Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

PEMIKIRAN POLITIK IBNU TAIMIYYAH


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Fiqih Syiasah
Dosen Pengampu : Muhammad Ichrom

Disusun Oleh :
Suryono : (1602036067)
Taufiq A.R : (1602036068)
M.Baqiyyatus Salafis Shofi : (1402036069)
Fajar M. Andhika.F : (1602036070)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan Agama yang kuat para pemeluknya ada dimana-mana, tidak
bisa dipungkiri kemajuan terbesar abad ini pun tidak bisa terlepas dari para tokoh
pemikir Islam pada masa sebelumnya, banyak sekali sendekiawan-cendekiawan
muslim yang mengerahkan segala kemampuan akal, tenaga,pikiran untuk kemajuan
sebuah Bangsa, Negara. Salah satu dari sekian banyak cendekiawan Muslim adalah
Ibnu Taimiyah, beliau berasal dari Syuriah, seorang kritikus kenegaraan yang
mempunyai prinsip politik yang kuat tak mudah goyah walaupun selalu
tmendapatkan intervensi dari kalangan pemerintah pada waktu itu.
Beliau selalu memikirkan kemajuan Rakyat dan Negara lewat kritikan-
kritikanya, rasa ghirah nya pun balance, tidak ada kefanatikan pada satu pihak, beliau
selalu objektif dalam memecahkan suatu masalah, itulah Ibnu Timiyah, seorang
pemikir Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibnu Taimiyah?
2. Apa pemkiran politik Ibnu Taimiyah?
3. Apa saja tanggung jawab pemimpin menurut Ibnu Taimiyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Ibnu Taimiyah.
2. Untuk mengetahui apa pemkiran politik Ibnu Taimiyah.
3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab pemimpin menurut Ibnu Taimiyah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biorgafi Ibnu Taimiyah


Taqiiudin Ahmad Ibnu Taimiyah dilahirkan pada tahun 661 H atau (1263 M)
di Harran, Syuria dari kalangan cendekiawan dan teolog yang terkenal. Sebanarnya
Taimiyah adalah nama keluarga, namun tidak diketahui apakah keluarga tersebut
berasala dari arab atau bukan. Mungkin sekali merreka adalah orang kurdi. Orang
kurdi terkenal dengan kegagah beranian, kekerasan, integritas moral yang tinggi dan
kecerdasannya.
Orang tua dan sanak kelurganya menetap di Damaskus maka disitu pula lah
Ibnu Taimiyah mendapat pendidikanya. Ayahnya Syihabuddin, adalah seorang guru
Hadits dan pengkutbah yang terkenal dimasjid besar Damaskus. Disamping itu
pamannya bernama Fahrudin adalah seorang cendekiawan dan penulis yanng
termashur. Oleh karena itu Taimiyah memperoleh pendidikan disekolah ayahnya
sendiri dan dilingkungan keluarganya sendiri yang secara turun temurun merupakan
tokoh-tokoh cerdik pandai. Ia juga belajar dari cendekiawan terkemuka dikota
Damaskus pada masa itu. Studi-studinya tidak hanya terbatas pada Al-Qur’an, Hadis
dan fiqih. Ia juga mempelajari dan menjadi ahli dibidang-bidang matematika, sejarah,
dan kesusastraan. Secara khusus ia mempelajari hukum dari mahzab Hambali dimana
ayahnya merupakan tokoh yang penting.
Ibnu taimiyah baru saja menyelesaikan pendidikannya pada waktu ayahnya
meninggal dunia ( 682 H). Ketika ia baru berusia 21 tahun. Ksetahun kemudian
jabatan maha guru dibidang hadis dipegang oleh ayahnya di berbagai madrasah
terkemuka dikota damaskus diserahkan kepadanya enak dalam waktu yang singkat
namanya menjadi termansyur melebihi ahli-ahli hadit lain yang terkemuka pada masa
itu. Nama ibnu Taimiyah sering disebut dan dihirmati di dalam lingkungan-
lingkungan intelektual, baik didalam daerah kekuasaan raja-raja Mamluk maupun
diluarnya.1
Ibnu Taimiyah menghabiskan hidupnya sebagai kritikus agama diwilayah
Mamluk di Mesir dan di Syuriah. Misinya adalah menyebarkan makna syarian yang
benar. Ia sangat gigih menentang gerakan tasawuf dan kristen, terus menerus terlibat
dalam kontroversi dengan ulama syiah, menyerang segala sesuatu yang bersifat
bid’ah dan mengeritik rekan-rekanya para ulama suni yang lemah.2

B. Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah


Pemikiran Politik Ibn Taimiyah berpendapat bahwa mengatur urusan umat
memang merupakan bagian dari kewajiban agama yang terpenting, tetapi hal ini tidak
berarti pula bahwa agama tidak dapat hidup tanpa negara. Karenanya, Ibn Taimiyah
menolak ijma' sebagai landasan kewajiban tersebut. Berbeda dengan Al-Mawardi, Ibn
Taimiyah menggunakan pendekatan sosiologis. Menurutnya, kesejahteraan manusia
tidak da- pat tercipta kecuali hanya dalam satu tatanan sosial di mana setiap orang
saling bergantung pada yang lainnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan seorang pemimpin
yang akan mengatur kehidupan sosial tersebut Jadi, bagi Ibn Taimiyah, penegakan
imamah bukanlah merupakan salah satu asas atau dasar agama, melainkan hanya
kebutuhan praktis.

1
Qamaruddin khan, Pemikiran Politik ibnu taymiyah, (Bandung:PUSTAKA,1983), hal.10-16
2
Terjemahan dari The History of Islamic Poltical Thought: From The Prophet to The Present,
karangan Anthony Black, terbitan Edinburgh University Press, 2001

Anda mungkin juga menyukai