Anda di halaman 1dari 8

A.

Judul proposal : Dampak Covid -19 Terhadap Resesi Konkret Ekonomi Global

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Kehadiran Covid-19 ditengah-tengah kehiduapan manusia pada awal tahun


2020 sangat memprihatinkan. Dampak yang diakibatkan tidak hanya pada kesehatan
manusia tetapi juga sangat berpengaruh pada perekonomian global, bahkan pada saat
ini perekonomian dunia sangat tertekan dengan adanya covid-19. Topik kali ini akan
membahas mengenai dampak global dari hadirnya covid-19. Seperti yang diketahui
bahwa pengaruh dan perkembangan bahkan resesi ekonomi tidak hanya bersumber
pada lingkup ekonomi itu sendiri namun juga ekonomi bisa terdampak dari
kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan menyebarnya covid-19 yang berdampak
negative pada perekonomian global.

Penyakit Virus Corona (Covid-19) tahun 2020 merebak virus baru


coronavirus jenis baru, yang penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-
19). Virus ini pertamakali ditemukan di Wuhan, China pertama kali dan sudah
menginfeksi 90.308 orang per tanggal 2 Maret 2020. Jumlah kematian mencapai
3.087 orang atau 6%, jumlah pasien yang sembuh 45.726 orang. Virus jenis RNA
strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan manusia dan bersifat sensitif
terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung
klorin. Sumber host diduga berasal dari hewan terutama kelelawar, dan vektor lain
seperti tikus bambu, unta dan musang. Gejala umum berupa demam, batuk dan sulit
bernapas. Sindrom klinik terbagi menjadi tanpa komplikasi, pneumonia ringan dan
pneumonia berat. Pemeriksaan spesimen diambil dari swab tenggorok (nasofaring
dan orofaring) dan saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, aspirat
endotrakeal). Isolasi dilakukan pada pasien terbukti terinfeksi Covid-19 untuk
mencegah penyebaran lebih luas. Penyebaran COVID-19 yang sudah dapat
dikendalikan di beberapa negara, termasuk Tiongkok, berbeda dengan apa yang
terjadi di Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Di saat kurva mulai melandai yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan


pasien COVID-19, kondisi di Indonesia memperlihatkan terjadinya peningkatan
pertumbuhan pasien COVID-19 yang cukup signifikan. Dari sisi permintaan, kondisi
pandemi COVID-19 jelas akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan perjalanan dan
transportasi, serta peningkatan biaya transportasi dan perdagangan. Sedangkan dari
sisi penawaran, kemungkinan besar yang terjadi adalah terkontraksinya produktivitas
pekerja/buruh, penurunan investasi dan kegiatan pendanaan, serta terganggunya
rantai pasokan global (global value chain). 1 “Perkiraan Virus Corona Menjadi
Pandemi Kian Nyata, WHO Beri Peringatan ini,” Warta Ekonomi, 25 Februari 2020
2 Warwick McKibbin & Roshen Fernando, “The Economic Impact of COVID-19,”
in Economics in the Time of COVID-19, eds. Richard Baldwin and Beatrice Weder
di Mauro (London: CEPR Press, 2020), 45 – 51. Dari sisi konsumsi, pola konsumsi
masyarakat akibat penyebaran COVID-19 secara otomatis akan berubah. Masyarakat
akan cenderung untuk tidak melakukan kegiatan perjalanan atau pariwisata dan lebih
cenderung meningkatkan konsumsi pada barang-barang kebutuhan pokok yang
dianggap penting sebagai antisipasi terjadinya pembatasan pergerakan manusia.
Secara keseluruhan, tingkat konsumsi akan cenderung turun karena harga yang
terdistorsi akibat mahalnya biaya transportasi dan logistik barang. Sementara itu, dari
sisi produksi, beberapa sektor utama di Indonesia juga akan terdampak akibat
penyebaran COVID-19, khususnya industri pengolahan (manufaktur). Kontribusi
sektor ini cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia (19-20 persen) dan produk
yang berasal dari industri pengolahan juga menyumbang secara signifikan terhadap
total ekspor Indonesia, yaitu di atas 70 persen. Kinerja industri manufaktur di
Indonesia kemungkinan akan melambat seiring dengan meningkatnya kasus COVID-
19 ini.

3. Tujuan Penelitian

Menyajikan dampak covid terhadap perekomomian bahkan resesi ekonomi


global, seperti yang diketahui bahwa pengaruh dan perkembangan bahkan resesi
ekonomi tidak hanya bersumber pada lingkup ekonomi itu sendiri namun juga
ekonomi bisa terdampak dari kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan menyebarnya
covid-19 yang berdampak negative pada perekonomian global.

4. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini Salah seorang staf dosen departemen Ilmu Komputer,
Mira Suryani, M.Kom., ikut terlibat dalam pembangunan aplikasi pemberian efek
relaksasi pada masa pandemi Covid-19 ini. Aplikasi ini dibangun berdasarkan pada
kajian ilmiah dan dapat digunakan secara gratis dan aman sebagai bagian upaya
mendukung pemerintah dan bergotongroyong melawan Covid-19. Tentunya aplikasi
akan terus berkembang seiring dengan kontribusi pemakainya. 
5. Definisi Operasional

Coronavirus merupakan zoonosis, yaitu penyakit atau infeksi yang ditularkan


secara alamiah dari hewan vertebrata kepada manusia yang disebabkan oleh patogen
seperti bakteri, virus, fungi, serta parasit seperti protozoa dan cacing. Penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa coronavirus yang pernah terjadi, seperti SARS-CoV
ditularkan dari musang ke manusia dan MERS-CoV dari unta dromedaris ke manusia.
Masa inkubasi belum diketahui dengan pasti, namun CDC menunjukkan saat ini
gejala infeksi 2019-nCoV terlihat 2-14 hari setelah terpapar virus. Hal ini berdasarkan
periode inkubasi yang ditunjukkan sebelumnya pada virus MERS. Coronavirus dapat
ditularkan dari manusia ke manusia lainnya, umumnya setelah kontak dengan pasien
yang terinfeksi, seperti orang yang tinggal 1 rumah atau di pusat kesehatan. (1,2).

C. Tinjauan Pustaka

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mayoritas industri manufaktur di


Indonesia masih bergantung pada impor, yang salah satunya berasal dari Tiongkok.
Kegiatan produksi di Tiongkok pun terganggu akibat kasus virus ini. Perlu diketahui
bahwa struktur impor Indonesia memang didominasi bahan baku/penolong yang
angkanya mencapai di atas 70 persen. Buah simalakama antara struktur ekspor dan
impor inilah yang kemungkinan besar akan berdampak besar pada kinerja industri
manufaktur di Indonesia. Secara umum, dampak COVID-19 memang cukup
signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di atas,
perlambatan kinerja industri manufaktur yang diiringi oleh masih melambatnya
ekonomi secara global yang berimbas pada penurunan permintaan, secara otomatis
akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

Tiongkok untuk beberapa kuartal ke depan tampaknya akan mengalami


kontraksi ekonomi di mana kegiatan produksi dan produktivitasnya kemungkinan
menurun hingga 20-25 persen. Sehingga ekonomi Tiongkok kemungkinan hanya
tumbuh di kisaran 5 persen. Kondisi ini akan berdampak besar pada kinerja
perdagangan Indonesia di tahun ini (lihat Tabel 1). Rantai pasokan dunia akan
terganggu akibat terdistorsinya ekonomi Tiongkok akibat COVID-19. Indonesia perlu
mencari sumber bahan baku atau barang modal dari negara lain, meskipun tidak
mudah dan harganya lebih mahal. Perlambatan ekonomi Tiongkok juga perlu
dijadikan momentum bagi Indonesia untuk mengoptimalkan potensi di dalam negeri
dan diharapkan dapat menjadi pusat produksi alternatif yang dapat berkontribusi
terhadap rantai pasokan global.
Dampak ekonomi dari krisis Coronavirus / COVID-19 di berbagai industri,
dan negara. Ini juga memberikan perkiraan potensi biaya ekonomi global COVID-19,
dan pertumbuhan PDB berbagai negara. Draf saat ini termasuk perkiraan untuk 30
negara, di bawah skenario yang berbeda. Laporan tersebut menunjukkan dampak
ekonomi dari wabah saat ini sedang diremehkan, karena terlalu mengandalkan
perbandingan historis dengan SARS, atau krisis keuangan 2008/2009. Pada tanggal
laporan ini, durasi penguncian, serta bagaimana pemulihan akan terjadi masih belum
diketahui. Itu sebabnya beberapa skenario digunakan. Dalam skenario ringan,
pertumbuhan PDB akan terpukul, mulai dari 3-6% tergantung pada negara.
Akibatnya, dalam sampel 30 negara yang dicakup, kita akan melihat penurunan
median dalam PDB pada tahun 2020 sebesar -2,8%. Dalam skenario lain, PDB dapat
turun lebih dari 10%, dan di beberapa negara, lebih dari 15%. Ekonomi yang
berorientasi layanan akan sangat terpengaruh secara negatif, dan memiliki lebih
banyak pekerjaan yang berisiko. Negara-negara seperti Yunani, Portugal, dan
Spanyol yang lebih bergantung pada pariwisata (lebih dari 15% dari PDB) akan lebih
terkena dampak krisis ini. Krisis saat ini menghasilkan efek limpahan di seluruh
rantai pasokan. Oleh karena itu, negara-negara yang sangat bergantung pada
perdagangan luar negeri lebih banyak terkena dampak negatif. Hasilnya menunjukkan
bahwa rata-rata, setiap bulan tambahan krisis menghabiskan 2,5-3% dari PDB global.

Pandemi Covid 19 sebagaimana yang dinyatakan WHO ini sudah berdampak


global ini akan menyerang tidak hanya china tetapi juga Negara-negara yang lain,
sebelumnya china terkena dampak paling serius dan itu sudah cukup mengkontraksi
perekonomian Indonesia artinya penurunan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi
virus corona dimana setiap 1% perekonomian china turun, Indonesia turun sekitar
0,2% dan oleh karenanya kemungkinan besar ini juga akan berdampak pada potensi
krisis atau resesi global. Dampak pandemic terutama diperekonomian Indonesia
adalah pertama kita melihat kemungkinan besar kelangkaan bahan-bahan pokok,
sebagaimana yang kita ketahui bahwa china dalam hal ini sebagai penyuplai utama
inpor barang-barang baku dan barang kebutuhan pokok Indonesia. Akibat dari
kelangkaan bahan baku akan mengkontraksi kempampuan industry yang kemudian
berpropduksi menciptakan nilai tambah, jika hal tersebut terjadi dalam jangka waktu
yang lama akan berdampak negative terhadap perekonomian Indonesia, derasnya
capital outflow (arus modal keluar) dari pasar modal yang cukup signifikan. Dimana
IHSG sudah masuk zona merah(anjlok) dan juga beberapa Negara maju lain yang
ikut terdampak, di amerika sudah melakukan langkah-langkah kebijakan seperti
menurunkan suku bunga the fad jadi 0-0,25% .
Dampak dari pandemi Covid-19 dan berbagai kebijakan untuk menahan
dampaknya telah menyebabkan ekonomi global dalam kontraksi sangat parah.
Menurut perkiraan Bank Dunia, ekonomi global akan kontraksi hingga 5,2 persen
tahun ini. Kontraksi tersebut menjadi resesi terdalam sejak Perang Dunia II dengan
sebagian besar ekonomi mengalami penurunan output per kapita yang dalam sejak
1870. Aktivitas ekonomi di antara negara-negara maju diperkirakan menyusut 7
persen pada tahun ini. Penyebabnya, terjadi gangguan terhadap permintaan dan
penawaran, perdagangan serta keuangan dalam negeri. Sementara itu, pasar dan
ekonomi negara berkembang (EMDEs) diprediksi kontraksi 2,5 persen sepanjang
2020. Ini menjadi kontraksi pertama EMDEs sebagai sebuah kelompok, dalam
setidaknya 60 tahun terakhir. Pendapatan per kapita diperkirakan menurun sebesar
3,6 persen, akan membawa jutaan orang ke dalam kemiskinan ekstrsm tahun ini.

Tekanan pandemi menghantam paling keras di negara-negara dengan


penyebaran wabah paling parah. Mereka yang memiliki ketergantungan besar
terhadap perdagangan global, pariwisata, ekspor komoditas dan pembiayaan eksternal
juga terdampak signifikan. Besarnya gangguan akan bervariasi dari satu daerah
dengan daerah lain. Tetapi, semua EMDEs dinilai Bank Dunia memiliki kerentanan
yang semakin besar akibat guncangan eksternal. Selain itu, disrupsi pada aktivitas
belajar mengajar formal dan akses layanan kesehatan primer cenderung memiliki
dampak jangka panjang pada pengembangan sumber daya manusia. Wakil Presiden
Kelompok Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan dan Lembaga yang Adil Ceyla
Pazarbasioglu mengatakan, situasi ekonomi tahun ini menjadi outlook yang sangat
dalam. Khususnya karena krisis cenderung meninggalkan bekas luka panjang dan
menimbulkan tantangan global yang besar. Pazarbasioglu menjelaskan, urutan
prioritas Kelompok Bank Dunia saat ini adalah menangani kesehatan global dan
keadaan darurat ekonomi."Selain itu,

komunitas global harus bersatu untuk menemukan cara membangun kembali


pemulihan sekuat mungkin untuk mencegah lebih banyak orang jatuh ke dalam
kemiskinan dan pengangguran," tuturnya dalam rilis di situs resmi Bank Dunia.
Untuk asumsi dasar Bank Dunia menyebutkan, pertumbuhan global dapat membaik
pada 2021 dengan pertumbuhan menyentuh 4,2 persen. Sementara ekonomi maju
tumbuh 3,9 persen dan EMDEs bangkit kembali sebesar 4,6 persen. Tetapi, ini
dengan asumsi, pandemi dapat mereda sehingga langkah-langkah penanganan dapat
berkurang dan dampak buruk pandemi berkurang pada semester kedua 2020.
Bagaimanapun, Bank Dunia menekankan, prospek ekonomi masih sangat tidak pasti
dan banyak downside risk yang dominan. Di antaranya kemungkinan pandemi terjadi
berkepanjangan, pergolakan di pasar keuangan dan perdagangan global yang kembali
bermasalah. Apabila risiko tersebut terjadi, Bank Dunia memperkirakan ekonomi
dunia dapat kontraksi hingga delapan persen pada 2020 dengan EMDEs menyusut
hampir lima persen. Pemulihan terjadi pada 2021, namun dengan laju sangat lambat,
yakni tumbuh satu persen. Ekonomi Amerika diperkirakan berkontrakasi 6,1 persen
tahun ini, mencerminkan gangguan yang terkait dengan langkah pengendalian
pandemi. Output wilayah Eropa diprediksi menyusut lebih dalam, hingga 9,1 persen,
pada 2020.

Wabah yang meluas dan memakan banyak korban pada aktivitas ekonomi
menjadi penyebabnya. Ekonomi terbesar dunia, China, diprediksi mengalami
pertumbuhan melambat 1 persen pada tahun ini. Tapi, ekonomi mereka diprediksi
akan rebound menjadi 6,9 persen pada 2021, seiring pemulihan aktivitas secara
bertahap di sana dan kebijakan lockdown mulai dicabut di beberapa negara. Dengan
mengecualikan China, aktivitas ekonomi Asia Timur dan Pasifik diprediksi kontraksi
sebesar 1,2 persen pada tahun ini. Ekonomi akan kembali rebound hingga 5,4 persen
pada 2021. Di antara ekonomi utama di wilayah Asia Timur dan Pasifik, Malaysia,
Filipina dan Thailand diperkirakan akan mengalami kontraksi terdalam tahun ini.
Sementaram Malaysia tumbuh negatif 3,1 persen, Filipina dan Thailand masing-
masing tumbuh negatif 1,9 persen dan lima persen. Kebijakan shutdown domestik,
pengurangan aktivitas pariwisata, gangguan terhadap perdagangan dan manufaktur
hingga spillover dari pasar keuangan terjadi di negara-negara tersebut
D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan cara


mendeskripsikan fenomena dan literatur yang ada.

E. Jadwal Pelaksanaan

No. Nama kegiatan Bulan


1. Persiapan:penyusunan Februari - april
proposal.
2. Pelaksanaan Juni
penelitian
3. Analisis data Juli -september
4. Penyusunan laporan November

F. Rencana Anggaran

Secara rinci kebutuhan anggaran penelitian ini di rencanakan sebagai berikut


.

No Uraian kegiatan Volume kegiatan dan Jumlah biaya


satuan biaya
1. Penyusunan proposal 1x 300.000,00 300.000,00
2. Pelaksanaan penelitian 1x 200.000,00 200.000,00
3. Analisis data 1x 300.000,00 300.000,00
4. Penyusunan laporan 1x 400.000,00 400.000,00
5. Total 1.200,000,00
Daftar Pustaka

Burhanuddin, C. I., & Abdi, M. N. (2020). AkMen AkMen. Krisis, Ancaman Global,
Ekonomi Dampak, Dari, 17, 710–718.

Wyplosz, C. (2020). 14 The good thing about coronavirus, book: Economics in the
Time of COVID-19. www.cepr.org

Anda mungkin juga menyukai