LP Post Fraktur
LP Post Fraktur
Dosen Pembimbing:
V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.M.Pd
Disusun Oleh:
Nim : P07120221005
FRAKTUR
Pelepasan Histamin
Perubahan Jaringan Kerusakan Frakmen
Sekitar Tulang
Merangsang Nosiseptor
(reseptor nyeri)
Tekanan Sumsum Tulang
Pergeseran Fragmen Laserasi Kulit > Tinggi Dari Kapiler
Tulang
Nyeri Akut
Reaksi Stres Klien
Deformita Putus Vena/ Arteri
s
Melepaskan Ketekolamin
Gangguan Fungsi Perdarahan
Ekstermitas
Memobilisasi Asam
Kehilangan Lemak
Gangguan Volume Cairan
Mobilitas Fisik
Berhubungan Dengan
Risiko Syok Trombosit
Risiko Infeksi
Emboli
e. Gejala Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), manifestasi klinik dari faktur yaitu:
a) Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan
dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b) Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan
extravasi daerah di jaringan sekitarnya, atau sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti
fraktur.
c) Memar/ekimosis
d) Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya, atau
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
e) Pemendekan tulang
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai
2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
f) Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan saraf, dan terkenanya saraf karena edema.
g) Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. Paralysis dapat terjadi
karena kerusakan saraf.
h) Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi
pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
i) Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
j) Deformitas / Perubahan bentuk
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk
normalnya.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi permukaan patahan
saling terdesak satu sama lain.
Menurut Long ada beberapa terapi yang digunakan untuk pada pasien fraktur antara lain:
a) Debridemen luka untuk membuang kotoran, benda asing, jaringan yang rusak dan
tulang yang nekrose
b) Memberikan toksoid tetanus
c) Membiakkan jaringan
d) Pengobatan dengan antibiotic
e) Memantau gejala osteomyelitis, tetanus, gangrene gas
f) Menutup luka bila tidak ada gejala infeksi
g) Reduksi fraktur
h) Imobilisasi fraktur
i) Kompres dingin boleh dilaksanakan untuk mencegah perdarahan, edema, dan nyeri
j) Obat penawar nyeri.
h. Komplikasi
a) Komplikasi Awal
1. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis
bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Kompartement Syndrom
Sindrom kompartemen berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani
segera. Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otor
kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Biasanya pasien akan merasa nyeri
pada saat bergerak. Ada 5 tanda syndrome kompartemen, yaitu : pain (nyeri), pallor (pucat),
pulsesness (tidak ada nadi), parestesia (rasa kesemutan), dan paralysi (kelemahan sekitar lokasi
terjadinya syndrome kompartemen)
3. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika
gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang
rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari
sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah,
marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
4. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi
dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis
avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai
fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari
sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi
dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia
keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting.
Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri
yang menetap pada saat menahan beban
6. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
7. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa
exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam
tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi,
luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi
karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki
risiko osteomyelitis yang lebih besar
b) Komplikasi Dalam Waktu Lama
1. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
2. Non Union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang – kadang dapat
terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan non union
adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
3. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi
atau pergeseran.
i. Penatalaksanaan Fraktur
a) Penatalaksanaan secara umum.
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah
terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk
mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam,
komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat
dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi
rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain
memudahkan proses pembuatan foto.
b) Penatalaksanaan kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur dan
berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk
mengimobilisasi bagain tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami
cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus
disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.
Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan
perdarahan lebih lanjut. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan
menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat
penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera
diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian
dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan
dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai
bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau
lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk
menntukan kecukupan perfusi jaringan perifer. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut
bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali
melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah
bidai sesuai yang diterangkan diatas. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap.
Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera.
Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai
digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
c) Penatalaksanaan bedah ortopedi
Banyak pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal harus menjalani pembedahan untuk
mengoreksi masalahnya. Masalah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi fraktur, deformitas,
penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran darah (mis; sindrom
komparteman), adanya tumor. Prpsedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi
Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation). Berikut
dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortoped dan indikasinya yang lazim dilakukan:
1. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah
terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin
logam.
3. Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki
penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4. Amputasi : penghilangan bagian tubuh
5. Artroplasti : memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang memungkinkan ahli
bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi
terbuka
6. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak
7. Penggantian sendi : penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
8. Penggantian sendi total : penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi dengan logam
atau sintetis.
9. Transfer tendo : pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki fungsi
10. Fasiotomi : pemotongan fasia otot untuk menghilangkan konstriksi otot atau mengurangi
kontraktur fasia.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut
atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,
dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala
nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu
dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain
itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama
tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit
paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga
diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
6) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium
atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan
mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Kaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada
pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat
tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan
beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada
indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.
Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
(1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.
(2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya
akut.
(3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
2) Pemeriksaan Head to Toe
(1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
(2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
(3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
(4) Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak
ada lesi, simetris, tak oedema.
(5) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)
(6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
(7) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(8) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
(9) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
(10) Paru
(a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
(b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan
ronchi.
(11) Jantung
(a) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
(b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(12) Abdomen
(a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(c) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
(d) Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
(13) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
3) Keadaan Lokal
1. Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).
b. Cape au lait spot (birth mark).
c. Fistulae.
d. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
e. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
f. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
g. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2. Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral
(posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah,
baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
a. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time
€ Normal < 3 detik“
b. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
c. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau
distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan
atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada
benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3. Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas
dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu,
agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik.
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang
dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
2. Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan integritas struktur tuang, perubahan metabolisme,
ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot,
keterlambatan perkembangan, kekuatan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan muskloskeletal,
gangguan neuromuskular, indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek agen
farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpampar informasi tentang aktivitas fisik,
kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakan, gangguan sensori persepsi d.d
megeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun,
nyeri sat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan
tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.
2 Gangguan Integritas Kulit / jaringan
SDKI ( D.0129)
Gangguan integritas kulit/jringan b.d perubahan sirkulasi, perbahan status nutrisi (kelebihan atau
kekurangan), kekurangan/kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu
lingkungan yang ekstream, faktor mekanis ( mis. Penekanan pada penonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi) ,efek samping terapi radiasi,
kelembaban, proses penuaan, neuropati perifer, perubahan pigmentasi, perubahn hormonal, kurang
terpapar infomasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringn d.d kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit,nyeri, perdaran, kemerahan, hematom
3 Risiko Infeksi
SDKI (D.0142)
Risiko infeksi d.d Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus), efek prsedur invasif, malnutrisi,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
(gangguan peristaltik, kerusakan integritas klit, perubahan sekresi pH, penurun kerja siliaris, ketuban
pecah lama , ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh ), ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder : ( penurunan hemoglobin, imununosupres, leukopenia, supresi respon
inflamasi, vaksinasi tidak adekuat)
4 Risiko Syok
SDKI (D. 0039)
Risiko syok d.d hipoksemia, hipoksia, hipotensi, kekurangan volume cairan, sepsis, sindrom respons
inflamasi sistmik (systemic inflamatory response syndrome [SIRS]
Perfusi perifer tidak efektif b.d Hiperglikemia, penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan
tekanan darah, kekurangan volume cairan, penurunan aliran ateri dan/atau vena, kurang terppar
informasi tentang faktor pemberat (mis. Merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas), kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. Dibtes melitus,
hiperlipidemia), kurang aktivitas fisik d.d Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kuli pucat, tugor kulit menurun, parastesia, nyeri ekstremitas
(klaudikasi intrmiten), edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial <0,90, bruit femoral
6 Nyeri Akut
SDKI (D.0077)
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera
kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakat,
terpotong, mengangkat bert, prosedur oprasi, trauma, latihan fisik berlebihan ) d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diafresis.
3. Rencana Keperawatan
Observasi : Observasi :
1. Identifikasi 1. Untuk
adanya nyeri mengidentifikasi
atau keluhan adanya nyeri atau
fisik lainnya keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi 2. Untuk
toleransi fisik mengidentifikasi
melakukan dalam mentoleransi
pergerakan fisik melakukan
3. Monitor ambulasi
frekuensi 3. Untuk memonitor
jantung dan frekuensi jantung dan
tekanan darah tekanan darah sebelum
sebelum memulai ambulasi
memulai 4. Monitor kondisi
mobilisas umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik : Terapeutik :
1. Fasilitasi 1. Memfasilitasi aktivitas
aktivitas ambulasi dengan alat
mobilisasi bantu (mis. Tongkat,
dengan alat kruk)
bantu (mis. 2. Memfasilitasi
Pagar tempat melakukan mobilitas
tidur ) fisik, jika perlu
2. Fasilitasi 3. Melibatkan keluarga
melakukan untuk membantu
pergerakan, jika pasien dalam
perlu meningkatkan
3. Libatkan ambulasi
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tujuan 1. Agar mengetahui
dan prosedur tujuan prosedur
mobilisasi ambulasi
2. Anjurkan 2. Agar bisa melakuakn
melakukan ambulasi dini
mobilisasi dini 3. Agar bisa melakukan
3. Ajarkan ambulasi sederhana
mobilisasi yang harus dilakukan
sederhana yang
harus dil,akukan
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
korsi)
2 Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Integritas
Integritas Kulit / Jaringan Kulit
jaringan SLKI (L.14125) SIKI (I.11353)
SDKI ( D.0129)
Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
Gangguan intervensi keperawatan 1. Identivikasi 1. Untuk
integritas selama ...x... jam maka penyebab mengidentifikasi
kulit/jringan b.d diharapkan integritas gangguan penyebab gangguan
perubahan kulit dan jaringan integritas kulit integritas kulit (mis.
sirkulasi, perbahan meningkat dengan (mis. Perubahan Perubahan sirkulasi ,
status nutrisi kriteria hasil : sirkulasi, perubahan status
(kelebihan atau 1. Elastisitas perubahan status nutrisi, penurunan
kekurangan), meningkat nutrisi, kelembaban, suhu
kekurangan/kelebi 2. Hidrasi penurunan lingkungan ekstrem,
han volume cairan, meningkat kelembaban, penurunan mobilitas)
penurunan 3. Perfusi jaringan suhu lingkungan
mobilitas, bahan meningkat ekstrem,
kimia iritatif, suhu 4. Keruskan jaringan penurunan
lingkungan yang menurun mobilitas)
ekstream, faktor 5. Kerusakan lapisan
mekanis ( mis. kulit menurun Terapeutik : Teraputik :
Penekanan pada 6. Nyeri menurun 1. Ubah posisi tiap 1. Mengubah posisi tiap
penonjolan tulang, 7. Perdarahan 2 jam jika tirah 2 jam jika tirah baring
gesekan) atau menurun baring 2. Melakukan pemijatan
faktor elektris 8. Kemerahan 2. Lakukan pada area penonjolan
(elektrodiatermi, menurun pemijatan pada tulang, jika perlu
energi listrik 9. Hemtoma area penonjolan 3. Membersihkan
bertegangan menurun tulang, jika perlu parineal dengan air
tinggi) ,efek 10. Pigmentasi 3. Bersihkan hangat, terutama
samping terapi abnormal parineal dengan selama periode diare
radiasi, menurun air angat, 4. Menggunakan produk
kelembaban, 11. Jaringan terutama selama berbahan petrolium
proses penuaan, parutmenurun periode diare atau minyak pada kulit
neuropati perifer, 12. Nekrosis menurun 4. Gunakan produk kering
perubahan 13. Abrasi kornea berbahan 5. Menggunakan produk
pigmentasi, menurun petrolium atau berbahan ringan/alami
perubahn 14. Suhu kulit minyak pada dan hipoalergik pada
hormonal, kurang membaik kulit kering kulit
terpapar infomasi 15. Sensasi membaik 5. Gunakan produk 6. Menghindari produk
tentang upaya 16. Tekstur membaik berbahan berbahan dasar alkohl
mempertahankan/ 17. Pertumbuhan ringan/alami dan pada kulit kering
melindungi rambut membaik hipoalergik pada
integritas jaringn kulit sensitif
d.d kerusakan 6. Hindari produk
jaringan dan/atau berbahan dasar
lapisan kulit,nyeri,
perdaran, alkohol pada
kemerahan, kulit kering
hematoma
Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan 1. Menganjurkan
menggunakan menggunakan
pelembab (mis. pelembab (mis.
Lotion, serum) Lotion, serum)
2. Anjurkan 2. Menganjurkan
minum air yang minum air yang cukup
cukup 3. Menganjurkan
3. Anjurkan meningkatkan asupan
meningkatkan nutrisi
asupan nutrisi 4. Menganjurkan
4. Anjurkan meningkatkan asupan
meningkatkan buah dan sayur
asupan buah dan 5. Menganjurkan
sayur menghindari terpapar
5. Anjurkan suhu ekstrem
menghindari 6. Menganjurkan
terpapar suhu menggunakan tabur
ekstrem surya SPF minimal 30
6. Anjurkan saat berada di luar
menggunakan rumah
tabir surya SPF 7. Menganjurkan mandi
minimal 30 saat dan menggunakan
berada di luah sabun secukupnya
rumah
7. Anjurkan mandi
dan
menggunakan
sabun
secukupnya
Perawatan Luka
SIKI (I.14564)
Observasi : Observasi :
1. Mnitor 1. Memonitr karakterisik
karakteristik luka
luka (mis. 2. Memonitor tanda-
Drainase, warna, tanda infeksi
ukuran,bau)
2. Monitor tanda-
tanda infeksi
Terapeutik : Terapeutik :
1. Lepaskan 1. Melepaskan balutan
balutan dan dan plaster secara
plaster secara perlahan
perlahan 2. Mencukur rmbut di
2. Cukur rambut di daerah luka, jika perlu
daerah luka , jika 3. Membersihkan dengan
perlu cairan NaCl atau
3. Bersihkan pembersih nontoksik,
dengan cairan sesuai kebutuhan
NaCl atau 4. Membersihkan
pembersih jaringan nekrotik
nontoksik, 5. Memberikan salep
sesuai yang sesuai kulit/lesi ,
kebutuhan jika perlu
4. Bersihkan 6. Memasang balutan
jaringan sesuai jnis luka
nekrotik 7. Mempertahankan
5. Berikan salep tknik steril saat
yang sesuai melakukan perawatan
kulit/lesi, jika luka
perlu 8. Mengganti
pembalutan sesuai
6. Pasang balutan jumlah eksudat dan
sesuai jenis luka drainas
7. Petahankan 9. Menjadwalkan
teknik steril saat perubahan posisi
melakukan setiap 2 jam atau
perawatan luka kondisi pasien
8. Ganti 10. Memberikan diet
pembalutan dengan kalori 30-
ssuai jumlah 35kkal/kgBB/hari dan
eksudat dan protein 1,25-
drainase 1,5g/kgBB/hari
9. Jadwalakan 11. Memberikan
perubahan posisi suplemen vitamin dan
setiap 2 jam atau mineral (mis. Vitamin
kondisi pasien A, Vitamin C, Zinc,
10. Berikan diet asam amino) sesuai
dengan kalori indikasi
30-35 12. Memberikan terapi
kkal/kgBB/hari TENS ( stimulasi saraf
dan protein transkutanneu), jika
1,25- perlu
1,5g/kgBB/hari
11. Berikan
suplemen
vitamin dan
mineral (mis.
Vitamin A,
Vitamin C, Zinc,
asam amino),
sesuai indikasi
12. Berikan terapi
TENS
(stimulasi saraf
transkutanneous
), jiak perlu
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tanda 1. Menjelaskan tanda
dan gejala dan gjala infksi
infeksi 2. Menganjurkan
2. Anjurkan mengkonsumsi
mengkonsumsi makanan tinggi kalori
makanan tinggi dan protein
kalori dan 3. Mengajarkan prosedur
protein perawatan luka secara
3. Ajarkan mandiri
prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Mengkolaborasi
prosedur prosedur debridement
debridement (mis. Ezimatik,
( mis.enzimatik, biologis, mekanis,
biologis, autolitik), jika perlu
mekanis, 2. Mengkolaborasi
autolitik) jika pemberian antibiotik,
perlu jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
3 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Manajmen
SDKI (D.0142) SLKI (L.14137) Imunisasi/Vaksinasi
SIKI (I. 14508)
Risiko infeksi d.d
Penyakit kronis Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
(mis. Diabetes intervensi keperawatan 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
melitus), efek samaama ...x... jam maka riwayat untuk
prsedur invasif, diharapkan tingkat mengetahuiriwayat
malnutrisi, inveksi menurun, dengan kesehatan dan kesehatan dan riwayat
peningkatan kritera hasil : riwayt alergi alergi
paparan organisme 2. Identifikasi 2. Mengidentifikasi
patogen 1. Kebersihan kontraindikasi untuk mengetahui
lingkungan, tangan meningkat pemberian kontarindikasi
ketidakadekuatan 2. Kebersihan badan imunisasi (mis. pemberian imunisasi
pertahanan tubuh meningkat Reaksi 3. Mengidentifikasi
primer: (gangguan 3. Demam menurun anafilaksis untuk mengetahui
peristaltik, 4. Kemerahan terhadap vaksin status imnisasi setiap
kerusakan menurun sebelumnya dan kunjungan ke
integritas klit, 5. Nyeri menurun atau sakit parah pelayanan kesehatan
perubahan sekresi 6. Bengkak menurun dengan atau
pH, penurun kerja 7. Vesikel menurun tanpa demam)
siliaris, ketuban 8. Cairan berbau 3. Identifikasi
pecah lama , busuk menurun statusimunisasi
ketuban pecah 9. Sputu berwarna setiap
sebelum waktunya, hijau menuun kunjungan ke
merokok, statis 10. Drainase purulen pelayanan
cairan tubuh ), menurun kesehatan
ketidakadekuatan 11. Piuria menurun
pertahanan tubuh 12. Period malaise Terapeutik : Terapeutik :
sekunder : menurun 1. Berikan 1. Memberikan suntikan
( penurunan 13. Periode menggil suntikan pada pada bayi di bagian
hemoglobin, menurun bayi di bagia paha anterolateral
imununosupres, 14. Letargi menurun paha 2. Mendokumentasikan
leukopenia, supresi 15. Gngguan kognitif anterolateral informasi vaksinisasi
respon inflamasi, menurun 2. Dokumentasika seperti tanggal
vaksinasi tidak 16. Kadar sel darah n informasi kadaluarsa dan nama
adekuat) putih membai vaksinisasi (mis. produsen
17. Kultur darah Nama produsen, 3. Menjadwalakn
membaik tanggal imunisasi pada waktu
18. Kultur urin kadaluwarsa) interval waktu yang
membaik 3. Jadwalkan tepat
19. Kultur sputum imunisasi pada
membaik
20. Kultur area luka interval waktu
membaik yang tepat
21. Kultur feses
membaik Edukasi : Edukasi :
22. Nafsu makan 1. Jelaskan tujuan, 1. Menjelaskan tujuan,
membaik manfaat, reaksi manfaat, reaksi yang
yang terjadi, terjadi, jadwal dan
jadwal dan efek efek samping
samping 2. Menginformasikan
2. Informasikan imunisasi yang
imunisasi yang diwajibkan
diwajibkan pemerintah (mis.
pemerintah (mis. Hepatitis B, BCG<
Hepatitis B , difteri, tetanus,
BCG, difteri, pertusis, H.influenza,
tetanus, pertusis, polio, campak,
H. Influenza, measles, rubela )
polio, campak, 3. Menginformasikan
measles, rubela) imunisasi yang
3. Infomasikan melindungi terhadap
imunisasi yang penyakit namun saat
melindungi ini tidak diwajibkan
terhadap pemerintah
penyakit namun 4. Menginformasikan
saat ini tidak vaksinasi untuk
diwajibkan kejadian khusus
pemerintah 5. Menginformasikan
(mis.influenza, penundaan pemberian
pneumokokus) imunisasi tidak brarti
4. Informsikan mengulang jadwal
vasinasi untuk imunisasi kembali
kejadian khusus 6. Menginformasikan
(mis. Rabies, penyedia layanan
tetanus) pekan imunisasi
nasional yang
5. Informasikan menyediakan vaksin
penundaan gratis
pemberian
imunisasi tidak
berarti
mengulang
jadwal imunisasi
kembali
6. Informasikan
penyedia
layanan pekan
imunisasi
nasional yang
menyediakan
vaksin geratis
Pencegahan Infeksi
SIKI (I. 14539)
Observasi : Observasi :
1. Monitor tanda 1. Memonitor tandan dan
dan gejala gejala infeksi lokal
infeksi lokal dan dan sistemik
sistemik
Terapeutik : Terapeutik :
1. Batasi jumlah 1. Membatasi jumlah
pengunjung pengunjung
2. Berikan 2. Memberikan
perawatan kulit perawatan kulit pada
pada area edema area edema
3. Cuci tangan 3. Mencuci tangan
sebelum dan sebelum dan sesudah
sesudah kontak kontak dengan pasien
dengan pasien dan lingkungan pasien
dan lingkungan 4. Mempertahankan
pasien teknik aseptik pada
4. Pertahankan pasien berisiko tinggi
teknik aseptik
pda pasien
berisiko tinggi
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tanda 1. Menjelaskan tanda
dan gejala dan gejala infeksi
infeksi 2. Mengajarkan cara
2. Ajarkan cra mencuci tangan
mencuci tangan dengan benar
dengan benar 3. Mengajarkan etika
3. Ajarkan etika batuk
batuk 4. Mengajarkan cara
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi
memeriksa luka atau luka oprasi
kondisi luka atau 5. Menganjurkan
luka oprasi meningkatkan asupan
5. Anjurkan nutrisi
meningkatkan 6. Menganjurkan
asupan nutrisi meningkatkan asupan
6. Anjurkan cairan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Berkolaborasi alam
pemberian pemberian imunisasi,
imunisasi, jika jika perlu.
perlu.
4 Risiko Syok Tingkat Syok Pencegahan Syok
SDKI (D. 0039) SLKI (L.03032) SIKI (I.02068)
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan 1. Menjelaskan
penybab/faktor penyebab/faktor risiko
risiko syok syok
2. Jelaskan tanda 2. Menjlaskan tanda dan
dan gejala awal gejala awal syk
syok 3. Menganjurkan melaor
3. Anjurkan jika menemukan /
melapor jika merasakan tanda dan
menemukan/mer gejala syok
asakan tanda dan 4. Menganjurkan
gejala awal syok memperbnyak asupan
4. Anjurkan cairan oral
memperbanyak 5. Menganjurkan
asupan cairan mengindari alergen
oral
5. Anjurkan
menghindari
alergen
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Berkolaborasi
pemberin IV , pemberian IV, jika
jika perlu perlu
2. Kolaborasi 2. Berkolaborasi
pemberian pemberian tranfusi
tranfusi darah, darah, jika perlu
jika perlu 3. Berkolaborasi
3. Kolaborasi pemberian
pemberian antiinflamasi, jika
antiinflamasi, perlu
jika perlu
Pemantauan Cairan
SIKI (I.03121)
Observasi : Observasi :
1. Monitor 1. Untuk memnitor
frekuensi dan frekuensi dan
kekuatan nadi kekuatan nadi
2. Monior 2. Untuk memonitor
frekuensi napas frekuensi napas
3. Monitor tekanan 3. Untuk memonitor
darah tekanan darah
4. Monitor berat 4. Untuk memonitor
badan berat badan
5. Monitor waktu 5. Untuk memonitor
pengisian waktuk pengisian
kapiler kapiler
6. Monitor 6. Untuk memonitor
elatisitas atau elastisitas atau tugor
tugor kulit kulit
7. Monitor jumlah, 7. Untuk memonitor
warna dan berat jumlah, warna, dan
jenis urine berat jenis urine
8. Monitor kadar 8. Untuk memonitor
albumin dan kadar albumin dan
protein total protein ttal
9. Monitor hasil 9. Untuk meonitor hasil
pemeriksan pemeriksaan
serum 10. Untuk memonitor
(mis.osmolaritas intake dan output
serum, cairan
hematokrit, 11. Untuk
natrium, kalium, mengidentifikasi
BUN) tanda-tanda
10. Monitor intake hipovolemia
dan output 12. Untuk
cairan mengidentifikasi
11. Identifikasi tanda-tanda
tanda-tanda hipovolemia
hipovolemia 13. Untuk
(mis. Frekuensi mengidentifikasi faktr
nadi meningkat, risiko
nadi teraba ketidakseimbangan
lemah, tekanan cairan
darah menurun,
tekanan nadi
menyemit, tugor
kulit menurun,
membram
mukosa kering,
volume urine
menurun,
hematokrit
meningkat,
haus, lemah,
konsentrasi urin
meningkat, berat
badan menurun
dalam waktu
singkat)
12. Identifikasi
tanda-tanda
hipevolemia
(mis. Dipsnea,
edema perifer,
edema anasarka,
JVP meningkat,
CVP meningkat,
refleks
hematojugular
positif, berat
badan menurun
dalam waktu
singkat)
13. Identifikasi faktr
risiko
ketidakseimban
gan cairan (mis.
Prosedur
pembedahan
mayor
trauma/perdarah
an, luka bakar,
aferesis,
obstruksi
intestinal,
peradangan
pankreas,
penyakit ginjal
dan kelenjar,
disfungsi
intestinal)
Terapeutik : Terapeutik :
1. Atur interval 1. Mengtur interval
waktu waktu pemantauan
pemantauan sesuai dengan kondisi
sesuai dengan pasien
kondisi pasien 2. Mendokumentasikan
2. Dokumentasik hasil pemantauan
an hasil
pemantauan
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tujuan 1. Menjelaskan tujuan
dan prosedur dan prosedur
pemantauan pemantauan
2. Informasikan 2. Menginformasikan
hasil hasil pemantauan, jika
pemantauan, perlu
jika perlu
Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan 1. Menganjurkan
berhenti berhenti merokok
merokok 2. Menganjurkan
2. Anjurkan berolahraga rutin
berolahraga 3. Menganjukan
rutin mengecek bat
3. Anjurkan penurunan tekanan
mengecek obat darah
penurun tekanan 4. Menganjurkan minum
darah, bat pengontrol tekanan
antikoagulan,da darah secara teratur
n penurun 5. Menganjurkan
kolesterol, jika menghindari
perlu penggunaan obat
4. Anjurkan penyakit beta
minum obat 6. Meganjurkan
pengontrol perawatan kulit yang
tekanan darah tepat
secara teratur 7. Menganjurkan
5. Anjurkan program rehabilitasi
menghindari vaskular
penggunaan 8. Mengajarkan program
obat penyakit diet untuk
beta memperbaiki sirkulasi
6. Anjurkan
melakukan
perawatan kulit 9. Menginformasikan
yang tepat (mis. tand dan gejala darurat
Melembabkan yang harus dilaporkan
kulit kering pada
kaki)
7. Anjurkan
program
rehbilitasi
vaskular
8. Ajarkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemah
jenuh, minyak
ikan omega 3)
9. Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus dilaporkan
(mis. Rasa saki
yang tidak
hilang saat
istirahat, luka
tidak sembuh,
hilangnya rasa )
Manajemen Sensasi
Perifer
SIKI (I.06195)
Observasi : Observasi :
1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
penyebab untuk mengetahui
perubahan penyebab perubahan
sensasi sensasi
2. Identifikasi 2. Mengidentifikasi
penggunaan alat penggunaan alat
pengikat, pengikat, prostesis,
prostesis, sepatu sepatu dn pakaian
dan pakaian 3. Memeriksa perbedaan
3. Periksa sensasi tajam atau
perbedaan tumpul
sensasi tajam 4. Memeriksa untuk
atau tumpul mengetahui sensasi
4. Periksa panas dan dingin
perbedaan 5. Memeriksa untuk
sensasi panas mengetahui
dan dingin kemampuan
5. Periksa mengidentifikasi
kemampuan lokasi dan tekstur
mengidentifikasi benda
lokasi dan 6. Memonitor terjadinya
tekstur benda prestesia, jika perlu
6. Monitor 7. Mmonitor untuk
terjadinya mengetahui prubahan
parestesia, jika kulit
perlu 8. Memonitor utnuk
7. Monitor mengetahui adanya
perubahan kulit trombflebitis dan
8. Monitor adanya trombo emboli vena
tromboflebitis
dan
tromboemboli
vena
Teraputik : Terapeutik :
1. Hindari 1. Menghindari
pemakaian pemakaian benda-
benda-benda benda yang berlebihan
yang berlebihan suhunya. Yang terlalu
suhunya (terlalu panas ataupun dingin
panas atau
dingin)
Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan 1. Menganjurkan
penggunaan penggunaan
termometer termometer untu
untuk menguji menguji suhu air
suhu air 2. Mengajurkan
2. Anjurkan penggunaan sarung
penggunaan tangan termal saat
sarung tangan memasak
termal saat 3. Menganjurkan
memasak memakai sepatu
3. Anjurkan lembut dan bertumit
memakai sepatu rendah
lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Berklaborasi
pemberian pemberian analgesik,
analgesik, jika jika perlu
perlu 2. Berkolabrasi
2. Kolaborasi pemberian
pemberian kortikosteroid, jika
kortikosteroid, perlu.
jika perlu
6 Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
SDKI (D.0077) SLKI (L.08066) SIKI (I.08238)
Edukasi : Edukasi :
1. Anjrkan posisi 1. Mengajarkn posisi
duduk, jika duduk, jika perlu
mampu 2. Mengajarkan diet
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
yang
diprogrmkan
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborsi 1. Berkolaborasi
pemberian pemberian medikasi
medikasi sebelum makan, jika
sebelum makan perlu
(mis. Pereda 2. Berkolaborasi dengan
nyei, ahli gizi untuk
antiemetik), jika menentukan jumlah
perlu kalori dan jenis nutrien
2. Kolaborasi yang dibutuhkan
dengan ahli gizi
untuk
menentukn
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang
dibutuhkan, jika
perlu
Pemberian Analgesik
SIKI (I.08243)
Observasi : Observasi :
1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
karakteristik karakteristik nyeri
nyeri (mis. untuk mengetahui
Pencetus, penctus, pereda,
pereda, kualitas, kualitas, lokasi,
lokasi, intensitas, frekuensi,
intensitas, durasi nyeri
frekuensi,durasi 2. Mengidentifikasi
) untuk mengetahui
2. Identifikasi riwayat alergi obat
riwayat alergi 3. Mengidentifikasi
obat kesesuaian jenis
3. Identifikasi analgesik
kesesuaian jenis 4. Memonitor tada-tanda
analgesik (mis. vital sebelum dan
Narkotika, nn- sesudah pemberian
narkotika, atau analgesik
NSAID) dengan 5. Memonitor efektifitas
tingkat analgesik
keparahan nyeri
4. Monitr tanda-
tanda vital
seblum dan
sesudah
pemberian
analgesik
5. Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik : Terapeutik :
1. Diskusikan jenis 1. Mendiskusikan
analgesik yang analgesik yang disukai
disukai untuk untuk mencapai
mencapai analgesia optimal, jika
analgesia perlu
optimal, jika 2. Mempertimbangkan
perlu penggunaan infus
2. Pertimbangkan kontinu, atau bolus
penggunaan opioid untuk
infus kontinu, mempertahankan
atau bolus kadar dalam serum
opioid untuk 3. Mentetapkan target
memprtahankan efektifitas analgesik
kadar dalam untuk
serum mengoptimalkan
3. Tetapkan target respons pasien
efektifitas 4. Mendokumentasikan
analgesik untuk respon terhadap efek
mengoptimalkan analgesik dan efek
respons pasien yang tidak diinginkn
4. Dokumentasika
n respon
terhadap efek
analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan efek 1. Menjelaskan efek
terapi dan efek terapi dan efek
samping obat samping obat
Kolabrasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Berkolaborasi dalam
pemberian dosis pemberian dosis dan
dan jenis jenis analgesik, sesuai
analgesik , indikasi
sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta: EGC.
Classification (NIC). Singapore: Elsevier Global Rights.
C. Smeltzer, Susan. 2018. KeperawataN Medikal Bedah (Handbook For Brunner and Suddarth”s
Texbook of Medical-Surgical Nursing).Jakarta EGC
Manurung, Nixson. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping Dan Nanda Nic
Noc. Jakarta: Trans Info Media
Price, Sylvia A.; Wilson, Lorraine M.. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses
Penyakit Edisi 6. Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Saferi, Andra; Yessie Mariza. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C. Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI