Anda di halaman 1dari 11

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2548 - 6365


lppm-politeknikmfh@gmail.com

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN


ANTI DIABETES MELITUS (ORAL) DI INSTALASI RAWAT
JALAN PUSKESMAS KARANG TALIWANG

Nurul Hasanah1) Baiq Ayu Aprilia1) En Purmafitriah1)


1)
Prodi Farmasi Politeknik “Medica Farma Husada” Mataram
Ririnagustina422@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2 merupakan dua penyakit kronik yang banyak ditemukan dalam
masyarakat serta sering ditemukan secara bersamaan. Kedua penyakit tersebut yang diakibatkan karena
fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh yang secara progresif menurun dari waktu kewaktu karena
usia atau pilihan gaya hidup. Untuk dapat mengurangi angka kematian, maka dilakukan evaluasi penggunaan
obat antihipertensi dan antidiabetes mellitus oral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase
ketepatan kesesuaian dosis, persentase ketepatan cara minum obat, persentase ketepatan kesesuaian obat,
persentase ketepatan pasien, dan persentase ketepatan indikasi. Populasi yang didapatkan sebanyak 517 resep
pasien Hipertensi dan 139 resep pasien DM Tipe 2, dari populasi tersebut didapatkan 84 sampel pasien
Hipertensi dan 58 sampel pasien DM Tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan
kriteria pasien berdasarkan jenis kelamin wanita 53.57%(Hipertensi) dan 63.79%(DM Tipe 2) sedangkan
pria dengan persentase sebesar 46.43% (Hipertensi) dan 36.20% (DM Tipe 2). Berdasarkan usia penyakit
hipertensi banyak terjadi diatas usia 50 tahun dengan persentase 35.71%. dan penyakit Diabetes Melitus
banyak terjadi diusia 25 tahun keatas dengan persentase 34,48%. Evaluasi ketepatan penggunaan obat
diketahui ketepatan kesesuaian dosis 100%, ketepatan cara minum obat 100%, ketepatan kesesuaian obat
100%, ketepatan pasien 100%, ketepatan indikasi 100%.

Kata Kunci : Obat Antihipertensi, Obat Antidiabetes Melitus, Puskesmas Karang Taliwang.

PENDAHULUAN ginjal (Waspadji dkk., 2010). Obat diabetes dapat


memperburuk keadaan hipertensinya atau obat
Pharmaceutical care merupakan salah satu hipetensi dapat meningkatkan kadar glukosa darah
tugas farmasis dimana farmasis mampu bertanggung pasien bisa saja terjadi dengan adanya komplikasi
jawab terhadap obat yang diberikan kepada pasien. tersebut (Samoh, 2014).
Tujuan pharmaceutical care adalah untuk Hipertensi merupakan penyakit silent killer
meningkatkan kualitas hidup pasien. dengan gejala yang ditimbulkan bervariasi pada
Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian masing-masing dan hampir dengan gejala penyakit
merupakan tangung jawab farmasis atas kebutuhan lainnya. Hipertensi merupakan penyakit degeneratif
terapi obat yang diterima oleh pasien hingga yang merupakan tantangan terbesar di Indonesia
mendapatkan obat yang paling efektif dan paling (Infodatin, 2014). Menurut American Heart
aman. Pengobatan yang paling efektif dapat dilihat Association (AHA), penduduk Amerika berusia di
dari adanya interaksi dari obat yang digunakan atas 20 tahun menderita hipertensi mencapai angka
(Cipolle dkk, 2004). hingga 74,5 juta jiwa, namun sekitar 90-95% kasus
Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2 tidak diketahui penyebabnya. Menurut data hasil
merupakan dua penyakit kronik yang banyak Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013,
ditemukan dalam masyarakat serta sering ditemukan sebesar 25,8% penduduk Indonesia menderita
secara bersamaan. Kedua penyakit tersebut yang penyakit Hipertensi yakni sekitar 65 juta jiwa.
diakibatkan karna fungsi atau struktur dari jaringan Penyakit yang sering kali menjadi penyerta dari
atau organ tubuh yang secara progresif menurun dari penyakit hipertensi adalah diabetes mellitus. Sekitar
waktu kewaktu karena usia atau pilihan gaya hidup. 50-70% pasien hipertensi juga mengalami penyakit
Tanpa penanganan yang kuat keduanya akan diabetes melitus. Penyakit degeneratif tersebut
berakhir dengan komplikasi yang sama yaitu muncul akibat berbagai faktor seperti pola hidup,
kematian karena kardioserebrovaskular dan gagal merokok, dislipidemia, obesitas, usia lanjut dan
Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 34
Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

genetik (Amirudin, 2007). Kejadian hipertensi Untuk dapat mengurangi angka kematian, maka
dengan diabetes melitus mencapai dua kali lebih perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat
sering terjadi pada penderita diabetes dibandingkan antihipertensi dan antidiabetes mellitus oral di
dengan penderita non diabetes. Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Karang Taliwang.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik METODELOGI PENELITIAN
seumur hidup dan mempunyai resiko komplikasi
tertinggi, sehingga menuntut kepatuhan yang tinggi Desain Penelitian
kepada penderitanya dalam menjalani pengobatan Penelitian ini menggunakan jenis penelitian secara
agar target pengendalian glikemik tercapai. Pada deskriptif.
kenyataanya sangat sulit menilai tingkat kepatuhan
penderita secara pasti, terutama pada pasien rawat Waktu dan Tempat Penelitian
jalan, karena kita tidak tahu pasti yang dilakukan
penderita menyangkut cara minum obat, pola makan Waktu penelitian
dan aktivitas fisiknya, serta pola hidup yang lain, Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2019.
yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah Tempat penelitian
penderita (Coppel et al, 2008). Penelitian ini di laksanakan di Puskesmas Karang
Hipertensi dengan diabetes melitus merupakan Taliwang
faktor resiko yang kuat untuk terjadinya morbiditas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) Variabel dan Definisi Operasional
pasien diabetes mellitus. Terapi yang tepat untuk 1. Variabel penelitian
pengelolaan tekanan darah sangat dibutuhkan untuk a. Variabel Bebas (Variabel Independent)
mengurangi resiko peningkatan kematian akibat Penggunaan obat Antihipertensi dan
komplikasi. Banyakanya golongan obat Diabetes Melitus pada pasien rawat jalan di
antihipertensi dan antidiabetes yang dikonsumsi oleh Puskesmas Karang Taliwang
pasien perlu menjadi perhatian lebih bagi farmasis b. Variabel Terikat (VariabelDependent)
dalam memberikan informasi obat secara jelas dan a. Persentase kesesuaian dosis pada resep
menyeluruh (Murdiana, 2007). pasien Hipertensi dan Diabetes Melitus
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui b. Persentase ketepatan cara minum obat
pentingnya pemilihan obat pada pasien Hipertensi pada pasien Hipertensi dan Diabetes
dan Diabetes Melitus tipe 2 dengan melakukan Melitus
evaluasi pengunaan obat pada resep yaitu dengan c. Persentase kesesuaian obat yang
melihat ketepatan diagnosis, ketepatan dosis, diberikan pada pasien Hipertensi dan
ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan rute Diabetes Melitus.
pemberian dan waspada efek samping. Evaluasi d. Persentase ketepatan pasien yang
tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas diberikan obat pada pasien Hipertensi
pelayanan di Puskesmas Karang Taliwang agar dan Diabetes Melitus.
tercapai suatu keberhasilan terapi. e. Persentase ketepatan indikasi obat yang
Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan diberikan pada pasien Hipertensi dan
darah tinggi merupakan usaha bersama antara pasien Diabetes Melitus.
dan dokter yang menanganinnya. Kepatuhan seorang
pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat 2. Definisi Operasional
berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat Variabel Definisi Cara ukur Hasil
antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan ukur
kesediaan pasien untuk memeriksakan kesehatannya Penggunaan
ke dokter sesuai dengan jadwal yeng ditentukan obat
serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan. antihipertens
Banyaknya masyarakat dengan keluhan penyakit i dan
Variabel
Hipertensi dan Diabetes Mellitus sehingga peneliti diabetes
bebas
ingin atau tertarik untuk melakukan penelitian serta mellitus Observasi Ordinal
(independe
pada pasien
berdasarkan hasil observasi awal yang telah nt)
rawat jalan
dilakukan di Puskesmas Karang Taliwang terdapat 2 di
penyakit degeneratif yang sering terjadi yaitu puskesmas
penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2. karang

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 35


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

taliwang mellitus di Puskesmas Karang Taliwang pada


a. Persentase bulan Agustus-Oktober 2018.
kesesuaian 2. Sampel
dosis pada Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
resep dari keseluruhan populasi dengan purvosive
pasien
sampling adalah didasarkan pada suatu
hipertensi
dan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
diabetes sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang
mellitus diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2012).
b. Persentase Dalam menetukan besar sampel yang
ketepatan digunakan dalam penelitian ini menggunakan
cara rumus sebagai berikut :
minum Rumus Slovin
obat pada N
pasien N= 2
1+N(d)
Hipertensi
dan Keterangan :
Diabetes n : ukuran sampel/jumlah responden
Melitus N : ukuran populasi
c. Persentase
d² : penyimpangan terhadap populasi yang
kesesuaian
obat yang diinginkan 10% atau 0,1.
diberikan Sehingga apabila jumlah total pasien
pada Hipertensi 517 dan resep Diabetes Melitus 139,
Variabel pasien maka jumlah sampel rumus slovin adalah :
terikat Hipertensi Observasi Nominal Untuk pasien Hipertensi
(Dependen) dan 517
n= 2
Diabetes 1+517(0,1)
Melitus. n= 84 resep
d. Persentase
ketepatan Untuk pasien Diabetes Mellitus
pasien 139
n= 2
yang 1+139 (0,1)
diberikan n= 58 resep
obat pada Data yang diperlukan peneliti untuk
pasien penyakit Antihipertensi 84 resep dan Diabetes
Hipertensi Mellitus 58 resep.
dan
Diabetes
Instrumen Penelitian
Melitus.
e. Persentase
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang di
ketepatan gunakan untuk mengumpulkan data (Susi, 2015).
indikasi Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini
obat yang ialah menggunakan lembar resep yang diambil dari
diberikan data pasien rawat jalan hipertensi dan diabetes
pada melitus di Puskesmas Karang Taliwang.
pasien
Hipertensi Kriteria Inklusi Dan Eksklusi
dan 1.) Kriteria Inklusi
Diabetes
Melitus.
a) Pesien hipertensi dan diabetes mellitus
rawat jalan.
b) Semua pasien hipertensi dan diabetes
Populasi dan Sampel
mellitus yang berumur >25 tahun keatas.
1. Populasi
2.) Kriteria Ekslusi
Populasi penelitian ini adalah seluruh data
a) Pasien hipertensi dengan penyakit penyerta
peresepan obat antihipertensi dan diabetes
seperti CKD dan stroke.

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 36


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

b) Pasien diabetes mellitus dengan penyakit % kesesuaian dosis =


penyerta seperti Stroke. 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑥 100%
c) Pasien hipertensi komplikasi diabetes 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛

mellitus. 2. persentase Tepat cara minum obat di peroleh


d) Pasien diabetes mellitus komplikasi dari:
hipertensi. % tepat cara minum obat =
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚 𝑜𝑏𝑎𝑡
𝑥 100%
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
Teknik Pengumpulan Data 3. Persentase tepat kesesuaian obat di peroleh
Tahap-tahap pengambilan data meliputi: dari:
1. Tahap persiapan % tepat kesesuaian obat =
a. Pembuatan proposal dengan judul Evaluasi 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡
𝑥 100%
Penggunaan Obat Antihipertensi dan Diabetes 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
Mellitus (Oral) Di Instalasi Rawat Jalan 4. Persentase tepat pemberian obat di peroleh
Puskesmas Karang Taliwang. dari:
b. Mengurus surat izin pengumpulan data dan % tepat pemberian obat =
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡
penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan 𝑥 100%
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
Politeknik Medica Farma Husada.
5. persentase Tepat indikasi di peroleh dari:
c. Mempersiapkan instrumen penelitian.
% tepat indikasi =
2. Tahap pelaksanan. 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡
a. Mengajukan surat izin penelitian untuk 𝑥 100%
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
dismpaikan kepada Kepala Puskesmas Karang
Taliwang.
b. Menjelaskan kepada responden tujuan Hasil dan Pembahasan
dilakukan penelitian. A. Data Geografi Puskesmas Karang Taliwang
Puskesmas Karang Taliwang adalah salah
Pengolahan Dan Analisis Data satu puskesmas dari 11 puskesmas yang ada
1. Pengolahan diwilayah Kota Mataram, yang terletak paling
a. Editing (Penyuntingan Data) tengah dari Kota Mataram, terletak di
Melakukan pemeriksaan terhadap Kecamatan Cakranegara yang merupakan pusat
kelengkapan dan kejelasan dari redan perdagangan atau ekonomi berlokasi di Jalan
penyesuaian data yang diperoleh dengan Ade Irma Suryani No. 60 Karang Taliwang
kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan Cakranegara.
dilapangan sehingga apabila terdapat data a. Batas wilayah
yang meragukan ataupun salah, maka dapat - Sebelah Timur : Kelurahan
ditanyakan lagi kepada responden. Selagalas
b. Coding - Sebelah Barat : Kelurahan
Mengkode data merupakan kegiatan Mataram Timur
mengklasifikasi data memberi kode untuk - Sebelah Utara : Kelurahan
masing-masing kelas terhadap data yang Sayang-Sayang
diperoleh dari sumber data yang telah - Sebelah Selatan : Kelurahan Abian
diperiksa kelengkapan. Tubuh Baru
c. Tabulating b. Luas wilayah Kelurahan dan Jumlah
Tabulis adalah kegiatan memasukkan Lingkungan
data-data hasil penelitian. Data tersebut Dari 6 Kelurahan yang terdapat diwilayah
dengan dimasukkan dalam tabulasi. kerja Puskesmas Karang Taliwang Kelurahan
2. Analisis Data Cilinaya yang paling luas wilayahnya, dengan
Analisis data dilakukan dengan metode luas 128.941 m² dan kelurahan Sapta Marga
analisa deskriptif. Teknik analisa perhitungan yang paling kecil wilayahnya dengan luas
persentase ketepatan peresepan obat 40.000m², dengan total luas wilayah 6 kelurahan
antihipertesi dan antidiabetes masing-masing sebesar 499.93m²
kasus dinyatakan sebagai berikut:
1. Persentase tepat kesesuaian dosis di peroleh B. Hasil
dari:

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 37


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Hasil penelitian yang berjudul “Evaluasi perempuan dibandingkan pada laki-laki, hal
Penggunaan Obat Antihipertensi Dan ini kemungkinan karena pada perempuan
Antidiabetes Melitus (Oral) Di Instalasi Rawat pada pra menopause dengan ditambah
Jalan Puskesmas Karang Taliwang” disajikan factor-faktor lain seperti gaya hidup, kurang
dalam bentuk tabel dan diagram. Populasi yang aktivitas fisik, factor setres dan lain
didapatkan sebanyak 517 resep pasien sebagainya.
Hipertensi dan 139 resep pasien DM Tipe 2, dari Sedangkan menurut analis data
populasi tersebut didapatkan 84 sampel pasien Resikesdas (2007) yang dilakukan oleh
Hipertensi dan 58 sampel pasien DM Tipe 2 irwan mendapatkan bahwa perempuan lebih
yang memenuhi kriteria inklusi. beresiko mengidap penyakit Hipertensi dan
C. Data Demografi Pasien Diabetes Mellitus karena secara fisik wanita
Data demografi pasien menggambarkan memiliki peningkatan indek masa tubuh
profil sampel di Puskesmas Karang Taliwang yang lebih besar. Sindrom siklus bulanan
yang meliputi jenis kelamin, umur dan jumlah (Premenstrual syndrome) dan Pasca-
jenis penyakit yang diderita pasien berdasarkan Menopause yang membuat distribusi lemak
diagnosis. tubuh menjadi lebih mudah terakumulasi.
1. Jenis Kelamin Gangguan menstruasi merupakan indikator
Dari hasil evaluasi yang didapatkan penting yang menunjukkan adanya
jumlah penyakit Hipertensi dan DM Tipe 2 gangguan fungsi system reproduksi yang
di Rawat Jalan Puskesmas Karang Taliwang dapat dihubungkan dengan peningkatan
terdapat lebih banyak berjenis kelamin resiko berbagai penyakit seperti penyakit
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. metabolik yaitu Diabetes Mellitus. Hal
Berikut adalah tabel jumlah pasien penyakit tersebut dikarenakan terdapat dua hormone
Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2 yang memiliki efek antagonis terhadap
berdasarkan jenis kelamin. kadar glukosa darah yaitu reseptor hormon
Gambar 4.1 Karakteristik Pasien estrogen pada sel β pangkreas yang
Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2 di menyebabkan pelepasan insulin yang
Puskesmas Karang Taliwang merupakan hormone terpenting dalam
Berdasarkan Jenis Kelamin. homeostasis glukosa dalam darah (Alonso-
Magdalena, 2008). Dan hormone
progesterone yang memiliki sifat anti-
Jenis Kelamin insulin serta dapat menjadikan sel-sel
kurang sensitive terhadap Insulin yang
50 menyebabkan terjadinya resistensi insulin
40 dalam tubuh (Syamsu, 2006).
30
Hipertensi
20 2. Umur
DM Tipe 2 Karakteristik umur pasien pada
10
penelitian ini dibagi kedalam kelompok
0 umur yaitu 25-50tahun, 51-60tahun, 61-70
Wanita Pria tahun, 71-80 tahun dan lebih dari 80 tahun.
Untuk melihat hubungan peningkatan umur
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terhadap tingkat prevalensi terjadi pada
wanita lebih cenderung terkena resiko hipertensi dan diabetes mellitus, berikut
Hipertensi (53.57%) dengan jumlah 45 tabel karakteristik pasien Hipertensi dan
pasien dan DM Tipe 2 (63.79%) dengan Diabetes Mellitus pada Puskesmas Karang
jumlah 37 pasien dibandingkan dengan pria Taliwang.
dengan persentase sebesar 46.43% Gambar 4.2 Karakteristik Pasien
(Hipertensi) dengan jumlah 39 pasien dan Hipertensi dan Diabetes Melitus di
36.20% (DM Tipe 2) dengan jumlah 21 Puskesmas Karang Taliwang
pasien. Menurut penelitian Purmono (2013) Berdasarkan Umur.
menyatakan pada kasus Hipertensi dan
Diabetes Melitus lebih banyak terdapat pada

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 38


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

perhitungan. Hasil perhitungan dan data yang


Umur Sampel diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram. Untuk melihat karakteristik dasar dari
40% data tersebut maka dilakukan analisis deskriptif.
30% Data yang dicatat dari kartu rekam medis
20%
10% dianalisis sesuai dengan buku standar yang ada
Hipertensi yaitu: Drug Information Handbook edisi 24.
0%
DM Tipe 2 a. Penggunaan Obat Antihipertensi Tunggal
Dan Kombinasi Dengan Penyakit Penyerta.
Tabel 4.1 Penggunaan Obat
Antihipertensi Tunggal dan Kombinasi
dengan Penyakit Penyerta
Persentase
Dari gambar diagram diatas dilihat Nama
Golongan Jumlah (%)
bahwa sampel dengan umur 25-50 tahun Obat
(N=84)
memiliki resiko tertinggi terkena DM Tipe 2 ARB Amlodipine 66 78.57%
berjumlah 20 pasien dengan persentase ACEI Captopril 17 20.24%
sebesar ( 34.48%) sedangkan sampel yang CCB+ACEI Amlodipine
dengan umur 51-60 tahun memiliki resiko 1 1.19%
+ Captopril
tertinggi terkena Hipertensi berjumlah 30 TOTAL 84 100%
pasien dengan persentase (35.71%). Sampel Keterangan: ARB (Angiotensin Reseptor Blocker),
dengan umur 61-70 tahun memiliki resiko ACEI (Angiotensin Converting Enzym
ke-2 terkena DM Tipe 2 berjumlah 18 Inhibitor), CCB (Calcium Channel
pasien dengan persentase sebesar (31.03%); Bloker).
sedangkan sampel dengan umur 61-70 tahun Penggunaan obat antihipertensi tunggal
memiliki resiko ke-2 terkena Hipertensi yang paling banyak digunakan di Puskesmas
berjumlah 26 pasien dengan persentase Karang Taliwang yaitu Golongan ARB
sebesar (30.95%). Sampel dengan umur 51- (Amlodipin). Persentase penggunaan amlodipin
60 tahun memiliki resiko ke-3 terkena DM di Puskesmas Karang Taliwang yaitu 78.57%
Tipe 2 berjumlah 16 pasien dengan dengan jumlah pasien sebanyak 66 pasien.
persentase sebesar (27.83%); sedangkan Kemudian persentase penggunaan obat
sampel dengan umur 25-50 tahun memiliki Captopril yaitu 20,24% dengan jumlah pasien
resiko ke-3 terkena Hipertensi berjumlah 14 sebanyak 17 pasien. Dan jumlah penggunaan
pasien dengan persentase sebesar (16.67%). obat antihipertensi dengan kombinasi yaitu
Sampel dengan umur 71-80 tahun memiliki 1,19% dengan jumlah pasien 1 pasien.
resiko ke-4 terkena DM Tipe 2 berjumlah 4 b. Penggunaan Obat Antidiabetes Melitus
pasien dengan persentase sebesar (6.89%); Tunggal Dan Kombinasi Dengan Peyakit
sedangkan sampel dengan umur 71-80 tahun Penyerta
memiliki resiko ke-4 terkena Hipertensi Tabel 4.2 Penggunaan Obat
berjumlah 10 pasien dengan persentase Antidiabetes Melitus Tunggal Dan
sebesar (11.91%). Sampel yang memiliki Kombinasi dengan Peyakit Penyerta
umur lebih besar dari 81 tahun berjumlah 3 Persenta
pasien dengan persentase sebesar Golongan Nama Obat Jumlah se (%)
(3.57%).Secara teoritis, fungsional organ- (N=58)
organ tubuh akan menurun seiring dengan Biguanid Metformin 10 17.24%
bertambahnya umur. Hal tersebut Sulfonilurea Glimepiride 3 5.17%
merupakan salah satu factor yang Glibenklamid 5 8.62%
mempengaruhi terjadinya Hipertensi dan Kombinasi Metformin+G
37 63.80%
Diabetes Mellitus pada pasien lanjut usia. limepiride
Metformin+G
3 2.17%
libenklamid
D. Pembahasan
Pengolahan dan analisis data dilakukan TOTAL 5 1
dengan tahapan pemeriksaan kebenaran dan 8 00%
kelengkapan data, pemberian kode, tabulasi dan
Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 39
Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

Penggunaan obat Diabetes Melitus tunggal Dosis Dosis


Jumla
Tepat Persenta
yang paling banyak digunakan di Puskesmas Jenis Obat h
Standar Terapi Dosis se (%)
Karang Taliwang yaitu Golongan Biguanid Pasien
(metformin). Persentase penggunaan obat DA: 1x10m 46 46 100%
Metformin yaitu 17.24% dengan jumlah pasien 2,5mg g
(1xseha 1x5mg 20 20 100%
sebanyak 10 pasien. Kemudian persentase Amlodipine
ri)
penggunaan obat Glibenklamid yaitu 8,62% DMaks:
dengan jumlah pasien sebanyak 5 pasien dan 10 mg
persentase penggunaan obat Glimepirid yaitu DA: 2x25m 19 19 100%
5,17% dengan jumlah pasien yaitu 3 pasien. 50mg g
Penggunaan obat diabetes melitus dengan (2x
kombinasi yang paling banyak digunakan yaitu sehari)
golongan biguanid dan sulfonilurea (metformin DMaks:
Captopril
dan glimepirid) dengan persentase yaitu 63.80% 150-
dengan jumlah pasien yaitu 37 pasien. Dan 200mg
(terbagi
persentase penggunaan Metformin dan
dalam 2
Glibenklamid yaitu 2,17% dengan jumlah pasien dosis)
sebanyak 3 pasien.
Tabel 4.5 Ketepatan Dosis Obat
c. Evaluasi Penggunaan Obat
1) Kesesuaian Dosis Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Pengobatan Hipertensi Dan DM Karang Taliwang.
Tipe 2 dikatakan tepat dosis jika Jenis Obat Dosis Dosis Juml Tepat Persenta
Standar Terapi ah Dosis se (%)
diberikan dengan standarnya.Terapi ini
Pasie
dalam pemberian dosis obat harus n
mempertimbangkan kondisi keadaan Metformin DA: 1x500 2 2 100%
dari fungsi organ tubuh. Ketepatan dosis 500mg mg
pada 84 rekam medik pasien (2x1) 2x500 34 34 100%
(Hipertensi) dan 58 rekam medik pasien DMaks: mg
(DM Tipe 2) menunjukan 100% tepat 2550mg 3x500 16 16 100%
dosis. (terbag mg
Kriteria tepat dosis diperoleh i3
dengan menghubungkan antara dosis dosis)
yang diberikan pada pasien Hipertensi Glimepirid DA: 1- 1x2mg 40 40 100%
2mg (1x
dan DM Tipe 2 di Puskesmas Karang
sehari)
Taliwang. Berikut merupakan tabel DMaks:
perbandingan dosis obat antihipertensi 8mg (1x
menurut JNC VII dengan dosis obat sehari)
yang digunakan oleh pasien Hipertensi. Dari hasil tabel diatas untuk menentukan
Tabel 4.3 Dosis Obat Antihipertensi ketepatan kesesuaian dosis yaitu dengn
menurut JNC VII, 2003 membandingkan dosis maksimal dan minimal
(dosis standar).Amlodipin Dosis Awal: 2,5 mg,
Golongan Nama Dosis Lazim Frekuensi Dosis Maksimal: 10 mg dosis terapi yang
Obat (mg/hari) Pemberian diberikan di Puskesmas Karang Taliwang yaitu
ACEI Captopril 25-100 2X1
1 x 10mg dengan jumlah pasien 46 dan 1 x 5mg
Diuretik HCT 12,5-50 1X1
dengan jumlah pasien 20. Captopril Dosis Awal
Thiazid
CCB Amlodipine 2,5-10 1X1 : 50mg, Dosis Maksimal 150-200mg dosis terapi
β Βlocker Bisoprolol 2,5-10 1X1 yang diberikan yaitu 2x25mg dengan jumlah
Nitrat ISDN 5-40 3X1 pasien 19. Metformin Dosis Awal: 500mg,
Tabel 4.4 Ketepatan Dosis Obat Dosis Maksimal: 255mg dosis terapi yang
diberikan yaitu 1x 500mg dengan jumlah pasien
di Puskesmas Karang
Antihipertensi
5, 2x500mg dengan jumlah pasien 34, dan
Taliwang. 3x500mg dengan jumlah pasien 16. Glimepirid
Dosis Awal: 1-2mg, Dosis Maksimal 8mg, dosis

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 40


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

terapi yang diberikan yaitu 1x2mg dengan Sulfnilure Glimepir


jumlah pasien 40. Berdasarkan dosis terapi yang a ide
diberikan bahwa dosis yang diberikan tidak Total 58RM Tepat
melebihi dari dosis maksimal. Berdasarkan table diatas, terapi
2) Kesesuaian Cara Minum Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan
Ketepatan cara minum obat kepada pasien adalah golongan CCB. Golongan CCB yang
untuk mencapai efek dengan baik dan pada digunakan pada terapi antihipertensi yaitu
waktu yang tepat. Cara minum obat ini amlodipin. Pemberian amlodipin lebih tinggi
disesuaikan dengan keadaan pasien. dari pada captopril, hal ini dikarenakan Calcium
Berdasarkan data rekam medic pasien Channel Blocker(CCB) merupakan
didapatkan hasil 100% tepat cara minum antihipertensi yang bermanfaat untuk
obat.Terapi obat yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah pada penderita
hipertensi dan DM Tipe 2 dengan rute hipertensi (Sukandar dkk, 2010).
pemberian secara oral. Terapi Metformin pada pasien DM Tipe 2
Tabel 4.6 Tepat Cara Minum Obat merupakan antidiabetik oral pilihan pertama
No Terapi obat Penyakit Rute yang diberikan pada awal terapi. Metformin
Pemberian menjadi terapi awal karena dapat mengendalikan
1 Amlodipine Hipertensi Oral kondisi glikemia menjadi normal kembali serta
2 Captopril Hipertensi Oral menurunkan efek toksik glukosa dan dapat
3 Metformid Diabetes Oral memperbaiki fungsi sel β pada pancreas.
Melitus Terapi golongan sulfonilurea (glimepirid)
4 Glimepiride Diabetes Oral merupakan obat pilihan untuk penderita diabetes
Melitus dewasa baru dengan BB normal dan kurang.
3) Kesesuaian Obat Glimepirid memiliki waktu mulai kerja yang
Kesesuaian obat yang tepat dapat dilihat dari pendek dan waktu kerja yang lama, sehingga
diagnose dan indikasi yang tepat. Menentukan umum diberikan dengan cara pemberian dosis
kesesuaian obat yang tepat untuk pasien akan tunggal. Untuk pasien berisiko tinggi yaitu
mempengaruhi terapi yang dilakukan tercapai pasien lanjut usia pasien dengan gangguan ginjal
atau tidak. Ketepatan kesesuaian obat atau melakukan aktivitas berat dapat diberikan
Antihipertensi dan DM Tipe 2 sudah 100% obat ini (Soegondo, 2008).
tepat. 4) Tepat Pasien
Ketepatan Pasien adalah ketepatan
Tabel 4.7 Kesesuaian Obat pemilihan obat yang mempertimbangkan
Antihipertensi. keadaan pasien sehingga tidak menimbulkan
Golongan Nama Penyakit Jumlah Ket kontra indikasi kepada pasien secara individu.
obat Evaluasi ketepatan pasien pada penggunaan
ACE Hiperten antihipertensi dan diabetes mellitus dilakukan
Captopril 15 Tepat
Inhibitor si
dengan membandingkan kontraindikasi obat
Amlodipi Hiperten
CCB 65 Tepat yang diberikan dengan kondisi pasien menurut
n si
Captopril diagnosis dokter. Berikut tabel tepat pasien :
ACE Tabel 4.9 Tepat Pasien Antihipertensi
+ Hiperten
Inhibitor + 4 Tepat Penyakit Jenis Kontra Jumla Ketepat Persenta
Amlodipi si Obat Indikasi h an se
CCB
ne Pasie Pasien
TOTAL 84RM Tepat n
Hiperten Captopril Gangguan
Tabel 4.8 Kesesuaian Obat Diabetes si Fungsi Hati
Mellitus. Dan Ginjal,
15 15 100%
Golongan Nama Penyakit Jumlah Ket Wanita
obat Hamil Dan
Menyusui
Metformi Diabetes Amlodipi Gangguan
Biguanid 13 Tepat
n Mellitus ne Fungsi Hati
Sulfunilur Glimepir Diabetes Dan Ginjal,
5 Tepat 65 65 100%
Wanita
ea ide Mellitus Hamil Dan
Biguanid Metformi Diabetes Menyusui
40 Tepat
+ n+ Mellitus Captopril Gangguan 4 4 100%

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 41


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

+ Fungsi Hati Tabel 4.12Ketepatan Indikasi pasien DM


Amlodipi Dan Ginjal,
ne Wanita Tipe 2.
Hamil Dan No Indikasi Nama Obat Jumlah Persentasi
Menyusui 1. Biguanid Metformin 13 100%
Hipersensiti
v Terhadap 2. Sulfunilu Glimepirid
5 100%
Dihidropiridi rea e
ne 3 Biguanid Metformin
Total 84 84 100% + +
Tabel 4.10 Tepat Pasien Diabetes Melitus. 40 100%
Sulfunilu Glimepirid
Penyak Jenis Obat Kontra Jumla Ketepata Persentas rea e
it Indikasi h n Pasien e
Pasien Total 58 100%
Diabete Glibanclami Ganggua Pengobatan yang diberikan kepada 84
s d n fungsi sampel pasien Hipertensi dan 58 sampel pasien
Melitus hati dan
Ginjal, 5 5 100% DM telah sesuai dengan diagnosis dan
Wanita pemilihan terapi yang tertera pada rekam medik.
Menyusu
si
Terapi yang diindikasikan untuk pasien
Metformin Wanita Hipertensi yaitu golongan ACE inhibitor
Hamil, (captopril), golongan CCB (amlodipin). ACEI
Wanita
Menyusui merupakan obat yang digunakan untuk
13 13 100%
, mengobati penyakit Hipertensi. Mekanisme
Ganggua kerjanya adalah menghambat perubahan
n Ginjal
Dan Hati angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana
Metformin Wanita Angiotensin II adalah vasokontruksi poten yang
+ Hamil, juga merangsang sekresi aldosteron. Sedangkan
Glimepiride Wanita
Menyusui golongan CCB (Calcium Channel
40 40 100%
, Blockers)amlodipine bekerja dengan cara
Ganggua
n Ginjal
menghambat ion kalsium masuk kedalam
Dan Hati vaskularisasi otot polos dan otot jantung
Total 58 58 100% sehingga mampu menurunkan tekanan darah
Berdasarkan tabel diatas, persentase (Lakshmi, 2012).
ketepatan pasien Hipertensi dan Diabetes Dan terapi yang diindikasikan untuk pasien
Melitus di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas DM yaitu obat antidiabetes golongan biguanid
Karang Taliwang sudah 100% tepat. (metformin) dan sulfonilurea (glimepirid,
5) Tepat Indikasi glibenklamid). Metformin yang termasuk
Tepat indikasi merupakan pemberian obat kedalam golongan biguanid bekerja
yang sesuai dengan ketepatan diagnosis dan memperbaiki sensitivitas insulin, menghambat
keluhan dari pasien .Ketepatan ini dilihat dari pembentukan glukosa dalam hati, dapat
pemberian obat antidiabetik oral dan obat menurunkan kolestrol LowDensity Lipoprotein
antihipertensi berdasarkan diagnosis yang di (LDL) dan trigliserida serta berdaya menekan
tetapkan oleh dokter pada berkas rekam medik. nafsu makan sehingga menjadi obat pilihan
Hasil ketepatan indikasi terhadap 84sampel utama (Siregar, 2005).
pasien Hipertensi dan 58 sampel pasien DM Sulfonilurea merupakan golongan obat
menunjukkan 100% tepat indikasi. antidiabetik oral yang dapat menurunkan kadar
Tabel 4.11 Ketepatan indikasi pasien glukosa darah pada 85-90% pasien diabetes
Hipertensi. mellitus, tetapi hanya efektif apabila sel-sel β
No Indikasi Nama Obat Jumlah Persentasi Langerhans Pangkreas masih dapat
1. ACE Captopril memproduksi insulin (Depkes, 2005).
15 100%
Inhibitor
2. CCB Amlodipin 65 100%
KESIMPULAN DAN SARAN
3 ACE Captopril +
A. Kesimpulan
Inhibitor Amlodipine 4 100%
+ CCB Evaluasi penggunaan obat Antihipertensi dan
Total 84 100% anti Diabetes Mellitus (Oral) di Instalasi Rawat
Jalan Puskesmas Karang Taliwang sudah sesuai
dengan ketentuan evaluasi penggunaan obat
Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 42
Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

ditujukan dengan evaluasi tepat kesesuaian dosis, Greene, R.J., 2000, Phatology and Therapeutics For
tepat cara minum obat, tepat kesesuaian obat, tepat Pharmacist A Basic For Clinical Pharmacy
pasien, dan tepat indikasi menunjukkan persentase Practice, 2nd Edition, Pharmaceutical Press
kesesuaian 100%. London.
B. Saran InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kesehatan RI Depkes.[online] Availabe
evaluasi Drug Related Problem (DRP) at:http://www.depkes.go.id/resources/download/
terapi DM Tipe 2 komplikasi hipertensi. pusdatin/infodatin/infodatin-
2. Mengingat pentingnya penurunan risiko hipertensi.pdf[diunduh minggu 12 oktober 2014]
terjadinya komplikasi dari sDiabetes Kaplan, NM, dan Stamler, J., 1991. Hipertensi dan
mellitus komplikasi hipertensi, maka perlu Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC,
adanya informasi secara tepat kepada pasien Jakarta.
tentang kepatuhan dalam pengobatan. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar;
3. Diharapkan pentingnya informasi mengenai RISKESDAS.Balitbang Kemenkes RI, Jakarta.
obat yang diberikan untuk pasien, terutama Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat
DM dan hipertensi serta penyakit lainnya. Data dan Informasi Kemeterian Kesehatan RI
Situasi Kesehatan Remaja. 2015.
DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif., 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Agusta, Andria., 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Edisi 3. Media Aesculapius, Jakarta.
Tropika Indonesia. ITB Press, Bandung. Misnadiarly, 2006, Diabetes Melitus Gangrem
Amiruddin, Ridwan. 2007. Epidemiologi DM dan Ulcer, Infeksi, Mengenali Gejala,
IsuMutakhirnya.http://ridwanamiruddin.com/20 Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi,
07/12/10/epidemiologi-dm-dan-isumutakhirnya/ Pustaka Obor Popular, Jakarta, Indonesia.
Arief, I. 2008. Hipertensi :Faktor Resiko dan Murdiana, H. E. 2007. Tesis :Evaluasi penggunaan
Penatalaksanaanya. Diakses tanggal 30 Agustus obat antihipertensi pada pasien Diabetes
2013, dari http://www.pjnhk.go.id. Mellitus tipe 2 di rawat jalan RS Dr. Muwardi
Arisman., 2011. Diabetes Melitus. EGC, Jakarta Surakarta. Universitas Gadjah Mada,
Indonesia. Yogyakarta.
Aulia,. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Notoatmojo, Soekidjo, 2012. Promosi kesehatan dan
Modern.Kanisius, Yogyakarta. prilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Azrul,Azwar. 1996.Pengantar Administrasi Parkeni.2011, Konsensus Pengelolaan dan
Kesehatan. Edisi Ketiga. Binarupa Aksara. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Cipolle R.J, 2004. Pharmaceutical Care Practice Indonesia.Perkumpulan Endokrinologi Nasional
The Clinician’s Guide, 2nd ed., McGraw-Hill Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Education, New York. Pranoto, A., 2003. Konsensus Diabetes Melitus,
Coppel, K.,2008,Medication Adherence amongst Nakah Lengkap Symposium Practical Approach
People with Less than Ideal Glycaemic Control- in the management of Diabetes Complication,
the Lifestyle Over and above Drugs in Diabetes Indonesia.
(LOADD study): Diabetes Research and Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar
Clinical Practice; 79,572. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Elizabeth J,Corwin., 2009. Buku Saku Patofisologi. Praktik.Edisi 4. EGC, Jakarta.
Edisi 3. EGC, Jakarta. Price, S.A. & Wilson, L.M. 2012, Patofisologi
Damayanti R.S., 2003. Childhood obesity : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Edisi
evaluation and management. Dalam Soebagijo 6.EGC, Jakarta, Indonesia.
A., Sri M., Askandar T., Hendromartono., Ari Renatasari, A.D. 2008, ‘Evaluasi Penggunaan Obat
S., Agung P., eds. Naskah Lengkap National Anti Hipertensi pada Penderita Hipertensi
Obesity Simposium II 2003. Surabaya: ISSN h. dengan Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap
123-37. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Ashari
DepkesDirjen Binfar RI. 2006, Pharmaceutical Pemalang Tahun 2008’, Skripsi , S.Farm.,
Care untuk Penyakit Hipertensi Direktorat Farmasi, Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Surakarta, Surakarta Indonesia.
Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia, Samoh, Waneesa. (2014). Evaluasi Ketetapan Obat
Jakarta Indonesia. dan Dosis pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 43


Volume 3. No. 1 – April 2019
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365
lppm-politeknikmfh@gmail.com

dengan Komplikasi Hipertensi Di Rumah Sakit Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
"X" Surakarta Periode Januari-April FKUI, Depok.
2014.Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sani, A., 2008. Hypertension; Current Perspective.
Medya Crea, Jakarta.
Setter, S.M., White, J.R & Campbell, R.K. 2000,
DiabetesIn: Hefindal, E.T. and Gourley, D.R.
(Eds.), Texsbook Of Therapeutics Drug and
DiseaseManagement, 7th Edition, Lippincott
Williams and Wilkins, Philadelphia, USA.
Stumvoll, M,.1995, effects of metformin in non-
insulin-dependent Diabetes Melitus,
NEJM.333:550-554.
Sukandar, E.Y..,2010, ISO Farmakoterapi, PT ISFI
Penerbitan, Jakarta, Indonesia.
Tambayong Jan. 2009.Patofisiologi Untuk
Keperawatan.EGC, Jakarta.
Tandra, H., 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda
Ketahui Tentang Diabetes. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Taufan, Nugroho.,2011. Anatomi fisiologi Jantung
dan Pembuluh Darah. ECG, Jakarta.
Tejokroprawiro, 1994 ,Diabetes Meletus, Surabaya,
Indonesia.
Tjay, T.H & Raharja, K., 2007.Obat-Obat
Penting.Edisi ke 5. Cetakan Pertama.PT. Elex
Media Komputindo, Kelompok Gramedia,
Jakarta, Indonesia.
U.K. Prospective Diabetes Study Group. 1998, The
Insidence of Myocardial Infarction in White,
South Asian, and Afro-Caribbean Patients with
Type 2 Diabetes (U.K. Prospective Diabetes
Study 32), Diabetes care, 21 : 1271-1277.
Waspadji S., Suryono S., Sukardji K., 2010.
Pengkajian Status Gizi Studi Epidemologi dan
Penelitian di Rumah Sakit edisi II. Balai
Penerbit FKUI Jakarta, Jakarta.
WHO & MSH. 2003. Drug and Therapeutics
Commite, APractical World Health Orgnization
& Management Science For Health, Geneva,
Switzerland.
WHO.2013. About cardiovascular disyases. Word
Healt Organization. Geneva. Cited july 15 th
2014. Available from URL :
http://www.who.int/cardiovascular
_disiases/about_cvd/en/accessed on.
WHO (World Health Organization). A global brief
on hypertension: silent killer, global public
health crisis. 2015.
Yogiantoro.2009. Hipertensi Esensial dalam Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Pusat

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 44


Volume 3. No. 1 – April 2019

Anda mungkin juga menyukai