi dalam beberapa strand untuk
Pesawat Angkat jenis keran angkat dengan
landasan berpindah;
d. temperatur di atas 204oC (dua ratus empat
derajat celcius) dan di bawah -40oC (minus empat
puluh derajat Celsius); dan
e. teijadi kerusakan pada soket dan klem.
- 63 -

Paragraf 3
Sling rantai [chain sling)

Pasal 132

(1) Sling rantai [chain sling) harus:


a. mcmpunyai faktor keamanan paling sedikit 4
(cmpat); dan
b. dibuat pada kedua ujungnya dengan cara
pengelasan antara mata rantai dengan hook,
hooker, ring atau dengan cara mengunakan pin.
(2) Perubahan panjang mata rantai sling rantai [chain
sling) tidak lebih dari 5% (lima persen) dari ukuran
panjang mata rantai semula.
(3) Pengausan mata rantai satu sama lainnya tidak
melebihi 10% (sepuluh persen) dari diameter rantai
semula.

(4) Sling rantai [chain sling) dilarang:


a. dipukul walaupun untuk maksud meluruskan
atau memasang pada tempatnya;
b. disilang, dipelintir, dikusutkan, untuk dibuat
simpul;
c. ditarik bila terhimpit beban;
d. dijatuhkan dari suatu ketinggian;
e. diberi beban kejutan; dan
f. digunakan pada temperatur di atas 204°C (dua
ratus empat derajat celcius) dan di bawah -40''C
(minus empat puluh derajat Celsius).
(5) Sling rantai {chain sling) yang rusak dapat digunakan
kembali setelah dilakukan perbaikan oleh orang yang
memiliki kompetensi di bidang perbaikan rantai.

Paragraf 4
Sling Sabuk (Webbing Sling)

Pasal 133

(1) Sling sabuk [webbing sling) harus;


- 64 -

a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 5


(lima); dan
b. dianyam atau dijahit pada kedua ujung.
(2) Sling sabuk (webbing sling) dilarang digunakan jika:
a. mengalami perubahan wama, sobek, putus
jahitan, terkikis, berlubang, meleleh atau
kerusakan lainnya;
b. pemah terbakar, terkena zat asam; dan
c. temperatur di atas 90®C (sembilan puluh derajat
celcius) dan di bawah -40°C {minus empat puluh
derajat Celsius).

Paragraf 5
Sling Tali Serat (Synthetic Rope Sling)

Pasal 134

(1) Sling tali serat (synthetic rope sling) harus:


a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 5
(lima); dan
b. dianyam (splice) pada kedua ujungnya.
(2) Pengurangan diameter sling tali serat (synthetic rope
sling) tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen} dari
diameter semula.

(3) Sling tali serat (synthetic rope sling) dilarang


digunakan jika:
a. mengalami perubahan warna, terkikis, meleleh
atau kerusakan lainnya;
b. terkena bagian yang tajam dari thimble atau
komponen lainnya yang berkarat; dan
c. temperatur di atas 90oC (sembilan puluh derajat
celcius) dan di bawah -40®C (minus empat puluh
derajat celsius).
- 65 -

Bagian Ketiga
Batang Balok {Spreader Bar)

Pasal 135

(1) Batang balok (spreader bar) hams:


a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 6
(enam) untuk batang baja dan untuk rantai
mempunyai faktor keamanan paling sedikit 4
(empat); dan
b. dilengkapi pengait pada batang baja bagian atas
maupun bawah sebagai tempat sling rantai [chain
sling).
(2) Penempatan pengait harus pada titik keseimbangan
batang balok {spreader bar).
(3) Batang balok dapat dibuat dari baja pejal, H-beam,
dan direncanakan mampu menahan beban maksimum
yang diizinkan.
(4} Batang balok {spreader bar) dilarang digunakan jika
mengalami retak, melengkung, dan keropos.
(5) Sling rantai [chain sling) pada batang balok [spreader
bar) harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 132.

Bagian Keempat
Balok Pengangkat {Lifting Beam)

Pasal 136

(1) Balok pengangkat [lifting beam) harus:


a. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 6
(enam) untuk balok baja dan untuk rantai
mempunyai faktor keamanan paling sedikit 4
(empat); dan
b. dilengkapi pengait pada balok baja ba^an atas
maupun bawah sebagai tempat hook crane, sling
rantai [chain sling), sling tali kawat baja [wire rope
sling), pencengkram [grapple), kait [hooker), dan
magnetic lifter.
-66-

(2) Penempatan pengait hams pada titik keseimbangan


batang balok pengangkat.
(3) Balok pengangkat (lifting beam) dapat dibuat dari baja
pejal, H-beam, dan direncanakan mampu menahan
beban maksimum yang diizinkan.
(4) Batang balok pengangkat dilarang digunakan jika
mengalami retak, melengkung, dan keropos.
(5) Sling rantai {chain sling) pada balok pengangkat (lifting
beam) hams sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 132.

Bagian Kelima
Keranjang Manusia [Personal Basket)

Pasal 137

(1) Keranjang manusia (personal basket) yang terbuat dari


baja hams:
a. mempunyai konstmksi kuat dan aman sesuai
dengan ketentuan peraturan pemndang-
undangan atau standar yang berlaku;
b. mempunyai faktor keamanan paling sedikit 5
(lima);
c. dilengkapi dengan pengaman pinggir (toeboard);
d. memiliki pintu penutup yang dapat dikunci dan
dibuka secara amein;
e. memiliki atap pelindung yang dilengkapi dengan
pengait; dan
f. dirancang dengan tinggi paling sedikit 2 m (dua
meter) dari lantai kerja.
(2) Tenaga Kerja yang berada di dalam keranjang manusia
(personal basket) hams dilengkapi full body harness.
(3) Setiap orang dilarang menggunakan keranjang
manusia {personal basket) yang terbuat dari baja yang
mengalami keropos, karat, retak pada bagian rangka
dan lantai kerjanya.
-67-

Pasal 138

(1) Keranjang manusia {personal basket) yang


mengunakan tali serat sintetis dan digunakan di
permukaan atau di atas air harus:
a. mempunyai faktor keamanan 5 (lima); dan
b. dilengkapi dengan pelampung dan tali pengatur
{tag line).
(2) Tenaga Kerja yang berada di dalam keranjang manusia
{personal basket) yang bekeija di permukaan atau di
atas air harus dilengkapi pelampung.
(3) Setiap orang dilarang menggunakan keranjang
manusia {personal basket) yang memakai tali serat
sintetis jika mengalami:
a. perubahan warna, terkikis, meleleh atau
kerusakan lainnya; dan/atau
b. pengurangan diameter tali melebihi 10% (sepuluh
persen) dari diameter semula.

Bagian Keenam
Alat Kelengkapan

Pasal 139

(1) Alat kelengkapan berupa: shackle, tumbuckle, swivel,


eyebolt, eyenuts, eyepad, hooker, rings, master link,
dan clamp harus:
a. digunakan sesuai dengan jenis, kapasitas, bentuk
muatan; dan
b. dilakukan pemilihan sesuai dengan jenis Alat
Bantu Angkat dan Angkut dalam pengikatan,
kecuali jaring.
(2) Setiap orang dilarang menggunakan alat kelengkapan
berupa shackle, tumbuckle, swivel, eyebolt, eyenuts,
eyepad, hooker, rings, master link, dan clamp jika
mengalami:
a. perubahan dimensi 10% (sepuluh persen) dari
dimensi semula; dan
- 68 -

b. perubahan bentuk, kerusakan ulir, retak, dan


korosi.

(3) Alat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


harus dimusnahkan.

BAB VI

PERSONEL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 140

(1) Pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian atau


pengoperasian, pemeliharaan dan perawatan,
perbaikan, perubahan atau modifikasi, serta
pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan oleh
personel yang mempunyai kompetensi dan
kewenangan di bidang K3 Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
(2) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Teknisi;
b. Operator;
c. Juru Ikat (rigger); dan
d. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
(3) Kompetensi personel sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus dibuktikan dengan sertifikat kompetensi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Kewenangan personel Teknisi, Operator, dan Juru Ikat
[riggei) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf b, dan huruf c harus dibuktikan dengan Lisensi

(5) Kewenangan personel Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat


dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d dibuktikan dengan surat keputusan
- 69 -

penunjukan dan kartu tanda kewenangan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 141

(1) Pemasangan dan/atau perakitan, pemeliharaan dan


perawatan, perbaikan, dan perubahan atau modifikasi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut harus dilaikukan
oleh Teknisi bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
(2) Pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
harus dilakukan oleh Operator dengan kualifikasi
sesuai jenis dan kapasitas Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
(3) Pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
yang karena kekhususannya harus dibantu oleh Juru
Ikat [rigger).
(4) Pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut dilakukan oleh Ahli K3 Bidang
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dan Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Angkat Dan
Pesawat Angkut.

Pasal 142

(1) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat


(2) meliputi:
a. Operator Pesawat Angkat; dan
b. Operator Pesawat Angkut.
(2} Kualifikasi Operator sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 70 -

Bagian Kedua
Kompetensi Personel K3

Pasal 143

(1) Kompetensi personel K3 sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 140 ayat (3) sesuai SKKNI yang ditetapkan oleh
Menteri.

(2) Dalam hal SKKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


belum tersedia, Menteri wajib menetapkan SKKNI
paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.

Bagian Ketiga
Penunjukan Teknisi

Pasal 144

Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (1)


hams memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMK jurusan teknik atau
sederajat;
b. memiliki pengalaman paling singkat 2 {dua) tahun di
bidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;
d. berumur paling rendah 20 {dua puluh) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

Bagian Keempat
Penunjukan Operator Pesawat Angkat

Pasal 145

Operator Pesawat Angkat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 142 ayat {1} huruf a meliputi Operator:
a. dongkrak yang terdiri atas Operator lier, dongkrak
hidraulik, dongkrak pnumatik, post lift, truck/car lift,
dan peralatan lain yang sejenis;
- 71 -

b. kcran angkat yang terdiri atas Operator overhead


crane, overhead travelling crane, hoist crane, chain
block, monorail crane, wall crane/jib crane, stacker
crane, gantry crane, semi gantry crane, launcher gantry
crane, roller gantry crane, rail mounted gantry crane,
rubber tire gantry crane, ship unloader crane, gantry
luffing crane, container crane, portal crane, ship crane,
barge crane, derrick ship crane, dredging crane, ponton
crane, floating crane, floating derricks crane, floating
ship crane, cargo crane, crawler crane, mobile crane,
lokomotif crane dan/atau railway crane, truck crane,
tractor crane, side boom crane/crab crane, derrick
crane, tower crane, pedestal crane, hidraulik drilling rig,
pilling crane/mesin pancang, dan peralatan lain yang
sejenis;
c. alat angkat pengatur posisi benda kerja, yang terdiri
atas Operator rotator, robotik, takel, dan peralatan lain
yang sejenis; dan
d. personal platform, yang terdiri atas Operator passenger
hoist, gondola, dan peralatan lain yang sejenis.

Pasal 146

Operator dongkrak dan Operator personal platform


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf a dan huruf
d harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMP atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. surat keterangan sehat bekerja dari dokter;
d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

Pasal 147

(1) Operator keran angkat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 145 huruf b diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Operator kelas III;
- 72 -

b. Operator kelas II; dan


c. Operator kelas I.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi Operator hidraulik drilling rig, pilling
crane/mesin pancang.

Pasal 148

(1) Operator keran angkat kelas III sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 147 ayat (1) huruf a dan
Operator hidraulik drilling rig, pilling crane/mesin
pancang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat
(2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berpendidikan paling rendah SMP atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. sehat untuk bekeija menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

(2) Operator keran angkat kelas II sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 147 ayat (1) huruf b harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. berpendidikan paling rendah SMA atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. surat keterangan sehat bekerja dari dokter;
d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

(3) Operator keran angkat kelas I sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 147 ayat (1) huruf c harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. berpendidikan paling rendah SMA atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. surat keterangan sehat bekerja dari dokter;
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
- 73 -

e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan


f. memiliki Lisensi K3.

Pasal 149

Operator keran angkat kelas III yang berpendidikan SMA


atau sederajat dapat ditingkatkan menjadi Operator keran
angkat kelas II dan Operator keran angkat kelas II dapat
ditingkatkan menjadi Operator keran angkat kelas I dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai Operator sesuai dengan
kelasnya paling singkat 2 (dua) tahun terus menerus;
dan

b. lulus uji Operator keran angkat sesuai dengan


kualiflkasinya.

Pasal 150

Operator alat angkat jenis pengatur posisi benda kerja


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf c harus
memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMA atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. surat keterangan sehat bekerja dari dokter;
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

Bagian Kelima
Penunjukan Operator Pesawat Angkut

Pasal 151

Operator Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 142 ayat (1) huruf b meliputi Operator:
a. alat berat yang terdiri atas Operator forklifi, lifttruck,
reach stackers, telehandler, hand lift/hand pallet,
excavator, excavator grapple, backhoe, loader, dozer,
traktor, grader, concrete paver, asphalt paver, asphalt
- 74 -

sprayer, aspalt finisher, compactor roller/vibrator roller,


dan peralatan lain yang sejenis;
b. kereta yang terdiri atas Operator kereta gantung,
komidi putar, roller coaster, kereta ayun, lokomotif
beserta rangkaiannya, dan peralatan lain yang sejenis;
c. personal basket yang terdiri atas Operator
manlift/boomlift, scissor lift, hydraulic stairs dan
peralatan lain yang sejenis;
d. truk yang terdiri atas Operator tractor, truk
pengangkut bahan berbahaya, dump truck, cargo truck
lift, trailer, side loader truck, module transporter, axle
transport, car towing, dan peralatan lain yang sejenis;
dan

e. robotik dan konveyor yang terdiri atas Automated


Guided Vehicle, sabuk beijalan, ban berjalan, rantai
berjalan, dan peralatan lain yang sejenis.

Pasal 152

(1) Operator forklift/ lifttruck, rack stackers, reach stackers,


dan telehandler sebagaimana dimaksud dalam Pasal
151 huruf a diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Operator kelas II; dan
b. Operator kelas I.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi Operator hand lift/hand pallet, excavator,
excavator grapple, backhoe, loader, dozer, traktor,
grader, concrete paver, asphalt paver, asphalt sprayer,
aspalt finisher, compactor roller/vibrator roller.

Pasal 153

(1) Operator forklift/lifttruck, rack stackers, reach stackers,


telehandler kelas II sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 152 ayat (1) huruf a harus memenuhi
persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMP atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
- 75 -

c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;


d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

(2) Operator forklift/lifttruck, rack stackers, reach stackers,


telehandler kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal
152 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMA atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

Pasal 154

Operator forklift/lifttruck, rack stackers, reach stackers,


telehandler kelas II yang berpendidikan SMA atau sederajat
dapat ditingkatkan menjadi Operator forklift/lifttruck, rack
stackers, reach stackers, telehandler kelas I dengan
persyaratan:

a. berpengalaman sebagai Operator sesuai dengan


kelasnya paling singkat 2 (dua) tahun terus menerus;
dan

b. lulus uji Operator forklift dan/atau lifttruck sesuai


dengan kualifikasinya.

Pasal 155

Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf c,


Pasal 151 huruf d, dan Pasal 152 ayat (2), harus memenuhi
persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMP atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
-76-

f. memiliki Lisensi K3.

Pasal 156

Operator kereta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151


huruf b, dan Operator robotik dan konveyor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 huruf e, harus memenuhi
persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah SMA atau sederajat;
b. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. sehat untuk bekeija menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

Bagian Keenam
Penunjukan Juru Ikat {Rigger)

Pasal 157

Juru Ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141


ayat (4) harus memenuhi persyaratan:
a. paling rendah berpendidikan SMA atau sederajat;
b. memiliki pengalaman paling singkat 1 (satu) tahun
dibidangnya;
c. sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun;
e. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
f. memiliki Lisensi K3.

Bagian Ketujuh
Penunjukan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
Dan Pesawat Angkut

Pasal 158

Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (5) harus
memenuhi persyaratan:
- 77 -

a. pcndidikan paling rendah diploma HI bidang teknik


atau sederajat;
b. memiliki pengalaman paling singkat 2 (dua) tahun di
bidangnya;
c. sehat untuk bekeija menurut keterangan dokter;
d. berusia paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun; dan
e. memiliki surat keputusan penunjukan oleh Menteri
dan kartu tanda kewenangan.

Bagian Kedelapan
Tata Cara Memperoleh Lisensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

Pasal 159

(1) Untuk memperoleh Lisensi K3 Teknisi, Operator, atau


Juru Ikat (rigger), Pengurus dan/atau Pengusaha
mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah pcndidikan terakhir;
b. surat keterangan berpengalaman kerja scsuai
bidangnya masing-masing yang diterbitkan olch
perusahaan tempat bekcrja;
c. surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter;
d. fotokopi kartu tanda penduduk;
e. fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis
dan kualifikasinya; dan
f. pas foto berwarna ukuran 2x3 cm (dua kali tiga
sentimeter) sebanyak 3 (tiga) lembar dan ukuran
4x6 cm (empat kali enam sentimeter) sebanyak 2
(dua) lembar.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pemeriksaan dokumen dan evaluasi olch

(3) Dalam hal pcrsyaratan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dinyatakan Icngkap dan mcmenuhi syarat,
Direktur Jenderal menerbitkan Lisensi K3.
- 78 -

Bagian Kesembilan
Tata Cara Memperoleh Surat Keputusan Penunjukan Dan
Kartu Tanda Kewenangan

Pasal 160

(1) Untuk memperoleh surat keputusan penunjukan dan


kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut, Pengurus dan/atau
Pengusaha mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah pendidikan terakhir;
b. surat keterangan berpengalaman kerja bagi Ahli
K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
yang diterbitkan oleh perusahaan;
c. surat keterangan sehat untuk bekerja {fit to work)
dari dokter;
d. fotokopi kartu tanda penduduk;
e. fotokopi sertifikat kompetensi;
f. laporan praktek kerja lapangan untuk
pemeriksaan 15 (lima belas) jenis Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut; dan
g. pas foto berwama ukuran 2x3 cm (dua kali tiga
sentimeter) sebanyak 3 (tiga) lembar dan ukuran
4x6 cm (empat kali cnam sentimeter) sebanyak 2
(dua) lembar.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pemeriksaan dokumen dan evaluasi oleh
tim.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat,
Direktur Jenderal menerbitkan surat keputusan
penunjukan dan kartu tanda kewenangan.

Pasal 161

(1) Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 140 ayat (3} belum ada, dapat
menggunakan surat keterangan telah mengikuti
- 79 -

pembinaan K3 yang diterbitkan oleh Direktur


Jenderal.

(2) Pembinaan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan sesuai dengan pedoman sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Kesepuluh
Perpanjangan Surat Keputusan Penunjukan, Kartu Tanda
Kewenangan dan Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 162

(1) Surat Keputusan penunjukan dan kartu tanda


kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
yang sama.

(2) Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan/atau Juru Ikat


{rigger) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
(3) Permohonan perpanjangan Surat Keputusan
penunjukan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3
Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh
Pengurus dan/atau Pengusaha kepada Direktur
Jenderal dengan melampirkan:
a. asli surat keputusan penunjukan Ahh K3 yang
akan diperpanjang;
b. asli kartu tanda kewenangan yang akan
diperpanjang;
c. surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter;
d. fotokopi kartu tanda penduduk;
e. fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis
dan kualifikasinya;
f. laporan kegiatan selama masa berlaku; dan
g. pas foto berwarna ukuran 2x3 cm (dua kali tiga
sentimeter) sebanyak 3 (tiga) lembar dan ukuran
- 80 -

4x6 cm (empat kali enam sentimeter) sebanyak 2


(dua) lembar.
(4) Permohonan perpanjangan Lisensi K3 Teknisi,
Operator, dan/atau Juru Ikat {riggei) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh Pengurus
dan/atau Pengusaha kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan:
a. asli Lisensi K3 yang akan diperpanjang;
b. surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter;
c. fotokopi kartu tanda penduduk;
d. fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis
dan kualifikasinya; dan
e. pas foto berwama ukuran 2x3 cm (dua kali tiga
sentimeter) sebanyak 3 (tiga) lembar dan ukuran
4x6 cm (empat kali enam sentimeter) sebanyak 2
(dua) lembar.
(5} Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) diajukan paling lambat 30
(tiga puluh) hari sebelum masa berlakunya berakhir.

Pasal 163

(1) Surat keputusan penunjukan, kartu tanda


kewenangan, dan Lisensi K3 hanya berlaku selama
yang bersangkutan bekeija di perusahaan yang
mengajukan permohonan.
(2) Dalam hal Operator, Teknisi, Juru Ikat {rigger), dan
Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
pindah tempat bekeija sebelum berakhirnya masa
berlaku surat keputusan penunjukan, kartu tanda
kewenangan dan Lisensi K3 maka surat keputusan
penunjukan, kartu tanda kewenangan, dan Lisensi K3
dapat dilakukan perubahan melalui permohonan dari
perusahaan tempat Operator, Teknisi, Juru Ikat
[rigger), dan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut bekeija.
- 81 -

Bagian Kesebelas
Tugas Dan Kewenangan Teknisi

Pasal 164

(1) Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat


(1) merupakan Tenaga Kerja yang memiliki tugas:
a. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan K3 Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
b. melaksanakan identifikasi potensi bahaya
pemasangan atau perakitan,
pemeliharaan/perawatan, perbaikan, perubahan
atau modifikasi Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
c. melaksanakan identifikasi potensi bahaya
pemasangan atau perakitan,
pemeliharaan/perawatan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta kelengkapannya;
d. melaksanakan teknik dan syarat-syarat K3
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dalam
pemasangan atau perakitan,
pemeliharaan/perawatan, perbaikan, perubahan
atau modifikasi, dan pemeriksaan Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta kelengkapannya; dan
e. bertanggung jawab atas hasil pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan, dan/atau pemeriksaan
peralatan/komponen Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
(2) Teknisi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
berwenang melakukan:
a. pemasangan, perbaikan, atau perawatan Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut;
b. pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi
keadaan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
-82-

mcmbantu pemeriksaan dan/atau pengujian


Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Pengawas
Ketenagakeijaan spesialis dan/atau Ahli K3
Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator

Pasal 165

(1) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat


(2) merupakan Tenaga Kerja yang memiliki tugas:
a. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan K3 Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
b. melaksanakan identifikasi potensi bahaya
pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
c. melaksanakan teknik dan syarat-syarat K3
pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
d. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau
kemampuan keija Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut, Alat Pengaman, dan alat-alat
perlengkapan lainnya sebelum pengoperasian
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut; dan
e. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dalam
keadaan aman.

(2) Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat


(2) berwenang menghentikan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut jika Alat Pengaman atau
perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
tidak berfungsi dengan baik atau rusak.
(3) Operator keran angkat kelas I selain berwenang
melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
berwenang:
- 83 -

a. mengoperasikan keran menara tanpa batasan


ketinggian;
b. mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 100 (seratus) ton; dan
c. mengawasi dan membimbing kegiatan Operator
kelas II dan/atau Operator kelas III, apabila perlu
didampingi oleh Operator kelas II dan/atau kelas
III.

(4} Operator keran angkat kelas II selain berwenang


melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
berwenang:
a. mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 25 (dua puluh lima)
ton sampai dengan 100 (seratus) ton atau tinggi
menara sampai dengan 60 m {enam puluh meter);
dan

b. mengawasi dan membimbing kegiatan Operator


kelas III, apabila perlu didampingi oleh Operator
kelas III.

(5) Operator keran angkat kelas III selain berwenang


melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
berwenang mengoperasikan keran angkat sesuai
jenisnya dengan kapasitas sampai dengan 25 (dua
puluh lima) ton atau tinggi menara sampai dengan 40
m (empat puluh meter).
(6) Operator forklifi/lifttruck, rack stackers, reach stackers,
telehandler kelas I selain berwenang melakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga berwenang:
a. mengoperasikan forklifi/ lifitruck, rack stackers,
reach stackers, telehandler sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 15 (lima belas) ton;

b. mengawasi dan membimbing kegiatan Operator


kelas II.

(7) Operator forklifi/lifitruck, rack stackers, reach stackers,


telehandler kelas II selain berwenang melakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga berwenang
- 84 -

mengoperasikan foTklift/lifttmck, rack stackers, reach


stackers, telehandler sesuai jenisnya dengan kapasitas
sampai dengan 15 (lima belas} ton.

Bagian Ketigabelas
Tugas Dan Kewenangan Juru Ikat (Rigger)

Pasal 156

(1) Juru ikat [rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal


141 ayat (3) merupakan Tenaga Keija yang memiliki
tugas:

a. melaksanakan identifikasi potensi bahaya


pengikatan benda keija dan Alat Bantu Angkat
dan Angkut;
b. melaksanakan teknik dan syarat-syarat K3
pengikatan benda kerja dalam pencegahan
kecelakaan kerja;
c. melakukan pemilihan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta alat kelengkapannya sesuai dengan
kapasitas beban kerja aman;
d. melakukan pengecekan terhadap kondisi
pengikatan aman dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta alat kelengkapannya yang
digunakan; dan
e. melakukan perawatan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta alat kelengkapannya.
(2) Juru Ikat (rigger) berwenang melakukan:
a. pengikatan muatan/barang atau bahan sesuai
dengan prosedur pengikatan dan hasil
perhitungan;
b. pemeriksaan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebelum digunakan; dan
c. pemberian aba-aba pengoperasian Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
- 85 -

Bagian Keempatbelas
Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut

Pasal 167

(1) Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (4)
merupakan Tenaga Keija yang memiliki tugas:
a. membantu pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut;
b. membantu pengawasan ketentuan peraturan
perundang-undangan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut;
c. melakukan identifikasi, analisa, penilaian dan
pengendalian potensi bahaya Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut;
d. memeriksa dan menganalisis stabilitas;
e. memeriksa, menganalisis, dan menguji Pesawat
Angkat dan perlengkapannya;
f. memeriksa, menganalisis, dan menguji Pesawat
Angkut dan perlengkapannya;
g. memeriksa, menganalisis, dan menguji Alat
Bantu Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya;
h. melaksanakan pengujian tidak merusak; dan
i. membuat laporan dan analisis hasil pemeriksaan
dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
(2) Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
berwenang:
a. melakukan pemeriksaan, pengukuran, dan
evaluasi keadaan Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
b. melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian
Pesawat Angkat;
- 86 -

c. melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian


Pesawat Angkut;
d. melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian Alat
Bantu Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya;
e. memberikan saran perbaikan terhadap Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut berdasarkan hasil
pemeriksaan dan pengujian; dan
f. merekomendasikan penghentian pengoperasian
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dan
penggunaan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta
kelengkapannya jika hasil pemeriksaan dan
pengujian dinyatakain berbahaya atau tidak aman
atau tidak memenuhi syarat K3.

Bagian Kelimabelas
Kewajiban

Pasal 158

Teknisi berkewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangaji
di bidang K3;
b. melakseinakan standar prosedur kerja aman;
c. membuat laporan hasil pemasangan, pemeliharaan,
perbaikan, dan/atau pemeriksaan
peralatan/komponen Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
d. mengisi buku kerja dan membuat laporan bulanan
sesuai dengan pekeijaan yang telah dilakukan; dan
e. melaporkan kepada atasan langsung mengenai kondisi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang menjadi
tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak
pakai.

Pasal 169

(1) Operator Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


berkewajiban:
- 87 -

a. mematuhi ketentuan peraturan pcrundang-


undangan di bidang K3;
b. melaksanakan standar prosedur kerja aman;
c. tidak meninggalkan tempat/ruang kerja
pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut selama tenaga penggerak bekerja;
d. mengoordinasikan Operator kelas II dan Operator
kelas III bagi Operator kelas I, dan Operator kelas
II mengawasi dan mengoordinasikan Operator
kelas III;
e. mengisi buku keija dan membuat laporan harian
selama mengoperasikan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut; dan
f. segera melaporkan kepada atasan jika Alat
Pengaman atau perlengkapan Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik
atau rusak.

(2) Juru Ikat (rigger) berkewajiban:


a. mematuhi peraturan perundang-undangan di
bidang K3;
b. melaksanakan standar prosedur pengikatan
aman; dan
c. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian
sesuai dengan pekeijaan yang telah dilakukan.

Pasal 170

Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


berkewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang K3;
b. menyusun rencana kerja pemeriksaan dan/atau
pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
c. membuat analisis kemampuan dan kineija Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut;
d. menjoisun tindakan pengamsinan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut; dan
e. membuat laporan hasil pemeriksaan dan pengujian.
- 88 -

Pasal 171

(1) Pengurus dan/atau Pengusaha dilarang


mempekerjakan:
a. Teknisi, Operator, dan Juru Ikat {rigger) yang
tidak memiliki Lisensi K3; dan
b. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut yang tidak memiliki surat keputusan
penunjukan dan kartu tanda kewenangan.
(2) Pengurus dan/atau Pengusaha harus menyediakan
buku kerja yang berisi rekaman kegiatan.
(3) Pengurus dan/atau Pengusaha wajib melakukan
pemeriksaan buku kerja Teknisi, Operator, dan Juru
Ikat (rigger) yang berada di bawah pimpinannya setiap
3 (tiga) bulan sekali.
(4} Buku keija sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Keenambelas
Pencabutan

Pasal 172

(1) Pencabutan surat keputusan penunjukan dan kartu


tanda kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pencabutan Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan Juru
Ikat (rigger) jika yang bersangkutan terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis
dan kualifikasinya;
b. melakukan kesalahan, kelalaian, atau
kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya atau kecelakaan kerja; dan/atau
c. tidak melaksanakan kewajiban yang
dipersyaratkan.
- 89 -

BAB VII

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 173

(1) Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan,


pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian atau
pengoperasian, perbaikan, perubahan atau modifikasi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut harus dilakukan
pemeriksaan dan pengujian.
{2) Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemakaian,
Alat Bantu Angkat dan Angkut harus dilakukan
pemeriksaan dan pengujian.
(3) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) dan ayat (2) harus dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut;
b. Penguji K3 yang mempunyai kompetensi di
bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut; atau
c. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
(4) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri ini dan/atau standar
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

Pasal 174

Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 173 meliputi pemeriksaan dan pengujian:
a. pertama;
b. berkala;
c. khusus; dan

d. ulang.
-90-

Pasal 175

(1) Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 174 ayat (1) huruf a dilakukan
pada;
a. pembuatan;
b. pemasangan dan/atau perakitan;
c. perbaikan dan/atau perubahan atau modifikasi;

d. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang belum


pemah dilakukan pemeriksaan dan pengujian,
yang akan digunakan atau baru, yang diimpor,
dan/atau yang disewakan.
(2) Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemeriksaan dokumen;
b. pemeriksaan visual;
c. pengukuran teknis/dimensi;
d. pengujian tidak merusak pada komponen utama
dan/atau yang menerima beban;
e. pengujian fungsi Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
f. pengujian beban dinamis dengan memberikan
beban secara bertahap hingga 100% (seratus
persen) beban kerja aman; dan
g. pengujian beban statis harus dilaksanakan:
1. paling sedikit 110% (seratus sepuluh persen)
beban kerja aman untuk Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut, kecuali untuk keran
angkat yang menggunakan girder atau tidak
memiliki tabel beban (load chartf paling
sedikit 125% (seratus dua puluh lima persen)
beban keija aman;
2. paling sedikit 150% (seratus lima puluh
persen) beban kerja aman secara bertahap
untuk dongkrak;
- 91 -

paling sedikit 150% (seratus lima puluh


persen) dan paling besar 200% (dua ratus
persen) beban kerja aman untuk Alat Bantu
Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya.

Pasal 176

(1) Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 174 ayat (1} huruf b untuk
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dilakukan paling
lambat 2 (dua) tahun setelah pemeriksaan dan
pengujian pertama dan selanjutnya dilakukan setiap 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 174 ayat (1) huruf b untuk Alat
Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya
dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sekali.
(3) Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:
a. pemeriksaan dokumen;
b. pemeriksaan visual;
c. pengukuran teknis/dimensi;
d. pengujian tidak merusak pada komponen utama
dan yang menerima beban;
e. pengujian fungsi Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
f. pengujian beban dinamis dengan memberikan
beban secara bertahap hingga 100% (seratus
persen) beban kerja aman; dan
g. pengujian beban statis harus dilaksanakan:
1. paling sedikit 110% (seratus sepuluh persen)
beban keija aman untuk Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut, kecuali untuk keran
angkat yang menggunakan girder atau tidak
memiliki tabel beban [load chartf paling
sedikit 125% (seratus dua puluh lima persen)
beban kerja aman;
- 92 -

2. paling sedikit 150% (seratus lima puluh


persen) beban keija aman secara bertahap
untuk jenis dongkrak; dan
3. paling sedikit 150% (seratus lima puluh
persen) dan paling besar 200% (dua ratus
persen) beban keija aman untuk Alat Bantu
Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya.

Pasal 177

(1) Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 174 ayat (1) huruf c dilakukan
setelah teijadi kecelakaan keija, kebakaran, dan
peledakan.
(2) Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 178

(1) Pemeriksaan dan pengujian ulang Pesawat Angkat dan


Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal
174 ayat (1) huruf d dilakukan jika hasil pemeriksaan
dan pengujian sebelumnya terdapat keraguan.
(2) Ketentuan mengenai pemeriksaan dan pengujian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 dan Pasal
176 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kecuali terhadap pengujian beban statis.

Pasal 179

(1) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 174 menggunakan contoh formulir
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

(2) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dikembangkan sesuai dengan jenis dan kapasitas
- 93 -

Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu


Angkat dan Angkut serta kelengkapannya.

Pasal 180

(1) Hasil pemeriksaan dan pengujian kegiatan


perencanaan dan perubahan atau modifikasi Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 173 ayat (1) harus dilaporkan ke
pimpinan unit yang membidangi pengawasan norma
K3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 175 sampai dengan Pasal 178
hams dilaporkan ke pimpinan unit keija pengawasan
ketenagakeijaan, kecuali Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut rental dan/atau penggunaannya lintas
provinsi, harus dilaporkan ke pimpinan unit yang
membidangi pengawasan norma K3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam surat
keterangan memenuhi syarat K3 atau surat
keterangan tidak memenuhi syarat K3 yang
diterbitkan oleh pimpinan unit yang membidangi
pengawasan norma K3 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib dituangkan dalam surat
keterangan memenuhi syarat K3 atau surat
keterangan tidak memenuhi syarat K3 yang
diterbitkan oleh pimpinan unit yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan atau pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
- 94 -

Pasal 181

(1) Surat keterangan yang diterbitkan wajib berdasarkan


hasil pemeriksaan dan pengujian.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa surat keterangan memenuhi syarat K3 atau
surat keterangan tidak memenuhi syarat K3.
(3) Data teknis yang tercantum pada surat keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dikembangkan sesuai jenis dan kapasitas Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
(4) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuat dalam 3 {tiga} rangkap dengan rincian:
a. lembar pertama, untuk pemilik;
b. lembar kedua, untuk unit pengawasan
ketenagakeijaan setempat; dan
c. lembar ketiga, untuk direktorat yang membidangi
pengawasan norma K3.
(5) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pased 182

(1) Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang


mendapatkan surat keterangan memenuhi
persyaratan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
181 ayat (2) diberikan stiker memenuhi syarat K3 pada
setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
(2) Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang
mendapatkan surat keterangan tidak memenuhi
persyaratan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
181 ayat (2) diberikan stiker tidak memenuhi syarat
K3 pada setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
(3) Stiker memenuhi dan tidak memenuhi syarat K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
- 95 -

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan


dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 183

Unit keija pengawasan ketenagakerjaan harus


menyampaikan laporan rekapitulasi surat keterangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 kepada Direktorat
Jenderal yang membidangi pengawasan ketenagakeijaan
setiap 3 (tiga) bulan.

Pasal 184

(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180


ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan secara elektronik
dan/atau nonelektronik.
(2) Pelaporan secara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap.

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 185

Pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini di Tempat


Kerja dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX

SANKSl

Pasal 186

Pengurus dan/atau Pengusaha yang tidak memenuhi


ketentuan Pasal 2 ayat (1) dalam Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Keija dan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakeijaan.
-96-

BABX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 187

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku;

a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.


05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat Dan Angkut;
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER. 09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat Dan Angkut (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 340); dan
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 452/M/BW/1996
tentang Pemakaian Pesawat Angkat Dan Angkut Jenis
Rental,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 188

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
- 97 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditet apkan di Jaka rta


pada tanggal 8 Juni 2020

MENT ERI KETE NAGA KERJ AAN


REPU BLIK INDO NESI A,

ttd.

IDA FAUZ IYAH

Diun dang kan di Jaka rta


pada tanggal 12 Juni 2020

DIRE KTUR JEND ERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPU BLIK INDO NESI A,

ttd.

WIDO DO EKAT JAHJ ANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 609

Pit. KEPA LA BIRO HUKU M,

AYAN TI

603 1999 03 2 001


- 99 -

1. KUALIFIKASI OPERATOR

Jenis dan Kapasitas Kualifikasi


Nomor
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Kelas III Kelas II Kelas I
I Pesawat Angkat
overhead crane, overhead travelling crane, hoist crane, monorail crane, wall crane, jib crane,
stacker crane, gantry crane, semi gantry crane, launcher gantry crane, roller gantry crane,
1.1
rail mounted gantry crane, rubber tire gantry crane, ship unloader crane, gantry luffing crane,
container crane

s/d 25 ton 1 orang - -


> 25 ton dan s/d 100 ton - 1orang -
> 100 ton - - 1 orang

portal crane, ship crane, barge crane, derrick ship crane, dredging crane, ponton crane,
floating crane, floating derricks crane, floating ship crane, cargo crane, crawler crane, mobile
crane, lokomotif crane dan/atau railway crane, truck crane, tractor crane, side boom crane,
derrick crane, portal crane, pedestal crane
1.2
s/d 25 ton 1 orang - -
> 25 ton dan s/d 100 ton - 1 orang -
> 100 ton - - 1 orang
1.3 Keran menara (tower crane). - - -
Tinggi menara s/d 40 m 1 orang - -
Tinggi menara s/d 60 m - 1 orang -
Tinggi menara tanpa batasan ketinggian - - 1 orang
lier, dongkrak hidraulik, dongkrak
pneumatik, post lift, dan truck/car lift,
1.4 Rotator, robotik, dan takel, passenger hoist, non kelas 1 orang
dan gondola, hidraulik drilling rig, pilling
crane/mesin pancang
II Pesawat Angkut

excavator, excavator grapple, backhoe, loader, dozer,


traktor, grader, concrete paver, asphalt paver, asphalt
sprayer, aspalt finisher, compactor roller/vibrator,
roller, kereta gantung, komidi putar, roller coaster,
kereta ayun, lokomotif beserta rangkaiannya,
II.1 non kelas 1 orang
manlift/boomlift, scissor lift, hydraulic stairs, tractor,
truk pengangkut bahan berbahaya, dump truck, cargo
truck lift, trailer, side loader truck, module transporter,
axle transport, car towing, Automated Guided Vehicle
(AGV), sabuk berjalan, ban berjalan, rantai berjalan

Jenis forklift/lift truck, reach stackers,


II.2

II. 2. 1
telehandler, hand lift/hand pallet sId 15 ton.
- 1 orang -
Jenis forklift/lift truck, reach stackers,
II.2

II. 2. 2
telehandler, hand lift/hand pallet > 15 ton. - - 1 orang
- 100 -

2. PEDOMAN PEMBINAAN K3 PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

MATERI PEMBINAAN
TEKNISI PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

No. Materi

1 Kebijakan K3

Peraturan perundang-undangan K3 di Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat


2
Angkut

3 Dasar-dasar K3

4 Pengetahuan dasar Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

5 Pengetahuan dasar motor penggerak

6 Pengetahuan dasar hidraulik

7 Pengetahuan kelistrikan

8 Perangkat keselamatan kerja (safety devices) dan APD

9 Tali kawat baja dan alat bantu angkat

10 Pengetahuan bahan dan korosi

11 Manajemen perawatan

12 Peninjauan konstruksi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

13 Pemeriksaan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

14 Evaluasi teori dan praktek

Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 90 (sembilan puluh) Jam Pelajaran (JP)
atau disesuaikan dengan kebutuhan
- 108 -

MATERI PEMBINAAN
OPERATOR FORKLIFT

Kelas Kelas
No. Materi
I II

1 Kebijakan K3 √ √

Peraturan perundang-undangan K3 di Bidang Pesawat


2 √ √
Angkat dan Pesawat Angkut

3 Dasar-dasar K3 √ √

4 Pengetahuan dasar forklift √ √

5 Pengetahuan tenaga penggerak dan hidraulik penggerak √ √

6 Perangkat keselamatan kerja (safety devices) dan APD √ √

7 Sebab-sebab kecelakaan √ √

8 Memperkirakan berat beban √ √

9 Stabilitas √

10 Pengoperasian aman √ √

11 Perawatan dan pemeriksaan harian √ √

12 Evaluasi teori dan praktek

Keterangan:
a. Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas I (satu) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
b. Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas II (dua) atau disesuaikan dengan kebutuhan.
- 115 -

3. FORMAT BUKU KERJA OPERATOR, JURU IKAT (RIGGER), DAN TEKNISI

A. Sampul

(Nama Perusahaan)
(Alamat Perusahaan)

BUKU KERJA (JENIS PEKERJAAN)


(LOGO PERUSAHAAN)

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan


Nomor Tahun
tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
- 116 -

B. Kewajiban Operator Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

a. melakukan pengecekan pesawat, alat-alat pengaman, dan alat-alat


perlengkapan lainnya sebelum pengoperasian;
b. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian aman pesawat;
c. tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat selama mesin
dihidupkan;
d. menghentikan dan segera melaporkan kepada atasan, apabila alat
pengaman atau perlengkapan pesawat tidak berfungsi dengan baik
atau rusak;
e. mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan operator
kelas III bagi operator kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan
mengkoordinasikan operator kelas III;
f. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang
telah ditetapkan dalam pengoperasian pesawat; dan
g. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama
mengoperasikan pesawat.
- 178 -

DISNAKER PROVINSI : ...........................................*

ALAMAT : ...........................................

FORMULIR / CHECK LIST PEMERIKSAAN & PENGUJIAN


(PERTAMA/BERKALA/KHUSUS/ULANG**)
FORKLIFT
NO : ............................................................

I. DATA UMUM

1 Pemilik : PT. WIJAYA KARYA BETON


JL. SURYA MADYA III KAV. 1-34
2 Alamat : KAWASAN INDUSTRI SURYA CIPTA
KARAWANG JAWA BARAT
3 Pemakai : PT. WIJAYA KARYA BETON
Pengurus / Sub Kontraktor
4 : -
/ Penanggung jawab
5 Lokasi Unit : PT. WIJAYA KARYA BETON

6 Jenis Pesawat : ROUGH TERAIN FORKLIFT TRUCK

7 pabrik Pembuat : KOMATSU LTD.

8 Merek / Type : KOMATSU FD50HD-8

9 Tahun Pembuatan : 2007

10 No. Serie / No. Unit : 46056

11 Kapasitas : 5000 KG

12 Standar Yang Dipakai : ANSI B56.6

13 Digunakan Untuk : MEMINDAHKAN MATERIAL

14 Nomor Surat Keterangan :


No. Lisensi K3 Operator /
15 :
Masa Berlaku s/d
16 Data Riwayat Pesawat :
- 179 -

II. DATA TEKNIS


No. Seri/ Serial Number 46056
Kapasitas/Capacity 5000 KG
SPESIFIKASI
Perlengkapan/Attachment FORK
PESAWAT
Angkat / Lifting 455 mm/s (Loaded)
(Specification) Kecepatan
Turun / Lowering 500 mm/s (loaded)
(Speed)
Jalan / Travelling 14,5 km/h (loaded)
Putaran / Revolution

Merk / Tipe
PENGGERAK
UTAMA Nomor Seri / Serial Number 46056

(Prime Mover) Tahun Pembuatan 2007


Daya Kira2 sih
Jumlah Silinder 6 buah
Panjang / Length 4405 mm
DIMENSI Lebar / Width 1450 mm
(Dimension) Tinggi / High 2250 mm
Tingggi Angkat Garpu / Fork 3000 mm
TEKANAN RODA Roda Penggerak / Drive Wheel Cukup
(Tire Pressure) Roda Kemudi / Steering Wheel -
RODA Ukuran / Size 300-15-18PR(I)
PENGGERAK Pneumatic
Type
(Driver Wheel)
RODA KEMUDI Ukuran / Size 7.00-12-14PR(I)
(Steering Wheel) Type Solid
REM JALAN Ukuran / Size Hydraulic
(Travelling Brake) Type Canvas shoe

POMPA Tekanan 20 Bar

HIDRAULIK Type Gear

(Hydraulic Pump) Relief Valve 206 Bar


- 180 -

III. PEMERIKSAAN VISUAL DAN FUNGSI


Kondisi

Pemeriksaan

Memenuhi

Memenuhi
Komponen &

Syarat

Syarat
Komponen Item Keterangan

Tidak
Lokasi

Kerangka Korosi V
Rangka
Utama / Keretakan V
Penguat
Chasis Perubahan Bentuk V
Pemberat Korosi V
(C/W) Kondisi V
Lantai/Dek V
Tangga / pijakan V
Perlengkapan Baut-baut Pengikat
Lain
Dudukan Operator V
(Jok)
Penggerak Pendingin V
Utama/ Pelumas V
Prime Mover Bahan Bakar V
Sistem
Pemasukan Udara V
Gas Buang V
Starter V
Accu / Battery V
Dinamo Starting V
Alternator V
Kabel Accu V
Kabel Instalasi V
Kelistrikan Lampu Penerangan V
Lampu Pengaman / V
Sign
Klakson V
Pengaman Lebur / V
Sekring
Indikator Suhu V
Tekanan Oli Mesin V
Tekanan Hidraulik V
Hour Meter V
Pemanas awal / Glow V
Plug
Dash Board
Indikator Bahan Bakar V
Indikator Beban -
Load Chart / Name V
Plate
Pengisian Accu / V
Ampere
Komponen Kemudi Roda V
Bagian Batang Kemudi V
Bawah/ Power Kotak Gigi/Gear Box V
Train Sistem
Pengubah -
Kemudi
Gerak/Pitman
Batang Tarik/Drag Link -
Tire Rod V
- 181 -

Kondisi

Pemeriksaan

Memenuhi

Memenuhi
Komponen &

Syarat

Syarat
Komponen Item Keterangan

Tidak
Lokasi

Pelumasan V
Front (Roda Penggerak) V
Rear wheel (Roda V
kemudi)
Roda (Wheel) Baut Pengikat V
Tromol / Hub V
Pelumasan V
Perlengkapan Mekanis V
Rumah Kopling -
Kondisi Kopling Automatic
Kopling Pelumas/oli transmisi Automatic
(Clutch) Kebocoran Transmisi Automatic
Poros Penghubung Automatic
Perlengkapan Mekanis Automatic
Rumah Gardan V
Kondisi Gardan V
Gardan
Pelumasan/Oli Gardan V
(Diferential )
Kebocoran Gardan V
Poros Penghubung V
Komponen Kondisi Rem Utama V
Bagian Bawah Kondisi Rem Tangan V
/ Power Train Rem (Brake ) Kondisi Rem Darurat -
Kebocoran V
Komponen Mekanis V
Rumah Transmisi V
Pelumas/Oli Transmisi V
Transmisi
Kebocoran Transmisi V
Perlengkapan Mekanis V
Attachment / Keausan V
Perlengkapan Tiang Keretakan V
Penyangga Perubahan Bentuk V
(Mast) Pelumasan V
Poros dan Bantalan V
Rantai Kondisi Rantai V
Pengangkat Perubahan Bentuk V
(Lift Chain) Pelumasan Rantai V Normal
Personal Korosi - -- -
Basket Keretakan
Lantai Kerja
Perubahan Bentuk
Pengikat
Korosi
Rangka pada Keretakan
Personal Perubahan Bentuk
Basket Penguat melintang
Penguat Diagonal
Korosi
Baut Pengikat
Keretakan
- 182 -

Kondisi

Pemeriksaan

Memenuhi

Memenuhi
Komponen &

Syarat

Syarat
Komponen Item Keterangan

Tidak
Lokasi

Perubahan Bentuk
Pengikat
Korosi
Keretakan
Pintu
Perubahan Bentuk
Pengikat
Hand Rail Keretakan
Keausan
Keretakan
Kelurusan Rel
Sambungan Rel
Kelurusan Antar Rel
Jarak Antar
Sambungan Rel
Pengikat Rel
Rel Stopper
Kebocoran V
Level Oli Hidraulik V
Tangki
Kondisi Oli Hidraulik V
(Tank)
Kondisi Saluran Isap V
Kondisi Saluran Balik V
Kebocoran V
Kondisi Saluran Isap V Normal
Pompa
Kondisi Saluran Tekan V Normal
(Pump)
Fungsi V
Kelainan Suara V
Kebocoran V
Komponen
Kondisi Saluran V
Hidraulik
Fungsi Relief Valve V
Kelainan Suara v
Katup
Fungsi Katup Silinder v
Pengontrol /
Angkat
Control Valve
Fungsi Katup Silinder v
Ungkit
Fungsi Katup Silinder v
Kemudi
Aktuator Kebocoran v
Kondisi Saluran v
Kelainan Suara v

......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 183 -

IV. PEMERIKSAAN DENGAN MESIN HIDUP


Kondisi
Pemeriksaan

Memenuhi

Memenuhi
Syarat

Syarat
Komponen Keterangan

Tidak
Dinamo starter V

Kerja instrumen/Indikator v
Kerja perlengkapan listrik (busi, rotor, dll. pada
V
bensin)
Kebocoran-kebocoran:
V
- oli mesin
- bahan bakar v

- air pendingin V

- oli hidraulik V

- oli transmisi V

- oli final drive


- minyak rem V

Kerja kopling
Kerja persneling (maju mundur) V

Kerja rem tangan dan kaki V

Kerja klakson signal alarm V

Kerja lampu-lampu (rem, dim, sein, dll) V

Motor Hidraulik/ sistem Hidraulik V

Kerja silinder stir/ power stering v

Kerja silinder pengangkat dan perlengkapan V

Kerja silinder ungkit dan perlengkapan V

Kondisi gas buang V

Kerja semua tuas-tuas kontrol V

Suara berisik dari mesin V

Suara berisik dari turbocharger V

Suara berisik dari transmisi V

Suara berisik dari pompa Hidraulik


Suara berisik pada tutup pelindung

......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 184 -

V. PEMERIKSAAN RANTAI PENGANGKAT

Pengukuran
BAGIAN
Jenis dan Standar Pengukuran Standar Pengukuran
No. YANG KET
konstruksi pitch pitch pin pin
DIPERIKSA
(mm) (mm) (mm) (mm)

1 Rantai Leaf 25,40 25,45 9,48 9,48 Normal


Kanan Chain
BL-844
4x4

2 Rantai Kiri Leaf 25,40 25,45 9,48 9,48 Normal


Chain
BL-844
4x4

Gambar:

......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 185 -

VI. PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK (NDT)


Terhadap Konstruksi dan Komponen

Jenis NDT : Penetrant / Ultrasonic **


..................................................
..................................................

CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI KETERANGAN
DIPERIKSA TIDAK
ADA
ADA

1 Fork Kiri Heel V Tidak


ditemukan
cacat pada
permukaan
2 Fork Kanan Heel V Tidak
ditemukan
cacat pada

Gambar (terlampir)

......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 186 -

VII. PENGUJIAN

No.(SWL) BEBAN
TINGGI UJI TRAVELING /
No GERAKAN (mm) HASIL KET
ANGKAT LOAD KECEPATAN
GARPU CHART)

1 2 3 4 5 6 7

TANPA a. Maju mundur


1. - BEBAN b. Belok
kanan/kiri

25 % a. Maju mundur
2. SWL b. Belok
kanan/kiri

50% a. Maju mundur


3. SWL b. Belok
kanan/kiri

75% a. Maju mundur


4. SWL b. Belok kanan/
kiri

100% a. Maju mundur


5. SWL b. Belok
kanan/kiri

110% Diam, ditahan


6. SWL selama 10 menit

......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 187 -

VIII. KESIMPULAN
...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

IX. SARAN-SARAN
...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
PERATURAN MENTERI

KETENAGAKERJAAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

TENTANG KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN

KERJA
SALIN AN
MENTERIKETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURANMENTERIKETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2018
TENT ANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA

DENGAN RAH MAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

Mcnimbang a. bahwa untuk melaksanakan kctcntuan Pasal 5 dan


Pasal 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 ten tang
Pcrsctujuan Konvcnsi Organisasi Pcrburuhan
Intcrnasional Nomor 120 Mcngcnai Hygiene clalam
Perniagaan dan Kantor-Kantor scrta kcterit uan Pa sal 2
ayat (2), Pa sal 3 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k,
huruf 1, dan huruf m Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 ten tang Ke sclamat an Kcrja, pcrlu mcngatur
kcsclamatan dan kcschatan kcrja lingkungan kcrja;
b. bahwa dengan pcrkcmbangan tcknologi don
pcmenuhan svarat kcsclamat an dan keschatan kcrja
lingkungan kcrja scrta pcrkcmbangan peraturan
pcrundang-undangan, pcrlu dilakukan pcrubahan
atas Pcraturan Mcnteri Pcrburuhan Nomor 7 Tah un
1964 ten tang Syarat Kcschatan, Kcbcrsihan sert a
Pcncrangan dalam Tern pat Kcrja dan Pcraturan
Mcnteri Tenaga Kcrja clan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tcntang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tcmpat Kcrja:
- 2 -

c. bahwa bcrdasarkan pcrt imbarigun


dirnaksud dula m huruf a d.m h uruf b, pcrlu
mcnctnpknn Pc rat urnn Mcntcri Kctcnagakcrjuan
tcntang Kcsclamatan dun Kcschatan Kcrja Lingkungan
Kc1ja;

Mcngingat 1. UndarigUndang Nornor 3 Tu h u n 1951 u-ntanc :-,


Pcrnyataan Bcrlukunyu Undung-Und.ing Pcngawasan
Pcrburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari I~cpublik
Indonesia unt uk Scluruh Indonesia (Lem ba ra n Negara
Republik Indonesia Tuh un 1951 Nomur 4);
2. Undang-Undang Nornor 3 Tahun tcnt anu:-,

Pcrsct.ujuan Konve n si ( )rganisasi Pcr buru hun


In tcrnusiorial Nomor 120 mcngcnai I lygicrw du larn
Pcrniagaan dun Kantor-Kantor (Lcmbaran :,.Icgarn
Rcpublik l nrlonc sin Ta h u n IC)CJ() Nomor 14, Ta m bn hu n
Lernbaran Negara Republik Indonesia Nornor 28;_.;CJ);
3. Undang-Unclang Nomor 1 Tah un 1970 ll'ntang
Kcsclamatan Kcrja (Lcmburun Negara l~qn1
blik
Indonesia Ta h u n 1970 Nomor I, Tarnba han Lcrnbaran
Negara Republik Indonesia Nornor 2918);
4. Undang-Uncbng Nomor 13 Tahun 2003 tc nt aruzb

Ket criagakcrj.um (Lernbnrun Negara l~epublik


Indonesia Ta h uri 2003 Nurnur 39, Tu mba ha n
Lcmburan Negara Rcpublik Indonesia Nomor 427lJJ;
5. Unclang-Undang '.'\omor 23 Tahun 2014 t cn t aruz
:-,

Pcrncrintnhun Dacruh (Lcmbnran Negara Rcpubiik


l ndonc sia Tu h u n 2014 Nomor 244, Tam bah an
Lcrnb.uan Negara Rcpublik Indonesia Nornor 5587)
scbagairnana tclah bcbcrapa kali d iubah, tnakhir
dcnga n Undang-Undang Nornor C) Ta h u n 2015 tcntang
Pcrubahan Kcciua atu s Undung-Und.mg Nomor 23
Tah un 2014 ten tang Pcmcr i n t a hn n Dncrah (Lcrnbarun
l'\cg;irn Rcpu blik lnclonc sin Ta h u n 201,:) No mor 58,
Tarnbahan l.crnbnru n Ncg;1r;i Rcpublik Indonesia
N ornor 5o 7cJ);
- 3 -

6. Pcraturan Pcrncrintuh Nomor 50 Tahun 2012 ten tang


Pcncrapan Sistcm Manajcmcn Kcsclarnatan da n
Kc schatan Kcrja (Lcrn ba ru n \'eg,1ra Rcpublik Iridonc sia
Tuh un 2012 Nomor 100, Tambahan Lcrn bn rn n \cgar,1
Republik Indonesia Nornor 5309);
7. Pcrnturan Presider: Nornor 21 Tahun 20 IO ten tang
Pcngawusan Kctcriagnkerjun n;
8. Pcrut u rn n Mcn tcri Kctcnugakcrjaan Nornor 8 Ta h u n
2015 tcntang Tata Cara Mcmpcrsiapkun Pc m bcm uka n
Rancangnn U nclang-U nd.mg, l~ancangan Peru turn n
Pcmcrintah, clan Rancangan Pcrut urn n Prr sidc n scrt.i
Pcmbentukan Rancangan Pcruturun Meriu-ri di
Kcmentcrian Kct e nagu kcrjan n (Hcri ta Negara Rcpublik
Indonesia Tah un 20 15 Nornor 4 I 1);
9. Pcraturun Men tcri Kctcnugakcrjnan Nornor 33 'L1h un
2016 t cn t aru; Tatu Cara Pcngawnsun KctcnagakL·rjaan
(Serita Negara Rcpublik l ndonc si.i Tu h un 201 f>
Numor 1 753);

MEMUTUSKAN:
Mcnctapkan PERATURAN l\1Ei':TERI KETENAC:\J...:ERJAA!\" TE\T:\:'-!C~
KESELAMATAN DAN J...:ESEHATAN KERJA LINGJ...:L·;\JG:\N
KERJA.

BAB I
KETE:-lTUA!\" U :-1 U I\l

Pasal 1
Dalarn Pc rat uran Me ntcri ini yang dimaksud dcngan:
1. Ke sclarnatan clan Kcschat an Kcrja yang sclanj u t nva
disingkat K3 adalah scgala kegia tu n un tuk mcnjamin
clan mclindungi kvsclnrnutun dun kc se h a ta n Tenaga
Kcrja mclalui upaya pcnccgahan kccclaknnn kcrju cbn
pcnva kit akibat kcrja.
- 4 -

2. Higicnc adn ln h u sa hn kcschu tan prevent if yang


me nitikbcrut kan kcgi.n annyu kcpada usaha kcsd1,ttan
individu maupun usahn prib.idi hid up m.m usiu.
J. Sanitasi adalah u sa hn kc se hn t a n preve nt if yang
me ni tikberat kun kcgiutun kcpada u sa hu kcschatan
lingkungan hiclup ma m isia.
4. Ternp.u Kerj.: aclabh tiap ru.mgan atau L1p:111gan
tcrt ut up atuu tcrbuka, bergcrak at au tctup, di ma nu
Te nugu Kcrja bckcrj.i at au y;rng sering dim.rsuki
Tenaga Kcrja unt uk kcpcrl u.in su.i: u u sn h.: clan
dimana tcrda pat s u mbc-r a ta u sumbcr-sumbcr bahavu
tcrrnu suk scmua ruangan, L1p,mgan, hularnu n clan
sckclilingnya varig mcrupakun bagi.m-bagian a t au
yang bcrhuhungan dcngan Tcmpat Kcrja tcr scbu t.
:5. Lingkungan Kerja adalah a spck I ligicnc di 'l'rmpat
Kcrja yang di dalamnva mc ncukup Iak tor fi sik.r. k irnia,
biologi, crgonomi clan psilrnlogi \·;mg k cbc rada.mnva di
Tcmpat Kcrja dupat rncrn pe ng.ir u h i kc sclama t.ui clan
kesc hutan Tenaga l(crja.
6. Ke sclamat.an clan Kcschatan Kcrja Lingkungan Kerja
yang sclanjut nva discbut dcngan K3 l.ingk ungau Ke-rja
aduluh scgala kcgiatan un t uk mcnjanun clan
mclindungi kc sclamatan clan k c schu ta n Tenaga Kcrja
mclalui pcngcridn linn l.inukunuan
h h Kcrj:t clan
pcncrupan Higicnc Sanitasi c!i Tcmpa t Kcrja.
7. Nila i Amb.uu; Batas >·ang sc la nj u tnvu d is inuk at :'JAU

adalah stanclar faktor bahayn c!i Tcmpa t Kerj» sl'1Jag:1i


kadar/ intcnsitas r.uu-ruta tcrt im bang wa k t u ( time
ioeujhicd uveruge) \:mg dup.u d itcrin ia Tcrwg;1 Kcrja
tan pa pcnvakit atau uanuuuan
h hh

kcschatan, duln m pckcrjaan schar i-hrui unt uk wakt u


tiduk melebihi 8 jam schari at au 40 jam scmi nuuu.
- 0 -

8. Pajanun Singkat Dipcrkcnu nk an :i,ang sc lu nj u t nvu


disingkat PS[) adn ln h kad.ir ba ha n kim ia cli udaru
Ternp.it Kcrja yang t iduk bolch dilampaui agar Tenaga
Kcrja yang tcrpajan pada periuclc singkat va it u t ida k
lcbih dari 15 mcnit rnasih dap.u mcncrimanv.i t.urpa
mcngakibatkan iritasi, kc r uxa ka n j armgan t ubu h
maupun t crbius yang t iduk bolc h dilukuka n lcbih duri
4 kali clalam satu hari kcrja .
C). J..;:acbr Tcrt inuci
hh Di pcrkcn.inkan sclunjut nv.i
disingkat KTD adu la h kad.ir b.rhu n k imia cli uda ru
Tcmpat Kcrja yang t idak bo kh dil.un pau i mc s ki pun
dalarn wak t u sckcjap sclamu Tcnag,t Kcrja mcl.ik uka n
pckcrjann.
10. l ndcks Pujan.m Biologi yang scl.mjutnyn disingkat !PB
adulah kadar kon se ntru si bah an kirnia yang
didapat kan dalarn spc simc n i ubuh Tenaga 1-.::er~j;t clan
digunakan un tuk mcne n t ukn n t ingkat paj.mau
tcrhadap Tenaga Kcrja sc hut yang tcrpajun b.ihun
kimia.
I I. Fa k tor Fisikn adalah fuk tor yang dapat mernpcngaruhi
ak t ivita s Tcn;iga Ke rj.i .',,rng bcr sifa t fisika, dist·lJ:1bk;m
olch pcnggun.uin mcsin, pc ra l.n a n , bahan clan kondisi
lingkungan di sckit ar Tc m pa t Kcrja yang d;ip;it
mcnycbabkan ganggu.m dun pc nyakit a kib.u ke rjn
padu Tenaga Kcrja, rncliputi lklim Kcrja , Kebis inga n,
Gct.uan, radiasi gelomlxmg m ik ro , I~acliasi Ultra L"ngu
(U It rn Violet), r.id ia si Mecl.: n l\lagnct Sta tis, u-k.ma n
udar., dun Pcncahuv.i.m.
12. Fuk tor Kimia adala h Iak t or y;ing dup.u mcmpcne.uul-i
aktivit a s Tenaga Kcrja >·;__mg bcrsifut k imiawi,
discbabkan olch pcnggurw,m ba hn n kirni.: d.in
turunannyu di Tcrnpat Kcrjn >·,mg dapat mcnvcbabkun

pcnvakit puda Tenaga Kcrj.i. mcliputi ko n t u m i nn n


kimia di uciara be rupa gc1s, uu p dun part ikul.i t.
- 6 -

lJ. Fa k tor Biologi adalah Iaktor :·;ang dnpat mcrn pc ntza ru hi


bcr sifa t hiologi,
discbnbkan olch makhluk hiclup mcliputi Iu-w.m ,

turnbuhun clan produk nvu SLTla mikroorg.misnu- \·,mg


dapa t mcnycbabkan pcnvak it ak ibat kcrja
14. Faktor Ergonomi adn luh faktor dapat
mcrnpcngur uhi akt ivit a s Tenaga Kcrja , discbabkan
olc h kctidaksc suaian fasilitas kcrja .\'Ul1" ~
mcliput i earn kcrja, po sisi kLTj,1. ala t kr rjn. du n l xba n
angku t tcrhud ap Tenaga J(crj;1.
15. Faktor Psikologi aduluh Likt(Jr :,:,mg mcrn pv nuart.ih i
akt ivit as Tcrwga Kcrja, discbabka n olch h ubungan
antur personal di Te m pnt Kc-rjn , pe ra n clan t;mggung
jawab tcrhudup pckcrjaan.
16. Iklirn Kcrja adalah hu sil pcrpad uan anturu suh u ,
kclcmbaban, kcccpat an gcrakan udura clan p.ma s
radia si dcngan tingkat pcngcluaran punn s dari t u buh
Tenaga Kcrja sebagai akibat pckcrjaaunya mclipu ti
tckanan punus clan clingin.
17. Incleks Suh u I3asah da n I3ola (Wet I3ulh Globe
Temperature !11clex) yang scl.mj utnva disingk.it ISI3I3
adula h parameter untuk mcnilai tinglwt lk li m Kcrju
pa nas vang mcrupakun basil pcrhit unpnn a ntur.i suhu
udara kcring, Suhu Ba suh .vl.uni, clan Suhu Bol.i.
18. Suhu Kering adul.ih suh u v.mg dit unjukkan olch
termumeter Sub u Kcring.
19. Suhu Basah Alarni adalah s u h u yang d i t u nj uk ku n olc h
termometer bola busah a larni (Natural lVet Bull:
Tliermoineteri.
20. Suhu Bola adalah suh u \·;mg d ii unjukkan olc h
tcrmornetcr bob ( Globe Thcnnomcten.
- 7 -

21. Tckanan Dirigin acL1bh r)l'ngcluaran pa ria s ak ib.u


pap nan terus mcneru s i crh.idap clingin
mcm pcugaruh i kcrn.unpuun t ubuh u n t uk
mcnghu si I ka n pan as mcngaki b.. t ka n
h ipot crrnia (suhu i ubuh cli buw.ih 36 dcrajn t Celsius).
22. Kc bisinuan
h udalah Sell1LW t iduk

dikchcndaki be rs u Ill l Jc r dari proses


procluksi da ny at au n ln t-al.u kc-rja \·,mg padu tim;.kat
tcrtcntu dupat meriimbulk.m ganggu,m pcndc ng.iru n.
23. Gctnran adalah gcrakan yang tcrut ur clar i bcnd.i ;1 tau

media bol.ik-b.rlik duri kcd ud uka n


kcscim bangannva.
24. Racliasi Gclomb.uu; R,tdiu ut au Gclorn ba ng \likro
adalah Radiusi Ek-kt rom.u.nctik dc nua n Frck ucnsi ]O
(t ig.. puluh] kilo hertz su m pa i 300 (tiga r.u us] gig:1
hertz.
25. Radia si Ultra (Ultra Violet) l~acliasi
Elc kt romagnct ik clcnoan
h panja ng gel om bang 180

(scratus de la pan puluh) n.mo meter s;1111p.11 400


(cmpat rut us) nano meter.
26. \kclan Magn«: Statis adu ln h s uat u mcd.m a tu u arc,1
y,mg dit imbulkun olc h pcrucrukun arus listrik.
27. Tcka na n Udara Ekstrim uda ln h tcku na n udar.i
lebih tinggi at au tcku nan udur.i ~·ang lcbih rcnduh clari
tcku na n udar.i normal ( 1 otmosphere).
28. Kcbcr sih.m acbbh bcb.is d ar i kot o ra n scrt a r.ipih
dn n y atn u tidu k bcrcarnpur dcng;,_111 unsur a t a u z.it bin
yang bcrbahuv.i.
29. Pcncahavuun ada lu h sc su.i tu y,lllg mcmbc-rikan t crang

(sinar) utau ~·ang mcncrangi. meliputi Pcncahavuun


alarni da n Pcncuhavaan Hu.n a n.

dihasilknn olch sum her c;1hav;1 scla in cahava a la mi.


- 8 -

31. Bangunun Tcmpat Kcrja udula h bngian duri Tcrnput


Kcrja bcrupa gcdung a tuu banuunan lain, gcclung
tambabun. h.rla mn n bcscrta jn lan , jcrnb.uun at a u

Kerja tcrscbut d an tcrlctuk du larn ba tu s h al.u na n


pcrusahann.
32. Toilet adalah fa sil it a s sa n itn si tr-mpn t bua ng air lx.sa r,
kccil, tern pat cuci t.mgan d;111/ a tau niuka.
33. In tcrisit as Cahnva adalah jurnlah ru tu-rut n cil1a\·a
yang ditcrirnu pckcrja sct iup wa kt u pcngnmutan p.ida
se t iu p titik chm dinyatakan dal.un sat uan Lux.
34. Lux adu la h sat uan mctrik uk ur.m cahaya pad a suat u
pcrrnukaun.
3~. Ku;t!it;_is Udara 0;1brn Ruanuan yang sc lanju i nvu
disingk.u KUDI~ uduluh k uu lit as udara cl i n1;_111gan
Tcmpat Kcrj.i. \·,rng cial.un kondisi y;mg hur u ;..; \·,rng
discbabkan olch pcuccmnr.in a tn u kont.aminnsi udaru
Tern pat Kcrja, yang dup.u mc nimlaulkun
kcnvarnarian kcrja snrnpai padn gangguan kc sc-huta n
Tenaga Kcrja.
36. Tenaga Kcrja adalah sctiap m.u n p u
mclakukan pckcrjaan mcnghasilkan
dun z atuu ja sa b.iik untuk mcrru-n uhi kc-but uh.in
scncliri m.iupuu un t uk m;is\ ar.: k.. t.
37. Pc nuu s.ihu adaluh:
a. o runj; pcr scora ngan , pcrsck ut uan , atuu budan
h uku m \";JJlOb
. su.n u pl TU s;i hua n

m ilik scndiri;
b. ornru; pcrscor.uigan, pcrsckut uan, .u.iu budun
hukurn yang sccara lx-rdiri scndiri menjul.mkan
pcr usuhua n buka n miliknva ;
c. or.uu; pt-rscorungnn, pcrsckut u.m, atau h;idan
hukum yang bcrudu di l nr.lo ne s iu rncwak ili
pcr uxah.um scbagai mun« d irna k sud d a lam h u r uf
a clan h >·ang bctkcd udu kan di lu.ir wil.ivnh
l ndoncs iu.
- 9 -

38. Per.gurus adu lah orn nuh varuz


- h
mc m punv.u tugas
mcrmmpin langsung scxuu t.u Tcmpat Kcrju at au
bngian nvu yang bcrd iri scnd iri.
39. Pcgawai Pcngawas 1....:ctc1wg;1kcrj;1an )·,mg sclanjut nva
d iscbut Pcngawn s 1....:ctcn;1gilkc1j;ian ada luh Pq~;t\\·,1i
Ncgcri Si pil yang d iarigku t dun dit uga skun d.ilarn

jabatan Iungsionul Pcnga\,·as Kctcnagakcrja.in S('SlWI

dcnuan kctc nt uu n pc-rat ur.in pcrunclang-unclang,111.


40. Pcngawas Kcu-nagakcrjuan Sp<'sialis K3 Lingkungan
Kerja adulah Pc ngawu» J....:ctcnagakcr~jaan
mcmpunvai kcahlian khusus cli hiclang K3 Lingkungan
Kcrja yang ben,·enang untuk mclakukan kegiatan
pcrnbi nun n , Pernerik suan. dun Pcnguji.m liid;mg

Lingkungan Kcrja scr t a pL·11g,l\\·asan, pcrnl iinn.m , clan


pcnge rnbangan sistcrn pcnga\,·,1san kctcn;1g;1klTj,wn
se suai dcrig.m pcrut urun j)LTU11eLmg-undang;m.
4 1. Pcmcrik saan yang sclanjut nvu
discbut Pcmcrik s.um adnlah scrn ngkai.m kq~iatan

me must ikun d ituat inyu pcluksanuun pc r. 1 tu ran


pcrund.uig-undunuan kctcnugukcrja.m di Pcr us.rbua n
at au Ternpat Kcrja.
42. Pe ngujian Kctcnugukcrjuu n yang sclanjutnva di scbut
Pcnguj ian ada la h kcgia tan pen i laia n tcrhada P s un tu
obj ck Pc n g;1 \\·;1 s; 111 me Jal u i
pcrhit ungan, aualisis, pL·ngukL1ran

pengetc·s;in sc.s u:u dc nu.u: kc tcnt uun pcr.u uru n


pcruridang-u ndu ngan at au s ta ndur )·,mg bcrlak u.
43. Pcnguji K3 adnlah Pcg;1\\'c1i Ncgeri Sipil yang dibcri
tugas, tanggung j.iwa b, \\'l'\\'l'IWng dun lurk SlTara
pen uh untuk mclakukan kcgiat an Pcnguji.m J....:J (\;111
kompctcnsi K3.
- 10 -

44. Pcngujian K3 adalah scranakaian kcgi;1t;in pcn ilaia n


sua tu obyck 1...::1 sccara tcknis dnnz at au me-dis _',ang
mcmpunyar re siko bahav.i ckng;.111 Gira membcri
bcban uji atuu dcngan tcknik Pcnuujian luinnva scsu.u
dcncau
b kct cn t ua n tck nis ;l t: l ll mcclis t c-lu h

di ten t uka n.
45. Unit Pclak san a Tcknis Hicl;_11H~ 1,,:.3 adn la h s;!l uc111
orgamsn s: t ugas
Pcngujian clan Pcmcriksuan 1,,:-1, scrtu pr ninvkuta n
kapasitus tcnaga l(.J.
46. Ahli Hiuicnc
h Inclustri
mcmpunyai kompctcnsi _vang mc ncakup pcnuctuhuun ,
kctcrarnpilan d.m s ikn p dibid.uu; Iligicnc industri ,·;irH~

mcrnpunv.u k ualifika si Ahli Mucia Higicnc l ncl u st ri


(Hl~v1U), Ahli Madva Higicnc Inclustri (HIMA), clan Ahli
Uu.m.. Iligicnc Inclustri (IIIU).
4 7. Dirck t ur .Jcndcrul udu lah Dirckt u r .Ic ndcr.il _'>·;rng
mcmbidangi pcmbinuu n JX'11ga,,·asan kctcnuuakcrj.i.u:
da n K.J.
48. Mcn te ri adu lu h Me ntcri men ye lei 1ggarn k;.111
urus.i n pc mer in t a h .. 111 di bidung kctcnagakerj;.ian.

Pasal 2
Pc ngusaha dan/atau Pcngurus w.rjil: me la ksa naka n sv.irn t-
sva ra t K3 Lingkungan Kcrju.

Pn sa l .J
Svarat-syar.u K3 Lingkung .. in Kcrja sdx1g;iin1;rna d ima k s ud
dula m Pasal 2 mcliputi:
a. pcngc ndnlian Fn kt or Fis ik.. cL111 Fa kt or Ki m ia :1g;1r
bcrad.i di bawah NAB;
b. pc ngcndalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, clan
Fa ktor Psikologi Kcrja agar mcrne n uhi st andar ;
c. pcnycdiaan Ia s ilit a s Kc lx-rsi hu n clan saruria I ligicnc di
Tcrnput Kcrja y;mg bcrsih d.m scha t ; clan
- 1 1 -

d. pcnvcdiaan pcrsoriil 1-,:3 varu; mcmilik i kornpct.nsi dn n


kcwcn;mgan KJ di bida ng Lingkungan Kcrja.

Pasul 4
Pclaksanaan syarn t-sy.: ru t Lingkungan Kcrja
scbagaimann dimak sud dnlurn Pa sul 3 bcrtujuan untuk
mcwujud k.m Lingkungan Kcrja yang a man. sch.u , clan
nva ma n dn la m r;mgka mcnccgah kcccla knn n kcrj.i clan

Pasa! 5
( 1) Pclaksanaan svara
- t-svaru
. t 1-,:3 Lingkungan
scbngnirnanu dirna k s ud d.ilu m Pasul 4 dil.ik ukan
mclalui kcgia t an:
a. pcngukuran clan pcngcnclalian Lingkurig« n Kcrja ;
clan
b. pcncrapa n I ligicnc clan Snn i tu si.
(2) Pcngukuran d~111 pL'ngcncbli;in Linuk
h unva
h n
scbc1g,1ima11;i climaksucl pad.i .ivat (I) h ur uf a mcli pu ii
faktor:
a. fisiku ;
b. kimia;
c. biologi;
d. croon
b o rn i ·. cL111

c. psikologi
(3) Pcncrupan Hieicnc
h clan Sanitasi scbau.umann
dirn.ik sud pada ayat (I) huruf b rncliputi:
a. Bnrigunnn Ternpa t Kcrj.i:
b. fa silitu s Kcbcr sihu n;
c. kcbut uhan udarn; dun
cl. Lita ln k sa nu kcr urnah tu nggn.m.
- 12 -

B/\13 Il

Bagi an Kcs.. tu
Um um

( 1) Pcnuukuran Lingkung;ll1 Kerja scbagaimana dirr.ak sud


dulum Pa sal 5 ayat (2) dilakukun un t uk mengct:drni
tinglrnt pnjunun Faktor Fisika, Fak tor Kimi.r, Fuktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dun Fa k tor Psikologi
tcrhadap Tenaga Kcrja.
(2) Pcngukurnn Lingk ungun Kerj.: scbagairn;11w diru.iksud
padu uyut ( 1) d ila k ukun scs u.ii ckngan rncroda uji yang
d it ct a pk a n St,mdar Nasional Indonesia.
(3) Da larn ha! mctoda uji bclurn ditc t.ipkun d.ilarn ~Lmclar
Nasional l ndoncsiu, pcriguk urnn dupn t dil.ikukan
dcnga n mctod.i uji lainnva sc suui clc11g;111 st anr i.u _,·ang
te luh divalidusi olch kmbaga y,1ng lx-rwc-nn ng.

Pasal 7
( 1) Pcngcndalian Linckunuan
h h Kcrja
dirnak sud d.il.un Pa sal 5 mat 12) h ur uf a clan h u r uf h
diluk ukan ag:1r tingkat puj.u i.m Fak tor Fi sik a dun
Faktor Kimia bcradu di bawuh N:\B.
(2) Penge nduli.m Linuk
h unua
h n Kcrja sebaguimann
dimak sud dulu m Pa sa l 5 uv.it (2) h ur uf c, h uruf cl, clan
h uruf e dilukukan agar pc ncr apan Faktor l 1iulugi,
Fak tor Ergonomi, clan Fak to r Psikologi mc n u-n u hi
standur.
(3) Pcngc ndalian Linuk
b unvu
b n Kcrja scbag.u-nana
dimuk sud padu avut ( 1) da n a~·,11 (2) dila k uku n sc suai
h irar k i perigc ndn lia n mcl ipu t i up.iva:
a. clirninu si:
b. s ubst it us i;
c. rtkaya s.: tcknis;
cl. ad mi ni st rut if: clan/ a tau
c. pc11ggu1wan alut pclind unv cliri.
- 13 -

(4) Upayn climinasi scbag;1irn,1na climaksud pari.: ;1\·;1t (3)

huruf a 11l(TUpaka11 upaya u nt uk oh i L 111 :·--.


rn cn ;-:-,. "k;i r 1
s u m l xr pot cn si lxdwy;1 y;111g bcra sul dari hu l ia n ,

proses. opcr.rsi , utau pcrnlat an.


(S) Upuyu substitusi scbag;1ima11;i dimaksud padn avat (3)
hur uf b mcrupakan upava unt uk mcngganti b.ihun.
proses, opcra si a tau pcralatuu dari \·ang bcr:J<1hi1\',l
mc njadi tidak lx-rbnh.tva.
(6) Upuv.i rckavasa tckn is scb,1g;iimana dimuks u.: pud.:
ayat (J) huruf c mcrupakan upaya mcmisahka n
s urnbe r bahuv.i d.iri Tcn;1ga l...:tTja clcng;111 mcm.rsans;
sistcm pcngnmun p;1da a ln t , rnc sin , clan/at;111 area
kcrja.
(7) Upaya udminist nu if sL·bagaim,rna dimaksucl pac::i avut
(3) liuruf d mcrupakan upayu pcngcnclalian d.ui sisi
Tenaga Kerja agar d.ip.u rnclak uka n pckc-rju.m scc..-1ra
a man.

(8) Pcnggunaan a lat pcI j l1 cJ LI l1 g cl i ri scbau.rim.m..


climaksucl pada avat (J) h uruf c mcr upakan upayu
pcnggunaan alat :,.·ang bcrIunusi u n Luk mc nuisola si
scbauian atau scluruh t ubuh duri surnbcr bah.r. ;1.

Bagian Kcd ua
Faktor Fisik;i

Pa sa l S
( 1) Pcngukuran clan pengc nrl: II ian Fuk to r Fisik,1
scbag.uma na dimaksud da l.rm Pa sal 0 a vat (2) Iiuruf ;i

mclipuii:
a. I k li m Kcrja;
b. Kcbisingan:

d. gclornbang radio .uuu gclombang m ik ro ;


c. si nur Ul t ru l'ngu (Ultra Violet);

f. ~kclan ivl agnct S1;1 tis;


g. ukanun udura; d.m
h. Pc nca hnvaa n.
- 14 -

(2) NAB Faktor Fi sika scbagaim.m» ciimaksucl p,tcLt a_',:tl


( 1) huruf a sampai clcngan huruf f tcrca nt um dalarn
La mpira n :vang mcrupakan b;_1gian t idu k tcr pisuh ku n
d.iri Pc rat ur.m Me n t cr i ini.

I>asal CJ
( 1) Perigukurnn d a 11 pe11 gc · ndulian lklim
scbagairnana climaksud da larn Pa sn l 8 avat ( 1) h ur uf ;i

h ar u s dilakukun padu Tc mp.u J,(crj;i yang mcrniliki


surnbcr bahnyn tckanan panu s clan Tcku nnn Dingin.
(2) Ternpat Kcrja yang mcmiliki surnbcr bahav.i tck,in;rn
pan as scbagairnuna dim.iks ud pad a ;1\·;1 t (I)

mcrupakan Tcrnpat Kcrja y;_1t1g tcr d a pat surnbcr pa nu s

du n , atu u mcrniliki vc m ila s: :--·,mg t ida k mc mnd.ii.


(3) Tcmpat Kcrja yang mcrniliki su mbcr h,1h;iy;1 Tc-kurur n
Di nuin
b dim.ik sud 11 J

mcrupakan Tcmpat Kcrja ya11g tcrdup.u s um lxr cli11gi11


dan z a tau diknrcnakuu pcrsvur.u an opcra si.
(4) .Jika basil pcnguk urun Tcm pa t Kcrj.: scbag;iirnan;_t
dirnaksud pada ayat (2) clan ,1\·at (3) mclcbihi duri NAIJ
at au standar harus dilakuk.m pcngencLllinn.
(S) Pengcndalian scbagaimana di mu k s ud pada ;1\·;i t ("+)

dilakuk an mclalui:
a. rncnghilat1gk,m surnlx-r pa nn s at au s um brr
dingin du ri Tern put Kcrju;
b. mcnggan ti a lu t , ba h.u i, dun proses ke rju y;_mg
mcnirnbulkan s umbcr p;ir1;1s.u.iu surnbcr dingin;
c. mcngisolasi at au mc mlxu asi paj arian s u m lxr
panus atuu sumbcr clingin;
d. mcnvcdia k.m sistcrn vc n tilu si;
c. mc nvcdiakan air minurn:
r. mcngat ur a tu u mcrnl ia tn si wukt.u p;1_i;ma n
t c r hudu p s umbcr pa na s .u au surnbcr d inui n ;
g. pcnggu1w;111 baju kcrja y;rng sc suui:
- 15 -

h. pc 11 hh
m1u 11 .i: l 11 pclindung cliri SL'Sll,11;
du n yn tu u
1. mclakuk an pcngcnduli.m lainnva scsu.ii dcnga11
pcrkcrnb.mgan ilmu pcngL·t,ihu;m dun tckrwlogi.

Pasal 1 U
( 1) Pe nuulcuran du n pc 11 gc nd al ia 11
scbaguimanu clirnak sud dalum Pasal 8 avat ( 1) lrur uf Ii
harus dilakuka n p.«!a Tc m pa t l(crj;1 y;_mg rn.-mili ki
surnbcr ba hava Kcbising,111 duri o pcru si pcrul.uu n
kcrja.
(2) Ternp.u Kcrja mcrniliki s umbe r
Kcbisingan scbaguimuna climaksucl puda ;i,·,11 (I)
mcrupakan Tern pat Kcrja tcrdupat s umbcr

Kcbisingan t er u s mcncrus, t.-rpu i us-put us. impulsif.


clan impulsif bcru l.u ig.
(3) .Jika hasil pcngukuran Tcmpat Kcrja scb;1g;11rrw11,1
dim.ik sud pada avat (2) rnclcbi hi d.ui N:\B h.uus
dilakukan pcr.gcndulian.
(4) Pcrigc nduliun sclx1gairnana dirnaksud pad a ;1_,·;it (J)
dilak ukan dcngan mvla k sa nuku n prour.un pc11ccgaha11
pcriur unan pcridc ngurun dcngan:
a. mcnghilangkan sumber Kcbi s inuu n d ari Tcmput
Kcrja;
b. mcngganti alnt , bahan , clan proses kcrju ,·;rng
me nirnbulkan sumbcr Kcbisingnn:
c. mema sum; pcrnb.un s. J)('rl'(litm s uurn , pc uut up.m
scbagian at au scluruh ;1L1t;

cl. mcngatur atau mcmb.n.isi pav111;111 J(chisll1ga11


utau pcngat urun waktu kcrja ;
e. mcnggtuiakan a lat pclindung cliri yang s.su.u:

clan/ atuu
f. mclakukan pcngcndali.ui lainnva scs uu i (k11ga11
pcrkcmb.mgan ilmu pcngetahu,lll clan t e k noloui.
- 16 -

Pasal 1 1
( 1) Pcngukuran clan pcngcndaliun Getaran sebagaimana
dirnaksud dalarn Pasal 8 ayat ( 1) huruf c har us
dilakukan pada Tcmpat Kcrja yang memiliki sumbcr
buhaya Gctaran duri operasi pcralatun kerja.
(2) Tcrnpat Kcrja yang mcmiliki surnbcr bahava Gctaran
sebagaimana dimaksucl pada ayat ( 1) mcrupakan
Tempat Kerja yang te rdn pa t sumber Ge t a rn n padn
lcrigan dan Langan dan Gctarun scluruh tu bu h.
(3) Jika hasil pcngukuran Tcrnpat Kcrja scbagaimana
dimaksucl pada ayat (2) mclcbihi dari NAB harus
dilakukan pengcndalian.
(4) Pengendalian scbugaima na dimaksud pada mat (3)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumbcr Gctaran dari Tcmpat
Kerja;
b. mcngganti ala t, bahan , dan proses kcrja yang
rnenimbulkan sumber Getaran;
c. mengurungi pujunun Ge t aru n
menambah/ mcnyisipka n damping/ ban t a lan /
pereclam di antaru alat dan bagian tubuh yang
koritak clengan a lat kcrja;
d. rncmbatasi paja nun Gctarun mclalui pcngaturan
wa ktu kcrja;
e. pcnggunaan a lat pclinclung diri yan°
- t-,
so su:u:
dan/atau
I. mclakukan pcngcndalian lainnya scsuai clcngan
pcrkcrnbaugan ilmu pcngctahuan clan tcknologi.

Pasal 12
( 1) Pcngukuran dun pcngendalian Ge lorn bang Radio at au
Gelombang Mikro sebugaimanu climaksucl dalarn Pasul
8 ayat ( 1) huruf d harus dilakukan pada Tern pat Kc rja
yang mcmiliki sumbcr bahava Gclombang Radio a t au
Gelombang Mikro.
- 17 -

(2) Tcrnpat Kcrja yang mcmiliki risiko Golo ml iu m; J~adio


scbauaimunn dimaksud pud a avat ( 1) mcrupuka n
Te mpat Kcrja yang tcrdap.u radiasi clckt rom.umctik
dcngan frckwcn si sarnpai ckngan 300 Ml !z (tig:t ratus
mega hertz).
(3) Tcrnpat mcrniliki l\1 ikro
sebngairn.ma dirnak sud pada avat (I) mcrupnkan
Tcrnp.u Kcrja yang tcrdap.u radiasi clckt romagnctik
de ngrm frckwcn si cli atas '.)00 C1Hz (tig;1 rut us giga
hertz).
(4) Jika hn sil pcngukurun Tcmpat Kcrja scb,tgdirnana
dirnak sud pada ayat (2) d;111 (3) mc lcbihi du ri j\;:-\8
h ar u s clilakukan pe ngc-ndnli.ui.
(5) Pc nuc ndu li.m sebagairnnn.i dimaksud padn a\·;it (4)
dilak ukun clcngan:
a. mcnghilangkan surnbcr l~aciiasi Gclornbn nu I~adio
at au Gclombang Mik ro duri Ternpat Kcrj.i:
b. mcngisolasi at au mc mbnt a si paju na n <umber
J~;1ck1si Gclombang Radio atau Gclornb.mg \likro;
c. rncruncung Tcmpat Kcrju dcngan mcnggu11akan
pcrulnt.m protcksi rudius i;
d. rncrnbatasi wakt u paja nun i crhudup s umbcr
l~t1cliasi Gclornb.mg Rud:o ,1L1u C1clomh;mg \likro;
e. pcnggunaan a lat pclinc!ung c!iri y;rng scsu:u:
dan/atau
f. mclak uka n pcngcndalian la in nva scs uai ckngan
pcrkcrnb.mga n ilmu pcngctahuan clan tcknnlogi.

( 1) Pengukuran d.m pcngcnd.ilian Rudia si UI t rn Ungu


(Ultrn Violet) scbagaimuna dimaksud d a la m P,1sal 8
ayat (I) huruf c harus d il.ik ukn n padu Tc mp.u Kcrja
yang mcmiliki surnbcr b.ihuva Radin si Ult r.i Ungu
(Ultra Violet).
- 18 -

(2) Tcrnpat Kcrja yang mcrniliki potcnsi bahaya l~adiasi


Ultra Ungu (Ultra Violet) scbagaimana dirnak sud padn
ayat ( l) mcr u pa kan Tern pat Kerja yang tc rdu pu t
rad ia si clcktrornaunct
b ik dc nua
b n tpa njangb bcrclor11ban°h
180 (scrntus clclapan puluh) nano meter samp.ii 400
(empat rut us) nano meter.
(3) .Jika ha sil pengukuran Tcmpat Kcrja scbagaimana
dirnak sud pada avat (2) mclcbihi clari \!AB liarus
dilakukan pengendalian.
(4) Pcngcndalian scbuguimuna dimaksud pada avat (3)
dilakukan dengan:
a. mcnghilangkan sumbcr Radiasi Ultra Ungu (Ultra
Violet) dari Ternpat Kcrja;
b. mcngisolasi u ta u me mbuta si pajanun surnbcr
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet);
c. merancang Ternpat Kerja clcngan mcnucunaka
b:C:, n
peralatan protcksi rad ia si ;
d. mcrnbcrikan jarak aman sc suai dengan standar
antara sumbcr pajarian clan pckcrja;
e. membatasi pnjanan sumbcr Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet) rnelalui pe nga t urun wakt u kcrja;
f. pcnggunaan alat pclinclung d i ri yang scs.uai;
dan/ a tau
g. melakukan pengendalian lainnya se suai dcngan
pcrkcrnbangan ilmu pcngctahuan dan tckrwlugi.

Pasal 14
( 1) Pengukuran clan pcnge ndulian Medan Magnet Sta tis
scbagairnana dirnaksud dalarn Pasal 8 ayat ( 1) huruf f
harus dilakukan pada Tcmpat Kerja yang mcmiliki
sumber bahaya Medan Magnet Sta tis.
(2) Tcrnpat Kcrja yang mcmiliki sumbcr bahava Medan
Magnet Sta tis sebagairna na dirnak sud pacla avat ( 1)
mcrupakan Tcrnpat Kcrja yang tcrclapat suatu rncdan
atau area yang d itimbulkun olch pcrgcru ku n arus
listrik.
- 19 -

(3) .Iika hasil pcngukuran Tcmpat Kcrjn scbag;1imana


dirnak sud pada ayat (2) rn.-lr-bihi d.iri NAB harus
dilakukun pe ngcnduliu n.
(4) Pcngl·rnblian sebagc1imc1na dimak sud p.idn ;i\·;1t (·i)

dilakuk.in dcngan:
a. mcnghibngkan surnber Mcd a n rvL1gnet St at is dnri
Tcmpat Kcrja;
b. mcnggant i alut , bnhnn , clan proses kcrj.i vane
. h

mcnirnbulknn surnbcr xlcd.m \fognet St.at is:


c. mcngisolasi atuu mcrnb.u asi pajn na n s urnlxr
Medan Magnet St at is:
d. mcncat
t:, ur at au mc mbat asi wakt u p,1_1;ma11

t c r hada p s urnber Medan f\bgnct Statis;


e. mc ngut ur jar .. ik n ma n scs uai clengan Sundar
Na sionu l Indonesia a n t a ru s urn lx-r paja n..n chm
pckcrja:
I. mcnggurwan al.u pclinciung diri yang SL'SLwi;
clan/ a tau
g. mclakukan pcngcndalian l.rin nva se s ua i dcngan
pcrkernb.mgan ilmu pe ngctuh uan clan tekrwlogi.

Pa sal 15
( 1) Pengcndalian tckannn ud.ua scbugaimanu di mu k s ud
da la m Pa sal 8 avat ( 1) h ur uf g hu r u s d i lu k u ku n p;1cL1
Tcrn pa t Kcrja yang mcrniliki surnbcr bnhava Tcka na n

Cdara Ekst r im.


(2) Tcrnpat Kcrja yang rncrniliki surnbcr ha haya Tckn na n
Udura Ekstrim sebag;_1inw11a clirnak s ud pada ;_1:,.-at ( 1)
mcrupnkan Tcmp.n Kcrjn y . 111g kcda p air, di pcruirun
yang dnlam. clan pckcrjaan di bawah tariah .u.iu cli

(3) .Jiku ha sil pcmantuuun Tcmpat Kcrja scbauaimann


dirnaksud pada ayut (2) d.m avat (J) mcrupn kn n
Tckanan Udara Ek st rim hur us d il.rk uka u
pcrigcndulia n.
- 20 -

(4) Pcr.ucndnlian scbagaimana d irnu k sud pad a ;i\ a t (4)


dilak ukan dcnuan:
a. mcnghindari pckcrjaan pnda Tcrn pa t Kerj.. yang
mcmiliki surnbcr bu hava Tckar.an Ud.iru Ek st rirn;
b. mcngatur atau mernbat asi wa k tu p.rjarian
u-rhudap sumbcr bahav.: Tcka na n Udara Ekstrim:
c. rncnggunakan baj u kcrj.i :,;,mg se s uni:
d. mcnggunukun alu t pclinclung cliri yang sc·stw1;
clan/ at au
c. melakuk.m pcngcndu.ian lainnva se sun i <kngan
pcrkcrnbangun ilmu pe11gcL1huan dun te k nologi.

Pasal lb
( 1) Pengukuran dan pcngcndulian Pcncahuvaan
scbagairnana dimaksud dalu m Pn sal 8 ayut ( 1) 11 uruf g
har us dilakukan di Tc m pa t l~t·rj,i.
(2) Pcncahuyaan scbag,iimana d im.rks ud pada av.u ( 1)
mcliputi:
a. Pcnca havuan AL1mi: cl,111 a t a u
b. Pcncahavaan Buatan.
(3) .Iika husil pcrigukurun Pcnca huv.iu n scb<1g,1iman;1

dimak sud pada ayat ( 1) t id.ik SL'SWti clcngan st.mdar


dilak ukan pcngencblian agar intcnsitas Pcnc-ahnvna n
se su.ri derigun jeriis pekcrjaa n nva.
(4) Stn ndur Pcncuhuyaun scbagaimana climaksucl pada
ayat (3) tcrcantum du lam La mpira n ~,,mg mc-rupuk.ui
bagiun tidak tcrpisah kan clan Pc-rnt urnn Mcrit cri 111i.

Pasul 1 7
( 1) Pcricn huvan n Ala mi scbauaimu na dimaksud clalam
Pasul 16 ay,1t (2) huruf a me rupakan Pcnc-nhnvaa n
yang dihasilkan olch siriar rnu tu hu ri.
(2) Tcrnpat Kcrja yang mcnggun:1k,1n Pt·nc1h;1y;i,rn .rlami,
di sa in gcclung har us mcnj.unin l n tcn sit as Cahuva
sc su:n standur scbagairnnna climaksucl dalarn l\1sal lb
cl\"at (-+).
- 21 -

Pa sn l 18
( 1) Pc ncu havaan Bua tun scbag.umanu dimaksud d.rla m
Pasul 16 ayut (2) h uruf b du par diguriuka n .t pn bi la

Pcncahavaan alarni t iduk mcrncnuhi st n nt la r lnt('11siL1s


Cahuvu scbagaimana climaksucl dalurn Pasul 1 t > ava t
(4).
(2) Pcncuhayaan Buatun seb,1gainwna climaksuc! pada
a vat ( 1) t idak bolch mc nvcba bka n panus :,ang
bcrlcbihan a t a u mcngganggu l~l'DR.

l\1sal 1 q
(1) Sarun a Pcncahavuan darurtu hur us d iscdia ka n un t uk
pcnvclamatun dun cvuk uusi d alu m kcadaan darurut .
(2) Sarana Pcricn hava.m dar urut scbagaimana dim.iks ud
pad a .iyat ( 1) huru s mcrncriuhi pcrsyaratan:
a. bckcrja sccara otornatis;
b. rncmpunyai intcnsitas Pc ncu hnvnnn yang cuk up
untuk rn c la k u k: m «va k ua si dun 1
a tau
pcnvcl.un.u a n :,;,mg a m.u i; dun
c. dipasang pad.i jalur cv.ik un si at au a ksc s ja la n

k.-Iuur.
(3) Ak scs jalun kcluar scbagairnana dimaksud pad a ava t
(2) huruf c hu ru s dilcngkupi garis pcn unjuk jala n
kcluar yang tcrbu.u dnri bu ha n reflckt if cL111 arau
mcmancarkun cahuva.

Bagian Kct iga


Fuk tor Kimi.i

Pasal 2U
( 1) Pcrigukuran clan pcngL·nd,dian Faktor Kirnia
sc b.uzui mun a dirnaksud dal.un Pa sul 5 ava t (2) l rur uf b
harus d ila k u ka n padn Tcrnpat Kcrja yang mcrniliki
pot c n si ba hnva ba hu n kirnia.
- 22 -

(2) Pcnuukuran Fuk tor Ki mia scbagaimana dimuk sud


padu avat (I) dilakuk.m tcrh;1clap puja nrm nv.r clan
terhudup pckcrja yang tcrpaja n.
(J) Pcngu kuran tcrhudap pajun.u i scbaguimuna dim.ik sud
pada avat (I) yang hasilnva urituk dibandingkun
derigan NAB harus dil.ikukan paling singkat sc-l.una h
(enam) jam.
(4) Pcngukuran scbagaimana dimak sud pudu ;1,·;1 t ( 1)
yang hu silnva untuk d ibn nd i nukn n clcng;m PSD. hur us
dilakukan paling singknr sela mu 15 (Iimn bclus) rncnit
scbanvak 4 (cmpat) ku li dal.un d ura si 8 (dclup.ui] jam
kerj.i.
(.5) Pengukuran sebagaimana dimaksucl pad a ;1>·;1 t (I)
yang hu silnva untuk dibandiugk.in dcng;m h:TD hur us
dilak ukan mcnggunukan ulu t pcru b.ic.uui L1ngsung
untuk mcrnast ikan t iduk tcrl.unpaui.
(6) Pcngukuran Fak tor Kirnia t cr hadnp pckcrj.. >·;_rng
rncngalami pajunan scbuga imuu a dimuk sud pada ay.u
(2) dil.ikukan mclalui Pcrncrik suan kcschatan k h us u s
padu spcsimcn t u buh Tenaga Kcrja d a n d iba nd inp kn n
dcriga n !PD.
(7) NAB scbagaima na d imu k s ud p.ida avat (2), a,·c1t (3),
ayat (4) clan IP13 scbagaimnua c!imaksucl pad.i .ivut (h)
tcrcant urn da la m l.a mpiran yang mcrupakan bagian
tida k tcrpisuh kun d.ui Pcra turun Mcn tcri ini.

Pasal 21
( 1) .Jika hasil pcngukuran t crh adup paja nun mc lcbihi '.'JA£1
dan husil pcnguk uran Fak tor Kirnia t crhudap Tc11ag;1
Kcrja yang mrngula mi paj.m.m mclcbihi !PB har us
dil.i k u k.i 11 p(' ngcrid.: Ii, i n .
(:2) Pcnucndalian scbc1gc1i111;11w dimu k sud pc1cL1 ;i\ .tt ( 1)

dilakukan dcngan:
a. mcnghil.mgkun sumbcr potcn si bahuya k imia dari
Tcmpat Kcrja;
- 23 -

b. rncngganti bahan kimia c!cngan bahan k imi.i lain


va nub
. t idn k mcmpunv.u potcnsi
potcnsi buhaya y,111g lcbih rcridn h ;
c. mcrncdifikasi proses kcrj.. :-,ang mc nirnbulkan
surnbcr potcnsi bahuvu kimia;
d. mcngisolasi a tnu mcrnb.u asi pnj arian sumbcr
putcnsi bahuvu kirnia;
e. mcnyccliakan sistcm vcnt ilasi:
f. rne mbata si pajn nun surnbcr pot c n si b.ihav»
kirnia mclalui pcngatur.in wn ktu kcrja ;
g. mcrotasi Tenaga Kcrja;
h. kc du lu m proses pckcrj.i.m :-:ang t iclak ltTcL1pat
pot cn si b;ihaya bahun kirnia:
1. pcnycdiaan lcrnba r data kc sclarnnt an bal1<111 clan
label ba ha n kimia;

J. pcngguriaan
hh a lat pclinc!ung cliri
c!an/atau
k. pcngc ndulian la inn va scs Lia! t inuka t
risiko.
Bagian Kccmpat
Faktor Biologi

Pasul :.22
( 1) Pengukurun. 1x·m,111L1w111, cL111 pcngcridn lian Fuktor
Biolugi scbugaima na dimaksud dalam Pa sal S ayat (2)
h ur uf c harus dilak ukan padu Tcmpat Kcrj.: .',,tng
mcmiliki pot c n si bahaya Faktor Biologi.
(2) Potcnsi bahava Faktor Biologi scbagaimana d imn k s ucl
padu ayat (1) mcliput i:
a. mikro organismu c!an/at<1u toksinnya;
b. art hopoda dan/atau tok sinnva;

c. hcwan invcrtcbr.ua dan ,' at au tok s in nva ;


d. alcrgcn cl,111 toksin dur: t umbuhun ;
c. binatung bcr bi sa ;
f. bin a tang buas: c!.111
- 24 -

g. produk binatang chm tumbuhan yang bcrbahava


lainnya.
(3) Faktor Biologi scbagaimana dirnaksud pacla avnt (2)
huruf a dilakuknn pengukurun.
(4) Faktor Biologi scbaguimuua climaksud pada a:;at (2)
huruf b, huruf c, huruf cl, huruf c, huruf f', clan h uruf g
dilakukan pcmantauan.
(5) Dalarn ha! basil perigukuran scbagaimann clirnak sud
pada ayut (3) mclcbihi standar harus dilakukan
pengcndalian.
(6) Dalarn hal basil pernantuuun scbagaimana dirnaksud
pada ayat (4) tcrdapat potcnsi bahava harus dilakukan
pengcndalian.
(7) Potcnsi bahava Faktor I3iologi scbagaimana dirnak sud
pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, clan
huruf g dilakukan pcngcnclalian dcngan:
a. mcnghilangkan surnbcr bahava Fn k tor Biologi
dari Tcrnpat Kerja;
b. mcngganti baha n, clan proses kcrja vaneb
-

mcnirnbulkan sumbcr bahaya Faktor Biologi;


c. mcngisolasi at au mcrnbat asi pajanan sumbcr
bahaya Faktor Biologi;
d. mcnycd iakan sistcrn vc ntilasi ;
e. mcngatur atau rncmbatasi wa kt u pujanan

tcrhudap sumber bahuvu Fak tor Biologi;


f. mcnggunakan baju kcrja yang se suai:
g. mcnggunakan a la t pclinclung cliri yang sc suai;
h. mcrnasang rambu-r.rmbu yang sc suai:
1. mcmbcrikan vaksiriasi apabila mcmungkinkan;
J. mcningkatkan Higicnc pcrorangan;
k. mcrnbcrikan dcsi nfckt a n:
1. pcnvcdiaan fasilita s Sanitasi bc rupa air mcngalir
clan antiscptik; clan/ utu u
m. pcngcndalian lainnya sc suar c!cnoan
h
tingkat
risiko.
- 25 -

(8) Potensi bahuya Faktor Biologi scbagaimana dirnaksud


pada avat (2) huruf c dan huruf f dilakukan
pcngcndalian clcngan:
a. menghilangkan dan/atau mcnghinclari s urnbcr
bahaya binatang dari Tcrnpat Kcrja;
b. mcngisolasi atau mcrnbatasi pajarian surnbcr
bahaya Faktor I3iologi;
c. rnenggunakan ula t pclindung diri yang sc suui:
d. rncmasang rambu-rambu yang scsuai; clan/ atau
c. pcngcndalian lai n nva se suru dengan t ingkat

risiko.
(9) Standar Faktor Biologi scbagaimana dimaksud pada
ayat (5) tcrcantum clalam Larnpiran yang mcrupakan
bagian tidak tcrpisahkan dari Pcra turn n Mcntcri ini.

Bagian Ke lima
Faktor Ergonomi

Pasal 23
( 1) Pengukuran clan pcngcndalian Faktor Eruonorni
::-,

sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5 ayat (2) h ur uf d


harus dilakukan pada Tcrnpat Kcrja yang mcrniliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi.
(2) Potensi bah a ya Faktor Ergonomi sebagaimana
dirnaksud pada avat ( 1) mcliputi:
a. cara kcrja, posisi kcrju, clan postur t ubuh

tidak sesuai saat melakukun pckcrjaan;


b. desain alat kerju dun Ternpat Kerju yang tiduk
scsuai dcrigan antropomctri Tenaga Kcrja; clan
c. pcngangkatan bcban yang mclcbihi kapa sit a s
kerja.
(3) Jika hasil pcngukuran scbagaimana dirnaksud pada
a vat ( 1) terdapat potensi bahaya harus dilakukan
pcngcndalian schingga mcmcnuhi standar.
- 26 -

(4) Pe ngc ndul ia n scb.uzairn.ma d irr.u k sud p,tcb d\ at (])


dilakuknn clcngan:
a. m.-nghindari posisi kcrja )·~mg janggal;
b. mcrnperbuiki cara kcrju dun posisi kcrja ;
c. mcndes.iin kcrnbali n t a u rncngganti Tcrnpa ; Kerja ,
objck kr-rja, ha hu n , dcs,tin Tt-rnpat Ke rj.i. dun
pcralatan kerja;
d. rncmodifiku si Tcrnpat Kcrja , o bjck k crja , bah;111,
dcsuin Tcrnpat Kcrja, clan pcral.u an ki-rja ;
c. mcngatur wak t u kcrja clan wa k t u isti rnhut ;
f. mcluk ukun pckcrjaan dcng.m sikap tubuh d.ilarn
posisi nctral a tau ba ik ; dun / a tau
g. mcnggunakan a la t b.m t u.
(5) Sturidur Faktor Ergonomi seb;1gaim;ma dim.iks ud padu
ayat (3) tcrcarit um dalarn Larnpira n yang mcrupak.m
bagian t ida k tc-rpisuh kan clari Pc ra t u ra n Mc n teri i n i.

B:tgian Kccruu n
Faktor Ps ikolou:

Pasal 24
( 1) Pcngukuran clan pcngc ndalia n Fa ktor Psi koloui
scbagaimana dimak sud dularn Pu sal 5 ayat (2) h uruf c
harus dilakukun pada Tcrnpat Kcrja yang mcrnilik i
potcnsi bahaya Fakt or Psikolugi.
(2) Potcnsi ba hava Fak t or Psikologi scbag,timan;i
dirnaksucl p,HLI avut ( 1) rncliputi:
a. l«.t idakjclasan / kctuk suan pc ran;
b. konflik pcru n:
c. bcban kcrja bcrlcbih sccaru k ua li t at if;
cl. be ban kcrja bcrlcbih scc.iru k uu nt itut if;
c. pcngcrnbangan kar ir; da nrat au
f. tanggung jawa h terhudup orang lain.
- 27 -

(3) .Jika hasil pcngukurun scbag;1im;rna dirnak sud p.rdu


avat ( 1) tcrdapat potcn si bahava scbag:iim;ma
dimak sud pada ava t (2) harus dilakukan pcngcnclali,m
scsuai sturidar.
(4) Pcrigc ndalian se bagaimann dimak sud pada u:·;at (:1)
dilak ukun sctclah penilui.m risiko dan d idu p.u ka n
Iaktor yang bcrkontribusi.
(5) Pengcndnlinn scb.igaimann dirnak sud pada ;1\·,1t (4)

mclalui munnjcrncn stress dcriga n:


a. mcluk ukun pcrnilihu n, pe ncmpu t .i n d.in

pcncliclikan pclatihan bagi Tenaga Kcrja;


b. mcngadakan program
h kc bugaran
Kerja;
c. mcngadukan program konscling;
cl. mcngaclakan kom u n ika si orga n isn sional sccura
mcmadai;
c. mcrnbcrikan kcbcbasun b,igi Tenaga Kcrj.. unt uk
mcrnbcrikan masukan d.ilum proses pc ngarnbil.m
kcput usan:
f. me ngubnh struktur orgarnsasr, fungsi dun / a tau
dcng.m mer .. mcam; kcmbali pckcrj .. ia n yang .ida:
g. menggunakan sist c m pe mbc riun im ba l.m
t ertcnt.u: du n yatu u
h. pcngcndalian lainnya scs uui ckngan kc but uhar..
(6) Sta ndar Faktor Psikologi scbagaimana climaksucl pacla
ayat (3) tcrcan t um dalam Larnpiran yang mcr upakan
bagia n t iduk tcr pixah ku n dn ri Pcrut uran Me n t cr i ini.

Pusal 2:)
Dalarn ha! tcrjadi kasus ukiba t kcrja
disebabk.m olch Iaktor Lingkungan Kcrja dilukuk:m
program pcngc ndn lian cl,111 p.-na nga na n scsu;11 ckngan
stanclar dun kctcntuan pcru t urun pcr undang-und.uig.m.
- 28 -

B:\B III

Pl~NEI~APA\ l lIGil<.:'.'JE DAN SA'.'JITASI

lbgian Kc sat u
Bangun.m Tvrnpa t Kcrja

Pa sal 2h
( 1) Higiene clan Sa n it a si scbagaimann climaksucl clalarn
Pa sal 5 avat (3) h uruf a haru s ditcrn pka n pud« sct iap
Bangunun Tern pat Kerja.
(2) Penerupan I ligicne du 11 Sanitasi scbag;1inw11a
dirnak sud pada ay.u ( 1) mclipu t i:
a. halaman:
b.
c. bangurian bawah t a nn h.

Paragrnf 1
l lalamun

Pasal 27
( 1) l Ialarnan scbagniman., d imn kaud dula m Pa sal 2t) avn t
(2) huruf ,1 harus:
a. bcrsih , tcruu.i rapi, ru t a , da n ticlak bccck ; du n
b. cukup lua s untuk l.ilu li nt a s orang clan barnng.
(2) .Iika t crdupat saluran air pcmbun ngan pada ha l.urin n ,
muka saluran air harus tcrt ut u p chm tcrbu.u dn ri
bahan yang cukup kuat scrtn a ir huanga n harus
mcngalir dan t iduk bolch tcrgcnang.

Gcclung

Pasal 28
( 1) Pcne rapan H igicrw da n Su n i ta si

scbagaimuna dirnak sud dnl.irn Pa sal 26 avat (2) h ur uf


b mcli put i:
a. clinding dun langit-bngit;
- 29 -

b. auip; dan
c. lan tui.
(2) Pcncrupun I lieicnc
b dun
climaksucl pada ayut ( 1) clilakukan untuk rnernast ika n
gcclung dalarn konclisi:
a. tcrpclihara chm bcr sil i;
b. kuat clan kokoh strukturnva; ch111
c. cukup lua s schiriggu mernberiknn r uuru; gcrak
paling scclikit 2 (dua) meter perscgi per orang.

Dinding clan langit-Iangit scbagaimn nu climaksucl d.ilarn


Pn sal 28 avat ( 1) huruf a h ar u s:
a. kcring .uau t idak lcmbab;
b. d icat clan/atau mudah d ibcr si h ka n ;
c. d ila k uku n pc ngccu tu n ul.mg paling sedikit :; (lirnu]
tah un sckali ; clan
cl. clibcrsihkan paling scdikit 1 (sa t u) ka li se tah un.

Pasal 30
Lan tai sclx1gairn;_111a dimaksud dalam Pa sal 28 av.rt ( 1)
huruf b harus:
a. terbuat duri b.ihun yang kcru s , tuhu n air, chm t a hu n
dar i bahan kirnia yang mcru su k:
b. datar, t idak licin, chm mud.ih dibcrsihkan; clan
c. dibcrsihkan sccara tcra t ur.

Pasal 31
Ata p scbagaimana climaksucl dalarn Pa sal 28 avat ( l) h uruf
c harus:
a. murnpu rncrnbcrikun pcr lirid urigun clari pan as
ma t ahuri clan h uja 11; clan
b. tiduk bocor, t idak bcrlubang, dun tiduk bcrjamur.
- 30 -

Paragraf 3
Banuumu: Bawah Ta n.ih

Pa sa l 32
(I) Pcricrapan Higicn« clan Sanitasi pada bar:gwwn
bawah tunah seb.iga imanu dimaksud dalam P:!s:li .2()

avat (2) huruf c dilakukun untuk mcrn.rst ikn n

bangunan bawah tn na h:
a. mernpunvai struktur yang kuut ;
b. mernpunvai sis tern vc nt ila si udara ;
c. mempunyai surnbcr Pcncahavan n:
d. mcmpunvai saluran pcmbuangan air yang
mcngalir dcngan baik; du n
c. lxrsih dun tcraw.u dcnuan ba ik.
(2) Dala m ha! bangun:111 h:1\\·;ih tu ria h scbagaimana
dimak sud padu a_\·at (I) mcrupakan ruang te r bat a s.
pcncrapan l licicnc
t"J clan Sanitasi diluk uk.m scs u.u
dcnga n kc tent uan pc rat urun pc rundana-und.mp. 111.

I3agian Kcd ua
Fa silit as Kcbcr sihan

Pasal 33
( 1) Fasilitas Kelx-rsib.m scbng.umuna dirnak sud dalurn
Pa sal 5 a vat (3) h uruf b harus di scdiaka n pncia set i.: p
Tcrnpat Kcrja.
(2) Fu si li t a s Kcbcrsih.ui scbagairnana dimak sud pad.: avu t
( 1) paling scdikit rncliput i:
a. Toilet dan kclc ngkupu nuva:
b. Joker clan ruang ganti pakuiun ;
c. tern pat sa mpa h; clan

cl. pcralatan Kebcrsiha n.

Pa sa l J4
( 1) Toilet scbagairnanu d imukxud dula m Pa sa l :n avut (.2)
huruf a harus:
a. bcr s ih da n t id.ik mcnimbulka n ba u;
- 31 -

b. t idak ada lalat , nva m uk , at au scrungg« :,:,111g


lainnva;
c. tcrscdia salurn n pcmbuangan air .vang nwngalir
clcngan baik;
cl. t crscdia air bcr sih ;
c. dilcngkapi dc nga n pin t u;
f. rncrn il ik i pcncrung.m ~·,mg cukup;
g. rncrni liki sirkulasi udu ra ~·ang ba ik:
h. dibcrsihkan sct iap hari sccara pcriodik; clan
1. dapat digunaknn sclarna jam kcrja.
(2) Kc lcngkapan fa sili tus Toilet scbagaimana dirn.ik sud
pada avat ( 1) p.ilinj; scdikit mcliputi:
a. jarnban,
b. air bcrsih yang cukup;
c. ulu t pcmbilas;
d. tcrnpat s.unp.ih ;
e. umpat cuci tung.m ; clan
r. sabun.
(3) Pcncmpatun Toilet scbagaimana c!imaksucl pad.. ay,1 t
( 1) hur us tcrpisah antara laki lak i, pcrcrnpunri, clan
pcnyandang cucat , sert a dibcrikan t.uida yang jcl.rs.
(4) Dalam ha! Pcr u sa hua n mcnycdiakan tcrnpa t maridi,
pc r sv.uatun tcrnpat mn ndi hur u s rnc mcriu hi kct en t uu n
scbagaimana clirnaksucl par lu avat ( 1 ).
(5) Untuk mcnjarnin kccukup.m alas kcbut uhan j.un b.u i
dc nga n jurnlah Tenaga Kcrj.. dalarn sat u wukt u kcrja.
haru s rnemenuhi kctentuan seb.igai bcrikut:
a. untuk 1 (s.u u) s.impai 15 (lirn.: bcla s] orang
(s.u u) jarnbun:
b. untuk l(J (cnurn bcIus) sn m p.u 30 (tig,t puluh]
orang= 2 (d'ua) jamban ;
c. untuk 31 (tiga puluh satu) sarnp.u 45 (crnpat
puluh Ii ma] o rurig = 3 (tiga) jarnba n ;
cl. u nt.uk 46 (cmpat puluh c nurn) sarn pai ()0 (c nu m
puluh) or.mg ~ 4 (c-mp.u] ju mb.ui:
- 32 -

c. un t uk 61 (c narn puluh s.u u) su rn p:u 80 (c:cLqx1n


puluh) orang= S (Ii ma] j.unbu n;
f. untuk 81 (de la pan puluh sat u) sa m p.u 100
(scratus) orang= 6 (cnam) jam ban; clan

g. sctiap pc nambuhan 40 (cmpat puluhj ora nu~


ditarnbahkan 1 (sn t u] ja rn ba n.
(6) Dala m ha! Toilet lak i-ln k i mc nvcdia kun L1silitc1s
pct ura san , jurnlah jam ban tid.ik bolch k ura ng d.i r i 2/ J
(du« pcrtiga) jurnlah jamb.in yang d ipe r sv.irut ku n
scbagaimanu dimaksud padu uyat (5).
(7) Dal.un ha! Tcrnpa t Kcrja tcrrna suk dnln n: nrc.i

konstruksi at au Tcrnpa t IS.:crja scmcntnrn, hnr u s


mcmcnuhi kctcntuan paling scdikit scbagai bcrik ut:
a. untuk 1 (sat u] s.impai 1 CJ (scrnbila n bclas) ( 1rang =
1 (satu) ja mba n:
b. un t uk 20 (dun puluh) sa mp.u 199 (scrut us
sc mbilu n puluh scmbil.m] orang= 1 (sai u) j.unban
dun 1 (sa t u) pct urusan un t uk sct i.ip 40 (cmpat
puluh) orang;
c. unt uk 200 (dua rut us] orang ata u lcbih = 1 (satu)
j.unban chm 1 (sat u] pct urn sa n untuk sr t i.rp SO
(lirna puluh] orang.
(8) Dalarn ha! tcrdapat Tenaga Kcrja pcrcrnpuan di area
konstruksi at au Te mpa t Kcrja scrncn tu rn sebag;iimana
dirnak sud pada avat (7) maka harus rncrncu uhi
kctcnt uan scbagaimana dim.ik sud pad a avat (J).

( 1) Ruang Toilet paling scdik it bcrukurun punj.u ig 80


(delapan puluh) sc nt imctcr, lcbar 155 (scrat us limn
puluh lima) scntimctcr, da n tinggi 220 (d ua rn t u s d u.i
puluh] scntirnctcr dcrigan lcbar pintu 70 (tujuh puluh)
scnt imctcr.
- 33 -

(2) Ruang Toilet untuk pcnyandarig disabilit as har us


memenuhi pcr sva rn tn n:
a. Pu njang 152 ,:i (scru t us limn puluh cl u.t kornu
limn] scntimctcr;
b. leba r 227.~ (d ua rn t u s clua puluh tujuh korn.i
lima) se n t imct cr:
c. tinggi 240 (dua ratus crnpat puluh) scn timcu-r:
d. mcmpunyai akscs ma suk clan kcluar :,.:ang mudah
diblui;
c. mcrupunvai Iua s ruang bcba s yang cuk up unt uk
pcriggunu k ursi roda bcrrnan uvcr 180 lst-ratus
dclapan puluh) dcrajat ;
f. lcbar pintu mu suk bcruk uran paling scclikit 90
(scrnbilan puluh) sc nt irnctcr yang muduh clibuka
dun ditutup.
g. pintu Toilet dile ngkupi cknga11 plat kncbng di
bagian bawah pintu untuk pcngguna k ursi rod.i
dun pcnyandang disahilitus nct ra ;
h. kcmiringan l.m tai t id a k lc bih dari -I (tujuh)

pcr sc n; dun
!. mcmpunv,u ra mba t untuk
mcmudahkan pengguna k ur si rod.i berpindah
dari k ursi roda kc jam ban .it.aupun scba liknv ;1.

Pasal 36
(1) Tenaga Kerja dalarn pcrusahuun t eru.nt u dupa t
diwajibkan mcrnakai pukuia n kcrja scs uai svu rat-
syarat K3 yang ditc tu pka n.
(2) Pakaian kerja selx1gairnana dimaksucl padu a\ .it (I)

harus discdiak.m olch Pcnuurus.


(3) Dalarn ha! Tenaga Kcrja mcnggunakan pakaian kcrja
hn nva scla mu bckcrja , Pe ngurus harus mc nvcdiuka n
ruang ganti pukuia n yang bcr sih , tcrpisah a nt ar.t la k i-
laki dan pcrcmpuan scrtu pc rnu ka ian nva h a r u s d ia t ur

agar t iduk bcrdc sakn n.


- 34 -

(4) Ruang g;mti pak.iian scb,u.;t1imana dimak sud pad.i


(3) hu r u s tcr scd ia tern pat me nvirnpn n

pakaian zlokcr unt uk sct iap Pckcrja y;mg tcrj.unir:


kcamanarinva.

Pasal 37
(1) Tcmpat sarnpah dun pcralatan Kcbcr sihan
scbagairnana dimaksud dalarn Pa sal 34 ava t (31 liur uf
c harus disedi.ikan p.idn sctia p Tc mpa t Kcrja.
(2) Tcmpat sarnpah scbagaima na dimaksud pada ,1\·at (I)
paling scdikit har us:
a. tcrpisah clan d ibcr ika n label untuk s.rrnpah
organik, 11011 organik , d.m ba hu n be rb.ihuvn
sc suai dcngan kc tent uan pc rut uran pcr uudn nu-
undnrig.m:
b. dilcngka pi dcncran
b pcnutup dn n t crbun t d.u:
bahan kcdap air; chm
d. tidak mcnjac!i sarang lala t at au biriatang scrangg;1
yang lain.

Pas.il 38
( 1) Tern pat pembu.mg.m pemb.ilut harus d isediuk.m pnd.i
ruang Toilet pcre mpuu n.
(2) Tcmpat pcrnbua ngan pcmba lut scbagairnanu
dimak sud pada ayat ( 1) h.uus:
a. terbuat dari bahan yang kcdap cairun ;
b. dilcngkapi dcngan pc n u t up; dan
c. dibcrikan label yang jcla s.
(3) Tcmpat pc mbun ng.m pcrnbalut sc batza irna nu
dimak sud pnd.i ayilt (I) h.uus dibcr sih ka n sct iap h.ir i.
- 35 -

Kc but uhan Udara

( 1) Kcbutuhan at as uclara bcrsih clan SC hat

scbagaima na clirnaksucl dal.im Pa sal :'1 avat (,1) h ur uf c


harus dipcn uhi pada sct iap Tcrnpat Kcrja.
(2) Pcmcrruhan kcbut uhan udarn cli Tcrnpar Ke rjn
scbagaimana climaksud pada avat ( 1) dilakukn n
melalui:
a. KUDI~;
b. vcn t ilasi: clan

c. ruang udnru.

Pa sal 10 0

( 1) Tcmp.n Kcrja untuk mcla ku ku n JC!l!S pckcrjaa n


administratif, pclavanu n urnurn d a n fungsi ma n.ijc r ia l
harus rncrncnuhi l~UDI~ yang se hat clan ber s ih.
(2) KUDR scbngaimunu dimak sud pada avu t (1)
ditcntukan olch suhu, kclcrnbaban, kadar oksigcn
clan k adar kontarninan udnr.r.
(3) Si ih u ruungun y,lllg nvu rn.m hur us dipcrtuh.uikun
clcngan kc tent ua n:
a. Suhu Kcring 2311C (d u.i puluh tiga clcrnjut n·lsius)
- 26°C (cl ua puluh e num dcrajut cclsius) ckng,lll
kclcrnbabun °+0% (ernpat puluh person] - 60'\,
(c11arn puluh per sen].
b. pcrbcdaan suh u antar r u.mg.m t idak mc.cbihi
S"C (Iima dcrajat cclsius).
(4) Kadar oksigcn scbagnimanu dimaksud pada avu t (.l.)
scbcsar 19,51:i, (scrnbilan bcln s kornu lima pcrscn)
sa mp.u dcng.in 23,5';;, (dua puluh tiga kornu limu
pcrsc n) duri volume udura.
- 36 -

(5) Kadar kontaminan atuu polutan scbagaimana


dimaksud pada aya t (2) tercantum dalarn Lampira n
yang mcrupakan ticlak tcrpisahkan dari
Pcrat uran Mentcri ini.

Pasal 41
( 1) Pcngurus clan/ a tau Pcngusahu wajib mcnycdiakan
sistcm vcntilasi udara untuk mcnjamin kcbutuhan
udara Pckcrja clan/a tau mcngurangi kadar
konturninnn di Tcmpat Kcrja.
(2) Sistcm ventilasi scbagairnana dimaksud pada avat ( 1)
dapat bcrsifat alarni atau buatan atau kornbina si
kcduanya.
(3) Dalam ha! mcruzuuria
hh kan vc n tilasi bua tu n maka
vcntilasi tcrscbut harus dibersihkan sccara bcrkula
paling scdikit 3 (tiga) bulun sckali atau se suai clcngan
kelentuan peraturan pcrundang-unclangan.

Pasal42
( 1) Setiap ornng yang bckcrja dalarn ruangan harus
mendapat ruang udara (cubic space) paling scclikit 10
(scpuluh) meter kubik.
(2) Ruangan sebagairnana dimaksud pada ayat ( 1) harus
mcmcnuhi ketcntuan:
a. tinggi Tcrnpat Kerja diukur dari lantai sampai
dacrah langit-langit paling sedikit 3 (tiga) meter;
dan
b. tinggi ruangan yang lcbih dari 4 (cm put) meter
tidak dapat dipakai untuk mempcrhitungkan
ruang udara se bagaimana dimaksud pad a
ayat (1).
- 37 -

Bagia n Kccmput
Tata Laksaria Kcrurnahtangga.m

Pas~t! 4 J
( 1) Pcngu sahn dan/ a tau Pcngurus harus mclaksanakan
kctatnrumaht.mgg.mn clcng,111 ba ik di Tcrnpa t Kr-rja.
(2) Kctatarumahtanggaan buik
dimaksucl pad a ayat ( 1) mclipu ti upava:
a. mcm isah kan a lat. pcrkakas. dan bah an vang
dipcrlukan atau digunukan;
b. mcnata a lat , pcrkuku s, dun ba hu n sc su.u ckngan
posisi yang d ite tn pka n;
c. mcrnbcrsihkan al:n , pr r kn ka s , clan bn ha n sccaru
rutin;
cl. mc nct a pku n clan mclak sa na kan proscdur
Kcbcrsihn n, pc nc mputu n dun pcnn tun n untuk
a lut , pcrkuka s. d,111 b,tl1,111;
c. men ucrn
:--, ban :--,
ckan proscd ur 1-..:el)l'rsihan.
pcncmpatan clan pcnut aan unt uk a lat , pcrkaka s,
dun buhan.

Pasal '1·l
( 1) Alat kerja, per kakus, clan bahun harus d it a t a clan
disirnpan sccaru rapi dun tcrt ib untuk mcnjumin
kelancarnn pckcrjaan clan t iduk rne nimbulkan b.ihnv»
kecc In kaa n.
(2) Bahun scbagairnana dimak s ud pada ayut ( 1) disirnpan
di gucbng clan d ibcri label yang jclus urit uk
rncrn lx-du kn n barang-bar,mg u-rsebut
- 38 -

I3AD IV
PEl~SUNIL 1,3

Bagian Kc sa tu
Um um

l\tsal 45
( 1) Pengukur.m clan pcngcnd.rli.m Lingkurig.m l,l'rj;1
scbagaimunu dimuk sud dulu m Pasal 5 ayat (2) h a ru s
dilakukan olch pcrsonil KJ hidnrig Lingkungan Kcrja.
(2) Pcrsonil K3 scbagaiman.i dimak sud p.idn ,l\'itt ( 1)
mcliputi:
a. Ahli K3 Muda Lingk ung.in Kcrja;
b. Ahli K3 Mudyu Lingkungan Kcrja: clan
c. Ahli K3 Ut ama l.ingkunga n Kcrja.
(3) Pcrsonil K3 sebagai mnnn dirna k sud pncia ,1::c: t ( 1)
h ar u s mcrniliki kornpctcnsi clan kl'wc11;111g;i1~ 1...,:3
bidang lingkungan kerja.
(4) Sert ifi kasi kompetcnsi pcrsonil K3 bidang Lingkungan
Kerja scbagairnana dirnak sud pada ayut (2) d iluk uka n
se suai dcnoan
h kctcm uun pcraturan pc ru ridun o-
b

und.ingan.
(5) Kcwcnungan pcrsonil 1,3 bidang Lingk unu.m Kcrjn
sebagaimana dirnaksud pada ava t ( 1) d ibuk t ikan
dengan liscnsi K3 clan surnt kcputusan pcnunjukan.

Kornpc tc n si Pc rso nil K3

Pasal ,J()

Kompctcnsi pcrsonil K3 scbuguirnaria dirnaksud dala m


Pa sal 45 ava t (2) se s ua i Stu nd.ir Kompctcnsi Kcrjn Nasional
Indonesia yang ditctapkan olch Mc ntcri.
- 39 -

l3<1gian Kctiga

Pcrsvarutan Pcnunjuk.ui Pcr so ni l K3

Pa su l <\ 7
Pcrsoriil yang bcrwcnarig scbagairnana dirna ks ud dula m
Pasal 45 nyat (2) huruf a harus mcrncn uhi pc rsvar.un n:
a. bcrpcndidikan paling rcnduh Diploma 3 (tiga);
b. berpcngalarnan paling scdikit 1 (satu) rahun clalam
mcmban tu pcngu k urn n clan pcngcncialian lingkungan
kcrja;
c. mcrniliki scrt ifikat kumpctcnsi scs ua i bicidngn:-, ;i: d.in
cl. berbadan schat bcrda sarkan surat kctcra nuan dn ri
doktcr.

Pasal48
Pcrsonil yang bcrweriang scbaguimana climaksud d.ila m
Pa sal 45 avat (2) huruf b harus mcmcriuhi pcrsyar.un n:
a. bcrpcndidikan paling rcndah Diploma 3 (tiga);
b. bcrpcngalamun paling scdikit 3 (tiga) tah un scbagai
Ahli K3 Muda Lingkungan Kcrja:
c. mcmiliki sert ifikat kornpctcnsi SL'SUai bidungnya ; clan
cl. bcrbadan schat bcrdasarkan s urut kc tera ng.m dnri
doktcr.

Pa sal 4<J

Pcrsunil va ng bcrwcriang scbagaimana dimaksucl c:,1lam


Pasal 45 ava t (2) huruf c harus mc mcrruhi pc rsyaratn n:
a. berpcndidikan paling rcndah Diploma 3 (tiga):
b. bcrpcngalarnan paling scdikit 5 (Ii ma] tah un st·bagai
Ahli K3 Madya Lingkungan Kcrja;
c. mcmiliki scrt ifikat kompctensi sc suai bidnngnv.i; clan
d. bcrbadan scl ia t bc rdu sarkn n surat kct crangan dari
doktcr.
- 40 -

Bagi;rn Kc(·mp;it

Tata Carn Me mpcrolch Lise nsi KJ

Pa sul 50

(1) Untuk mcrnpcrolch lisensi 1,,:3 Ahli KJ


Kcrja , Pcngusaha cbn/ a tau Pcngurus mcngujukan
pcrmohonan tcrtulis kcpad.i Dirck t u r .Jr-ndcrnl cl('ng;m
mclarnpirkan:
a. fotokopi ijazah tcrukhir:
b. surat ke tcra nga n pcngalaman kc rj a
clitcrbitkan olch pcr usnhun n ;
c. surat kctcrangan schu t d.ui dok ter:
cl. Iotokopi kart u tanda pc-ridud u k:
c. fotokopi scrt ifikat kompctcn si:
1) Ahli Muda l ligic nc Jndustri (HJMU) untuk
mcndaput kau liscnsi 1,,:3 Ahli K3 \Iucla
Lingkungan Kcrja;
2) Ahli M adva I I igic nc Incl us tri (Hl M A) u n tu k
mendapatkan lisc n si KJ Ahli KJ \lad\'a
Lingkungan Kcrja;
3) Ahli Utnma Higicnc Inclustri (IIIC) urn uk
mcndapa.kan liscnsi 1,,:J Ahli Utarnu 1,,:3

I, 2 (dua) lcrnbar pas Ioto bcrwur nn uk uran ) x J


(dua kali t iga) dan 4 x () (cmpa t ka li cnu m},
(2) Pcrrnohonan scbagairnana climaksud pada avat ( 1)
d ilak ukan Pcrnerik saan dokumcn olch tim.
(3) Dalarn hal pcr svaru ta n sck1gaimana dimak sud pad.i
avat ( 1) dinvatuka n lcngk.ip, Dirckt ur Jcllckral
me ncrbitkan liscn si KJ.

Pa sa l S]
(1) Liscn si K3 bcrlaku untuk jurigk., wa kt u 5 (lirna) t ah un
clan dapat diper panjang u n t uk j;mgka wa k i u \';111g

sa mu.
- 41 -

(2) Pcrmohonan perpanjungan scbagaimaria dim.iksud


pada ayat (1) d iaj u ka n olch Pcngusahu d.u: ';1tau
Pcngurus kcpadu Dire kt u r .Jcndcral clcngan
mclarn pirka n pcrsvu ru tan sc b;1g;i i m: Ille! cl i mu ks ucl
dalurn Pasal 50 ayat ( 1) clan liscnsi 1~3.
(3) Pcrmohonan scbagaimana dirna k sud pada a:·,,tt ( 1)
d iaj ukn n paling lambat 30 (tiga puluh) hari st·lil'lurn
rna sa bcrlak u lisensi K3 beruk hir.

Pasal 52
Lisensi K3 hanyu bcrlaku sclarna Ahli K3 Lingkurigan Ke rja
yang be rsangk utan bckcrja cl i pcrusn haun
mcrigajukan pcrmohonan.

Pasal 53
( 1) Dalarn ha! SC rt i fi ka t kornpctcnsi
dirnak sud dalam Pa sal 50 avat ( 1) h ur uf c be l u m ad a ,
dupa t menggunakan surut kc t cru ngu n t c lah mcnuik u t i
pembinaan 1~3 di tcrbi t ka n olch Di rck tu r
Jcnclcral.
(2) Surat ketcrnrigan tclah mcngikuti pe mbinan n K3
scbagnimaria dirnaksud pad.i ayat ( 1) dibcrik an setclah
dilakukan pcrnbinaan dcng,111 pcdornnn pe lnk s.maan
pembinaan u-rcunt urn d.ilam l.arnpiran
mcrupakan bagiun tiduk tcr pisub kun dari Pcr.u ura n
Mc n tv ri i n i.

Bngian Kclirna
Tugas chm Kcwcnungan

Pa sal 54
( 1) Ahli K3 Muda Lingkungun Kcrja scbaga irnann
dirnak sud dalarn Pa sa l 45 av.u (2) h uruf a mcrupa ka n
Tenaga Kerja yang mcmiliki t ugas untuk:
- 42 -

a. melak sanukan pcruturan pcrundang-unclangan


clan stanclar :,;ang bcrkaitan dcnuan bid.uu; 1~3
lingkunga n kcrja:
b. mclaksanakan progrurn a n t isi pa si, rckognisi.
cvalua si, clan pc n gcnc!,l Ii,l n ba huya
kcrja;
C. mclaksanukan clan mcngantisipasi rcsiko
kcschatan kcrja yang di sc babkn n olch p.uanun
bn hava lingkungan kerja:
d. mclaks.uiakan program prorno si kcschnta n
Tenaga Kcrja;
e. rnclaksanakan tcknik pcrigambilan clan
pcngukuran sarnpcl, mcliputi Faktor Fis iku ,
Fak tor Kimia. Fa k t or Biologi. Fuk tor Eruoriomi.
dun Faktor Psiko!ogi;
f. mclak snnuknn pc-rsvur.u a» Higicnc dan ~;1nitasi
lingkungan kcrja;
g. mclaksanakan si stcrn informasi K3 Lingkungan
Kcrja; dun
h. mcnyusun laporan pengukuran dun pe ngc ndul in n
bahava Lintzb k u 11 b", in Kcrja scrt.a pcmrapa n
Higiene clan San it asi di Tcrnpat Kcrja.
(2) Ahli K3 Madva Lingkungan Kcrja scbagui.nanu
d irnuk sud dalum Pas.il 45 ayat (2) huruf b mcrupakan
Tenaga Kcrja va ng mcrniliki tu gas un t uk:
a. mcngclolu pclak su naan pcrat ur.m
undangan dun st andnr yang bcrkaitan
bic!ang K3 lingkungan kcrj.i:
b. mcngclola pcluk sanaan program
h an t isipa si.
rckognisi, evaluasi d.m pengc11dalian bn hava
lingkungan kcrja:
c. mcngclola pclnk sannan a nt i sipasi rc siko
ke seha tun kerja yang d iscbubkn n oleh paj.mu n
bn hava lingkurigan kcrja;
d. mc nuclo
b ln pcla ksu nua n program prorno sr
- 43 -

c. mcngclola pcluksariaan tcknik pcngambilan dan


pcngukuran sampcl, mcliputi Faktor Fisika,
Faktor Kirnia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi,
dan Faktor Psikologi;
f. mcngclola peluksanaun pcr syaratun Higicnc clan
Sanitasi lingkungan kcrja;
g. mcngclola pclak s.in .. um sistcm inforrnasi I-::3
Lingkungan Kcrja;
h. mclaksanakan modifikasi tcrhadap program KJ
Lingkungan Kcrja;
1. mclaksunakan clan mcngclola ma najcrnen

program KJ Lingkungan Kcrja;


J. melaksanakan dan mcngclola pcnilaian re siko
kcschatan Tenaga Kerja;
k. mclaksanakan clan mcngclolu program
pengendalian rcsiko kcschatan Tenaga Kcrja
akibat pajurian bahaya lingkungan kcrja;
I. mclaksanakun clan mcngc.ola Pcmcriksaan clan
analisa pcnyebab kccclakuun kerja clan pcnva kit
akibat kcrja dit imbulkan olch
bahaya lingkungan kcrja;
m. mclaksanakan dan mcngclola pclak sanuan
idcntifikasi kcbutuhan pcralatan pcngambilan
sampel dan pengukuran;
n. mcrumuskan, dan mcrnodifikasi pclak sanua n
sistirn informasi K3 Lingkungan Kcrja:
o. mcluksanakan dun mcngclola inspcksi K3
lingkungan kcrju; clan
p. mcngclola pcnyusunan Iaporan pcngukuran clan
pengcndalian bahaya Lingkungan Kerja scrt a
pcncrapan Higicne clan San ita si di Ternpat Kcrja.
(3) Ahli K3 Utama Linukunuan
t"> b Kcrja scbagairnana
dirnaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf c mcrupakan
Tenaga Kerja yang mcmiliki kcwcrianga n untuk:
- 44 -

a. mcngclola dun mcngcva luasi pc lak s.t nan n


pcr aturan pcrundang-undangan dan st:rncLir
va ng bcrkuit a n dcngan bidang K3 lingkungan
kcrja;
b. mcngclola dan mcngcva luusi pcluk s.muun
program an tisipasi. rckognisi, cvaluasi dun
pcrigcnda lian bahava lingkungan kcrja;
c. me ngclola clan mc ngcva luns: pclaksunuan
program a nr i sipa si re siko kcschni an kcrja
discbabkan olch IXIJ , 111,ll1 bah.ivu linukunuan
h b

kcrja;
d. mcngcloln clan mc ngcva lun si pc ln k sun.uu r
program promosi kcsehatan Tenaga Kcrja;
c. mcrigclola clan mcngevuluasi pc laksunaa n tcknik
pcngarnbilan dun pcngukuran sarnpcl, mcliput.i
Faktor Fi sika , Faktor Kirnia, Faktor Biologi.
Fu kt.or Ergonomi, clan Fak tor Psikologi;
f. mcngclola dun mcngcvaluusi pcluk s.mu.m
pcr syara t.m Higicnc clan Sa nit as i
kerja:
g. mcngclolu dan mc ngevalun s! pclak sn naa n sistcm
inforrnasi K3 Lingkungan Kcrja;
h. mcrigclola dan mcnucvaluasi pclak sanaan
modifikasi tcr hudap program 1..:.1 Lingk ung.u:
Kcrja;
1. mcngclola clan mcngcvaluasi manujcrncn program
KJ Lingkungan Kc-rja ;
J. mcngclolu dun mcrigcvnlun si pc n ila ia n rcsiko
kcschat an Tenaga Kc1j;1;
k. rncngclola clan mc ngcvn iua si
pcngcnclalian rcsiko kcschatan Tenaga Kerj»
ak iba t paja nan buhaya li11gkungan kcrja;
I. mcngclola clan rncrigevn lua si Pcrnc-rik sn.m da n
u nalisu pcnycbab kcccla kuan kcrja clan pL'Il\ a k it
a kibat kerja v.mu
. b diti mbulkan olch
bahaya lingkungan kerja;
- 45 -

m. mcngclola dan rncngcva lus i pcluk s.muan


idcn t ifika si kcbut uh.m pcralat an pcnuarnb.lan
s.impcl du n pengukurnn:
n. mengelola dan mcngcvaluasi pclaksnnun sistim
inforrna si K3 Lingkungan Kcrja;
0. mcngclola dan rncngevaluasi pclnk s.mau n
in spcksi K3 lingkungan kcrja;
p. mcngclola dan mcnucvaluasi laporan pcngukuran
chm pengcndalian bahuva Lingkungan Kcrja scrt a
pcncrupan Higie nc d.m Sanitasi di Tcrn pa t Kcrja;
q. mcngclola clan mcnucvnluusi rnct.odu pc mbacuan
dan me nganalisa ha sil !X'ngukuran data:
r. mcngcvuluasi clan mcrnvcrifikasi h.rsil clari
tindakan pcngcndulian pajanu n y:lllg d.ipat
mcngganggu kc sc hut.a n ;
s. mc ngevuluusi dun mcnvimpulka n hn sil a nulisa
duri pcngukuran sn rn p«l lingk urigu n kcrja:
t. mcngevaluasi clan rnemodifikasi program
::-,

pcngendalian pajanan risiko kcschat an sccara


tek nis scbagui mct odn pcngcndalian ut a m.i:
u. mengclola dan mcngcval uasi pcluk sanaan
pcngencblian pajanun risiko kc schat an sccara
administ rusi clan pcnggunaan a lat pc lirid uru; diri:
chm
v. mcngclola dan mcngcval uasi pclnk sunaan
birnbingan tcrhaclap kontraktor tcrkait prouram
K3 Lingkungan Kcrja.

Pasal 55
(I) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja scbagaimana
dimaksud dalum Pa sul 45 ava t (2) huruf ;1 mc-rup.ikun
Tenaga J,c1ja ~·ang mcmiliki kcwcnnngan u n t u k:
a. mcmns uki Tcrn pa t J,c rj a SCSlWI ckngan
pcn unj ukku nnya; clan
b. mcncntukan program l,J lingkungan kcrja.
- 46 -

(2) Ahli K3 Madva Linukunuan


b b Kcrja
dirnak sud dalarn Pasul 45 ava t (2) huruf b mcrupakan
Tenaga Kcrja yang mcmiliki kr-wcnnngn n unt uk:
a. rncma suki Tern pat l(crja sc s ua:
pcriunjukkannva;
b. mcnentukan program KJ lingkungan kerj.i;
c. mc nguwn si pe lu k sa nuu n program KJ lingk.mgan
kcrja; dun
d. mcnctapkan rckorncrida si tckn is tc rhadup svara t
KJ lingkungan kcrja.
(3) Ahli K3 Utama Lingkurigan Kcrja scb.uia irnun«
dirnak sud clalam Pasal 45 ayat (2) huruf c mcrupakan
Tenaga Kerja yang mcmiliki kcwcn ariga n un t u k:
a. memasuki Tern pat Kcrja sc suai
pcnunjukkannya;
b. mcncntukan program 1(3 lingkungan kcrja:
c. mcrigawasi pc laksanann program KJ lingkungan
kcrja;
d. mcnctapkan rckorncndasi tcknis tcrhadup svarat
KJ lingkungan kerja; chm
e. merigevalua si chm mcnetapkun program
b

pcngcmbangan l(J Lingkungan Kcrja.

Bagiu n Kccnu m
Kcwajiban Per so nil K3

Pasul Sh
Person ii KJ bidang scbagairnan,1
dimak sud dalarn Pa sal 45 ayat (2) bcrkcwajiban un tuk:
a. mcrnatuhi pcraturan pcrundang-undangan clan
standar yang tclah ditctapkan:
b. mclaporkan puda a tu san langsung mc ngcnai korid isi
pe laks.maan pcngukuran, pcngendalian
kcrju, dun pcncrupa n Higicnc Sanitasi;
- 47 -

c. bcrt anggungjawab at as basil pclak s.uraa n


pcngukuran, pcngcndalian lingkungan kerja , clan
pcncrapan Higicnc Sanitasi di Tcrnpat Kcrja;
d. mcmbantu Pcngawas Kctcnagakcrjaan Spe sia lis 1~3
Lingkungan Kcrja dalarn mela ksariaka n pcmcrik saaan
dan Pengujian K3 Lingkungan Kcrja; clan
c. mclaksanukan koclc ctik profcsi.

Bagian Kctujuh
Pcnca butari Liscn si K3

Pasal 57
Liscnsi K3 dapat dicabut apabila pcrsonil K3 biclang
Lingkungan Kerja:
a. melaksanakan tugas tidak scs uai clcngan pcnugasan
dan Liscnsi K3;
b. mclakukan kcsalahan, kcIalaiun, clan kcccrobohn n
yang mcnirnbulkan kcadaan bcrbahaya a tau
kecclakaan kcrja; dan/ a tau
c. tidak melaksanakan kewajiban scbagaimana
dimaksud dalarn Pasal 56.

BAB V
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIJ\N

Pasal 58
( 1) Sctiap Tern pat Kerja yang mcmiliki potcnsi bahayu
Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pcmcriksaan
dan/atau Pengujian.
(2) Pcrncriksaan scbagaimana climaksud pad a avu t ( 1)
mcrupakan kegiatan mcngamati, mc nga nn lisi s,
mcmbandingkan, dan rncrigcvaluasi koridisi
Lingkungan Kcrja untuk mcmastikan tcrpen uhinya
pcr svaru tun scbagairnanu climaksud dalam Pa sal 3.
- 48 -

(3) Pengujian scbuguimunn d imn k sud pada avat ( 1)


mcrupakan kegiatan pengetesan dan pcngukurnn
kondisi Lingkungan Kcrja yang bcrsumbcr dari alat,
bahan , dan proses kerja untuk mengetahui tingkat
konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja unt uk
mcmastikan tcrpcnuhinya pcrsyaratan scbagaimana
dirnaksud dalarn Pasal 3.

Pa sal 59
(1) Pcrncriksaan dan/atau Pcngujian scbagaimana
dimaksud dalarn Pasal 58 ayat ( 1) dilakukan sccara
internal maupun melibatkan lembaga e kst.errial dari
luar Tcmpat Kcrja.
(2) Perneriksaan clan/ a tau Pengujian internal
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan untuk
mengukur bcsaran paja nan se suai dengan risiko
Lingkungan Kcrja dan tidak mcnggugurkan kcwajiban
Tcrnpat Kcrja untuk mclak uku n pcngukuran dcngan
pihak ckstcrrial.
(3) Pemeriksaan dan/atau Pcngujian sccara internal
scbagaimana dirnaksud pada ayat (2) har us dil.ikukan
oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
(4) Lcrnbaga ckstcrnal scbagairnana dimaksud pacla avat
( 1) mcliputi:
a. Unit Pelaksana Tcknis Pengawasan
Kctenagakerjaun:
b. Dircktorat Bina Kcsclamatnn clan Kcschata n Kcrja
be serta Unit Pelaksana Tcknis Bidang K3;
c. Unit Pelaksana Tcknis Daer ah (UPTD) yang
membidangi pelayanan Pcngujian K3; atau
d. lcrnbaga lain yang tcrakrcclitasi clan ditunjuk olch
Men teri.
(5) Perneriksaan dan/ a tau Pcngujian scbagaimana
dirnaksud pada ayat (4) dilakukan olch:
a. Pcngawas Kctcriagakcrjaan Spc sia li s K3
Lingkungan Kerja ;
- 49 -

b. Pcnguji K3; atau


c. Ahli K3 Lingkungan Kcrja.

Pasal60
Pemeriksaan dan/ a tau Pcngujian scbagaimana dirnaksud
dalam Pasal 59 ayat (1) meliputi:
a. pertama;
b. berkala;
c. ulang; dan
d. khusus.

Pasal 61
( 1) Pemeriksaan dan/ a tau Pengujian pcrtama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat ( 1) huruf
a dilakukan untuk mengidcntifikasi potensi bahaya
Lingkungan Kerja di Tempat Kerja.
(2) Pemeriksaan dan/ a tau Pengujian scbagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) mcliputi:
a. area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, F'aktor
Kimia, F'aktor Biologi, F'aktor Ergonomi, dan
F'aktor Psikologi;
b. KUDR; dan
c. Sarana dan fasilitas Sanitasi.

Pasal62
( 1) Pemeriksaan dan/ a tau Pengujian bcrkala
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 60 huruf b
dilakukan secara cksternal paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali atau scsuai dcngan pcnilaian risiko atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemeriksaan dan/ a tau Pengujian bcrkala
scbagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) dilakukan scsuai
Pemeriksaan dan/ a tau Pcngujian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2).
- so -

( 1) Perncriksaun clan/ a tau Pcngujian ulang scbdgiiimana


dimaksucl dalarn Pasul 60 l i ur uf c d ila k uku n up.ibilu
hasil Pcrncrik saan clan/ ata u Pcnguj ian scbc l u m nva

baik sccara internal mu upuri ckstcr nal tcrdapat


kcraguan.
(2) Pcrncrik suan clan/ a tau Pcnuujian ulang scbauairnana
dirnak sud pada ayat ( 1) dilakukan sc s uui
kctcnt uan pcraturan pcruncb11g-uncbnga11.

Pasal C-:A
( 1) Pemcriksuun dan/atau Pe ngujian khusus
se bag.ri munu climaksucl dularn Pasul 60 h ur uf d
mcrupakan kcgiatan Pcrnc rik sua n clan/ atn u Pcngujian
yang dilakukan sctclah kccclukuan kcrja n t au lu porn n
dugaan tingkat pajanun di u tu s NAB.
(2) Pcrncriksaan dan/ a tau Pcngujian khusus
se bagairnann dirnaksud puda ayat ( 1) dila kuka n sc suai
dengan kcte n t uan pcru tu run pcr undang-undung.u-.

Pasal 65
( 1) Pe mcrik suun clan/ a tau Pcngujian yang di lakukan olch
Jcmbagu eksternal scbagaimunu climaksucl dalam Pa sa l
59 ayat (4) dilak sanakan ckngan berkoorclinasi ckngan
Unit Pcngawasan Ketcn;1g; 1 kcrj ua n SCSL!al

kctcntuan pcraturan pcrundang-unclangan.


(2) Hasil Pcrncriksaan dan/ atu u Pengujian scbagaimnna
dirnaksud pada avat ( 1) clilaporkan ke p.rdn Unit
Pcngawusan Ke tcnagakcrjaan se su.u dcn°an
b

kctcntuan pe rut ura n pcrundang-undangan.


(3) Da la rn hu l Pcmcrik sua n danr atau Pcngujiun dil.ikukun
oleh lcrnbaga ckstcrrial scbagairna na dimaksud dalarn
Pasal 5() aya: (4) huruf b, huruf c, clan huruf cl. ha sil
Pcmcrik snun clan/ a tau Pcngujian clisctujui oleh
manajcr tcknis.
- 51 -

(4) Da lam ha! Pcmcriksuun dan/atau Pcngujian dil.ikukan


olch lcrnbaga ck sternal scb,tgaimana dirn.ik sud dalam
Pasal 59 av ..rt (4) huruf b dn n huruf c at a s pcrmintaan
pcr usahnnn, laporan hn sil Pcngujian d i s.u n pn ikn n
kcpacla pcrusuhaan yang bcrsungkutan.
(5) Hasil Pcmcriksaan dan/atau Pcngujian scbauaimana
dirnak sud pada aya t (2) wujib dit uangkan dal.un surat
ke te ru ng.m rne me n u hi / t id.rk mcmcnuhi pcrs) a ru tan
K3 yang d itcrbitku n olch unit kcrja ix·ng<l\\·as,m
kctcnagakcrjaan scsuai clcngan kctcnt uan pcr.u ura n
pcrunclang-undangan.
(6) Surat kctcrungan se baguimunu dimaksud pada avut (4)
d ilcnukapi hu sil Pcmcriksaun dun at au
Pcngujian puda lernbar t cr pi su h.
(7) Surat kcterungan se bugairun na dirnuk sud p.idn ,ty,it (4)
dibuat dalam 3 (tiga) ra ngkap dcrigan rincia n:
a. Lcrnbar pcr tarna, unt uk Pcngurus Tcm pat Kcrja
)·,mg dirriasukan d aln m clokumcn Pc mc rik saan
cbn/atau Pcrigujian lingkungan kcrja;
b. Lem bar kcdua, untuk unit pcngnwasnn

kctcnagakerjaan sctcm pnt ; clan


c. Lem bar ketiga, unt uk unit
kctcnugukcrjaan pusat.
(8) Unit kcrja pcriguwusun kl'lcnagakcrjaan scbag.umana
dirnu k sud pudu ayat (2) wajib rncnyampuikan surat
kctcrungan scbaguimanu dimaksud padu a\ at (5)
kcpadu unit pcnguwa sn n kctc nagakcrjaa n di pusat
setiap I (satu) bulan sckali.

Pasal 66
Pemerik snan clan/ a tau Pcnguj ia n sc bagairnana cl imak sud
dalam Pasal 60 menggun.ik.m for m u li r t e rcn n t urn dula m
Larnpira n va ng mcrupakan bagi,m t ida k tcrpi sah ka n dur i
Perat urun Mcn tcri ini.
- 52 -

(1) Area kerja van ba


-
tclah dilakukan Pcrncriksaan
dan/ a tau Pengujian dan tidak memcnuhi pcrsvaratan
K3 dibc rikan stiker yang dibubuhi stcmpel.
(2) Stiker sebagaimana dimak sud pada ayat ( 1) tcrcant.um
dalam Lampiran yang mcrupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Mcntcri ini.

Pasal 68
( 1) Pelaporan scbagaimann dimaksud dalarn Pasal 65 aya t
(2) dapat dilakukan secant luring maupun daring.
(2) Pelaporan sccara daring scbagaimana dimaksucl pada
ayat ( 1) dilakukan secara bcrt ahap.

BAB VI
PENINJAUAN BERKALA NILA! Al\1BANG BATAS DAN
STAN DAR

Pasal 69
NAB dan/ a tau standar scbagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dapat ditinjau sccara bcrka la paling sedikit 3 (tiga) tahun
sekali se suai dcngan perkembungnn ilmu pengctahuan dan
teknologi.

BAB VII
PENC,AWASAN

Pasal 70
Pcngawasan pelaksanaan K3 Lingkungan Kerja
dilaksanakan olch Pcngawas Kc tcnagakcrjaan Spcsialis K3
Lingkungan Kcrja se suai dcngan ketcntuan pcraturan
perundang-undangan.
- 53 -

BAB VIII
SANJ...:SI
Pasnl 71
Pcngusaha dan/atau Pcngurus vu nszb
. t ida k mcrncn uh i
kctcntuan dalarn Pcrat uran Menteri ini dikcnukan sank si
scsuai clengan Undarig-Undang Nornor Tnh un 1970
ten tang Ke selamat an Kcrja clan Undang-Undang Not nor 1 J
Ta h un 2003 tentang Kctcnugakcrjaan.

BAH IX
KETE:./TUAN PERALIHAN
Pasal 72
Lise nsi Pctugas Pc mant auan Lingkungan Kerja yang tcl.ih
diterbit kan sebelurn Pcrut uru n Mcnteri ini diuridangkan,
tet.ap berlaku sarnpai dengan bcrakhirnva liscrisi tcrscbut
dan sclanjut nya discbut lisensi Ahli K3 Muda Lingkungan
Kerja.

BAB X
J...:STENTUAN PE:'-JUTUP
Pas,il 7J
Pada saat Pcraturan Me ntcri i n i rnulai bcrlaku:
a. Pcraturan Mcntcri Pcrburuhan Nornor 7 Tahun 1964
ten tang Kcschatan, Keber sihan scrt a

Pcncrangan dalam Tcmpat Kerja ;


b. Perut.uru n Mc nt.eri Tenaga Kcrja clan Transmigrasi
Nomor PER. 1 J / :-.1 E:\! / X/ 201 1 ten tang Nilai Arn bang
Batas Faktor Fi siku dan Fnk tor Kimi.i di Tern pat Kcrja
(Serita Negara Rcpublik l ncio nc sin Tu h un 2011
Nomor 684);
c. Surat Eduran Mcnt c ri Tenaga Kerja clan Trurisrnigrn si
Nomor SE.O 1 / !\1E:\ / 1978 ten tang l'\ilai Am bang 13aL1s
unt uk Iklim Kerja clan Ni la i Arnbang Hat as untuk
Ke bisi ngan di Tcrnpa t Kcrj.i,
dicabut clan dinyatukan t iduk bcrla ku.
- 54 -

Pasal 74
Peraturan Mcnteri iru mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri rm dengan
penempatannya dalam Serita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2018

MENTER! KETENAGAKERJAAN
REPUSLIK INDONESIA,

ttd.

M. HANIF DHAKIRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUSLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

SERITA NEGARA REPUSLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 567

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA


- 54 -

LAMPI RAN
PERATURAN MENTER! KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAI-IUN 2018
TENT ANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERcJA

DAFTAR LAMPIRAN

1. NILA! AMBANG BATAS F'AKTOR F'ISIKA


2. STANDAR PENCAHAYAAN
3. NILA! AMBANG BATAS F'AKTOR KIMIA
4. INDEKS PAJANAN BIOLOGI
5. STANDAR F'AKTOR BIOLOGI
6. STANDAR F'AKTOR ERGONOMI
7. STANDAR F'AKTOR PSIKOLOGI
8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LINGKUNGAN
KERJA
9. F'ORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN
10. STIKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN
KERJA

MENTER! KETENAGAl,ERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

M. HANIF' DHAKIRI

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA

. 1 9600324 198903 1 001

Anda mungkin juga menyukai