Askep Fraktur - KMB 1
Askep Fraktur - KMB 1
M
Dengan Diagnosa Medis Fraktur tibia fibula
dextra displaced terbuka grade 3A
di Ruangan Irina A Bawah
NIM : 711430119036
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari tulang
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu proses biologis yang
merusak. Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang merupakan
penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak lengkap. Fraktur merupakan terjadinya
kerusakan kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan serta lempeng pertumbuhan yang
disebabkan karena trauma dan non trauma. Bukan hanya keretakan atau terpisahnya korteks,
fraktur cenderung lebih banyak mengakibatkan kerusakan yang komplit dan fragmen tulang
terpisah. Tulang relatif rapuh, tapi mempunyai kelenturan dan kekuatan untuk menahan
tekanan. Penyebab fraktur dapat berupa cidera, stress yang berulang, kelemahan tulang yang
abnormal atau disebut sebagai fraktur patologis.
B. Etiologi
Berdasarkan jenisnya, penyebab fraktur dibedakan menjadi:
1) Cedera traumatik
Kekerasan tidak langsung dapat menyebabkan patah tulang yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Biasanya yang patah adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
2) Cedera patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor bisa
menyebabkan fraktur, seperti:
a) Tumor tulang (jinak atau ganas), merupakan pertumbuhan jaringan
yang abnormal dan tidak terkendai atau progresif
b) Infeksi seperti mosteomyelitis, bisa terjadi akibat infeksi akut atau bisa
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c) Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan karena defisiensi
vitamin D.
d) Stress tulang misalnya pada penyakit polio.
C. Klasifikasi
Berdasarkan ada tidaknya hubungan antar tulang dibagi menjadi :
1) Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah patah tulang yang menembus kulit dan memungkinkan
adanya hubungan dengan dunia luar serta menjadikan adanya kemungkinan untuk
masuknya kuman atau bakteri ke dalam luka.
Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang ringan
disebabkan oleh energi rendah atau fraktur dengan luka terbuka menyerong
pendek.
b) Derajat II
Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas, komponen
penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan luka terbuka melintang
sederhana dengan pemecahan minimal.
c) Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan struktur
neurovaskuler, cidera yang disebabkan oleh energi tinggi dengan kehancuran
komponen tulang yang parah.
(1) Derajat IIIA
Laserasi jaringan lunak yang luas, cakupan tulang yang memadai, fraktur
segmental, pengupasan periosteal minimal.
(2) Derajat IIIB
Cidera jaringan lunak yang luas dengan pengelupasan periosteal dan paparan
tulang yang membutuhkan penutupan jaringan lunak; biasanya berhubungan
dengan kontaminasi masif.
(3) Derajat IIIC
2) Fraktur Tertutup
Fraktur tertutup adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit
sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kerusakan jaringan lunak dan mekanisme cidera tidak langsung
dan cidera langsung antara lain:
a) Derajat 0
Cidera akibat kekuatan yang tidak langsung dengan kerusakan jaringan lunak
yang tidak begitu berarti.
b) Derajat 1
Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi rendah sampai sedang
dengan abrasi superfisial atau memar pada jaringan lunak di permukaan situs
fraktur.
c) Derajat 2
Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot, yang mungkin dalam,
kulit lecet terkontaminasi yang berkaitan dengan mekanisme energi sedang
hingga berat dan cidera tulang, sangat beresiko terkena sindrom kompartemen.
d) Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan arteri
atau terbentuk sindrom kompartemen
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut UT Southwestern Medical Center (2016) adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas/perubahan bentuk, pemendekan ekstermitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
1) Nyeri terus menerus akan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan fragmen tulang.
2) Setelah terjadi fraktur bagian yang tidak dapat digunakan cenderung bergerak secara
alamiah (gerakan luar biasa) membukanya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ekstermitas dapat diketahui dengan membandingkan ekstermitas normal.
Ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung
pada integritas tempat melengketnya otot.
3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling
melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sama 5 cm (1 sampai 2 inchi).
E. Komplikasi
Komplikasi fraktur post ORIF yaitu:
1) Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF, nyeri yang
sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
2) Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat proses
pembedahan.
3) Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala nyeri otot,
nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat kelelahan sistem
muskuloskeletal.
4) Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga sering kali dirasakan.
F. Pathway
Trauma l angsung Trauma tidak langsung K ondisi patologis
FRAKTUR
Pergeseran frag Tlg Laserasi kulit: S pasme otot T ek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
Gangguan
integritas
kulit/jaringan Putus vena/arteri Peningk tek kapiler Reaksi stres
D eformitas
Gg. fungsi
Ketidakefektifan
Risiko infeksi perfusi jaringan
G. Patofisologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah ke dalam jaringan
lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur. Sel-sel darah putih dan sel-sel anast
berkamulasi mengakibatkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baruamatir yang disebut callus.
Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstermitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan
akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan
sindrom compartment.
H. Penatalaksaan
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang atau
imobilisasi. Penatalaksaan yang dilakukan adalah:
1) Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam (golden period).
Kuman belum terlalu jauh dilakukan : pembersihan luka, exici, heacting situasi,
antibiotic. Ada beberapa prinsipnya yaitu :
a) Harus ditegakkan dan ditangani terlebih dahulu akibat trauma yang
membahayakan jiwa airway, breathing dan circulation.
b) Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan dengan
bidai, menghentikan perdarahan besar dengan klem.
c) Pemberian antibiotic
e) Stabilisasi.
f) Penutup luka
g) Rehabilitasi.
h) Life saving.
i) Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat Dengan terbukanya
barrier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya
infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka
yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi.
j) Pemberian Antibiotik
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi tergantung
dimana patah tulang itu terjadi. Pemberian antibiotik yang tepat sukar untuk
ditentukan hanya saja sebagai pemikiran sadar. Sebaliknya antibiotika dengan
spectrum luas untuk kuman gram positif maupun negatif.
2) Fraktur tertutup
5) Kreatinin
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Tn.M,berumur 51 tahun,berjenis kelamin laki-laki,agama kristen,dengan
diagnosa medis fraktur tibia fibula dextra terbuka grade 3 A.
b) Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik
tergantung berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data pengkajian yang
yang lengkap mengenai data pasien di gunakan :
2) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada penonjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, reflek menelan ada
3) Wajah
Inspeksi :Simetris, terlihat menahan sakit, Palpasi : Tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi, dan tidak ada oedema.
4) Mata
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan seperti kongjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan)
5) Telinga
Inspeksi :Normal, simetris,
Palpasi : Tidak ada lesi, dan nyeri tekan
6) Hidung
Inspeksi : Normal, simetris
Palpasi : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
7) Mulut
Inspeksi : Normal, simetris
Palpasi : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
8) Thoraks: simetris, sonor
9) Paru.
Inspeksi : Pernafasan meningkat,regular atau tidak tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi : Pergerakan simetris, fermitus teraba sama.
Perkusi : Sonor, tidak ada suara tambahan.
Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara tambahan
lainnya.
10) Jantung
Inspeksi :tidak tampak iktus jantung
Palpasi :nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi:suara S1 dan S2 tunggal
11) Abdomen
Inspeksi : simetris,bentuk datar
Palpasi :turgor baik, tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi :suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : peristaltic usus normal ± 20 x/menit
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 51 tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SD (Sekolah Dasar)
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Minahasa
Alamat : Manado
Tanggal Masuk : 07/08/2023
Tanggal Pengkajian : 08/08/2023
No. Register : 00794485
Diagnosa Medis : Fraktur tibia fibula dextra displaced terbuka grade 3A
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini
Penurunan kesadaran karena kecelakaan,nyeri luka diwajah dan dikaki kanan dengan skala
nyeri 3
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Penurunan kesdaran dialami penderita 9jam SMRS. Awalnya penderita sementara berada
dikursi Tengah dalam mobil yang melaju kencang dan tiba-tiba datanh mobil dari arah
berlawanan sehingga menabrak mobil penderita dengan ketinggian 5meter.
3)Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien rencana Tindakan Pro debriment regio frontal, redio cruris dextra, backslab.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga
d. Diagnosa Medis dan therapy
Diagnosa : Fraktur tibia fibula dextra displaced terbuka grade 3A
Therapy :
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : keluarga mengatakan tidak teratur
Saat sakit : pola nutrisi pasien diatur sesuai kebutuhan sehari-hari
c. Pola Eliminasi
1)BAB
Sebelum sakit : frekuensi 2-3x, konsistensi lembek, warna kuning
Saat sakit : frekuensi 1x, konsistensi padat, warna kuning
2)BAK
Sebelum sakit : tidak ada keluhan, frekuensi 3-5x/hari, wana kuning
Saat sakit : Menggunakan kateter,jumlah 500-1000cc, warna urin kuning
d. Pola aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
e. Pola kognitif dan Persepsi
h. Pola Peran-Hubungan : -
i. Pola Seksual-Reproduksi: -
k. Pola Nilai-Kepercayaan: -
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : sedang
b. Tanda-tanda Vital
Nadi = 88x/m, Suhu =36,2, TD = 131/78mmHg, RR = 18x/m
c. Keadaan fisik :
a) Kepala dan leher : Kepala abnormal, regio zioma dekstra: luka robek +, nyeri luka
diwajah. Leher normal tidak ada kelainan.
b) Dada : Dada normal, tidak ada kelainan
c) Paru : Paru normal, tidak ada kelainan
d) Jantung : Jantung normal, tidak ada kelainan
e ) Payudara&ketiak : Payudara dan ketiak normal, tidak ada kelainan
f) Abdomen : Abdomen normal, tidak ada kelainan
g) Genetalia : Genetalia normal, tidak ada kelainan
h) Integumen : Integumen normal, tidak ada kelainan
i) Ekstremitas : Akral hangat
j) Neurologis : Keadaan emosi tenang
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Leukosit: 36.800 Anti HCV: Nonreaktif
Hb : 14,1 Anti HIV: Nonreaktif
Ht: 41,6 HBsAg: Nonreaktif
Trombosit 269.000 Antigen SARS Cov-2 : Negatif
Ur/Cr: 40/0,9
2. Pemeriksaan radiologi
X-ray Cervical: Paracervical Muscle spasme, Spondylosis Cervicalis
EKG: irama sinus thythm, HR 85x/m, normoaxis
5. ANALISA DATA
a. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: - nyeri luka di wajah dan di
kaki kanan Fraktur
P : nyeri di kaki dan diwajah saat
digerakkan, nyeri berkurang saat
beristirahat Nyeri Akut
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk Pergeseran frakmen tulang
( D.0077)
R : nyeri dirasakan pada bagian kaki
kanan dan di bagian wajah
S : rentang nyeri pada skala 3,
terpasang backslab Nyeri
T : nyeri dirasakan terus-menerus
DO : - fisik lemah, dan nyeri saat
bergerak.
Deformitas
Gangguan fungsi
Gangguan Integritas
kulit/jaringan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d pergeseran frakmen tulang d.d nyeri luka diwajah dan dikaki kanan
2. Gangguan mobilitas disik b.d Diskontinuitas tulang d.d pasien mengeluh sulit
meggerakan ekstremitas
3. Gangguan Integritas kulit/jaringan b.d laserasi kulit d.d keluarga mengatakan ada
6. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Nyeri Akut Setelah dilakukan 1.08238 Manajemen Nyeri
(D.0077) Tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24jam, - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(L.08066) menurun, - Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- keluhan nyeri, - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- meringis, menurun Edukasi
- mual muntah, - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
menurun - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
-frekuensi nadi, nyeri
membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan Setelah dilakukan 1.06171 Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik Tindakan keperawatan Observasi
(D.0054) selama 1x24jam, - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Mobilitas Fisik lainnya
(L.05042) meningkat, - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
dengan kriteria hasil: Terapeutik
- pergerakan - Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alatbantu
ekstremitas, meningkat - Fasilitasi melakukan mobilitas fisik
- nyeri, menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
- kaku sendi, menurun dalam meningkatkan ambulasi
- kelemahan fisik, Edukasi
menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda)
Gangguan Setelah dilakukan 1.14564 Perawatan Luka
Integritas Tindakan keperawatan Observasi
kulit/jaringan selama 1x24jam, - Monitor karakteristik luka
(D.0129) Integritas kulit/jaringan - Monitor tanda-tanda infeksi
(L.14125) meningkat, Terapeutik
dengan kriteria hasil: - Lepaskan balutan dari pasien secara perlahan
- perfusi jaringan, - Bersikan dengan cairan NaCL
meningkat - Bersihkan jaringan Nekrotik
- kemerahan, menurun - Pasang balutan sesuai jenis luka
- perdarahan, menurun - Jadwalkan perubahan posis pasien setiap
- nyeri, menurun 2jam
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
7. Implementasi Keperawatan
HARI/TANGGAL : 08/08/2023