KGD Keperawatan
KGD Keperawatan
KGD
“ISPA”
B. DEFINISI
ISPA merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang
menyebar melalui udara. Penyakit ini dapat menular apabila virus atau bakteri
yang terbawa dalam droplet terhirup oleh orang sehat. Droplet penderita dapat
disebarkan melalui batuk atau bersin. Proses terjadinya penyakit setelah agent
penyakit terhirup berlangsung dalam masa inkubasi selama 1 sampai 4 hari
untuk berkembang dan menimbulkan ISPA. Apabila udara mengandung zat –
zat yang tidak diperlukan manusia dalam jumlah yang membahayakan Oleh
karena itu kualitas lingkungan udara dapat menentukan berbagai macam
transmisi penyakit (Shibata et al dalam Nur, Sonia A. 2017).
Lingkungan adalah komponen dalam paradigma keperawatan yang
mempunyai implikasi sangat luas bagi kelangsungan hidup manusia, khususnya
menyangkut status kesehatan seseorang. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan internal dak eksternal yang berpengaruh, baik secara
langsung maupun tidak langsung pada individu, kelompok atau masyarakat,
seperti lingkungan yang bersifat biologis, psikologis, sosial, cultural, spiritual,
iklim, dan lain-lain. Jika keseimbangan lingkungan ini tidak dijaga dengan baik
maka dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Mubarak, 2011).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula, ruang lingkup kesehatan
lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan , pembuangan kotoran
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air
kotoran (limbah), dan sebagainya ( Suyono, 2012)
C. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium dan virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma Herpesvirus (Pitriani, 2020). ISPA yaitu infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme distruktur saluran napas atas yang tidak
berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring,
yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis (radang tenggorokan),
laringitis dan influenza tanpa komplikasi (Fatmawati, 2018) Dalam (BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), n.d.)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bisa disebabkan oleh banyak hal,
salah satunya faktor lingkungan yang bisa menjadi salah satu faktor pencetus
terjadinya ISPA. Kondisi lingkungan yang mempunyai tingkat polusi yang buruk
dan sanitasi lingkungan yang tidak baik bisa menjadi pencetus terjadinya ISPA.
(Prima Nusantara Bukittinggi et al., 2019)
D. Patofisiologi
E. MANIFESTASI KLINIS
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
F. KOMPLIKASI
2. Rinosinusitis.
3. Meningitis.
4. Pneumonia.
5. Bronchitis.
6. Konjungtivitis.
7. Faringitis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan sputum
c. Analis gas darah (AGD)
d. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab)
2. Pemeriksaan X-Ray ataupun CT-Scan.
3. Kultur virus dilakukan untuk menemukan RSV (Respiratory syncytial virus).
Dalam (Ispa 10, n.d.)
Hasil penelitian didapatkan bahwa Antibiotik yang paling banyak
digunakan pada pasien anak penderita ISPA di RS ‘X’ yaitu amoksiklav
sebanyak 21,42%. Terapi suportif yang paling banyak digunakan adalah
kombinasi golongan dekongestan dan antihistamin sebesar 21,42% . Biaya
total ratarata medis langsung pada pasien ISPA rawat jalan di RS ‘X’ yaitu
sebesar Rp.250.407 per pasien.(Mar’atus Sholihah et al., 2017)
H. PENATALAKSANAAN
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek
bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap
sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak
dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk
pemeriksaan selanjutnya.(Tulis et al., n.d.)
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½
sendok teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam,
penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3
tab puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5
mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3
x ½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap
sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan
antibiotic sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2017). (Ispa 12, n.d.)
I. PENGKAJIAN
J. DIAGNOSIS
K. INTERVENSI
L. IMPLEMENTASI
M. EVALUASI
1. Tujuan tercapai.
2. Tujuan sebagian tercapai.
3. Tujuan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyanti, M., Budi, A., & Duarsa, S. (2013). HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA
MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG (Vol. 7,
Issue 2).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). (n.d.).
Mar’atus Sholihah, N., Susanti, R., Eka, D., & Untari, K. (2017). GAMBARAN PENGOBATAN DAN
BIAYA MEDIS LANGSUNG PASIEN ISPA ANAK OVERVIEW TREATMENT AND DIRECT MEDICAL
COST IN CHILDREN PATIENT. 7.
Prima Nusantara Bukittinggi, Stik., Putra, Y., & Sri Wulandari, S. (2019). JURNAL KESEHATAN FAKTOR
PENYEBAB KEJADIAN ISPA INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K.
http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/
Tulis, K., Untuk, I., Salah, M., & Persyaratan, S. (n.d.). STUDI KASUS PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI
RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR.