Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS HIPERTENSI

Disusun Oleh:

VENTY SULISDIANI, A.Md. Kep


NIP. 19801010 200901 2 009

PUSKESMAS TAJI
KECAMATAN KARAS
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS


HIPERTENSI “ untuk Penetapan Angka Kredit.

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Taji Penyusun

dr. ARIF ILHAMDHI VENTY SULISDIANI, A.Md. Kep


NIP. 19770513 200604 1 018 NIP. 19801010 200901 2 009

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ” ASUHAN KEPERAWATAN KASUS HIPERTENSI ”

Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk kenaikan pangkat. Penulis


menyadari bahwa tidak sedikit dari berbagai pihak terlibat dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang
tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Arif Ilhamdhi selaku Kepala UPTD Puskesmas Taji

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga jasa baik tersebut mendapat imbalan yang sesuai dari Alloh SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, dan pastilah ada
kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata terkirim doa mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya. Amin.

Magetan, April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................…………i
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Pembahasan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipertensi.........................................................................................3

2.2 Jenis Jenis Hipertensi ...................................................................................4

2.3 Etiologi Hipertensi ........................................................................................5

2.4 Patofisiologis Hipertensi...............................................................................8

2.5 Tanda dan Gejala Hipertensi ......................................................................10

2.6 Cara Pengobatan Penyakit Hipertensi ........................................................10

2.7 Diagnosa Perawatan Penyakit Hipertensi ...................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................15

3.2 Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di
dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya
darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah
suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,
maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan
hasil-hasil metabolisme lainnya. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah
darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan
hipotensi atau tekanan darah rendah.
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.
Yang dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial
yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan
oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal,
dll. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkal. Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki
tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda paling tinggi di waktu pagi hari dan
paling rendah pada saat tidur malam hari. Faktor pemicu hipertensi dapat
dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan
umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok,
serta konsumsi alkohol dan garam). Penderita hipertensi yang sangat heterogen
membuktikan bahwa penyakit ini bagaikan mozaik, diderita oleh orang banyak
yang datang dari berbagai subkelompok berisiko di dalam masyarakat. Hal
tersebut juga berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik
yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun
yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stressor.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi hipertensi?
2. Apa jenis-jenis hipertensi?
3. Apa etiologi hipertensi?
4. Bagaimana patogenesis hipertensi?
5. Apa tanda dan gejala hipertensi?
6. Bagaimana pengobatan hipertensi?
7. Bagaimana diagnosa hipertensi?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengerti dan memahami apa itu hipertensi
2. Mengetahui jenis jenis hipertensi
3. Mengerti dan mengetahui penyebab hipertensi
4. Mengerti dan mengetahui patogenesis hipertensi
5. Mengetahui dan mengerti tanda dan gejala hipertensi
6. Mengetahui cara pengobatan hipertensi
7. Mengetahui diagnosa penyakit hipertensi

1.4 Manfaat Pembahasan


Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan
memahami tentang penyakit hipertensi, jenis-jenis hipertensi, penyebab
hipertensi, patogenesis hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, cara pengobatan,
dan pencegahan hipertensi. Semoga makalah ini bermafaat bagi seluruh pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi adalah
kenaikan tekanan darah diastolik atau sistolik (Kowalak, Welsh, dan Mayer,
2011:178). Hipertensi merupakan kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140
mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi.
Hipertensi bukanlah suatu penyakit tetapi suatu sindrom dengan beragam
penyebab. Hipertensi juga merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung,
dan gagal ginjal.
Tekanan darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah
jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan
isi sekuncup. Besar ini sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard
dan alir balik vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada
pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh
darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding
pembuluh darah (Ganiswara,1995:50).
Di Amerika Serikat, hipertensi diderita oleh 15% hingga 20% orang
dewasa, risiko hipertensi semakin besar seiring peningkatan usia dan lebih tinggi
pada populasi kulit hitam dibandingkan kulit putih serta pada individu
berpendidkan lebih rendah dan memiliki pendapatan yang lebih kecil. Hipertensi
juga dapat menyebabkan komplikasi diantaranya adalah terjadi krisis hipertensi,
penyakit arteri perifer, aneurisma aorta dissecting, infark miokard, gagal jantung,
aritmia dan kematian mendadak.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk umur 18 tahun atau lebih

TEKANAN DARAH
KATEGORI
Sistolik (mm Hg) Diastolik (mm Hg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <80

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

3
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 ≤ 180 ≤ 110

Sumber : The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection,


Evaluation, and Treatment oh Hight Blood Pressure (1997)

2.2 Jenis-jenis Hipertensi


2.2.1 Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:
1. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah jenis hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik. Berbagai faktor
dihubungkan dengan hipertensi esensial, akan tetapi belum terdapat
keterangan pasti yang dapat menjelaskan penyebabnya (Soeparman
dan Waspadji, 1994:205). Hipertensi esensial meliputi lebih kurang
90% dari seluruh penderita hipertensi dan 10% sisanya disebabkan
oleh hipertensi sekunder atau nonesensial.

2. Hipertensi sekunder atau non esensial


Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya
penyakit lain (terdapat sekitar 5% -10% kasus) penyebabnya antara
lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi
endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obat dan lain-lain.

2.2.2 Berdasarkan bentuknya hipertensi dibedakan menjadi tiga, yaitu:


1. Hipertensi Diastolik (diastolic hypertension)
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Berdasarkan tingginya
tekanan diastolic, dahulu hipertensi diklasifikasikan dalam 3
golongan, sebagai berikut:
 Hipertensi ringan bila tekanan diastolik 90-110 mmHg
 Hipertensi sedang bila tekanan diastolik 110-130 mmHg
 Hipertensi berat bila tekanan diastolik di atas 130 mmHg

4
2. Hipertensi Sistolik (isolated systolic hypertension).
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut. Kriteria hipertensi
sistolik terisolasi adalah bila peninggian tekanan sistolik > dari 2 kali
tekanan doiastolik dikurang 15 mmHg, tanpa diikuti oleh peninggian
tekanan diastolic, atau tekanan sistolik lebih dari 2 kali tekanan
diastolik, bila tekanan diastolik tidak melebihi 90 mmHg.

2.3 Etiologi Hipertensi


Penyebab hipertensi secara umum, yaitu :

1. Volume darah
2. Viskositas cairan darah
3. Diameter pembuluh darah
4. Kebutuhan
Penyebab lain terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Usia
Semakin tua usia seseorang, semakin tinggi pula peluang menjadi korban
tekanan darah tinggi. Orang yang lebih tua biasanya berisiko memiliki
tekanan sistolik tinggi. Penyebabnya adalah karena pengerasan pembuluh
darah yang semakin menjadi ketika usia semakin lanjut
2. Faktor keturunan
Jika dalam keluarga ada sejarah tekanan darah tinggi, Anda harus mulai
menmperhatikan kesehatan. Tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh
faktor keturunan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan meski
pada usia dini.
3. Jenis kelamin
Berhati-hatilah bagi para pria! Dr. Gowala mengungkap bahwa pria
memiliki kemungkinan lebih besar terkena tekanan darah tinggi daripada
wanita. Tapi bukan berarti para wanita tidak mungkin terkena darah tinggi.
Para wanita juga mempunyai risiko yang sama, hanya saja lebih kecil
persentasenya dibanding pria. Baik pria maupun wanita harus menjaga
pola hidup dan kebiasaan makan.
4. Berat badan ekstra
Berat badan ekstra atau obesitas adalah salah satu penyebab utama
tingginya tekanan darah, tetapi risikonya bervariasi antara satu orang

5
dengan orang lain. Orang yang memiliki lemak di sekitar perut, pinggul,
dan paha juga berisiko memiliki tekanan darah tinggi. Jadi, upayakan agar
berat badan berada dalam taraf normal agar tetap sehat dan menarik.
5. Sensitivitas terhadap garam
Beberapa orang memiliki darah yang sensitif terhadap asupan garam atau
sodium. Sedikit saja mengonsumsi garam atau sodium, tekanan darah
mereka akan meningkat dengan drastis.
Jika Anda salah satunya, satu-satunya solusi adalah dengan mengurangi
asupan garam. Waspadalah ketika menambahkan garam ke dalam
makanan dan baca label makanan kemasan terlebih dahulu sebelum
mengonsumsinya. Fast food memiliki kadar natrium tinggi sehingga Anda
harus bijaksana jika mengidam fast food.
6. Konsumsi alkohol
Mabuk padahal baru meminum dua gelas minuman keras? Itu adalah
peringatan dari tubuh bahwa Anda harus segera berhenti minum. Minum
terlalu banyak alkohol berdampak buruk bagi tubuh dan keseluruhan
kesehatan. Untuk menjaga agar tekanan darah tetap normal, hindarilah
alkohol sebisa mungkin.
7. Stres
Tambahan stres karena ketegangan di kantor juga merupakan salah satu
alasan mengapa seseorang memiliki tekanan darah yang tinggi. Keluarlah
dari situasi yang pemicu stres, tetap tenang, dan buatlah diri Anda rileks. 
8. Penggunaan kontrasepsi
Sebuah studi mengungkap bahwa penggunaan pil pengontrol kehamilan
atau kontrasepsi oral menyebabkan tingginya risiko darah tinggi. Jika ingin
mengonsumsi pil kontrasepsi, Anda harus berkonsultasi pada ahli sembari
memikirkannya matang-matang.
9. Selalu bermalas-malasan
Bermalas-malasan tidak hanya membuat pinggang semakin lebar, tetapi
juga meninggikan tekanan darah. Orang yang selalu bermalas-malasan
berisiko terkena darah tinggi, dan karenanya harus lebih banyak
beraktivitas. Cobalah dengan melakukan olahraga favorit atau berjalan
kaki saat berangkat ke kantor.
Mengapa aktif secara fisik bisa menjauhkan diri dari darah tinggi? Aktif
beraktivitas membantu melegakan pembuluh darah sehingga tekanan di
pembuluh arteri dan vena tetap berada pada rentang normal.

6
10. Konsumsi obat secara terus-menerus
Beberapa obat yang digunakan untuk menyembuhkan flu dan alergi bisa
membuat tekanan darah jadi tinggi. Sebelum menerima resep obat dari
dokter, berkonsultasilah dan informasikan pada dokter mengenai riwayat
kesehatan Anda. Hal ini wajib dilakukan untuk menghindari terjadinya
komplikasi serius.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi ada dua, yaitu : hipertensi primer


dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi primer
Menurut Syamsudin (2011:29) hipertensi primer penyebabnya
multifactorial, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
memengaruhi kepekaan terhadap sodium, kepekaan terhadap stress, relativitas
pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin, dan lain-lain.
Sedangkan faktor lingkungan meliputi :
1. Diet
2. Kebiasaan, merokok
3. Stres emosi
4. Obesitas, dll.
b. Hipertensi sekunder
(Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2011:180) menyatakan bahwa penyebab
hipertensi sekunder adalh sebagai berikut:
1. Koarktasio aorta
2. Stenosis arteri renalis dan penyakit parenkim ginjal
3. Tumor otak, kuadriplegia, dan sedera kepala
4. Feokromositoma, sindrom, Cushing, hiperaldosteronisme dan disfungsi
tiroid, hipofisis atau paratiroid
5. Pemakaian preparat kontrasepsi oral, kokain, epoetin alfa, obat-obat
stimulant saraf simpatik, inhibitor monoamine oksidase yang digunakan
bersama tiramin, terapi sulih estrogen dan obat-obat antiinflamasi
nonsteroid
6. Hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan
7. Konsumsi alkohol berlebih

7
2.4 Patofisiologis Hipertensi

8
Menurut (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2011:180) tekanan darah arteri
merupakan produk total resistensi perifer dan curah jantung. Curah jantung

9
meningkat karena keadaan yang meningkatkan frekuensi jantung, volume
sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang
meningkatkan viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh
darah, khususnya pembuluh darah arteriol.

Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung


karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja jantung meningkat.
Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi
mampu mempetahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi
memicu proses aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung dapat mengalami
gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah ke dalam miokardium
sehingga timbul angina pectoris atau infark miokard. Hipertensi juga
menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
arterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke,
dan aneurisme serta diseksi aorta.

2.5 Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Kowalak, Welsh, dan Mayer (2011:180) meskipun hipertensi
sering tanpa gejala (asimptomatik) namun tanda dan gejala klinis berikut ini
dapat terjadi :

 Hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran secara berturut-turut sesudah dilakukan pemeriksaan
pendahuluan
 Nyeri kepala oksipital yang bisa semakin parah saat bangun di pagi hari,
Karena terjadi peningkatan tekanan intracranial
 Epistaksis yang mungkin terjadi Karena kelainan vaskuler akibat hipertensi
 Bruits (bising pembuluh darah yang dapat terdengar di daerah aorta
abdominalis atau areteri karotis, arteri renalis dan femoralis). Bising
pembuluh darah ini disebabkan oleh stenosis atau aneurisma
 Perasaan penin, bingung, dan keletihan yang disebabkan oleh penurunan
perfusi darah akibat vasokontriksi pembuluh darah
 Penglihatan yang kabur akibat kerusakan retina
 Nokturia yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan
peningkatan filtrasi oleh glomelurus

10
 Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler
Gejala-gejala tersebut yang akan terjadi jika mengalami tekanan darah
tinggi atau hipertensi terutama bagi kalangan lansia karena pembuluh darah yang
kaku atau kehilangan keelastisan dari pembuluh darah.

2.6 Cara Pengobatan Penyakit Hipertensi


Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengobatan
secara nonfarmakologi dan pengobatan menggunakan obat-obatan (pengobatan
secara farmakologi). Tujuan utama pengobatan penderita hipertensi adalah
tercapainya penurunan maksimum risiko total morbiditas dan mortilitas
kardiovaskular.
A. Pengobatan Secara Nonfarmakologi
Pengobatan nonfarmakologi adalah pengobatan yang tidak menggunakan
obat-obatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan lebih
menekankan pada perubahan pola makan dan gaya hidup.
1. Mengurangi Konsumsi Garam
Diet tinggigaram dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan
prevelensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah.
Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari menjadi 80-100
mmol (4,7-5,8 gr) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 4-6
mmHg.
2. Mengendalikan Berat Badan
Berat badan yang berlebih bukan hanya menimbulkan banyak
penyakit, tetapi juga mengurangi percaya diri dari segi penampilan.
Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan cara mengurangi porsi makanan yang
masuk ke dalam tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak
aktivitas. Boleh saja penderita sesekali makan dalam jumlah yang
banyak, tetapi juga harus diimbangi dengan olahraga yang teratur.
3. Mengendalikan Minum Kopi dan Alkohol
Kopi adalah minuman yang tidak baik bagi penderita tekanan darah
tinggi (Hipertensi), karena kandungan senyawa kofein yang ada dalam
kopi dapat memacu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada
peningkatan tekanan darah.

11
Sedangkan minuman beralkohol, jika diminum sekali tentu aka
meningkatkan risiko hipertensi dan stroke. Selain itu, konsumsi alkohol
berlebih dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan sistem saraf.
4. Membatasi Konsumsi Lemak
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan
penebalan pembuluh darah. Jika endapan semakin banyak, dinding
pembuluh darah makun kaku atau berkurang kelenturannya. Sehingga
jantung akan bekerja semakin berat saat memompa darah. Jadi, penderita
hipertensi harus berupaya menjaga kadar kolesterol dalam darahnya.
5. Berolahraga Secara Teratur
Seorang penderita hipertensi bukan dilarang olahraga, tetapi justru
dianjurkan berolahraga secara teratur. Memang ada beberapa jenis
olahraga yang tidak dianjurkan, bahkan dilarang dilakukan oleh penderita
hipertensi, yaitu jenis olahraga keras seperti tinju, karate, gulat, dan
olahraga sejenisnya. Jenis olahraga tersebut justru akan memperparah
hipertensi yang dialaminya. Bagi penderita hipertensi cukuplah olahraga
ringan untuk sedkit meningkatnya denyut jantung dan keluarnya keringat.
Jenis olahraga yang dapat dipilih, yaitu gerak jalan, senam aerobik,
bersepeda, atau berenang.
6. Menghindari Stress
(Cornell medical college) menyatakan bahwa seseorang yang
mengalami tekanan jiwa (stress) selama bertahun tahun dapat
menyebabkan risiko hipertensi sebanyak 3 kali besar. Sebaliknya orang
orang yang berpikiran positif dan optimis mempunyai peluang lebih kecil
terkena hipertensi.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghindari stress, diantaranya
dengan melakukan relaksasi atau meditasi serta berusaha dan membina
hidup yang positif. Relaksasi dapat dilakukan dengan cara
mengencangkan dan mengendurkan otot tubuh sambil membayangkan
sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan.

B. Pengobatan Secara Farmakologi


Pada penderita hipertensi perlu mendapat pengobatan yang serius apalagi
jika penderita hipertensi juga mengalami komplikasi dengan diabetes, payah
jantung, atau penyakit ginjal.
Tujuan terapi obat adalah penggunaan obat secara tunggal atau secara
kombinasi untuk mengembalikan tekanan darah arteri ke level normal

12
dengan efek samping sekecil mungkin. Penderita hipertensi dapat diberikan
obat antihipertensi yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah. Prinsip
pengobatan dengan menggunakan obat antihipertensi adalah sebagai berikut:
1. Mulai pengobatan dengan suatu obat dosis rendah (jika tekanan
darah tidak dikendalikan) hanya akan membaik dengan taraf biasa.
2. Mulai dengan satu obat juga bisa mengobati dan tidak
mengganggu suatu kondisi yang ada.
3. Tambahkan obat kedua dari kelas obat yang berbeda (pelengkap)
jika tekanan darah tidak terkontrol dengan dosis sedang untuk
agen pertama.
4. Mulai dengan obat yang mungkin paling mudah ditoleransi oleh
pasien. Kepatuhan jangka panjang berkaitan dengan toleransi dan
khasiat obat pertama yang digunakan.
5. Gunakan terapi diuretic jika ada dua obat yang digunakan, berlaku
untuk hampir semua kasus.
6. Gunakan diuretic tiazid hanya dengan dosis rendah 25 mg/hari
untuk hidriklorotiazida atau obat yang ekuvalen, kecuali ada
alasan yang mendesak.
7. Gunakan terapi kimbinasi dosis rendah, jika diperlukan, sebagai
terapi awal.
8. Satu atau dua obat akan mengendalikan tekanan darah pada 90%
pasien hipertensi. Untuk mendapatkan tekanan darah diastolic <90
mmHg sekitar 70% kasus memerlukan dua obat.

Sedangakan yang termasuk obat antihipertensi dapat dibedakan


menjadi:
1. Golongan diuretic
Obat ini bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan
natrium melalui pengeluaran urin. Ada 3 jenis diuretic, yaitu:
thiazide diuretic, loop diretik, dan potassium-sparing diuretic.
2. Golongan beta-blocker
Golongan obat ini bekerja dengan cara memperlambat kerja
jantung melalui pengurangan kontraksi otot jantunf dan
mengurangi tekanan darah. Beberapa contoh obat antihipertensi
golongan beta-blocker sebagai berikut :
a. Atenolol (Tenormin)
b. Betaxlol (kerlone)

13
c. Bisoporol
d. Acebutolol
e. Pindolol
f. Propranolol
3. Penghambat saluran kalsium
Penghambat saluran kalsium bekerja dengan menghambat kerja
kalsium dalam otot halus pada dinding arteriol. Ada 2 jenis
penghambat saluran kalsium yaitu penghambat saluran kalsium
tanpa dehidropiridin dan dengan dihidropiridin.
4. Penghambat ACE
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim
angiotensin II. Dengan pemberian obat ini angiotensin II tidak
bekerja secara aktif sehingga pembuluh darah dapat melebar dan
menurunkan tekanan darah. Jenis obat ini adakah :
a. Benazepril
b. Captopril
c. Enalapril
d. Fasinopril
e. Lisinopril
f. Meoxipril
g. Perindropil
h. Quinapril
i. Ramipril
j. Randolapril
5. Alpa-blocker
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja adrenalin pada
otot dinding pembuluh darah. Obat golongan ini adalah
dexazosin, prazosin, dan terazosin.
6. Obat yang bekerja terpusat
Jenis obat ini bekerja dengan mempengaruhi pusat saraf diotak
yang mengendalikan tekanan darah. Beberapa obat golongan ini
adalah clonidine, reserpine, methyldopa, dan guanfacine.
7. Antagonis reseptor angiotensin
Cara kerja obat ini mirip dengan ACE inhibitor. Jika ACE
inhibitor menghambat aktivitas angiotensin II, tetapi obat jenis ini
bekerja dengan cara menghambat angiotensin II. Golongan obat
ini adalah
a. Candersatan

14
b. Eprosartan
c. Irbesartan
d. Valsartan
e. Losartan
f. Olmesartan
g. Telmisartan

2.7 Diagnosis Penyakit Hipertensi


1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

15
BAB III

PENUTUP
2.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi atau yang


sering disebut dengan tekanan darah tinggi adalah kenaikan tekanan darah
diastolik atau sistolik. Hipertensi dibedakan mejadi beberapa jenis, diantaranya
dibedakan berdasarkan penyebab, yaitu primer atau sekunder dan berdasarkan
bentuknya yaitu, hipertensi sistolik dan diastolik. Penyebab utama dari
hipertensi ada 4 hal, volume darah, viskositas cairan darah, diameter pembuluh
darah, dan kebutuhan. Sedangkan cara pengobatan dari hipertensi adalah
dengan cara farmakologi dan non farmakologi.

2.2 SARAN
Bagi para pembaca yang belum terkena hipertensi sebaiknya menjaga
kesehatan sebaik mungkin. Jika merasakan tanda-tanda dari penyakit hipertensi
segera periksakan ke dokter. Dan bagi pembaca yang telah terkena penyakit
hipertensi sebaiknya menjaga kesehatan lebih baik lagi dan hindari hal-hal
yang membuat penyakit hipertensi lebih parah lagi.
Sedangkan bagi perawat sebaiknya memiliki pengetahuan menyeluruh
tentang penyakit hipertensi. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien secara tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:


Salemba Medika.
Pendit, Brahmn U & Dany, Frans. (Eds). 2010. Patofiologi Penyakit: Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kowalak, Welsh & Mayer. (Eds). 2011. Buku Ajar Patofiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Soeparman. (Eds). 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit FKUI.

http://noviaputiklegawati.blogspot.co.id/2013/06/diagnosa-kriteria-hasil-
intervensi.html

17

Anda mungkin juga menyukai