Anda di halaman 1dari 8

Efektivitas pemantauan penerapan SPM dengan aplikasi e-SPM di Kota Dumai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik yang berkualitas menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemerintah

memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pelayanan publik yang efektif, efisien, dan

responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

publik, berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya dengan menetapkan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) sebagai acuan untuk menentukan kualitas pelayanan yang harus dihadirkan

oleh pemerintah daerah.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan ketentuan mengenai Jenis Pelayanan

Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal

untuk memberikan pelayanan publik secara maksimal kepada masyarakat yang berorientasi

terhadap terwujudnya pelayanan publik yang prima.

Pelaksanaan pelayanan dasar pada urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan

oleh pemerintah pusat serta ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal

diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Standar Pelayanan Minimal. Jenis Standar Pelayanan Minimal (SPM) meliputi 6 bidang

antara lain adalah :

1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Perumahan rakyat dan Kawasan permukiman

4. Pekerjaan umum dan penataan Ruang


5. Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat

6. Sosial

Pada pemerintahan daerah yang melakukan pelayanan dasar sesuai SPM adalah

pemerintah daerah melalui perangkat daerah (PD) atau dinas daerah yang memiliki tugas

pokok dan fungsi sesuai dengan sasaran pelaksanaan pelayanan dasar SPM. PD melakukan

pelayanan dasar sesuai SPM yang ditetapkan dan diterapkan berdasarkan prinsip kesesuaian

kewenangan, ketersediaan, keterjangkauan, kesinambungan, keterukuran dan ketepatan

sasaran. PD tersebut adalah Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Sosial, Satuan Polisi Pamong

Praja dan Badan Penanggulanagan Bencana Daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun

2021, SPM dilaksanakan dengan beberapan tahapan antara lain:

1. Pengumpulan data

2. Penghitungan kebutuhan pemenuhan pelayanan dasar

3. Penyusunan rencana pemenuhan pelayanan dasar

4. Pelaksanaan Pemenuhan pelayanan dasar

Tiga tahapan pertama adalah tahapan yang berhubungan dengan perencanaan SPM

yang menjadi landasan penting dalam mencapai SPM. Rencana pemenuhan pelayanan dasar

yang dibuat pemerintah daerah melalui perangkat daerah selanjutnya akan menjadi prioritas

dan dimuat dalam Rencana Strategis PD dan Renja PD yang juga nantinya dimuat dalam

RPJMD dan RKPD. Dalam rencana pemenuhan tersebut, pemerintah daerah menetaokan

target indicator yang akan menjadi tolak ukur kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selanjutnya, penerapan pelaksanaan SPM di pemerintah daerah harus dilaksanakan

pelaporan yang dilakukan selama 1 tahun anggaran dan tiap 3 bulan secara berkala yang

memuat perkembangan penerapan SPM serta kendala yang dihadapi sebagai bentuk
monitoring dan evaluasi. Proses monitoring evaluasi dilakukan secara berkala untuk

mengukur pencapaian target indikator dan memantau kinerja pelayanan publik. Melalui

monitoring evaluasi, pemerintah daerah dapat melihat sejauh mana pelayanan publik telah

mencapai standar yang ditetapkan dalam SPM. Jika terdapat ketidaksesuaian antara

pencapaian dengan target yang telah ditetapkan, langkah perbaikan dapat diidentifikasi dan

diambil untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Peraturan tentang SPM sebelumnya diatur dengan Permendagri Nomor 100 Tahun

2018 Tentang Penerapan Standar Penerapan Minimal menjadi dasar penerapan SPM di

daerah untuk tahun 2021 dan sebelumnya. Memiliki beberapa perbedaan dengan Permendagri

59 Tahun 2021 Tentang SPM yang mulai menjadi dasar penerapan SPM mulai tahun 2022.

Terdapat beberapa perbedaan terutama pada aspek perencanaan serta monitoring evaluasi.

Dari segi monitoring evaluasi, sebelum Tahun 2021, penerapan SPM belum melaksanakan

pelaporan tiap 3 bulan sekali lewat sistem pelaporan SPM, pelaporan hanya dilakuklan

setahun sekali paling lambat bulan 3 tahun berikutnya. Serta dari segi perencanaan, tahap

penghitungan dan penyusunan rencana kebutuhan sudah diatur teknisnya pada peraturan

terbaru berbeda dengan peraturan sebelumnya. Perubahan dari segi perencanaan tersebut

menyebabkan penghitungan pencapaian SPM juga berubah diamana sebelumnya capaian

diambil 100% dari nilai target capaian pelayanan, menjadi 80% diambil dari nilai target

capaian pelayanan dan 20% dari mutu pelayanan dasar.

Perubahan peraturan ini terutama dari segi perencanaan dan monitoring evaluasi ,

diharapkan dapat berpengaruh terhadap pencapaian SPM tiap bidang agar dapat mencapai

target 100 % setiap tahunnya. Namun pada kenyataannya, setelah diterapkannya peraturan

terbaru ini, belum ada dampak signifikan kepada capaian SPM pada pemerintah daerah

terutama Kota Dumai yang sudah mulai menerapkan Peraturann ini mulai awal tahun 2022.

Berikut data capaian SPM tiap bidang pada Pemerintahan Kota Dumai pada tahun 2022 :
Sumber : spm.bangda.kemendagri.go.id

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pemerintah Kota Dumai belum dapat

memenuhi mencapai target capaian SPM pada tiap bidangnya. Apalagi di bidang perumahan

rakyat capaian SPM hanya mencapau 50%. Peran pemerintah Kota Dumai terutana masing-

masing perangkat daerah patut dipertanyakan karena menjadi tanggung jawab. Pemerintah

memiliki peran dalam memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai berupa tenaga,

alat, anggaran, sarana dan prasarana) agar proses pelaksanaan SPM terlaksana dengan baik.

Gagalnya pemerintah Kota Dumai untuk mencapai target SPM 100% perlu mendapat

perhatian, karena dengan peraturan yang terbaru yang mengatur teknis perencanaan yang

lebih baik, seharusnya target capaian SPM dapat dicapai ditambah lagi dengan monitoring

evaluasi yang dilaksanakan pertriwulannya yang merupakan bentuk pengawalan dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah itu sendiri untuk mengidentifikasi permasalahan dan

meningkatkan efektivitas pencapaian SPM. Jika indikator SPM tidak tercapai berarti

masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan secara terstandar baik dari aspek

kualitas maupun aspek kuantitas, sehingga permasalahan pelayanan dasar masih belum

terkendali dan pelayanan selanjutnya akan terus terbebani.


Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul: “Pengaruh Perencanaan dan Monitoring Evaluasi Terhadap

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Kota Dumai.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengaruh perencanaan terhadap pencapaian SPM Kota Dumai

2. Apakah pengaruh monitoring evaluasi terhadap pencapaian SPM Kota Dumai

3. Apakah pengaruh monitoring evaluasi terhadap perencanaan SPM ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan terhadap pencapaian SPM Kota Dumai

2. Untuk mengetahui pengaruh monitoring evaluasi terhadap pencapaian SPM Kota

Dumai

3. Untuk mengetahui pengaruh monitoring evaluasi terhadap perencanaan SPM

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kota Dumai, penelitian ini merupakan evaluasi guna melihat

kekuatan dan kelemahan serta tantangan yang dimiliki berkenaan dengan pencapaian

SPM sehingga di kemudian hari dapat lebih ditingkatkan

2. Bagi ilmu pengetahuan, pembuktian hipotesis sebagai hasil penelitian ini akan

memberi masukan bagi disiplin ilmu admnistrasi

3. Bagi Peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dengan

menghubungkan antara teori yang ada dengan fenomena dan pengalaman empiris,

sekaligus mengaplikasikan ilmu yang diperoleh


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) menurut PP Nomor 2 Tahun 2018 tentang SPM

adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan

Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Penerapan

SPM merupakan amanat yang tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 yaitu

Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan

Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan wajib yang berkaitan dengan

pelayana dasar tersebut antara lain :

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan ralgrat dan kawasan permukiman;

e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan

f. sosial.

Pada pemerintahan daerah yang melakukan pelayanan dasar sesuai SPM adalah

pemerintah daerah melalui perangkat daerah (PD) atau dinas daerah yang memiliki tugas

pokok dan fungsi sesuai dengan sasaran pelaksanaan pelayanan dasar SPM. PD melakukan

pelayanan dasar sesuai SPM yang ditetapkan dan diterapkan berdasarkan prinsip kesesuaian
kewenangan, ketersediaan, keterjangkauan, kesinambungan, keterukuran dan ketepatan

sasaran. PD tersebut adalah Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Sosial, Satuan Polisi Pamong

Praja dan Badan Penanggulanagan Bencana Daerah.

Pemerintah Daerah menerapkan SPM untuk pemenuhan Jenis Pelayanan Dasar dan

Mutu Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.

Penerapan SPM sebagaimana dilakukan dengan tahapan:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan oleh Pemerintah Daerah secara berkala untuk

memperoieh data tentang jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa kebutuhan

dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.

b. Penghitungan kebutuhan pemenuhan Pelayanan Dasar

Penghitungan kebutuhan pemenuhan Pelayanan Dasar dilakukan dengan

menghitung selisih antara jumlah barang dan/atau jasa yang dibutuhkan untuk

pemenuhan Pelayanan Dasar dengan jumlah barang dan/atau jasa yang tersedia,

termasuk menghitung selisih antara jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan

untuk pemenuhan pelayanan Dasar dengan jumlah sarana dan prasarana yang

tersedia.

c. Penyusunan rencana pemenuhan Pelayanan Dasar

Penyusunan rencana pemenuhan Peiayanan Dasar dilakukan oleh Pemerintah Daerah

agar Pelayanan Dasar tersedia secara cukup dan berkesinambungan. Rencana

pemenuhan Pelayanan Dasar ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan

penganggaran pembangunan Daerah sebagai prioritas belanja Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.


d. Pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar.

Pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar dilakukan sesuai dengan rencana

pemenuhan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan pemenuhan pelayanan Dasar dilakukan

oleh Pemerintah Daerah berupa menyediakan barang dan jasa dibutuhkan.

SPM yang telah dilaksanakan, dilakukan penghitungan pencapaian SPM-nya dengan

menggunakan Indeks Pencapaian SPM yang meliputi capaian Mutu Pelayanan Dasar dan

capaian penerima Pelayanan Dasar. Capaian Mutu Pelayanan Dasar merupakan capaian mutu

minimal layanan dasar yang diperoleh dari rata–rata sub Indikator Kinerja pencapaian mutu

minimal barang, jasa dan sumber daya manusia sesuai dengan Standar Teknis. Capaian

penerima Pelayanan Dasar merupakan capaian yang diperoleh melalui Target dan Indikator

Kinerja.

Penghitungan capaian SPM diatas dimuat dalam Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah yang dilakukan selama 1 (satu) tahun anggaran dan disampaikan paling

lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan juga disampaikan secara

berkala 3 (tiga) bulan menggunakan aplikasi. Materi laporan Penerapan SPM paling sedikit

memuat hasil, kendala, dan ketersediaan anggaran dalam Penerapan SPM.

2. Kinerja

Anda mungkin juga menyukai