Anda di halaman 1dari 8

UAS TAKE HOME

“UAS Komunikasi Terapeutik”

Nama : Meilinda Fitria

NPM : 08210100210

Kelas : 3C Ekstensi Kep.

Program Studi S1 Keperawatan Ekstensi

Universitas Indonesia Maju Jakarta

2023

1
JAWABAN

1. Tahapan tahapan komunikasi terapeutik , dan Peran perawat setiap tahapan


tersebut apa saja ?
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan pasien yang
dirancang untuk mencapai tujuan therapy dalam pencapaian tingkat kesembuhan yang
optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien menjadi pendek dan
dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018). Menurut Priyoto (2015) perawat dituntut untuk
melakukan komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan agar pasien dan keluarga
mengetahui tindakan yang akan dilakukan kepada pasien melalui tahapan-tahapan dalam
komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh bingung dan sebaliknya pasien harus merasa
bahwa dia merupakan focus utama perawat selama melakukan interaksi.

Berikut merupakan tahapan tahapan komunikasi terapeutik :

A. Tahap Pre-interaksi

Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan


berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang
dimiliki. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri perawat akan
dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika bertemu dan berkomunikasi
dengan pasien, jika dirasa dirinya belum siap untuk bertemu dengan pasien makan
perawat perlu belajar kembali dan berdiskusi dengan teman kelompok yang lebih
berkompeten. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi dan mengumpulkan data,
sebagai dasar atau bahan untuk membuat rencana interaksi.

B. Tahap Orientasi/ Perkenalan

Tahap ini dimulai ketika perawat bertemu pasien untuk pertama kalinya. Pada
tahap ini digunakan oleh perawat untuk berkenalan dan langkah awal membina hubungan
saling percaya dengan pasien. Tugas-tugas perawat dalam tahap ini adalah mampu
membina hubungan saling percaya dengan pasien dan menunjukkan komunikasi terbuka
dan sikap penerimaan. Untuk dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien,
perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima pasien, menghargai pasien dan
mampu menepati janji kepada pasien. Selain itu perawat harus merumuskan suatu
kontrak bersama dengan pasien. Kontrak yang harus dirumuskan dan disetujui bersama
adalah tempat, waktu dan topik pertemuan. Perawat juga bertugas untuk menggali
perasaan dan pikiran pasien serta dapat mengidentifikasi masalah pasien. Teknik
pertanyaan terbuka dapat mendorong pasien mengekspresikan perasaannya. Pada tahap
ini perawat juga bertugas untuk merumuskan tujuan dengan pasien, tujuan dapat
dirumuskan setelah masalah pasien teridentifikasi.

2
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah, sebagai berikut :

(1) memberikan salam terapeutik disertai dengan jabat tangan,

(2) memperkenalkan diri perawat “ Nama saya Sulistiyawati, anda bisa memanggil saya
perawat Wati”,

(3) Menanyakan nama pasien “ Nama Bapak/Ibu/Saudara siapa?”,

(4) menyepakati kontrak yang terkait dengan kesediaan pasien untuk bercakap-cakap
(tempat bercakap- cakap dan lama percakapan),

(5) menghadapi kontrak yang terkait dengan penjelasan identitas perawat untuk membina
hubungan saling percaya bersama pasien,

(6) memulai percakapan awal yang berfokus pada pengkajian keluhan utama dan alasan
masuk rumah sakit/ faskes lainnya, pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi terkini dan kemajuan pasien dari hasil interaksi
sebelumnya,

(7) menyepakasti masalah dari pasien.

C. Tahap Kerja

Tahap merupakan inti dari hubungan perawat dengan pasien dalam keseluruhan
tahap komunikasi terapeutik. Pada tahap ini perawat bersama dengan pasien mengatasi
masalah yang dihadapi oleh pasien. Perawat dituntut untuk mampu membantu dan
mendukung pasien dalam menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa pesan komuniksi yang telah disampaikan pasien melalui komunikasi verbal
maupun nonverbal. Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
yang telah ditetapkan.

D. Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses komunikasi


terapeutik. Perawat bersama pasien diharapkan mampu meninjau kembali kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuannya.

Tahap terminasi dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Terminasi Sementara

Terminasi sementara merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan pasien,


akan tetapi masih ada pertemuan lainnya yang akan dilakukan pada waktu yang telah
disepakati bersama.

3
b. Terminasi Akhir

Pada terminasi akhir perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara


menyeluruh.

2. Sikap perawat terhdap pasien yang complain akibat lama menunggu di ruang
rawat jalan karena lama menunggu dokter
a. Dengarkan masalah yang dikeluhkan oleh pasien , biarkan pasien menyampaikan
dulu segala keluh kesah yang dirasakan (complain kapan dokter akan segera datang).
b. Memvalidasi masalah yang terjadi yang dirasakan pasien saat itu. (keluhan pasien
mengenai sudah lama menunggu dokter yang tak kunjung datang di ruang rawat
jalan)
c. Meminta maaf atas ketidak nymanan terhadap hal yang terjadi (hanya sesekali saja
jangan terus menerus)
d. Konfirmasi terhadap masalah yang terkait kepada pihak yang bersangkutan yaitu
dengan cara mencari solusi.
Salah satu contohnya yaitu dengan cara menelfon atau konfirmasi kembali kepada
dokter spesialis yang bersangkutan dan sampaikan bahwa perawat telah
mengkonfirmasi hal tersebut kepada dokter yang terkait. “Mohon ijin ibu, dari pihak
perawat sudah menelfon dokter yang bersangkutan, dan dokter sedang dalam
perjalanan menuju rumah sakit, dan keterlambatannya disebabkan oleh jalanan macet
yang sedang mengalami perbaikan jalan “ “mohon di tunggu kembali “
e. Konfirmasi validasi tentang masalah contohnya “info dari dokter spesialis saat ini
beliau akan tiba sekitar 15 menit lagi, jika ada kendala lebih lanjut dokter akan
menghubungi pihak perawat , dan kami akan menyampaikan info lebih lanjut 15
menit mendatang jika dokter tidak kunjung datang” “mohon di tunggu kembali ibu..”
3. Hambatan hambatan komunikasi terapeutik
A.Resisten
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen ) adalah sebagai berikut :
 Supresi dan represi informasi yang terkait
 Intensifikasi gejala
 Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
 Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang
bersifat sementara
 Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia
tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa,
diam, atau mengantuk
 Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal

4
 Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
 Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai
penghayatan tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubah dengan
alasan bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting
 Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan
sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan
kehidupan yang dulu)
 Perilaku amuk atau tidak rasional

B. Transference

Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995)

Contoh Reaksi transference bermusuhan yaitu : Ahmad (16 tahun) adalah klien
yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini
marah-marah kepada perawat Rani. Setelah dikaji, ternyata Rani ini mirip pacar si
Ahmad yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan
dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang
lalu.

Contoh Reaksi transference tergantung yaitu : Seorang klien, S (17 tahun),


dirawat oleh perawat Bidadari. Perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien,
sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta
perawat Bidadari yang melakukannya.

C.Coutertransference

Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan


bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien. Beberapa bentuk
countransference ( Stuart dan Sundeen):

 Ketidakmampuanberempatiterhadapkliendalammasalah tertentu.
 Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
 Kecerobohandalammengimplementasikankontrakdengan datang terlambat, atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
 Mengantuk selama sesi.
 Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
 Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.

5
 Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap
 Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
 Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
 Melamunkan atau memikirkan klien.
 Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
 Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
 Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara
memandang pada informasi yang di berikan klien.
 Kebutuhanuntukmempertahankanintervensikeperawatan dengan klien.

4. Komunikasi terhadap pasien paliatif dengan kondisi terminal


Tiap fase yang di alami oleh pasien dengan penyakit kronis dan terminal
mempunyaikarakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang
berbeda pula.Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada
di fasemana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami
pasien saat itu.

Pada tahap kasus ini pasien mengalami Fase depression

Tahap ini klien mulai menyadari atas hal yang terjadi padanya namun belummenerima
keadaannya. Beberapa individu merasa sedih, putus asa, dan rasa kesendirianyang
berlebihan

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah: Jangan mencoba menenangkanklien dan


biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.

5. Komunikasi dengan pasien tidak sadar di ICU

Komunikasi terapeut ik adalah komunikasi yangdirencanakan secara


sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam
berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun
padapasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik
terapeutik, perawattetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi :

a. Bina hubungan saling percaya meskipun pasien tidak sadarkan diri perawat harus tetap
berkomunikasi dengan baik yaitu untuk membina hubungan saling percaya, dimana
pasien akan tetap mendengar meskipun dirinya tetap sadar, agar pasien merasa aman
bahwa dirinya dirawat dengan baik, dan mengetahui siapa yang datang untuk melakukan
tindakan dan berada di dekat dirinya
b. Melakukan sentuhan seperti memegang tangan pasien secara lembut sperti memberikan
kekuatan dan dukungan kepada pasien yang tidak sadarkan diri

6
c. Tetap berkomunikasi layaknya orang sadar, seperti mengucapkan ijin atas hal apa yang
akan dilakukan perawat kepada pasien , contohnya ijin ibu saya perawat yuli saya akan
memberikan obat injeksi siang atau ijin ibu / bapak sya perawat yuli ijin membuka baju
karna kita mau bantu memandikan agar badan terasa segar dan tidak kotor” . meskipun
pasien tidak sadar kita harus tetap meminta ijin, terutama menghargai privasi pasien.

7
8

Anda mungkin juga menyukai