Draff Laporan PKL
Draff Laporan PKL
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN PSDKU PANGANDARAN
PANGANDARAN
2023
TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA UDANG WINDU (Penaeus monodon)
PADA STADIA NAUPLI HINGGA POSTLARVA (PL) 1
DI UPTD PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT WILAYAH SELATAN
(PAPLWS) PANGANDARAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN PSDKU PANGANDARAN
PANGANDARAN
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi Putra, S.Pi., M.Si. Alexander M. A. Khan, S.Pi., M.Si., Ph.D.
NIP. 19920112 201911 3 001 NIP.
Pembimbing Lapangan,
ii
ABSTRAK
Dina Amalia Triyani (dibimbing oleh Ir. Lilis Nurul Mujamil, M. Si). 2023.
Teknik Pemeliharaan Larva Udang Windu (Penaeus monodon) Pada
Hatchery Di UPTD Perikanan Air Payau Dan Laut Wilayah Selatan
(PAPLWSP) Pangandaran.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi penulis kesempatan serta kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan laporan Prakterk Kerja Lapangan dengan judul
“Teknik Pemeliharaan Larva Udang Windu (Penaeus monodon) Pada Stadia
Naupli Hingga Postlarva (PL) 2 Di UPTD Perikanan Air Payau Dan Laut
Wilayah Selatan (PAPLWSP) Pangandaran” ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
mata kuliah Praktik Kerja Lapangan pada Program Studi Perikanan PSDKU
Pangandaran Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Penulis menyadari bahwa penyusunan usulan riset ini tidak mungkin
terwujud tanpa ada bantuan, do’a dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kontribusi kepada :
1. Dr.sc.agr. Yudi Nurul Ihsan S.Pi., M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
2. Asependi, S.S.T., MP selaku Kepala UPTD Perikanan Air Payau Dan Laut
Wilayah Selatan.
3. Alexander M. A. Khan, S.Pi., M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Perikanan PSDKU Universitas Padjadjaran di Pangandaran.
4. Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi Putra, S.Pi., M.Si selaku dosen wali yang
telah banyak memberikan dukungan, motivasi, saran, nasihan, arahan dan
bimbingan kepada penulis.
5. Ibu Lilis, Bapak Nuryadin, Bapak Ayi, Mbak Par, dan Teh Santi selaku
pembimbing lapangan yang membimbing dan membantu selama kegiatan
berlangsung.
6. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan
penuh selama pelaksanaan PKL.
7. Dini, Adinda, Annisa, Fajrin, Ayu, Agung, Hafidzh, Azhar dan Deri atas
kebersamaan selama pelaksanaan PKL.
iv
8. Teman-teman perikanan PSDKU angakatan 2020 Universitas Padjadjaran
atas dukungan dan kebersamaan jarak jauh selama kegiatan PKL.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dengan
adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, institusi
pendidikan dan semua pihak termasuk masyarakat umum.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB Halaman
ABSTRAK.................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... x
I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1Latar Belakang ............................................................................................1
1.2Tujuan ..........................................................................................................2
1.3Tempat dan Waktu Kegiatan ......................................................................2
vi
3.3.2.Wawancara ............................................................................................11
3.3.3.Partisipasi Aktif ....................................................................................11
3.3.4.Studi Literatur .......................................................................................12
3.4.Metode Pelaksanaan ................................................................................12
3.4.1. Persiapan Wadah..................................................................................12
3.4.2.Persiapan Air .........................................................................................13
3.4.3.Penebaran Naupli..................................................................................14
3.5. Metode Analisis Data ............................................................................14
3.5.1Pertumbuhan ..........................................................................................15
3.5.2.Pengelolaan Kualitas Air .....................................................................15
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang sering menjadi masalah dalam budidaya udang windu yaitu pengelolaan
kualitas air, pakan dan pencegahan terhadap serangan penyakit.
UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan (PAPLWS)
merupakan salah satu tempat pembenihan udang windu yang berada di Kabupaten
Pangandaran. UPTD PAPLWS memiliki fasilitas yang memadai untuk digunakan
sebagai penghasil produk benih udang windu dengan kualitas yang baik. UPTD
PAPLWS ini dipilihan sebagai lokasi tempat pelaksaan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) sehingga dapat lebih memahami teknik pemeliharaan benih udang windu
seperti pada pemeliharaan kualitas air, pakan dan pencegahan terhadap penyakit.
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja lapangan ini yaitu untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman melakukan praktik lapangan secara langsung serta
untuk mengetahui teknik pemeliharaan benih udang windu di UPTD Perikanan
Air Payau dan Laut Wiyalah Selatan (PAPLWS) Kabupaten Pangandaran.
2.1 Lokasi
Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Perikanan Air Payau dan Laut
Wilayah Selatan (PAPLWS) terletak di Kabupaten Pangandaran yaitu di Jalan
Sirnaraga RT 07 RW 09 Dusun Parapat, Pangandaran. UPTD Perikanan Air Payau
dan Laut Wilayah Selatan berada dikawasan pariwisata Pantai Timur Pangandaran
dengan luas 24.000 m² dan berbatasan langsung dengan muara disebelah timur,
perkampungan disebelah barat, laut disebelah utara dan kawasan wisata pantai
timur pangandaran di sebelah selatan. UPTD Perikanan Air Payau dan Laut
Wilayah Selatan menjadi lokasi pusat dari beberapa kegiatan di instansi (unit)
perikanan di Pangandaran seperti sub unit yang berada didaerah Cibalong dengan
luas 105.000 m².
3
4
Satuan Pelayanan
Kepala Seksi Pelayanan Kepala Seksi Aplikasi
Perikanan
Teknologi Teknologi
Cibalong
2.6 Fasilitas
UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan (PAPLWS)
memiliki beberapa fasilitas yang menunjang dalam berbagai kegiatan yaitu
sebagai berikut :
Tabel 1. Sarana dan Prasarana UPTD PAPLWS
No Sarana dan Prasarana Luas Keterangan
1 Bangunan Kantor 136 m² 1
2 Laboratorium Kes Kan Ling 114 m² 1
3 Aula Pertemuan 120 m² 1
4 Perumahan 772 m² 12
5 Guesthouse 97 m² 1
6 Gedung Serbaguna 264 m² 1
7 Bangunan dan Bak Produksi benih 1100 m² A = 10 bak ; B =
25 bak
8 Bangunan dan bak reservoir 112 m² 2
9 Bangunan dan Bak treatmen Air 240 m² 2
10 Kolam Induk 800 m² 2 kolam
11 Bangunan dan Bak produksi Naupli 100 m² 2
12 Kolam pengujian kualitas Benih 5200 m² 6 kolam
13 Mushola 36 m² 1
14 Asrama 150 m² 5
15 Pos jaga 3 m² 1
16 Ruang genset 24 m² 1
7
9
10
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan prakter kerja lapangan pada tahap
pembenihan udang windu yaitu sebagai berikut :
Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan
No Nama Bahan Spesifikasi Fungsi
1. Air Laut Cair Media pemeliharaan
2. Air Tawar Cair Melarutkan pakan, sterilisasi
3. Naupli Benih udang windu
4. EDTA Bubuk Menyerap logam berat
5. NPK Padat Pupuk pertumbuhan Skeletonema sp.
6. Disinfektan Bubuk Disinfektan tandon air laut
7. Skeletonema sp. Pakan alami stadia zoea-mysis
8. Artemia sp. Pakan alami stadia post larva
9. TOP Sea Grass Protein 40% Pakan buatan stadia zoea-mysis
10 TOP Flakes Protein 50% Pakan buatan mysis-post larva
11. Deterjen Bubuk Sterilisasi bak dan alat
12. Kaporit Bubuk Sterilisasi bak dan alat
13. Tissu Lembaran Pembersih alat kualitas air, object
glass
14. Aquades Cair Pembersih alat kualitas air, object
glass
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan terlibat secara langsung dan aktif
pada suatu kegiatan dilapangan.
3.3.4. Studi Literatur
Dalam melaksanakan PKL di UPTD PAPWS Pangandaran perlu juga
melakukan studi literatur untuk membandingkan hasil pemeliharaan udang windu
dilapangan dengan penelitian sebelumnya. Menurut Handriani, (2019)
menyebutkan bahwa studi literatur ini merupakan metode pengumpulan data
pustaka secara online maupun lainnya dengan cara membaca dan mencatat hasil
penelitian sebelumnya.
tutup bagian atas bak pemeliharaan menggunakan terpal atau plastik untuk
mempertahankan suhu pada bak.
3.4.3. Penebaran Naupli
Penebaran naupli kedalam bak pemeliharaan dilakukan pada pagi hari
tanggal 15 Juli 2023. Sebelum dilakukannya penebaran, perlu dilakukan
aklimatisasi terlebih dahulu dengan mencampurkan air bak dan air penganggutan
naupli menggunakan ember yang diberi aerasi dan diamkan sekitar 15 – 30 menit.
Menurut Zuhri, (2016) menyebutkan bahwa proses aklimatisasi sangat penting
dilakukan karena aklimatisasi menjadi suatu upaya dalam penyesuaian fisiologis
atau proses adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungan baru. Setelah itu,
tutup bak menggunakan terpal atau plastik yang berfungsi untuk menjaga agar
suhu dalam bak tetap stabil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zuhri, (2016)
yang mengatakan bahwa perlunya menutup bak pemeliharaan setelah penebaran
naupli selesai dengan menggunakan plastik untuk menjaga agar suhu tetap stabil.
Tabel 5. Padat penebaran larva udang windu (Penaeus monodon)
Bak Populasi Volume air Padat penebaran
(Ekor) (L) (ekor/liter)
12 1.000.000 6.000 100
14 A 1.000.000 6.000 100
14 B 1.000.000 6.000 100
15 1.000.000 6.000 100
17 1.000.000 6.000 100
Jumlah naupli yang ditebar sebanyak 5 juta ekor ke dalam lima bak
pemeliharaan dengan volume setiap bak 6 ton (6.000L). Jumlah tersebut masih
dikategorikan aman, sesuai dengan pernyataan Heryadi & Sutadi, (1993) yang
menyebutkan bahwa 100-150 ekor/L dalam satu bak dapat dikategorikan aman.
Sehingga dalam satu bak pemeliharaan total larva yang ditebar yaitu kurang lebih
1 juta ekor.
fenomena yang telah lampau. Setelah semua data diperoleh dalam kegiata
tersebut, selanjutnya dapat langsung dilakukan analisis menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan penerapan teknik pemeliharaan larva
udang windu di Unit Unit Pelaksana Teknis Daerah Perikanan Air Payau dan Laut
Wilayah Selatan Pangandaran. Analisis kuantitatif ini merupakan metode yang
menekankan pada aspek pengukuran secara objektif (Sumanto, 1995) yang
digunakan untuk menganalisis tingkat kelangsungan hidup benih udang windu
pada masa akhir pemeliharaan.
3.5.1 Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan larva udang windu dilakukan setiap hari untuk
mengetahui perkembangan dan kesehatan larva. Pengamatan dilakukan dengan
mengambil sampel pada bak pemeliharaan kemudian diamati secara langsung
pada gelas ukur atau pada mikroskop di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan
UPTD PAPLWS Pangandaran. Menurut Rianti (2017) dengan mengetahui
perkembangan larva maka dapat menentukan perubahan stadia.
3.5.2. Pengelolaan Kualitas Air
Pengamatan parameter kualitas air pada pemeliharaan udang windu
dilakukan setiap hari dengan mengukur kandungan salinitas, suhu, pH dan DO.
Untuk melakukan pengelolaan kualitas air terdapat 3 metode yaitu monitoring
kualitas air, penggantian air dan pemberian probiotik. Pada pemelihataan larva
udang windu di UPTD PAPLWS terdapat beberapa alat dalam mengelola kualitas
air yaitu sebagai berikut :
1) DO Meter : Untuk mengukur oksigen terlarut (mg/L)
2) pH Meter/lakmus : Untuk mengukur derajat keasaman (pH)
3) Refraktometer : Untuk mengukur salinitas (ppt)
4) Thermometer : Untuk mengukur suhu (°C)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
17
bagian dada dan lima ruas bagian kepala. Sedangkan untuk bagian abdomen
terdiri dari enam ruas dan setiap ruasnya memiliki sepasang kaki renang yang
beruas-ruas pula. Pada keenam kaki renang udang tersebut terdapat ekor kipas
sebanyak empat lembar dan satu telson dengan bentuk runcing yang terletak
ditengah-tengah ekor kipas (Chordijah, 2018).
a) Stadia Nauplius
Stadia nauplius merupakan stadia awal setelah telur menetas yang
terbagi menjadi enam substadia yaitu naupli 1 (N₁) sampai naupli 6 (N₆).
Pada stadia ini larva masih memiliki cadangan makanan dari kuning telur
sehingga belum dimemerlukan makanan dari luar (Ardiyansyah, 2019).
Pemeliharaan nauplius setelah menetas dari telur dengan panjang 0,30-
0,32 mm sekitar 24-48 jam. Setelah itu naupli memasuki stadia selanjutnya
yaitu zoea (Z).
b) Stadia Zoea
Stadia zoea merupakan fase kedua setelah stadia nauplius. Pada stadia
ini terdapat tiga substadia yaitu zoea 1 (Z₁), zoea 2 (Z₂), dan zoea 3 (Z₃).
Perkembangan stadia zoea membutuhkan waktu 3-4 hari (Setyaningrum,
2014). Pada stadia ini juga larva sudah mulai membutuhkan makanan dari
luar karena cadangan makanannya sudah mulai habis.
Tabel 6. Ciri-ciri perkembangan Stadia Zoea
Waktu
No. Stadia Ciri-ciri Perkembangan
(hari)
1. Zoea I Badan berbentuk pipih, 1
pergerakkan kedepan dan
menyeret pakan alami
(Skeletonema constatum)
2. Zoea II Alat pencernaan sudah mulai 1
tampak, mata bertangkai, gerakan
belum lincah
3. Zoea III Feses tidak terlihat dan gerakan 1
lebih lincah
c) Stadia Mysis
Stadia Mysis merupakan fase ketiga dari perkembangan larva udang.
Pada stadia Mysis terdiri dari tiga substadia yaitu Mysis 1 sampai Mysis 3
yang berkembang selama 3-4 hari (Martosudarmo dan Ranoemihardjo,
(1980) dalam Setyaningrum, (2014). Stadia mysis juga merupakan stadia
yang sudah menyerupai udang kecil yang berenang dengan posisi vertikal
kepala dibawah dan pergerakannya akan semakin cepat dengan
bertambahnya waktu.
19
a) Skeletonema sp.
Pakan alami jenis Skeletonema sp. diberikan pada stadia larva mulai dari
zoea 1 (Z₁) hingga stadia post larva 1 (PL₁). Pada stadia tersebut larva sudah mulai
kehabisan cadangan makanannya (egg yolk) sehingga memerlukan pakan dari
luar. Menurut Ryther & Goldman, (1975) dalam Sutomo, (2005) menyebutkan
bahwa Skeletonema sp. sangat umum digunakan sebagai pakan alami larva udang
windu karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pakan buatan
yaitu memiliki enzim autolisis yang memudahkan larva mencerna pakan tersebut.
Prosedur kultur pakan alami Skeletonema sp. yaitu dengan mengisi air
pada bak kultur ukuran 1 x 1 m dan volume air 1000 L. Air yang masuk kedalam
bak kultur perlu melewati penyaringan terlebih dahulu dengan menggunakan bag
fillter, sehingga air yang masuk dapat dianggap bersih dari berbagai kotoran.
Kemudian air diberi pupuk NPK sebanyak 15 PPM dan EDTA (Ethylen Diamine
Tetra Acetic Acid) sebanyak 10 PPM yang dimasukan ke dalam saringan dan
setting aerasi. Setelah itu, masukan bibit Skeletonema sp. kedalam bak kultur
sebanyak 20-25% dari volume air dan biarkan Skeletonema sp. selama 48 jam (2
hari) sampai siap dilakukan pemanenan.
Pemanenan Skeletonema sp. dilakukan dengan memasangkan saringan
planktonen berukuran 150 µm dan buka penutup pipa untuk mengeluarkan pakan
22
b) Artemia sp.
Artemia sp. merupakan zooplankton yang banyak digunakan sebagai
pakan alami karena banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh larva
udang. Kandungan nutrisi pada artemia sp. yaitu 60% protein, 20% karbohidrat,
10% air dan 4% abu (Wibowo et al., 2013). Selain itu artemia digunakan sebagai
pakan alami larva udang karena ketersediaan dan karakteristiknya yang mudah
diterima oleh larva (Fikriyah et al., 2023).
Prosedur kultur artemia sp. yaitu dengan memasukan bibit artemia sp.
kedalam corong artemia yang telah diisi air laut sebanyak 200-300 liter dan diberi
aerasi selama 24 jam. Penetasan telur artemia sp. ini dilakukan untuk memisahkan
cangkang artemia dengan artemia yang sudah menetas. Selanjutnya artemia akan
berenang mencari cahaya karena pada bagian atas corong ditutup sehingga
artemia mencari cahaya lain pada bawah corong. Kemudian proses pemanenan
dapat dilakukan dengan mengangkat aerasi dan menutup bagian atas pada corong.
Pada bagian bawah corong terdapat kran dan buka secara perlahan sehingga hanya
artemia yang keluar tanpa cangkang. Artemia ditampung menggunakan wadah
penampungan (baskom) dan diberi plankton nett pada bagian atas dengan ukuran
150 µm. Setelah itu, artemia dipindahkan pada wadah penampungan yang lebih
besar dan beri aerasi. Artemia sp. selesai dikultur kemudian dapat ditebar pada
bak pemeliharaan sesuai dengan dosis larva dan jadwal pemberian pakan.
23
Penggunaan jenis dan dosis pakan pada setiap stadia dalam proses
produksi benur udang windu kelas benih tebar berdasararkan SNI 01-6144-2006
adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Dosis pakan alami
No. Jenis Pakan Stadia
Z1-Z2 Z3-M2 M3-PL2 PL3-PL8 PL9- PL20
1. Skeletonema
Dosisi (x1000 sel/ml/hari) 15-30 20-30 15-30 - -
Frekuensi (kali/hari) ≥2 ≥2 ≥2 - -
2. Naupli Artemia
Dosis (ekor/individu/hari) - - 10-20 20-60 60-80
Frekunsi (kali/hari) - - 2-3 2-3 2-3
c) Pakan buatan
Pakan buatan yang digunakan di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut
Wilayah Selatan terdapat dua bentuk yaitu pakan bubuk dan flake. Menurut
Heryadi dan Sutadi (1993) dalam Wahyuni, (2011) menyebutkan bahwa pakan
buatan yang biasa diberikan pada larva udang yaitu dalam bentuk cair, bubuk, dan
flake (lempeng tipis) dengan ukuran partikel sesuai stadianya. Pemberian pakan
bubuk dilakukan pada stadia zoea 1 sampai mysis 1 yang bertujuan untuk
mempermudah larva dalam mencerna pakan. Pada stadia mysis pemberian pakan
bubuk dicampurkan dengan pakan flake agar memudahkan larva dalam
beradaptasi dengan pakan bentuk flake.
24
Setelah melakukan pengamatan larva selama kurang lebih 13 hari dari penetasan
telur didapatkan bahwa pertumbuhan larva udang windu terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu stadia nauplius, zoea, dan Post larva. Berdasarkan pernyataan Amri,
(2003) menyebutkan bahwa perkembangan larva udang windu dimulai dari stadia
nuaplius sampai stadia Post larva.
b. Stadia Zoea
Stadia zoea merupakan perkembangan larva dari stadia naupli yang
memiliki tiga substadia yaitu zoea 1, zoea 2, dan zoea 3 sehingga pada stadia ini
larva mengalami moulting sebanyak tiga kali. Proses perkembangan larva udang
windu pada stadia zoea yaitu sekitar 5-6 hari. Menurut Devianti et al., (2022)
umumnya lama proses perkembangan larva udang secara normal dari stadia zoea
1 sampai zoea 3 yaitu selama 3 hari. Hal tersebut memperlihatkan bahwa larva
udang windu mengalami proses perkembangan yang lambat. Lama waktu proses
moulting dalam pemeliharaan larva udang windu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu suhu, pakan dan parasit yang menyerang larva. Selain itu,
perkembangan larva juga tidak mengalami keseragaman sehingga waktu
metamorphosis setiap larva berbeda-beda. Larva yang memiliki energi yang
cukup akan berganti kulit untuk bermetamorfosis secara cepat dalam waktu 24
jam, namun larva yang tidak memiliki energi yang cukup akan mengalami
keterlambatan pergantian kulit untuk bermetamorfosis ke stadia selanjutnya. Pada
stadia zoea, larva akan cenderung menyebar di seluruh media pemeliharaan.
c. Stadia Mysis
Stadia mysisi merupakan perkembangan larva dari stadia zoea yang
memiliki tiga substadia yaitu mysis 1, mysis 2 dan mysis 3. Pada stadia mysis,
larva udang windu terlihat seperti udang dewasa yang tubuhnya hampir sempurna,
bergerak mundur dengan membengkokan tubuhnya. Menurut Nuntung et al.,
(2018) menyebutkan bahwa pada mysis 1 kaki renang larva masih berupa
tonjolan, kemudian pada mysis 2 larva mengalami perubahan yaitu kaki renang
mulai memiliki satu segmen dan pada mysis 3 kaki renang memanjang serta
memiliki dua segmen. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan
pada larva udang windu di UPTD PAPLWS. Dalam perkembangan stadia mysis
sama dengan stadia zoea yang mengalami metamorfosis sebanyak tiga kali dalam
waktu 4-5 hari. Umumnya perkembangan stadia mysis berlangsung selama 3 hari
(Devianti et al., 2022) namun terdapat beberapa faktor yang membuat stadia mysis
berlangsung lebih lama. Faktor yang mempengaruhinya yaitu suhu, pakan dan
parasit yang menyerang larva. Selanjutnya pada stadia ini larva tampak seperti
udang kecil yang berenang dengan posisi vertikal dengan kepala pada bagian
bawah dan pergerakan larva lebih cepat dari waktu kewaktu. Selain itu, stadia
mysis ditandai dengan ekor kipasnya (uropoda) dan ekornya (telson).
berat. Ciri spesifik dari stadia post larva yaitu memiliki kaki renang yang lebih
panjang dan tumbuh setae atau bulu-bulu halus sebagai alat sensornya.
Perkembangan stadia post larva biasanya dimulai dari post larva 1 atau post larva
pada hari pertama, selanjutnya post larva disesuaikan dengan hari pengamatan
sampai post larva 12 (larva siap panen). Selanjutnya pada stadia ini pakan yang
diberikan harus disesuaikan dengan bukaan mulutnya biasanya diberikan pakan
artemia sebanyak 2 kali sehari. Stadia post larva memiliki sifat yang berbeda
dengan stadia lainnya karena akan lebih banyak larva yang menempel pada
dinding bak, selang aerasi dan dasar bak. Penanganan pada setiap stadia larva
membutuhkan perlakuan yang berbeda, karena kesalahan yang terjadi dalam
penanganan dapat mengakibatkan kematian pada larva.
Dalam pemeliharaan larva udang windu jenis parameter kualitas air yang
diukur yaitu suhu, pH, oksigen terlarut dan salinitas. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Nuntung et al., (2018) bahwa parameter kualitas air yang diukur yaitu
suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut. Hasil pengukuran parameter kualitas air
pada bak pemeliharaan yaitu sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil pengamatan parameter kualitas air
Hasil Rata-rata (Mingguan) Optimum
Parameter Minggu 1 Minggu 2 Rata-rata
(SNI 01-6144-2006)
Salinitas 29,03 ppt 29,32 ppt 29,175 ppt 29 – 34 ppt
Suhu 26,03°C 27,16°C 26,59°C 29°C- 32°C
pH 7 7,02 7,01 7 – 8,5
DO 6,38 mg/L 7 mg/L 6,69 mg/L ≥ 5 mg/L
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan PKL yang telah dilaksanakan di UPTD
Perikanan Air Payau Dan Laut Wilayah Selatan (PAPLWS), dapat disimpulkan
bahwa segala kegiatan yang dilakukan dalam teknik pemeliharaan udang windu
pada kolam hatchery B meliputi pemberian pakan, pengamatan pertumbuhan dan
pengelolaan kualitas air serta proses transfer larva yang bertujuan untuk
meningkatkan atau menjaga kualitas air supaya tetap dalam keadaan yang sesaui
bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang. Hasil dari pengamatan
pertumbuhan yang dilakukan larva mengalami perkembangan dan pergantian
stadia ditandai dengan ciri spesifik yang dimiliki oleh setiap stadia larva tersebut.
Terdapat keterlambatan perkembangan yang disebabkan oleh beberapa faktor
seperti suhu, pakan dan parasit yang menyerang.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan pada kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yaitu
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
LAMPIRAN
37