Anda di halaman 1dari 12

“ASUHAN PADA

PEREMPUAN DISABILITAS
DAN INFORMED CONSENT
DALAM KASUS KOMPLEK”

Dosen pengampu:
hartati deri manila,M.keb
Kelompok 4
kesatria mega wanda (2107054)
Delsa Rahmaniar ​(2007086)
Aisyah Nur Fitri ​(2007084)
Dita Herlina Agustin (2007087)

1).Perempuan berkebutuhan khusus


Asuhan Pada (disabilitas)
Perempuan Disabilitas a. Berkebutuhan Khusus (Disabilitas)
Hallahan (2009) menjelaskan semua
Pada Kasus Komplek disabilitas adalah inabilitas
(ketidakmampuan) dalam melakukan
sesuatu, tetapi tidak semua inabilitas
tersebut termasuk disabilitas. Sebagai
contoh, sebagian besar anak usia 6 bulan
tidak dapat berjalan atau bicara, tetapi
hal ini bukan disabilitas melainkan
inabilitas (ketidakmampuan) usia yang
belum sesuai dengan tahap perkembangan
tersebut.
b. Kelompok Rentan
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Pasal 5 Ayat (3)
yang menyatakan bahwa setiap orang yang
termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak
memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan kekhususannya. Kelompok
masyarakat yang berkebutuhan khusus antara lain,
orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, Wanita
hamil dan penyandang disabilitas.
c. Kelompok Perempuan Rentan
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 disebutkan
bahwa yang termasuk kelompok rentan adalah lansia, anak-anak,
fakir-miskin, Wanita hamil dan penyandang cacat. Berikut
merupakan perempuan berkebutuhan khusus dalam berbagai
aspek beserta contohnya, yaitu:
a) Kebutuhan khusus pada pemmsalahan psikologis
• Kohamilan akibat pemerkosaan
• KDRT
• Trauma persalinan yang sebelmnya
• Kelainan mental/jiwa
• Riwayat kehilangan dan kematian
• Kehamilan yang ttidak diinginkan
b) Kebutuhan khuusus pada masalah geografi
• Lingkungan berppolusi
• Lingkungan dataran tinggi dan rendah
• Lingkungan radiasi
• Tenaga kesehatan (rontgen,lab,dll)
c) Kebuutuhan khuusus pada permasalahan ekonomi
• Kemiskinan
• Banyak anak
d) Kebuutuhan khusus pada permasalahan social
• Kehamilan dalam penjara
• Single perent
• LGBT
• Ibu pengganti (Surrogate mother)
• Pekerja seks komersial
e) Kebutuhan khusus pada permasalahan budaya
f) Kebutuhan khusus pada permasalahan
systtem reproduksi

2).Asuhan berkelanjutan (contibuity of care)


pada ibu berkebutuhan khusus
Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of
Care) yaitu pemberian asuhan kebidanan sejak
kehamilan, bersalin, nifas dan neonates hinggan
KB dengan tujuan sebagai upaya untuk
membantu memantau dan mendeteksi adanya
kemungkinan timbulnya komplikasi yang
menyertai ibu dan bayi dari masa kehamilan
sampai ibu menggunakan alat kontrasepsi.
Informed Consent Pada Perempuan
Disabilias Pada Kasus Komplek

1.A. Pengertian informed consent


Istilah informed consent (persetujuan tindakan) merupakan salah satu istilah
yang paling sering disebut atau paling sering digunakan dalam praktek
kedokteran, karena setiap kali dokter akan melakukan suatu tindakan medik
tertentu kepada pasien akan selalu berhubungan dengan istilah ini.
Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed dan consent. John M. Echols
(2003) memberi pengertian informed yaitu telah mendapatkan penjelasan atau
keterangan telah disampaikan atau diinformasikan. Sedangkan consent yang
berarti persetujuan yang telah diberikan pada seseorang untuk berbuat sesuatu.
Jadi informed consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh
pasien kepada dokter untuk melakukan tindakan kedokteran tertentu setelah
mendapatkan penjelasan dari dokter yang bersangkutan.
B. Dasar Hukum
Beberapa aturan hukum yang menjadi dasar pelaksanaan Informed consent yaitu
antara lain :
1. Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran yang
menyatakan bahwa “Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan”.
2. Pasal 37 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Rumah sakit yang menyatakan
bahwa “Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus
mendapat persetujuan pasien atau keluarganya”
3. Pasal 56 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan
bahwa “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap”
4. Pasal 58c UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan menyatakan
bahwa “ Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik , memperoleh persetujuan
dari penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan”
5. Pasal 2 ayat (1) Permenkes RI Nomor 290 /Menkes/ Per/ III/ 2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran menyatakan bahwa “Semua tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien harus mendapat pesetujuan”
TELAAH JURNAL
Judul Jurnal​: Informed consent dalam penanganan pasien Penyandang ​
disabilitas mental
Tahun Terbit​: 2020
Author​​: Anak Agung Gede Jayarajendra
Anak Agung Sri Indrawati, SH, MH
Link Jurnal​:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/57426

1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menangani peran informed consent
dalam penanganan pasien dengan gangguan mental dan bagaimana
cara menyampaikan informed consent dalam perawatan mereka.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif
dengan melakukan analisis terhadap berbagai undang-undang dan
peraturan yang berkaitan dengan informed consent di Indonesia.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informed consent sangat penting dalam
menghormati hak-hak dasar pasien dan sebagai referensi dan bukti bagi dokter dalam
membuat keputusan pengobatan. Namun, dokter mungkin menghadapi tantangan
dalam berkomunikasi dengan pasien, terutama mereka yang mengalami gangguan
mental. Informed consent juga dapat diberikan oleh anggota keluarga kepada pasien
yang masih di bawah umur, lanjut usia, atau mengalami gangguan mental.

4. Kesimpulan
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga setelah
mendapat penjelasan lengkap tentang tindakan medis atau gigi yang akan dilakukan
pada pasien. Informed consent penting untuk menghormati hak-hak pasien dan
meningkatkan kualitas perawatan medis, serta sebagai perlindungan hukum bagi
dokter. Dokter harus mengikuti standar keselamatan pasien saat memberikan
perawatan dan memberikan informasi yang detail tentang prosedur pengobatan
kepada pasien.
5. Saran
Dalam praktik medis, dokter harus memastikan bahwa pasien atau keluarga mereka
memahami informasi yang diberikan dan memberikan kesempatan bagi pasien untuk
mengajukan pertanyaan. Dokter juga harus memperhatikan kebutuhan khusus pasien
dengan gangguan mental dan memastikan bahwa mereka memahami informasi yang
diberikan. Selain itu, dokter harus mematuhi standar keselamatan pasien dan tidak
mengabaikan prosedur medis
Terimakasih 🙏🏻🙏🏻

Anda mungkin juga menyukai