Anda di halaman 1dari 14

JOSHUA

Bobobox.co.id
Di sebuah hutan yang asri dan indah, Joshua berjalan melewati jembatan kayu yang sudah
tua. Joshua pergi ke sekolah yang jaraknya cukup jauh dari gubuk kecilnya, maklum
gubuknya jauh dari pemukiman warga. Saat Bel pulang sekolah berbunyi, Joshua langsung
pulang menuju gubuk di tengah-tengah kebun yang hampir runtuh. Joshua tidak ikut bermain
dengan teman-teman tetapi Joshua harus menyambung hidupnya. Kembali di jembatan kayu
tua itu, Joshua berdiri tepat di jembatan dan menghadap ke arah sungai, dia melemparkan
batu ke sungai karena merasa kesal.
“Aargh….”
Setelah puas melampiaskan kekesalannya dia langsung menuju gubuk kecil. Sesampai di
gubuk yang kecil Joshua merenung menatapi langit-langit rumah memikirkan tentang nasib
dia yang suram. Joshua tinggal di gubuk kecil yang hampir roboh bersama kakek berusia 84
tahun bernama Sudirman yang dulunya pejuang kemerdekaan, tetapi sekarang dia sudah
sakit-sakitan, matanya hampir buta juga badannya yang sering terkena penyakit dingin dan
neneknya bernama Endah yang memiliki penyakit rematik. kakek dan neneknya tidak dapat
diandalkan hanya Joshua yang dapat diandalkan demi sesuap nasi untuk kakek, nenek, dan
Joshua. Joshua tidak pernah mengenali orang tuanya, tetapi ingat namanya yaitu Fredrin
Sambo ayahnya dan Putri Cendrawasih ibunya. Orang tuanya tak peduli sama sekali dengan
Joshua, ibunya hilang entah kemana sejak Joshua berumur 10 bulan, bapaknya menikah lagi
dengan wanita lain. Joshua tak pernah ingat wajah bapak dan ibunya. Joshua sangat
membenci bapak dan ibunya. Tak pernah terhembus kabar tentang orang tuanya, sungguh
kejam. Orang tua yang durhaka kepada anaknya. Joshua yang berumur 11 tahun tak pernah
mengeluh dengan beban hidupnya.
Keseharian Joshua memikul 15 balok kayu Albasiah kalau sedang capek cukup 5 buah balok
kayu
“Josh, hati-hati ya kalau capek istirahat dulu!” ucap nenek sambil mengelus kepala Joshua
“Iya Nek!” ucap Joshua
Cahaya mentari terik yang biasa menyengati Joshua hingga kulitnya menghitam tak membuat
Joshua menyerah, Joshua selalu berusaha tak pernah menyerah. Rasa lelah Joshua terobati
ketika Joshua melihat kakek dan neneknya tersenyum menyambutnya datang. Joshua terus
melangkah melewati bebatuan dan jurang untuk mencari balok kayu albasiah. Balok kayu
yang selalu Joshua pikul di pundak kanannya sesekali memindahkannya ke pundak kiri untuk
meredakan rasa sakit. Sesekali Joshua hampir terjatuh, tapi untung saja Joshua tidak pernah
terjatuh ke jurang yang curam. Joshua langsung membawa balok kayu ke tempat pinggir jalan
raya untuk diberi upah oleh Pak Dean pemilik kebun dan mebel. Mungkin lebih panjang
balok kayu daripada tinggi Joshua yang sekitar 140 cm. Joshua sering mengalami rasa sakit
karena sering memikul kayu. Selain memikul kayu, setiap sore Joshua memikul derigen air
dari sumber air untuk dibawanya pulang. Joshua sudah terbiasa memeras keringatnya untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Memikul kayu sungguh melelahkan sampai terasa
kakinya mau lepas. Tak ada kata bermain untuk Joshua, kayu menjadi sahabatnya. Joshua tak
pernah mengeluh karena Joshua yakin hidup ini bagaikan roda yang berputar.
Joshua di sekolah hanya murid biasa saja tidak pintar dan tidak bodoh ditengah keduannya.
Joshua duduk sebangku dengan Jack Doyok sering dipanggil Doyok dia merupakan teman
dekat Joshua di sekolah. Doyok sering mengajak Joshua bermain, tetapi Joshua menolak
dengan alasan dia harus membantu kakek dan nenek.
“Oi Josh mau kemana?” tanya Doyok
“Mau pulanglah mau kemana lagi?” ucap Joshua kebingungan
“Jangan pulang dulu, ayo main bola!”
“Gak dulu Yok!”
“Kenapa Josh?”
“Aku harus membantu kakek dan nenek”
“Okelah kalau begitu”
Dalam hatinya Joshua ingin merasakan masa anak-anak semestinya seperti bermain.
Suatu saat ketika Joshua sudah berkeringat memikul 15 balok kayu ke pinggir jalan raya dia
menunggu Pak Dean untuk diberi upah.
“ Aduuh… kemana nih Pak Dean sudah aku tunggu 30 menit kok gak datang datang ya???
Masa aku pulang gak bawa apa-apa kasihan kakek dan nenek..”
Joshua bingung dan gelisah sambil mengawasi kanan kiri untuk menunggu mobil pick up Pak
Dean
“Hei Pak Dean!!!” ucap Joshua bersemangat
“Hei Joshua !”
“Kemana aja Pak?!?! Sudah aku tunggu disini 30 menit saya kira dirumah”
“ Tenang aja Josh, gak bakal lupa Bapak sama balok kayu kamu ini”
“Oke Pak, maaf Pak mana upah saya? Kasihan kakek dan nenek menunggu di gubuk”
“Ini upahmu Josh 3 hari ini 600 ribu, dan ini ada 1 kilo beras, 1 kilo singkong, ½ kilo telur 1
kilo jeruk untuk kakek dan nenekmu ya!” ucap Pak Dean.
“ Oh terima kasih Pakk!!!” ucap Joshua sambal terharu.
Lalu Joshua memeluk Pak Dean sebagai bentuk rasa termakasih.Joshua pulang dengan sangat
gembira membawa hadiah untuk kakek dan nenek.
“Kakek! Nenek! Ada hadiahni!” ucap Joshua dengan wajah tersenyum
“Apa itu Nak???” ucap Nenek
“Ini ada beras, singkong, telur, dan jeruk”
“Alhamdulillah… dapat darimana nak?”
“Dari Pak Dean”
“Alhamdullilah terimakasih….”
“Yasudah Nak kamu siap-siap ke masjid, setelah itu makan belajar lalu tidur”
“Iya Nek”
Joshua seperti biasa pergi ke masjid untuk sholat maghrib sesudahnya makan lalu belajar
untuk pelajaran keesokan harinya.
Keesokan harinya Joshua menjalani hari seperti biasanya Joshua berangkat ke sekolah setelah
bersekolah Joshua lanjut memikul balok kayu di hutan dan memikul derigen air dari sumur.
Seakan-akan Joshua selalu kuat dan tak pernah mengeluh tentang beban di pundaknya.
Kessokan harinya, ketika adzan subuh berkumandang, Joshua terbangun. Joshua melihat
Nenek meneteskan air mata di depan kakek.
“Nek, kenapa??” ucap Joshua kebingungan
“Kakek Nak…”
“Kenapa??” Ucap Joshua dengan sesegukan
“Meee-ninggal” Ucap Nenek terbata-taba
Joshua kaget dan terdiam seakan dia tak pernah menyangka kakeknya meninggal secepat itu.
Joshua terjatuh ke lantai sambil menutup wajahnya seakan-akan tak percaya.Joshua sangat
terpukul dengan kepergian kakeknya. Joshua berusaha keras untuk menahan air matanya,
tetapi Joshua tak kuasa menahan air mata yang membasahi pipinya. Perasaan sedih dan
kecewa Joshua tercampur menjadi satu, Joshua kecewa karena belum membahagiakan
kakeknya. Joshua langsung memeluk kakek untuk terakhir kali selamanya. Sore hari,
pemakaman kakeknya berlangsung dengan damai. Joshua dan Nenek menangis di
pemakaman itu. Rintik-rintik hujan membarengi pemakaman kakek Joshua.
Hari dan hari berlalu, Joshua mulai terbiasa hidup tanpa kakek. Di sekolah terlihat anak-anak
yang berlarian ke sana ke sini. Rasa bahagia terpancar dari raut muka mereka dan suara
tertawanya yang begitu keras, tetapi Joshua hanya diam saja di koridor kelas.
“Joshua kenapa kamu hanya diam saja? Gak ikut main sama teman-teman kamu?” Ucap Bu
Sinta wali kelas Joshua.
“Gak kenapa-napa Bu cuma kurang semangat”
“Kenapa kamu kurang semangat?”
“Kakek meninggal Bu”
“Innalillahi, turut berduka Josh”
“Iya Bu”
“Tapi Joshua jangan terlarut dalam kesedihan”
“Iya Bu”
“Joshua harus semangat, kamu punya cita-citakan?”
“Iya Joshua ingin jadi TNI”
“Nah kalau gitu jangan sedih ya!”
“Siap Bu”
Joshua sudah mulai ikut bermain dengan teman-temannya.
Sesudah pulang sekolah Joshua memikul balok kayu lagi. Perjalanan yang berat tak
menghentikan badan kecil Joshua yang kuat. Suatu saat ketika Joshua memikul kayu Joshua
melihat dari kejauhan pagar pembatas yang asing baginya. Joshua penasaran, karena
penasaran Joshua mendekati pagar pembatas itu. Joshua menaruh balok kayu itu di tanah,
melihat kawasan hutan yang dipagari itu.Terlihat di pagar pembatas itu ada papan peringatan
“HATI-HATI!”.
“Hati-hati !, ini tempat apa ya??, kok aku baru lihat ya?” ucap Joshua sambil melihat kanan
kiri kawasan itu
Joshua penasaran ingin masuk ke kawasan terlarang itu, tetapi Joshua masih ingat bahwa dia
harus membawa balok kayu ke pinggir jalan raya. Seperti biasa Joshua memikul balok kayu
ke pinggir jalan raya.Saat Joshua membawa balok kayu terus terpikirkan tentang tempat itu.
Joshua sangat penasaran.
Keesokan harinya, saat pagi hari Joshua mendatangi kawasan itu lagi.Joshua memanjat pagar
kawat yang sangat tinggi. Burung-burung berkicau, daun daun berdansa di udara menyambut
kedatangan Joshua. Di sepanjang hutan, banyak tumbuh pohon-pohon besar tinggi
menjulang, berumur puluhan hingga ratusan tahun. Hutan ini bernama “Batu Hitam”. Hutan
ini dianggap sangat berbahaya. Siapapun orang yang masuk ini tidak pernah kembali. Joshua
terus melangkah menelusuri hutan berbahaya itu. Joshua menumpuk 3 batu disekitar pohon
sebagai penanda arah pulang.
Pepohonan hijau, rerumputan menjulang tinggi, bebatuan besar, dan burung-burung
berterbangan terlihat mewarnai hutan itu. Saking penasarannya, Joshua melangkah sangat
jauh. Tanpa terasa Joshua sudah semakin jauh memasuki hutan. Joshua merasa ingin
kencing, ketika sedang kencing Joshua heran aroma kencingnya seperti bau bangkai.
Ternyata Joshua kencing di dekat bangkai babi. Joshua panik, lalu lari terbirit-birit. Ketika
Joshua berlari dia tak sengaja menginjak mayat seseorang, kaki Joshua tersangkut mayat.
Joshua terjatuh di sebelah mayat itu. Joshua berlari ketakutan menjauhi mayat itu menuju
gubuk kecilnya, tetapi Joshua bingung karena batu penandanya hilang. Joshua menemukan
lagi mayat-mayat manusia di sekitar perkemahaman yang ada di hutan. Mayat-mayat itu
terlihat seperti dimakan mahkluk aneh bukan oleh hewan buas. Joshua berusaha untuk pulang
menuju gubuk kecil sesuai instingnya. Sudah berjam-jam Joshua berusaha pulang ke gubuk
kecil, tapi Joshua tersesat. Joshua terus berlari dengan harapan dia bisa kembali ke gubuk
lagi, kenyataanya harapan Joshua akan sirna. Joshua sudah putus asa dia hanya pasrah saja.
Kemudian Joshua berusaha melangkah lagi. Secercah harapan Joshua muncul ketika Joshua
menemukan sebuah rumah kecil yang tak terawat. Joshua masuk ke rumah itu berharap ada
seseorang yang membantunya.
Pepohonan tinggi dan rerumputan yang panjang berada di sekitar rumah tak terurus
itu.Rumah itu terlihat tak terurus, banyak debu, dan sarang laba-laba langit-langit rumah. Jika
dilihat dari luar memang tampak seram. Sebagian dinding rumahnya terlihat batu bata, atap
rumah pun tak sedikit yang hilang. Di dalam rumah itu terdapat sofa yang telah berdebu,
meja, lemari, kasur, dan kamar mandi yang sudah tak berfungsi. Di dinding rumah itu
terlihat foto keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 orang anak. Joshua mengira dulunya
rumah ini milik keluarga bahagia yang ada di foto itu. Terang mentari mulai terbenam,
Joshua terpaksa tidur di rumah tak terurus itu. Joshua memlih tidur di sofa daripada di Kasur
yang ada di kamar tidur karena tampak horror.
Cahaya mentari terik muncul mulai membangunkan Joshua. Joshua masih berada di rumah
angker. Perut Joshua mulai meronta ronta meminta makanan. Joshua mulai keluar dari rumah
tak terurus itu untuk mencari makanan. Saat mencari makanan di hutan, Joshua berpikir
sosok misterius yang membututinya. Ketika Joshua menoleh kebelakang ternyata tidak ada
apa-apa, lalu setelah melangkah lagi dan menoleh kebelakang ternyata tidak ada apa-apa.
Bulu kuduk Joshua merinding, Joshua merasa sangat aneh dan ketakutan.
Joshua terus melangkah di hutan itu demi memenuhi isi perutnya. Dari kejauhan terlihat
sebuah rumah kecil yang nampaknya terisi orang. Kemudian Joshua bergegas lari berharap
dia mendapatkan bantuan dari penghuni rumah itu.
“Halo… apa ada orang???” ucap Joshua sambil mengetuk pintu rumah itu.
Tidak ada yang menyaut, tetapi untuk yang ketiga kalinya akhirnya pemilik rumah itu
membukakan pintu.
Dengan membuka pintu pelan-pelan si pemilik rumah itu langsung menarik Joshua kedalam
rumah. Joshua kaget dan kebingungan.
“Kenapa kamu disini??” ucap kakek gendut berjenggot.
“Saya tersesat kek!” ucap Joshua dengan wajah memelas.
“Kamu beruntung!”
“kok beruntung?” Joshua kebingungan
“Ya, seharusnya kamu sudah mati !” ucap Kakek dengan nada meninggi
“Me- me…ngapa?” Ucap Joshua terbata-taba dengan kakinya bergetar
“Dengar !! biasanya orang yang datang hutan itu langsung mati, mayatnya dibiarkan saja, ya
harusnnya kamu memiliki nasib yang sama dengan mereka!!”
“Tapi kok kakek masih hidup?”
“Seharusnya kamu tahu disini ada raksasa Mutant berwajah budug, kakek punya senjata
untuk melindungi diri”
“Terus bagaimana dengan aku Kek, saya punya nenek dirumah yang sudah tua renta”
“Kamu harus menerima konsekuensinya!”
“Apa itu?”
“Cepat atau lambat kamu akan mati !”
“Kok bisa begitu, kakek kok masih hidup”
“Ya saya juga hanya menunggu waktu saja”
“Ni makan!” ucap Joshua sambil memberikan sepiring daging babi.
“Terimakasih kek!”
Joshua makan sambil menangis usai mendengar perkataan kakek, karena dia cepat atau
lambat akan mati. Joshua sangat menyesal karena dia tidak akan kembali ke kakek dan akan
mati. Joshua hanya pasrah dia putus asa kembali. Joshua memikirkan nenek, dia terus
menangis tak henti, tetapi kakek gendut itu terlihat santai sambil menikmati air hangat.
Suatu saat Pak Dean selaku pemilik kebun dan juragan kayu merasa ada yang janggal. Dia
memikirkan Joshua yang tidak membawa balok kayu satu pun. Karena merasa janggal, Pak
Dean pergi ke gubuk kecil tempat tinggal Joshua. Keadaan gubuk Joshua nampak sepi. Pintu
gubuk Joshua terbuka sedikit, terlihat nenek tergeletak di lantai gubuk itu. Pak Dean berusaha
membangunkan nenek Joshua tetapi tak bangun, lalu Pak Dean mengecek denyut nadi dan
pernapasan nenek Joshua, ternyata nenek Joshua sudah tak bernyawa. Pak Dean langsung
menelpon kepala desa dan mencari Joshua. Pak Dean mencari Joshua ke hutan tempat biasa
Joshua mencari balok kayu, tetapi pencarian itu tak berhasil mendapatkan apapun. Dengan
kesepakatan bersama, jenazah nenek Joshua dimakamkan berdampingan dengan makam
kakek Joshua tanpa sepengetahuan Joshua.
Joshua terus merenung dia tidak bergerak sama sekali. Matanya terus menatap kepala
kambing yang dipajang di dinding rumah Kakek gendut itu. Kakinya terus bergetar. Joshua
sangat panik, sedangkan Kakek gendut itu tetap santai tidak panik sama sekali.
Malam hari, Joshua akhirnya tertidur di lantai rumah Kakek gendut itu. Kakek gendut itu
tertidur di kursi ruang tamu.
Keadaan sudah pagi terlihat kakek sudah terbangun dan Joshua masih tertidur pulas di lantai.
Kakek memasak kentang goreng di dapur untuk sarapan pagi.
“Hei! Bangun!” ucap kakek sambil menggerakkan badan Joshua
Joshua terbangun dengan lemas dan matanya terlihat sembab. Joshua dan kakek gendut
kemudian memakan kentang goreng.
Tiba-tiba
“braak bruuk brakk bruukk” suara raksasa mutant terdengar.
Kakek bergegas ke gudang senjata untuk mengambil shotgun. Joshua berlari lalu mengintip
dari jendela dia melihat raksasa mutant, bulu kuduk Joshua berdiri, berlari langsung
bersembunyi di dalam lemari, badan Joshua bergetar. Kakek gendut bersembunyi di balik
dinding sebelah ruang tamu sambil bersiap melawan raksasa mutant.
“Braak brukkk brakk bruukk” suara raksasa mutant terdengar lebih keras mendekati rumah.
Kakek gendut itu bersiap menghadapi raksasa mutant. Raksasa mutant itu mendobrak rumah
Kakek gendut itu.
“Gedubrakkk..”

Imdb.com
Pintu rumah kakek gendut itu setengah hancur usai terkena pukulan tangan raksasa
mutant.Raksasa mutant itu berdiam sambil mengamati rumah kakek gendut. Nafas raksasa
mutant sangat bau hingga Joshua mencium nafas itu, dan Joshua menahan untuk tidak
muntah. Berselang 5 menit kemudian raksasa mutant berbalik badan untuk mencari mangsa
lagi, raksasa mutant itu mengira tak ada siapapun di rumah itu.
“braak bruuk brakk bruukk” suara langkah pelan raksasa mutant menjauhi rumah itu.
Karena raksasa mutant itu terdengar menjauhi rumah, Joshua menghela nafas sebagai tanda
dia merasa aman. Naas bukannya aman tetapi malah menjadi ancaman. Raksasa mutant itu
berbalik arah ke rumah itu. Dengan penuh amarah raksasa itu memukul pintu dan dinding
rumah kakek gendut. Joshua panik dan berlari ke pintu belakang rumah kakek gendut.
Raksasa mutant yang melihat Joshua langsung sangat emosi, dia membantingkan meja kayu
ke arah Joshua, dan menghancurkan segala barang yang dia lihat. Dengan badan kecil dan
kuatnya dengan pandai Joshua berlari dan menghindari amukan si raksasa budug.Raksasa
mutant berusaha mengejar Joshua, kakek gendut itu menembakkan 3 peluru shotgun di
belakang badan raksasa mutant itu. Raksasa mutant sedikit merasa kesakitan dia memukul
kakek gendut, tetapi dengan lihai kakek gendut menghindar. Kakek gendut itu menembakkan
kembali 6 peluru shotgun secara asal, beruntungnya 2 peluru mengenai kepala raksasa
mutant. Raksasa mutant terlihat pusing dan sedikit kehilangan penglihatannya. Kakek gendut
mengambil kayu runcing dan menusuknya ke dada si raksasa budug. Raksasa mutant terlihat
pingsan, memanfaatkan keadaan itu kakek gendut berlari menuju arah yang dilalui Joshua.
Tak lama kemudian kakek gendut melihat Joshua duduk diatas batang pohon besar.
“Hei! Kau sini turun! disitu tidak aman!” ucap kakek gendut sambil melambaikan tangan.
Joshua lalu melompat dan mengikuti perintah kakek gendut. Dia dibawa menuju tempat
bawah tanah yang lebih aman. Dengan pintu yang berkamuflase dengan alam dirasa sangat
aman. Tempat bawah tanah itu luas, lengkap dengan bahan makanan mentah, dan tungku api.
Joshua kemudian bertanya kepada kakek gendut.
“Kek sejak kapan disini?”
“Saya asli sini, tetapi 1 tahun kebelakang keadaan kacau!”
“Kenapa?”
“Dulu ada 2 anak kecil yang bermain di halaman belakang rumahnya, tiba-tiba batu hitam
yang terjatuh dari Ufo di sekitar 2 anak kecil itu. Anak kecil itu memegang batu hitam itu dan
membawa kedalam rumah.”
“Terus kek?”
“Anak kecil itu berubah menjadi raksasa yang kamu lihat, ibu dan bapaknya menjadi korban
dimakan raksasa budug yang sebenarnya adalah buah hatinya!”
“Jadi sebenarnya ada dua?”
“Ya, mereka menghancurkan kehidupan damai desa!”
“Berarti hanya tersisa kakek?”
“Nggak tahu, saya sebenarnya kakek mereka, saat kejadian saya pulang setelah berburu
kerumah anak kecil itu. Terlihat mereka berubah menjadi raksasa mutant, mereka tidur
setelah memakan orangtuanya, hanya terlihat kepala dan sebagian leher saja”
“Seram sekali, kakek pernah minta tolong ?”
“Sudah lama, bahkan 4 hari lalu saya melihat mayat tentara baru”
“Aduh” ucap Joshua sambil memijatkan dahinya
“Ya, saya sudah pasrah saja”
“Mungkin keajaiban datang!”
Tiba-tiba suara raksasa mutant terdengar.
“Sialan si raksasa budug itu!” ucap Joshua dengan wajah geram
“Shuttt….”
Hari demi hari Joshua jalani di ruang bawah tanah. Joshua rindu kepada neneknya dia
berharap agar dapat keluar kawasan itu. Joshua belajar bela diri dan menembak dari kakek
gendut. Suatu saat untuk pertama kalinya terdengar suara helikopter yang melintasi hutan.
Joshua dengan kecerdikannya mengajak kakek gendut membuat susunan kayu bertulisan
“Help”, tetapi kakek bingung.
“Bagaimana caranya??? disini hutan semua! tanah kosong tidak ada!”
“Mmmmm”
“Tapi ada 1 cara, diatas rumah”
“Kayunya?”
“Sudah saya simpan”
Terlihat kayu tertata rapi di lemari ruang bawah tanah itu lengkap dengan perkakasnnya.
Joshua yang sudah bersahabat dengan kayu langsung membuat huruf H,E,L,P dari
kayu.Diawali dengan membuat huruf H. Joshua bergegas membawa kayu H ke atap rumah
kakek untungnya disana ada meja tua yang bisa dinaiki Joshua ke atap rumah kakek gendut.
Keadaan terlihat aman-aman saja. Raksasa mutant itu tak terlihat. Kemudian Joshua
membawa kayu E dan L di pundaknya sambil terpasang senjata shotgun di badan kecilnya.
Terasa keadaan sudah aman Joshua dan kakek gendut mebawa huruf terakhir yaitu huruf P
sambil membawa senjata shotgun masing-masing. Kakek gendut membenahi pintu rumah,
beberapa dinding, dan meja yang dirusak oleh raksasa mutant. Joshua memaku kayu terakhir
berbentuk huruf P di atap rumah kakek gendut. Tiba-tiba raksasa mutant itu muncul lagi
menghampiri Joshua. Joshua dengan keberaniannya menantang raksasa budug itu. Joshua
menembakkan shotgunnya, sayangnya tembakan itu tak berarti sama sekali. Joshua berlari
kearah ruang bawah tanah. Raksasa mutant itu memanjat ke atap rumah sambil melemparkan
kayu berbentuk huruf P kearah Joshua, kali ini lemparannya tepat mengenai kaki Joshua,
sehingga Joshua berlari dengan sedikit pincang. Kakek gendut menembak shotgun kebagian
kaki. Raksasa mutant kehilangan keseimbangan dan terjatuh, kemudian kakek gendut
menembakkan 10 peluru kearah jantung dan otaknya, membuat raksasa mutant pingsan.
Kakek gendut berlari menuju ruang bawah tanah. Sebenarnya tidak ada cara melawan raksasa
mutant, dia sangat tangguh dan kebal mungkin hanya pingsan sebentar.
Joshua kesakitan karena kaki kirinya sakit terkena lemparan si raksasa budug itu. Kakek
gendut datang dan langsung menikmati air hangat.
“Sepertinya mustahil”
“Tidak-tidak mungkin, pasti bisa!!!”
Tiga hari kemudian helikopter tentara melewati hutan itu. Seorang tentara melihat susunan
kayu yang bertulisan “Hel”.
“Hei, itu seperti kata HELP tapi kurang P-nya” ucap Wijaya sambil menepuk pundak
temannya
“Sepertinya ada orang disitu” ucap Yudo sambil mengkerutkan dahinya
“Harus lapor komandan ni” ucap Wijaya
“Siap!”
Joshua dan kakek gendut mendengar suara helicopter itu. Joshua ingin keluar sambil
melambaikan tangan ke udara, tetapi ditahan oleh kakek gendut karena merasa tidak aman.
“Lapor komandan kami lihat di hutan itu, sepertinya ada orang yang memerlukan bantuan!”
ucap Yudo
“Tahu dari mana??” ucap Mayor Kertawijaya.
“Siap! Kami lihat ada susunan kayu bertulisan Help tapi kurang P nya komandan!” jawab
Yudo
“Kalau begitu besok kamu lakukan pencarian dengan 2 helikopter!”
“Siap komandan!” tegas Yudo
Tim pencari korban ini menyusun rencana yang akan dilakukan besok hari.
Keesokan harinya, tim pencari korban yang berjumlah 12 orang ini melakukan aksinya.
Dimulai dengan menerunkan 1 prajurit Yudo di atap rumah kakek gendut. Prajurit Yudo
melihat sebuah kertas yang bertuliskan “Kami ada di 2 KM arah utara bawah tanah”. Prajurit
Yudo kembali ke helicopter menyampaikan pesan itu.
Dua helicopter itu langsung menuju arah yang disampaikan pesan pada kertas. Tiga prajurit
bernama Wijaya, Yudo, dan Sentoso turun dengan persenjataan lengkap. Joshua yang
mendengar suara helicopter itu langsung bergegas keluar dan melambaikan tangan ke 3
prajutit tentara.
“Tolong kami disini!!!!” teriak Joshua
“Tunggu nak!!” ucap prajurit Yudo
Teriakan Joshua sangat keras sehingga membuat 2 raksasa mutant menghampiri teriakan
Joshua. Langkah kaki raksasa mutant mulai terdengar.
“Pak cepat masuk !!!” ucap Joshua dengan suara lantang.
Dengan kebarbarannya raksasa mutant mengambil batu besar dan melemparkan kearah
prajurit. Prajurit Sentoso terkena lemparan itu, dan terjatuh. Suasana mencekam, raksasa
mutant itu mengangkat kedua kaki Prajurit dan membanting tubuhnya ke pohon-pohon besar.
Lidah prajurit itu ditarik dengan kencang. Prajurit lain yang ada di helicopter menembakkan
M16 ke arah raksasa mutant itu. Raksasa mutant satu lagi sangat emosi, dia melemparkan
bebatuan-bebatuan ke helikopter. Para prajurit di helikopter tak mampu menandingi
ketangguhan raksasa mutant, dan kembali ke markas. Dua prajurit yang selamat dari amukan
raksasa mutant masuk ke ruang bawah tanah.
“Sepertinya raksasa mutant itu sangat tangguh!” ucap Wijaya
“Ya, benar” ucap prajurit Yudo
“Jadi gimana pak?” tanya Joshua
“Tunggu saja besok” ucap Yudo
“Tenang saja kita pasti selamat” ucap Wijaya
Dua prajurit itu beristirahat di ruang bawah tanah.
“Kakek ini dari awal kejadian aneh masih hidup?” tanya Yudo
“Ya saya kakek raksasa mutant itu” jawab kakek gendut
“Kalau adek ini?” tanya Wijaya
“Saya sudah tersesat beberapa minggu, saya ingin pulang, saya rindu nenek!”
“Namamu siapa nak?” tanya Wijaya
“Joshua”
“Tenang Joshua, kita pasti selamat” ucap Yudo
“Asalnya gimana kek, keadaan ini tiba-tiba menjadi kacau?” tanya Wijaya
“saat kejadian saya pulang setelah berburu kerumah anak kecil itu. Terlihat mereka berubah
menjadi raksasa mutant, mereka tidur setelah memakan orangtuanya, saya melihat benda
asing batu hitam disitu”
“Batu hitam??” tanya prajurit Wijaya
“Enam tahun yang lalu, sepulang saya berburu saya melihat UFO, saya pikir itu pasti batu
hitam berasal dari dari UFO”
“Oh sebenarnya ini ulah alien” ucap prajurit Wijaya
“Ya betul, entah apa tujuan alien itu”
Saat mereka mengobrol tiba-tiba suara dentuman keras terdengar dari pintu masuk. Pintu itu
dengan cepat terbuka, kemudian 2 raksasa mutant dengan brutal masuk ke ruang bawah
tanah. Kakek gendut memerintahkan prajurit, dan Joshua mengikutinya. Kaki prajurit Yudo
terseret oleh raksasa mutant, kemudian prajurit Wijaya berusaha menarik Yudo. Raksasa
mutant menarik kaki Joshua dengan kencang hingga membelah tubuh Yudo menjadi dua
bagian, Wijaya sangat terkejut dan pasrah, lalu Wijaya keluar mengikuti kakek gendut.
Bagian- bagian tubuh Yudo dilemparkan ke Wijaya. Darah bercucuran kemana-mana, baju
mereka berlumuran darah.Wijaya melemparkan granat ke ruang bawah tanah, tetapi pasti
mustahil. Raksasa mutant terus mengejar mereka
Mereka terus berlari, Wijaya mengirimkan titik GPS dengan alat komunikasi canggih ke
temannya, tetapi tidak direspon. Temannya bernama Abdul menyadari bahwa Wijaya
menghubunginya, Abdul mengajak temannya untuk ke titik GPS itu.
Suara keras helikopter mulai terdengar, kemudian helikopter itu mengeluarkan tangga. Kakek
gendut beranjak naik, lalu Joshua, dan terakhir Wijaya. Raksasa mutant itu melempar batu
besar dari kejauhan menjatuhkan Joshua dan Wijaya.Kakek gendut sudah selamat, namun
yang lain belum. Raksasa mutant yang satu lagi membawa kapak mengejar mereka, Joshua
dan Wijaya berusaha bangkit. Wijaya dengan kepercayaan dirinya menghajar raksasa mutant.
Wijaya menembakkan M16 ke raksasa mutant pembawa kapak. Sepertinya itu malah menjadi
petaka, raksasa mutant matanya memerah dan menatap Wijaya dengan penuh rasa benci.
Teriakan raksasa mutant terdengar keras, mencekik Wijaya lalu mengjatuhkan Wijaya, dan
menancapkan kapak ke mulutnya.Tak cukup sampai itu, tubuh Joshua diputar-putar oleh
raksasa mutant yang satu lagi dan melemparkannya ke helikopter. Suasana di dalam
helikopter sangat tegang, mereka tak tega melihat teman, dan Joshua tersiksa.
Joshua panik melihat Wijaya terbunuh sadis, Joshua bergegas naik tangga helikopter.
Langkah Joshua terhenti ditahan raksasa mutant. Ketegangan terjadi, ketika Joshua terjatuh,
Joshua berusaha bangkit lagi. Dua raksasa mutant sangat energik. Para prajurit sudah
berusaha menembaki 2 raksasa mutant, namun usahanya sudah pasti sia-sia. Nasib buruk
menghampiri Joshua, Joshua tertangkap oleh raksasa mutant itu. Joshua berusaha melawan,
tetapi genggaman raksasa mutant membuat Joshua tak berdaya. Dengan tragis mata Joshua
diambil dan dilemparkan ke helikopter. Penglihatan Joshua hilang, secara kejam Joshua
tersiksa hingga nyawanya melayang cepat. Joshua dimakan oleh raksasa mutant, kepalanya
dimasukkan ke mulut raksasa mutant bergigi tajam. Darah Joshua berceceran keluar, tubuh
Joshua hancur tak meninggalkan jasad. Joshua meninggal dengan keadaan yang
mengenaskan.

Cineuropa.org
Para prajurit telah frustasi dan menyerah meninggalkan tempat itu. Teriakan 2 raksasa mutant
terdengar kencang, mereka menang, sangat senang.

Anda mungkin juga menyukai