Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL

Disusun Oleh
PUTI DAYANGSARI
G1B219044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020
A. Konsep Asma Bronkhial
1. Definisi Asma Bronkhial
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat
penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang
dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara
dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru,
karena adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible,
peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalan nafas terhadap
berbagai rangsangan hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa
disebabkan oleh spasme/ kontraksi otot polos bronkus, oedema mukosa
bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat (Putri & Sumarno, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma
bronchial adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran nafas yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase
inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi
(wheezing).

2. Etiologi
Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen
yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory
synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau
asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
d. Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit
asma.
e. Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh
sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan
menimbulkan asma bronkiale (Muttaqin, 2008).
f. Klasifikasi
Menurut Djojodibroto (2017) Ada 2 penggolongan besar asma
bronchial, yaitu :
g. Asma bronchial yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai
riwayat pribadi atau riwayat keluarga dengan kelainan atopik. Dapat
disebut asma ekstrinsik (asma alergik) yaitu asma yang mulai terjadi
saat kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat, mekanisme terjadinya
berkaitan dengan sistem imun.
h. Asma bronchial pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan
diatesis atopik. Asma ini golongkan sebagai asma instrinsik atau asma
idiosinkratik yaitu asma yang terjadi saat dewasa, kadar IgE normal dan
bersifat Non-imun.
3. Manifestasi Klinis
Secara umum, tanda-tanda ini tidak cukup parah untuk menghentikan
pasien beraktivitas dalam kegiatan sehari-hari. Tapi, dengan mengenali tanda-
tanda ini, penderita dapat menghentikan serangan asma atau mencegah agar
tidak semakin buruk. Tanda-tanda ini dapat menjadi peringatan dini yang
meliputi:
 Sering batuk, terutama pada malam hari
 Sulit bernapas atau sesak napas
 Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
 Mengi atau batuk setelah latihan
 Merasa mudah lelah, kesal, atau murung
 Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
 Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
 Sulit tidur.
Serangan asma adalah episode di mana otot yang mengelilingi saluran
udara dipicu untuk mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut
bronkospasme. Selama serangan itu, lapisan saluran udara menjadi bengkak
atau meradang dan sel-sel yang melapisi saluran udara menghasilkan lebih
banyak lendir lebih dari biasanya.
Bronkospasme, peradangan dan produksi lendir merupakan penyebab
gejala asma seperti kesulitan bernapas, mengi, batuk, sesak napas, dan
kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-hari. Gejala lain dari serangan
asma meliputi:
 Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun
mengeluarkan napas
 Batuk yang tidak akan berhenti
 pernapasan sangat cepat
 Nyeri dada atau tekanan
 Tarikan otot bantu pernapasan seperti otot leher, otot dada, dan tulang
rusuk yang tampak naik turun akibat upaya napas yang berlebih
 Kesulitan berbicara
 Perasaan cemas atau panik
 Pucat, wajah berkeringat dingin
 bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai
sianosis.

4. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat
perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan
kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

6. Pemeriksaan Penunjang 
a. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
 Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
 Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus
 Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
 Terdapatnya neutrofil eosinofil
b. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
 Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
 Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
 Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
c. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada 
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
radiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
 Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
 Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
 Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
d. Pemeriksaan faal paru
 Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
 Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
e. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi
atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
 Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
 Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
 Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST depresi
7. Komplikasi
Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak berespon
terhadap terapi rutin. status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas dengan
hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi mekanis, dan
terapi obat agresif dapat diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Selain gagal
nafas akut, komplikasi lain terkait status asma, antara lain dehidrasi, infeksi
pernafasan, atelektasis, pneumotoraks, dan kor pulmonale (Priscilla, Karen,
Gerene, 2016).
8. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial
yaitu :
a) Pengobatan Farmakologi
 Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
 Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
 Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
 Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan
obat pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
 Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan
dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu
Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin
( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml,
Bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).
b) Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013)
dapat dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif .
a. Batuk Efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan
benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan secret secara maksimal.. Tujuan
membantu membersihkan jalan nafas., Indikasi :Produksi sputum yang
berlebih , Pasien dengan batuk yang tidak efektif
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi
paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi
paru.
c. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada
tim kesehatan.
d. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
e. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya &
Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :
a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
Informasi dan diagnosa medik yang penting
b. Data riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi
pada ujung jari.
c. Riwayat kesehatan sekarang
 Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas
 Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis
emosional
 Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
 Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat keluarga yang mengalami asma
 Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain
e. Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,
kecepatan pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang
paru, nadi apikal.
f. Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, gas darah.
g. pola gordon
1)  Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi
berpakaian, eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah,
ambulansi, naik tangga.
 Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring,
penggunaan otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot
interkosta).
 Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi.
 Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan
kuantitas jam tidur
3) Pola nutrisi – metabolic
 Berapa kali makan sehari
 Makanan kesukaan
 Berat badan sebelum dan sesudah sakit
 Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
– Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
– Nyeri
– Kuantitas
5) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6) Pola konsep diri
– Gambaran diri
– Identitas diri
– Peran diri
– Ideal diri
– Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8) Pola peran hubungan
– Hubungan dengan anggota keluarga
– Dukungan keluarga
– Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9) Pola nilai dan kepercayaan
– Persepsi keyakinan
– Tindakan berdasarkan keyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus
b) Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
c) Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme.
d) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
e) Cemas b/d takut ancaman kematian
f) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
g) Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas
h) Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
i) Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan produksi mukus .
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan
1.Bersihan jalan nafas Setelah diberi tindakan - Auskultasi bunyi nafas ,catat
tak efektif b/d perawatan selama 3x 24 adanya bunyi mengi, ronkhi
peningkatan produksi jam jalan nafas pasien -Pantau frekuensi pernafasan.catat
mukus . efektif ,dengan KH: rasio inspirasi/ expirasi
-Bunyi jalan nafas -Beri posisi nyaman,
bersih/jelas misal:peninggian kepala tempat
-Pasien bisa batuk efektif tidur,duduk pada sandaran tempat
dan mengeluarkan sekret tidur
-Beri pasien 6-8 gelas /hari
kecuali ada indikasi lain
-Ajarkan dan berikan dorongan
penggunaan teknik pernafasan
diafragma dan batuk
-Lakukan drainage postural
dengan perkusi dan fibrasi pada
pagi dan malam sesuai yang
diharuskan
-Instruksikan pasien menghindari
iritan seperti asap , asap rokok,
aerosol, cuaca dingin
-Beri bronkodilator sesuai therapi
2.Kerusakan pertukaran Setelah diberi tindakan -Observasi frekuensi, kedalaman
gas b/d ketidaksamaan perawatan selama 3x24 pernafasan,catat penggunaan otot
ventilasi dan perfusi . jam terjadi perbaikan bantu nafas,nafas
dalam pertukaran gas bibir,ketidakmampuan bicara/
dengan KH: berbincang
-GDA dalam rentang -Observasi tingkat kesadaran
normal -Monitor AGD
-Gejala disstres pernafasan -Atur pemberian oksigen
tidak ada -Beri posisi duduk(fowler)
-Tanda –tanda vital dalam -Dorong nafas dalam perlahan
batas normal atau nafas bibir sesuai
-Gelisah tidak ada kemampuan.
-Beri bronkodilator sesuai therapy
-Observasi tanda vital, dan warna
membrane mukosa kulit
-Kolaboratif tindakan intubasi dan
ventilasi mekanik bila perlu
3.Pola nafas tidak efektif Setelah diberi tindakan -Observasi perubahan pada RR
b/d bronkospasme . perawatan selama 3x24 dan dalamnya pernafasan
jam pola nafas pasien -Atur pemberian oksigen
efektif, dengan KH: -Dorong nafas dalam perlahan
-Tanda-tanda vital dalam atau nafas bibir sesuai
batas normal kemampuan
-Tidak terjadi sianosis dan -Beri bronkodilator sesuai therapy
tanda hipoksia -Observasi tanda vital, dan warna
-Bunyi nafas bersih membrane mukosa kulit
-Beri posisi duduk(fowler)
4.Intoleransi aktivitas Setelah diberi tindakan -Evaluasi respon pasien terhadap
b/d kelemahan fisik . perawatan selama 3x24 aktivitas
jam pasien menunjukkan -Catat adanya dispnea,
peningkatan toleransi peningkatan kelelahan dan
terhadap aktivitas, dengan perubahan tanda vital selama dan
KH: setelah aktivitas.
-Pasien dapat dan mau -Berikan kepada pasien aktivitas
melakukan aktivitas sesuai sesuai kemampuannya
kemampuannya -Pertahankan obyek yang
-Tanda tanda vital dalam digunakan pasien agar mudah
batas normal terjangkau.
-Bantu pasien melakukan aktivitas
dengan melibatkan keluarga
-Observasi vital sign

5. .Cemas b/d takut


ancaman kematian

Setelah diberi tindakan


perawatan 2x 30 menit -Kaji tingkat cemas
rasa cemas pasien pasien(ringan ,sedang,
berkurang dengan, KH : berat,panik)
-Pasien mengatakan sudah -Bantu pasien menggunakan
bisa bernafas koping yang efektif
-Pasien mengatakan -Berikan informasi tentang
merasa nyaman tindakan dan prosedur therapy
-Pasien tidak gelisah dan yang dilakukan
merasa aman -Tetap disamping pasien selama
fase akut
-Batasi pengunjung bila perlu

6.Resiko tinggi Setelah diberikan tindakan -Lakukan prosedur terapi sesuai


perubahan nutrisi kurang perawatan 1x 24 jam advis
dari kebutuhan tubuh b/d pasien tidak mengalami -Beri informasi tentang
susah makan perubahan nutrisi kurang pentingnya nutrisi untuk
dari kebutuhan tubuh pemulihan
dengan KH: -Anjurkan keluarga untuk
-Pasien mau makan membantu pasien makan
-Sesak nafas dan batuk -Beri diet lunak TKTP
berkurang
-Pasien tahu pentingnya
nutrisi untuk pemulihan
7. Gangguan istirahat dan Setelah diberikan tindakan -Ciptakan lingkungan yang
tidur b/d sesak nafas . perawatan 2x 24 jam nyaman dan batasi pengunjung
kebutuhan istirahat dan -Beri KIE pentingnya tidur untuk
tidur pasien terpenuhi pemulihan
dengan KH :
-Os mengatakan sudah -Delegatif pemberian teraphy
dapat tidur sesuai dosis
-Os mengatakan sesak -Delegatif pemberian O2
berkurang -Libatkan satu anggota keluarga
-Retraksi otot dada untuk menemani
berkurang
-RR 16- 24 x/ menit
8.Kurang pengetahuan Setelah diberikan tindakan -Beri informasi tentang pengertian
b/d kurang informasi perawatan 2 x 30 menit dan penyebab / pencetus dari
pengetahuan pasien penyakit
bertambah dengan KH :
-Os tahu tentang -Beri informasi cara menghindari
penyakitnya kekambuhan seperti: menghindari
-Os tahu penyebab/ cuaca dingin dan debu, memakai
pencetus penyakit baju penghangat dan masker
-Os tahu cara menghindari hidung, mengurangi aktivitas /
kekambuhan latihan berlebih.
-Beri informasi untuk kontrol
ulang penyakitnya
9 Resiko tinggi infeksi Setelah diberi tindakan -Kaji batuk dan pengeluaran
b/d peningkatan produksi perawatan 3 x 24 jam dahak selama 24 jam
mukus pasien tidak mengalami -Observasi perubahan warna
infeksi dengan KH: dahak
-Batuk dan dahak -Cek vital sign
berkurang -Anjurkan minum air putih 2-3
-Tidak ada dahak purulen liter/ hari
- Vital sign dalam batas -Delegatif pemberian antibiotika
normal
Contoh Kasus

Ny. H usia 29 tahun,agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan Ibu rumah tangga.
Alamat tinggal Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember. masuk RS Tanggal 03 Maret
2015 Klien masuk rumah sakit karena keluhan sesak napas dan batuk yang
disertai dahak yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir. Keluhan ini terjadi
saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat ketika
beraktivitas. Hasil pengkajian klien didapatkan klien mengeluh sesak, batuk
berdahak dengan dahak berwarna putih kental, dan klien merasa sesaknya
berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer). Klien terlihat cemas. Klien
mengaku tidak nafsu makan. Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma
sejak kecil dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan
hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris
antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi
dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan
hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR
= 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit = 17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3,
Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort,
Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L.  Pada pemeriksaan penunjang
X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

1. Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. H
2. Umur             : 29 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / bangsa : Jawa
6. Bahasa : Jawa, Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Status             : Sudah menikah
10. Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember

Penanggung jawab :

1. Nama : Tn. J
2. Umur : 30 tahun
3. Pekerjaan : Swasta
4. Alamat                        : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
5. Hubungan dgn klien : Suami

 Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk. 

 Riwayat Keperawatan Sekarang


Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan selama 1
minggu terakhir menderita sesak, batuk pilek, demam yang disertai dahak
putih kental.

 Riwayat Keperawatan Dahulu


Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah masuk
rumah sakit di RS Paru Jember Agustus 2012 karena sesak selama 2
minggu. Klien mengatakan sedang menjalani pengobatan terapi yang di
berikan dokter. Klien mengatakan Asma akan timbul saat dingin, akibat
debu dan mencium bau yang menyengat.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang sama
dengan klien.

 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Apabila sakit, klien segera berobat ke rumah sakit/puskesmas.
 Pola nutrisi / metabolic
Program diit RS    : bubur kasar
Intake makanan     :
1. Sebelum sakit : 3x sehari,makan habis 1 porsi, sayur, lauk-pauk
2. Selama sakit : 3x sehari makan habis 3-4 sendok  sayur, lauk-pauk
Intake cairan   :
1. Sebelum sakit : 5 – 7 gelas sehari, air putih
2. Selama sakit : 3 – 4 gelas sehari, air putih
 Pola eliminasi
Buang air besar :
1. Sebelum sakit : 1x sehari, warna kuning
2. Selama sakit : 1x sehari, warna kuning
Buang air kecil  :
1. Sebelum sakit : 6 – 7x sehari,warna kuning.
2. Selama sakit : 3 – 4x  sehari, warna kuning, tidak terpasang DC
 Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :

Kemampuan perawatan
0 1 2 3
diri
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / rom V

Ket :

0 = mandiri

1  = alat bantu
2 = dibantu oranglain

3 = dibantu orang lain dan alat

Selama sakit :

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3


Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / rom V

 Pola tidur dan istirahat


1. Lama tidur siang 2 jam
2. Lama tidur malam 7 jam
3. Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya
 Pola kognitif dan persepsi sensori
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri
pasien dan akhirnya dapat mempengaruhi jumlah stressor yang dialami
pasien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang akan
semakin tinggi.
 Pola persepsi diri
Klien yakin penyakitnya akan sembuh.
 Pola seksualitas dan reproduksi
Klien sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.
 Pola peran hubungan
Klien sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang mempunyai hubungan
baik dengan keluarganya.
 Pola managemen koping – stress
Klien mengatakan apabila ada masalah selalu dibicarakan dengan
keluarganya.
 Sistem nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam dan selalu berdoa untuk kesembuhannya.
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum           : klien tampak sesak
Kesadaran                   : kompos mentis
Tekanan darah             : 130/70 mmHg
Frekuensi nafas           : 36x/menit
Nadi                            :76x/menit
Suhu                            : 37o C
Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala
Mata            :    Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, lensa
jernih, pupil isokor, reflek cahaya langsung +/+
2. Thorax
a. Paru
- Inspeksi           : gerakan dada kanan dan kiri simetris
- Palpasi            : taktil fremitus kanan dan kiri simetris,
retraksi dinding dada (+)
- Auskultasi       : suara napas klien terdengar wheezing
b. Jantung
- Inspeksi           : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi            : iktus kordis teraba di ICS V
- Auskultasi       : suara jantung normal, bunyi tambahan (-)

3. Abdomen
- Inspeksi : perut cembung, asites (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal
4. Ekstremitas
- Superior :   Oedem (-)
- Sianosis(-)
- Akral dingin(-)
- Turgor kulit : normal
- Inferior :    Oedem(-)
- Sianosis(-)
- Akral dingin(-)
- Turgor kulit : normal

 Hasil Pemeriksaan Diagnostik


1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Ny.H didapatkan hasil sebagai berikut.
- Sputum berwarna putih kental
- Hb = 15,5 gr%
- Leukosit = 17.000/mm3
- Trombosit 260.000/mm3
- Ht = 47vol%
 Hasil Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan


bertambah.
2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
5. Hasil Pemeriksaan Elektrokardiografi. Gambaran elektrokardiografi yang
terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan
dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis


deviasi dan clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
 Hasil Pemeriksaan X-ray dada/thorax

Anda mungkin juga menyukai