Revisi Bab 1 Fitri Badriyatul Istiqomah
Revisi Bab 1 Fitri Badriyatul Istiqomah
TESIS
Oleh:
FITRI BADRIYATUL ISTIQOMAH
NIM S241808007
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
Fitri Badriyatul Istiqomah
S241808007
Mengetahui,
Kepala Program Studi Magister Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
ii
Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si
NIP. 196911062003122009
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Fitri Badriyatul Istiqomah
S241808007
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Penguji Dr. Desiderius Primo Sudibyo, M.Si …….. …….
NIP. 196205231988031001
Sekretaris Penguji Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos., M.Si. …….. …….
NIP. 197911202006042001
Anggota Penguji Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si ……. …….
NIP. 197411072003121001
Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si …….. …….
NIP. 196911062003122009
Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si
iv
NIP. 19610825 198601 2 001 NIP. 19691106 200312 2 009
v
vi
MOTTO
“Genggamlah tanganmu dengan biasa saja, niscaya kamu akan merasakan apa
artinya kebahagiaan”
vii
PERSEMBAHAN
Bismillah, Alhamdulillah atas izin ALLAH, saya persembahkan karya ini kepada
orang tua, suami dan anak tercinta.
Terimakasih karena selalu mendukung, memberikan doa yang tiada berhenti, serta
menemani tanpa lelah untuk menyelesaikan studi ini
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul “Analisis Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) Dalam
Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan Muntilan Pasca Covid19”. Penyusunan
tesis ini merupakan bentuk penuangan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis
selama studi sebagai bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar akademik
Magister Administrasi Publik dari Program Studi Magister Administrasi Publik
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah mendukung dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran, kritik, pelajaran, dan ilmu selama
penyusunan tesis maupun selama menjalani perkuliahan di kelas. Terima
kasih karena telah memberikan kebaikan-kebaikan yang tiada tara, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-satu dan balas satu per satu,
2. Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, arahan, pengetahuan, dan ilmu selama
penyusunan tesis maupun selama penulis menjalani proses perkuliahan
dikelas.
3. Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si selaku Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki tesis
penulis.
4. Dr. Desiderius Primo Sudibyo, M.Si selaku Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki tesis
penulis.
ix
5. Dosen pengajar di Program Studi Magister Administrasi Publik yang telah
berjasa memberikan pengetahuan yang tak terhingga dan luas kepada
penulis.
6. Teman-teman S2 Magister Administrasi Publik Angkatan 2018 yang telah
memberikan cerita-cerita baru selama perkuliahan berlangsung.
7. Keluarga Besar saya yang tidak henti-hentinya memberikan saya semangat
untuk menyelesaikan studi penulis.
8. IKM Kecamatan Muntilan yang telah memberikan dukungan data dan
informasi hingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
9. Semua pihak yang membantu, mendukung dan memberikan motivasi
dalam proses penyusunan tesis sampai selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam Tesis
ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
agar tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU
L................................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PRASYARAT PUBLIKASI....................iv
MOTTO..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN.................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
ABSTRAK...........................................................................................................xiii
ABSTRACT..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................8
C. Tujuan penelitian.......................................................................................9
D. Manfaat penelitian.....................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................11
A. Landsan Teori..........................................................................................11
B. Penelitian Terdahulu...............................................................................29
C. Kerangka Berfikir....................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................41
A. Jenis Penelitian........................................................................................41
B. Fokus Penelitian......................................................................................42
C. Ukuran Pemberdayaan IKM....................................................................42
D. Sumber Data............................................................................................43
E. Pengambilan Informan............................................................................44
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................................45
G. Validitas Data..........................................................................................47
H. Teknik Analisis Data...............................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................50
xi
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................................51
B. Pemberdayaan IKM di Kabupaten Magelang..........................................52
C. Upaya Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan...............................57
D. Hambatan Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan........................80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................88
A. Kesimpulan..............................................................................................88
B. Implikasi..................................................................................................91
C. Saran........................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................94
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Ukuran Pemberdayaan IKM
Tabel 4.1 Informan Penelitian
Tabel 4.2 Desa /Kel di Kecamatan Muntilan
Tabel 4.3 Program-Program Pemberdayaan di Kabupaten Magelang
Tabel 4.4 Matriks Hasil Penelitian
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Gambar 4.1 Pojok UMKM Kecamatan Muntilan
Gambar 4.2 Kartu CV.Tapak Liman Muntilan
Gambar 4.3 Sosial Media dan kegiatan CV.Tapak Liman Muntilan
xiv
ABSTRAK
Fitri Badriyatul Istiqomah S241808007. 2023. Analisis Pemberdayaan Usaha
Kecil Menengah (IKM) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan
Muntilan Pasca Covid19. Tesis. Pembimbing I : Dr Didik Gunawan Suharto,
S.Sos., M.Si. Pembimbing II : Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si.
Magister Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik. Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam upaya mengatasi kemiskinan Pasca Covid-19, Kabupaten Magelang
membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
2019–2024 yang berfokus meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan
kualitas SDM dengan sasaran kebijakan salah satunya Industri Kecil Menengah
(IKM). Penelitian ini bertujuan menganalisis apakah dan bagaimana
pemberdayaan IKM yang ada di Kecamatan Muntilan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan IKM yang menerima Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan sebagai objek penelitian. Pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberdayaan IKM yang dilakukan di kecamatan Muntilan
menggunakan 6 aspek pemberdayaan yaitu Pelatihan pengembangan produk dan
pelatihan digital marketing, Permodalan yakni informasi dan kemudahan akses
untuk pencairan modal dari lembaga Keuangan, Fasilitas yang diberikan berupa
Pojok UMKM dan event-event untuk para IKM, Teknologi dengan memberikan
IKM informasi penggunaan teknologi, Pemasaran melalui Pojok UMKM.
Kemitraan, IKM di kecamatan Muntilan terhimpun dalam grup Whatsapp yang
diwadahi oleh CV. Tapak Liman Muntilan. Dalam pelaksanaan pemberdayaan
IKM terdapat 3 hambatan yang terjadi yakni pelatihan karena kurang banyak dan
belum banyak yang sesuai dengan kebutuhan guna pengembangan produk IKM di
kecamatan Muntilan, tidak adanya permodalan materi dari pemerintah, minimnya
bantuan akses pemasaran di pariwisata Borobudur dari pemerintah setempat.
xv
ABSTRACT
Fitri Badriyatul Istiqomah S241808007. 2023. Analysis of Empowerment of
Micro, Small and Medium Enterprises in Poverty Management in Muntilan
District After Covid-19. Thesis. Advisor I : Dr. Didik Gunawan Suharto, S.Sos.,
M.Sc. Advisor II : Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Sc. Master of
Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret
University, Surakarta.
In effort overcome poverty after Covid-19, Magelang government has
prepared a Regional Medium Term Development Plan (RPJMD) for 2019–2024
focuses on increasing welfare through improving human resources quality with
one of the policy targets Small and Medium Industries (IKM). This study aims to
analyze whether and how to empower SMEs in Muntilan. This research uses
qualitative method with SMEs that receive the Family Hope Beneficiary Program
(KPM PKH) as research objects. Collecting data using observation, interviews
and documentation. It showed that IKM empowerment in Muntilan used 6 aspects
of empowerment, namely product development and digital marketing training,
Capital, namely information and easy access to disbursing capital from financial
institutions, Facilities provided in form of UMKM Corners and events for IKM,
Technology by providing information on IKM use of technology, Marketing
through UMKM Corner. Coorporation, IKM in Muntilan are gathered in
Whatsapp group which accommodated by CV. Tapak Liman Muntilan.
Implementation of IKM empowerment have 3 obstacles that occurred, namely
training because there was not much that in accordance with needs for IKM
products development in Muntilan, absence of capital from government, lack of
marketing access assistance in Borobudur tourism from local government.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melonjaknya presentase penduduk miskin di Indonesia salah satunya
disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang melanda
secara tidak langsung menghambat usaha pemberantas kemiskinan secara global
(Topcu, 2022). Pada tahun 2021, presentase penduduk miskin mulai menurun
kembali, berbeda dengan tahum 2020. Penurunan ini disebabkan oleh langkah-
langkah pemerintah untuk menangani pandemi, seperti penciptaan Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN), yang mencakup bidang kesehatan, perlindungan sosial,
program prioritas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan inisiatif usaha
(Sekretariat Presiden Republik Indonesia, 2021). Melalui Inpres No 4 Tahun
2022, Presiden Joko Widodo juga meminta Kementerian, Lembaga, dan
Pemerintah Daerah untuk melakukan tindakan untuk mempercepat penghapusan
kemiskinan ekstrem dengan bekerja sama dengan pemangku kepentingan di luar
pemerintah dalam program penghapusan kemiskinan ekstrem. Seperti yang kita
ketahui, UMKM merupakan salah satu penompang kesejahteraan masyarakat di
Indonesia, tetapi banyak UMKM yang terkena dampak Covid-19. Survei yang
dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internatiaonal (ILO) bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Covid-19 memengaruhi 571 IKM di Indonesia. Hasil
suervei dilakukan antara 6 dan 24 April 2020 menunjukkan bahwa 70% UMKM
mengalami penundaan produksi karena Covid-19. Sementara itu, Menteri
Koperasi dan UMKM menyatakan bahwa panemik Covid-19 mempengaruhi
sebagian besar kegiatan operasional dan keuntungan UMKM.
Upaya pemulihan pasca pandemi bertujuan untuk memulihkan kehidupan
masyarakat yang telah terkena dampak Covid-19. Salah satu tujuan dari upaya
pemulihan ini adalah untuk menurunkan tingkat kemiskinan sehingga tujuan
pengentasan kemiskinan di Indonesia dapat dicapai. Pemerintah telah
berkonsentrasi pada pengentasan kemiskinan ekstrim, yang diharapkan dapat
ditangani lebih baik melalui pengembangan perbedayaan usaha kecil, mikro dan
1
menengah (UMKM), dengan target tingkat kemiskinan di Indonesia hanya sebesar
6-7 persen pada tahun 2024 (Peraturan Bupati Magelang, 2022). Kebijakan
pengurangan kemiskinan di Indonesia dilakukan dengan pendekatan pemenuhan
basic need access untuk mengurangi beban pengeluaran, sustainable livelihood
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, dan penguatan tata kelola.
Kebijakan pengurangan kemiskinan diarahkan juga untuk mendukung kebijakan
pemerintah pusat yaitu Penanggulangan Kemiskinan Ekstrim (PKE) mencapai 0
persen di tahun 2024 sebagaimana arahan Presiden RI dalam Rapat Terbatas
tanggal 21 Juli 2021. Sasaran PKE akan dilaksanakan pada tahun 2022 di 19
(sembilan belas) kabupaten di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Brebes,
Pemalang, Banjarnegara, Banyumas, Kebumen, Tegal, Purbalingga, Pekalongan,
Batang, Kendal, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sragen, Karanganyar,
Kendal, Pati, dan Rembang. Sedangkan kebijakan penurunan pengangguran
diarahkan pada perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja, perlindungan bagi pekerja dan pencari kerja, serta
pengawasan tenaga kerja (Peraturan Bupati Magelang, 2022: IV-10).
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki tujuan untuk
menurunkan angka kemiskinan. Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari: (1) Kedudukannya sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) Penyedia lapangan kerja yang terbesar,
(3) Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi local dan
pemberdayaan masyarakat, (4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
Sumbangannya dalam menjaga naraca pembayaran melalui kegiatan ekspor
(KEMEN KIKM, 2005; 3). Sebagai akibat dari ketidakmampuan sebagian besar
orang untuk mempertahankan posisi penting ini sejak krisis, pemulihan ekonomi
belum mencapai tingkat yang optimal. Dalam bidang yang memanfaatkan sumber
daya alam dan padat karya, seperti pertanian, tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, perdagangan, dan restoran, usaha mikro besar dan kecil
umumnya memiliki keunggulan. Pada tahun 2021, UMKM telah memiliki jumlah
sektor bisnis yang mencapai 64,19 juta dan telah berkontribusi hingga 61,07 %
atau Rp8.574 triliun, dari PDB, sebagai prioritas utama pemerintah untuk
2
mendukung ketahanan perekonomian nasional, untuk mendorong pertumbuhan
UMKM, pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomer 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, yang menawarkan kemudahan, perlindungan dan
pemberdayaan.
Kabupaten Magelang dalam melakukan pengentasan kemiskinan pasca
Covid-19 telah membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Magelang untuk Tahun 2019-2024, yang dalam
penyusunannya memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD)
Kabupaten Magelang Tahun 2005-2025. RPJMD Kabupaten Magelang Tahun
2019-2024 memiliki fokus “Penguatan Kesejahteraan Melalui Penguatan Kualitas
SDM, Infrastruktur yang Berkelanjutan, dan Ekonomi yang Berdaya Saing”,
dengan fokus pembangunan pada Peningkatan Kesejahteraan melalui Peningkatan
Kualitas SDM, Kualitas Infrastruktur, dan Pengembangan Ekonomi. Sasaran
kebijakan ini ditujukan kepada penduduk miskin dan rentan miskin, terutama
kelompok petani, nelayan, buruh, pelaku IKM, dan kelompok rentan lainnya.
(Peraturan Bupati Magelang, 1; 2022)
Penelitian ini melihat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam
pandangan IKM yang disebutkan adalah Industri Kecil Menengah (IKM) dimana
Industri Kecil Menengah membutuhkan modal yang sangat terbatas dan
pekerjanya berasal dari anggota keluarga miskin. Pemilik atau pengelola industri
biasanya kepala rumah tangga atau anggota keluarganya ataupun tetangga yang
mengalami kemiskinan rendah (Daud, 2007). Misalnya, industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe, tahu, dan industri makanan ringan adalah semua contoh
industri ini (Daud, 2007). Jumlah pekerja dan bidang usaha dalam Industri Kecil
Menengah bervariasi tergantung pada nilai investasi yang dimiliki atau didapat.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus tahu apa itu bisnis mikro dan bisnis
kecil (Widiastuti, 2021). IKM merupakan kegiatan yang menunjang produktivitas
masyarakat sehingga menjadi struktur dominan dalam ekonomi nasional. IKM
juga sering dihubungkan kedalam sosial dan ekonomi yaitu persentase kemiskinan
yang tinggi, peningkatan pengangguran pada masyarakat yang memiliki
pendidikan rendah, ketidakmerataan pendapatan masyarakat, serta ketimpangan
3
pembangunan antar daerah. Hal yang paling dirasakan dari kehadiran IKM yaitu
kemampuan pengurangan jumlah pengangguran dan kemiskinan dengan cara
menyerap tenaga kerja yang banyak (Syahputra, 2008). Memberikan kemajuan
terhadap IKM tentu saja akan menunjang penyerapan tenaga kerja sehingga
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan secara tidak langsung
telah mengurangi pengangguran dan kemiskinan (Anggraeni, 2013; Sokoto,
2013). Jumlah IKM tercatat cukup tinggi di Kabupaten Magelang yaitu sekitar
39.772 unit pada tahun 2018 di 21 kecamatan dan menghasilkan berbagai produk
seperti makanan olahan seperti frozen food, kuliner dan jajanan lokal, kerajinan
batik dan pertokoan kecil serta potensi lainnya. Pada tahun 2018, keberadaan IKM
telah menyerap lebih kurang 100.000 tenaga kerja. Selain itu, nilai investasi IKM
di Kabupaten Magelang telah mencapai lebih dari 324 milyar rupiah dan nilai
produksi mencapai 2 triliun rupiah pada tahun 2019. Berdasarkan data tersebut,
terjadi peningkatan dari tahun ke tahun pada sektor IKM di Magelang dengan
harapan yang besar dari pemerintah bahwa IKM akan mampu mengurangi
pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.
Bappeda Kabupaten Magelang menyatakan cara lain yang sampai saat ini
masih terus dilakukan sejak tahun 2014 yaitu pendampingan masyarakat miskin
dalam kegiatan pemberdayaan IKM (Industri Kecil Menengah) dalam pengolahan
produk makanan sampai kepada perijinan dan pemasaran. Kemudian pelatihan
berbagai kegiatan usaha terkhusus kepada IKM (Industri Kecil Menengah) yang
mana termasuk perbengkelan dan pemanfaatan pekarangan untuk berbagai jenis
usaha-usaha kecil lainnya yang sesuai potensi masyarakat. Dari penuturan diatas
terlihat bahwa salah satu sektor yang memiliki potensi dalam membantu
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Magelang yaitu dengan keberadaan usaha
Industri Kecil Menengah pada daerah tersebut.
Industri menjadi salah satu mata pencahariaan masyarakat di Kabupaten
Magelang, khususnya di Kecamatan Muntilan. Industri yang cukup berkembang
di wilayah tersebut adalah industri atau usaha batu berskala kecil maupun sedang.
(Sri Adiningsih, 2013) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa IKM yang
terbukti mempunyai kontribusi yang baik terhadap perekonomian negara, ternyata
4
masih memiliki berbagai macam kendala yang fundamental, bahkan IKM di
Indonesia masih memiliki manajemen usaha yang kurang bagus. Pemerintah
berkomitmen membantu mengurangi permasalahan IKM yang ada. Upaya
pemerintah diantaranya memberikan motivasi, memfasilitasi hingga
mendampingi, mengadvokasi kemajuan serta perkembangan IKM dengan
mengutamakan pola pembinaan piranti lunak dan piranti keras secara simultan
dan komprehensif.
Salah satu data pada website Kabupaten Magelang melakukan kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian melalui Direktorat
Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) terus berupaya
mendorong berkembangnya industri kecil dan menengah (IKM) di Kabupaten
Magelang terutama di Kecamatan Muntilan, dengan program pelatihan untuk
IKM yang memilki karyawan ataupun pemiliknya merupakan Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan KPM PKH di Kecamatan Muntilan dan
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang untuk mempersiapkan para
Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan menjadi wirausaha yang
berkembang sehingga dapat berkontribusi dalam penumbuhan perekonomian di
Kabupaten Magelang. Melalui Program Keluarga Harapan (PKH), rata-rata bisa
mengentaskan 10 sampai 20 keluarga dari kemiskinan setiap bulannya. Data tahun
2019 antara 10 hingga 20 keluarga dapat dientas dari kemiskinan. Pada gambar di
bawah ini mampu dilihat bahwa untuk menunjang IKM di Kabupaten magelang
dinas perindustrian dan perdagangan melakukan kinerja yang mana yakni
melakukan pemberdayaan terhadap IKM, Usaha Koperasi, dan dapat dilihat
terdapat capaian yang cukup tinggi terhadap kinerja tersebut. Salah satu upaya
pemberdayaan juga difokuskan kepada Kecamatan Muntilan dengan memberikan
pemberdayaan IKM yang memiliki karyawan atau pemiliknya merupakan
masyarakat yang mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH).
5
Gambar 1.1
Capaian Indikator Kinerja Utama Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Tahun 2021
Secara spasial, potensi IKM yang ada di Kabupaten Magelang terbagi-bagi
namun terkhusus di Kecamatan Muntilan potensi IKM terbanyak adalah IKM
dalam industri berbahan baku batu. Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan
dilakukan untuk pengentasan kemiskinan pasca covid-19 dengan focus
pembangunan pada peningkatan kesejahteraan melalui pengkatan kualitas SDM,
kualitas Infrastruktur dan pengembangan ekonomi. Pada Kecamatan Muntilan
dengan program pelatihan yang didukung oleh Kementrian Perindustrian melalui
Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dijten IKMA) untuk
IKM yang memiliki karyawan ataupun pemiliknya merupakan Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) di Kecamatan Muntilan dan
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang untuk mempersiapkan para
penerima manfaat Progran Keluarga Harapan menjadi wirausaha yang
berkembang sehingga dapat berkontribusi dalam penumbuhan perekonomian di
Kabupaten Magelang. Pemberdayaan IKM dilakukan yang mana pemberdayaan
tersebut diperuntukkan untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program
Keluarga Harapan (PKH) dan dilakukan guna menanggulangi kemiskinan pasca
covid-19 ini membawa dampak, data 2018 sebelum terjadi covid terdapat
sebanyak 54.288 keluarga penerima manfaat PKH namun angka tersebut terus
turun setiap bulannya, dan pada tahun 2019 antara 10 hingga 20 keluarga dapat
dientas dari kemiskinan.
6
Namun, setelah adanya pandemi covid-19 terdapat dampak pandemi Covid-
19 terhadap pelaku IKM di Kabupaten Magelang berdasarkan hasil kajian dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu dampak pada sisi produksi dan dampak pada
sisi pemasaran. Secara rinci, dampak Pasca Covid-19 tersebut adalah sebagai
berikut yakni Rata-rata penurunan produksi adalah sebesar 55,5%. Adapun IKM
yang berhenti produksi adalah sebanyak 23,1%. Semua IKM mengalami
penurunan omset usaha rata-rata 57,8%. Sebanyak 20,3% IKM berhenti
melakukan pemasaran hasil produksi karena tidak ada permintaan dari konsumen.
Hal ini juga berpengaruh pada jumlah Keluarga Penerima Manfaat, di tahun 2018
sampai 2019, Kabupaten Magelang mengalami penurunan KPM PKH akan tetapi
di tahun 2019 sampai dengan 2021 menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Magelang tahun 2021 terdapat lonjakan angka KPM dari 76.127 KPM di tahun
2019 menjadi 133.812 KPM di tahun 2021, seperti yang terlihat pada Gambar 1.2
di bawah ini:
7
Gambar 1.2
Jumlah Keluarga Penerima Manfaat dan Anggaran Bantuan Sosial Pangan
Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang, 2019-2021
Adapun Kecamatan Muntilan menjadi salah satu kecamatan yang
mengalami peningkatan KPM lebih dari 100%. Di tahun 2018 terdapat 3.140
KPM di tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 3.137 KPM, namun di tahun
berikutnya hingga Desember 2021 KPM mengalami peningkatan menjadi 14.753
KPM. Di dalam LPPD juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa harapan dari
pelaku IKM dalam rangka menangani dampak pandemi Covid-19. Adapun
harapan dari pelaku IKM tersebut meliputi bantuan permodalan, pemasaran,
sarana produksi, perijinan, dan pendampingan.
Sehingga ini menjadi sangat menarik untuk analisis lebih mendalam apakah
dan bagaimana pemberdayaan IKM KPM PKH yang ada di Kecamatan Muntilan
mampu mengurangi atau menanggulangi angka kemiskinan yang ada. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus
nantinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pemberdayaan IKM guna penanggulangan kemiskinan pasca pandemik Covid-19.
Masalah tersebut difokuskan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk
pemberdayaan IKM guna penanggulangan kemiskinan. Untuk mendekati masalah
ini, digunakan referensi pendapat dari Kartasasmita (1996) tentang pemberdayaan.
Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan berdasarkan penelitian sebelumnya
dan observasi langsung serta dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan
bahwa penelitian dimana pemberdayaan IKM hingga saat ini memberikan
kontribusi besar dalam pengurangan angka kemiskinan baik di Kecamatan
Muntilan maupun di seluruh bagian di Indonesia terutama Pasca Covid-19.
Kemudian dalam menganalisis permasalahan ini peneliti menggunakan dan
mengembangkan IKM melalui stratergi pengembangan ekonomi rakyat dalam
pembangunan IKM menurut Kartasasmita (1996) harus meliputi aspek-aspek,
diantaranya pelatihan, permodalan, pemberian fasilitas, teknologi, pemasaran, dan
kemitraan.
8
B. Rumusan Masalah
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landsan Teori
1. Teori Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari kata
“power‟ (kekuasaan atau keberdayaan). Oleh karena itu, gagasan utama
empowerment terkait erat dengan konsep kekuasaan (Suharto, 2005: 57).
Pemberdayaan berhubungan dengan kapabilitas individu maupun kelompok
manusia yang berada dalam kondisi rentan dan kurang berdaya. Di sini, Suharto
(2005; 58) menyatakan bahwa: “Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dalam (a) Masyarakat memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar mereka
yang berkontribusi pada terciptanya kebebasan individu (fredom), dalam arti
bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) Individu bertujuan untuk
mengakses sumber daya produktif yang memungkinkan mereka untuk
meningkatkan pendapatan mereka dan memperoleh barang dan jasa yang mereka
butuhkan; dan (c) Mengambil bagian dalam proses pembangunan dan
pengambilan keputusan yang berdampak pada mereka.” Dalam pemberdayaan,
orang miskin dan lemah tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan
(misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan
objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki
beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Dengan
demikian, konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai matra
kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial,
ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.
11
pasif yang bergantung pada entitas eksternal seperti pemerintah untuk bantuan,
tetapi sebagai subjek otonom. Selain itu, pemberdayaan juga dilihat sebagai upaya
memberi kekuasaan sebagai jawaban atas ketidakberdayaan (powerless)
masyarakat. Dari sudut pandang kekuasaan, terdapat beberapa pemahaman
tentang pembadayaan sebagai berikut (Sutoro Eko, 2005: 151):
12
pemberdayaan berarti membebaskan seseorang dari kontrol yang ketat dan
memberi mereka kebebasan untuk bertanggung jawab atas ide, keputusan, dan
tindakan mereka. Di sisi lain, Blancard et al. (1998: 113) menyatakan bahwa
pemberdayaan berarti memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
Pemberdayaan adalah proses di mana individu memperoleh otonomi,
motivasi, dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka
dengan cara yang memberi mereka rasa kepemilikan dan kepuasan saat
berkolaborasi dengan tujuan organisasi. Di dalam Suharto (2005: 59-60) proses
dan tujuan pemberdayaan merupakan:
a. Pemberdayaan adalah suatu proses yang melibatkan serangkaian tindakan
yang bertujuan untuk memperkuat atau memberdayakan kelompok lemah
dalam masyarakat, seperti masyarakat yang berjuang untuk mengakhiri
kemiskinan.
b. Dengan diberdayakan, orang-orang yang diberdayakan memiliki kekuatan
atau pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik,
ekonomi, dan sosial mereka, seperti memiliki kepercayaan diri, memiliki
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
menjalankan tugas hidupnya.
13
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan masyarakat
berarti membuat masyarakat lebih percaya diri dengan kemampuannya sendiri
daripada bergantung pada program atau bantuan. Menurut Kartasasmita (1996:
144), pemberdayaan masyarakat dimulai dengan gagasan bahwa tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah untuk menjadikan masyarakat mandiri,
memampukan, dan meningkatkan kemampuannya, serta menunjukkan bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk keberlanjutan. Chambers (Kartasasmita,
1996: 142) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai ide pembangunan
ekonomi yang menggabungkan prinsip-prinsip sosial dan menunjukkan
paradigma pembangunan baru yang berpusat pada masyarakat, berpartisipasi, dan
berkelanjutan.
Selain itu, Sumodiningrat (1996: 5) menetapkan bahwa setiap upaya
pemberdayaan yang berorientasi pada masyarakat, baik pemerintah, bisnis,
maupun individu, harus mencakup setidaknya lima komponen utama: stimulan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan dan pembangunan
infrastruktur, dan pengembangan kelembagaan pedesaan. Berkaitan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat, Prijono (1996: 73) mengemukakan sebagai
berikut:
a. Kesempatan mereka sama. Mereka memiliki akses yang sama ke
pendidikan, yang juga berarti akses yang sama ke pemerataan dan keadilan.
b. Relevansi. Karena kebutuhan atau kepentingan tidak selalu berkorelasi satu
sama lain, struktur, isi, dan bentuk program sangat kuat dan dapat
memenuhi semua kebutuhan.
c. Kualitas: Kualitas proses dan produk yang didukung oleh sumber daya
(manusia, sarana, dan prasarana) disebut sebagai kualitas.
d. Mengatur kegiatan; ini disebut koordinasi karena orang harus bekerja sama
dalam semua kegiatan untuk memaksimalkan hubungan kerja dan
mendapatkan hasil yang wajar.
e. Memperbaiki sarana dan prasarana berarti mendorong proses pelaksanaan
kegiatan yang memerlukan sarana dan prasarana agar kegiatan dapat
dilakukan tanpa hambatan.
14
Masyarakat yang berdaya akan kuat dan mampu mengambil bagian dalam
kemajuan, mengontrolnya, dan menikmati hasilnya. sementara untuk menentukan
apakah program pemberdayaan masyarakat berhasil, Sumodiningrat (1999: 138)
mengemukakan aspek-aspek sebagai berikut:
Dalam konteks ini, Kartasasmita (1996: 69-70) menyebutkan tiga aspek pokok
yang perlu dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu:
15
c. Melindungi masyarakat melalui pro-komunitas yang lemah untuk mencegah
konflik. Karena segala sesuatu yang dinikmati harus dibuat sendiri,
pemberdayaan masyarakat tidak membuat masyarakat bergantung pada
berbagai program zakat.
16
c. Maintaining, Itu adalah pemberdayaan yang melindungi; setiap aspek
masyarakat yang lemah harus diimbangi agar persaingan yang tercipta dapat
berjalan dengan baik.
17
Dalam arti sempit, dimensi pemberdayaan mengacu pada meningkatkan
potensi atau kekuatan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan
komunitas yang mendukung kemandirian Anda. Peningkatan pengetahuan tentang
pembangunan, peningkatan keterampilan teknologi, kesempatan untuk
mendapatkan bantuan pemerintah, kesempatan untuk mengemukakan pendapat
dalam rapat atau pertemuan, akses ke bantuan pemahaman hukum, kemungkinan
masuk dalam daftar penerima kredit atau pinjaman modal, penggunaan teknologi
yang lebih maju, membuka kesempatan kerja, dan penggunaan teknologi yang
lebih maju adalah semua aspek pemberdayaan.
18
b) Memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara sosial dan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan berpartisipasi dalam
pembangunan masyarakat.
Industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah
barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi
barang jadi, atau yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya
dengan maksud untuk dijual. Dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan
paling banyak 19 orang termasuk pengusaha (BPS, 2003). Menurut Surat Edaran
Bank Indonesia (dalam Prasetyo, 2008), industri kecil adalah suatu usaha dalam
bentuk industri yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin, yang
memiliki aset < Rp 200 juta atau omset Rp 1 milyar, bersifat industri keluarga,
menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana dan mudah
keluar masuk industri.
Pada awalnya PKH dibawah menkokesra, namun mulai tahun 2010 berada
dibawah sekertaris wakil Presiden (Sekwapres). PKH didasarkan pada Peraturan
Presiden (perpres) No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulanggan
kemiskinan, dan Intruksi PResiden (Impres) No. 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan.
Penerima bantuan PKH adalah RTSM sesuai dengan kriteria BPS dan
memenuhi satu atau beberapa kriteria program yaitu memiliki Ibu hamil/nifas,
anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia
SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2009, kartu peserta PKH diberikan
atas nama ibu atau perempuan dewasa dan digunakan untuk menerima bantuan
PKH. Selanjutnya, kartu PKH dapat digunakan sebagai 36 kartu Jamkesmas untuk
seluruh keluarga penerima PKH.
24
barang yang tidak pada mestinya. Dalam kasus tertentu, ketentuan di atas dapat
dikecualikan. Misalnya, kepala keluarga dapat bertindak sebagai pengganti
perempuan dewasa dalam keluarga. Kepesertaan PKH tidak menutup
keikutsertaan-nyan RTSM pada program-program pemerintah lainnya pada
klaster I , seperti: Jamkesmas, BOS, Raskin dan BLT (Direktorat Jaminan
Kesejahteraan Sosial 2009: 17).
25
tahun 2010, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas dan
fungsi serta kewenanggan masing-masing, dalam rangka melaksanakan program-
program yang berkeadilan yang diantaranya meliputi program :
4. Teori Kemiskinan
26
diseluruh dunia. Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau kelompok
tertentu berada didalam keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya,
sehingga mereka masih hidup dalam keterbatasan dan cenderung menjadi
kelompok terbelakang (Suryawati, 2005). Kemiskinan juga diartikan sebagai
permasalahan mendasar dan menjadi perhatian semua pihak terutama dari
pemerintah. Kemiskinan secara tidak langsung mendatangkan berbagai
permasalahan lainnya dimasyarakat misalnya kriminalitas meningkat, kualitas
pendidikan rendah, kesehatan tidak terpenuhi, dan lain-lain (Annur, 2013).
Menurut (Suryawati, 2005) setidaknya terdapat 4 macam tentang kemiskinan ini,
berikut ini adalah penjelasan peneliti :
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut merupakan kemiskinan yang dialami oleh beberapa
orang maupun kelompok dimana mereka meskipun bekerja namun tidak
dapat mencukupi setiap kebutuhannya. Terutama kebutuhan akan primer
mereka. Seperti, kebutuhan akan kesehatan, kebutuhan pendidikan,
kemudian perumahan. Kondisi demikian membuat mereka tetap didalam
lingkaran kemiskinan yang terus menerus terjadi.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ini terjadi karena pengaruh dari kebijakan pembangunan
yang tidak dapat dijangkau oleh pemerintah, sehingga masyarakat yang
tidak tersentuh dengan pembangunan ini akan tetap didalam keadaan
kemiskinan. Kemiskinan ini memiliki perbedaan yang berbeda-beda dari
wilayah lainnya tergantung dengan kebijakan pembangunan yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing.
3. Kemiskinan Kultural/budaya
Kemiskinan kultural ini di pengaruhi oleh adat istiadat ataupun budaya yang
sudah berlangsung sejak lama, sehingga mereka enggan meninggalkan
kebiasaan lama. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor misalnya merasa
nyaman dengan kondisi yang sekarang, maupun dari sifat malas individu
yang muncul karena kebiasaan lama.
27
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural ini adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
beberapa masyarakat yang tidak dapat mengakses semua sumber daya, di
sebabkan oleh adanya pengaruh dari budaya, sosial, politik, maupun
perbedaan dari sistem sosial. Keterbatasan dalam mengakses sumber daya
ini hanya untuk golongan tertentu yang memiliki akses untuk menikmatinya
dimana ini tentunya merugikan pihak lain yang tidak dapat mengaksesnya.
Berdasarkan penjelasan mengenai kemiskinan diatas, didalam penelitian ini
peneliti lebih berfokus kepada kemiskinan absolut (ekonomi). Kemiskinan absolut
menjadi sangat penting mengingat bahwa faktor ekonomi menjadi tumpuan akan
kesejahteraan dan menjadi salah satu penanda akan perubahan akan status
sosialnya. Pemenuhan ekonomi ini akan membuat masyarakat yang mengalami
kemiskinan absolut akan bisa mengakses sumber daya, mengakses pendidikan,
kesehatan, memenuhi sandang, pangan, serta kebutuhan akan tempat tinggal.
Penyebab terjadinya kemiskinan seringkali menjadi hal yang mengencam
semua orang yang tidak miskin. Mereka juga menjadi rentan karena bisa saja
keadaan berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
Menurut (Itang, 2015) penyebab kemiskinan itu ada 6 (enam) poin diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan kemiskinan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan
menerbitkan peraturan-peraturan, bahkan kebijakan tertentu yang
menghambat kemajuan ekonomi dari masyarakat di suatu wilayah.
2. Kedua adalah pola kolonisasi yang masih terjadi, dimana petani menjadi
rakyat yang menempati kelas terbawah dan mengalami marjinalisasi
sehingga mereka kalah akan Sumber Daya Manusia, karena penguasaan
terbesar akan berada ditangan orang yang memiliki sumber daya dan akan
memilih untuk berorientasi ekspor.
3. Faktor manajemen sumber daya buruk, dimana harusnya sumber daya
dikelola dengan baik terutama kepada sumber daya alam yang semakin hari
semakin berkurang jumlahnya dengan alasan faktor ekonomi. Karena,
sumber daya alam merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat
28
diperbarui, oleh sebab itu diperlukan kebijakan yang kuat dari pemerintah
dalam mengelola dan mengaturr sumber daya alam secara bijaksana.
4. Faktor bencana alam karena siklus alam biasanya dipengaruhi oleh
perubahan iklim, sehingga menimbulkan berbagai bencana alam yang
menghancurkan sebagian mata pencarian masyarakat, menyebabkan banjir,
dan bencana alam lainnya.
5. Faktor kesetaraan gender yang masih mengesampingkan kaum perempuan,
lebih menghargai laki-laki dibandingkan dengan perempuan sehingga akses
akan pekerjaan juga diberikan kepada laki-laki.
6. Faktor budaya, faktor budaya menjadi salah satu penyebab adanya
kemiskinan misalnya pola hidup konsumtif oleh petani ataupun nelayan
ketika sedang mengalami panen raya sehingga tidak memiliki simpanan
untuk kedepannya apabila mengalami kendala yang bisa saja merugikan
mereka.
Pada penelitian ini untuk dapat menentukan masyarakat miskin peneliti
mengacu kepada data yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten magelang, sebagai
langkah awal dalam penyusunan penelitian ini.
B. Penelitian Terdahulu
30
penelitian ini dapat diterapkan pada studi kasus Iptekda LIPI. Metode
penelitian Kualitatif
4. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Suminah, dkk (2022) yang berjudul
“Determinants of micro, small, and medium-scale enterprise performers’
income during the Covid-19 pandemic era”. Penelitian ini menggunakan
metode Kuantitatif untuk penelitiannya dengan Hasil analisis uji-t yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan
UMKM yang memiliki karyawan kurang dari 3 orang dan yang memiliki
karyawan lebih dari 3orang. Sementara pemberdayaan dapat meningkatkan
pendapatan UMKM, pelaku UMKM yang sering mengikuti pemberdayaan
dan mereka yang jarang ikut pemberdayaan tidak ada bedanya. Implikasi
dari hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk merumuskan model
pemberdayaan pelaku UMKM yang sesuai dengan kondisi pandemi. Metode
Penelitian menggunakan metode kuantitatif.
5. Penelitian selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan Akhmad, Khabib Alia
(2020) yang berjudul”The Role Of Government Policy In Smes Facilitating
Institutions In Indonesia: A Case Study On Business Development Services
Provider” yang memiliki tujuan untuk melihat kontribusi kebijakan
pemerintah terhadap BDS-P dalam melaksanakan pelayanannya. Hasil
penelitian menyatakan bahwa kebijakan pemerintah tentang pengembangan
BDS-P telah menghasilkan peningkatan kemampuan dan kapasitas BDS-P
dalam memberikan layanan bisnis, sosialisasi peran BDS-P dalam
pengembangan UKM, pelibatan BDS-P dalam memberikan layanan usaha
bagi UKM, dan penetapan standar sertifikasi kompetensi bagi konsultan/
fasilitator professional. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif.
6. Selanjutnya penelitian oleh Triastuti, Maria R.Harni (2021) yang berjudul
“Governance Capacity of Local Government in Empowering Small and
Medium Enterprises in Indonesia”. Penelitian ini membahas peran
pemerintah daerah dalam mendukung bisnis lokal dan kapasitas tata kelola
mereka yang diperlukan untuk memainkan peran tersebut. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini memberikan hasil yakni
31
faktor dari dalam ke luar dan dari luar mempengaruhi kapasitas tata kelola
lokal. Yang kami maksud dengan faktor inside-out adalah pengungkapan
diri pemerintah dalam kerjasamanya dengan para pemangku kepentingan
untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan akuntabilitas publik
mereka. Faktor luar-dalam meliputi tantangan dan hambatan lingkungan
administrasi yang memengaruhi kapasitas tata kelola.
7. Selanjutnya penelitian dari Sulistyono, Mocham mad, dkk (2022). Yang
berjudul “Strategy For Empowerment Of Micro, Small And Medium
Enterprises (Msmes) Food Sector By The Office Of Cooperatives,
Small/Micro Businesses And Industry Of Balangan Regency”. Penelitian ini
menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Hasil
penelitian pada penelitian ini adalah bahwa faktor penghambat meliputi
pengelolaan yang tidak profesional, modal yang terbatas, kualitas produk
yang tidak memenuhi syarat, harga produk yang relatif mahal, dan desain
kemasan produk yang kurang menarik.
8. Selanjutnya penelitian dari Musabayana & Mutambara (2022) yang berjudul
“The Implementation of B-BBEE Policy”. Yang mana penelitian ini
menganalisis pengaruh kebijakan Broad-Based Black Economic
Empowerment (B-BBEE) terhadap UKM. Hasil penelitian menunjukkan
implementasi kebijakan B-BBEE masih merupakan mitos. Untuk tingkat
yang lebih besar gagal mengatasi warisan diskriminasi rasial apartheid di
UKM di Afrika Selatan. Metode Kualitatif Pendekatan desk view
9. Penelitian selanjutnya oleh Effendy, Aidil Amin, dkk (2022) dengan judul
penelitian “Determinants of Small Medium Micro Business Empowerment:
Systemic Literature Review”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui determinan Pemberdayaan UMKM dan faktor apa saja yang
menentukan Pemberdayaan UMKM di Era Globalisasi. penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan eksposisi. Penelitian
ini mendapatkan hasil penelitian yakni penentu Pemberdayaan UMKM
adalah peran pemerintah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia yang
menjadi motor penggerak keberhasilan UMKM dalam upaya bangkit di
32
masa pandemi, dengan salah satunya kebijakan utamanya adalah mendorong
penyaluran kredit kepada UMKM
10. Terakhir, penelitian yang dilakukan Dahlia, D (2022) yang berjudul “The
Role of Cooperatives for Trade, Industry, Mining, and Energy Office in
Empowering SME”. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui faktor
pendorong dan penghambat pemberdayaan UKM di Kabupaten Bulukumba.
Kedua, untuk mengetahui peran Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan,
Perindustrian, Pertambangan, dan Energi dalam pemberdayaan UMK di
Kabupaten Bulukumba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah
perlu menjalin kerjasama dengan lembaga lain seperti bank agar bisa cepat
mendapatkan modal bagi para pelaku UKM yang masih sangat sulit
dijangkau, yang bisa mendorong dan meningkatkan UKM. Jadi, pemerintah
dapat memajukan dana dalam melaksanakan program pemberdayaan UKM
dan untuk meningkatkan pendapatan
35
ikut pemberdayaan tidak
ada bedanya. Implikasi
dari hasil penelitian ini
dapat dijadikan landasan
untuk merumuskan model
pemberdayaan pelaku
UMKM yang sesuai
dengan kondisi pandemi.
5 Akhmad, The Role Of Kebijakan pemerintah Metode yang Perbedaan:
Khabib Government tentang pengembangan digunakan Teori
Alia (2020) Policy In BDS-P telah yaitu metode
Smes menghasilkan peningkatan kualitatif. Persamaan:
36
Small and pengungkapan diri kasus yang
Medium pemerintah dalam diangkat
Enterprises in kerjasamanya dengan para mengenai
Indonesia. pemangku kepentingan pemberdayaan
untuk mengoptimalkan UMKM.
penggunaan sumber daya
dan akuntabilitas publik
mereka. Faktor luar-dalam
meliputi tantangan dan
hambatan lingkungan
administrasi yang
memengaruhi kapasitas
tata kelola.
7 Sulistyono, Strategy For faktor penghambat Metode yang Perbedaan:
Mocham Empowerment meliputi pengelolaan yang digunakan Teori yang
mad, dkk Of Micro, tidak profesional, modal adalah digunakan dan
(2022). Small And yang terbatas, kualitas metode pendekatan
Medium produk yang tidak kualitatif. penelitian.
Enterprises memenuhi syarat, harga
(Msmes) Food produk yang relatif mahal, Persamaan:
Sector By The dan desain kemasan Isu yang
Office Of produk yang kurang diangkat yaitu
Cooperatives, menarik. mengenai
Small/Micro perbaikan
Businesses pemberdayaan
And Industry UMKM.
Of Balangan
Regency
8 Musabayan The Implementasi kebijakan Metode Perbedaan:
a& Implementatio B-BBEE masih Kualitatif Teori dan
Mutambara n of B-BBEE merupakan mitos. Untuk Pendekatan pendekatan
37
(2022) Policy tingkat yang lebih besar desk view penelitian.
gagal mengatasi warisan
diskriminasi rasial Persamaan:
apartheid di UKM di Isu yang
Afrika Selatan. diangkat yaitu
dalam lingkup
pemberdayaan
UMKM.
9 Effendy, Determinants a penentu Pemberdayaan Metode Perbedaan:
Aidil Amin, of Small UMKM adalah peran penelitian Teori yang
dkk (2022) Medium pemerintah dalam kualitatif digunakan tidak
Micro pemberdayaan UMKM di pendekatan sama.
Business Indonesia yang menjadi eksposisi
Empowerment motor penggerak Persamaan:
: Systemic keberhasilan UMKM Metode
Literature dalam upaya bangkit di penelitian
Review masa pandemi, dengan kualitatif, isu
salah satunya kebijakan yang diangkat
utamanya adalah yaitu mengenai
mendorong penyaluran kebijakan
kredit kepada UMKM dalam
pemberdayaan
UMKM.
10 Dahlia, D The Role of Pemerintah perlu menjalin Metode Perbedaan
(2022) Cooperatives kerjasama dengan penelitian Metode dan
for Trade, lembaga lain seperti bank eksperimen Teori Berbeda.
Industry, agar bisa cepat dengan
Mining, and mendapatkan modal bagi pendekatan Persamaan
Energy Office para pelaku UKM yang induktif Isu yang
in masih sangat sulit diangkat yaitu
Empowering dijangkau, yang bisa mengenai
38
SME mendorong dan kebijakan
meningkatkan UKM. Jadi, dalam
pemerintah dapat pemberdayaan
memajukan dana dalam UMKM.
melaksanakan program
pemberdayaan UKM dan
untuk meningkatkan
pendapatan.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang dibuat oleh peneliti ini sebagai alur dan kerangka
kerja penelitian ini. Dimulai dari permasalahan, pendapat hingga hasil akhir yang
akan menjadi sebuah kesimpulan dalam menjawab beberapa rumusan masalah
didalam penelitian ini. Kerangka berfikir akan memudahkan para pembaca
didalam memahami alur dari penelitian ini. Permasalahan yang diangkat adalah
penanggulangan kemiskinan yang ada di Kecamatan Muntilan. Beberapa bantuan
yang telah diberikan dan yang menjadi fokus dari penilitian ini adalah
pemberdayaan UMKM terkhususnya Industri Kecil Menengah dengan Industri
Rumah Tangga yang hingga saat ini memberikan kontribusi besar dalam
pengurangan angka penanggulangan kemiskinan baik di Kecamatan Muntilan
maupun di seluruh bagian di Indonesia, sehingga perlu adanya analisis dan
penelitian lebih mendalam terkait hal ini.
Kemudian, dalam menganalisis permasalahan ini peneliti menggunakan
pendapat Kartasasmita (1996) mengenai pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) melalui strategi pengembangan ekonomi rakyat dalam
pembangunan UMKM yang harus meliputi aspek-aspek, diantaranya pelatihan,
permodalan, pemberian fasilitas, teknologi, pemasaran, dan kemitraan.
BAB III
METODE PENELITIAN
40
Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan ini secara terstruktur.
Adapun didalam bab 3 ini peneliti mencantumkan beberapa penjelasan yang
sangat penting diantaranya adalah mengenai jenis penelitian yang dipilih oleh
peneliti, focus penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, pengambilan
informan, Teknik pengumpulan data, validitas data, serta mengenai Teknik
analisis data. Berikut ini adalah sajian peneliti dibawah ini:
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang peneliti gunakan didalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut (Creswell, 2003) bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki pendekatan yang lebih
beragam dan bervariasi apabila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Meski
memiliki proses yang sama, namun disamping itu kualitatif mengutamakan data
yang diperoleh berupa gambar-gambar ataupun teks dan manuskrip. Selain itu
kualitatif juga memiliki Langkah yang unik dalam menganalisis data tergantung
dari rujukan mana yang peneliti gunakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
penelitian kualitatif deskriptis diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan
kepada filsafat postpositivme. Menurut (Sugiyono, 2010) penelitian kualitatif
menggunakan landasan filsafat postpositivme. Merupakan penelitian yang
digunakan pada sifat alamiah ditempat tertentu. Kemudian peneliti bertindak
sebagai intrumen kunci. Sedangkan untuk unit analisis pengumpulan datanya
menggunakan analisi triagulasi Teknik berupa (observasi, wawancara dan
dokumentasi). Analisis data bersifat induktif mengharuskan peneliti berada
dilapangan, kemudian mempelajari serta menafsirkan lalu melaporkan beserta
menarik kesimpulan dari proses pengumpulan data tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan studi kasus, dimana
didalamnya terdapat serangkaian peristiwa, aktivitas, suatu program maupun
sebuah proses. Studi kasus peneliti pilih sebagai pendekatan didalam metode
penelitian ini. Menurut (Creswell, 2003) penelitian dengan pendekatan studi kasus
merupakan strategi penelitian yang telah dipilih untuk menyelidiki secara cermat
mengenai kasus, proses dan juga sekelompok pihak tertentu dalam kurun waktu
41
tertentu dan pembatasan atas waktu atau aktivitas dengan menggunakan prosedur
pengumpulan data yang telah ditentukan.
Pada pembahasan bab satu sebelumnya terdapat beberapa serangkaian data,
yang menyebutkan pemberdayaan IKM di dilakukan oleh kabupaten Magelang
yang mana pemberdayaan tersebut diperuntukkan untuk keluarga penerima PKH.
Dan guna menanggulangi kemiskinan pasca covid-19 pemberdayaan ini
membawa dampak, data 2018 sebelum terjadi covid terdapat sebanyak 54.288
keluarga penerima manfaat PKH namun angka tersebut terus turun setiap
bulannya, dan pada tahun 2019 antara 10 hingga 20 keluarga dapat dientas dari
kemiskinan. Namun, di seluruh Indonesia terdapat data yang mengatakan bahwa
terdapat pemberhentian produksi UKM yang berada pada angka 70% akibat
covid-19 dan kemiskinan akibat krisis covid-19 sendiri menjadi konsentrasi
pemerintah. Sehingga ini menjadi salah menarik untuk analisis lebih mendalam
apakah dan bagaimana pemberdayaan IKM yang ada di Kecamatan Muntilan
mampu mengurangi atau menanggulangi angka kemiskinan yang ada. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus
nantinya.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memiliki fokus penelitian sebagai batasan dalam penelitian
ini, adapun fokus penelitian menurut (Sugiyono, 2010) adalah batasan yang
digunakan peneliti untuk tetap dalam keadaan relevan dari topik penelitian.
C. Ukuran Pemberdayaan IKM
Ukuran dari pemberdayaan IKM ini secara garis besar akan mengacu
kepada pendapat dari setiap informan yang akan diwawancarai nantinya, sehingga
penyusunan arti dari keberdayaan atau tidak berdaya akan sangat tergantung dari
setiap jawaban daripada informan tersebut. Kemudian untuk pengambilan
kesimpulan maka digunakanlah sebuah ukuran pemberdayaan IKM bilaman
semua aspek dikatana berdaya maka dimensi tersbut akan disebut berdaya dan
juga sebaliknya apabila ada satu ataupun lebih aspek dikatan kurang berkualitas
maka dimensi tersebut dikatakan kurang berkualitas. Peneliti memilik
menggunakan kajian pemberdayaan IKM yang dikembangkan oleh kartasasmita
42
(1996) yang mengatakan pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
memberdayakan masyakarat dengan menciptkan suasan atau iklim yang
memungkinkan potensinya berkembang. Upaya pemberdayaan Industri Kecil
Menengah (IKM) untuk mengurangi kemiskinan selama masa Pasca Covid19 di
Kecamatan Muntilan adalah contoh pengembangan ekonomi kerakyatan melalui
pemberdayaan dalam pengembangan IKM. Adapun ukuran Pemberdayaan IKM
tersebut antara lain adalah, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Ukuran Pemberdayaan IKM
Konsep Aspek Sub Aspek
Upaya Pemberdayaan Pelatihan Intensitas pelatihan
(Ginandjar Kartasasmita Durasi pelatihan
Permodalan Ketersediaan Modal
(1996) Kemudahan
pendanaan
Pemberian fasilitas Sarana dan prasarana
Peralatan
Teknologi Pemanfaatan
Teknologi
Pemasaran berbasis
Teknologi
Pemasaran Promosi Produk
Pangsa pasar
Kemitraan Pengembangan Kerja
Sama
Persaingan Usaha
Sumber : data diolah (2020)
D. Sumber Data
Menurut (Bauer & Aarts, 2000) sumber data yang utama dalam penelitian
kualitatif dapat berupa kata-kata dan hasil dari sebuah tindakan, selebihnya adalah
data tambahan yang memperkuat adanya data utama tersebut yakni dari dokumen,
foto, ataupun dalam bentuk lainnya. Penelitian ini setidaknya memiliki 2 sumber
data yang digunakan, berikut ini adalah penjelasannya:
44
2. Industri Kecil Menengah (IKM) pada yang menyerap tenaga kerja dari
Keluarga atau Lingkungan sekitar yang memiliki tingkat kesejahteraan
rendah atau miskin atau yang menerima KPM PKH.
3. Industri Kecil Menengah (IKM) dengan jenis usaha yakni anyamanan,
industri kerajinan, industri tempe, tahu dan industri makanan ringan
(Daud, 2007).
4. Industri Kecil Menengah (IKM) yang mendapatkan binaan oleh Muntilan
Tapak Liman sebagai organisasi yang mewadahi IKM di kecamatan
Muntilan.
Adapun informan yang peneliti pilih untuk diwawancarai nantinya dan
memiliki informasi yang benar serta menjadi bagian dari program tersebut
diantaranya adalah sebagai 7 Pelaku IKM yang ada di kota Muntilan orang yang
mendapatkan pemberdayaan IKM oleh pemerintah. Sehingga informan yang akan
peneliti wawancara selaku pihak yang benar-benar terlibat serta menerima
bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kecamatan Muntilan yang berjumlah
sebanyak 7 informan
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mendukung serta menjadi
tahapan yang sangat penting dilapangan tentunya harus memiliki beberapa teknik
pengumpulan data yang baik. Berikut ini adalah beberapa Teknik Pengumpulan
Data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Melalui observasi memungkinkan peneliti untuk dapat lebih memahami
situasi dan kondisi dilapangan kemudian dapat melakukan pencatatan, melakukan
rekaman terhadap aktivitas yang terjadi, serta melakukan semi wawancara secara
tidak terstruktur kepada masyarakat yang berada dilokasi penelitian. Observasi
yang dipilih adalah sebagai berikut :
a. Observasi pasif dimana peneliti tidak ikut dalam kegiatan maupun
aktivitas dilokasi penelitian hanya mengamati setiap aktivitas yang
terjadi pada saat dilapangan.
45
b. Serta melakukan semi wawancara secara tidak terstruktur kepada
beberapa masyarakat yang bermukim dan memahami secara detail dan
berada langsung dilokasi penelitian tersebut.
c. Mengikuti salah satu pertemuan dari kegiatan wirausaha salah satu
Pelaku IKM yang mengikuti pemberdayaan IKM, dimana peneliti dapat
bersentuhan secara langsung mengenai salah satu kegiatan tersebut.
d. Melihat kondisi saat ini pada pelaku IKM yang menerima pemberdayaan
untuk penanggulangan kemiskinan.
Observasi peneliti lakukan, untuk melihat kondisi yang ada dilapangan saat
ini khususnya di Kecamatan Muntilan, dengan fokus kepada kondisi ekonomi
UMKM saat ini. Untuk mengetahui lebih dekat potret penanggulangan
kemiskinan saat ini.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai tahapan pertama untuk melakukan
pengumpulan data dalam ranah kualitatif. Wawancara merupakan sejumlah
pertanyaan yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka untuk memunculkan
pandangan dan opini dari para narasumber (Creswell, 2003). Wawancara dapat
dilakukan dengan beberapa orang maupun personal informan yang dianggap
benar-benar mengetahui sumber data secara valid serta merupakan bagian dari
objek penelitian. Wawancara umumnya dapat dilakukan dengan via media
elektronik, ataupun secara berhadap-hadapan atau face to face.
Penelitian ini memiliki pedoman wawancara yang sudah disusun. Sehingga
peneliti sudah mengetahui apa saja yang akan menjadi topik pertanyaan yang
diajukan kepada informan. Kemudian, susunan atas daftar pertanyaan ini nantinya
dapat berubah pada saat wawancara berlangsung disesuaikan dengan kondisi,
waktu dan tempat wawancara. Tentunya didalam wawancara ini peneliti memiliki
pedoman wawancara yang terlebih dahulu sudah dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing agar tidak terjadi bias pada saat penelitian. Menggunakan
pendekatan secara kekeluargaan peneliti berupaya membuat informan lebih
terbuka dan tidak merasa tertekan, serta fleksibel, terlebih informan yang peneliti
pilih juga sebagai informan key.
46
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
hasil berupa dokumen maupun publikasi hasil dari setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan. Dokumentasi dapat berupa surat keputusan, buku, jurnal penelitian
sebelumnya, majalah, surat kabar, foto kegiatan, hasil rekaman, absensi hasil
kegiatan, dan dapat berupa data daring maupun dalam bentuk cetak dan lainnya.
Adapun didalam penelitian menggunakan pengumpulan data dokumentasi yang
didasarkan pada :
a. Program Pemberdayaan IKM yang didapatkan dari hasil penelitian
terdahulu yang berlokasi diwilayah seluruh Indonesia.
b. Hasil rekaman saat wawancara bersama informan serta diketahui informan,
serta beberapa hasil foto yang disimpan pada saat kegiatan pernah
berlangsung beserta masyarakat penerima bantuan.
c. Pembukuan ataupun arsip yang di simpan baik dalam bentuk softcopy dan
hardcopy hasil dari kesepakatan ataupun pertemuan pada saat program-
program tersebut akan dilaksanakan.
d. Surat kabar harian lokal yang pernah menerbitkan mengenai informasi
program pemberdayaan IKM ini baik secara cetak ataupun secaraonline.
G. Validitas Data
Validitas data akan menentukan apakah penelitian ini sebagai salah satu
penelitian ilmiah, oleh sebab itu validitas data haruslah benar. Proses validitas
data yang akan dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan jawaban informan
satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan hasil dari observasi maupun
wawancara kemudian studi dokumentasi, semuanya akan dibandingkan hingga
tidak adanya perbedaan data yang signifikan. Penelitian ini menggunakan Metode
Trianggulasi Teknik. Metode trianggulasi teknik adalah melakukan pencocokkan
data, keabsahan data yang telah diperoleh berdasarkan hasil dari metode
pengumpulan data yang telah dilakukan, yakni dari observasi pra penelitian,
wawancara kepada para informan yang mampu memberikan informasi yang benar
serta dari studi dokumentasi berupa foto, hasil penelitian sebelumnya, informasi
yang berasal media cetak dan elektronik, dan lain-lain.
47
H. Teknik Analisis Data
Metode penelitian kualitatif dalam teknik analisis data menggunakan
pendekatan Miles and Huberman. Analisis data menurut (Sugiyono, 2010)
dilakukan sejak pertama kali peneliti belum memasuki lapangan dengan
menggunakan data sekunder yang sudah ditemukan. Ini dilakukan untuk
menentukan fokus penelitian nantinya. Melakukan analisis data melalui 10 artikel
jurnal penelitian sebelumnya, serta data yang dikeluarkan oleh instansi terkait
dengan topik permasalahan sehingga peneliti menemukan fokus penelitian.
Penggunaan analisis data yang dikemukakan oleh Miles and Huberman
dengan model interaktif yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut
(Miles and Huberman, 1992) bahwa didalam analisis data dilakukan secara
interaktif dan terus menerus melalui wawancara kepada informan hingga data
yang didapatkan sudah jenuh. Adapun komponen dari teknik analisis data adalah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berikut ini penjelasan dari komponen teknik analisis data :
a. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi, kemudian
melakukan wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Karena maksud
dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan dari
pemberdayaan IKM.
b. Reduksi Data
Reduksi data bertujuan untuk melakukan proses pemulihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar
yang muncul, dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Tidak menutup
kemungkinan pada saat dilapangan peneliti menemukan istilah-istilah
Bahasa Daerah yang ini tentunya perlu dibahasakan dalam Bahasa
Indonesia, sehingga perlu dilakukan penjelasan singkat tanpa merubah isi
dari hasil wawancara. Data kemudian dilakukan direduksi dan dianalisis
untuk menajamkan, menggolongkan dan mengarahkan, membuang yang
tidak penting, mengorganisasikan data sehingga dapat menjadi jawaban dari
setiap dimensi teori yang sudah ditetapkan.
48
c. Penyajian Data
Proses selanjutnya adalah penyajian data yang peneliti lakukan dengan
melihat tata cara penulisan yang sistematis secara menyeluruh didalam
penyusunan laporan penelitian tesis, kemudian pada penyajian data
selanjutnya dilakukan dengan memberikan uraian secara singkat, baik dalam
bentuk tabel, maupun lainnya yang diperlukan serta melakukan penyajian
dalam bentuk naratif. Penyajian data dilakukan untuk dapat memberikan
kemudahan serta memahami isi penelitian ini kepada para pembaca
nantinya.
d. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah salah satu kegiatan konfigurasi lengkap selama
penyelidikan. Salah satu contoh refleksi yang muncul di benak peneliti saat
mereka menulis adalah tindakan yang menarik kesimpulan. Tinjauan catatan
lapangan menjadi semakin komprehensif setelah peer review dan diskusi tentang
cara membuat "kesepakatan intersubjektif" atau upaya mendalam untuk
memasukkan replika temuan ke dalam kumpulan data lain.
Data yang diperoleh dari penelitian harus divalidasi dengan menguji
kebenaran, kekokohan, dan kecukupan. Hasil penelitian diakui (Miles dan
Huberman, 1992). Data yang dikumpulkan selama proses pengumpulan data akan
dikategorikan menurut tema yang lebih khusus dan digunakan pendekatan yang
telah dikembangkan.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab yang keempat ini akan menjelaskan mengenai deskripsi lokasi
penelitian yang relevan terhadap penelitian. Pertama akan menjelaskan mengenai
profil Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang sebagai tempat penelitian ini
dilakukan. Selanjutnya akan membahas mengenai informan dari gambaran umum
yang telah digunakan. Serta, analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Trianggulasi Teknik berdasarkan hasil observasi, wawancara serta hasil
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan Industri Kecil Menengah (IKM) yang
merupakan anggota PKH (Program Keluarga Harapan).
Terakhir didalam bab ini akan menyajikan pembahasan dari penelitian. Pada
penjelasan pertama akan membahas mengenai hasil penelitian yang menyangkut
Upaya pemberdayaan IKM yang telah di kategorikan dengan 4 kategori yang
mana informan yang di dapat peneliti merupakan Industri Kecil Menengah (IKM)
di kecamatan Muntilan yang menjadi anggota PKH. Industri Kecil Menengah
(IKM) pada Industri Rumah Tangga yang menyerap tenaga kerja dari Keluarga
atau Lingkungan sekitar yang memiliki timngkat kesejahteraan rendah atau
miskin. Industri Kecil Menengah (IKM) dengan jenis usaha yakni anyamanan,
industri kerajinan, industri tempe, tahu dan industri makanan ringan (Daud,
2007).Industri Kecil Menengah (IKM) yang mendapatkan binaan oleh Muntilan
Tapak Liman sebagai organisasi yang mewadahi IKM di kecamatan Muntilan.
Lalu penelitian ini akan membahas perihal Hambatan yang di dapat dalam
melakukan pemberdayaan tersebut.
Peneliti membagi penjelasan tersebut, kemudian dilanjutkan menganalisis
hasil temuan dilapangan dengan analisis pendapat Pemberdayaan IKM. Peneliti
mendapatkan 7 informan yang sesuai dengan keriteria dan semua bergabung
dengan paguyuban IKM di Kecamatan Muntilan, berikut nama-nama informan
beserta usaha yang dibangun.
50
Tabel 4.1 Informan Penelitian
No. Nama Informan Jenis IKM
1. Hayati Siswiningrum Batik Butik Dan Fashion
2. Ismartoyo Sanggar Ukir Batu Pangestu
"Kerajinan Batu"
3. Wulan IKM Makanan
4. Erwin diana wati Umkm Aneka Olahan Rempah-
Rempah Dgn Brand Racik Sewu
5. Absasi Anisa Rohmah Konveksi, Sablon Kaos Dan Bordir
6. Ibu Deni Armiyani Produksi Olahan Pepaya Dan Kopi
7. Febri Feb Bucket (Florist)
Sumber: Olahan Peneliti, 2023
51
sangkar burung, telah berkembang. Jumlah penduduk meningkat sebanyak 13.720
jiwa pada 2019. Beberapa sungai yang mengalir dari pancuran lahar Gunung
Merapi membawa pasir dan batu mengalir melalui wilayah Kabupaten Muntilan,
termasuk Sungai Pabelan, Lamat, dan Blongkeng.
Kecamatan Muntilan terletak di daerah Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
Ini adalah pusat perdagangan dan layanan selatan. Muntilan terletak 10 km dari
Mungkid, pusat pemerintahan dan ibu kota distrik Magelang. Itu juga 15 km dari
Magelang, dan 25 km dari Yogyakarta. Kecamatan Muntilan telah lama menjadi
pusat perdagangan dan layanan di bagian selatan Magelang. Ini karena lokasinya
di jalur provinsi yang menghubungkan Semarang, Magelang, dan Yogyakarta.
Muntilan juga berada di jalur KA lama yang menghubungkan Stasiun Tugu
Yogyakarta, Stasiun Blabak Mungkid, Stasiun Kebonpolo Kota Magelang,
Stasiun Ambarawa, dan Stasiun Tambaksari Semarang. Jalur ini sekarang tidak
berfungsi lagi.
B. Pemberdayaan IKM di Kabupaten Magelang
52
Tabel 4.3
Program-Program Pemberdayaan di Kabupaten Magelang
No. Nama Penyelenggara Aspek Kegiatan
Pemberdayaan Pemberdayaan
1. Bimbingan Kementerian Pelatihan dan Program wirausaha untuk
teknis (bimtek) Perindustrian pemberian Keluarga Penerima
wirausaha IKM melalui Fasilitas Manfaat Program Keluarga
Makanan dan Direktorat Harapan di Kecamatan
Kerajinan di Jenderal Industri Muntilan dan Kecamatan
Kabupaten Kecil, Borobudur, Kabupaten
Magelang Menengah dan Magelang yang mana
(2019) Aneka (Ditjen kegiatannya meliputi
IKMA) bimbingan peningkatan
kemampuan SDM, para
peserta juga mendapat
fasilitasi mesin/ peralatan
penunjang perbaikan mutu
produk pangan seperti
perekat kemasan (sealer)
serta alat peniris minyak
dan mesin/ peralatan untuk
peningkatan kapasitas
produksi.
2. Festival Direktorat Pelatihan dan Pembinaan bagi para
Joglosemar di Jenderal Industri Bantuan pelaku IKM melalui
Taman Lumbini, Kecil Menengah Pemasaran beberapa program salah
Kompleks dan Aneka satunya e-Smart IKM.
Taman Wisata (Ditjen IKMA)
Candi
Borobudur
(TWCB), 2021
3. Endorse Bareng Badan Pelatihan dan Mendampingi proses
Penyelenggara
Produk IKM Pemberian pendaftaran, verifikasi
Jaminan Produk
53
Bersertifikat Halal (BPJPH) Fasilitas bahan olahan, proses
Kementerian
Halal produksi hingga syarat
Agama
Kabupaten (Kemenag) dan administrasi lainnya hingga
Tim Penggerak
Magelang, 2023 diterimanya sertifikat halal
PKK Kabupaten
Magelang secara gratis dihampir
setiap Kecamatan di
Kabupaten Magelang dan 1
juta Sertifikasi Halal Gratis
(Sehati) melalui mekanisme
pernyataan pelaku usaha,
4. Pelatihan DINAS Pelatihan dan Kegiatan pelatihan tersebut
Digital PERDAGANG Teknologi menyampaikan materi
Marketing, 2022 AN KOPERASI Informasi pokok mengenalkan digital
DAN UKM marketing sekaligus
praktek menggunakan
perangkat HP masing-
masing peserta melalui
aplikasi Google Bisnis.
Produknya beragam, mulai
dari makanan olahan, hasil
pertanian, kerajinan dan
fashion (batik dan
ecoprint).
5. Pojok UMKM Pemerintah Bantuan PKK Milenial Kecamatan
Mumpuni, 2022 Kecamatan Pemasaran Muntilan membentuk atau
Muntilan, mendirikan tempat lapak
Kabupaten khusus untuk hasil produksi
Magelang dan UMKM di Kantor Camat.
PKK Milenial
6. Sosialisasi dan Pemerintah Pelatihan dan Sosialisasi dan bimbingan
Bimbingan Kabupaten Pemberian teknis guna mendorong
Teknis Magelang Fasilitas pelaku usaha untuk
Implementasi memiliki legalitas usaha
Perizinan dengan mengurus NIB
54
Berusaha (Nomor Induk Berusaha)
Berbasis Risko untuk para IKM di
Tingkat kabupaten Magelang.
Kecamatan
Sumber Tabel: Olahan Peneliti, 2023
Menurut data yang peneliti dapatkan dari beberapa website pemerintah
terdapat program-program dan juga kegiatan pemberdayaan untuk Industri Kecil
Menengah dan Usaha Kecil Mikro yang ada di kabupaten Magelang, kegiatan ini
dilakukan di tahun 2019 sampai tahun 2023 hal ini berarti banyak upaya
pemberdayaan pemerintah kabupaten magelang guna melakukan penanggulangan
kemiskinan pasca Covid-19, dari 6 program tersebut terdapat 2 kegiatan
pemberdayaan yang diperuntukkan untuk IKM Kecamatan Muntilan, yakni
Bimbingan teknis (bimtek) wirausaha IKM Makanan dan Kerajinan di Kabupaten
Magelang dan juga Pojok UMKM yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan
Muntilan, Kabupaten Magelang dan PKK Milenial, dua pemberdayaan ini
dilakukan untuk mengembangkan potensi IKM untuk menunjang perekonomian
pasca covid-19. Dari dua kegiatan pemberdayaan ini tidak dijelaskan berapa lama
kegiatan tersebut berlangsung.
Gambar 4.1
Pojok UMKM Kecamatan Muntilan
(Sumber: Instagram tapakliman_mtl)
55
Peneliti juga melakukan observasi tambahan untuk mengetahui
pemberdayaan IKM di kabupaten Magelang terutama kecamatan Muntilan.
Peneliti menemukan terdapat beberapa Lembaga Swasta yang berbentuk
Commanditaire Vennootschap (CV) yang menghimpun IKM (Industri Kecil
Menengah) pada kecamatan Muntilan. Peneliti menemukan dan melakukan
observasi, wawancara dan sebagainya untuk IKM yang terhimpun atau
dikumpulkan oleh CV. Tapak Liman Muntilan, yang mana CV. Tapak Liman
Muntilan merupakan Lembaga Swasta yang bekerja sama dengan Kecamatan
Muntilan untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang berguna untuk
pengembangan IKM, salah satunya pengadaan pelatihan, pemasaran produk IKM
di kecamatan Muntilan.
Gambar 4.2
Kartu CV.Tapak Liman Muntilan
(Sumber: Instagram tapakliman_mtl)
Para IKM ini pun berbagai macam, salah satunya sebagian IKM yang
terhimpun dan sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan CV. Tapak Liman
adalah IKM yang mendapat bantuan Keluarga Penerima Manfaat Program
Keluarga Harapan, 7 IKM di dalam penelitian ini merupakan IKM yang
terhimpun juga sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan CV. Tapak
Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan Keluarga Penerima Manfaat
Program Keluarga Harapan. 7 IKM ini juga pernah mendapatkan berbagai macam
kegiatan pemberdayaan baik dari Kementrian IKM, Pemerintah kabupaten
56
Magelang, PKK Milenial, Dinas Perdagangan Koperasi Dan Ukm. Peneliti juga
melakukan observasi ke tempat produksi salah satu IKM KPM PKH yang
terhimpun pada CV. Tapak Liman yang juga mendapatkan pemberdayaan baik
oleh Pemerintah maupun organisasi ataupun Lembaga yang melakukan
pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan.
Gambar 4.3
Sosial Media dan kegiatan CV.Tapak Liman Muntilan
(Sumber: Instagram tapakliman_mtl)
57
Perdagangan Koperasi Dan Ukm. Peneliti juga melakukan observasi ke tempat
produksi salah satu IKM KPM PKH yang terhimpun pada CV. Tapak Liman yang
juga mendapatkan pemberdayaan baik oleh Pemerintah maupun organisasi
ataupun Lembaga yang melakukan pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan.
Telah disebutkan diatas dari seluruh pemberdayaan yang ada di kabupaten
magelang terdapat 2 kegiatan pemberdayaan yang diperuntukkan untuk IKM
Kecamatan Muntilan, yakni Bimbingan teknis (bimtek) wirausaha IKM Makanan
dan Kerajinan di Kabupaten Magelang dan juga Pojok UMKM yang dilakukan
oleh Pemerintah Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang dan PKK Milenial,
dua pemberdayaan ini dilakukan untuk mengembangkan potensi IKM untuk
menunjang perekonomian pasca covid-19. Dari dua kegiatan pemberdayaan ini
tidak dijelaskan berapa lama kegiatan tersebut berlangsung. Namun melalui
observasi peneliti, sampai hari ini Pojok UMKM masih ada di kantor Kecamatan
Muntilan dan untuk kegiatan Bimtek atau bimbingan teknis hanya dilakukan di
tahun 2019 saja. Pojok UMKM ini masih dikelola oleh PKK Milenial, dimana
PKK milenial ini dibentuk oleh Ibu Bupati Kabupaten Magelang yang mempunyai
inovasi dimana PKK Milenial yang dianggotakan anak-anak muda mampu
membantu PKK ibu-ibu yang memiliki produk IKM yang ingin diperjual belikan.
Memberdayakan masyarakat yang lemah atau kurang beruntung adalah
tujuan pemberdayaan. Pemberdayaan menekankan hak seseorang untuk
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang diperlukan untuk
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan orang lain yang mereka pedulikan.
Kecamatan Muntilan memiliki peran strategis guna pembinaan kualitas sumber
daya manusia terutama usaha kecil menengah untuk menunjang kepariwisataan
dimana dari observasi yang dilakukan peneliti, peneliti mendapati terdapat Pojok
IKM dan PKK Milenial mumpuni sebagai program pemberdayaan yang terdapat
di Kecamatan Muntilan. Salah satu fungsi dari pojok IKM ini adalah sebagai
wadah yang dibentuk untuk menampung dan memberdayakan para pemilik IKM
agar bisa mengolah dan memanfaatkan hasil pangan secara maksimal.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 7 IKM di dalam penelitian ini
merupakan IKM yang terhimpun juga sering mengikuti kegiatan yang
58
diselenggarakan CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan. Menurut salah satu
responden yakni ibu Hayati Siswiningrum yang merupakan pemilik butik dan
merupakan salah satu IKM yang merupakan KPM PKH dan juga tergabung dalam
himpunan CV. Tapak liman, mengatakan beliau mendapatkan banyak perhatian
melalui banyak kegiatan pemberdayaan IKM. Ibu Hayati Siswiningrum
menjelaskan bahwa perhatian pemerintah banyak diberikan kepada IKM hal ini
mungkin untuk mensupport pendapatan pasca Covid-19 yang dirasakan hampir
seluruh IKM di Indonesia. Di Kecamatan Muntilan perhatian yang didapat dan
dirasakan banyak, berupa pemasaran, pembuatan even-even dan lainnya:
“IKM di Muntilan sangat di perhatikan oleh Kecamatan mulai dari di
ikutkan pameran, di berikan job baru dan banyak di buatkan even even
untuk meningkatkan citra produk melalui pemasaran yang di support oleh
pemerintah” (Hayati Siswiningrum, pemilik batik butik dan fashion)
59
bahwa pemberdayaan IKM memiliki beberapa aspek yakni Pelatihan,
Permodalan, Pemberian Fasilitas, Teknologi, Pemasaran dan Kemitraan.
1. Pelatihan
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 7 IKM di dalam penelitian ini
merupakan IKM yang terhimpun juga sering mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan. Para IKM ini
mendapatkan pelatihan yang dilakukan oleh berbabgai macam Lembaga, beberapa
IKM mengatakan mendapatkan pelatihan dari Dinas Perdagangan Koperasi Dan
UKM Kabupaten Magelang, dan mendapatkan kegiatan pelatihan dari Direktorat
Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA), dan kegiatan yang
diselenggarakan oleh PKK Milenial di Kecamatan Muntilan ataupun dari CV.
Tapak Liman sendiri. Menurut Responden seluruh pelatihan yang ada Umumnya
dilakukan dalam kurun waktu 1 sampai 7 hari. Pelatihan yang dilakukan berbagai
macam, pelatihan digital marketing, pelatihan pembuatan batik, pelatihan
pengembangan produk IKM, pelatihan perizinan dan permodalan juga pelatihan
lainnya.
Berdasarkan salah satu IKM yakni Ibu Absasi Anisa Rohmah yakni
pemilik IKM Konveksi megatakan pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas
Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten Magelang pada tahun 2022 tepatnya
di bulan September dan mendapatkan pelatihan dari PKK Milenial Kecamatan
Muntilan di tahun yang sama namun di awal tahun. Pelatihan yang sangat diingat
oleh Ibu Absasi berupa pelatihan Pemasaran dan Keuangan oleh Dinas
Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten Magelang yang dilaksanakan 2-3
hari di Aula Kantor Kecamatan Muntilan pada September tahun 2022.
"Ada, seperti di bidang digital pemasaran dan keuangan" (Absasi Anisa
Rohmah, pemilik Konveksi, Sablon Kaos Dan Bordir)
Tedapat banyak pelatihan yang juga dilakukan yakni salah satunya seperti di
digital marketing, kewirausahaan dan keuangan. Adapun kegiatan pelatihan
60
lainnya yang dilakukan oleh anggota PKK Milenial di Kecamatan Muntilan untuk
IKM di Kecamatan Muntilan dan terbukti sangat bermanfaat bagi
keberlangsungan IKM. Hasil wawancara dengan ibu Hayati Siswiningrum yakni
pemilik IKM batik butik dan fashion, pelatihan yang dilakukan oleh PKK
Milenial yang pernah beliau dapatkan membawa dampak terhadap Pengembangan
IKM di Kecamatan Muntilan. Adapun dampak pembinaan terhadap keberhasilan
IKM di Kecamatan Muntilan yakni dari segi inovasi akan ada sesuatu yang baru,
pelatihan dan pemasaranya pun lebih luas cangkupan wawasan yang diberikan
sehingga memberikan pengembangan dan manfaat yang cukup besar untuk IKM.
Seperti yang dikatakan ibu Hayati Siswiningrum, beliau sempat mengikuti
kegiatan Pelatihan yang dilakuka oleh Dinas Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Magelang yang dilaksanakan di tahun 2021 di Alun-alun Magelang,
beliau merasakan manfaat dari pelatihan tersebut pada wawancara beliau
menyatakan:
"Sangat besar, karena selain ada pelatihan disitu akan di lanjutkan
dengan di adakanya even even yang di selegarakan oleh pemerintah, dan
dampaknya sangat bagus untuk mendongkrak nilai pasar dan penjualan
pun akan ikut naik" (Hayati Siswiningrum, Pemilik IKM batik butik dan
fashion)
61
“Manfaat pelatihan yang saya rasakan belum terlalu memadai dari segala
bidang aspek karena di bidang batik inovasi harus selalu jalan, pelatihan
ini tidak memberikan ide-ide inovasi untuk usaha batik seperti saya.
"((Erwin diana wati, pemilik IKM aneka olahan rempah-rempah dgn
brand racik sewu)
Hal ini berarti memang terdapat kekurangan dalam bidang pelatihan yang
mana belum banyak pelatihan yang menjurus untuk setiap IKM dengan bidangnya
masing-masing. Untuk meminimalisir hambatan tersebut, perlu dilaksanakan
kegiatan pelatihan yang lebih banyak lagi dengan tema kegiatan yang lebih rinci.
Seperti yang diketahui dari beberapa responden belum ada yang pernah
mengungkapkan mendapatkan Pelatihan di tahun 2023. Harusnya Pemerintah dan
Lembaga-lembaga berkaitan mampu melakukan peningkatan pelatihan menjadi
rutinitas yang bisa dilaksanakan rutin sebulan sekali hal ini merupakan usaha
untuk membuat IKM mendapatkan manfaat lebih dari Upaya pemberdayaan
tersebut.
Dari informan didapatkan bahwa pelatihan yang didapatkan dari beberapa
penyelenggara adalah berupa pelatihan pemasaran, keuangan, digital dan
pelatihan mengembangkan beberapa produk IKM yang ada di Kecamatan
Muntilan, seperti pelatihan cantingan, pelatihan batik Lukis. Pelatihan ini
dilakukan oleh pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang
ataupun Lembaga-lembaga penyelenggara dilakukan kurang lebih 1 sampai
dengan 7 hari. Melalui narasumber, mengatakan bahwa pelatihan yang diberikan
sangatlah berpengaruh untuk IKM. Pelatihan ini sendiri merupakan aspek
pemberdayaan IKM terpenting dari segala aspek yang ada pada pendapat
pemberdayaan IKM oleh Kartasasmita (1996). Melalui komunikasi dengan
informan, peneliti menemukan bahwa pelatihan memiliki potensi untuk
meningkatkan potensi masyarakat karena elemen lain juga akan dikembangkan.
Pelatihan ini benar-benar mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang.Hasil analisis ini juga mendukung penegasan
Kartasasmita (1996) bahwa pemberdayaan adalah pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat, yaitu upaya untuk mendorong masyarakat untuk menjadi lebih baik
dengan membuat suasana atau lingkungan yang memungkinkan mereka
berkembang. Namun dari pernyataan Informan perlu dilakukan pengembangan
62
dalam pelatihan yang dilakukan pemerintah Kecamatan Muntilan. Pengembangan
tersebut adalah seperti memperbanyak jumlah pelatihan dan lebih memfokuskan
pelatihan kesetiap bidang yang ada di IKM.
2. Permodalan
Dalam pemodalan masyarakat yang masih dibawah sederhana/miskin
dilakukan pendekatan oleh pemerintah khususnya untuk IKM KPM PKH. Melalui
informan yakni 7 IKM di dalam penelitian ini yang mana merupakan IKM yang
terhimpun di CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan mengatakan terdapat
dampak kehadiran Pojok UMKM yang ada di kantor kecamatan Muntilan sebagai
pusat informasi mengenai permodalan usaha dan dapat membantu para IKM
mendapatkan informasi teknis mengenai proses permodalan. Untuk meningkatkan
produktivitas IKM dan membantu pengembalian modal, pelatihan mengenai
permodalan oleh pihak pemerintah juga diberikan kepada pelaku usaha. Salah satu
permodalan yang dilakukan oleh pemerintah di Kecamatan Muntilan ialah
memberikan kemudahan akses dan informasi melalui Pojok UMKM yang dikelola
PKK Milenial mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) ataupun peminjaman di
perbankan. Melalui salah satu reponden yakni bapak Ismartoyo, beliau
menyatakan permodalan secara materi memang belum ada dilakukan oleh pihak
Pemerintah baik Pemerintah Kecamatan maupun Pemerintah Kabupaten
Magelang, namun dengan mendapatkan KUR IKM mendapatkan manfaat,
manfaat yang dirasakan setelah IKM mendapat pinjaman KUR ini ialah:
"Pengaruh permodalan untuk kami para pelaku IKM sangat besar, karena
kita seperti di beri jalanya untuk mendapatkan akses modal" (Ismartoyo,
Pemilik Sanggar Ukir Batu Pangestu "kerajinan batu")
IKM dan Koperasi yang saat ini tidak memiliki akses ke kredit atau
pembiayaan dari bank lain atau dari Program Pemerintah dapat memanfaatkan
KUR untuk mengajukan permohonan kredit atau pembiayaan. Tujuan akhir
program KUR adalah untuk meningkatkan perekonomian, mengurangi
kemiskinan, dan menciptakan lapangan kerja bagi warga. KUR adalah pinjaman
yang diberikan bank kepada IKM yang memiliki modal kerja dan investasi untuk
63
usaha yang layak tetapi belum dapat dibiayai. Tujuannya adalah untuk
mempercepat perkembangan sektor riil, terutama pertanian, kehutanan, kelautan,
perikanan, dan industri.
Jika badan pengatur seperti pemerintah daerah, pelaku IKM, dan dunia
perbankan dapat bekerja sesuai tugas dan fungsinya, maka pemberdayaan IKM
akan berhasil dan kemajuan IKM akan cepat terwujud. Melalui sosialisasi,
pemberian informasi permodalan baik dari pemerintah Kecamatan Muntilan dan
Kabupaten Magelang membuat para pelaku IKM semakin lebih mudah
mendapatkan akses kredit dan IKM mampu bekerja sama dengan pihak
permodalan. Berdasarkan salah satu informan yakni Ibu Absasi, menyebutkan
pihak PKK Milenial Kecamatan Muntilan memberikan bantuan untuk permodalan
berupa Akses kepada permodalan tersebut, kemudahaan ini juga dikatakan oleh
narasumber:
"Akses permodalan di Kecamatan Muntilan cukup mudah dan tidak
terlalu sulit juga karena pasti akan memerlukan teknis tersendiri dari
pemerintah" (Absasi Anisa Rohmah, pemilik Konveksi, Sablon Kaos
Dan Bordir)
64
khusus yang diberikan” (Hayati Siswiningrum, pemilik batik butik dan
fashion)
65
prasarana sosial dan fisik, pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan, modal,
dan informasi.
3. Pemberian Fasilitas
Peran Pemerintah sebagai fasilitator dalam semua aspek harus terpenuhi
karena telah tertuang dalam Pemberian fasilitas guna memberikan hak para IKM
ini sangat membantu IKM saat pasca Covid-19. Di kecamatan Muntilan terdapat
pemberian fasilitas yang dilakukan oleh Ditjen IKMA di tahun 2019 pemberian
fasilitas ini untuk para IKM yang menerima KPM PKH, pada penelitian ini 7
informan yakni IKM yang terhimpun di CV. Tapak Liman Muntilan merupakan
IKM yang mendapat KPM PKH. Namun dalam observasi dan wawancara peneliti,
peneliti mendpatkan tidak semua dari 7 informan ini yang mengikuti pelatihan
dan pemberian fasilitas yang dilakukan Ditjen IKMA di tahun 2019 tersebut,
hanya 3 informan yang mengikuti aktivitas tersebut yakni Bapak Ismartoyo dan
Ibu Erwin diana wati dan Ibu Hayati Siswiningrum. Mereka mengatakan bentuk
pemberian fasilitas untuk pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan sudah
banyak, salah satunya pada tahun 2021 terdapat acara JogloSemar yang dilakukan
oleh Ditjen IKMA di Borobudur. IKM di muntilan yang tergabung dalam IKM
binaan CV. Tapak Liman mengikuti acara tersebut dan terfasilitasi untuk
penjualan mereka. Dari salah satu narasumber mengatakan bahwa pemberian
Fasilitas ini membantu sekali untuk peningkatan Usaha mereka terutama IKM
yang mendapat KPM PKH ini, karena pada dasarnya IKM dalam kategori ini
paling sangat membutuhkan fasilitas guna menunjang Industri mereka, dan ini
sangat dirasakan manfaat dari hal tersebut.
“Manfaat sekali, karna dengan adanya fasilitas itu banyak pelaku usaha
yang maju, yang berkembang dan pasarnya semakin luas, pengaruhnya
itu juga sangat besar mbak, karena itu pelaku IKM bisa merambah ke
pasar modern jadi ada yang bisa masuk ke minimarket seperti alfamart
dan indomart” (Erwin diana wati, pemilik IKM aneka olahan rempah-
rempah dgn brand racik sewu)
66
binaannya yakni untuk membantu mempermudah perolehan perizinan, seperti
program sosialisai dan pemberian izin halal yang diberikan Kantor Urusan Agama
Kabupaten Magelang yang sesuai standart halal agar produk-produk dari anggota
IKM dapat diterima disemua kalangan masyarakat. Contoh untuk pihak
pemerintah kabupaten bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama Kabupaten
Magelang untuk pemberian sertifikat halal, Adapun menurut informan terdapat
upaya yang dilakukan pemerintah baik Kecamatan Muntilan ataupun pemerintah
Kabupaten Magelang yakni membantu anggota IKM secara bergiliran untuk
membuat perizian seperti setifikasi halal untuk produk makanan dan minuman
IKM, kemudian dari kabupaten Magelang yang memberikan bantuan proses izin
pengurusan pendaftaran produk ke BPPOM, dan juga fasilitas perizinan lainnya
yang dijadikan sebagai peningkatan dari mutu dan kualitas hasil dari produksi
anggota IKM. Hal ini juga dikatakan oleh narasumber yang mengatakan bahwa:
“Istilahnya memberikan fasilitas untuk pelaku umkm itu pelatihan-
pelatihan terus ijin usaha NIP PIRT dan HALAL itu memang ada
fasilitas dan dari Pemerintah Kecamatan Muntilan informasi mengenai
ini juga lengkap di Pojok IKM yang ada di kantor Kecamatan Muntilan”
(Erwin diana wati, pemilik IKM aneka olahan rempah-rempah dgn brand
racik sewu)
67
“Berupa pelatihan marketing, salah satunya juga Upaya PKK Milenial
dengan di bukakan pameran pameran yang disini bisa sekaligus menjadi
sarana promosi dan memperkenalkan produk agar di kenal lebih luas"
(Absasi Anisa Rohmah, konveksi sablon kaos dan bordir)
69
memberikan banyak manfaat melalui penggunaan media sosial kepada IKM
seperti mampunya IKM memasarkan produk menggunakan Tiktok, Instagram dan
sebagainya. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu narasumber yakni:
“Manfaatnya teknologi itu jadi saya menggunakan teknologi seperti wa
gitu yaa, fb , ig , tiktok dan teknologi sangat besar sekali manfaatnya
karna istilahnya bisa membantu omset saya setiap bulannya” (Erwin
diana wati, pemilik UMKM aneka olahan rempah-rempah dgn brand
racik sewu)
Hal ini dapat menyatakan bahwa UMKM sangat memerlukan teknologi ini,
hal ini dikarenakan UMKM mampu memberikan jangkauan yang lebih besar baik
dari segi penjualan maupun informasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan salah
satu narasumber yakni:
"Manfaat teknologi ini besar sekali, karena tanpa di sangka produk saya
bisa sampai papua sampai irian, palembang, batam, paling engga sudah
merampah ke luar pulau itu bagi saya sudah istimewa" (Deni Armiyani,
Pemilik Produksi Olahan Pepaya Dan Kopi)
70
negeri. Kita dapat bersaing dari segi kualitas, pengemasan, dan kecepatan operasi
perusahaan serta yang lebih penting lagi adalah dalam pemasaran produk IKM.
Melalui jawaban para informan di dapat bawa penggunaan teknologi oleh
para IKM sangat membantu mereka untuk melaksanakan kegiatan usaha, dari
hasil juga di dapatkan bawa IKM diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menggunakan platform online. Peneliti mendapatkan bawah IKM di kecamatan
Muntilan telah banyak diarahkan untuk melakukan digitalisasi oleh pihak
pemerintah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasasmita (1996) dimana
pemberdayaan IKM hasrus mampu meningkatan akses kepada aset produktif,
terutama modal, teknologi, dan manajemen. Dimana untuk itu Kecamatan
Muntilan berhasil melakukan pemberdayaan dan mengarahkan IKM untuk
berdigitalisasi.
5. Pemasaran
Pemasaran dalam suatu usaha merupakan suatu hal yang penting.
Memperkanalkan dan memasarkan produk di masyarakat luas. Dengan tujuan
pemasaran adalah produk kita dapat diterima oleh konsumen sehingga
meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan omzet penjualan terhadap
suatu produk. pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang
ataupun Lembaga-lembaga swasta juga telah memberikan pelaku IKM bantuan
dalam hal pemasaran. Hasil dari produksi tiap anggota IKM diberikan fasilitas
pemasaran pada beberapa acara yang diselenggarakan oleh pemerintah baik
Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang ataupun Lembaga-lembaga
swasta. Acara bazar dalam hari-hari tertentu di Kecamatan Muntilan dijadikan
media pemasaran khususnya kepada anggota IKM. Seperti contoh untuk para
anggota PKK Milenial “Mumpuni” bekerja sama dengan Kecamatan Muntilan
menyelenggarakan workshop digital marketing, lalu pameran-pameran di
Kecamatan Muntilan, dan terdapat Pojok IKM di kantor Kecamatan Muntilan
yang di Kelola PKK Milenial yang mempamerkan atau menjual produk para
anggota IKM baik IKM yang dalam binaan pemerintah dan juga IKM yang
termasuk dalam binaan pemerintah dan penerima KPM PKH di Kecamatan
Muntilan. Pada penelitian ini 7 IKM yang mendapat KPM PKH dan merupakan
71
IKM binaan CV.Tapak Liman yang diwawancarai semua menjajakan produk-
produknya di Pojok IKM ini dan ini sangat membantu baik mampu membantu
pemasaran IKM hal ini juga membantu IKM dalam mendapatkan informasi
mengenai pelatihan, pendanaan dan hal lain yang berkaitan dengan pemberdayaan
IKM. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Febri
sebagai berikut:
"Sarana pemasaran yang diberikan kecamatan itu banyak, berupa katalog
untuk memasukan produk produk umkm, terus ada Pojok IKM dan dari
tahun 2021 sudah mulai ada expo, setelah pandemi sudah mulai masuk
expo, itu selama pandemi baru pemerintah mulai membuka expo kembali
dan acaranya pun lumayan sukses.”(Febri, Pemilik Florist)
72
pemasaran produk. Seperti yang dikatakan salah satu narasumber karena merasa
IKM tidak bergitu mendapatkan manfaat dari bantuan pemasaran yang dilakukan
pemerintah.
"Bantuan belum maksimal sehubungan dengan Borobudur sebagai
prioritas, belum maksimal karena peluang besar tapi umkm belum terlalu
merasakan manfaatnya" (Hayati Siswiningrum, pemilik batik butik dan
fashion)
75
kepentingan masyarakat lemah, mencegah terjadinya persainganyang tidak
seimbang dan juga praktik eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah melalui
adanya kesepakatan yang jelas untuk melindungi golongan yang lemah. Dimana
dengan adanya kemitraan ini menjaga dan mengembangkan ekonomi rakyat
sehingga persaingan antar IKM tetap seimbang.
Tabel 4.4
Matriks Hasil Penelitian
No. Aspek Batasan Konsep Hasil Penelitian
76
2. Permodalan Permodalan menurut para Permodalan yang
77
fasilitas dari Kabupaten Magelang
yakni membantu anggota IKM
secara bergiliran untuk membuat
perizian seperti setifikasi halal
untuk produk makanan dan
minuman IKM, kemudian dari
kabupaten Magelang yang
memberikan bantuan proses izin
pengurusan pendaftaran produk ke
BPPOM, dan juga fasilitas
perizinan lainnya yang dijadikan
sebagai peningkatan dari mutu dan
kualitas hasil dari produksi anggota
IKM. Lalu Adapun pembuatan
Acara-acara sebagai salah satu
fasilitas yang di dapat IKM yakni
yang diadakan oleh PKK Milenial
Kecamatan Muntilan pada 17
Agustus 2021. Fasilitas ini
dirasakan sangat bermanfaat bagi
para IKM.
4. Teknologi Teknologi pemerintah Kecamatan Pemerintah Kecamatan
Muntilan Bersama PKK Milenial Muntilan memberikan
melakukan kegiatan workshop IKM informasi dan
digital pemasaran guna pengenalan workshop mengenai
teknologi bagi para IKM di tahun penggunaan teknologi,
2022 tepatnya bulan Mei. hal ini menjadi salah satu
Pemberian workshop ini sangat bentuk pemberdayaan
berguna untuk IKM menurut para melalui teknologi yang
informan agar mampu memperluas dirasakan IKM.
jangkauan penjualan dan agar lebih
mudah berkomunikasi dengan
pelanggan.
5. Pemasaran Terdapat beberapa bantuan Pemerintah Kecamatan
78
pemasaran yang diberikan Muntilan belum banyak
pemerintah untuk IKM Kecamatan melakukan bantuan
Muntilan, yakni salah satunya pemasaran, namun
adalah kemudahan untuk beberapa informan
memasarkan produk melalui event- mengatakan bahwa
event ataupun pojok IKM sebagai mereka mendapatkan
wadah IKM untuk melakukan pelatihan pemasaran dan
pemasaran di Kecamatan Muntilan. di pasarkannya produk
Namun bantuan pemasaran yang di mereka melalui Pojok
dapat masih tergolong kurang atau IKM dan memberikan
minim bagi IKM. Maka dari hal itu mereka peluang
bantuan pemasaran yang di dapat memasarkan produk
dari pemerintah untuk IKM melalui website
diharapkan berbentuk bantuan pemerintah dan event-
berupa akses untuk dihubungkan event di daerah.
terhadap pariwisata yang ada di
kabupaten Magelang.
6. Kemitraan kemitraan terdapat CV. Tapak Para IKM di kecamatan
Liman Muntilan yang bekerja sama telah menjalin kerjasama
dengan Pemerintah dalam dengan organisasi-
menghimpun IKM yang ada di organisasi di luar
kecamatan Muntilan dengan pemerintahan, dan telah
pembuatan WA Grup yang bergabung pada WA grup
dijadikan tempat berbagi informasi yang dibuat oleh CV.
mengenai kegiatan pelatihan dan Tapak Liman Muntilan
sebagainya dan melakukan sebagai wadah IKM di
kemitraan sesame IKM. kecamatan Muntilan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2023
79
Muntilan telah meliputi 6 Aspek yang ditawarkan pendapat Kartasasmita (1996).
Adapun pemberdayaan IKM dalam Aspek pelatihan, informan mengatakan
terdapat pengadaan pelatihan dari Dinas Perdagangan Koperasi Dan UKM
Kabupaten Magelang yang dilaksanakan 1-7 hari di Aula Kantor Kecamatan
Muntilan pada September tahun 2022 dan pelatihan yang dilakukan Dinas
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Magelang yang dilaksanakan di tahun 2021
di Alun-alun Magelang dan para informan merasakan manfaatnya baik dari segi
peningkatan Ekonomi mereka yang mana merupakan IKM yang menerima KPM
PKH maupun dari pengembangan industri mereka. Dalam aspek permodalan
menurut para Informan mereka mendapatkan kemudahan Akses dari pihak
Pemerintah Kabupaten Magelang dan Akses informasi yang diberikan oleh
Kecamatan Muntilan melalui PKK Milenial yang menjadi penyalur informasi
mengenai Permodalan untuk KUR dan permodalan lainnya.
80
digital pemasaran guna pengenalan teknologi bagi para IKM di tahun 2022
tepatnya bulan Mei. Pemberian workshop ini sangat berguna untuk IKM menurut
para informan agar mampu memperluas jangkauan penjualan dan agar lebih
mudah berkomunikasi dengan pelanggan. Untuk aspek kemitraan terdapat CV.
Tapak Liman Muntilan yang bekerja sama dengan Pemerintah dalam
menghimpun IKM yang ada di kecamatan Muntilan dengan pembuatan WA Grup
yang dijadikan tempat berbagi informasi mengenai kegiatan pelatihan dan
sebagainya dan melakukan kemitraan sesame IKM. Dengan berjalannya Aspek-
aspek ini sangat membantu IKM KPM PKH ini dalam perekonomian mereka dan
pengembangan usaha mereka. Namun pada kenyataannya dari data yang tersaji di
bab 1 para KPM ini terus bertambah jumlahnya dari tahun ketahun, hal ini
mungkin karena adanya beberapa hambatan yang ditemui dalam pemberdayaan
IKM.
81
tenaga kerja yang berkualitas dan memenuhi standar kerja perusahaan, sehingga
karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan perusahaan yang akan meningkatkan inovasi serta keuntungan yang
nantinya akan di dapat IKM. Oleh karena itu, pelatihan dapat dijadikan sebagai
alat untuk menghasilkan inovasi yang mempunyai pengaruh penting dalam
tercapainya tujuan pemberdayaan IKM.
Hal ini sesuai dengan teori Anwas dalam buku Pemberdayaan Masyarakat
di Era Global menjelaskan pemberdayaan usaha kecil yang utama adalah
bagaimana membangun Sumber Daya Manusia yang tangguh. Mereka perlu di
bina mulai dari produksi hingga pasca produksi yang benar dan efisien. Mereka
perlu di dorong untuk menciptakan berbagai inovasi produknya yang meiliki daya
saing. Kemampuan mendorong berpikir dan berperilaku inovatif yang sangat
diperlukan. Keterampilan dan kemampuan lainnya yang sangat diperlukan oleh
pelaku usaha kecil adalah aspek managerial, pengelolaan keuangan, pemasaran,
kerjasama yang saling menguntungkan (Anwas, 2014).
Kegagalan dalam pelaksanaan pelatihan sangat berdampak kepada
pemberdayaan IKM karena dengan pelatihan yang tidak memadai sumber daya
manusia juga akan ikut tidak berkembang, dengan sumber daya manusia yang
tidak potensial ini akan menghambat IKM untuk mandiri dan mampu menyokong
kemiskinan di daerah sekitar. Menurut Itang (2015) salah satu faktor terjadinya
kemiskinan ialah manajemen sumber daya buruk, dimana harusnya sumber daya
dikelola dengan baik. Hal ini menjelaskan bahwa apabila sumberdaya yang tidak
memadai atau tidak potensial dikembangkan terutama oleh IKM memberikan
dampak juga terhadap kemiskinan di lingkungan sekitar.
Peranan pemerintah dalam pelatihan IKM juga seharusnya menjadi
penyokong utama berdayanya IKM namun dari hasil penelitian di dapatkan
kurangnya dan minimnya perhatian pemerintah untuk memberikan pelatihan yang
lebih banyak lagi dan lebih efektif dan efisien lagi. Padahal telah di cantumkan di
dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Magelang
Tahun 2021 yang mana menyebutkan bahwa RPJMD Kabupaten Magelang Tahun
2019-2024, prioritas pembangunan Kabupaten Magelang Tahun 2021 adalah
82
pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan pertanian,
pariwisata dan industri kecil menengah, sarana dan prasarana publik, lingkungan
hidup, reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, dan keamanan, ketertiban
dan kesiapsiagaan bencana. Dalam hal ini belum memadainya pemerintah dalam
melakukan pelatihan untuk IKM menjadi kekurangan utama atau penghambat
utama berdayanya IKM sehingga hal ini juga menjadi salah satu faktor terjadinya
kemiskinan di sekitar.
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa
kapasitas tata kelola pemerintah daerah dalam memberdayakan IKM masih
kurang optimal dan bervariasi dengan kota-kota yang diteliti. Kapasitas mereka
menunjukkan perbedaan kapasitas kelembagaan, kebijakan, dan manajemen
(Triastuti, 2021). Pernyataan bahwa sumberdaya yang tidak memadai akibat
pelatihan memberikan dampak terhadap menghambatnya pemberdayaan IKM
juga dinyatakan oleh penelitian terdahulu yakni Sulistiyono (2022) yang
mengatakan faktor penghambat berdayanya IKM antara lain manajemen yang
tidak profesional, modal yang terbatas, kualitas produk yang tidak memenuhi
syarat, harga produk yang relatif mahal, dan desain kemasan produk yang kurang
menarik.
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam
dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk mendapatkan dukungan
keuangan, baik perbankan maupun dana bantuan yang disalurkan melalui
kemitraan usaha lainnya. Kecamatan Muntilan belum banyak memberi suntikan
modal bagi yang ingin membuka usaha mandiri belum ada pendampingan untuk
IKM dalam mendapatkan permodalan melalui pihak-pihak swasta. Terbatasnya
jumlah modal merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha IKM di
Kecamatan Muntilan. Mayoritas pengusaha menggunakan modal sendiri dalam
menjalankan usahanya. Kurangnya permodalan IKM, oleh karena pada umumnya
usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang
sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan
83
lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang
diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Pada dasarnya IKM tidak mendapat permodalan secara langsung dari
pemerintah namun pemerintah melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan
di Indonesia yang telah memberi pinjaman untuk IKM yang telah berjalan
sekurang-kurangnya 2 tahun dan usaha tersebut dianggap sudah memperoleh
keuntungan usaha. Program khusus dari perbankan tersebut ada beberapa jenis
yaitu, seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang disediakan lembaga perbankan
untuk memberi kemudahan pinjaman bagi IKM, namun diperuntukkan bagi IKM
yang sudah berjalan minimal selama 6 bulan. Hal ini perlu dimaklumi
dikarenakan lembaga perbankan mempunyai prinsip menjalankan amanah dalam
mengelola uang nasabahnya sehingga dapat memberikan pinjaman pada IKM
yang sudah berjalan dengan baik sehingga dapat mengurangi risiko yang muncul.
Namun hal ini juga menjadi hambatan bagi IKM untuk berdaya karena pada
dasarnya IKM yang membutuhkan keuangan atau permodalan adalah IKM yang
masih berjalan diawal.
85
berkompetisi dengan perusahaan besar yang memiliki sistem produksi dan
distribusi yang lebih baik.
86
Bantuan pemasaran yang tidak optimal menjadikan penghambat bagi
pemberdayaan IKM padahal pada dasarnya aspek utama pemberdayaan ialah
pemasaran. Ketidakberhasilan pemerintah dalam memberikan bantuan pemasaran
ini menandakan pemerintah Kecamatan Muntilan tidak mengikuti tujuan
pemerintah yakni yang tertuang dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2021 menyebutkan dengan RPJMD
Kabupaten Magelang Tahun 2019-2024, prioritas pembangunan Kabupaten
Magelang Tahun 2021 adalah pendidikan, kesehatan, penanggulangan
kemiskinan, pengembangan pertanian, pariwisata dan industri kecil menengah,
sarana dan prasarana publik, lingkungan hidup, reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan, dan keamanan, ketertiban dan kesiapsiagaan bencana. Salah satu
program pada LPPD yang mendukung pencapaian sasaran strategis guna
meningkatnya daya saing ekonomi daerah terutama pasca Covid-19 ialah Program
Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM). Dimana berkembangnya IKM
dengan pemasaran merupakan tujuan pemberdayaan IKM oleh pemerintah. IKM
yang tidak mendapatkan bantuan secara maksimal tidak merasakan manfaat
sehingga membuat IKM sulit berkembang akibat informasi akses pasar yang
kurang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu Dahlia (2020) akses pasar
yang terbatas akan menyebabkan produk tidak dapat dipasarkan secara kompetitif
di pasar nasional maupun internasional. Pernyatan penelitian terdahulu lainnya
adalah menurut Dahlia (2020) yakni pemerintah perlu menjalin kerjasama dengan
lembaga lain seperti bank agar bisa cepat mendapatkan modal bagi para pelaku
UKM yang masih sangat sulit dijangkau, yang bisa mendorong dan meningkatkan
UKM. Sulitnya UMKM ini berkembang karena pemasaran juga dikatakan oleh
Akhmad (2018) yang menyatakan UMKM masih menghadapi kendala teknis yang
menghambat kegiatan usahanya seperti tingkat kemampuan (kompetensi),
keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,
pemasaran, dan keuangan.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
upaya pemberdayaan pasca covid-19 dilakukan di Kecamatan Muntilan tidak
lepas dari peran pemerintah.
1. Pelatihan
Pelatihan yang didapat IKM di kecamatan Muntilan adalah pelatihan
yang diadakan oleh Dinas Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten
88
Magelang yang dilaksanakan di Aula Kantor Kecamatan Muntilan pada
September tahun 2022 dan pelatihan yang dilakukan Dinas Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Magelang yang dilaksanakan di tahun 2021 di Alun-
alun Magelang, diantaranya para IKM mendapat pelatihan kegiatan warna
alam, bikin cap batik, lalu pelatihan batik Lukis, pelatihan digital
pemasaran, pelatihan pemasaran catingan dan sebagainya. Hampir seluruh
Pelaksanaan pelatihan dilakukan 1 sampai 7 hari. Pelatihan yang dilakukan
cukup memberikan manfaat seperti menambah cakupan pemasaran,
menambah inovasi, menambah pengetahuan berorganisasi yang baik.
Namun beberapa informan mengatakan terdapat hambatan pemberdayaan
dalam aspek pelatihan yang masih belum memberikan dampak yang
signifikan untuk pemberdayaan IKM. Hal ini dikarenakan pelatihan yang
diberikan kurang rutin dan tema pelatihan kurang banyak dan belum banyak
yang sesuai dengan kebutuhan guna pengembangan produk IKM di
kecamatan Muntilan. Sehingga banyak IKM yang merasa sumberdaya yang
mereka miliki belum memadai akibat kurangnya pelatihan yang diberikan.
2. Permodalan
Permodalan yang diberikan oleh pemerintah baik Kecamatan Muntilan
maupun kabupaten Magelang untuk IKM hanya informasi untuk KUR dan
kemudahan akses untuk pencairan modal dari lembaga perbankan. Namun
beberapa informan mengatakan terdapat hambatan pemberdayaan dalam
aspek permodalan karena tidak adanya permodalan berbentuk materi dari
lembaga keuangan lainnya, dan program permodalan lainnya pemerintah
tidak memberikan akses bahkan informasi, namun di beberapa kelurahan
ada bantuan dana tunai namun tidak banyak. Padahal permodalan
merupakan aspek terpenting dalam memberdayakan UMKM dan manfaat
yang dirasakan juga pasti banyak.
3. Fasilitas
Fasilitas yang diberikan Kecamatan Muntilan untuk Pemberdayaan
IKM adalah berupa wadah untuk pemasaran seperti Pojok IKM dan
membuat event-event untuk para IKM memasarkan produk mereka.
89
Pemberian Fasilitas Pemerintah Kabupaten Magelang melakukan Kerjasama
dengan Ditjen IKMA yang mana melakukan pemberian fasilitas berupa
fasilitasi untuk alat-alat kerajinan, namun kegiatan tersebut hanya dilakukan
pada tahun 2019, lalu Adapun IKM diberikan fasilitas pendukung
mempermudah perolehan perizinan, seperti program sosialisai dan
pemberian izin halal yang diberikan Kantor Urusan Agama Kabupaten
Magelang yang sesuai standart halal agar produk-produk dari anggota IKM
dapat diterima disemua kalangan masyarakat. Lalu fasulitas dari Kabupaten
Magelang yakni membantu anggota IKM secara bergiliran untuk membuat
perizian seperti setifikasi halal untuk produk makanan dan minuman IKM,
kemudian dari kabupaten Magelang yang memberikan bantuan proses izin
pengurusan pendaftaran produk ke BPPOM, dan juga fasilitas perizinan
lainnya yang dijadikan sebagai peningkatan dari mutu dan kualitas hasil dari
produksi anggota IKM. Lalu Adapun pembuatan Acara-acara sebagai salah
satu fasilitas yang di dapat IKM yakni yang diadakan oleh PKK Milenial
Kecamatan Muntilan pada 17 Agustus 2021. informasi yang diberikan
kepada IKM juga sangat optimal sehingga banyak IKM yang merasakan
manfaat dari setiap fasilitas yang diberikan.
4. Teknologi
Pemerintah Kecamatan Muntilan memberikan IKM informasi dan
workshop mengenai penggunaan teknologi, hal ini menjadi salah satu
bentuk pemberdayaan melalui teknologi yang dirasakan IKM. Manfaat yang
di dapat cukup banyak yakni IKM kecamatan Muntilan saat ini mampu
memasarkan produk melalui media sosial lalu IKM di muntilan juga mampu
melakukan komunikasi dengan pelanggan lebih mudah.
5. Pemasaran
Pemerintah Kecamatan Muntilan belum banyak melakukan bantuan
pemasaran, namun beberapa informan mengatakan bahwa mereka
mendapatkan pelatihan pemasaran dan di pasarkannya produk mereka
melalui Pojok IKM dan memberikan mereka peluang memasarkan produk
melalui website pemerintah dan event-event di daerah. Namun beberapa
90
informan mengatakan terdapat hambatan pemberdayaan dalam aspek
pemasaran yakni belum adanya penghubung atau akses pemasaran dengan
pariwisata seperti pariwisata Borobudur yang terdapat di Kabupaten
Magelang kurang diberikan atau dipermudah aksesnya oleh pemerintah,
padahal dengan adanya pemasaran melalui pariwisata Borobudur membuat
para IKM makin merasakan manfaatnya. Salah satu manfaat bantuan
pemasaran yang dirasakan adalah cakupan pemasaran yang luas sampai
keseluruh Indonesia.
6. Kemitraan
Kecamatan Muntilan telah menjalin kerjasama dengan organisasi-
organisasi di luar pemerintahan, dan telah turut serta mengikut sertakan
anggota IKM di Kecamatan Muntilan khususnya dalam beberapa event yang
telah diselenggarakan oleh Kecamatan Muntilan. Anggota IKM di
Kecamatan Muntilan telah ikut berpartisipasi sebagaimana dalam acara
pameran atau expo di dalam kecamatan ataupun di kabupaten Magelang
sebagai wujud perluasan jaringan dagang untuk para anggota IKM
binaannya. Anggota IKM di Kecamatan Muntilan juga tergabung dalam
sebuah kelompok binaan oleh Kecamatan Muntilan yang mana grup ataupun
kelompok ini sering berbagi informasi pelatihan, expo dan lainnya melalui
aplikasi Whatsapp.
Pemberdayaan IKM yang telah disebutkan di atas ternyata lebih bisa
diterima dan berjalan sesuai keinginan masyarakat. Ketika Kecamatan Muntilan
melakukan pemberdayaan IKM ini mendapatkan sambutan yang positif oleh
warga. Seperti yang sudah peneliti jabarkan sebelumnya Kecamatan Muntilan
mengajak IKM untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan IKM tersebut banyak
IKM yang menyambut dengan baik. Dengan dikelolanya pemberdayaan IKM oleh
pemerintah, berdampak positif bagi perekonomian warga dan hal ini juga
berimbas kepada penanggulangan kemiskinan yang dirasakan warga Kecamatan
Muntilan. Pemerintah pada akhirnya melihat potensi IKM yang banyak membantu
perekonomian masyarakat untuk Kecamatan Muntilan sehingga dalam hal ini
IKM dalam binaan atau luar binaan pemerintah Kecamatan Muntilan banyak
91
berharap kepada Pemerintah Kecamatan Muntilan untuk melakukan banyak
perubahan untuk menambah kualitas pemberdayaan yang dilaksanakan.
B. Implikasi
Setelah penjelasan pada kesimpulan tersebut, dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa implikasi dari pelaksanaan pemberdayaan
IKM di Kecamatan Muntilan.
1. Implikasi Teoritis
Implikasi secara teoritis terkait penelitian ini terlihat bahwa literasi
mengenai pemberdayaan IKM masih sangat minim dalam berbagai literatur
terdahulu terutama literatur jurnal-jurnal internasional. Terkait pendapat
Pemberdayaan dari Kartasasmita (1996) ditawarkan 6 aspek namun peneliti
mendapatkan dari 6 aspek terdapat aspek terpenting dari ke-enam tersebut,
yakni aspek pelatihan dimana dari setiap aspek terjamin apabila aspek
pelatihan terjamin. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat Pembaharuan
dalam penelitian ini ditemukan adanya 3 aspek yang harus diteliti lebih lagi
yakni aspek pelatihan, aspek permodalan dan juga aspek pemasaran karena
terdapat hambatan yang di dapat Ketika pemberdayaan dilakukan di IKM di
Kecamatan Muntilan. Lalu Pembahasan mengenai Pemberdayaan IKM
lebih sering di bahas pada bidang manajemen, ekonomi akuntansi,
pembangunan dan sektor lainnya yang masih sangat minim membahas isu-
isu yang ada saat ini dengan pendekatan Administrasi Publik.
2. Implikasi Praktis
Hasil dari penelitian ini dimana ditemukan bahwa suatu kebijakan yang
telah dibuat oleh pemerintah dapat berubah yang disebabkan dengan adanya
ide atau gagasan yang lebih baik dari pihak lain. Dalam penelitian ini IKM
binaan berashil menyakinkan pemerintah untuk banyak melakukan kegiatan
pemberdayaan IKM dan banyak juga warga sekitar yang ikut membantu
terlaksananya kegiatan pemberdayaan IKM ini.
3. Implikasi Metodologis
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik
trianggulasi dimana peneliti melakukan observasi, dokumentasi dan
92
wawancara secara langsung kepada warga kecamatan muntilan khususnya.
Pada saat melakukan penelitian peneliti menemukan fakta-fakta yang dirasa
dapat menjadi satu aspek yang mengubah fakta pemberdayaan IKM. Fakta
yang ditemukan peneliti adalah belum banyaknya pemberdayaan yang
dilakukan oleh pemerintah kecamatan Muntilan. Fakta lain yang ditemukan
oleh peneliti adalah ternyata pemerintah mendapatkan bantuan
pemberdayaan melalui universitas-universitas, lembaga atau organisasi
warga seperti PKK milenial, hal ini berarti pasrtisipasi masyarakat dalam
melakukan pemberdayaan ini juga sangat banyak. Penelitian ini menemukan
bahwa terdapat kekurangan dalam melakukan teknik ini, hal ini dikarenakan
tidak banyak informan yang mampu di wawancarai, akan lebih baik
penggunaan metode kuantitatif dimana sampel yang di dapat bisa lebih
besar, dan dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih terarah.
C. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
oleh Pemerintah Kecamatan Muntilan untuk pemberdayaan IKM guna
menanggulangi kemiskinan di kecamatan Muntilan, yakni:
1. Pemerintah harus lebih memfokuskan pemberdayaan pada aspek pelatihan,
karena segala aspek akan mendukung karena terdukungnya aspek pelatihan,
pemerintah harus mulai melakukan pelatihan yang lebih banyak dan lebih
terperinci agar setiap aspek pemberdayaan bisa mengikuti
perkembangannya. Pemerintah kecamatan Muntilan mampu mennambah
sesi pelatihan juga agar para pelaku IKM merasakan manfaat yang lebih dari
pelatihan tersebut.
2. Terkait dengan permodalan dan pemasaran pemerintah diharapkan mampu
lebih memperhatikan akses permodalan dan informasi permodalan yang
seharusnya mampu diberikan pemerintah. Dalam hal ini bisa berupa
informasi kredit dari lembaga keuangan selain perbankan, dari sisi
pemasaran pemerintah mampu ikut memudahkan IKM kecamatan muntilan
untuk mampu memperluas pasar para pelaku IKM di sekitar daerah
93
pariwisata yang ada di kabupaten magelang, karena seperti yang kita ketahui
juga kabupaten Magelang juga banyak memiliki daerah pariwisata.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu meneliti tentang pemberdayaan
IKM menggunakan Teori lain atau menggunakan pendapat mengenai
pemberdayaan IKM selain daripada pendapat Kartasasmita (!996) dengan
hanya meneliti beberapa aspek yang sering mengalami hambatan yakni
pelatihan, pemasaran dan permodalan. Peneliti selanjutnya juga dapat
melalukan penelitian menggunakan metode penlitian lain. Diharapkan
peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penelitian pemberdayaan IKM
di lokasi penelitian lain dengan hasil yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alia Akhmad, K., Karsidi, R., Siti Rahayu, E., & Wijaya, M. (2018). the Role of
Government Policy in Smes Facilitating Institutions in Indonesia: a Case
Study on Business Development Services Provider. Asian Journal for
Poverty Studies, 4(1), 12–15.
Annur, R. A. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
Kecamatan Jekulo dan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2013. Economics
Development Analysis Journal, 2(4), 409-426.
94
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, B. K. M. (2020). Persentase Rumah
Tangga Miskin. Magelangkab.Bps.Go.Id.
https://magelangkab.bps.go.id/indicator/23/679/1/persentase-rumah-tangga-
miskin-yang-menggunakan-jamban-sendiri-bersama.html
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, B. K. M. (2021). Garis Kemiskinan
Kabupaten Magelang dan Provinsi Jawa Tengah (Rupiah/Kapita/Bulan).
Magelangkab.Bps.Go.Id.
https://magelangkab.bps.go.id/indicator/23/160/1/garis-kemiskinan-
kabupaten-magelang-dan-provinsi-jawa-tengah-rupiah-kapita-bulan-.html
Badan Pusat Statistik Prov Jawa Tengah, B. J. (2020). Garis Kemiskinan, Jumlah,
dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah, 2007 - 2020.
Jateng.Bps.Go.Id. https://jateng.bps.go.id/statictable/2021/04/16/2457/garis-
kemiskinan-jumlah-dan-persentase-penduduk-miskin-di-provinsi-jawa-
tengah-2007---2020.html
Badan Pusat Statistik Prov Jawa Tengah, B. J. (2021). Gini Ratio (Semesteran)
2014-2021. Jateng.Bps.Go.Id.
https://jateng.bps.go.id/indicator/23/101/1/gini-ratio-semesteran-.html
Badan Pusat Statistik RI, B. R. (2019a). Indonesia Poverty Profile Statistics.
Blanchard, K., and N. Peale. (1998). The Five P’s of Ethical Power. USA: Mc
Millan.
Dahliah, D. (2021). The Role of Cooperatives for Trade, Industry, Mining, and
Energy Office in Empowering SME. Golden Ratio of Marketing and Applied
Psychology of Business, 2(2), 130–146.
https://doi.org/10.52970/grmapb.v2i2.208
Effendi, G. N., Purnomo, E. P., & Malawani, A. D. (2020). Cash for Work?
Extreme Poverty Solutions Based on Sustainable Development. Journal of
Economics and Policy, 13(2), 379–392.
Effendy, A. A., Mustofa, M. A., Basuni, R. R., Nurjaya, N., & Sunarsi, D. (2021).
Determinants of Small Medium Micro Business Empowerment: Systemic
Literature Review. International Journal of Artificial Intelligence Research,
95
6(1). https://doi.org/10.29099/ijair.v6i1.329
Erlando, A., & Riyanto, F. D. (2020). Machine Translated by Google Heliyon
bukti dari Indonesia timur. 6.
Gani, A. (2020). Case of COVID-19 in Indonesia. Detik.News.Com.
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4988425/3-faktor-penyebab-
kematian-corona-ri-masih-tertinggi-di-asean
Maksum, I. R., Yayuk, A., Rahayu, S., & Kusumawardhani, D. (2020). A Social
Enterprise Approach to Empowering Micro , Small and Medium Enterprises
( SMEs ) in Indonesia. Journal of Open Innovation: Technology, Market,
and Complexity, 6(3), 50. https://doi.org/10.3390/joitmc6030050
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: a methods
sourcebook (3rd ed.). Arizona State University: SAGE Publications.
Panjaitan, J. M. P., Timur, R. P., & Sumiyana, S. (2021). How does the
Government of Indonesia empower SMEs? An analysis of the social
cognition found in newspapers. Journal of Entrepreneurship in Emerging
Economies, 13(5), 765–790. https://doi.org/10.1108/JEEE-04-2020-0087
Prijono,O.S., Pranarka,A.M.W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. CSIS. Jakarta.
96
Rappaport, J. (1984). Studies In Empowerment: Introduction On The Issue,
Prevention In Human Issue. USA.
Suminah, S., Suwarto, S., Sugihardjo, S., & Anantanyu, S. (2022). Heliyon
Determinants of micro , small , and medium-scale enterprise performers ’
income during the Covid-19 pandemic era. Heliyon, 8(December 2021),
e09875. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e09875
Sumodiningrat, G. (1996). Jaring Pengaman Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat. Journal Of Indonesian Economy And Business, 14(3).
Sulistyono, M., Hidayat, Y., & Syafari, M. R. (2022). Strategy for Empowerment
of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) Food Sector by The
Office of Cooperatives, Small/Micro Businesses and Industry of Balangan
Regency. Journal of Development Studie, 1(1), 39–48.
http://www.jurnalfocus.ul m.ac.id/index.php/ds/ article/view/5%0Ahtt
p://www.jurnalfocus.ul m.ac.id/inde x.php/ds/arti cle/download /5/4
Sutoro, Eko. (2004). Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat, APMD
Press, Yogyakarta.
Suryahadi, A., Al Izzati, R., & Suryadarma, D. (2020). Estimating the Impact of
Covid-19 on Poverty in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic
Studies, 1–34. https://doi.org/10.1080/00074918.2020.1779390
97
Swift, C., & Levin, G. (1987). Empowerment: An emerging mental health
technology. Journal of primary prevention, 8(1), 71-94.
98