Anda di halaman 1dari 114

ANALISIS PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM)

DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN KECAMATAN


MUNTILAN PASCA COVID19

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Administrasi Publik

Oleh:
FITRI BADRIYATUL ISTIQOMAH
NIM S241808007

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM)


DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN KECAMATAN
MUNTILAN PASCA COVID19

Oleh:
Fitri Badriyatul Istiqomah
S241808007

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk Seminar Hasil Tesis

Komisi Nama Tanda Tanggal


Pembimbing Tangan
Pembimbing I Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si
NIP. 19741107 200312 1 001 .................. .................

Pembimbing II Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si


NIP. 196911062003122009 .................. .................

Telah dinyatakan memenuhi syarat


pada tanggal ........................... 2023

Mengetahui,
Kepala Program Studi Magister Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

ii
Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si
NIP. 196911062003122009

iii
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM)


DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN KECAMATAN
MUNTILAN PASCA COVID19

Oleh:
Fitri Badriyatul Istiqomah
S241808007
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Penguji Dr. Desiderius Primo Sudibyo, M.Si …….. …….
NIP. 196205231988031001
Sekretaris Penguji Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos., M.Si. …….. …….
NIP. 197911202006042001
Anggota Penguji Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si ……. …….
NIP. 197411072003121001
Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si …….. …….
NIP. 196911062003122009

Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan memenuhi syarat


Pada tanggal .....

Dekan Kepala Program Studi


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Magister Administrasi Publik

Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si

iv
NIP. 19610825 198601 2 001 NIP. 19691106 200312 2 009

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PRASYARAT PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar – sebenarnya bahwa:


1. Tesis yang berjudul “Analisis Pemberdayaan Industri Kecil Menengah
(IKM) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan Muntilan Pasca
Covid19” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang
disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik Tesis
beserta gelar Magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah harus menyertakan tim pembimbing sebagai author dan
Pascasarjana UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan
sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Juli 2023


Mahasiswa,

Fitri Badriyatul Isrtiqomah


NIM. S241808007

v
vi
MOTTO

“Genggamlah tanganmu dengan biasa saja, niscaya kamu akan merasakan apa
artinya kebahagiaan”

vii
PERSEMBAHAN

Bismillah, Alhamdulillah atas izin ALLAH, saya persembahkan karya ini kepada
orang tua, suami dan anak tercinta.
Terimakasih karena selalu mendukung, memberikan doa yang tiada berhenti, serta
menemani tanpa lelah untuk menyelesaikan studi ini

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul “Analisis Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) Dalam
Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan Muntilan Pasca Covid19”. Penyusunan
tesis ini merupakan bentuk penuangan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis
selama studi sebagai bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar akademik
Magister Administrasi Publik dari Program Studi Magister Administrasi Publik
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah mendukung dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran, kritik, pelajaran, dan ilmu selama
penyusunan tesis maupun selama menjalani perkuliahan di kelas. Terima
kasih karena telah memberikan kebaikan-kebaikan yang tiada tara, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-satu dan balas satu per satu,
2. Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, arahan, pengetahuan, dan ilmu selama
penyusunan tesis maupun selama penulis menjalani proses perkuliahan
dikelas.
3. Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si selaku Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki tesis
penulis.
4. Dr. Desiderius Primo Sudibyo, M.Si selaku Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki tesis
penulis.

ix
5. Dosen pengajar di Program Studi Magister Administrasi Publik yang telah
berjasa memberikan pengetahuan yang tak terhingga dan luas kepada
penulis.
6. Teman-teman S2 Magister Administrasi Publik Angkatan 2018 yang telah
memberikan cerita-cerita baru selama perkuliahan berlangsung.
7. Keluarga Besar saya yang tidak henti-hentinya memberikan saya semangat
untuk menyelesaikan studi penulis.
8. IKM Kecamatan Muntilan yang telah memberikan dukungan data dan
informasi hingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
9. Semua pihak yang membantu, mendukung dan memberikan motivasi
dalam proses penyusunan tesis sampai selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam Tesis
ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
agar tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Surakarta, Juli 2023

Fitri Badriyatul Isrtiqomah


NIM. S241808007

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU
L................................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PRASYARAT PUBLIKASI....................iv
MOTTO..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN.................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
ABSTRAK...........................................................................................................xiii
ABSTRACT..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................8
C. Tujuan penelitian.......................................................................................9
D. Manfaat penelitian.....................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................11
A. Landsan Teori..........................................................................................11
B. Penelitian Terdahulu...............................................................................29
C. Kerangka Berfikir....................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................41
A. Jenis Penelitian........................................................................................41
B. Fokus Penelitian......................................................................................42
C. Ukuran Pemberdayaan IKM....................................................................42
D. Sumber Data............................................................................................43
E. Pengambilan Informan............................................................................44
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................................45
G. Validitas Data..........................................................................................47
H. Teknik Analisis Data...............................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................50

xi
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................................51
B. Pemberdayaan IKM di Kabupaten Magelang..........................................52
C. Upaya Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan...............................57
D. Hambatan Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan........................80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................88
A. Kesimpulan..............................................................................................88
B. Implikasi..................................................................................................91
C. Saran........................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................94

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Ukuran Pemberdayaan IKM
Tabel 4.1 Informan Penelitian
Tabel 4.2 Desa /Kel di Kecamatan Muntilan
Tabel 4.3 Program-Program Pemberdayaan di Kabupaten Magelang
Tabel 4.4 Matriks Hasil Penelitian

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Gambar 4.1 Pojok UMKM Kecamatan Muntilan
Gambar 4.2 Kartu CV.Tapak Liman Muntilan
Gambar 4.3 Sosial Media dan kegiatan CV.Tapak Liman Muntilan

xiv
ABSTRAK
Fitri Badriyatul Istiqomah S241808007. 2023. Analisis Pemberdayaan Usaha
Kecil Menengah (IKM) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan
Muntilan Pasca Covid19. Tesis. Pembimbing I : Dr Didik Gunawan Suharto,
S.Sos., M.Si. Pembimbing II : Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Si.
Magister Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik. Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam upaya mengatasi kemiskinan Pasca Covid-19, Kabupaten Magelang
membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
2019–2024 yang berfokus meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan
kualitas SDM dengan sasaran kebijakan salah satunya Industri Kecil Menengah
(IKM). Penelitian ini bertujuan menganalisis apakah dan bagaimana
pemberdayaan IKM yang ada di Kecamatan Muntilan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan IKM yang menerima Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan sebagai objek penelitian. Pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberdayaan IKM yang dilakukan di kecamatan Muntilan
menggunakan 6 aspek pemberdayaan yaitu Pelatihan pengembangan produk dan
pelatihan digital marketing, Permodalan yakni informasi dan kemudahan akses
untuk pencairan modal dari lembaga Keuangan, Fasilitas yang diberikan berupa
Pojok UMKM dan event-event untuk para IKM, Teknologi dengan memberikan
IKM informasi penggunaan teknologi, Pemasaran melalui Pojok UMKM.
Kemitraan, IKM di kecamatan Muntilan terhimpun dalam grup Whatsapp yang
diwadahi oleh CV. Tapak Liman Muntilan. Dalam pelaksanaan pemberdayaan
IKM terdapat 3 hambatan yang terjadi yakni pelatihan karena kurang banyak dan
belum banyak yang sesuai dengan kebutuhan guna pengembangan produk IKM di
kecamatan Muntilan, tidak adanya permodalan materi dari pemerintah, minimnya
bantuan akses pemasaran di pariwisata Borobudur dari pemerintah setempat.

Kata Kunci: Pemberdayaan, IKM, Kemiskinan.

xv
ABSTRACT
Fitri Badriyatul Istiqomah S241808007. 2023. Analysis of Empowerment of
Micro, Small and Medium Enterprises in Poverty Management in Muntilan
District After Covid-19. Thesis. Advisor I : Dr. Didik Gunawan Suharto, S.Sos.,
M.Sc. Advisor II : Dr. Rutiana Dwi Wahyunengseh, S.Sos., M.Sc. Master of
Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret
University, Surakarta.
In effort overcome poverty after Covid-19, Magelang government has
prepared a Regional Medium Term Development Plan (RPJMD) for 2019–2024
focuses on increasing welfare through improving human resources quality with
one of the policy targets Small and Medium Industries (IKM). This study aims to
analyze whether and how to empower SMEs in Muntilan. This research uses
qualitative method with SMEs that receive the Family Hope Beneficiary Program
(KPM PKH) as research objects. Collecting data using observation, interviews
and documentation. It showed that IKM empowerment in Muntilan used 6 aspects
of empowerment, namely product development and digital marketing training,
Capital, namely information and easy access to disbursing capital from financial
institutions, Facilities provided in form of UMKM Corners and events for IKM,
Technology by providing information on IKM use of technology, Marketing
through UMKM Corner. Coorporation, IKM in Muntilan are gathered in
Whatsapp group which accommodated by CV. Tapak Liman Muntilan.
Implementation of IKM empowerment have 3 obstacles that occurred, namely
training because there was not much that in accordance with needs for IKM
products development in Muntilan, absence of capital from government, lack of
marketing access assistance in Borobudur tourism from local government.

Keywords: Empowerment, SMEs, Poverty

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melonjaknya presentase penduduk miskin di Indonesia salah satunya
disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang melanda
secara tidak langsung menghambat usaha pemberantas kemiskinan secara global
(Topcu, 2022). Pada tahun 2021, presentase penduduk miskin mulai menurun
kembali, berbeda dengan tahum 2020. Penurunan ini disebabkan oleh langkah-
langkah pemerintah untuk menangani pandemi, seperti penciptaan Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN), yang mencakup bidang kesehatan, perlindungan sosial,
program prioritas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan inisiatif usaha
(Sekretariat Presiden Republik Indonesia, 2021). Melalui Inpres No 4 Tahun
2022, Presiden Joko Widodo juga meminta Kementerian, Lembaga, dan
Pemerintah Daerah untuk melakukan tindakan untuk mempercepat penghapusan
kemiskinan ekstrem dengan bekerja sama dengan pemangku kepentingan di luar
pemerintah dalam program penghapusan kemiskinan ekstrem. Seperti yang kita
ketahui, UMKM merupakan salah satu penompang kesejahteraan masyarakat di
Indonesia, tetapi banyak UMKM yang terkena dampak Covid-19. Survei yang
dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internatiaonal (ILO) bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Covid-19 memengaruhi 571 IKM di Indonesia. Hasil
suervei dilakukan antara 6 dan 24 April 2020 menunjukkan bahwa 70% UMKM
mengalami penundaan produksi karena Covid-19. Sementara itu, Menteri
Koperasi dan UMKM menyatakan bahwa panemik Covid-19 mempengaruhi
sebagian besar kegiatan operasional dan keuntungan UMKM.
Upaya pemulihan pasca pandemi bertujuan untuk memulihkan kehidupan
masyarakat yang telah terkena dampak Covid-19. Salah satu tujuan dari upaya
pemulihan ini adalah untuk menurunkan tingkat kemiskinan sehingga tujuan
pengentasan kemiskinan di Indonesia dapat dicapai. Pemerintah telah
berkonsentrasi pada pengentasan kemiskinan ekstrim, yang diharapkan dapat
ditangani lebih baik melalui pengembangan perbedayaan usaha kecil, mikro dan

1
menengah (UMKM), dengan target tingkat kemiskinan di Indonesia hanya sebesar
6-7 persen pada tahun 2024 (Peraturan Bupati Magelang, 2022). Kebijakan
pengurangan kemiskinan di Indonesia dilakukan dengan pendekatan pemenuhan
basic need access untuk mengurangi beban pengeluaran, sustainable livelihood
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, dan penguatan tata kelola.
Kebijakan pengurangan kemiskinan diarahkan juga untuk mendukung kebijakan
pemerintah pusat yaitu Penanggulangan Kemiskinan Ekstrim (PKE) mencapai 0
persen di tahun 2024 sebagaimana arahan Presiden RI dalam Rapat Terbatas
tanggal 21 Juli 2021. Sasaran PKE akan dilaksanakan pada tahun 2022 di 19
(sembilan belas) kabupaten di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Brebes,
Pemalang, Banjarnegara, Banyumas, Kebumen, Tegal, Purbalingga, Pekalongan,
Batang, Kendal, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sragen, Karanganyar,
Kendal, Pati, dan Rembang. Sedangkan kebijakan penurunan pengangguran
diarahkan pada perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja, perlindungan bagi pekerja dan pencari kerja, serta
pengawasan tenaga kerja (Peraturan Bupati Magelang, 2022: IV-10).
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki tujuan untuk
menurunkan angka kemiskinan. Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari: (1) Kedudukannya sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) Penyedia lapangan kerja yang terbesar,
(3) Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi local dan
pemberdayaan masyarakat, (4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
Sumbangannya dalam menjaga naraca pembayaran melalui kegiatan ekspor
(KEMEN KIKM, 2005; 3). Sebagai akibat dari ketidakmampuan sebagian besar
orang untuk mempertahankan posisi penting ini sejak krisis, pemulihan ekonomi
belum mencapai tingkat yang optimal. Dalam bidang yang memanfaatkan sumber
daya alam dan padat karya, seperti pertanian, tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, perdagangan, dan restoran, usaha mikro besar dan kecil
umumnya memiliki keunggulan. Pada tahun 2021, UMKM telah memiliki jumlah
sektor bisnis yang mencapai 64,19 juta dan telah berkontribusi hingga 61,07 %
atau Rp8.574 triliun, dari PDB, sebagai prioritas utama pemerintah untuk

2
mendukung ketahanan perekonomian nasional, untuk mendorong pertumbuhan
UMKM, pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomer 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, yang menawarkan kemudahan, perlindungan dan
pemberdayaan.
Kabupaten Magelang dalam melakukan pengentasan kemiskinan pasca
Covid-19 telah membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Magelang untuk Tahun 2019-2024, yang dalam
penyusunannya memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD)
Kabupaten Magelang Tahun 2005-2025. RPJMD Kabupaten Magelang Tahun
2019-2024 memiliki fokus “Penguatan Kesejahteraan Melalui Penguatan Kualitas
SDM, Infrastruktur yang Berkelanjutan, dan Ekonomi yang Berdaya Saing”,
dengan fokus pembangunan pada Peningkatan Kesejahteraan melalui Peningkatan
Kualitas SDM, Kualitas Infrastruktur, dan Pengembangan Ekonomi. Sasaran
kebijakan ini ditujukan kepada penduduk miskin dan rentan miskin, terutama
kelompok petani, nelayan, buruh, pelaku IKM, dan kelompok rentan lainnya.
(Peraturan Bupati Magelang, 1; 2022)
Penelitian ini melihat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam
pandangan IKM yang disebutkan adalah Industri Kecil Menengah (IKM) dimana
Industri Kecil Menengah membutuhkan modal yang sangat terbatas dan
pekerjanya berasal dari anggota keluarga miskin. Pemilik atau pengelola industri
biasanya kepala rumah tangga atau anggota keluarganya ataupun tetangga yang
mengalami kemiskinan rendah (Daud, 2007). Misalnya, industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe, tahu, dan industri makanan ringan adalah semua contoh
industri ini (Daud, 2007). Jumlah pekerja dan bidang usaha dalam Industri Kecil
Menengah bervariasi tergantung pada nilai investasi yang dimiliki atau didapat.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus tahu apa itu bisnis mikro dan bisnis
kecil (Widiastuti, 2021). IKM merupakan kegiatan yang menunjang produktivitas
masyarakat sehingga menjadi struktur dominan dalam ekonomi nasional. IKM
juga sering dihubungkan kedalam sosial dan ekonomi yaitu persentase kemiskinan
yang tinggi, peningkatan pengangguran pada masyarakat yang memiliki
pendidikan rendah, ketidakmerataan pendapatan masyarakat, serta ketimpangan

3
pembangunan antar daerah. Hal yang paling dirasakan dari kehadiran IKM yaitu
kemampuan pengurangan jumlah pengangguran dan kemiskinan dengan cara
menyerap tenaga kerja yang banyak (Syahputra, 2008). Memberikan kemajuan
terhadap IKM tentu saja akan menunjang penyerapan tenaga kerja sehingga
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan secara tidak langsung
telah mengurangi pengangguran dan kemiskinan (Anggraeni, 2013; Sokoto,
2013). Jumlah IKM tercatat cukup tinggi di Kabupaten Magelang yaitu sekitar
39.772 unit pada tahun 2018 di 21 kecamatan dan menghasilkan berbagai produk
seperti makanan olahan seperti frozen food, kuliner dan jajanan lokal, kerajinan
batik dan pertokoan kecil serta potensi lainnya. Pada tahun 2018, keberadaan IKM
telah menyerap lebih kurang 100.000 tenaga kerja. Selain itu, nilai investasi IKM
di Kabupaten Magelang telah mencapai lebih dari 324 milyar rupiah dan nilai
produksi mencapai 2 triliun rupiah pada tahun 2019. Berdasarkan data tersebut,
terjadi peningkatan dari tahun ke tahun pada sektor IKM di Magelang dengan
harapan yang besar dari pemerintah bahwa IKM akan mampu mengurangi
pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.
Bappeda Kabupaten Magelang menyatakan cara lain yang sampai saat ini
masih terus dilakukan sejak tahun 2014 yaitu pendampingan masyarakat miskin
dalam kegiatan pemberdayaan IKM (Industri Kecil Menengah) dalam pengolahan
produk makanan sampai kepada perijinan dan pemasaran. Kemudian pelatihan
berbagai kegiatan usaha terkhusus kepada IKM (Industri Kecil Menengah) yang
mana termasuk perbengkelan dan pemanfaatan pekarangan untuk berbagai jenis
usaha-usaha kecil lainnya yang sesuai potensi masyarakat. Dari penuturan diatas
terlihat bahwa salah satu sektor yang memiliki potensi dalam membantu
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Magelang yaitu dengan keberadaan usaha
Industri Kecil Menengah pada daerah tersebut.
Industri menjadi salah satu mata pencahariaan masyarakat di Kabupaten
Magelang, khususnya di Kecamatan Muntilan. Industri yang cukup berkembang
di wilayah tersebut adalah industri atau usaha batu berskala kecil maupun sedang.
(Sri Adiningsih, 2013) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa IKM yang
terbukti mempunyai kontribusi yang baik terhadap perekonomian negara, ternyata

4
masih memiliki berbagai macam kendala yang fundamental, bahkan IKM di
Indonesia masih memiliki manajemen usaha yang kurang bagus. Pemerintah
berkomitmen membantu mengurangi permasalahan IKM yang ada. Upaya
pemerintah diantaranya memberikan motivasi, memfasilitasi hingga
mendampingi, mengadvokasi kemajuan serta perkembangan IKM dengan
mengutamakan pola pembinaan piranti lunak dan piranti keras secara simultan
dan komprehensif.
Salah satu data pada website Kabupaten Magelang melakukan kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian melalui Direktorat
Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) terus berupaya
mendorong berkembangnya industri kecil dan menengah (IKM) di Kabupaten
Magelang terutama di Kecamatan Muntilan, dengan program pelatihan untuk
IKM yang memilki karyawan ataupun pemiliknya merupakan Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan KPM PKH di Kecamatan Muntilan dan
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang untuk mempersiapkan para
Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan menjadi wirausaha yang
berkembang sehingga dapat berkontribusi dalam penumbuhan perekonomian di
Kabupaten Magelang. Melalui Program Keluarga Harapan (PKH), rata-rata bisa
mengentaskan 10 sampai 20 keluarga dari kemiskinan setiap bulannya. Data tahun
2019 antara 10 hingga 20 keluarga dapat dientas dari kemiskinan. Pada gambar di
bawah ini mampu dilihat bahwa untuk menunjang IKM di Kabupaten magelang
dinas perindustrian dan perdagangan melakukan kinerja yang mana yakni
melakukan pemberdayaan terhadap IKM, Usaha Koperasi, dan dapat dilihat
terdapat capaian yang cukup tinggi terhadap kinerja tersebut. Salah satu upaya
pemberdayaan juga difokuskan kepada Kecamatan Muntilan dengan memberikan
pemberdayaan IKM yang memiliki karyawan atau pemiliknya merupakan
masyarakat yang mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH).

5
Gambar 1.1
Capaian Indikator Kinerja Utama Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Tahun 2021
Secara spasial, potensi IKM yang ada di Kabupaten Magelang terbagi-bagi
namun terkhusus di Kecamatan Muntilan potensi IKM terbanyak adalah IKM
dalam industri berbahan baku batu. Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan
dilakukan untuk pengentasan kemiskinan pasca covid-19 dengan focus
pembangunan pada peningkatan kesejahteraan melalui pengkatan kualitas SDM,
kualitas Infrastruktur dan pengembangan ekonomi. Pada Kecamatan Muntilan
dengan program pelatihan yang didukung oleh Kementrian Perindustrian melalui
Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dijten IKMA) untuk
IKM yang memiliki karyawan ataupun pemiliknya merupakan Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) di Kecamatan Muntilan dan
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang untuk mempersiapkan para
penerima manfaat Progran Keluarga Harapan menjadi wirausaha yang
berkembang sehingga dapat berkontribusi dalam penumbuhan perekonomian di
Kabupaten Magelang. Pemberdayaan IKM dilakukan yang mana pemberdayaan
tersebut diperuntukkan untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program
Keluarga Harapan (PKH) dan dilakukan guna menanggulangi kemiskinan pasca
covid-19 ini membawa dampak, data 2018 sebelum terjadi covid terdapat
sebanyak 54.288 keluarga penerima manfaat PKH namun angka tersebut terus
turun setiap bulannya, dan pada tahun 2019 antara 10 hingga 20 keluarga dapat
dientas dari kemiskinan.

6
Namun, setelah adanya pandemi covid-19 terdapat dampak pandemi Covid-
19 terhadap pelaku IKM di Kabupaten Magelang berdasarkan hasil kajian dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu dampak pada sisi produksi dan dampak pada
sisi pemasaran. Secara rinci, dampak Pasca Covid-19 tersebut adalah sebagai
berikut yakni Rata-rata penurunan produksi adalah sebesar 55,5%. Adapun IKM
yang berhenti produksi adalah sebanyak 23,1%. Semua IKM mengalami
penurunan omset usaha rata-rata 57,8%. Sebanyak 20,3% IKM berhenti
melakukan pemasaran hasil produksi karena tidak ada permintaan dari konsumen.
Hal ini juga berpengaruh pada jumlah Keluarga Penerima Manfaat, di tahun 2018
sampai 2019, Kabupaten Magelang mengalami penurunan KPM PKH akan tetapi
di tahun 2019 sampai dengan 2021 menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Magelang tahun 2021 terdapat lonjakan angka KPM dari 76.127 KPM di tahun
2019 menjadi 133.812 KPM di tahun 2021, seperti yang terlihat pada Gambar 1.2
di bawah ini:

7
Gambar 1.2
Jumlah Keluarga Penerima Manfaat dan Anggaran Bantuan Sosial Pangan
Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang, 2019-2021
Adapun Kecamatan Muntilan menjadi salah satu kecamatan yang
mengalami peningkatan KPM lebih dari 100%. Di tahun 2018 terdapat 3.140
KPM di tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 3.137 KPM, namun di tahun
berikutnya hingga Desember 2021 KPM mengalami peningkatan menjadi 14.753
KPM. Di dalam LPPD juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa harapan dari
pelaku IKM dalam rangka menangani dampak pandemi Covid-19. Adapun
harapan dari pelaku IKM tersebut meliputi bantuan permodalan, pemasaran,
sarana produksi, perijinan, dan pendampingan.
Sehingga ini menjadi sangat menarik untuk analisis lebih mendalam apakah
dan bagaimana pemberdayaan IKM KPM PKH yang ada di Kecamatan Muntilan
mampu mengurangi atau menanggulangi angka kemiskinan yang ada. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus
nantinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pemberdayaan IKM guna penanggulangan kemiskinan pasca pandemik Covid-19.
Masalah tersebut difokuskan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk
pemberdayaan IKM guna penanggulangan kemiskinan. Untuk mendekati masalah
ini, digunakan referensi pendapat dari Kartasasmita (1996) tentang pemberdayaan.
Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan berdasarkan penelitian sebelumnya
dan observasi langsung serta dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan
bahwa penelitian dimana pemberdayaan IKM hingga saat ini memberikan
kontribusi besar dalam pengurangan angka kemiskinan baik di Kecamatan
Muntilan maupun di seluruh bagian di Indonesia terutama Pasca Covid-19.
Kemudian dalam menganalisis permasalahan ini peneliti menggunakan dan
mengembangkan IKM melalui stratergi pengembangan ekonomi rakyat dalam
pembangunan IKM menurut Kartasasmita (1996) harus meliputi aspek-aspek,
diantaranya pelatihan, permodalan, pemberian fasilitas, teknologi, pemasaran, dan
kemitraan.

8
B. Rumusan Masalah

Penelitian ini mengangkat tema pemberdayaan IKM dalam penanggulangn


kemiskinan yang ada di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Adapun
judul dari penelitian ini adalah Analisis Pemberdayaan Industri Kecil Menengah
(IKM) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan Muntilan Pasca Covid19.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagimana upaya pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) pada Pasca
Covid-19 di Kecamatan Muntilan ?
2. Apa saja factor penghambat dalam pemberdayaan Industri Kecil Menengah
(IKM) pada Pasca Covid-19 di Kecamatan Muntilan?
C. Tujuan penelitian

Penelitian ini mengenai Pemberdayaan IKM dalam penurunan kemiskinan


di Kecamatan Muntilan yang diharapkan memberikan analisis secara mendalam
nantinya terhadap beberapa batasan masalah yang telah ditentukan terlebih.
Setidaknya penelitian ini memiliki 2 tujuan antara lain :
1. Mengkaji secara mendalam mengenai pemberdayaan Industri Kecil
Menengah (IKM) pada Pasca Covid-19 di Kecamatan Muntilan.
2. Menganalisis faktor penghambat dalam pemberdayaan Industri Kecil
Menengah (IKM) pada Pasca Covid-19 di Kecamatan Muntilan
D. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini setidaknya memiliki 2 manfaat yakni :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini kemudian memberikan khazanah dan
tambahan untuk perkembangan Administrasi Publik terutama kaitannya
dengan pengembangan kajian pemberdayaan dengan melihat pendapat-
pendapat peneliti sebelumnya seperti pendapat Kartasasmita (1996)
yang menjadi pendapat berkaitan pemberdayaan IKM yang digunakan.
Pendapat Kartasasmita (1996) mengenai pemberdayaan IKM yang
dijabarkan peneliti nantinya akan dikembangkan sebagai analisis.
Sehingga bisa memberikan temuan baru bagi ranah keilmuan
9
Administrasi Publik. Selain itu, dapat digunakan oleh para akademisi
dan praktisi lain dimasa yang akan datang yang tidak hanya terbatas
sebagai melanjutkan penelitian ini. Kebaruannya adalah yakni peneliti
munculkan dan mengembangkan kajian pemberdayaan IKM melalui
pendapat Kartasasmita (1996) mengenai pemberdayaan, dengan alasan
bahwa beberapa penelitian sebelumnya belum ada yang membahas
mengenai teori ini. Khususnya dalam Ilmu Administrasi Publik, serta
penggunaan metode kualitatif sedangkan beberapa penelitian
sebelumnya lebih banyak menggunakan metode kuantitatif.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi semua
pihak baik kepada pemerintah, swasta, dan masyarakat yang
berkepentingan dalam mekanisme penanggulangan kemiskinan
khususnya pada pemberdayaan IKM. Penelitian ini akan memberikan
solusi bagi penanggulangan kemiskinan melaui pemberdayaan IKM
yang efektif dimana selama ini pemberian bantuan didasarkan atas
berbagai faktor dan tentunya ini bisa menjadi referensi baru dalam
kajian pemberdayaan IKM. Kemudian juga ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dari pemberdayaan IKM. Penelitian ini nantinya
diharapkan dapat menghasilkan beberapa rekomendasi yang dapat
menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait khususnya yang
menangani permasalahan kemiskinan. Sehingga kemiskinan di
Kecamatan Muntilan dapat diatasi maupun dapat ditekan angkanya
serendah mungkin oleh Pemerintah Kabupaten Magelang, khususnya
melalui pelaksanaan pemberian pemberdayaan IKM kedepannya. Tidak
menutup kemungkinan hasil rekomendasi yang peneliti berikan melalui
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi secara lokal dan
regional lain dan tidak hanya untuk di Kabupaten Magelang saja,
khususnya dalam pengentasan kasus kemiskinan.

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landsan Teori

1. Teori Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari kata
“power‟ (kekuasaan atau keberdayaan). Oleh karena itu, gagasan utama
empowerment terkait erat dengan konsep kekuasaan (Suharto, 2005: 57).
Pemberdayaan berhubungan dengan kapabilitas individu maupun kelompok
manusia yang berada dalam kondisi rentan dan kurang berdaya. Di sini, Suharto
(2005; 58) menyatakan bahwa: “Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dalam (a) Masyarakat memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar mereka
yang berkontribusi pada terciptanya kebebasan individu (fredom), dalam arti
bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) Individu bertujuan untuk
mengakses sumber daya produktif yang memungkinkan mereka untuk
meningkatkan pendapatan mereka dan memperoleh barang dan jasa yang mereka
butuhkan; dan (c) Mengambil bagian dalam proses pembangunan dan
pengambilan keputusan yang berdampak pada mereka.” Dalam pemberdayaan,
orang miskin dan lemah tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan
(misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan
objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki
beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Dengan
demikian, konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai matra
kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial,
ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.

Pemberdayaan dapat menghasilkan penafsiran yang bervariasi tergantung


pada sudut pandang individu serta konteks kelembagaan, politik, dan sosial
budaya yang melingkupinya. Misalnya, Sutoro Eko (2005: 150-151) menafsirkan
empowerment dengan menempatkan komunitas bukan sebagai penerima manfaat

11
pasif yang bergantung pada entitas eksternal seperti pemerintah untuk bantuan,
tetapi sebagai subjek otonom. Selain itu, pemberdayaan juga dilihat sebagai upaya
memberi kekuasaan sebagai jawaban atas ketidakberdayaan (powerless)
masyarakat. Dari sudut pandang kekuasaan, terdapat beberapa pemahaman
tentang pembadayaan sebagai berikut (Sutoro Eko, 2005: 151):

a. Tujuan pemberdayaan adalah untuk memberi kekuatan kepada kelompok


yang lemah atau tidak memiliki kesempatan yang baik (Jim Ife, 1995).
b. Pemberdayaan adalah proses di mana seseorang memperoleh kontrol dan
pengaruh atas entitas dan sistem yang mempengaruhi kehidupan mereka.
c. Mereka yang memperoleh kemampuan, pengetahuan, dan kekuatan yang
cukup untuk memengaruhi kehidupan mereka sendiri dan orang lain disebut
pemberdayaan. (Parros, 1994).
d. Pemberdayaan adalah tujuan untuk mengalihkan kekuasaan melalui
perubahan struktur sosial (Swift & Levin, 1987). Membantu individu,
kelompok, dan masyarakat untuk memiliki kontrol atau kekuasaan atas
kehidupan mereka sendiri disebut pemberdayaan. (Rappaport, 1984).

Pemberdayaan adalah memampukan dan memberdayakan masyarakat, atau


upaya untuk memberdayakan masyarakat dengan menciptakan suasana atau
lingkungan yang memungkinkan mereka memaksimalkan potensinya, menurut
Kartasasmita (1996: 144). Pemberdayaan melibatkan penguatan individu dan
institusi masyarakat. Dari pengertian di atas, pemberdayaan adalah tindakan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian. Ini dimulai dengan menciptakan
lingkungan atau lingkungan yang memungkinkan masyarakat menunjukkan
potensinya.
Akibatnya, "Kata memberdayakan memiliki dua arti", menurut Webster
dalam Oxford English Dictionary (Sedarmayanti, 2000: 78). Yang pertama berarti
"memberi kuasa atau wewenang kepada", dan yang kedua berarti "memberikan
kesanggupan atau mengizinkan". Dalam arti pertama, itu dapat diartikan sebagai
pemberian wewenang, penyerahan wewenang, atau pendelegasian wewenang
kepada pihak lain. Menurut Carlzon dan Macauley (Wasitiono, 1998: 46),

12
pemberdayaan berarti membebaskan seseorang dari kontrol yang ketat dan
memberi mereka kebebasan untuk bertanggung jawab atas ide, keputusan, dan
tindakan mereka. Di sisi lain, Blancard et al. (1998: 113) menyatakan bahwa
pemberdayaan berarti memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
Pemberdayaan adalah proses di mana individu memperoleh otonomi,
motivasi, dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka
dengan cara yang memberi mereka rasa kepemilikan dan kepuasan saat
berkolaborasi dengan tujuan organisasi. Di dalam Suharto (2005: 59-60) proses
dan tujuan pemberdayaan merupakan:
a. Pemberdayaan adalah suatu proses yang melibatkan serangkaian tindakan
yang bertujuan untuk memperkuat atau memberdayakan kelompok lemah
dalam masyarakat, seperti masyarakat yang berjuang untuk mengakhiri
kemiskinan.
b. Dengan diberdayakan, orang-orang yang diberdayakan memiliki kekuatan
atau pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik,
ekonomi, dan sosial mereka, seperti memiliki kepercayaan diri, memiliki
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
menjalankan tugas hidupnya.

Kesadaran, kapasitas, dan pemberdayaan adalah tiga komponen yang


membentuk pemberdayaan, menurut Wrihantnolo dan Dwidjowijoto (2007: 2).
Oleh karena itu, pemberdayaan adalah proses yang membutuhkan waktu. Menurut
beberapa definisi di atas, pemberdayaan berarti memberikan atau meningkatkan
otoritas kepada orang yang lemah. Pembelajaran untuk memecahkan masalah
adalah proses atau mekanisme yang disebut pemberdayaan. Dengan memberikan
kekuatan kepada mereka yang tidak memiliki kekuatan, mereka yang terjepit
dalam ketidakberdayaan akan dapat melakukan proses realisasi diri-eksistensi. Ini
adalah dasar pemberdayaan masyarakat. Karena aktualisasi diri adalah kebutuhan
utama manusia, manusia sangat membutuhkan kesempatan untuk
mengaktualisasikan keberadaannya.

13
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan masyarakat
berarti membuat masyarakat lebih percaya diri dengan kemampuannya sendiri
daripada bergantung pada program atau bantuan. Menurut Kartasasmita (1996:
144), pemberdayaan masyarakat dimulai dengan gagasan bahwa tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah untuk menjadikan masyarakat mandiri,
memampukan, dan meningkatkan kemampuannya, serta menunjukkan bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk keberlanjutan. Chambers (Kartasasmita,
1996: 142) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai ide pembangunan
ekonomi yang menggabungkan prinsip-prinsip sosial dan menunjukkan
paradigma pembangunan baru yang berpusat pada masyarakat, berpartisipasi, dan
berkelanjutan.
Selain itu, Sumodiningrat (1996: 5) menetapkan bahwa setiap upaya
pemberdayaan yang berorientasi pada masyarakat, baik pemerintah, bisnis,
maupun individu, harus mencakup setidaknya lima komponen utama: stimulan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan dan pembangunan
infrastruktur, dan pengembangan kelembagaan pedesaan. Berkaitan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat, Prijono (1996: 73) mengemukakan sebagai
berikut:
a. Kesempatan mereka sama. Mereka memiliki akses yang sama ke
pendidikan, yang juga berarti akses yang sama ke pemerataan dan keadilan.
b. Relevansi. Karena kebutuhan atau kepentingan tidak selalu berkorelasi satu
sama lain, struktur, isi, dan bentuk program sangat kuat dan dapat
memenuhi semua kebutuhan.
c. Kualitas: Kualitas proses dan produk yang didukung oleh sumber daya
(manusia, sarana, dan prasarana) disebut sebagai kualitas.
d. Mengatur kegiatan; ini disebut koordinasi karena orang harus bekerja sama
dalam semua kegiatan untuk memaksimalkan hubungan kerja dan
mendapatkan hasil yang wajar.
e. Memperbaiki sarana dan prasarana berarti mendorong proses pelaksanaan
kegiatan yang memerlukan sarana dan prasarana agar kegiatan dapat
dilakukan tanpa hambatan.

14
Masyarakat yang berdaya akan kuat dan mampu mengambil bagian dalam
kemajuan, mengontrolnya, dan menikmati hasilnya. sementara untuk menentukan
apakah program pemberdayaan masyarakat berhasil, Sumodiningrat (1999: 138)
mengemukakan aspek-aspek sebagai berikut:

a. Mengurangi jumlah penduduk miskin


b. Melakukan upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungan anda.
d. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok; semakin kuat
modal kelompok, maka sistem pengelolaan kelompok semakin tertata dan
interaksi kelompok lain dalam masyarakat semakin luas.
e. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang
ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang
memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan
sosial.

Dalam konteks ini, Kartasasmita (1996: 69-70) menyebutkan tiga aspek pokok
yang perlu dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan komunitas


mengembangkan kekuatan dan potensinya (pemberdayaan). Ini
menunjukkan bahwa setiap komunitas memiliki potensi untuk berkembang.
Artinya, tidak ada masyarakat yang tidak berdaya karena jika itu terjadi, itu
akan berakhir. Perjuangan untuk menumbuhkan kekuatan itu dengan
memberikan inspirasi, motivasi, dan kesadaran akan potensinya dikenal
sebagai pemberdayaan.
b. Pemberdayaan adalah meningkatkan potensi atau kekuatan masyarakat
melalui bantuan keuangan, pembangunan infrastruktur, pembentukan
lembaga pembiayaan, penelitian dan pemasaran, dan membuka banyak
peluang yang akan meningkatkan keberhasilan masyarakat.

15
c. Melindungi masyarakat melalui pro-komunitas yang lemah untuk mencegah
konflik. Karena segala sesuatu yang dinikmati harus dibuat sendiri,
pemberdayaan masyarakat tidak membuat masyarakat bergantung pada
berbagai program zakat.

Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung dan berhasil bila menggunakan


strategi dan pendekatan yang tepat. Suharto (2005: 58) menyarankan 5 (lima)
pendekatan, yaitu:

a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi


masyarakat berkembang secara optimal;
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat alam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya;
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah;
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya; dan
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat.

Dimensi pemberdayaan masyarakat menurut Effendy (2002: 314-315)


mengandung makna tiga pengertian yaitu enabling, empowering, dan maintaining
sebagai berikut:
a. Enabling, Pemberdayaan berarti menciptakan lingkungan yang
menumbuhkan potensi masyarakat sehingga peminat dapat memiliki usaha
sendiri dan memiliki prospek yang bertahan lama.
b. Empowering, artinya meningkatkan potensi masyarakat. Untuk melakukan
ini, keterampilan dan kemampuan manajemen diperkuat.

16
c. Maintaining, Itu adalah pemberdayaan yang melindungi; setiap aspek
masyarakat yang lemah harus diimbangi agar persaingan yang tercipta dapat
berjalan dengan baik.

Upaya yang paling mendasar dari pemberdayaan ini adalah peningkatan


kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan serta akses ke infrastruktur dan
fasilitas dasar fisik dan sosial, seperti jalan, listrik, irigasi, dan sekolah, serta
ketersediaan lembaga pembiayaan, pelatihan, dan pemasaran di wilayah pedesaan
yang terdampak. Program khusus diperlukan untuk masyarakat yang paling tidak
berdaya karena program umum untuk semua tidak selalu menjangkau lapisan
masyarakat ini. Pemberdayaan juga mencakup perlindungan.

Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, melindungi dan memihak yang


lemah sangat alami karena dalam proses pemberdayaan, yang lemah harus
dicegah menjadi lebih lemah. Dalam konteks ini, peraturan yang jelas dan tegas
diperlukan untuk melindungi perlindungan yang lemah. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutup-nutupi interaksi karena hal itu akan mengecilkan
interaksi yang kecil dan menguasai yang lemah. Perlindungan harus dipahami
sebagai upaya untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan penggunaan
kejam terhadap yang paling lemah. Karena segala sesuatu yang dinikmati harus
dibuat dengan usaha sendiri dan dapat dibagikan dengan orang lain,
pemberdayaan masyarakat tidak membuat masyarakat semakin tergantung pada
program amal.

Menurut Kartasasmita (1996), pemberdayaan terdiri dari tiga komponen:


memberdayakan dalam arti sempit, memungkinkan atau mengembangkan
keterampilan, dan melindungi atau mempertahankan. Menurut para ahli di atas,
dimensi pemberdayaan atau pengembangan kapasitas pada dasarnya adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat berkembang secara
optimal sehingga mereka dapat melaksanakan keinginannya secara mandiri. Ini
termasuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, terwujudnya kebutuhan, dan
pemberian insentif berupa uang atau barang tambahan untuk mendorong
kemajuan.

17
Dalam arti sempit, dimensi pemberdayaan mengacu pada meningkatkan
potensi atau kekuatan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan
komunitas yang mendukung kemandirian Anda. Peningkatan pengetahuan tentang
pembangunan, peningkatan keterampilan teknologi, kesempatan untuk
mendapatkan bantuan pemerintah, kesempatan untuk mengemukakan pendapat
dalam rapat atau pertemuan, akses ke bantuan pemahaman hukum, kemungkinan
masuk dalam daftar penerima kredit atau pinjaman modal, penggunaan teknologi
yang lebih maju, membuka kesempatan kerja, dan penggunaan teknologi yang
lebih maju adalah semua aspek pemberdayaan.

Melindungi berarti melindungi masyarakat, terutama kelompok lemah, dari


penindasan oleh kelompok kuat, menghindari persaingan yang tidak seimbang
antar kelompok kuat, dan menghindari eksploitasi oleh kelompok kuat terhadap
kelompok lemah. Aspek perlindungan mencakup melindungi masyarakat miskin,
miskin, dan tidak memiliki tanah, mengurangi ketergantungan pada rentenir
(pengijon), melindungi masyarakat lemah dari berbagai bentuk pemerasan,
memfasilitasi dan meringankan pembayaran utang atau kredit, mengurangi biaya
pengobatan dan layanan kesehatan, melindungi semua pihak yang terlibat dalam
program, dan menetapkan upah yang layak, keseimbangan dalam persaingan
tenaga kerja pemerintah, keseimbangan dalam persaingan layanan pemerintah,
keseimbangan dalam akses ke informasi pemerintah, pencegahan monopoli
barang dan jasa, membangun hubungan antara anggota masyarakat, populasi yang
tersebar luas, kota-kota tertutup yang dibuka, hubungan pemerintah yang
diperkuat, laporan kegiatan pemerintah, dan kelompok berkomunikasi.
Selanjutnya tujuan dan sasaran pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi
(2005: 114-115) adalah sebagai berikut:

a) membantu pertumbuhan manusia dari kelompok masyarakat yang lemah,


rentan, miskin, terpinggirkan, dan kecil, seperti buruh tani, komunitas
tertinggal, dan masyarakat miskin;

18
b) Memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara sosial dan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan berpartisipasi dalam
pembangunan masyarakat.

Sasaran program pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian yaitu:


a. Terbukanya kesadaran dan tumbuhnya keterlibatan masyarakat akar rumput
dalam mengorganisir diri untuk kemajuan dan kemandirian bersama;
b. Diperbaikinya kehidupan kaum rentan, lemah, tak berdaya, miskin dengan
kegiatan-kegiatan peningkatan pemahaman, peningkatan pendapatan dan
usaha-usaha kecil di berbagai bidang ekonomi ke arah swadaya; dan
c. Ditingkatkan kemampuan dan kinerja kelompok dalam keterampilan teknis
dan manajemen untuk perbaikan produktivitas dan pendapatan mereka.

1.1 Pemberdayaan IKM


Dengan melihat beberapa definisi teoritis dan penjelasan konsep
pemberdayaan, peneliti dapat mengaitkan pemberdayaan masyarakat dengan
IKM. Pemberdayaan IKM adalah upaya untuk meningkatkan dan memberdayakan
para pelaku IKM melalui kegiatan dan program yang meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan sehingga mereka dapat berdaya dan mandiri dalam menjalani
kehidupan mereka.
Ekonomi rakyat, atau ekonomi rakyat kecil, membentuk ekonomi sebagian
besar masyarakat Indonesia. Terbentuknya sistem ekonomi kerakyatan,
penggerakan kerakyatan, dan orientasi kerakyatan merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan harus
mencakup meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan dan
memberdayakan potensinya. Dalam bukunya, Pemberdayaan Masyarakat di Era
Global, Anwas mengatakan bahwa langkah pertama menuju pemberdayaan
industri kecil adalah membangun sumber daya manusia yang tangguh. Mereka
harus mendapatkan pelatihan yang tepat dan efektif dari produksi hingga pasca
produksi. Mereka harus didorong untuk menghasilkan berbagai produk inovatif
yang berdaya saing. Memiliki kemampuan untuk mendorong perilaku dan
pemikiran inovatif adalah penting. Pelaku usaha kecil juga membutuhkan
19
keterampilan dan kemampuan seperti administrasi, pengelolaan keuangan,
pemasaran, dan kerjasama win-win (Anwas, 2014: 125).
Pendapat sebelumnya menunjukkan bahwa pemberdayaan Industri Kecil
Menengah (IKM) berfokus pada bagaimana menciptakan inovasi dan daya saing
produk. Selain itu, IKM harus mampu menghadapi tantangan ini di tengah-tengah
persaingan global dan ketat. Pemerintah ingin meningkatkan sektor pemasaran
dan sumber daya manusia, serta menciptakan produk baru. Untuk meningkatkan
nilai jual produk IKM, hal ini harus menjadi perhatian, terutama agar mampu
bersaing dengan produk luar negeri yang semakin membanjiri pusat industri dan
manufaktur Indonesia. Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) melalui
strategi pengembangan ekonomi kerakyatan harus memasukkan elemen-elemen
berikut, menurut Kartasasmita (1996), diantaranya:
a) Peningkatan akses kepada asset produktif, terutama modal, teknologi, dan
manajemen.
b) Pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
berusaha teramat penting. Namun, bersamaan juga perlu ditanamkan
semangat jiwa wirausaha.
c) Kualitas produk harus ditingkatkan. Untuk itu pertama-tama rakyat harus
dibantu dengan prasarana dan sarana yang akan memperlancar pemasaran
produknya.
d) Kelembagaan ekonomi dalam arti luas adalah pasar. Maka memperkuat
pasar sangatlah penting, hal tersebut harus disertai dengan pengendalian
agar proses berjalannya pasar tidak keluar dari apa yang diinginkan yang
nantinya justru mengakibatkan kesenjangan.
e) Kemitraan usaha merupakan jalur yang penting dan strategis dan telah
terbukti berhasil bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat

Mubyarto (1997) menyatakan bahwa strategi pemberdayaan ekonomi terdiri


dari tiga bagian: menciptakan lingkungan, atau lingkungan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengembangkan potensinya. Titik tolak pemikirannya adalah
kesadaran bahwa potensi yang dimiliki setiap individu dan masyarakat dapat
dikembangkan. Esensi dari kemandirian dan eksistensi masyarakat adalah
20
keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya
sendiri dan bahwa kemampuan kemandirian setiap orang harus ditingkatkan.
Pemberdayaan melalui sarana dan prasarana sosial dan fisik, pendidikan,
pelatihan, peningkatan kesehatan, modal, dan informasi meningkatkan potensi
ekonomi masyarakat. Mengembangkan ekonomi kerakyatan juga berarti
melindungi orang-orang, melindungi kepentingan orang-orang yang paling lemah,
menghindari persaingan yang tidak seimbang, dan mengeksploitasi orang-orang
yang paling lemah dengan cara yang jelas.

2. Pengertian Industri Kecil Menengah (IKM)

Industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah
barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi
barang jadi, atau yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya
dengan maksud untuk dijual. Dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan
paling banyak 19 orang termasuk pengusaha (BPS, 2003). Menurut Surat Edaran
Bank Indonesia (dalam Prasetyo, 2008), industri kecil adalah suatu usaha dalam
bentuk industri yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin, yang
memiliki aset < Rp 200 juta atau omset Rp 1 milyar, bersifat industri keluarga,
menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana dan mudah
keluar masuk industri.

Kemudian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam RIP-


IKM (2002-2004), mendefinisikan industri kecil sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan
untuk memproduksi barang maupun jasa untuk diperdagangkan secara komersial,
yang mempunyai nilai kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan
mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar 1 milyar rupiah atau kurang.
Berdasarkan semua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri
kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh 5 sampai 19 orang atau rumah
tangga yang mengolah bahan dasar atau bahan mentah menjadi barang setangah
jadi maupun barang jadi guna untuk mendapatkan nilai barang atau nilai jual.
21
Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian (1999) seperti
yang tertulis menurut Kasirotur (2014: 10), adalah sebagai berikut:

a) Industri Pangan Yang meliputi industri ikan olahan, kerupuk, dan


makanan ringan.
b) Industri Kimia, Agro Non Panganan, dan Hasil Hutan Yang meliputi
industri minyak atsiri, arang kayu, furnitur kayu, furnitur rotan,
industri kayu, industri vulkanisir ban, dan industri komponen karet.
c) Industri Logam, Mesin, dan Elektronik Yang meliputi industri
pengelolaan logam, industri komponen, dan suku cadang.
d) Industri Sandang, Kulit, dan Aneka Yang meliputi industri barang jadi
tekstil, pakaian jadi, kain tenun ikat atau alas kaki, tenun adat, dan
bordir.
e) Industri Kerajinan dan Umum Yang meliputi industri kerajinan
anyaman, perhiasan, sulaman bordir, batik, mainan anak,
keramik/gerabah, dan kerajinan kayu.

Penggolongan industri dengan pendekatan besar kecilnya skala usaha


dilakukan oleh beberapa lembaga, dengan kriteria yang berbeda. Biro Pusat
Statistik (dalam Dumairy, 1996), membedakan skala industri menjadi 4 lapisan
berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha, yaitu:

1. Industri Besar, pekerja 100 orang atau lebih


2. Industri Sedang, pekerja antara 20 sampai 99 orang
3. Industri Kecil, pekerja antara 5 sampai 19 orang
4. Industri Kerajinan Rumah Tangga, pekerja kurang dari 5 orang

3. Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH)

Salah satu kebijakan sosial yang dikembangkan oleh pemerintah adalah


Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah
program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM). Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang
22
terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu
pendidikan dan kesehatan. Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi
kemiskinan dan meningkatkankualitas sumber daya manusia terutama pada
kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya
mempercepat pencapain target MDGs. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;


2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;
3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak di
bawah 6 tahun dari RTSM;
4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM. RTSM yang menjadi sasaran PKH adalah


sekelompok orang yang tinggal satu atap, baik yang terikat oleh pertalian darah
(keluarga batih) maupun tidak (keluarga luas) yang memiliki pendapatan per
kapita per bulan di bawah garis fakir miskin Rp. 92.192. (Direktorat jaminan
kesejahteraan sosial 2009: 10).

3.1 Landasan PKH

Pada awalnya PKH dibawah menkokesra, namun mulai tahun 2010 berada
dibawah sekertaris wakil Presiden (Sekwapres). PKH didasarkan pada Peraturan
Presiden (perpres) No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulanggan
kemiskinan, dan Intruksi PResiden (Impres) No. 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan.

Strategi dan program untuk percepatan penanggulangan kemiskinan diatur


dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 pasal 3 halaman 3 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Strategi untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan dilaksanakan melalui: (1) Mengurangi biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat miskin, (2) Meningkatkan kemampuan dan
pendapatan orang miskin, (3) Memperluas dan menjamin keberlanjutan usaha
kecil dan makro, dan (4) Memadukan program penaggulangan kemiskinan dan
23
kebijakan. Namun, program kemiskinan terdiri dari kelompok bantuan sosial
terpadu berbasis keluarga, kelompok penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaaan masyarakat, kelompok penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan usaha mikro dan kecil, dan program lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin secara langsung atau
tidak langsung. (Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010: 3)

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang


berkeadilan menetapkan bagaimana program pembangunan yang berkeadilan
dapat dilaksanakan. Program ini mencakup program pro rakyat, keadilan untuk
semua, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. (Direktorat Jaminan
Sosial, 2009: 17)

3.2 Sasaran PKH

Penerima bantuan PKH adalah RTSM sesuai dengan kriteria BPS dan
memenuhi satu atau beberapa kriteria program yaitu memiliki Ibu hamil/nifas,
anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia
SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2009, kartu peserta PKH diberikan
atas nama ibu atau perempuan dewasa dan digunakan untuk menerima bantuan
PKH. Selanjutnya, kartu PKH dapat digunakan sebagai 36 kartu Jamkesmas untuk
seluruh keluarga penerima PKH.

Dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, bantuan


PKH akan lebih efektif dan terarah jika penerimanya adalah ibu atau wanita
dewasa yang mengurus anak dalam rumah tangga yang bersangkutan, seperti
nenek, tante, bibi, atau kakak perempuan. Nama ibu atau wanita yang mengurus
anak, bukan kepala rumah tangga, tercantum pada kartu peserta PKH.Ini
disebabkan kemungkinan bahwa kepala keluarga yang menerima dana program
PKH ini tidak akan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan anak.
Sebaliknya, dana tersebut dapat digunakan untuk tujuan lain, seperti membeli

24
barang yang tidak pada mestinya. Dalam kasus tertentu, ketentuan di atas dapat
dikecualikan. Misalnya, kepala keluarga dapat bertindak sebagai pengganti
perempuan dewasa dalam keluarga. Kepesertaan PKH tidak menutup
keikutsertaan-nyan RTSM pada program-program pemerintah lainnya pada
klaster I , seperti: Jamkesmas, BOS, Raskin dan BLT (Direktorat Jaminan
Kesejahteraan Sosial 2009: 17).

3.3 Aturan Kebijakan Program PKH

Sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 15 tahun 2010 tentang percepatan


penaggulangan kemiskinan dan dengan Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010
tentang program pembangunan yang berkeadilan maka ditetapkan:

a. Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskian adalah kebijakan dan program yang dilakukan oleh


pemerintah dan pemerintah daerah secara sistematis, terencana, dan bekerja sama
dengan sektor usaha dan masyarakat untuk menurunkan jumlah orang miskin dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah untuk
mengurangi kemiskinan adalah:

1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin


2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miski
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Industri kecil, dan
4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

b. Program percepatan penanggulangan kemiskinan

Program penanggulangan kemiskinan adalah usaha yang dilakukan oleh


pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk membantu
orang miskin hidup lebih baik dengan memberikan bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat, dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil, antara lain, serta program
lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sesuai Instruksi Presiden No.3

25
tahun 2010, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas dan
fungsi serta kewenanggan masing-masing, dalam rangka melaksanakan program-
program yang berkeadilan yang diantaranya meliputi program :

1. Program Pro Rakyat

Program pro rakyat berfokus pada penanggulangan kemiskinan berbasis


keluarga, program berbasis pemberdayaan masyarakat, dan program berbasis
pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

2. Program Keadilan untuk semua

Program keadilan untuk semua memfokuskan padaprogram keadilan bagi anak,


program keadiloan bagi perempuan, program keadilan di bidang
ketenagakerjaan, program keadilan di bidang bantuan hokum, program
keadilan di bidang reformasi hokum dan peradilan, serta program keadilan bagi
kelompok miskin dan terpinggirkan.

3. Pencapaian tujuan pembangunan millennium (MDGs)

Program pencapaian tujuan pembanggunan millennium, memfokuskan pada


program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, program pencapaian
pendidikan dasar untuk semua,program pencapaiaan kesetaraan gender dan
pembardayaan perempuan, program penurunan angka kematian anak, program
kesehatan ibu, program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
menular lainnya, program penjaminan kelestarian lingkungan hidup, serta
program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembanggunan Milenium.

4. Teori Kemiskinan

Kemiskinan merupakan permasalahan yang ada sejak zaman dahulu, hingga


pada saat ini kemiskinan masih merupakan permasalahan dari semua pihak

26
diseluruh dunia. Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau kelompok
tertentu berada didalam keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya,
sehingga mereka masih hidup dalam keterbatasan dan cenderung menjadi
kelompok terbelakang (Suryawati, 2005). Kemiskinan juga diartikan sebagai
permasalahan mendasar dan menjadi perhatian semua pihak terutama dari
pemerintah. Kemiskinan secara tidak langsung mendatangkan berbagai
permasalahan lainnya dimasyarakat misalnya kriminalitas meningkat, kualitas
pendidikan rendah, kesehatan tidak terpenuhi, dan lain-lain (Annur, 2013).
Menurut (Suryawati, 2005) setidaknya terdapat 4 macam tentang kemiskinan ini,
berikut ini adalah penjelasan peneliti :

1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut merupakan kemiskinan yang dialami oleh beberapa
orang maupun kelompok dimana mereka meskipun bekerja namun tidak
dapat mencukupi setiap kebutuhannya. Terutama kebutuhan akan primer
mereka. Seperti, kebutuhan akan kesehatan, kebutuhan pendidikan,
kemudian perumahan. Kondisi demikian membuat mereka tetap didalam
lingkaran kemiskinan yang terus menerus terjadi.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ini terjadi karena pengaruh dari kebijakan pembangunan
yang tidak dapat dijangkau oleh pemerintah, sehingga masyarakat yang
tidak tersentuh dengan pembangunan ini akan tetap didalam keadaan
kemiskinan. Kemiskinan ini memiliki perbedaan yang berbeda-beda dari
wilayah lainnya tergantung dengan kebijakan pembangunan yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing.
3. Kemiskinan Kultural/budaya
Kemiskinan kultural ini di pengaruhi oleh adat istiadat ataupun budaya yang
sudah berlangsung sejak lama, sehingga mereka enggan meninggalkan
kebiasaan lama. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor misalnya merasa
nyaman dengan kondisi yang sekarang, maupun dari sifat malas individu
yang muncul karena kebiasaan lama.

27
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural ini adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
beberapa masyarakat yang tidak dapat mengakses semua sumber daya, di
sebabkan oleh adanya pengaruh dari budaya, sosial, politik, maupun
perbedaan dari sistem sosial. Keterbatasan dalam mengakses sumber daya
ini hanya untuk golongan tertentu yang memiliki akses untuk menikmatinya
dimana ini tentunya merugikan pihak lain yang tidak dapat mengaksesnya.
Berdasarkan penjelasan mengenai kemiskinan diatas, didalam penelitian ini
peneliti lebih berfokus kepada kemiskinan absolut (ekonomi). Kemiskinan absolut
menjadi sangat penting mengingat bahwa faktor ekonomi menjadi tumpuan akan
kesejahteraan dan menjadi salah satu penanda akan perubahan akan status
sosialnya. Pemenuhan ekonomi ini akan membuat masyarakat yang mengalami
kemiskinan absolut akan bisa mengakses sumber daya, mengakses pendidikan,
kesehatan, memenuhi sandang, pangan, serta kebutuhan akan tempat tinggal.
Penyebab terjadinya kemiskinan seringkali menjadi hal yang mengencam
semua orang yang tidak miskin. Mereka juga menjadi rentan karena bisa saja
keadaan berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
Menurut (Itang, 2015) penyebab kemiskinan itu ada 6 (enam) poin diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan kemiskinan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan
menerbitkan peraturan-peraturan, bahkan kebijakan tertentu yang
menghambat kemajuan ekonomi dari masyarakat di suatu wilayah.
2. Kedua adalah pola kolonisasi yang masih terjadi, dimana petani menjadi
rakyat yang menempati kelas terbawah dan mengalami marjinalisasi
sehingga mereka kalah akan Sumber Daya Manusia, karena penguasaan
terbesar akan berada ditangan orang yang memiliki sumber daya dan akan
memilih untuk berorientasi ekspor.
3. Faktor manajemen sumber daya buruk, dimana harusnya sumber daya
dikelola dengan baik terutama kepada sumber daya alam yang semakin hari
semakin berkurang jumlahnya dengan alasan faktor ekonomi. Karena,
sumber daya alam merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat

28
diperbarui, oleh sebab itu diperlukan kebijakan yang kuat dari pemerintah
dalam mengelola dan mengaturr sumber daya alam secara bijaksana.
4. Faktor bencana alam karena siklus alam biasanya dipengaruhi oleh
perubahan iklim, sehingga menimbulkan berbagai bencana alam yang
menghancurkan sebagian mata pencarian masyarakat, menyebabkan banjir,
dan bencana alam lainnya.
5. Faktor kesetaraan gender yang masih mengesampingkan kaum perempuan,
lebih menghargai laki-laki dibandingkan dengan perempuan sehingga akses
akan pekerjaan juga diberikan kepada laki-laki.
6. Faktor budaya, faktor budaya menjadi salah satu penyebab adanya
kemiskinan misalnya pola hidup konsumtif oleh petani ataupun nelayan
ketika sedang mengalami panen raya sehingga tidak memiliki simpanan
untuk kedepannya apabila mengalami kendala yang bisa saja merugikan
mereka.
Pada penelitian ini untuk dapat menentukan masyarakat miskin peneliti
mengacu kepada data yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten magelang, sebagai
langkah awal dalam penyusunan penelitian ini.
B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu peneliti cantumkan sebagai pembanding dengan


penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Penelitian terdahulu untuk bisa
membedakan antara isi, teori, maupun metode penelitian yang digunakan
sebelumnya sebagai kebaruan yang diangkat didalam penelitian ini. terdapat 10
hasil penelitian terdahulu yang terdiri atas jurnal internasional berupa hasil
penelitian lapangan atau hasil dari penelitian studi pustaka.
Penelitian terdahulu ini menggunakan pendekatan Systematical Literature
Review (SLR) untuk dapat memberikan beberapa perbedaan dan persamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti nantinya. Menggunakan kata
kunci yakni Pemberdayaan UMKM. Untuk lebih jelasnya berikut ini peneliti
sajikan uraian peneliti mengenai penelitian terdahulu.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Erlando, dkk (2020) yang berjudul
“Financial inclusion, economic growth, and poverty alleviation: evidence
29
from eastern Indonesia” yang menggunakan teori pertumbuhan Endogen
menghasilkan Hubungan yang tinggi antara inklusi keuangan, pertumbuhan
ekonomi, kemiskinan, dan distribusi pendapatan di Indonesia Timur.
Pertumbuhan sosial ekonomi berdampak positif pada tingkat inklusi
keuangan, dengan dampak negatif pada kemiskinan. Sementara itu, inklusi
keuangan berpengaruh positif terhadap ketimpangan yang berujung pada
meluasnya ketimpangan pendapatan di Indonesia Timur. Model kausalitas
bivariat Toda-Yamamoto VAR dan dynamic Panel Vector Autor egression
(PVAR)
2. Penelitian yang dilakukan Panjaitan, Jenri MP (2020) yakni berjudul “How
does the Government of Indonesia empower SMEs? An analysis of the
social cognition found in newspapers”. Penelitian ini menggunakan
strukturasi, strukturalisme, dan pembelajaran sosial dengan hasil penelitian
yakni Kajian ini menyimpulkan rendahnya tingkat keberdayaan membuat
UKM Indonesia menurun. Ini menyajikan tiga bukti khusus. Pertama,
kognisi sosial yang terdapat di semua media massa yang terbit di Indonesia
belum mencapai “potensi strukturalnya”. Kedua, sebagian besar artikel yang
dimuat di surat kabar Indonesia hanya menyajikan hal-hal yang “ditandai”,
tanpa diganggu oleh rangsangan di masa mendatang. Ketiga, Pemerintah
Indonesia bertindak sebagai “makhluk”, yang jauh dari apa yang seharusnya
dilakukan dalam perspektif “bertindak”. Waikato Environment for
Knowledge Analysis dan algoritma J48 C.45
3. Penelitian selanjutnya, Maksum, Irfan Ridwan, Dkk (2020) yang berjudul
“A Social Enterprise Approach to Empowering Micro, Small and Medium
Enterprises (SMEs) in Indonesia”. Penelitian ini melihat bagaimana
meningkatkan kapasitas dan produktivitas usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) dengan program pemberdayaan “Iptekda LIPI—
Penerapan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)—Program Teknologi untuk
Wilayah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia”. Penelitian ini menemukan
bahwa sejumlah besar praktik terbaik untuk usaha sosial yang diperoleh dari

30
penelitian ini dapat diterapkan pada studi kasus Iptekda LIPI. Metode
penelitian Kualitatif
4. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Suminah, dkk (2022) yang berjudul
“Determinants of micro, small, and medium-scale enterprise performers’
income during the Covid-19 pandemic era”. Penelitian ini menggunakan
metode Kuantitatif untuk penelitiannya dengan Hasil analisis uji-t yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan
UMKM yang memiliki karyawan kurang dari 3 orang dan yang memiliki
karyawan lebih dari 3orang. Sementara pemberdayaan dapat meningkatkan
pendapatan UMKM, pelaku UMKM yang sering mengikuti pemberdayaan
dan mereka yang jarang ikut pemberdayaan tidak ada bedanya. Implikasi
dari hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk merumuskan model
pemberdayaan pelaku UMKM yang sesuai dengan kondisi pandemi. Metode
Penelitian menggunakan metode kuantitatif.
5. Penelitian selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan Akhmad, Khabib Alia
(2020) yang berjudul”The Role Of Government Policy In Smes Facilitating
Institutions In Indonesia: A Case Study On Business Development Services
Provider” yang memiliki tujuan untuk melihat kontribusi kebijakan
pemerintah terhadap BDS-P dalam melaksanakan pelayanannya. Hasil
penelitian menyatakan bahwa kebijakan pemerintah tentang pengembangan
BDS-P telah menghasilkan peningkatan kemampuan dan kapasitas BDS-P
dalam memberikan layanan bisnis, sosialisasi peran BDS-P dalam
pengembangan UKM, pelibatan BDS-P dalam memberikan layanan usaha
bagi UKM, dan penetapan standar sertifikasi kompetensi bagi konsultan/
fasilitator professional. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif.
6. Selanjutnya penelitian oleh Triastuti, Maria R.Harni (2021) yang berjudul
“Governance Capacity of Local Government in Empowering Small and
Medium Enterprises in Indonesia”. Penelitian ini membahas peran
pemerintah daerah dalam mendukung bisnis lokal dan kapasitas tata kelola
mereka yang diperlukan untuk memainkan peran tersebut. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini memberikan hasil yakni

31
faktor dari dalam ke luar dan dari luar mempengaruhi kapasitas tata kelola
lokal. Yang kami maksud dengan faktor inside-out adalah pengungkapan
diri pemerintah dalam kerjasamanya dengan para pemangku kepentingan
untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan akuntabilitas publik
mereka. Faktor luar-dalam meliputi tantangan dan hambatan lingkungan
administrasi yang memengaruhi kapasitas tata kelola.
7. Selanjutnya penelitian dari Sulistyono, Mocham mad, dkk (2022). Yang
berjudul “Strategy For Empowerment Of Micro, Small And Medium
Enterprises (Msmes) Food Sector By The Office Of Cooperatives,
Small/Micro Businesses And Industry Of Balangan Regency”. Penelitian ini
menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Hasil
penelitian pada penelitian ini adalah bahwa faktor penghambat meliputi
pengelolaan yang tidak profesional, modal yang terbatas, kualitas produk
yang tidak memenuhi syarat, harga produk yang relatif mahal, dan desain
kemasan produk yang kurang menarik.
8. Selanjutnya penelitian dari Musabayana & Mutambara (2022) yang berjudul
“The Implementation of B-BBEE Policy”. Yang mana penelitian ini
menganalisis pengaruh kebijakan Broad-Based Black Economic
Empowerment (B-BBEE) terhadap UKM. Hasil penelitian menunjukkan
implementasi kebijakan B-BBEE masih merupakan mitos. Untuk tingkat
yang lebih besar gagal mengatasi warisan diskriminasi rasial apartheid di
UKM di Afrika Selatan. Metode Kualitatif Pendekatan desk view
9. Penelitian selanjutnya oleh Effendy, Aidil Amin, dkk (2022) dengan judul
penelitian “Determinants of Small Medium Micro Business Empowerment:
Systemic Literature Review”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui determinan Pemberdayaan UMKM dan faktor apa saja yang
menentukan Pemberdayaan UMKM di Era Globalisasi. penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan eksposisi. Penelitian
ini mendapatkan hasil penelitian yakni penentu Pemberdayaan UMKM
adalah peran pemerintah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia yang
menjadi motor penggerak keberhasilan UMKM dalam upaya bangkit di

32
masa pandemi, dengan salah satunya kebijakan utamanya adalah mendorong
penyaluran kredit kepada UMKM
10. Terakhir, penelitian yang dilakukan Dahlia, D (2022) yang berjudul “The
Role of Cooperatives for Trade, Industry, Mining, and Energy Office in
Empowering SME”. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui faktor
pendorong dan penghambat pemberdayaan UKM di Kabupaten Bulukumba.
Kedua, untuk mengetahui peran Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan,
Perindustrian, Pertambangan, dan Energi dalam pemberdayaan UMK di
Kabupaten Bulukumba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah
perlu menjalin kerjasama dengan lembaga lain seperti bank agar bisa cepat
mendapatkan modal bagi para pelaku UKM yang masih sangat sulit
dijangkau, yang bisa mendorong dan meningkatkan UKM. Jadi, pemerintah
dapat memajukan dana dalam melaksanakan program pemberdayaan UKM
dan untuk meningkatkan pendapatan

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Hasil Metode Perbedaan &
Persamaan
1 Erlando, Financial Hubungan yang tinggi Model Perbedaan:
dkk (2020) inclusion, antara inklusi keuangan, kausalitas Teori,
economic pertumbuhan ekonomi, bivariat pendekatan

growth, and kemiskinan, dan distribusi Toda- penelitian.


Artikel tersebut
poverty pendapatan di Indonesia Yamamoto
menggunakan
alleviation: Timur. Pertumbuhan VAR dan
teori
evidence from sosial ekonomi dynamic
pertumbuhan
eastern berdampak positif pada Panel Vector
endogen
Indonesia tingkat inklusi keuangan, Autor sedangkan
dengan dampak negatif egression penulis
pada kemiskinan. (PVAR) menggunakan
Sementara itu, inklusi kajian mengenai
keuangan berpengaruh Pemberdayaan
UMKM oleh
33
positif terhadap Kartasasmita
ketimpangan yang (1996)

berujung pada meluasnya Persamaan:


Metode
ketimpangan pendapatan
penelitian, topik
di Indonesia Timur.
permasalahan
mengenai
kemiskinan
2 Panjaitan, How does the Kajian ini menyimpulkan Waikato Perbedaan:
Jenri MP Government rendahnya tingkat Environment Metode
(2020) of Indonesia keberdayaan membuat for penelitian dan
Knowledge pendekatan
empower UKM Indonesia menurun.
Analysis dan penelitian.
SMEs? An Ini menyajikan tiga bukti
algoritma J48
analysis of the khusus. Pertama, kognisi
C.45 Persamaan:
social sosial yang terdapat di
Topik yang
cognition semua media massa yang
dibahas sama
found in terbit di Indonesia belum
sama
newspapers. mencapai “potensi
pemberdayaan
strukturalnya”. Kedua,
UMKM
sebagian besar artikel
yang dimuat di surat kabar
Indonesia hanya
menyajikan hal-hal yang
“ditandai”, tanpa
diganggu oleh rangsangan
di masa mendatang.
Ketiga, Pemerintah
Indonesia bertindak
sebagai “makhluk”, yang
jauh dari apa yang
seharusnya dilakukan
dalam perspektif
34
“bertindak”.
3 Maksum, A Social Terbukti bahwa sejumlah Metode Perbedaan:
Irfan Enterprise besar praktik terbaik penelitian Teori yang
Ridwan, Approach to untuk usaha sosial yang Kualitatif digunakan.

Dkk (2020) Empowering diperoleh dari penelitian Artikel tersebut


menggunakan
Micro, Small ini dapat diterapkan pada
teori social-
and Medium studi kasus Iptekda LIPI.
enterprise
Enterprises
(SMEs) in
Persamaan:
Indonesia
Tema yang
diangkat sama
mengenai
partisipasi
masyarakat
4 Suminah, Determinants Hasil analisis uji-t juga Metode Perbedaan:
dkk (2022) of micro, menunjukkan bahwa Penelitian Teori dan
small, and terdapat perbedaan yang menggunaka pendekatan
medium-scale signifikan antara n metode penelitian, dan
enterprise pendapatan UMKM yang kuantitatif. metode
performers’ memiliki karyawan penelitian.
income during kurang dari 3 orang dan
the Covid-19 yang memiliki karyawan Persamaan:
pandemic era. lebih dari 3 orang. Tema yang
Sementara pemberdayaan diangkat
dapat meningkatkan mengenai
pendapatan UMKM, pemberdayaan
pelaku UMKM yang UMKM.
sering mengikuti
pemberdayaan dan
mereka yang yang jarang

35
ikut pemberdayaan tidak
ada bedanya. Implikasi
dari hasil penelitian ini
dapat dijadikan landasan
untuk merumuskan model
pemberdayaan pelaku
UMKM yang sesuai
dengan kondisi pandemi.
5 Akhmad, The Role Of Kebijakan pemerintah Metode yang Perbedaan:
Khabib Government tentang pengembangan digunakan Teori
Alia (2020) Policy In BDS-P telah yaitu metode
Smes menghasilkan peningkatan kualitatif. Persamaan:

Facilitating kemampuan dan kapasitas Isu yang

Institutions In BDS-P dalam diangkat yaitu

Indonesia: A memberikan layanan masih dalam

Case Study bisnis, sosialisasi peran lingkup

On Business BDS-P dalam pemberdayaan

Development pengembangan UKM, UMKM dan

Services pelibatan BDS-P dalam metode

Provider memberikan layanan penelitian

usaha bagi UKM, dan


penetapan standar
sertifikasi kompetensi
bagi konsultan/ fasilitator
professional.
6 Triastuti, Governance faktor dari dalam ke luar Metode yang perbedaan:
Maria Capacity of dan dari luar digunakan Pendekatan
R.Harni Local mempengaruhi kapasitas adalah penelitian, teori
(2021) yang digunakan.
Government tata kelola lokal. Yang metode
in kami maksud dengan kualitatif.
persamaan:
Empowering faktor inside-out adalah

36
Small and pengungkapan diri kasus yang
Medium pemerintah dalam diangkat
Enterprises in kerjasamanya dengan para mengenai
Indonesia. pemangku kepentingan pemberdayaan
untuk mengoptimalkan UMKM.
penggunaan sumber daya
dan akuntabilitas publik
mereka. Faktor luar-dalam
meliputi tantangan dan
hambatan lingkungan
administrasi yang
memengaruhi kapasitas
tata kelola.
7 Sulistyono, Strategy For faktor penghambat Metode yang Perbedaan:
Mocham Empowerment meliputi pengelolaan yang digunakan Teori yang
mad, dkk Of Micro, tidak profesional, modal adalah digunakan dan
(2022).  Small And yang terbatas, kualitas metode pendekatan
Medium produk yang tidak kualitatif. penelitian.
Enterprises memenuhi syarat, harga
(Msmes) Food produk yang relatif mahal, Persamaan:
Sector By The dan desain kemasan Isu yang
Office Of produk yang kurang diangkat yaitu
Cooperatives, menarik. mengenai
Small/Micro perbaikan
Businesses pemberdayaan
And Industry UMKM.
Of Balangan
Regency
8 Musabayan The Implementasi kebijakan Metode Perbedaan:
a& Implementatio B-BBEE masih Kualitatif Teori dan
Mutambara n of B-BBEE merupakan mitos. Untuk Pendekatan pendekatan

37
(2022) Policy tingkat yang lebih besar desk view penelitian.
gagal mengatasi warisan
diskriminasi rasial Persamaan:
apartheid di UKM di Isu yang
Afrika Selatan. diangkat yaitu
dalam lingkup
pemberdayaan
UMKM.
9 Effendy, Determinants a penentu Pemberdayaan Metode Perbedaan:
Aidil Amin, of Small UMKM adalah peran penelitian Teori yang
dkk (2022) Medium pemerintah dalam kualitatif digunakan tidak
Micro pemberdayaan UMKM di pendekatan sama.
Business Indonesia yang menjadi eksposisi
Empowerment motor penggerak Persamaan:
: Systemic keberhasilan UMKM Metode
Literature dalam upaya bangkit di penelitian
Review masa pandemi, dengan kualitatif, isu
salah satunya kebijakan yang diangkat
utamanya adalah yaitu mengenai
mendorong penyaluran kebijakan
kredit kepada UMKM dalam
pemberdayaan
UMKM.
10 Dahlia, D The Role of Pemerintah perlu menjalin Metode Perbedaan
(2022)  Cooperatives kerjasama dengan penelitian Metode dan
for Trade, lembaga lain seperti bank eksperimen Teori Berbeda.
Industry, agar bisa cepat dengan
Mining, and mendapatkan modal bagi pendekatan Persamaan
Energy Office para pelaku UKM yang induktif Isu yang
in masih sangat sulit diangkat yaitu
Empowering dijangkau, yang bisa mengenai

38
SME mendorong dan kebijakan
meningkatkan UKM. Jadi, dalam
pemerintah dapat pemberdayaan
memajukan dana dalam UMKM.
melaksanakan program
pemberdayaan UKM dan
untuk meningkatkan
pendapatan.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir yang dibuat oleh peneliti ini sebagai alur dan kerangka
kerja penelitian ini. Dimulai dari permasalahan, pendapat hingga hasil akhir yang
akan menjadi sebuah kesimpulan dalam menjawab beberapa rumusan masalah
didalam penelitian ini. Kerangka berfikir akan memudahkan para pembaca
didalam memahami alur dari penelitian ini. Permasalahan yang diangkat adalah
penanggulangan kemiskinan yang ada di Kecamatan Muntilan. Beberapa bantuan
yang telah diberikan dan yang menjadi fokus dari penilitian ini adalah
pemberdayaan UMKM terkhususnya Industri Kecil Menengah dengan Industri
Rumah Tangga yang hingga saat ini memberikan kontribusi besar dalam
pengurangan angka penanggulangan kemiskinan baik di Kecamatan Muntilan
maupun di seluruh bagian di Indonesia, sehingga perlu adanya analisis dan
penelitian lebih mendalam terkait hal ini.
Kemudian, dalam menganalisis permasalahan ini peneliti menggunakan
pendapat Kartasasmita (1996) mengenai pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) melalui strategi pengembangan ekonomi rakyat dalam
pembangunan UMKM yang harus meliputi aspek-aspek, diantaranya pelatihan,
permodalan, pemberian fasilitas, teknologi, pemasaran, dan kemitraan.

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

39 Upaya pemberdayaan Usaha Industri Kecil Menengah (IKM)


KPM PKH pasca Covid-19 di Kecamatan Muntilan
Strategi penanggulangan kemiskinan melalui pemberdaayaan
UMKM menurut Kartasasmita (1996) harus meliputi Aspek-
aspek, Diantaranya:
1. Pelatihan
2. Permodalan
3. Fasilitas
4. Teknologi
5. Pemasaran
6. Kemitraan

Faktor penghambat dalam pemberdayaan IKM KPM PKH di


kecamatan Muntilan pasca pandemik Covid-19

Menanggulangi Kemiskinan dengan berdayanya IKM KPM


PKH di kecamatan Muntilan Pasca Covid-19

BAB III
METODE PENELITIAN

40
Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan ini secara terstruktur.
Adapun didalam bab 3 ini peneliti mencantumkan beberapa penjelasan yang
sangat penting diantaranya adalah mengenai jenis penelitian yang dipilih oleh
peneliti, focus penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, pengambilan
informan, Teknik pengumpulan data, validitas data, serta mengenai Teknik
analisis data. Berikut ini adalah sajian peneliti dibawah ini:
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang peneliti gunakan didalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut (Creswell, 2003) bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki pendekatan yang lebih
beragam dan bervariasi apabila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Meski
memiliki proses yang sama, namun disamping itu kualitatif mengutamakan data
yang diperoleh berupa gambar-gambar ataupun teks dan manuskrip. Selain itu
kualitatif juga memiliki Langkah yang unik dalam menganalisis data tergantung
dari rujukan mana yang peneliti gunakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
penelitian kualitatif deskriptis diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan
kepada filsafat postpositivme. Menurut (Sugiyono, 2010) penelitian kualitatif
menggunakan landasan filsafat postpositivme. Merupakan penelitian yang
digunakan pada sifat alamiah ditempat tertentu. Kemudian peneliti bertindak
sebagai intrumen kunci. Sedangkan untuk unit analisis pengumpulan datanya
menggunakan analisi triagulasi Teknik berupa (observasi, wawancara dan
dokumentasi). Analisis data bersifat induktif mengharuskan peneliti berada
dilapangan, kemudian mempelajari serta menafsirkan lalu melaporkan beserta
menarik kesimpulan dari proses pengumpulan data tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan studi kasus, dimana
didalamnya terdapat serangkaian peristiwa, aktivitas, suatu program maupun
sebuah proses. Studi kasus peneliti pilih sebagai pendekatan didalam metode
penelitian ini. Menurut (Creswell, 2003) penelitian dengan pendekatan studi kasus
merupakan strategi penelitian yang telah dipilih untuk menyelidiki secara cermat
mengenai kasus, proses dan juga sekelompok pihak tertentu dalam kurun waktu

41
tertentu dan pembatasan atas waktu atau aktivitas dengan menggunakan prosedur
pengumpulan data yang telah ditentukan.
Pada pembahasan bab satu sebelumnya terdapat beberapa serangkaian data,
yang menyebutkan pemberdayaan IKM di dilakukan oleh kabupaten Magelang
yang mana pemberdayaan tersebut diperuntukkan untuk keluarga penerima PKH.
Dan guna menanggulangi kemiskinan pasca covid-19 pemberdayaan ini
membawa dampak, data 2018 sebelum terjadi covid terdapat sebanyak 54.288
keluarga penerima manfaat PKH namun angka tersebut terus turun setiap
bulannya, dan pada tahun 2019 antara 10 hingga 20 keluarga dapat dientas dari
kemiskinan. Namun, di seluruh Indonesia terdapat data yang mengatakan bahwa
terdapat pemberhentian produksi UKM yang berada pada angka 70% akibat
covid-19 dan kemiskinan akibat krisis covid-19 sendiri menjadi konsentrasi
pemerintah. Sehingga ini menjadi salah menarik untuk analisis lebih mendalam
apakah dan bagaimana pemberdayaan IKM yang ada di Kecamatan Muntilan
mampu mengurangi atau menanggulangi angka kemiskinan yang ada. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus
nantinya.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memiliki fokus penelitian sebagai batasan dalam penelitian
ini, adapun fokus penelitian menurut (Sugiyono, 2010) adalah batasan yang
digunakan peneliti untuk tetap dalam keadaan relevan dari topik penelitian.
C. Ukuran Pemberdayaan IKM
Ukuran dari pemberdayaan IKM ini secara garis besar akan mengacu
kepada pendapat dari setiap informan yang akan diwawancarai nantinya, sehingga
penyusunan arti dari keberdayaan atau tidak berdaya akan sangat tergantung dari
setiap jawaban daripada informan tersebut. Kemudian untuk pengambilan
kesimpulan maka digunakanlah sebuah ukuran pemberdayaan IKM bilaman
semua aspek dikatana berdaya maka dimensi tersbut akan disebut berdaya dan
juga sebaliknya apabila ada satu ataupun lebih aspek dikatan kurang berkualitas
maka dimensi tersebut dikatakan kurang berkualitas. Peneliti memilik
menggunakan kajian pemberdayaan IKM yang dikembangkan oleh kartasasmita

42
(1996) yang mengatakan pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
memberdayakan masyakarat dengan menciptkan suasan atau iklim yang
memungkinkan potensinya berkembang. Upaya pemberdayaan Industri Kecil
Menengah (IKM) untuk mengurangi kemiskinan selama masa Pasca Covid19 di
Kecamatan Muntilan adalah contoh pengembangan ekonomi kerakyatan melalui
pemberdayaan dalam pengembangan IKM. Adapun ukuran Pemberdayaan IKM
tersebut antara lain adalah, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Ukuran Pemberdayaan IKM
Konsep Aspek Sub Aspek
Upaya Pemberdayaan Pelatihan  Intensitas pelatihan
(Ginandjar Kartasasmita  Durasi pelatihan
Permodalan  Ketersediaan Modal
(1996)  Kemudahan
pendanaan
Pemberian fasilitas  Sarana dan prasarana
 Peralatan

Teknologi  Pemanfaatan
Teknologi
 Pemasaran berbasis
Teknologi
Pemasaran  Promosi Produk
 Pangsa pasar
Kemitraan  Pengembangan Kerja
Sama
 Persaingan Usaha
Sumber : data diolah (2020)

D. Sumber Data
Menurut (Bauer & Aarts, 2000) sumber data yang utama dalam penelitian
kualitatif dapat berupa kata-kata dan hasil dari sebuah tindakan, selebihnya adalah
data tambahan yang memperkuat adanya data utama tersebut yakni dari dokumen,
foto, ataupun dalam bentuk lainnya. Penelitian ini setidaknya memiliki 2 sumber
data yang digunakan, berikut ini adalah penjelasannya:

1. Sumber Data Primer


43
Sumber data primer peneliti dapatkan melalui wawancara mendalam,
maupun informasi yang diperoleh pada saat observasi dari informan.
Penelitian ini menggunakan wawancara secara mendalam (indepth
interview) sebagai sumber data primer, observasi yang dilakukan juga
sebagai sumber data primer tambahan dengan wawancara yang tidak
terstruktur kepada masyarakat yang ada di Kecamatan Muntilan Kabupaten
Magelang.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder ini akan diperoleh peneliti melalui dokumen yang diterbitkan
oleh pemerintah baik dokumen yang sudah bersifat digital dan bisa diakses
oleh semua kalangan, maupun yang sudah dalam bentuk cetak, kemudian
dokumentasi yang diarsipkan oleh pemerintah ataupun yang masih disimpan
hinga saat ini. Selain itu, sumber data sekunder juga tidak menutup
kemungkinan berasal dari peraturan pemerintah, surat keputusan, hasil
berita acara pada saat adanya pertemuan, ataupun beberapa hasil dari
penelitian sebelumnya yang pernah berlokasi di Kecamatan Muntilan ini
E. Pengambilan Informan
Berkenaan dengan penelitian kualitatif ini, sangat penting diketahui
mengenai pengambilan informan. Tindakan menentukan informan yang sesuai
dengan fokus penelitian, tidak melakukan sampel secara statistik melainkan harus
lebih selektif dengan orang yang benar-benar mengalami kejadian tersebut, orang
yang benar-benar menerima bantuan tersebut, serta lebih mengarah kepada orang-
orang yang benar-benar mengetahui setiap kegiatan tersebut dan memahaminya
secara langsung. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam
menentukan sampelnya, teknik ini digunakan untuk memilih informan secara
khusus berdasarkan tujuan penelitian. Berikut ini adalah beberapa kriteria dalam
memilih informan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Industri Kecil Menengah (IKM) di kecamatan Muntilan yang menjadi
anggota PKH.

44
2. Industri Kecil Menengah (IKM) pada yang menyerap tenaga kerja dari
Keluarga atau Lingkungan sekitar yang memiliki tingkat kesejahteraan
rendah atau miskin atau yang menerima KPM PKH.
3. Industri Kecil Menengah (IKM) dengan jenis usaha yakni anyamanan,
industri kerajinan, industri tempe, tahu dan industri makanan ringan
(Daud, 2007).
4. Industri Kecil Menengah (IKM) yang mendapatkan binaan oleh Muntilan
Tapak Liman sebagai organisasi yang mewadahi IKM di kecamatan
Muntilan.
Adapun informan yang peneliti pilih untuk diwawancarai nantinya dan
memiliki informasi yang benar serta menjadi bagian dari program tersebut
diantaranya adalah sebagai 7 Pelaku IKM yang ada di kota Muntilan orang yang
mendapatkan pemberdayaan IKM oleh pemerintah. Sehingga informan yang akan
peneliti wawancara selaku pihak yang benar-benar terlibat serta menerima
bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kecamatan Muntilan yang berjumlah
sebanyak 7 informan
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mendukung serta menjadi
tahapan yang sangat penting dilapangan tentunya harus memiliki beberapa teknik
pengumpulan data yang baik. Berikut ini adalah beberapa Teknik Pengumpulan
Data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Melalui observasi memungkinkan peneliti untuk dapat lebih memahami
situasi dan kondisi dilapangan kemudian dapat melakukan pencatatan, melakukan
rekaman terhadap aktivitas yang terjadi, serta melakukan semi wawancara secara
tidak terstruktur kepada masyarakat yang berada dilokasi penelitian. Observasi
yang dipilih adalah sebagai berikut :
a. Observasi pasif dimana peneliti tidak ikut dalam kegiatan maupun
aktivitas dilokasi penelitian hanya mengamati setiap aktivitas yang
terjadi pada saat dilapangan.

45
b. Serta melakukan semi wawancara secara tidak terstruktur kepada
beberapa masyarakat yang bermukim dan memahami secara detail dan
berada langsung dilokasi penelitian tersebut.
c. Mengikuti salah satu pertemuan dari kegiatan wirausaha salah satu
Pelaku IKM yang mengikuti pemberdayaan IKM, dimana peneliti dapat
bersentuhan secara langsung mengenai salah satu kegiatan tersebut.
d. Melihat kondisi saat ini pada pelaku IKM yang menerima pemberdayaan
untuk penanggulangan kemiskinan.
Observasi peneliti lakukan, untuk melihat kondisi yang ada dilapangan saat
ini khususnya di Kecamatan Muntilan, dengan fokus kepada kondisi ekonomi
UMKM saat ini. Untuk mengetahui lebih dekat potret penanggulangan
kemiskinan saat ini.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai tahapan pertama untuk melakukan
pengumpulan data dalam ranah kualitatif. Wawancara merupakan sejumlah
pertanyaan yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka untuk memunculkan
pandangan dan opini dari para narasumber (Creswell, 2003). Wawancara dapat
dilakukan dengan beberapa orang maupun personal informan yang dianggap
benar-benar mengetahui sumber data secara valid serta merupakan bagian dari
objek penelitian. Wawancara umumnya dapat dilakukan dengan via media
elektronik, ataupun secara berhadap-hadapan atau face to face.
Penelitian ini memiliki pedoman wawancara yang sudah disusun. Sehingga
peneliti sudah mengetahui apa saja yang akan menjadi topik pertanyaan yang
diajukan kepada informan. Kemudian, susunan atas daftar pertanyaan ini nantinya
dapat berubah pada saat wawancara berlangsung disesuaikan dengan kondisi,
waktu dan tempat wawancara. Tentunya didalam wawancara ini peneliti memiliki
pedoman wawancara yang terlebih dahulu sudah dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing agar tidak terjadi bias pada saat penelitian. Menggunakan
pendekatan secara kekeluargaan peneliti berupaya membuat informan lebih
terbuka dan tidak merasa tertekan, serta fleksibel, terlebih informan yang peneliti
pilih juga sebagai informan key.

46
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
hasil berupa dokumen maupun publikasi hasil dari setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan. Dokumentasi dapat berupa surat keputusan, buku, jurnal penelitian
sebelumnya, majalah, surat kabar, foto kegiatan, hasil rekaman, absensi hasil
kegiatan, dan dapat berupa data daring maupun dalam bentuk cetak dan lainnya.
Adapun didalam penelitian menggunakan pengumpulan data dokumentasi yang
didasarkan pada :
a. Program Pemberdayaan IKM yang didapatkan dari hasil penelitian
terdahulu yang berlokasi diwilayah seluruh Indonesia.
b. Hasil rekaman saat wawancara bersama informan serta diketahui informan,
serta beberapa hasil foto yang disimpan pada saat kegiatan pernah
berlangsung beserta masyarakat penerima bantuan.
c. Pembukuan ataupun arsip yang di simpan baik dalam bentuk softcopy dan
hardcopy hasil dari kesepakatan ataupun pertemuan pada saat program-
program tersebut akan dilaksanakan.
d. Surat kabar harian lokal yang pernah menerbitkan mengenai informasi
program pemberdayaan IKM ini baik secara cetak ataupun secaraonline.
G. Validitas Data
Validitas data akan menentukan apakah penelitian ini sebagai salah satu
penelitian ilmiah, oleh sebab itu validitas data haruslah benar. Proses validitas
data yang akan dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan jawaban informan
satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan hasil dari observasi maupun
wawancara kemudian studi dokumentasi, semuanya akan dibandingkan hingga
tidak adanya perbedaan data yang signifikan. Penelitian ini menggunakan Metode
Trianggulasi Teknik. Metode trianggulasi teknik adalah melakukan pencocokkan
data, keabsahan data yang telah diperoleh berdasarkan hasil dari metode
pengumpulan data yang telah dilakukan, yakni dari observasi pra penelitian,
wawancara kepada para informan yang mampu memberikan informasi yang benar
serta dari studi dokumentasi berupa foto, hasil penelitian sebelumnya, informasi
yang berasal media cetak dan elektronik, dan lain-lain.

47
H. Teknik Analisis Data
Metode penelitian kualitatif dalam teknik analisis data menggunakan
pendekatan Miles and Huberman. Analisis data menurut (Sugiyono, 2010)
dilakukan sejak pertama kali peneliti belum memasuki lapangan dengan
menggunakan data sekunder yang sudah ditemukan. Ini dilakukan untuk
menentukan fokus penelitian nantinya. Melakukan analisis data melalui 10 artikel
jurnal penelitian sebelumnya, serta data yang dikeluarkan oleh instansi terkait
dengan topik permasalahan sehingga peneliti menemukan fokus penelitian.
Penggunaan analisis data yang dikemukakan oleh Miles and Huberman
dengan model interaktif yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut
(Miles and Huberman, 1992) bahwa didalam analisis data dilakukan secara
interaktif dan terus menerus melalui wawancara kepada informan hingga data
yang didapatkan sudah jenuh. Adapun komponen dari teknik analisis data adalah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berikut ini penjelasan dari komponen teknik analisis data :
a. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi, kemudian
melakukan wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Karena maksud
dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan dari
pemberdayaan IKM.
b. Reduksi Data
Reduksi data bertujuan untuk melakukan proses pemulihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar
yang muncul, dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Tidak menutup
kemungkinan pada saat dilapangan peneliti menemukan istilah-istilah
Bahasa Daerah yang ini tentunya perlu dibahasakan dalam Bahasa
Indonesia, sehingga perlu dilakukan penjelasan singkat tanpa merubah isi
dari hasil wawancara. Data kemudian dilakukan direduksi dan dianalisis
untuk menajamkan, menggolongkan dan mengarahkan, membuang yang
tidak penting, mengorganisasikan data sehingga dapat menjadi jawaban dari
setiap dimensi teori yang sudah ditetapkan.

48
c. Penyajian Data
Proses selanjutnya adalah penyajian data yang peneliti lakukan dengan
melihat tata cara penulisan yang sistematis secara menyeluruh didalam
penyusunan laporan penelitian tesis, kemudian pada penyajian data
selanjutnya dilakukan dengan memberikan uraian secara singkat, baik dalam
bentuk tabel, maupun lainnya yang diperlukan serta melakukan penyajian
dalam bentuk naratif. Penyajian data dilakukan untuk dapat memberikan
kemudahan serta memahami isi penelitian ini kepada para pembaca
nantinya.
d. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah salah satu kegiatan konfigurasi lengkap selama
penyelidikan. Salah satu contoh refleksi yang muncul di benak peneliti saat
mereka menulis adalah tindakan yang menarik kesimpulan. Tinjauan catatan
lapangan menjadi semakin komprehensif setelah peer review dan diskusi tentang
cara membuat "kesepakatan intersubjektif" atau upaya mendalam untuk
memasukkan replika temuan ke dalam kumpulan data lain.
Data yang diperoleh dari penelitian harus divalidasi dengan menguji
kebenaran, kekokohan, dan kecukupan. Hasil penelitian diakui (Miles dan
Huberman, 1992). Data yang dikumpulkan selama proses pengumpulan data akan
dikategorikan menurut tema yang lebih khusus dan digunakan pendekatan yang
telah dikembangkan.

49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab yang keempat ini akan menjelaskan mengenai deskripsi lokasi
penelitian yang relevan terhadap penelitian. Pertama akan menjelaskan mengenai
profil Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang sebagai tempat penelitian ini
dilakukan. Selanjutnya akan membahas mengenai informan dari gambaran umum
yang telah digunakan. Serta, analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Trianggulasi Teknik berdasarkan hasil observasi, wawancara serta hasil
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan Industri Kecil Menengah (IKM) yang
merupakan anggota PKH (Program Keluarga Harapan).
Terakhir didalam bab ini akan menyajikan pembahasan dari penelitian. Pada
penjelasan pertama akan membahas mengenai hasil penelitian yang menyangkut
Upaya pemberdayaan IKM yang telah di kategorikan dengan 4 kategori yang
mana informan yang di dapat peneliti merupakan Industri Kecil Menengah (IKM)
di kecamatan Muntilan yang menjadi anggota PKH. Industri Kecil Menengah
(IKM) pada Industri Rumah Tangga yang menyerap tenaga kerja dari Keluarga
atau Lingkungan sekitar yang memiliki timngkat kesejahteraan rendah atau
miskin. Industri Kecil Menengah (IKM) dengan jenis usaha yakni anyamanan,
industri kerajinan, industri tempe, tahu dan industri makanan ringan (Daud,
2007).Industri Kecil Menengah (IKM) yang mendapatkan binaan oleh Muntilan
Tapak Liman sebagai organisasi yang mewadahi IKM di kecamatan Muntilan.
Lalu penelitian ini akan membahas perihal Hambatan yang di dapat dalam
melakukan pemberdayaan tersebut.
Peneliti membagi penjelasan tersebut, kemudian dilanjutkan menganalisis
hasil temuan dilapangan dengan analisis pendapat Pemberdayaan IKM. Peneliti
mendapatkan 7 informan yang sesuai dengan keriteria dan semua bergabung
dengan paguyuban IKM di Kecamatan Muntilan, berikut nama-nama informan
beserta usaha yang dibangun.

50
Tabel 4.1 Informan Penelitian
No. Nama Informan Jenis IKM
1. Hayati Siswiningrum Batik Butik Dan Fashion
2. Ismartoyo Sanggar Ukir Batu Pangestu
"Kerajinan Batu"
3. Wulan IKM Makanan
4. Erwin diana wati Umkm Aneka Olahan Rempah-
Rempah Dgn Brand Racik Sewu
5. Absasi Anisa Rohmah Konveksi, Sablon Kaos Dan Bordir
6. Ibu Deni Armiyani Produksi Olahan Pepaya Dan Kopi
7. Febri Feb Bucket (Florist)
Sumber: Olahan Peneliti, 2023

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Muntilan berada di Wilayah Kabupaten Magelang dengan


ketinggian kurang lebih 397m dari permukaan laut dan mempunyai luas wilayah
5.455 Ha dengan batas batas sebagai berikut Sebelah Utara:Kecamatan
Sawangan, Sebelah Barat: Kecamatan Mungkid, Sebelah Selatan: Kecamatan
Borobudur Sebelah Timur : Kecamatan Dukun dan Salam Kecamatan
Muntilan terdiri dari 13 Desa, 1 Kelurahan. Terdapat 157 Dusun, 491 RT dengan
jumlah penduduk 78.043 jiwa yang terdiri dari laki-laki 39.019 jiwa dan
perempuan 39.024 jiwa. Desa /Kel di Kecamatan Muntilan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Desa /Kel di Kecamatan Muntilan
1 Adikarto 8 Sriwedari
2 Tanjung 9 Tamanagung
3 Sokorini 10 Gondosuli
4 Congkrang 11 Pucungrejo
5 Menayu 12 Gunungpring
6 Keji 13 Sedayu
7 Ngawen 14 Kel. Muntilan
Sumber:
Selain itu, ada banyak fasilitas kesehatan yang tersedia, termasuk rumah
sakit, puskesmas, dan posyandu untuk anak dan orang tua. Selain itu, sejak lama,
banyak sanggar seni, termasuk 17 sanggar tari, 7 sanggar tari, dan pusat kerajinan

51
sangkar burung, telah berkembang. Jumlah penduduk meningkat sebanyak 13.720
jiwa pada 2019. Beberapa sungai yang mengalir dari pancuran lahar Gunung
Merapi membawa pasir dan batu mengalir melalui wilayah Kabupaten Muntilan,
termasuk Sungai Pabelan, Lamat, dan Blongkeng.
Kecamatan Muntilan terletak di daerah Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
Ini adalah pusat perdagangan dan layanan selatan. Muntilan terletak 10 km dari
Mungkid, pusat pemerintahan dan ibu kota distrik Magelang. Itu juga 15 km dari
Magelang, dan 25 km dari Yogyakarta. Kecamatan Muntilan telah lama menjadi
pusat perdagangan dan layanan di bagian selatan Magelang. Ini karena lokasinya
di jalur provinsi yang menghubungkan Semarang, Magelang, dan Yogyakarta.
Muntilan juga berada di jalur KA lama yang menghubungkan Stasiun Tugu
Yogyakarta, Stasiun Blabak Mungkid, Stasiun Kebonpolo Kota Magelang,
Stasiun Ambarawa, dan Stasiun Tambaksari Semarang. Jalur ini sekarang tidak
berfungsi lagi.
B. Pemberdayaan IKM di Kabupaten Magelang

Berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten


Magelang Tahun 2021 menyebutkan dengan RPJMD Kabupaten Magelang Tahun
2019-2024, prioritas pembangunan Kabupaten Magelang Tahun 2021 adalah
pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan pertanian,
pariwisata dan industri kecil menengah, sarana dan prasarana publik, lingkungan
hidup, reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, dan keamanan, ketertiban
dan kesiapsiagaan bencana. Salah satu program pada LPPD yang mendukung
pencapaian sasaran strategis guna meningkatnya daya saing ekonomi daerah
terutama pasca Covid-19 ialah Program Pemberdayaan Industri Kecil Menengah
(IKM). Pada table di bawah ini beberapa pemberdayaan IKM yang ada di
Kabupaten Magelang dari tahun 2019 sampai dengan 2023:

52
Tabel 4.3
Program-Program Pemberdayaan di Kabupaten Magelang
No. Nama Penyelenggara Aspek Kegiatan
Pemberdayaan Pemberdayaan
1. Bimbingan Kementerian Pelatihan dan Program wirausaha untuk
teknis (bimtek) Perindustrian pemberian Keluarga Penerima
wirausaha IKM melalui Fasilitas Manfaat Program Keluarga
Makanan dan Direktorat Harapan di Kecamatan
Kerajinan di Jenderal Industri Muntilan dan Kecamatan
Kabupaten Kecil, Borobudur, Kabupaten
Magelang Menengah dan Magelang yang mana
(2019) Aneka (Ditjen kegiatannya meliputi
IKMA) bimbingan peningkatan
kemampuan SDM, para
peserta juga mendapat
fasilitasi mesin/ peralatan
penunjang perbaikan mutu
produk pangan seperti
perekat kemasan (sealer)
serta alat peniris minyak
dan mesin/ peralatan untuk
peningkatan kapasitas
produksi.
2. Festival Direktorat Pelatihan dan Pembinaan bagi para
Joglosemar di Jenderal Industri Bantuan pelaku IKM melalui
Taman Lumbini, Kecil Menengah Pemasaran beberapa program salah
Kompleks dan Aneka satunya e-Smart IKM.
Taman Wisata (Ditjen IKMA)
Candi
Borobudur
(TWCB), 2021
3. Endorse Bareng Badan Pelatihan dan Mendampingi proses
Penyelenggara
Produk IKM Pemberian pendaftaran, verifikasi
Jaminan Produk
53
Bersertifikat Halal (BPJPH) Fasilitas bahan olahan, proses
Kementerian
Halal produksi hingga syarat
Agama
Kabupaten (Kemenag) dan administrasi lainnya hingga
Tim Penggerak
Magelang, 2023 diterimanya sertifikat halal
PKK Kabupaten
Magelang secara gratis dihampir
setiap Kecamatan di
Kabupaten Magelang dan 1
juta Sertifikasi Halal Gratis
(Sehati) melalui mekanisme
pernyataan pelaku usaha,
4. Pelatihan DINAS Pelatihan dan  Kegiatan pelatihan tersebut
Digital PERDAGANG Teknologi menyampaikan materi
Marketing, 2022 AN KOPERASI Informasi pokok mengenalkan digital
DAN UKM marketing sekaligus
praktek menggunakan
perangkat HP masing-
masing peserta melalui
aplikasi Google Bisnis.
Produknya beragam, mulai
dari makanan olahan, hasil
pertanian, kerajinan dan
fashion (batik dan
ecoprint).
5. Pojok UMKM Pemerintah Bantuan PKK Milenial Kecamatan
Mumpuni, 2022 Kecamatan Pemasaran Muntilan membentuk atau
Muntilan, mendirikan tempat lapak
Kabupaten khusus untuk hasil produksi
Magelang dan UMKM di Kantor Camat.
PKK Milenial
6. Sosialisasi dan Pemerintah Pelatihan dan Sosialisasi dan bimbingan
Bimbingan Kabupaten Pemberian teknis guna mendorong
Teknis Magelang Fasilitas pelaku usaha untuk
Implementasi memiliki legalitas usaha
Perizinan dengan mengurus NIB

54
Berusaha (Nomor Induk Berusaha)
Berbasis Risko untuk para IKM di
Tingkat kabupaten Magelang.
Kecamatan
Sumber Tabel: Olahan Peneliti, 2023
Menurut data yang peneliti dapatkan dari beberapa website pemerintah
terdapat program-program dan juga kegiatan pemberdayaan untuk Industri Kecil
Menengah dan Usaha Kecil Mikro yang ada di kabupaten Magelang, kegiatan ini
dilakukan di tahun 2019 sampai tahun 2023 hal ini berarti banyak upaya
pemberdayaan pemerintah kabupaten magelang guna melakukan penanggulangan
kemiskinan pasca Covid-19, dari 6 program tersebut terdapat 2 kegiatan
pemberdayaan yang diperuntukkan untuk IKM Kecamatan Muntilan, yakni
Bimbingan teknis (bimtek) wirausaha IKM Makanan dan Kerajinan di Kabupaten
Magelang dan juga Pojok UMKM yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan
Muntilan, Kabupaten Magelang dan PKK Milenial, dua pemberdayaan ini
dilakukan untuk mengembangkan potensi IKM untuk menunjang perekonomian
pasca covid-19. Dari dua kegiatan pemberdayaan ini tidak dijelaskan berapa lama
kegiatan tersebut berlangsung.

Gambar 4.1
Pojok UMKM Kecamatan Muntilan
(Sumber: Instagram tapakliman_mtl)

55
Peneliti juga melakukan observasi tambahan untuk mengetahui
pemberdayaan IKM di kabupaten Magelang terutama kecamatan Muntilan.
Peneliti menemukan terdapat beberapa Lembaga Swasta yang berbentuk
Commanditaire Vennootschap (CV) yang menghimpun IKM (Industri Kecil
Menengah) pada kecamatan Muntilan. Peneliti menemukan dan melakukan
observasi, wawancara dan sebagainya untuk IKM yang terhimpun atau
dikumpulkan oleh CV. Tapak Liman Muntilan, yang mana CV. Tapak Liman
Muntilan merupakan Lembaga Swasta yang bekerja sama dengan Kecamatan
Muntilan untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang berguna untuk
pengembangan IKM, salah satunya pengadaan pelatihan, pemasaran produk IKM
di kecamatan Muntilan.

Gambar 4.2
Kartu CV.Tapak Liman Muntilan
(Sumber: Instagram tapakliman_mtl)

Para IKM ini pun berbagai macam, salah satunya sebagian IKM yang
terhimpun dan sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan CV. Tapak Liman
adalah IKM yang mendapat bantuan Keluarga Penerima Manfaat Program
Keluarga Harapan, 7 IKM di dalam penelitian ini merupakan IKM yang
terhimpun juga sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan CV. Tapak
Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan Keluarga Penerima Manfaat
Program Keluarga Harapan. 7 IKM ini juga pernah mendapatkan berbagai macam
kegiatan pemberdayaan baik dari Kementrian IKM, Pemerintah kabupaten

56
Magelang, PKK Milenial, Dinas Perdagangan Koperasi Dan Ukm. Peneliti juga
melakukan observasi ke tempat produksi salah satu IKM KPM PKH yang
terhimpun pada CV. Tapak Liman yang juga mendapatkan pemberdayaan baik
oleh Pemerintah maupun organisasi ataupun Lembaga yang melakukan
pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan.

Gambar 4.3
Sosial Media dan kegiatan CV.Tapak Liman Muntilan
(Sumber: Instagram tapakliman_mtl)

C. Upaya Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan

Penelitian ini menggunakan pendapat pemberdayaan IKM oleh


Kartasasmita (1996) yang mana menggunakan enam indikator yakni pelatihan,
permodalan, fasilitas, teknologi, pemasaran dan kemitraan. Penelitian ini
melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi pada 7 IKM di dalam
penelitian ini merupakan IKM yang terhimpun juga sering mengikuti kegiatan
yang diselenggarakan CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat
bantuan Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan. 7 IKM ini juga
pernah mendapatkan berbagai macam kegiatan pemberdayaan baik dari
Kementrian IKM, Pemerintah kabupaten Magelang, PKK Milenial, Dinas

57
Perdagangan Koperasi Dan Ukm. Peneliti juga melakukan observasi ke tempat
produksi salah satu IKM KPM PKH yang terhimpun pada CV. Tapak Liman yang
juga mendapatkan pemberdayaan baik oleh Pemerintah maupun organisasi
ataupun Lembaga yang melakukan pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan.
Telah disebutkan diatas dari seluruh pemberdayaan yang ada di kabupaten
magelang terdapat 2 kegiatan pemberdayaan yang diperuntukkan untuk IKM
Kecamatan Muntilan, yakni Bimbingan teknis (bimtek) wirausaha IKM Makanan
dan Kerajinan di Kabupaten Magelang dan juga Pojok UMKM yang dilakukan
oleh Pemerintah Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang dan PKK Milenial,
dua pemberdayaan ini dilakukan untuk mengembangkan potensi IKM untuk
menunjang perekonomian pasca covid-19. Dari dua kegiatan pemberdayaan ini
tidak dijelaskan berapa lama kegiatan tersebut berlangsung. Namun melalui
observasi peneliti, sampai hari ini Pojok UMKM masih ada di kantor Kecamatan
Muntilan dan untuk kegiatan Bimtek atau bimbingan teknis hanya dilakukan di
tahun 2019 saja. Pojok UMKM ini masih dikelola oleh PKK Milenial, dimana
PKK milenial ini dibentuk oleh Ibu Bupati Kabupaten Magelang yang mempunyai
inovasi dimana PKK Milenial yang dianggotakan anak-anak muda mampu
membantu PKK ibu-ibu yang memiliki produk IKM yang ingin diperjual belikan.
Memberdayakan masyarakat yang lemah atau kurang beruntung adalah
tujuan pemberdayaan. Pemberdayaan menekankan hak seseorang untuk
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang diperlukan untuk
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan orang lain yang mereka pedulikan.
Kecamatan Muntilan memiliki peran strategis guna pembinaan kualitas sumber
daya manusia terutama usaha kecil menengah untuk menunjang kepariwisataan
dimana dari observasi yang dilakukan peneliti, peneliti mendapati terdapat Pojok
IKM dan PKK Milenial mumpuni sebagai program pemberdayaan yang terdapat
di Kecamatan Muntilan. Salah satu fungsi dari pojok IKM ini adalah sebagai
wadah yang dibentuk untuk menampung dan memberdayakan para pemilik IKM
agar bisa mengolah dan memanfaatkan hasil pangan secara maksimal.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 7 IKM di dalam penelitian ini
merupakan IKM yang terhimpun juga sering mengikuti kegiatan yang

58
diselenggarakan CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan. Menurut salah satu
responden yakni ibu Hayati Siswiningrum yang merupakan pemilik butik dan
merupakan salah satu IKM yang merupakan KPM PKH dan juga tergabung dalam
himpunan CV. Tapak liman, mengatakan beliau mendapatkan banyak perhatian
melalui banyak kegiatan pemberdayaan IKM. Ibu Hayati Siswiningrum
menjelaskan bahwa perhatian pemerintah banyak diberikan kepada IKM hal ini
mungkin untuk mensupport pendapatan pasca Covid-19 yang dirasakan hampir
seluruh IKM di Indonesia. Di Kecamatan Muntilan perhatian yang didapat dan
dirasakan banyak, berupa pemasaran, pembuatan even-even dan lainnya:
“IKM di Muntilan sangat di perhatikan oleh Kecamatan mulai dari di
ikutkan pameran, di berikan job baru dan banyak di buatkan even even
untuk meningkatkan citra produk melalui pemasaran yang di support oleh
pemerintah” (Hayati Siswiningrum, pemilik batik butik dan fashion)

Adanya perhatian ini bagi para IKM membanatu mereka memberdayakan


kemampuan pengelolaan produk secara maksimal. Para IKM juga banyak
merasakan perhatian pemerintah ini melalui banyak hal, salah satunya melalui
forum diskusi, pengembangan inovasi, banyaknya pertemuan, pelatihan,
permodalan dan sebagainya. Peran pemerintah dalam memberikan pemberdayaan
cukup terlihat dan mampu dirasakan para IKM di Muntilan. Salah satu
narasumber mengatakan bahwa:
“Peran pemerintah disini untuk mengupayakan tetap berjalanya umkm
dengan membuka forum, lalu ada pelatihan-pelatihan, mengembangkan
inovasi baru, mengadakan juga banyak pertemuan oleh para pelaku
umkm yang tentunya di dukung oleh pemerintah, namun disini ada
sedikit kekurangan di bagian pemerataan, karena disini tidak semua IKM
merasakan dampak peran serta pemerintah bagi IKM mereka” (Absasi
Anisa Rohmah, IKM konveksi, sablon kaos dan border)

Peneliti dapat menganalisis bagaimana pemilik IKM di Kabupaten Muntilan


memberdayakan masyarakat, meningkatkan penjualan, dan berinovasi melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Oleh karena itu, pemberdayaan
masyarakat di Kecamatan Muntilan dilakukan secara bertahap. Dengan pendapat
pembedayaan masyarakat menurut Ginandjar Kartasasmitha (1996) menyatakan

59
bahwa pemberdayaan IKM memiliki beberapa aspek yakni Pelatihan,
Permodalan, Pemberian Fasilitas, Teknologi, Pemasaran dan Kemitraan.

1. Pelatihan
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 7 IKM di dalam penelitian ini
merupakan IKM yang terhimpun juga sering mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan. Para IKM ini
mendapatkan pelatihan yang dilakukan oleh berbabgai macam Lembaga, beberapa
IKM mengatakan mendapatkan pelatihan dari Dinas Perdagangan Koperasi Dan
UKM Kabupaten Magelang, dan mendapatkan kegiatan pelatihan dari Direktorat
Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA), dan kegiatan yang
diselenggarakan oleh PKK Milenial di Kecamatan Muntilan ataupun dari CV.
Tapak Liman sendiri. Menurut Responden seluruh pelatihan yang ada Umumnya
dilakukan dalam kurun waktu 1 sampai 7 hari. Pelatihan yang dilakukan berbagai
macam, pelatihan digital marketing, pelatihan pembuatan batik, pelatihan
pengembangan produk IKM, pelatihan perizinan dan permodalan juga pelatihan
lainnya.
Berdasarkan salah satu IKM yakni Ibu Absasi Anisa Rohmah yakni
pemilik IKM Konveksi megatakan pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas
Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten Magelang pada tahun 2022 tepatnya
di bulan September dan mendapatkan pelatihan dari PKK Milenial Kecamatan
Muntilan di tahun yang sama namun di awal tahun. Pelatihan yang sangat diingat
oleh Ibu Absasi berupa pelatihan Pemasaran dan Keuangan oleh Dinas
Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten Magelang yang dilaksanakan 2-3
hari di Aula Kantor Kecamatan Muntilan pada September tahun 2022.
"Ada, seperti di bidang digital pemasaran dan keuangan" (Absasi Anisa
Rohmah, pemilik Konveksi, Sablon Kaos Dan Bordir)

Tedapat banyak pelatihan yang juga dilakukan yakni salah satunya seperti di
digital marketing, kewirausahaan dan keuangan. Adapun kegiatan pelatihan

60
lainnya yang dilakukan oleh anggota PKK Milenial di Kecamatan Muntilan untuk
IKM di Kecamatan Muntilan dan terbukti sangat bermanfaat bagi
keberlangsungan IKM. Hasil wawancara dengan ibu Hayati Siswiningrum yakni
pemilik IKM batik butik dan fashion, pelatihan yang dilakukan oleh PKK
Milenial yang pernah beliau dapatkan membawa dampak terhadap Pengembangan
IKM di Kecamatan Muntilan. Adapun dampak pembinaan terhadap keberhasilan
IKM di Kecamatan Muntilan yakni dari segi inovasi akan ada sesuatu yang baru,
pelatihan dan pemasaranya pun lebih luas cangkupan wawasan yang diberikan
sehingga memberikan pengembangan dan manfaat yang cukup besar untuk IKM.
Seperti yang dikatakan ibu Hayati Siswiningrum, beliau sempat mengikuti
kegiatan Pelatihan yang dilakuka oleh Dinas Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Magelang yang dilaksanakan di tahun 2021 di Alun-alun Magelang,
beliau merasakan manfaat dari pelatihan tersebut pada wawancara beliau
menyatakan:
"Sangat besar, karena selain ada pelatihan disitu akan di lanjutkan
dengan di adakanya even even yang di selegarakan oleh pemerintah, dan
dampaknya sangat bagus untuk mendongkrak nilai pasar dan penjualan
pun akan ikut naik" (Hayati Siswiningrum, Pemilik IKM batik butik dan
fashion)

Orang-orang di Kecamatan Muntilan menghasilkan uang mereka dari


Industri kecil dan menengah (IKM). Tentu saja, pemberdayaan IKM menghadapi
banyak tantangan, terutama dalam hal sumber daya manusia, dalam hal
kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, desain
teknik, kontrol dan pengawasan kualitas, organisasi biaya, pembiayaan, dan
promosi atau komersialisasi produk. Maka penting bagi pemerintah baik
Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang ataupun Lembaga-lembaga swasta
penyelenggara untuk memperkuat dari segi permodalan dan pelatihan dan juga
bantuan pemasaran, dari 7 jawaban informan terdapat satu informan yang sangat
menarik tanggapannya beliau mengungkapkan beberapa kekurangan
pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang disebutkan untuk IKM di
Kecamatan Muntilan. Dari hasil wawancara dengan salah satu informan
menjelaskan:

61
“Manfaat pelatihan yang saya rasakan belum terlalu memadai dari segala
bidang aspek karena di bidang batik inovasi harus selalu jalan, pelatihan
ini tidak memberikan ide-ide inovasi untuk usaha batik seperti saya.
"((Erwin diana wati, pemilik IKM aneka olahan rempah-rempah dgn
brand racik sewu)
Hal ini berarti memang terdapat kekurangan dalam bidang pelatihan yang
mana belum banyak pelatihan yang menjurus untuk setiap IKM dengan bidangnya
masing-masing. Untuk meminimalisir hambatan tersebut, perlu dilaksanakan
kegiatan pelatihan yang lebih banyak lagi dengan tema kegiatan yang lebih rinci.
Seperti yang diketahui dari beberapa responden belum ada yang pernah
mengungkapkan mendapatkan Pelatihan di tahun 2023. Harusnya Pemerintah dan
Lembaga-lembaga berkaitan mampu melakukan peningkatan pelatihan menjadi
rutinitas yang bisa dilaksanakan rutin sebulan sekali hal ini merupakan usaha
untuk membuat IKM mendapatkan manfaat lebih dari Upaya pemberdayaan
tersebut.
Dari informan didapatkan bahwa pelatihan yang didapatkan dari beberapa
penyelenggara adalah berupa pelatihan pemasaran, keuangan, digital dan
pelatihan mengembangkan beberapa produk IKM yang ada di Kecamatan
Muntilan, seperti pelatihan cantingan, pelatihan batik Lukis. Pelatihan ini
dilakukan oleh pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang
ataupun Lembaga-lembaga penyelenggara dilakukan kurang lebih 1 sampai
dengan 7 hari. Melalui narasumber, mengatakan bahwa pelatihan yang diberikan
sangatlah berpengaruh untuk IKM. Pelatihan ini sendiri merupakan aspek
pemberdayaan IKM terpenting dari segala aspek yang ada pada pendapat
pemberdayaan IKM oleh Kartasasmita (1996). Melalui komunikasi dengan
informan, peneliti menemukan bahwa pelatihan memiliki potensi untuk
meningkatkan potensi masyarakat karena elemen lain juga akan dikembangkan.
Pelatihan ini benar-benar mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang.Hasil analisis ini juga mendukung penegasan
Kartasasmita (1996) bahwa pemberdayaan adalah pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat, yaitu upaya untuk mendorong masyarakat untuk menjadi lebih baik
dengan membuat suasana atau lingkungan yang memungkinkan mereka
berkembang. Namun dari pernyataan Informan perlu dilakukan pengembangan
62
dalam pelatihan yang dilakukan pemerintah Kecamatan Muntilan. Pengembangan
tersebut adalah seperti memperbanyak jumlah pelatihan dan lebih memfokuskan
pelatihan kesetiap bidang yang ada di IKM.
2. Permodalan
Dalam pemodalan masyarakat yang masih dibawah sederhana/miskin
dilakukan pendekatan oleh pemerintah khususnya untuk IKM KPM PKH. Melalui
informan yakni 7 IKM di dalam penelitian ini yang mana merupakan IKM yang
terhimpun di CV. Tapak Liman dan merupakan IKM yang mendapat bantuan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan mengatakan terdapat
dampak kehadiran Pojok UMKM yang ada di kantor kecamatan Muntilan sebagai
pusat informasi mengenai permodalan usaha dan dapat membantu para IKM
mendapatkan informasi teknis mengenai proses permodalan. Untuk meningkatkan
produktivitas IKM dan membantu pengembalian modal, pelatihan mengenai
permodalan oleh pihak pemerintah juga diberikan kepada pelaku usaha. Salah satu
permodalan yang dilakukan oleh pemerintah di Kecamatan Muntilan ialah
memberikan kemudahan akses dan informasi melalui Pojok UMKM yang dikelola
PKK Milenial mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) ataupun peminjaman di
perbankan. Melalui salah satu reponden yakni bapak Ismartoyo, beliau
menyatakan permodalan secara materi memang belum ada dilakukan oleh pihak
Pemerintah baik Pemerintah Kecamatan maupun Pemerintah Kabupaten
Magelang, namun dengan mendapatkan KUR IKM mendapatkan manfaat,
manfaat yang dirasakan setelah IKM mendapat pinjaman KUR ini ialah:
"Pengaruh permodalan untuk kami para pelaku IKM sangat besar, karena
kita seperti di beri jalanya untuk mendapatkan akses modal" (Ismartoyo,
Pemilik Sanggar Ukir Batu Pangestu "kerajinan batu")

IKM dan Koperasi yang saat ini tidak memiliki akses ke kredit atau
pembiayaan dari bank lain atau dari Program Pemerintah dapat memanfaatkan
KUR untuk mengajukan permohonan kredit atau pembiayaan. Tujuan akhir
program KUR adalah untuk meningkatkan perekonomian, mengurangi
kemiskinan, dan menciptakan lapangan kerja bagi warga. KUR adalah pinjaman
yang diberikan bank kepada IKM yang memiliki modal kerja dan investasi untuk

63
usaha yang layak tetapi belum dapat dibiayai. Tujuannya adalah untuk
mempercepat perkembangan sektor riil, terutama pertanian, kehutanan, kelautan,
perikanan, dan industri.
Jika badan pengatur seperti pemerintah daerah, pelaku IKM, dan dunia
perbankan dapat bekerja sesuai tugas dan fungsinya, maka pemberdayaan IKM
akan berhasil dan kemajuan IKM akan cepat terwujud. Melalui sosialisasi,
pemberian informasi permodalan baik dari pemerintah Kecamatan Muntilan dan
Kabupaten Magelang membuat para pelaku IKM semakin lebih mudah
mendapatkan akses kredit dan IKM mampu bekerja sama dengan pihak
permodalan. Berdasarkan salah satu informan yakni Ibu Absasi, menyebutkan
pihak PKK Milenial Kecamatan Muntilan memberikan bantuan untuk permodalan
berupa Akses kepada permodalan tersebut, kemudahaan ini juga dikatakan oleh
narasumber:
"Akses permodalan di Kecamatan Muntilan cukup mudah dan tidak
terlalu sulit juga karena pasti akan memerlukan teknis tersendiri dari
pemerintah" (Absasi Anisa Rohmah, pemilik Konveksi, Sablon Kaos
Dan Bordir)

Untuk mendorong IKM, pemerintah sebagai regulator telah meluncurkan


berbagai program dan rencana. Optimalisasi program ini harus terus dilakukan.
Para IKM di Kecamatan Muntilán, modal diberikan melalui uang tunai yang
khusus diperuntukkan bagi IKM dengan kategori usaha yang memadai tetapi tidak
memiliki jaminan yang memadai dalam kerangka kebutuhan perbankan. Namun,
banyak IKM yang masih kekurangan pembiayaan. Terkadang, pelaku IKM
menghadapi kesulitan memulai bisnis karena mereka tidak memiliki modal atau
membutuhkan modal yang cukup besar. Selain itu, mereka tidak memiliki
cadangan modal dan agunan yang diperlukan untuk menjadi agunan dalam
pengambilan dana kredit. Lembaga swasta dapat menawarkan pinjaman modal
berkualitas tinggi bagi IKM yang kesulitan mendapatkan pembiayaan. Seperti
pinjaman modal dari bank dan koperasi. Dari hasil wawancara salah satu pemilik
industri kecil menengah yaitu menjelaskan:
“Kalau permodalan secara materi itu tidak ada namun kemudahan akses
modal itu pasti ada, hanya tidak ada permodalan secara spesifik atau

64
khusus yang diberikan” (Hayati Siswiningrum, pemilik batik butik dan
fashion)

Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Muntilan, IKM yang baru


didirikan pasti membutuhkan dana. Pemerintah mengoptimalkan pemberdayaan
IKM dengan bekerja sama dengan bank pemerintah dan swasta untuk
mendapatkan kemudahan akses permodalan untuk masyarakatnya. Di Indonesia,
pemerintah melaksanakan berbagai program penguatan IKM, dengan tujuan
mendorong kewirausahaan masyarakat melalui Gerakan Kewirausahaan Nasional
(GKN) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan dukungan dari berbagai pihak,
baik internal maupun eksternal, usaha kecil, mikro, dan menengah dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Melalui jawaban informan yang didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang
besar apabila pemberdayaan IKM melalui aspek permodalan di fokuskan
pemerintah. Analisis peneliti melalui jawaban informan terdapat beberapa bantuan
permodalan yang diberikan pemerintah untuk IKM di Kecamatan Muntilan, yakni
salah satunya adalah diberikannya dana bantuan dan informasi juga akses untuk
peminjaman modal di lembaga perbankan namun akses dan informasi ini
dianggap masih terbatas. Hal ini sejalan dengan gagasan Kartasasmita (1996)
tentang salah satu aspek pemberdayaan IKM, yaitu pemberdayaan di mana orang
belajar lebih banyak tentang pembangunan, lebih banyak tentang cara
menggunakan teknologi, lebih banyak mendapat bantuan dari pemerintah, lebih
banyak kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dalam pertemuan atau
rapat, mendapatkan bantuan untuk memahami hukum, dan masuk dalam daftar
penerima manfaat.
Namun dalam menuju IKM yang berdaya kemudahan, informasi mengenai
akses peminjaman modal pada lembaga keuangan tidaklah cukup. Maka dari hal
itu permodalan yang di dapat dari pemerintah untuk IKM diharapkan berbentuk
materi. Dikarenakan kebutuhan IKM ialah permodalan yang berupa materi,
dimana hal ini juga di ungkapkan pada pendapat mengenai pemberdayaan IKM
yang dikemukakan oleh Mubyarto (1997) yakni Pemberdayaan bagi IKM berarti
meningkatkan potensi ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan sarana dan

65
prasarana sosial dan fisik, pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan, modal,
dan informasi.
3. Pemberian Fasilitas
Peran Pemerintah sebagai fasilitator dalam semua aspek harus terpenuhi
karena telah tertuang dalam Pemberian fasilitas guna memberikan hak para IKM
ini sangat membantu IKM saat pasca Covid-19. Di kecamatan Muntilan terdapat
pemberian fasilitas yang dilakukan oleh Ditjen IKMA di tahun 2019 pemberian
fasilitas ini untuk para IKM yang menerima KPM PKH, pada penelitian ini 7
informan yakni IKM yang terhimpun di CV. Tapak Liman Muntilan merupakan
IKM yang mendapat KPM PKH. Namun dalam observasi dan wawancara peneliti,
peneliti mendpatkan tidak semua dari 7 informan ini yang mengikuti pelatihan
dan pemberian fasilitas yang dilakukan Ditjen IKMA di tahun 2019 tersebut,
hanya 3 informan yang mengikuti aktivitas tersebut yakni Bapak Ismartoyo dan
Ibu Erwin diana wati dan Ibu Hayati Siswiningrum. Mereka mengatakan bentuk
pemberian fasilitas untuk pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan sudah
banyak, salah satunya pada tahun 2021 terdapat acara JogloSemar yang dilakukan
oleh Ditjen IKMA di Borobudur. IKM di muntilan yang tergabung dalam IKM
binaan CV. Tapak Liman mengikuti acara tersebut dan terfasilitasi untuk
penjualan mereka. Dari salah satu narasumber mengatakan bahwa pemberian
Fasilitas ini membantu sekali untuk peningkatan Usaha mereka terutama IKM
yang mendapat KPM PKH ini, karena pada dasarnya IKM dalam kategori ini
paling sangat membutuhkan fasilitas guna menunjang Industri mereka, dan ini
sangat dirasakan manfaat dari hal tersebut.
“Manfaat sekali, karna dengan adanya fasilitas itu banyak pelaku usaha
yang maju, yang berkembang dan pasarnya semakin luas, pengaruhnya
itu juga sangat besar mbak, karena itu pelaku IKM bisa merambah ke
pasar modern jadi ada yang bisa masuk ke minimarket seperti alfamart
dan indomart” (Erwin diana wati, pemilik IKM aneka olahan rempah-
rempah dgn brand racik sewu)

Di Kecamatan Muntilan baik pemerintah Kecamatan Muntilan dan


Kabupaten Magelang ataupun Lembaga-lembaga swasta dalam melakukan
pemberdayaan IKM juga memberikan fasilitas pendukung kepada para IKM

66
binaannya yakni untuk membantu mempermudah perolehan perizinan, seperti
program sosialisai dan pemberian izin halal yang diberikan Kantor Urusan Agama
Kabupaten Magelang yang sesuai standart halal agar produk-produk dari anggota
IKM dapat diterima disemua kalangan masyarakat. Contoh untuk pihak
pemerintah kabupaten bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama Kabupaten
Magelang untuk pemberian sertifikat halal, Adapun menurut informan terdapat
upaya yang dilakukan pemerintah baik Kecamatan Muntilan ataupun pemerintah
Kabupaten Magelang yakni membantu anggota IKM secara bergiliran untuk
membuat perizian seperti setifikasi halal untuk produk makanan dan minuman
IKM, kemudian dari kabupaten Magelang yang memberikan bantuan proses izin
pengurusan pendaftaran produk ke BPPOM, dan juga fasilitas perizinan lainnya
yang dijadikan sebagai peningkatan dari mutu dan kualitas hasil dari produksi
anggota IKM. Hal ini juga dikatakan oleh narasumber yang mengatakan bahwa:
“Istilahnya memberikan fasilitas untuk pelaku umkm itu pelatihan-
pelatihan terus ijin usaha NIP PIRT dan HALAL itu memang ada
fasilitas dan dari Pemerintah Kecamatan Muntilan informasi mengenai
ini juga lengkap di Pojok IKM yang ada di kantor Kecamatan Muntilan”
(Erwin diana wati, pemilik IKM aneka olahan rempah-rempah dgn brand
racik sewu)

Pemerintah memiliki peran sebagai fasilitator yakni memfasilitasi apa yang


dibutuhkan pelaku IKM, peran sebagai regulator yakni membuat kebijakan yang
mempermudah usaha IKM, dan peran sebagai katalisator yakni mempercepat
proses berkembangnya IKM menjadi fast moving enterprise. Seperti yang
dikatakan salah satu informan bahwa fasilitas yang diberikan tidak hanya sekedar
akses dalam mempermudah izin usaha, melainkan diadakannya acara-acara oleh
PKK Millenial Kecamatan Muntilan yakni seperti kegiatan pemasaran saat
pelatihan dan juga acara-acara pameran, acara merupakan salah satu fasilitas yang
didapatkan para informan. Menurut salah satu Informan PKK Milenial juga
pernah melakukan kegiatan Pameran berupa bazar di acara 17 Agustus 2021
dimana salah satu responden mengikuti acara tersebut dan informan mengatakan
selain acara fasilitas berupa Pojok UMKM yang dikelola PKK Milenial ini juga
bentuk fasilitas yang mereka terima.

67
“Berupa pelatihan marketing, salah satunya juga Upaya PKK Milenial
dengan di bukakan pameran pameran yang disini bisa sekaligus menjadi
sarana promosi dan memperkenalkan produk agar di kenal lebih luas"
(Absasi Anisa Rohmah, konveksi sablon kaos dan bordir)

Dengan adanya Upaya PKK Milenial ini mampu membuat IKM


berkembang. Maka dengan berkembanganya IKM yang dirintis tentu
meningkatkan perekonomian disekitar, terlebih jika usaha tersebut membuka
lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Peran IKM sebagai penyedia
lapangan kerja, pecipta pasar baru dan sumber inovasi serta pemain penting dalam
pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat di Kecamatan Muntilan.
Dari hasil penelitian dan berdasarkan informan didapatkan bahwa fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah guna pemberdayaan IKM adalah sarana untuk
memasarkan atau menampilkan produk IKM. Selain itu fasilitas yang diberikan
adalah surat-surat izin untuk kelengkapan IKM. Dalam hal ini fasiltas yang
diberikan pemerintah dikatakan sudah memberikan pengaruh untuk para IKM.
Hal ini berarti Kecamatan Muntilan telah memenuhi aspek pemberdayaan IKM
yang dikemukakan Kartasasmita (1996) bahwa Kualitas produk harus
ditingkatkan dimana rakyat harus dibantu dengan prasarana dan sarana yang akan
memperlancar pemasaran produknya. Dari ini Kecamatan Muntilan telah
melakukan pemberdayaan IKM yang sesuai. Melalui hasil ini juga dapat
dikatakan IKM di Kecamatan Muntilan telah memperkuat IKM dijelaskan melalui
pendapat mengenai pemberdayaan IKM yang dijelaskan Mubyarto (1997) dimana
pemberdayaan IKM harusnya memperkuat potensi ekonomi atau daya yang
dimiliki masyarakat dengan menerapkan langkah-langkah pemberdayaan melalui
aksi-aksi yang nyata seperti menyediakan sarana dan prasarana fisik maupun
sosial, pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan, pemberian modal, informasi,
dalam rangka memperkuat potensi ekonomi dan memanfaatkan peluang-peluang
ekonomi yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah. Hal ini berarti
Kecamatan Muntilan berhasil memberikan pemberdayaan IKM dimana
menyediakan sarana dan prasana fisik maupun sosial yang mempengaruhi
berdayanya IKM di Kecamatan Muntilan.
68
4. Teknologi
Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering
dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan
fleksibilitas dalam produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara
lebih cepat untuk produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran
secara cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat tanpa kertas.
Pemanfaatan internet memungkinkan IKM melakukan pemasaran dengan tujuan
pasar global, sehingga peluang menembus ekspor terbuka luas. IKM di
Kecamatan Muntilan di berikan workshop mengenai digital marketing oleh pihak
PKK milenial yang ada pada Kecamatan Muntilan.
Disamping itu dari adanya workshop dan pelatihan-pelatihan yang
diberikan oleh pemerintah Kecamatan Muntilan membuat banyak IKM mengerti
dan menggunakan teknologi untuk keberlangsungan usaha mereka. Seperti
pernyataan salah satu narasumber yakni mengatakan PKK Milenial pernah
melakukan workshop digital marketing di tahun 2022 tepatnya bulan Mei yang
mana menurut salah satu informan ini memberikan pengetahuan mengenai
penggunaan teknologi.
“Workshop atau pelatihan teknologi sangat manfaat sekali dan sangat
besar, saya sekarang juga menggunakan medsos walapun disini saya
lebih seneng berjualan di offline namun yg online saya buka juga untuk
lebih ke brandingnya” (Febri, Pemilik Florist)

Hal positif yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan jaringan internet


dalam mengembangkan usaha adalah dapat mempertinggi promosi produk dan
layanan melalui kontak langsung, kaya informasi, dan interaktif dengan
pelanggan, Menciptakan satu saluran distribusi bagi produk yang ada, Biaya
pengiriman informasi ke pelanggan lebih hemat jika dibandingkan dengan paket
atau jasa pos, Waktu yang dibutuhkan untuk menerima atau mengirim informasi
sangat singkat, hanya dalam hitungan menit atau bahkan detik. Oleh karena itu,
agar IKM di Kecamatan Muntilan dengan segala keterbatasannya dapat
berkembang dengan memanfaatkan teknologi informasi, Kecamatan Muntilan
memberikan dukungan berupa pelatihan ataupun workshop hal ini juga

69
memberikan banyak manfaat melalui penggunaan media sosial kepada IKM
seperti mampunya IKM memasarkan produk menggunakan Tiktok, Instagram dan
sebagainya. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu narasumber yakni:
“Manfaatnya teknologi itu jadi saya menggunakan teknologi seperti wa
gitu yaa, fb , ig , tiktok dan teknologi sangat besar sekali manfaatnya
karna istilahnya bisa membantu omset saya setiap bulannya” (Erwin
diana wati, pemilik UMKM aneka olahan rempah-rempah dgn brand
racik sewu)

Kecamatan Muntilan memberikan padangan baru kepada IKM dengan


melakukan penjualan dengan teknologi lalu IKM juga bisa merasakan
manfaatnya, banyak IKM yang berusaha menggunakan teknologi walaupun
banyak IKM yang merasakan teknologi juga bukan hanya sekedar penggunaan
Handphone ataupun internet hal ini bisa penggunaan teknik baru dan
mendapatkan inovasi baru untuk pengembangan produk. Seperti yang dikatakan
salah satu informan yakni
“Pemanfaatan teknologi bagi saya bisa berupa teknologi penemuan seni,
berusaha membuat batik yang tidak paten dengan teknologi yang adaa
untuk membuat inovasi seperti teknik ciprat dan yang lainya” (Hayati
Siswiningrum, Pemilik Batik Butik Dan Fashion)

Hal ini dapat menyatakan bahwa UMKM sangat memerlukan teknologi ini,
hal ini dikarenakan UMKM mampu memberikan jangkauan yang lebih besar baik
dari segi penjualan maupun informasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan salah
satu narasumber yakni:
"Manfaat teknologi ini besar sekali, karena tanpa di sangka produk saya
bisa sampai papua sampai irian, palembang, batam, paling engga sudah
merampah ke luar pulau itu bagi saya sudah istimewa" (Deni Armiyani,
Pemilik Produksi Olahan Pepaya Dan Kopi)

Pada dasarnya dengan bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat


meningkatkan kinerja sehingga lebih efektif dan efisien. Jadi meskipun ada sedikit
perbedaan cost dengan sistem tradisional, IKM dapat menikmati fasilitas dari IT
yang akan memberikan return yang sepadan. Dengan IT IKM akan lebih siap
untuk bersaing tidak hanya di dalam negeri tetapi juga dengan produk-produk luar

70
negeri. Kita dapat bersaing dari segi kualitas, pengemasan, dan kecepatan operasi
perusahaan serta yang lebih penting lagi adalah dalam pemasaran produk IKM.
Melalui jawaban para informan di dapat bawa penggunaan teknologi oleh
para IKM sangat membantu mereka untuk melaksanakan kegiatan usaha, dari
hasil juga di dapatkan bawa IKM diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menggunakan platform online. Peneliti mendapatkan bawah IKM di kecamatan
Muntilan telah banyak diarahkan untuk melakukan digitalisasi oleh pihak
pemerintah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasasmita (1996) dimana
pemberdayaan IKM hasrus mampu meningkatan akses kepada aset produktif,
terutama modal, teknologi, dan manajemen. Dimana untuk itu Kecamatan
Muntilan berhasil melakukan pemberdayaan dan mengarahkan IKM untuk
berdigitalisasi.
5. Pemasaran
Pemasaran dalam suatu usaha merupakan suatu hal yang penting.
Memperkanalkan dan memasarkan produk di masyarakat luas. Dengan tujuan
pemasaran adalah produk kita dapat diterima oleh konsumen sehingga
meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan omzet penjualan terhadap
suatu produk. pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang
ataupun Lembaga-lembaga swasta juga telah memberikan pelaku IKM bantuan
dalam hal pemasaran. Hasil dari produksi tiap anggota IKM diberikan fasilitas
pemasaran pada beberapa acara yang diselenggarakan oleh pemerintah baik
Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang ataupun Lembaga-lembaga
swasta. Acara bazar dalam hari-hari tertentu di Kecamatan Muntilan dijadikan
media pemasaran khususnya kepada anggota IKM. Seperti contoh untuk para
anggota PKK Milenial “Mumpuni” bekerja sama dengan Kecamatan Muntilan
menyelenggarakan workshop digital marketing, lalu pameran-pameran di
Kecamatan Muntilan, dan terdapat Pojok IKM di kantor Kecamatan Muntilan
yang di Kelola PKK Milenial yang mempamerkan atau menjual produk para
anggota IKM baik IKM yang dalam binaan pemerintah dan juga IKM yang
termasuk dalam binaan pemerintah dan penerima KPM PKH di Kecamatan
Muntilan. Pada penelitian ini 7 IKM yang mendapat KPM PKH dan merupakan

71
IKM binaan CV.Tapak Liman yang diwawancarai semua menjajakan produk-
produknya di Pojok IKM ini dan ini sangat membantu baik mampu membantu
pemasaran IKM hal ini juga membantu IKM dalam mendapatkan informasi
mengenai pelatihan, pendanaan dan hal lain yang berkaitan dengan pemberdayaan
IKM. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Febri
sebagai berikut:
"Sarana pemasaran yang diberikan kecamatan itu banyak, berupa katalog
untuk memasukan produk produk umkm, terus ada Pojok IKM dan dari
tahun 2021 sudah mulai ada expo, setelah pandemi sudah mulai masuk
expo, itu selama pandemi baru pemerintah mulai membuka expo kembali
dan acaranya pun lumayan sukses.”(Febri, Pemilik Florist)

Penjelasan diatas diperkuat oleh penjelasan yang disampaikan oleh Ibu


armiyani produksi olahan pepaya dan kopi Sebagai berikut:
“Dalam bidang pemasaran hal dibantu untuk pengusaha IKM dalam
melakukan promosi adalah melalui pameran, dan kebetulan saya
tergabung dalam PKK magelang, jadi produk saya dipasarkan di ketep
dan juga Pojok IKM yang ada di kecamatan Muntilan.” (Ibu Armiyani,
produksi olahan pepaya dan kopi)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran dalam suatu


usaha sangat diperlukan agar produk tersebut dapat dikenal di masyarakat.
Dengan itu peran dari pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten
Magelang ataupun Lembaga-lembaga swasta dalam membantu memperkanalkan
produk milik pengusaha IKM juga diperlukan adanya suatu pendampingan untuk
membuat akun dan ID pengusaha IKM agar dapat melakukan pemasaran secara
online. Selain itu pemasaran juga dapat dilakukan melalui offline yaitu melalui
bazar yang dilakukan lokal, regional maupun nasional selain itu juga dapat
melakukan pemasaran melalui galeri Pojok IKM. Industri kecil pada umumnya
merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang terbatas dan
kemampuan pemasaran yang rendah, ditambah produk yang dihasilkan terkadang
jumlahnya rendah atau terbatas. Sehingga diperlukan pengembangan kemitraan
yang saling membantu antar IKM guna mempercepat proses kemitraan dalam
upaya mempromosikan produk-produk di pasaran serta diadakannya pelatihan
khusus agar lebih terampil untuk mengelola usahanya khususnya dalam hal

72
pemasaran produk. Seperti yang dikatakan salah satu narasumber karena merasa
IKM tidak bergitu mendapatkan manfaat dari bantuan pemasaran yang dilakukan
pemerintah.
"Bantuan belum maksimal sehubungan dengan Borobudur sebagai
prioritas, belum maksimal karena peluang besar tapi umkm belum terlalu
merasakan manfaatnya" (Hayati Siswiningrum, pemilik batik butik dan
fashion)

Tentu saja tanggungjawab terbesar untuk memberi pelatihan dan penyediaan


bantuan ini ada di tangan pemerintah, disamping pihak-pihak lain yang punya
komitmen, khususnya kalangan perguruan tinggi. Melalui jawaban informan yang
didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang besar apabila pemberdayaan IKM
melalui aspek pemasaran di fokuskan pemerintah. Analisis peneliti melalui
jawaban informan terdapat beberapa bantuan pemasaran yang diberikan
pemerintah untuk IKM di Kecamatan Muntilan, yakni salah satunya adalah
kemudahan untuk memasarkan produk melalui event-event ataupun Pojok
UMKM sebagai wadah IKM untuk melakukan pemasaran di Kecamatan
Muntilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasasmita (1996) dalam salah satu
yang perlu dimiliki untuk pemberdayaan IKM adalah Kualitas produk harus
ditingkatkan melalui prasarana dan sarana yang akan memperlancar pemasaran
produknya.
Namun dalam menuju IKM yang berdaya pemasaran melalui wadah Pojok
IKM ataupun event-event saja tidak cukup. Maka dari hal itu bantuan pemasaran
yang di dapat dari pemerintah untuk IKM diharapkan berbentuk bantuan berupa
akses untuk dihubungkan terhadap pariwisata yang ada di Kabupaten Magelang.
Pihak pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang ataupun
Lembaga-lembaga swasta belum mengadakan atau memberikan akses ini. Hal ini
dikarenakan pemasaran melalui pariwisata merupakan sebagai sarana memperkuat
pemasaran IKM sebagai potensi paling penting dalam kegiatan bisnis, dimana hal
ini juga di ungkapkan pada pendapat pemberdayaan IKM yang dikemukakan oleh
Anwas (2014) dimana keterampilan dan kemampuan lainnya yang sangat
diperlukan oleh pelaku usaha kecil adalah aspek managerial, pengelolaan
keuangan, pemasaran, kerjasama yang saling menguntungkan (Anwas, 2014).
73
6. Kemitraan
Guna produktifitas berkembangnya usaha, maka penulis bekerja sama
dengan tokoh masyarakat, dan aktifis desa membangun kemitraan untuk sarana
distribusi dan pemasarannya sehingga dapat meningkatkan penerimaan para mitra
IKM dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Kemitraan ini juga bisa berupa
dukungan dari stakeholder ataupun perusahaan perbankan dengan memberikan
beberapa bantuan yakni Bantuan modal usaha dengan persyaratan ringan, Jaminan
dalam mendapatkan pembiayaan ringan, Kemudahan memperoleh pembiayaan,
pengurusan administras, Dana IKM terealisasikan merata.
Kemitraan ini juga terjadi antar pelaku IKM terutama 7 IKM yang menjadi
informan pada penelitian ini. Terlihat dari beberapa IKM penerima KPM PKH di
Kecamatan Muntilan yang bekerja sama dengan baik diantara mereka maupun
IKM lainnya dan menghubungkan diri atau saling terhubung juga melalui CV.
Tapak Liman sendiri. Seperti yang dikatakan salah satu narasumber bahwa dengan
adanya kerjasama atau kemitraan antar IKM KPM PKH baik di dalam
Kecamatan Muntilan ataupun diluar Kecamatan Muntilan mampu memberikan
keuntungan baik dari segi pemasaran maupun informasi.
“Satu tahun terakhir saya bisa bersama umkm lain bergabung nitip pridak
ke pusat oleh oleh di ketep, ada juga di ambartawang jogja, jadi kita
bersama teman teman saling gandeng dan membantu” (Deni Armiyani,
Pemilik Produksi Olahan Pepaya Dan Kopi)

Pemerintahh Kabupaten dan Kecamatan telah menjalin kerjasama dengan


organisasi-organisasi di luar pemerintahan salah satu contoh yakni CV. Tapak
Liman dan PKK Milenial, dan telah turut serta mengikut sertakan anggota IKM
baik penerima KPM PKK ataupun IKM yang berdiri sendiri di Kecamatan
Muntilan khususnya dalam beberapa event yang telah diselenggarakan oleh
pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang ataupun
Lembaga-lembaga swasta. Anggota IKM KPM PKH di Kecamatan Muntilan telah
ikut berpartisipasi sebagaimana dalam acara pameran atau expo di dalam ataupun
Kecamatan Muntilan ataupun di area Kabupaten Magelang sebagai wujud
perluasan jaringan dagang untuk para anggota IKM KPM PKH baik binaan
pemerintah ataupun binaan CV.Tapak Liman. Anggota IKM KPM PKH yang ada
74
di Kecamatan Muntilan juga tergabung dalam sebuah WA Grup yang dibentuk
oleh CV. Tapak Liman yang mana grup ataupun kelompok ini sering berbagi
informasi pelatihan, expo.
“Bantuk kemitraan kami itu kami membentuk komunitas bersama yang
di dalamnya ada banyak kegiatan tentang membatik, inofasi dan sharing
kegiatan dan saling membantu, ada juga pembinaan seperti ada
penemuan apa lalu bersama sama kita bisa membuat itu sebagai temuan
baru di industri ini"(Hayati Siswiningrum, Pemilik IKM batik butik dan
fashion)

Dalam rangka pemberdayaan IKM pemerintah telah mengeluarkan


kebijakan kemitraan, antara lain: PP No. 44/1997 tentang Kemitraan. Sebagai
tindak lanjutnya, pemerintah menerbitkan Keppres No. 127/2001 tentang
Bidang/Jenis Usaha yang terbuka untuk Usaha Menengah atau Besar dengan
syarat kemitraan. Selanjutnya, diterbitkan kebijakan teknis berupa Peraturan
Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Melalui jawaban para
informan di dapat bawa pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten
Magelang ataupun Lembaga-lembaga swasta memberikan para IKM KPM PKH
bantuan untuk melakukan kemitraan baik dengan dibuatnya Grup IKM binaan
CV. Tapak Liman dimana banyak IKM Kecamatan Muntilan ikut bergabung. Hal
ini sangat membantu mereka untuk melaksanakan Kerjasama berupa bertukar
informasi, melakukan penitipan produk dan sebagainya. Peneliti mendapatkan
bawah IKM di Kecamatan Muntilan telah banyak mendapatkan keuntungan
karena pemerintah Kecamatan Muntilan melakukan kemitraan dengan lembaga
keuangan, komunitas-komunitas masyarakat, kampus atau akademisi hal ini
sangat membantu dan mempengaruhi kinerja IKM. Hal ini sesuai dengan
pendapat oleh Kartasasmita (1996) dimana pemberdayaan IKM hasrus mampu
meningkatan akses kepada asset produktif, terutama modal, teknologi, dan
manajemen. Dimana untuk itu Kecamatan Muntilan berhasil melakukan
pemberdayaan dan mengarahkan IKM untuk berdigitalisasi. Mubyarto (1997)
juga mengatakan bahwa salah satu strategi pemberdayaan IKM ialah
mengembangkan ekonomi rakyat juga memiliki arti melindungi rakyat, membela

75
kepentingan masyarakat lemah, mencegah terjadinya persainganyang tidak
seimbang dan juga praktik eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah melalui
adanya kesepakatan yang jelas untuk melindungi golongan yang lemah. Dimana
dengan adanya kemitraan ini menjaga dan mengembangkan ekonomi rakyat
sehingga persaingan antar IKM tetap seimbang.
Tabel 4.4
Matriks Hasil Penelitian
No. Aspek Batasan Konsep Hasil Penelitian

1. Pelatihan Pelatihan dari Dinas Perdagangan Pelatihan yang didapat


Koperasi Dan UKM Kabupaten para IKM adalah
Magelang yang dilaksanakan 1-7 pelatihan warna alam,
hari di Aula Kantor Kecamatan bikin cap, lalu pelatihan
Muntilan pada September tahun batik Lukis, pelatihan
2022 dan pelatihan yang dilakukan digital pemasaran,
Dinas Perdagangan dan Koperasi pelatihan pemasaran
Kabupaten Magelang yang catingan dan sebagainya.
dilaksanakan di tahun 2021 di Pelaksanaan pelatihan
Alun-alun Magelang dan para dilakukan 1 sampai 7
informan merasakan manfaatnya hari. Namun perlu
baik dari segi peningkatan Ekonomi diadakan pengembangan
mereka yang mana merupakan IKM berupa memperbanyak
yang menerima KPM PKH maupun jumlah pelatihan dan
dari pengembangan industri mereka lebih memfokuskan
pelatihan kesetiap bidang
yang ada di IKM.

76
2. Permodalan Permodalan menurut para Permodalan yang

Informan mereka mendapatkan diberikan Kecamatan

kemudahan Akses dari pihak Muntilan untuk IKM

Pemerintah Kabupaten hanya informasi untuk

Magelang dan Akses informasi KUR dan kemudahan

yang diberikan oleh akses untuk pencairan

Kecamatan Muntilan melalui modal dari lembaga

PKK Milenial yang menjadi perbankan, untuk

penyalur informasi mengenai lembaga keuangan

Permodalan untuk KUR dan lainnya, dan program

permodalan lainnya, namun di permodalan lainnya

beberapa kelurahan ada pemerintah tidak

bantuan dana tunai namun memberikan akses bahkan

tidak banyak. informasi, namun di


beberapa kelurahan ada
bantuan dana tunai namun
tidak banyak.
3. Fasilitas Pemberian Fasilitas Pemerintah Fasilitas yang diberikan
Kabupaten Magelang melakukan Kecamatan Muntilan
Kerjasama dengan Ditjen IKMA untuk Pemberdayaan
yang mana melakukan pemberian IKM adalah berupa
fasilitas berupa fasilitasi alat-alat wadah untuk pemasaran
industry untuk IKM PKH, namun seperti Pojok IKM dan
kegiatan tersebut hanya dilakukan membuat event-event
pada tahun 2019, lalu Adapun IKM untuk para IKM
diberikan fasilitas pendukung memasarkan produk dan
mempermudah perolehan perizinan, membuat surat
seperti program sosialisai dan kelengkapan untuk
pemberian izin halal yang diberikan perizinan IKM.
Kantor Urusan Agama Kabupaten
Magelang yang sesuai standart
halal agar produk-produk dari
anggota IKM dapat diterima
disemua kalangan masyarakat. Lalu

77
fasilitas dari Kabupaten Magelang
yakni membantu anggota IKM
secara bergiliran untuk membuat
perizian seperti setifikasi halal
untuk produk makanan dan
minuman IKM, kemudian dari
kabupaten Magelang yang
memberikan bantuan proses izin
pengurusan pendaftaran produk ke
BPPOM, dan juga fasilitas
perizinan lainnya yang dijadikan
sebagai peningkatan dari mutu dan
kualitas hasil dari produksi anggota
IKM. Lalu Adapun pembuatan
Acara-acara sebagai salah satu
fasilitas yang di dapat IKM yakni
yang diadakan oleh PKK Milenial
Kecamatan Muntilan pada 17
Agustus 2021. Fasilitas ini
dirasakan sangat bermanfaat bagi
para IKM.
4. Teknologi Teknologi pemerintah Kecamatan Pemerintah Kecamatan
Muntilan Bersama PKK Milenial Muntilan memberikan
melakukan kegiatan workshop IKM informasi dan
digital pemasaran guna pengenalan workshop mengenai
teknologi bagi para IKM di tahun penggunaan teknologi,
2022 tepatnya bulan Mei. hal ini menjadi salah satu
Pemberian workshop ini sangat bentuk pemberdayaan
berguna untuk IKM menurut para melalui teknologi yang
informan agar mampu memperluas dirasakan IKM.
jangkauan penjualan dan agar lebih
mudah berkomunikasi dengan
pelanggan.
5. Pemasaran Terdapat beberapa bantuan Pemerintah Kecamatan

78
pemasaran yang diberikan Muntilan belum banyak
pemerintah untuk IKM Kecamatan melakukan bantuan
Muntilan, yakni salah satunya pemasaran, namun
adalah kemudahan untuk beberapa informan
memasarkan produk melalui event- mengatakan bahwa
event ataupun pojok IKM sebagai mereka mendapatkan
wadah IKM untuk melakukan pelatihan pemasaran dan
pemasaran di Kecamatan Muntilan. di pasarkannya produk
Namun bantuan pemasaran yang di mereka melalui Pojok
dapat masih tergolong kurang atau IKM dan memberikan
minim bagi IKM. Maka dari hal itu mereka peluang
bantuan pemasaran yang di dapat memasarkan produk
dari pemerintah untuk IKM melalui website
diharapkan berbentuk bantuan pemerintah dan event-
berupa akses untuk dihubungkan event di daerah.
terhadap pariwisata yang ada di
kabupaten Magelang.
6. Kemitraan kemitraan terdapat CV. Tapak Para IKM di kecamatan
Liman Muntilan yang bekerja sama telah menjalin kerjasama
dengan Pemerintah dalam dengan organisasi-
menghimpun IKM yang ada di organisasi di luar
kecamatan Muntilan dengan pemerintahan, dan telah
pembuatan WA Grup yang bergabung pada WA grup
dijadikan tempat berbagi informasi yang dibuat oleh CV.
mengenai kegiatan pelatihan dan Tapak Liman Muntilan
sebagainya dan melakukan sebagai wadah IKM di
kemitraan sesame IKM. kecamatan Muntilan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2023

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Pemberdayaan IKM yang


dilakukan oleh pemerintah baik Kecamatan Muntilan dan Kabupaten Magelang
ataupun Lembaga-lembaga swasta lainnya, sangat membantu perekonomian IKM,
berdasarkan pernyataan dari informan, Pemberdayaan untuk IKM di Kecamatan

79
Muntilan telah meliputi 6 Aspek yang ditawarkan pendapat Kartasasmita (1996).
Adapun pemberdayaan IKM dalam Aspek pelatihan, informan mengatakan
terdapat pengadaan pelatihan dari Dinas Perdagangan Koperasi Dan UKM
Kabupaten Magelang yang dilaksanakan 1-7 hari di Aula Kantor Kecamatan
Muntilan pada September tahun 2022 dan pelatihan yang dilakukan Dinas
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Magelang yang dilaksanakan di tahun 2021
di Alun-alun Magelang dan para informan merasakan manfaatnya baik dari segi
peningkatan Ekonomi mereka yang mana merupakan IKM yang menerima KPM
PKH maupun dari pengembangan industri mereka. Dalam aspek permodalan
menurut para Informan mereka mendapatkan kemudahan Akses dari pihak
Pemerintah Kabupaten Magelang dan Akses informasi yang diberikan oleh
Kecamatan Muntilan melalui PKK Milenial yang menjadi penyalur informasi
mengenai Permodalan untuk KUR dan permodalan lainnya.

Dalam Aspek Pemberian Fasilitas Pemerintah Kabupaten Magelang


melakukan Kerjasama dengan Ditjen IKMA yang mana melakukan pemberian
fasilitas berupa fasilitasi alat-alat industri, namun kegiatan tersebut hanya
dilakukan pada tahun 2019, lalu Adapun IKM diberikan fasilitas pendukung
mempermudah perolehan perizinan, seperti program sosialisai dan pemberian izin
halal yang diberikan Kantor Urusan Agama Kabupaten Magelang yang sesuai
standart halal agar produk-produk dari anggota IKM dapat diterima disemua
kalangan masyarakat. Lalu fasilitas dari Kabupaten Magelang yakni membantu
anggota IKM secara bergiliran untuk membuat perizian seperti setifikasi halal
untuk produk makanan dan minuman IKM, kemudian dari kabupaten Magelang
yang memberikan bantuan proses izin pengurusan pendaftaran produk ke
BPPOM, dan juga fasilitas perizinan lainnya yang dijadikan sebagai peningkatan
dari mutu dan kualitas hasil dari produksi anggota IKM. Lalu Adapun pembuatan
Acara-acara sebagai salah satu fasilitas yang di dapat IKM yakni yang diadakan
oleh PKK Milenial Kecamatan Muntilan pada 17 Agustus 2021. Fasilitas ini
dirasakan sangat bermanfaat bagi para IKM. Dalam aspek teknologi pemerintah
Kecamatan Muntilan Bersama PKK Milenial melakukan kegiatan workshop

80
digital pemasaran guna pengenalan teknologi bagi para IKM di tahun 2022
tepatnya bulan Mei. Pemberian workshop ini sangat berguna untuk IKM menurut
para informan agar mampu memperluas jangkauan penjualan dan agar lebih
mudah berkomunikasi dengan pelanggan. Untuk aspek kemitraan terdapat CV.
Tapak Liman Muntilan yang bekerja sama dengan Pemerintah dalam
menghimpun IKM yang ada di kecamatan Muntilan dengan pembuatan WA Grup
yang dijadikan tempat berbagi informasi mengenai kegiatan pelatihan dan
sebagainya dan melakukan kemitraan sesame IKM. Dengan berjalannya Aspek-
aspek ini sangat membantu IKM KPM PKH ini dalam perekonomian mereka dan
pengembangan usaha mereka. Namun pada kenyataannya dari data yang tersaji di
bab 1 para KPM ini terus bertambah jumlahnya dari tahun ketahun, hal ini
mungkin karena adanya beberapa hambatan yang ditemui dalam pemberdayaan
IKM.

D. Hambatan Pemberdayaan IKM di Kecamatan Muntilan.

Berdasarkan hasil analisis pemberdayaan IKM yang dilakukan di


Kecamatan Muntilan dilakukan dengan 6 aspek yang ditawarkan Kartasasmita
(1996) dimana IKM Kecamatan Muntilan mendapatkan seluruh pengaruh dari
diberlakukannya 6 aspek tersebut. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
hambatan-hambatan, hambatan tersebut terjadi pada 3 aspek yakni Pelatihan,
Permodalan dan Pemasaran. Kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah
Kecamatan Muntilan ini juga membawa dampak terhadap para peserta pelatihan
dan IKM di Kecamatan Muntilan. Dalam penelitian ini, adapun dampak meliputi
meningkatkan kualitas SDM bagi pelaku IKM. Meningkatkan kualitas SDM bagi
pelaku IKM Untuk menyiapkan generasi emas, pelatihan tetap menjadi jalan
utama. Dalam hal ini apabila pelatihan dilaksanakan tidak secara efektif dan
efisien maka prestasi kerja karyawan akan menurun.
Hal tersebut menjelaskan bahwa pelatihan memang memiliki hubungan
yang erat dengan kinerja IKM. Hubungan tersebut terlihat ketika dilakukannya
pengembangan inovasi, maka peranan pelatihan akan sangat membantu dalam hal
peningkatan inovasi. Jadi dengan adanya pelatihan, perusahaan akan memperoleh

81
tenaga kerja yang berkualitas dan memenuhi standar kerja perusahaan, sehingga
karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan perusahaan yang akan meningkatkan inovasi serta keuntungan yang
nantinya akan di dapat IKM. Oleh karena itu, pelatihan dapat dijadikan sebagai
alat untuk menghasilkan inovasi yang mempunyai pengaruh penting dalam
tercapainya tujuan pemberdayaan IKM.

Hal ini sesuai dengan teori Anwas dalam buku Pemberdayaan Masyarakat
di Era Global menjelaskan pemberdayaan usaha kecil yang utama adalah
bagaimana membangun Sumber Daya Manusia yang tangguh. Mereka perlu di
bina mulai dari produksi hingga pasca produksi yang benar dan efisien. Mereka
perlu di dorong untuk menciptakan berbagai inovasi produknya yang meiliki daya
saing. Kemampuan mendorong berpikir dan berperilaku inovatif yang sangat
diperlukan. Keterampilan dan kemampuan lainnya yang sangat diperlukan oleh
pelaku usaha kecil adalah aspek managerial, pengelolaan keuangan, pemasaran,
kerjasama yang saling menguntungkan (Anwas, 2014).
Kegagalan dalam pelaksanaan pelatihan sangat berdampak kepada
pemberdayaan IKM karena dengan pelatihan yang tidak memadai sumber daya
manusia juga akan ikut tidak berkembang, dengan sumber daya manusia yang
tidak potensial ini akan menghambat IKM untuk mandiri dan mampu menyokong
kemiskinan di daerah sekitar. Menurut Itang (2015) salah satu faktor terjadinya
kemiskinan ialah manajemen sumber daya buruk, dimana harusnya sumber daya
dikelola dengan baik. Hal ini menjelaskan bahwa apabila sumberdaya yang tidak
memadai atau tidak potensial dikembangkan terutama oleh IKM memberikan
dampak juga terhadap kemiskinan di lingkungan sekitar.
Peranan pemerintah dalam pelatihan IKM juga seharusnya menjadi
penyokong utama berdayanya IKM namun dari hasil penelitian di dapatkan
kurangnya dan minimnya perhatian pemerintah untuk memberikan pelatihan yang
lebih banyak lagi dan lebih efektif dan efisien lagi. Padahal telah di cantumkan di
dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Magelang
Tahun 2021 yang mana menyebutkan bahwa RPJMD Kabupaten Magelang Tahun
2019-2024, prioritas pembangunan Kabupaten Magelang Tahun 2021 adalah
82
pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan pertanian,
pariwisata dan industri kecil menengah, sarana dan prasarana publik, lingkungan
hidup, reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, dan keamanan, ketertiban
dan kesiapsiagaan bencana. Dalam hal ini belum memadainya pemerintah dalam
melakukan pelatihan untuk IKM menjadi kekurangan utama atau penghambat
utama berdayanya IKM sehingga hal ini juga menjadi salah satu faktor terjadinya
kemiskinan di sekitar.
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa
kapasitas tata kelola pemerintah daerah dalam memberdayakan IKM masih
kurang optimal dan bervariasi dengan kota-kota yang diteliti. Kapasitas mereka
menunjukkan perbedaan kapasitas kelembagaan, kebijakan, dan manajemen
(Triastuti, 2021). Pernyataan bahwa sumberdaya yang tidak memadai akibat
pelatihan memberikan dampak terhadap menghambatnya pemberdayaan IKM
juga dinyatakan oleh penelitian terdahulu yakni Sulistiyono (2022) yang
mengatakan faktor penghambat berdayanya IKM antara lain manajemen yang
tidak profesional, modal yang terbatas, kualitas produk yang tidak memenuhi
syarat, harga produk yang relatif mahal, dan desain kemasan produk yang kurang
menarik.
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam
dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk mendapatkan dukungan
keuangan, baik perbankan maupun dana bantuan yang disalurkan melalui
kemitraan usaha lainnya. Kecamatan Muntilan belum banyak memberi suntikan
modal bagi yang ingin membuka usaha mandiri belum ada pendampingan untuk
IKM dalam mendapatkan permodalan melalui pihak-pihak swasta. Terbatasnya
jumlah modal merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha IKM di
Kecamatan Muntilan. Mayoritas pengusaha menggunakan modal sendiri dalam
menjalankan usahanya. Kurangnya permodalan IKM, oleh karena pada umumnya
usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang
sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan

83
lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang
diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Pada dasarnya IKM tidak mendapat permodalan secara langsung dari
pemerintah namun pemerintah melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan
di Indonesia yang telah memberi pinjaman untuk IKM yang telah berjalan
sekurang-kurangnya 2 tahun dan usaha tersebut dianggap sudah memperoleh
keuntungan usaha. Program khusus dari perbankan tersebut ada beberapa jenis
yaitu, seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang disediakan lembaga perbankan
untuk memberi kemudahan pinjaman bagi IKM, namun diperuntukkan bagi IKM
yang sudah berjalan minimal selama 6 bulan. Hal ini perlu dimaklumi
dikarenakan lembaga perbankan mempunyai prinsip menjalankan amanah dalam
mengelola uang nasabahnya sehingga dapat memberikan pinjaman pada IKM
yang sudah berjalan dengan baik sehingga dapat mengurangi risiko yang muncul.
Namun hal ini juga menjadi hambatan bagi IKM untuk berdaya karena pada
dasarnya IKM yang membutuhkan keuangan atau permodalan adalah IKM yang
masih berjalan diawal.

Namun bantuan untuk permodalan diawal untuk IKM dari Kecamatan


Muntilan yang minim memberikan hambatan terhadap pemberdayaan IKM yakni
menjadikan IKM tidak kuat dalam segi potensi pengembangan karena minimnya
modal tersebut, hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan Kartasasmita (1996)
dimana pemberdayaan yang di dapat seharusnya mampu memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki oleh masyarakat berupa penguatan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhannya, pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyrakat yang menunjang
kemandirian mereka. Kartasasmita (1996) juga mengatakan bahwa pemberdayaan
harus meliputi aspek Peningkatan akses kepada asset produktif, terutama modal,
teknologi, dan manajemen.
Walaupun dalam hasil mengatakan bahwa akses modal kepada lembaga
keuangan dipermudah pemerintah, namun untuk mendapatkan permodalan yang
mencukupi sulit di dapat oleh IKM di Kecamatan Muntilan. Bantuan permodalan
84
yang tidak memadai ini menjadikan sulitnya IKM untuk mandiri. Kesulitan ini
mampu juga berdampak kepada kemiskinan sekitar dengan minimnya permodalan
meningkatnya kapasitas IKM semakin sulit. Menurut Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2021 menyebutkan dengan
RPJMD Kabupaten Magelang Tahun 2019-2024, prioritas pembangunan
Kabupaten Magelang Tahun 2021 adalah pendidikan, kesehatan, penanggulangan
kemiskinan, pengembangan pertanian, pariwisata dan industri kecil menengah,
sarana dan prasarana publik, lingkungan hidup, reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan, dan keamanan, ketertiban dan kesiapsiagaan bencana. Salah satu
program pada LPPD yang mendukung pencapaian sasaran strategis guna
meningkatnya daya saing ekonomi daerah terutama pasca Covid-19 ialah Program
Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM). Akibat tidak ada bantuan
permodalan ini mengakibatkan tujuan dari pemberdayaan IKM atau RPJMD yang
dikelola ini tidak mampu dicapai.
Permodalan dari pihak pemerintah ini bisa berupa dana baik langsung dari
pemerintah ataupun pemerintah bekerjasama dengan pihak perbankan maupun
lembaga keuangan lainnya ini mampu membantu permodalam IKM. Bantuan ini
akhirnya nanti dapat membantu IKM mandiri sehingganya kemiskinan di sekitar
ikut berkurang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu Erlando (2020)
sektor keuangan mampu berkontribusi mengurangi kemiskinan dengan
menyediakan modal. Pernyatan penelitian terdahulu lainnya adalah menurut
Dahlia (2020) yakni pemerintah perlu menjalin kerjasama dengan lembaga lain
seperti bank agar bisa cepat mendapatkan modal bagi para pelaku UKM yang
masih sangat sulit dijangkau, yang bisa mendorong dan meningkatkan UKM.
Selain kemampuan pelatihan untuk manajemen yang rendah dan persoalan
modal yang sering menghambat pemberdayaan IKM, hal lain adalah keterbatasan
fungsi-fungsi perusahaan, terutama dalam pemasaran. Umumnya, permasalahan
yang dihadapi IKM menyangkut pemasaran adalah terbatasnya kemampuan untuk
melakukan promosi sehingga produk tidak dikenal di pasar. Hal ini berdampak
kepada rendahnya kemampuan IKM dalam berkompetisi di pasar. Kecendrungan
menguasai pasar yang terbatas sebagai akibat dari lemahnya kemampuan untuk

85
berkompetisi dengan perusahaan besar yang memiliki sistem produksi dan
distribusi yang lebih baik.

Adapun UMKM kurang mampu membaca peluang pasar karena adanya


kecendrungan konsumen mengetahui info yang lebih lengkap tentang produk dan
perusahaan. Dengan kondisi ini, tidak jarang produk yang ditawarkan tidak sesuai
dengan keinginan dan harapan konsumen di pasar. Stabilitas dan kontinuitas
produk untuk pemenuhan permintaan pasar kurang terjaga sehingga ketika
konsumen membutuhkan produk, produk tidak tersedia di pasar. Dengan berbagai
keterbatasan yang dihadapi UMKM, dapat dipastikan akan sulit bagi UMKM
untuk mampu berkembang dan bertahan hidup. Dengan kondisi demikian
UMKM, khususnya usaha mikro dan kecil, perlu mendapatkan bantuan akan
tetapi bantuan dalam pemasaran seperti pengetahuan dan informasi mengenai
pemasaran yang baik dan benar, info mengenai cakupan pemasaran yang
seharusnya besar dan luas yang mampu diberikan pemerintah, hal ini tidak
dimplementasikan atau tidak diberikan oleh Kecamatan Muntilan. Walaupun
beberapa workshop dilakukan oleh Kecamatan Muntilan dan beberapa pusat IKM
untuk mempromosikan produknya diberikan oleh pemerintah, namun bantuan
dirasakan belum maksimal, sehingganya IKM tidak mampu mengerti bagaimana
bersaing dan membesarkan pangsa pasar mereka.

Akses pemerintah Kecamatan Muntilan terhadap Borobudur sebagai pusat


pariwisata belum maksimal, dimana akses ini mampu memudahkan IKM
Kecamatan Muntilan ikut melakukan pemasaran di Borobudur yang mana
merupakan pusat pariwisata di Kabupaten Magelang, dengan minimnya akses ini
menjadikan cakupan pemasaran IKM tidak luas dan IKM tidak mampu mendapat
pangsa pasar yang lebih dari apa yang mereka dapat saat ini. Menurut Anwas
(2014) keterampilan dan kemampuan yang sangat diperlukan oleh pelaku usaha
kecil adalah aspek managerial, pengelolaan keuangan, pemasaran, kerjasama yang
saling menguntungkan. Adapun menurut Kartasasmita (1996) harus meliputi
aspek-aspek, diantaranya pelatihan, permodalan, pemberian fasilitas, teknologi,
pemasaran, dan kemitraan.

86
Bantuan pemasaran yang tidak optimal menjadikan penghambat bagi
pemberdayaan IKM padahal pada dasarnya aspek utama pemberdayaan ialah
pemasaran. Ketidakberhasilan pemerintah dalam memberikan bantuan pemasaran
ini menandakan pemerintah Kecamatan Muntilan tidak mengikuti tujuan
pemerintah yakni yang tertuang dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2021 menyebutkan dengan RPJMD
Kabupaten Magelang Tahun 2019-2024, prioritas pembangunan Kabupaten
Magelang Tahun 2021 adalah pendidikan, kesehatan, penanggulangan
kemiskinan, pengembangan pertanian, pariwisata dan industri kecil menengah,
sarana dan prasarana publik, lingkungan hidup, reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan, dan keamanan, ketertiban dan kesiapsiagaan bencana. Salah satu
program pada LPPD yang mendukung pencapaian sasaran strategis guna
meningkatnya daya saing ekonomi daerah terutama pasca Covid-19 ialah Program
Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM). Dimana berkembangnya IKM
dengan pemasaran merupakan tujuan pemberdayaan IKM oleh pemerintah. IKM
yang tidak mendapatkan bantuan secara maksimal tidak merasakan manfaat
sehingga membuat IKM sulit berkembang akibat informasi akses pasar yang
kurang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu Dahlia (2020) akses pasar
yang terbatas akan menyebabkan produk tidak dapat dipasarkan secara kompetitif
di pasar nasional maupun internasional. Pernyatan penelitian terdahulu lainnya
adalah menurut Dahlia (2020) yakni pemerintah perlu menjalin kerjasama dengan
lembaga lain seperti bank agar bisa cepat mendapatkan modal bagi para pelaku
UKM yang masih sangat sulit dijangkau, yang bisa mendorong dan meningkatkan
UKM. Sulitnya UMKM ini berkembang karena pemasaran juga dikatakan oleh
Akhmad (2018) yang menyatakan UMKM masih menghadapi kendala teknis yang
menghambat kegiatan usahanya seperti tingkat kemampuan (kompetensi),
keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,
pemasaran, dan keuangan.

87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
upaya pemberdayaan pasca covid-19 dilakukan di Kecamatan Muntilan tidak
lepas dari peran pemerintah.
1. Pelatihan
Pelatihan yang didapat IKM di kecamatan Muntilan adalah pelatihan
yang diadakan oleh Dinas Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten

88
Magelang yang dilaksanakan di Aula Kantor Kecamatan Muntilan pada
September tahun 2022 dan pelatihan yang dilakukan Dinas Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Magelang yang dilaksanakan di tahun 2021 di Alun-
alun Magelang, diantaranya para IKM mendapat pelatihan kegiatan warna
alam, bikin cap batik, lalu pelatihan batik Lukis, pelatihan digital
pemasaran, pelatihan pemasaran catingan dan sebagainya. Hampir seluruh
Pelaksanaan pelatihan dilakukan 1 sampai 7 hari. Pelatihan yang dilakukan
cukup memberikan manfaat seperti menambah cakupan pemasaran,
menambah inovasi, menambah pengetahuan berorganisasi yang baik.
Namun beberapa informan mengatakan terdapat hambatan pemberdayaan
dalam aspek pelatihan yang masih belum memberikan dampak yang
signifikan untuk pemberdayaan IKM. Hal ini dikarenakan pelatihan yang
diberikan kurang rutin dan tema pelatihan kurang banyak dan belum banyak
yang sesuai dengan kebutuhan guna pengembangan produk IKM di
kecamatan Muntilan. Sehingga banyak IKM yang merasa sumberdaya yang
mereka miliki belum memadai akibat kurangnya pelatihan yang diberikan.
2. Permodalan
Permodalan yang diberikan oleh pemerintah baik Kecamatan Muntilan
maupun kabupaten Magelang untuk IKM hanya informasi untuk KUR dan
kemudahan akses untuk pencairan modal dari lembaga perbankan. Namun
beberapa informan mengatakan terdapat hambatan pemberdayaan dalam
aspek permodalan karena tidak adanya permodalan berbentuk materi dari
lembaga keuangan lainnya, dan program permodalan lainnya pemerintah
tidak memberikan akses bahkan informasi, namun di beberapa kelurahan
ada bantuan dana tunai namun tidak banyak. Padahal permodalan
merupakan aspek terpenting dalam memberdayakan UMKM dan manfaat
yang dirasakan juga pasti banyak.
3. Fasilitas
Fasilitas yang diberikan Kecamatan Muntilan untuk Pemberdayaan
IKM adalah berupa wadah untuk pemasaran seperti Pojok IKM dan
membuat event-event untuk para IKM memasarkan produk mereka.

89
Pemberian Fasilitas Pemerintah Kabupaten Magelang melakukan Kerjasama
dengan Ditjen IKMA yang mana melakukan pemberian fasilitas berupa
fasilitasi untuk alat-alat kerajinan, namun kegiatan tersebut hanya dilakukan
pada tahun 2019, lalu Adapun IKM diberikan fasilitas pendukung
mempermudah perolehan perizinan, seperti program sosialisai dan
pemberian izin halal yang diberikan Kantor Urusan Agama Kabupaten
Magelang yang sesuai standart halal agar produk-produk dari anggota IKM
dapat diterima disemua kalangan masyarakat. Lalu fasulitas dari Kabupaten
Magelang yakni membantu anggota IKM secara bergiliran untuk membuat
perizian seperti setifikasi halal untuk produk makanan dan minuman IKM,
kemudian dari kabupaten Magelang yang memberikan bantuan proses izin
pengurusan pendaftaran produk ke BPPOM, dan juga fasilitas perizinan
lainnya yang dijadikan sebagai peningkatan dari mutu dan kualitas hasil dari
produksi anggota IKM. Lalu Adapun pembuatan Acara-acara sebagai salah
satu fasilitas yang di dapat IKM yakni yang diadakan oleh PKK Milenial
Kecamatan Muntilan pada 17 Agustus 2021. informasi yang diberikan
kepada IKM juga sangat optimal sehingga banyak IKM yang merasakan
manfaat dari setiap fasilitas yang diberikan.
4. Teknologi
Pemerintah Kecamatan Muntilan memberikan IKM informasi dan
workshop mengenai penggunaan teknologi, hal ini menjadi salah satu
bentuk pemberdayaan melalui teknologi yang dirasakan IKM. Manfaat yang
di dapat cukup banyak yakni IKM kecamatan Muntilan saat ini mampu
memasarkan produk melalui media sosial lalu IKM di muntilan juga mampu
melakukan komunikasi dengan pelanggan lebih mudah.
5. Pemasaran
Pemerintah Kecamatan Muntilan belum banyak melakukan bantuan
pemasaran, namun beberapa informan mengatakan bahwa mereka
mendapatkan pelatihan pemasaran dan di pasarkannya produk mereka
melalui Pojok IKM dan memberikan mereka peluang memasarkan produk
melalui website pemerintah dan event-event di daerah. Namun beberapa

90
informan mengatakan terdapat hambatan pemberdayaan dalam aspek
pemasaran yakni belum adanya penghubung atau akses pemasaran dengan
pariwisata seperti pariwisata Borobudur yang terdapat di Kabupaten
Magelang kurang diberikan atau dipermudah aksesnya oleh pemerintah,
padahal dengan adanya pemasaran melalui pariwisata Borobudur membuat
para IKM makin merasakan manfaatnya. Salah satu manfaat bantuan
pemasaran yang dirasakan adalah cakupan pemasaran yang luas sampai
keseluruh Indonesia.
6. Kemitraan
Kecamatan Muntilan telah menjalin kerjasama dengan organisasi-
organisasi di luar pemerintahan, dan telah turut serta mengikut sertakan
anggota IKM di Kecamatan Muntilan khususnya dalam beberapa event yang
telah diselenggarakan oleh Kecamatan Muntilan. Anggota IKM di
Kecamatan Muntilan telah ikut berpartisipasi sebagaimana dalam acara
pameran atau expo di dalam kecamatan ataupun di kabupaten Magelang
sebagai wujud perluasan jaringan dagang untuk para anggota IKM
binaannya. Anggota IKM di Kecamatan Muntilan juga tergabung dalam
sebuah kelompok binaan oleh Kecamatan Muntilan yang mana grup ataupun
kelompok ini sering berbagi informasi pelatihan, expo dan lainnya melalui
aplikasi Whatsapp.
Pemberdayaan IKM yang telah disebutkan di atas ternyata lebih bisa
diterima dan berjalan sesuai keinginan masyarakat. Ketika Kecamatan Muntilan
melakukan pemberdayaan IKM ini mendapatkan sambutan yang positif oleh
warga. Seperti yang sudah peneliti jabarkan sebelumnya Kecamatan Muntilan
mengajak IKM untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan IKM tersebut banyak
IKM yang menyambut dengan baik. Dengan dikelolanya pemberdayaan IKM oleh
pemerintah, berdampak positif bagi perekonomian warga dan hal ini juga
berimbas kepada penanggulangan kemiskinan yang dirasakan warga Kecamatan
Muntilan. Pemerintah pada akhirnya melihat potensi IKM yang banyak membantu
perekonomian masyarakat untuk Kecamatan Muntilan sehingga dalam hal ini
IKM dalam binaan atau luar binaan pemerintah Kecamatan Muntilan banyak

91
berharap kepada Pemerintah Kecamatan Muntilan untuk melakukan banyak
perubahan untuk menambah kualitas pemberdayaan yang dilaksanakan.

B. Implikasi
Setelah penjelasan pada kesimpulan tersebut, dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa implikasi dari pelaksanaan pemberdayaan
IKM di Kecamatan Muntilan.
1. Implikasi Teoritis
Implikasi secara teoritis terkait penelitian ini terlihat bahwa literasi
mengenai pemberdayaan IKM masih sangat minim dalam berbagai literatur
terdahulu terutama literatur jurnal-jurnal internasional. Terkait pendapat
Pemberdayaan dari Kartasasmita (1996) ditawarkan 6 aspek namun peneliti
mendapatkan dari 6 aspek terdapat aspek terpenting dari ke-enam tersebut,
yakni aspek pelatihan dimana dari setiap aspek terjamin apabila aspek
pelatihan terjamin. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat Pembaharuan
dalam penelitian ini ditemukan adanya 3 aspek yang harus diteliti lebih lagi
yakni aspek pelatihan, aspek permodalan dan juga aspek pemasaran karena
terdapat hambatan yang di dapat Ketika pemberdayaan dilakukan di IKM di
Kecamatan Muntilan. Lalu Pembahasan mengenai Pemberdayaan IKM
lebih sering di bahas pada bidang manajemen, ekonomi akuntansi,
pembangunan dan sektor lainnya yang masih sangat minim membahas isu-
isu yang ada saat ini dengan pendekatan Administrasi Publik.
2. Implikasi Praktis
Hasil dari penelitian ini dimana ditemukan bahwa suatu kebijakan yang
telah dibuat oleh pemerintah dapat berubah yang disebabkan dengan adanya
ide atau gagasan yang lebih baik dari pihak lain. Dalam penelitian ini IKM
binaan berashil menyakinkan pemerintah untuk banyak melakukan kegiatan
pemberdayaan IKM dan banyak juga warga sekitar yang ikut membantu
terlaksananya kegiatan pemberdayaan IKM ini.
3. Implikasi Metodologis
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik
trianggulasi dimana peneliti melakukan observasi, dokumentasi dan
92
wawancara secara langsung kepada warga kecamatan muntilan khususnya.
Pada saat melakukan penelitian peneliti menemukan fakta-fakta yang dirasa
dapat menjadi satu aspek yang mengubah fakta pemberdayaan IKM. Fakta
yang ditemukan peneliti adalah belum banyaknya pemberdayaan yang
dilakukan oleh pemerintah kecamatan Muntilan. Fakta lain yang ditemukan
oleh peneliti adalah ternyata pemerintah mendapatkan bantuan
pemberdayaan melalui universitas-universitas, lembaga atau organisasi
warga seperti PKK milenial, hal ini berarti pasrtisipasi masyarakat dalam
melakukan pemberdayaan ini juga sangat banyak. Penelitian ini menemukan
bahwa terdapat kekurangan dalam melakukan teknik ini, hal ini dikarenakan
tidak banyak informan yang mampu di wawancarai, akan lebih baik
penggunaan metode kuantitatif dimana sampel yang di dapat bisa lebih
besar, dan dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih terarah.
C. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
oleh Pemerintah Kecamatan Muntilan untuk pemberdayaan IKM guna
menanggulangi kemiskinan di kecamatan Muntilan, yakni:
1. Pemerintah harus lebih memfokuskan pemberdayaan pada aspek pelatihan,
karena segala aspek akan mendukung karena terdukungnya aspek pelatihan,
pemerintah harus mulai melakukan pelatihan yang lebih banyak dan lebih
terperinci agar setiap aspek pemberdayaan bisa mengikuti
perkembangannya. Pemerintah kecamatan Muntilan mampu mennambah
sesi pelatihan juga agar para pelaku IKM merasakan manfaat yang lebih dari
pelatihan tersebut.
2. Terkait dengan permodalan dan pemasaran pemerintah diharapkan mampu
lebih memperhatikan akses permodalan dan informasi permodalan yang
seharusnya mampu diberikan pemerintah. Dalam hal ini bisa berupa
informasi kredit dari lembaga keuangan selain perbankan, dari sisi
pemasaran pemerintah mampu ikut memudahkan IKM kecamatan muntilan
untuk mampu memperluas pasar para pelaku IKM di sekitar daerah

93
pariwisata yang ada di kabupaten magelang, karena seperti yang kita ketahui
juga kabupaten Magelang juga banyak memiliki daerah pariwisata.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu meneliti tentang pemberdayaan
IKM menggunakan Teori lain atau menggunakan pendapat mengenai
pemberdayaan IKM selain daripada pendapat Kartasasmita (!996) dengan
hanya meneliti beberapa aspek yang sering mengalami hambatan yakni
pelatihan, pemasaran dan permodalan. Peneliti selanjutnya juga dapat
melalukan penelitian menggunakan metode penlitian lain. Diharapkan
peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penelitian pemberdayaan IKM
di lokasi penelitian lain dengan hasil yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Alia Akhmad, K., Karsidi, R., Siti Rahayu, E., & Wijaya, M. (2018). the Role of
Government Policy in Smes Facilitating Institutions in Indonesia: a Case
Study on Business Development Services Provider. Asian Journal for
Poverty Studies, 4(1), 12–15.
Annur, R. A. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
Kecamatan Jekulo dan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2013. Economics
Development Analysis Journal, 2(4), 409-426.

Anwas, M Oos. (2014). Pemberdayaan Masyarakat di Era Globalisasi. Bandung:


Alfabata.

94
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, B. K. M. (2020). Persentase Rumah
Tangga Miskin. Magelangkab.Bps.Go.Id.
https://magelangkab.bps.go.id/indicator/23/679/1/persentase-rumah-tangga-
miskin-yang-menggunakan-jamban-sendiri-bersama.html
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, B. K. M. (2021). Garis Kemiskinan
Kabupaten Magelang dan Provinsi Jawa Tengah (Rupiah/Kapita/Bulan).
Magelangkab.Bps.Go.Id.
https://magelangkab.bps.go.id/indicator/23/160/1/garis-kemiskinan-
kabupaten-magelang-dan-provinsi-jawa-tengah-rupiah-kapita-bulan-.html
Badan Pusat Statistik Prov Jawa Tengah, B. J. (2020). Garis Kemiskinan, Jumlah,
dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah, 2007 - 2020.
Jateng.Bps.Go.Id. https://jateng.bps.go.id/statictable/2021/04/16/2457/garis-
kemiskinan-jumlah-dan-persentase-penduduk-miskin-di-provinsi-jawa-
tengah-2007---2020.html
Badan Pusat Statistik Prov Jawa Tengah, B. J. (2021). Gini Ratio (Semesteran)
2014-2021. Jateng.Bps.Go.Id.
https://jateng.bps.go.id/indicator/23/101/1/gini-ratio-semesteran-.html
Badan Pusat Statistik RI, B. R. (2019a). Indonesia Poverty Profile Statistics.

Badan Pusat Statistik RI, B. R. (2019b). Statistics of the State of Employment in


Indonesia 2019 [Statistik Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia 2019].

Badan Pusat Statistik RI, B. R. (2020). Profil Kemiskinan di Indonesia


(September 2020).

Blanchard, K., and N. Peale. (1998). The Five P’s of Ethical Power. USA: Mc
Millan.

Cresswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed (3rd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahliah, D. (2021). The Role of Cooperatives for Trade, Industry, Mining, and
Energy Office in Empowering SME. Golden Ratio of Marketing and Applied
Psychology of Business, 2(2), 130–146.
https://doi.org/10.52970/grmapb.v2i2.208
Effendi, G. N., Purnomo, E. P., & Malawani, A. D. (2020). Cash for Work?
Extreme Poverty Solutions Based on Sustainable Development. Journal of
Economics and Policy, 13(2), 379–392.

Effendy, A. A., Mustofa, M. A., Basuni, R. R., Nurjaya, N., & Sunarsi, D. (2021).
Determinants of Small Medium Micro Business Empowerment: Systemic
Literature Review. International Journal of Artificial Intelligence Research,
95
6(1). https://doi.org/10.29099/ijair.v6i1.329
Erlando, A., & Riyanto, F. D. (2020). Machine Translated by Google Heliyon
bukti dari Indonesia timur. 6.
Gani, A. (2020). Case of COVID-19 in Indonesia. Detik.News.Com.
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4988425/3-faktor-penyebab-
kematian-corona-ri-masih-tertinggi-di-asean

Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2008. Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar.

Itang. (2015). Faktor Faktor Penyebab Kemiskinan. Jurnal Keislaman,


Kemasyarakaan dan Kebudayaan, 16(1), 1-30.

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pemberdayaan Masyarakat,Konsep Pembangunan


yang Berakar pada Masyarakat. Bandung: ITB

Maksum, I. R., Yayuk, A., Rahayu, S., & Kusumawardhani, D. (2020). A Social
Enterprise Approach to Empowering Micro , Small and Medium Enterprises
( SMEs ) in Indonesia. Journal of Open Innovation: Technology, Market,
and Complexity, 6(3), 50. https://doi.org/10.3390/joitmc6030050
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: a methods
sourcebook (3rd ed.). Arizona State University: SAGE Publications.

Musabayana, G. T., & Mutambara, E. (2022). The Implementation of B-BBEE


policy. Aabfj, 16(1), 73–84.
Mubyarto. 1997. Peranan Wanita dalam Penanggulangan Kemiskinan di
Indonesia. Perencanaan Pembangunan. Jakarta.
Pahlawan, P. Y., & Ratna, R. (2018). The Effect of Education Level,
Unemployment Rate And Economic Growth On Poverty Rate in Indonesia
2012-2017 Period. Journal of Maliksussaleh Public Economics, 1(02), 44–
49.

Panjaitan, J. M. P., Timur, R. P., & Sumiyana, S. (2021). How does the
Government of Indonesia empower SMEs? An analysis of the social
cognition found in newspapers. Journal of Entrepreneurship in Emerging
Economies, 13(5), 765–790. https://doi.org/10.1108/JEEE-04-2020-0087
Prijono,O.S., Pranarka,A.M.W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. CSIS. Jakarta.

96
Rappaport, J. (1984). Studies In Empowerment: Introduction On The Issue,
Prevention In Human Issue. USA.

Sachs, J. D. (2015). The Age of Sustainable Development. Colombia University


Press.

Sedarmayanti. (2000). Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk


Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan. (Bandung: Masdar Maju).

Septiadi, D., & Nursan, M. (2020). Pengentasan Kemiskinan Indonesia: Analisis


Aspek Makroekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Jurnal Hexagro, 4(1).
https://doi.org/10.36423/hexagro.v4i1.371

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D) (10th ed.). Bandung: Alfabeta.

Suminah, S., Suwarto, S., Sugihardjo, S., & Anantanyu, S. (2022). Heliyon
Determinants of micro , small , and medium-scale enterprise performers ’
income during the Covid-19 pandemic era. Heliyon, 8(December 2021),
e09875. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e09875
Sumodiningrat, G. (1996). Jaring Pengaman Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat. Journal Of Indonesian Economy And Business, 14(3).

Suharto. Edi, (2005) Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:


Refika Aditama

Sulistyono, M., Hidayat, Y., & Syafari, M. R. (2022). Strategy for Empowerment
of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) Food Sector by The
Office of Cooperatives, Small/Micro Businesses and Industry of Balangan
Regency. Journal of Development Studie, 1(1), 39–48.
http://www.jurnalfocus.ul m.ac.id/index.php/ds/ article/view/5%0Ahtt
p://www.jurnalfocus.ul m.ac.id/inde x.php/ds/arti cle/download /5/4
Sutoro, Eko. (2004). Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat, APMD
Press, Yogyakarta.

Suryahadi, A., Al Izzati, R., & Suryadarma, D. (2020). Estimating the Impact of
Covid-19 on Poverty in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic
Studies, 1–34. https://doi.org/10.1080/00074918.2020.1779390

Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. JMPK,


8(3), 121-129.

97
Swift, C., & Levin, G. (1987). Empowerment: An emerging mental health
technology. Journal of primary prevention, 8(1), 71-94.

Tarigan, H., Sinaga, J. H., & Rachmawati, R. R. (2020). Dampak PASCA


COVID19 terhadap Kemiskinan di Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi Dan
Kebijakan Pertanian, 3, 457–479.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
Triastuti, M. R. H. (2021). Governance Capacity of Local Government in
Empowering Small and Medium Enterprises in Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik., 2(2), 402–431. https://journal.stis ipolraja haji.a
c.id/index.ph p/jisipol/articl e/view/37/35
Wasistiono, Sadu. (1998). Pemberdayaan Masyarakat .Bandung: Mekar Rahayu.

Wrihatnolo dan Dwidjowijoto. (2007). Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: Elex


Media Komputindo.

Yusuf, A. A. (2020). Poverty and distributional impact of Covid-19 Crisis in


Indonesia. WIDER Webinar Series: How Is Covid-19 Changing
Development?, 34.

Zuhdiyati, N., & Kaluge, D. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kemiskinan di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir (Studi Kasus 33
Provinsi). JIBEKA, 27-31.

98

Anda mungkin juga menyukai