ASMA
ASMA
ASMA BRONCHIAL
Disusun Oleh
PUTI DAYANGSARI
G1B219044
2. Etiologi
Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen
yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory
synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau
asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
d. Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit
asma.
e. Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh
sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan
menimbulkan asma bronkiale (Muttaqin, 2008).
f. Klasifikasi
Menurut Djojodibroto (2017) Ada 2 penggolongan besar asma
bronchial, yaitu :
g. Asma bronchial yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai
riwayat pribadi atau riwayat keluarga dengan kelainan atopik. Dapat
disebut asma ekstrinsik (asma alergik) yaitu asma yang mulai terjadi
saat kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat, mekanisme terjadinya
berkaitan dengan sistem imun.
h. Asma bronchial pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan
diatesis atopik. Asma ini golongkan sebagai asma instrinsik atau asma
idiosinkratik yaitu asma yang terjadi saat dewasa, kadar IgE normal dan
bersifat Non-imun.
3. Manifestasi Klinis
Secara umum, tanda-tanda ini tidak cukup parah untuk menghentikan
pasien beraktivitas dalam kegiatan sehari-hari. Tapi, dengan mengenali tanda-
tanda ini, penderita dapat menghentikan serangan asma atau mencegah agar
tidak semakin buruk. Tanda-tanda ini dapat menjadi peringatan dini yang
meliputi:
Sering batuk, terutama pada malam hari
Sulit bernapas atau sesak napas
Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
Mengi atau batuk setelah latihan
Merasa mudah lelah, kesal, atau murung
Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
Sulit tidur.
Serangan asma adalah episode di mana otot yang mengelilingi saluran
udara dipicu untuk mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut
bronkospasme. Selama serangan itu, lapisan saluran udara menjadi bengkak
atau meradang dan sel-sel yang melapisi saluran udara menghasilkan lebih
banyak lendir lebih dari biasanya.
Bronkospasme, peradangan dan produksi lendir merupakan penyebab
gejala asma seperti kesulitan bernapas, mengi, batuk, sesak napas, dan
kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-hari. Gejala lain dari serangan
asma meliputi:
Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun
mengeluarkan napas
Batuk yang tidak akan berhenti
pernapasan sangat cepat
Nyeri dada atau tekanan
Tarikan otot bantu pernapasan seperti otot leher, otot dada, dan tulang
rusuk yang tampak naik turun akibat upaya napas yang berlebih
Kesulitan berbicara
Perasaan cemas atau panik
Pucat, wajah berkeringat dingin
bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai
sianosis.
4. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat
perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan
kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
b. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
c. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
radiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
d. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
e. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi
atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST depresi
7. Komplikasi
Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak berespon
terhadap terapi rutin. status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas dengan
hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi mekanis, dan
terapi obat agresif dapat diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Selain gagal
nafas akut, komplikasi lain terkait status asma, antara lain dehidrasi, infeksi
pernafasan, atelektasis, pneumotoraks, dan kor pulmonale (Priscilla, Karen,
Gerene, 2016).
8. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial
yaitu :
a) Pengobatan Farmakologi
Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan
obat pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan
dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu
Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin
( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml,
Bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).
b) Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013)
dapat dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif .
a. Batuk Efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan
benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan secret secara maksimal.. Tujuan
membantu membersihkan jalan nafas., Indikasi :Produksi sputum yang
berlebih , Pasien dengan batuk yang tidak efektif
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi
paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi
paru.
c. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada
tim kesehatan.
d. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
e. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya &
Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :
a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
Informasi dan diagnosa medik yang penting
b. Data riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi
pada ujung jari.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas
Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis
emosional
Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga yang mengalami asma
Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain
e. Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,
kecepatan pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang
paru, nadi apikal.
f. Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, gas darah.
g. pola gordon
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi
berpakaian, eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah,
ambulansi, naik tangga.
Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring,
penggunaan otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot
interkosta).
Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi.
Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan
kuantitas jam tidur
3) Pola nutrisi – metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
– Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
– Nyeri
– Kuantitas
5) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6) Pola konsep diri
– Gambaran diri
– Identitas diri
– Peran diri
– Ideal diri
– Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8) Pola peran hubungan
– Hubungan dengan anggota keluarga
– Dukungan keluarga
– Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9) Pola nilai dan kepercayaan
– Persepsi keyakinan
– Tindakan berdasarkan keyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus
b) Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
c) Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme.
d) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
e) Cemas b/d takut ancaman kematian
f) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
g) Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas
h) Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
i) Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan produksi mukus .
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan
1.Bersihan jalan nafas Setelah diberi tindakan - Auskultasi bunyi nafas ,catat
tak efektif b/d perawatan selama 3x 24 adanya bunyi mengi, ronkhi
peningkatan produksi jam jalan nafas pasien -Pantau frekuensi pernafasan.catat
mukus . efektif ,dengan KH: rasio inspirasi/ expirasi
-Bunyi jalan nafas -Beri posisi nyaman,
bersih/jelas misal:peninggian kepala tempat
-Pasien bisa batuk efektif tidur,duduk pada sandaran tempat
dan mengeluarkan sekret tidur
-Beri pasien 6-8 gelas /hari
kecuali ada indikasi lain
-Ajarkan dan berikan dorongan
penggunaan teknik pernafasan
diafragma dan batuk
-Lakukan drainage postural
dengan perkusi dan fibrasi pada
pagi dan malam sesuai yang
diharuskan
-Instruksikan pasien menghindari
iritan seperti asap , asap rokok,
aerosol, cuaca dingin
-Beri bronkodilator sesuai therapi
2.Kerusakan pertukaran Setelah diberi tindakan -Observasi frekuensi, kedalaman
gas b/d ketidaksamaan perawatan selama 3x24 pernafasan,catat penggunaan otot
ventilasi dan perfusi . jam terjadi perbaikan bantu nafas,nafas
dalam pertukaran gas bibir,ketidakmampuan bicara/
dengan KH: berbincang
-GDA dalam rentang -Observasi tingkat kesadaran
normal -Monitor AGD
-Gejala disstres pernafasan -Atur pemberian oksigen
tidak ada -Beri posisi duduk(fowler)
-Tanda –tanda vital dalam -Dorong nafas dalam perlahan
batas normal atau nafas bibir sesuai
-Gelisah tidak ada kemampuan.
-Beri bronkodilator sesuai therapy
-Observasi tanda vital, dan warna
membrane mukosa kulit
-Kolaboratif tindakan intubasi dan
ventilasi mekanik bila perlu
3.Pola nafas tidak efektif Setelah diberi tindakan -Observasi perubahan pada RR
b/d bronkospasme . perawatan selama 3x24 dan dalamnya pernafasan
jam pola nafas pasien -Atur pemberian oksigen
efektif, dengan KH: -Dorong nafas dalam perlahan
-Tanda-tanda vital dalam atau nafas bibir sesuai
batas normal kemampuan
-Tidak terjadi sianosis dan -Beri bronkodilator sesuai therapy
tanda hipoksia -Observasi tanda vital, dan warna
-Bunyi nafas bersih membrane mukosa kulit
-Beri posisi duduk(fowler)
4.Intoleransi aktivitas Setelah diberi tindakan -Evaluasi respon pasien terhadap
b/d kelemahan fisik . perawatan selama 3x24 aktivitas
jam pasien menunjukkan -Catat adanya dispnea,
peningkatan toleransi peningkatan kelelahan dan
terhadap aktivitas, dengan perubahan tanda vital selama dan
KH: setelah aktivitas.
-Pasien dapat dan mau -Berikan kepada pasien aktivitas
melakukan aktivitas sesuai sesuai kemampuannya
kemampuannya -Pertahankan obyek yang
-Tanda tanda vital dalam digunakan pasien agar mudah
batas normal terjangkau.
-Bantu pasien melakukan aktivitas
dengan melibatkan keluarga
-Observasi vital sign
Ny. H usia 29 tahun,agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan Ibu rumah tangga.
Alamat tinggal Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember. masuk RS Tanggal 03 Maret
2015 Klien masuk rumah sakit karena keluhan sesak napas dan batuk yang
disertai dahak yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir. Keluhan ini terjadi
saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat ketika
beraktivitas. Hasil pengkajian klien didapatkan klien mengeluh sesak, batuk
berdahak dengan dahak berwarna putih kental, dan klien merasa sesaknya
berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer). Klien terlihat cemas. Klien
mengaku tidak nafsu makan. Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma
sejak kecil dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan
hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris
antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi
dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan
hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR
= 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit = 17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3,
Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort,
Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L. Pada pemeriksaan penunjang
X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. H
2. Umur : 29 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / bangsa : Jawa
6. Bahasa : Jawa, Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Status : Sudah menikah
10. Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Penanggung jawab :
1. Nama : Tn. J
2. Umur : 30 tahun
3. Pekerjaan : Swasta
4. Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
5. Hubungan dgn klien : Suami
Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.
Kemampuan perawatan
0 1 2 3
diri
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / rom V
Ket :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu oranglain
Selama sakit :
3. Abdomen
- Inspeksi : perut cembung, asites (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal
4. Ekstremitas
- Superior : Oedem (-)
- Sianosis(-)
- Akral dingin(-)
- Turgor kulit : normal
- Inferior : Oedem(-)
- Sianosis(-)
- Akral dingin(-)
- Turgor kulit : normal