Final Skripsi Kania Rachman-1
Final Skripsi Kania Rachman-1
A. Identifikasi Masalah
1. Kedudukan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Dalam Hukum Positif Di
Indonesia.
B. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, untuk
menghindari perbedaan dan meluasnya penafsiran penelitian ini, maka
peneliti membatasi pada uraian latar belakang permasalahan yang telah di
paparkan diatas maka pembahasan ini hanya membahas mengenai Urgensi
Penggunaan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Dalam Pertimbangan Putusan
Hakim Pada Sengketa Ekonomi Syariah
2
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Urgensi Penerapan Fatwa DSN dan KHES dalam putusan
Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetaui Kedudukan Fatwa DSN-MUI Dan KHES Sebagai
Rujukan Hakim Dalam Membuat Putusan Sengketa Ekonomi Syariah
2. Untuk Menganalisis Bagaimana Intensitas Penggunaan Fatwa DSN-
MUI Dan KHES Sebagai Dasar Hukum Pertimbangan Hakim
Sengketa Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama
3. Untuk Mengetahui Urgensi Penggunaan Fatwa DSN- MUI Dan KHES
Sebagai Dasar Hukum Pertimbangan Hakim Sengketa Ekonomi
Syariah Di Pengadilan Agama
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
rujukan ilmiah yang memberikan informasi kepada masyarakat
meupun akademisi terkait Penggunaan Fatwa DSN-MUI dan KHES
dalam pertimbangan hakim sengketa ekonomi syariah dalam membuat
putusan di Peradilan Agama.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
rekomendasi kepada hakim terkhusus hakim peradilan agama dalam
membuat putusan sengketa ekonomi syariah.
3
F. Metode Penelitian
1. jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian Eksploratif artinya penelitian ini menggali informasi yang
utuh dan lebih detail dari aspek hukum yang akan dikaji dalam
penelitian ini.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pendekatan Normatif - Pendekatan kasus (Case Approach).
3. Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Data Premier berupa ketentuan undang-undang dan Peraturan
mengenai ketentuan- ketentuan yang membahas kedudukan Fatwa
DSN-MUI dan KHES dalam sistem hukum di Indonesia serta
kaitannya dengan pertimbangan hakim sengketa ekonomi syariah
dalam membuat putusan di Peradilan Agama.
2) Data Sekunder berupa hasil wawancara, isi dari buku-buku, Jurnal
dan kajian-kajian yang juga membahas kedudukan Fatwa DSN-
MUI dan KHES dalam sistem hukum di Indonesia serta kaitannya
dengan pertimbangan hakim sengketa ekonomi syariah dalam
membuat putusan di Peradilan Agama
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang strategis
dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan data-data yang memenuhi
standar. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Komunikasi
berupa tulisan dengan studi dokumen yang berasal dari peraturan
Undang-Undang juga Peraturan terkait dan putusan di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan. Selain itu penulis juga menggunakan metode
komunikasi berupa wawancara.
4
5. Metode analisis
Data yang telah diperoleh dari studi dokumen dan Studi lapangan
yang telah dilakukan selanjutnya akan disedarhanakan lalu akan diolah
menjadi analisis Deskriptif-Komparatif, yaitu dengan memaparkan atau
menarasikan isi dari dokumen dengan cara komparisi, sesuai tidaknya
penerapan hukum yang digunakan dengan aturan yang ada dalam
bentuk rangkaian kalimat-kalimat hingga mudah dipahami.
6. Metode Penulisan
Pedoman yang digunakan peneliti ialah merujuk pada kaidah-
kaidah yang terdapat pada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang
dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2017.
G. Kajian terdahulu
Ika Atikah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Eksistensi
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Sebagai Pedoman
Hakim Dalam Menyelesaikan Perkara Ekonomi Syariah Di
Pengadilan Agama” Dalam penelitian ini Kedudukan Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah merupakan sumber hukum materiil dalam penyelesaian
sengketa ekonomi syariah yang harus dijadikan rujukan utama oleh para
hakim peradilan agama. Dalam hal terdapat kekurangan dalam KHES
maka hakim dapat mengambil dan melengkapiny dari sumber hukum yang
lain yang lebih spesifik. 8
dalam penelitian ini peran hakim dalam
memutus perkara merupakan hal krusial sehingga ijtihad hakimah sebagai
penentu Ex Aequo et Bono. Yang membedakan penelitian penulis dengan
penelitian tersebut yaitu penulis meneliti menganalisis lebih dalam
terhadap pertimbangan hakim di dalam menjadikan KHES dan Fatwa
DSN- MUI pada sengketa ekonomi syariah.
8
Ika Atikah, “Eksistensi Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Sebagai Pedoman
Hakim Dalam Menyelesaikan Perkara Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama”, Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah Muamalatika, Vol .9 (2017).
5
H. Sistematika Penelitian
Untuk mendeskripsikan penelitian dengan jelas dan mudah dipahami,
maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini dikemukakan hal-hal mengenai latar
belakang, permasalahan penulisan skripsi ini yang kemudian dirumuskan
dalam perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan dijabarkan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai teori yang berupa pengertian dan definisi
yang diambil dari kutipan buku dan jurnal serta beberapa review terdahulu
yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini mendeskripsikan profil lembaga dan atau karakter daerah
penelitian.
10
Shafira Azzahhara Apkar,” Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Sebagai Sumber Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam” (Skripsi S-
1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri sultan Thaha Saifuddin, 2021)
7
A. Kerangka Teori
1. Teori Hukum Positif
Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang
beranggapan bahwa teori hukum itu dikonsepsikan sebagai ius yang
telah mengalami positifisasi sebagai lage atau lex, guna menjamin
kepastian antara yang terbilang hukum atau tidak.11Aliran filsafat
hukum positivisme berpendapat bahwa hukum adalah positivisme
yuridis, dalam arti yang mutlak dan memisahkan antara hukum dengan
moral dan agama serta memisahkan antara hukum yang berlaku dan
hukum seharusnya, antara das sein dan das sollen.12 Han Kelsen
menegaskan bahwa terdapat tiga kemungkinan interpretasi terhadap
istilah positivisme sebagaimana dikutip oleh Ade Maman Suherman,
yaitu:13
a. Legal positivisme sebagai metode adalah cara mempelajari hukum
sebagai fakta yang kompleks, fenomena atau data sosial dan bukan
sebagai sistem nilai, sebagai metode yang men-setting pusat
inquiry problem-problem formal dari keabsahan hukum, bukan
aksiologi suatu keadilan dari suatu konten norma/aturan;
b. Legal positivisme yang dipahami secara teori adalah teori yang
berkembang pada era kodifikasi sampai pada abad ke-sembilan
belas. Dalam konsep ini dikembangkan dari ecole de l’exegese
sampai ke Jerman Rechtwissenschaft hukum dikemas sempurna ,
dengan positive order yang berasal dari kegiatan legeslatif suatu
negara. Paham ini disebut kelompok imperativist, corvisit, legalist
11
Yusridi, Bahan Kuliah Teori Hukum MIH Fakultas Hukum UNDIP Semarang, tanggal
14 November 2014,
12
Islamiyati, “KritikFilsafat Hukum positivisme Sebagai Upaya Mewujudkan Hukum
Yang Berkeadilan”, Law & Justice Journal, Vol 1, No 1 (2018), h., 84.
13
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Civil Law, Common
Law, Hukum Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, Cet. Kedua), h., 37- 38.
10
11
14
Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonsesia (Jakarta: Gama Media, 2001)
h., 97-98.
15
A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Islam, Kompetisi Hukum Islam dan Hukum
Umum, (Jakarta: Gama Media, 2003), h., 150-157; Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek
Pengembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia) ,
(Semarang: Pustaka Magister, 2011), h., 5-20.
12
16
Shohibul Itmam, Positivisasi Hukum Islam Di Indonesia, Ponorogo: STAIN Po Press,
2015, h., 316.
17
Ni‟matul Huda, Negara Hukum demokrasi dan judicial Review , (Yogyakarta: UII
Press, 2005, Cet Pertama), h., 48.
18
Asshiddiqie,Jimly, dan Safa‟at, M. Ali, Theory Hans KelsenTentang Hukum,
(Sekretariat Jendreral & Kepaniteraan Makamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006,Cet. Pertama), h.,
110.
19
Darmini, Gokma,”Teori Positivisme Hans Kelsen Mempengaruhi Perkembangan
Hukum di Indonesia”, Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021, h., 20.
13
20
Kelsen,Hans, General Theory of Law and State, Translated byAnders Wedberg , USA:
Harvard University Printing Office Cambridge, Massachusetts, 2009, h., 124.
21
Aziz Syamsuddi, Proses Dan teknik Penyusunan Undang-undang, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2011, Cet Pertama), hal., 14-15
14
B. Tinjauan Konseptual
1. Ekonomi Syariah
Menurut bahasa, kata ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu
Oikos yang berarti keluarga tau rumah tangga sedangkan Nomos
berarti Peraturan atau aturan. Sedangkan menurut istilah yaitu
manajemen rumah tangga atau peraturan rumah tangga.23 Dalam
berkehidupan ekonomi meruakan bagian yang sangat penting dan
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan, selain itu ekonomi juga
merupakan alat ukur sebuah Negara dalam melihat tingkat
kemajuannya, apakah semakin membaik atau memburuk.24
Para ahli ekonomi neo klasik memberikan pengertian bahwa inti
dari kegiatan ekonomi adalah aspek pilihan penggunaan sumber daya
yang langka, sasaran utamanya adalah bagaimana mengatasi
kelangkaan, definisi ini mengandung konsekuensi.25 Dalam Al-Quran,
ekonomi diidentikan dengan iqtishad,26 yang artinya “umat yang
pertengahan” atau bisa dimaknai menggunakan rezeki yang ada di
sekitar kita dengan cara berhemat agar kita menjadi manusia-manusia
yang baik dan tidak merusak nikmat apapun yang diberikan oleh-
NYA. Dengan demikian nama ekonomi syariah bukan nama yang baku
dalam terminology islam. Bisa saja dikatakan “ekonomi ilaiyyah”,
“ekonomi islam”, “ekonomi Qur‟ani, “ekonomi syar‟i”. Namun dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat istilah ekonomi syariah atau
22
Farida, Maria, Ilmu Perundang-Undangan, (Kanisius: Yogyakarta,1998), h., 25
23
Pius A. Purtanto dan M Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Popule, ( Arkola: Surabaya,
1994) h., 131.
24
Ghofur, Abdul, Pengantar Ekonomi Syariah: Konsep Dasar, Paradigma,
pengembangan ekonomi syariah, (Raja Grafindo Persada, 2018), h., 15.
25
Ghofur, Abdul, Pengantar Ekonomi Syariah: Konsep Dasar, Paradigma,
pengembangan ekonomi syariah, (Raja Grafindo Persada, 2018), h., 15.
26
QS Al-Maidah [5]: 66
15
27
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam : Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonosia,
2004), h., 6.
28
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997), h., 19.
29
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Prasada, Jakarta,
2001).. h, 73.
30
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Prasada, Jakarta,
2001),..h.64
31
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Prasada, Jakarta,
2001),.. h5
16
32
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003), h., 41.
33
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
34
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),..h.7
35
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),.. h.11
36
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Rineka Cipta, Jakarta,
2003),h.8
17
37
Hendi Suhendi, Fikih Muamalat, (Raja Grafindo, Jakarta, 2002), h., .34.
19
38
Edi Hudiata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah : Pasca Putusan MK Nomor
93/PUU-X/2012 : Litigasi Dan Nonlitigasi, h., 90
20
4. Fatwa
Secara etimologis, fatwa berarti, petuah, nasehat dan jawaban atas
pertanyaan yang berkaitan dengan hukum. Dalam literatur lain fatwa
Secara etimologis kata fatwa berasal dari bahasa Arab. Dalam kamus
Lisân al-„Arab karangan Ibnu Mandzur disebutkan bahwa kata fatwa
merupakan bentuk mashdar dari kata fata, yaitu, fatwan, yang
39
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Terjemahan Jilid 13) , (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1997),
h.,189.
21
40
Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, (Beirut: Dar Shâdir, t.th.), juz XV, h., 145
41
Ma‟ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Elsas: Jakarta,2008), h., 19.
42
Ma‟ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Elsas: Jakarta,2008), h., 19.
43
Ma‟ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Elsas: Jakarta,2008), h., 20.
22
mufti/ahli tentang suatu masalah; dan (2) nasihat orang alim; pelajaran
baik; dan petuah.44
Fatwa menurut arti syariat ialah suatu penjelasan hukum syariat
dalam menjawab suatu perkara yang diajukan oleh seorang yang
bertanya, baik penjelasan itu jelas atau ragu- ragu dan penjelasan itu
mengarah pada dua kepentingan, yakni kepentingan pribadi atau
kepentingan masyarakat banyak.45 Dalam terminologi ushul fikih,
fatwa dimaknai sebagai pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid
atau fakih sebagai jawaban yang diajukan oleh peminta fatwa dalam
suatu kasus yang sifatnya tidak mengingat46 Dengan kata lain, fatwa
adalah pendapat hukum yang tidak mengikat yang dikeluarkan untuk
menanggapi persoalan hukum.47 Dengan demikian, fatwa sifatnya
berbeda dengan peraturan perundangan di negeri muslim dan
keputusan pengadilan, Sifat fatwa adalah tidak mengingat. Karena itu
ia tidak memiliki konsekwensi dan akibat hukum yang ketat48
5. Majelis Ulama Indonesia
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Wadah Musyawarah
para Ulama, Zu‟ama, dan Cendekiawan Muslim di Indonesia untuk
membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh
Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395
Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia.49
Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama
Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu‟ama dan
cendekiawan muslim berusaha untuk:
44
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa), h., 240.
45
Rohadi Abdul fatah, Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fikih Islam,( Buku Aksara,
Jakarta, 2006), h., 7.
46
M. Atho Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi ,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998, Cet. Pertama), h., 127.
47
Khaled M. Abou El Fadl, “Speaking in God’s Name: Islamic Law, Authority, and
Women”, diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin , Atas Nama Tuhan Dari Fikih Otoriter ke
Fikih Otoritatif, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004, Cet. Pertama), h., 542.
48
Sofyan, “Posisi Fatwa Dalam Diskursus Pemikiran Hukum Islam”, Jurnal Al- Ulum ,
2010, h., 178.
49
https://mui.or.id/sejarah-mui diakses pada Minggu 21 November 2021 pukul 16.04 WIB.
23
50
Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah Memahami Bank Syariah dengan Mudah,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), h., 6.
24
51
Diakses melalui https://dsnmui.or.id/kami/sekilas/ pada ( 10, September 2022).
25
52
Diakses melalui https://dsnmui.or.id/kami/sekilas/ pada ( 10, September 2022).
53
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional (Diterbitkan
olehBadan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI), h., 171.
54
Nafis, M Cholil, Teori Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: UI-Press, 2011), h., 92.
26
8. Putusan Hakim
Pengertian putusan secara bahasa disebut dengan vonnis (Belanda)
atau al-aqda‟u (Arab), yaitu produk Pengadilan Agama karena adanya
dua pihak yang berlawanan dalam perkara, yaitu “penggugat” dan
55
Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02
Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah
29
56
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2006),
h., 203.
57
Sudikno Mertokususmo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1988),
h., 167-168.
58
Musthofa, Sy, Kepaniteraan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana, 2005), h., 109.
30
9. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan putusan hakim adalah suatu tahapan proses
pengambilan putusan yang dilakukan oleh majelis hakim dalam
mempertimbangkan fakta yang terungkap sejak awal hingga akhir
persidangan perkara berlangsung. Dalam pertimbangan hukum
tersebut dicantumkan pula pasal-pasal dari peraturan hukum yang
menjadi dasar hakim dalam memutus perkara tersebut.59
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang
mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian
hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang
bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan
teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik,
dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan
hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah
Agung.60
Dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman juga menyatakan bahwa: “hakim dan
hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat” dan juga
dalam ayat (2) dan (3) pada Undang – undang ini, juga menjelaskan
bahwa “(2) hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum. (3) hakim dan hakim konstitusi
wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim”.61
Oleh karena itu, putusan yang dijatuhkan oleh hakim harus
benarbenar melalui proses pemeriksaan peradilan yang jujur (fairtrial)
59
Damang, Definisi Pertimbangan Hukum, dalam http://www.damang.web.id diakses 10
September 2022
60
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama , (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2004, Cetakan, Kelima), h., 140.
61
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
31
62
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
31
32
63
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
34
64
https://www.pa-jakartaselatan.go.id/tentang-pengadian/tugas-dan-fungsi.html
35
65
Dilansir dari https://www.pa-jakartaselatan.go.id/tentang-pengadian/visi-dan-misi.html
36
b. Misi
1) Menjaga Kemandirian Pengadilan Agama Jakarta Selatan;
2) Memberikan Pelayanan Hukum Yang Berkeadilan, Transparan dan
Akuntabel;
3) Melaksanakan Penguatan Pengawasan Yang Sistematis dan
berkesinambungan;
4) Mewujudkan Sistem Peradilan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Yang Berbasis IT.
(Gambar 3.1)
Struktur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan
BAB IV
ANALISIS PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM
DALAM MENGADILI SENGKETA EKONOMI
SYARIAH
37
38
66
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama
40
67
Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen Konstitusi(Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2012), hal.,262-263
68
Agus Satory , Hotma Pardomuan Sibuea, “Problematika Kedudukan Dan Pengujian
Peraturan Mahkamah Agung Secara Materiil Sebagai Peraturan Perundang-Undangan”, PALAR
(Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01 (Januari, 2020), h., 14.
45
2. Kedudukan Fatwa-DSN
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1999 telah
membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan SK MUI No
Kep-754/MUI/II/99 tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional,
DSN adalah satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan
fatwa terkait dengan perbankan syariah. Pasal 1 ayat (2) Keputusan
Dewan Syariah Nasional No: 02 Tahun 2000 tentang Pedoman Rumah
Tangga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (PRTD SN-
69
Halimatus, Lailatul, Mukti dan Erie, “Sejarah dan Kedudukan Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah dalam Peraturan Mahkamah AgungNomor 2 Tahun 2008 di Indonesia”, Al -
Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law , (2021), h., 111.
46
70
Astika Nurul Hidayah, Kedudukan Fatwa Ulama Dalam Sistem Hukum Nasional
Sebagai Landasan Operasional Bank Syaria,(Purwokerto: Universitas Muhamadiyah Purwokerto,
2019), h., 96
71
Ahmad Badrut Tamam, “Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (Mui) Dan Fatwa
Dewan Syariah Nasional (Dsn) Dalam Sistem Hukum Indonesia”, Al-Musthofa: Journal Of Sharia
Economics, Volume 4 Nomor 29, (Lamongan, 2021), h., 180.
47
73
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek Hukumnya
(Jakarta: PT Jakarta Agung Offset, 2010), h., 137-138.
49
Pertimbangan Hakim
No Nomor Perkara KET
Fatwa-DSN KHES KUHPer
1 Putusan No 644/Pdt.G/2016/PA.JS Tidak Ya Ya
74
Bambang Murdadi, Otoritas Jasa Keuangan Pengawasan Lembaga Keuangan Baru
Yang Memiliki Kewenangan Penyidikan, (Vol. 8, No. 2, Maret 2012-Agustus 2012), h. 32
75
Diakses melalui https://www.ojk.go.id
76
Diakses melalui https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori
50
Tabel 4.1
Data Perkara Ekonomi Syariah
77
Abdul Aziz, Hakim Pengadilan Agama JakartaSelatan, Interview Pribadi, Jakarta, 27
September 2022
78
Abdul Aziz, Hakim Pengadilan Agama JakartaSelatan, Interview Pribadi, Jakarta, 27
September 2022
52
79
Rosalia di hadapan sidang yang dipimpin oleh Ketua MK Anwar Usman dari
RuanSidang Pleno MK, Jakarta. Diakses pada https://www.mkri.id
58
80
Abdul Aziz, Hakim Pengadilan Agama JakartaSelatan, Interview Pribadi, Jakarta, 27
September 2022
59
81
Abdul Aziz, Hakim Pengadilan Agama JakartaSelatan, Interview Pribadi, Jakarta, 27 September
2022
60
82
Abdul Aziz, Hakim Pengadilan Agama JakartaSelatan, Interview Pribadi, Jakarta, 27 September
2022
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
61
62
B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan uraian kesimpulan
diatas, peneliti memberi saran sebagai berikut:
1. Dalam membuat putusan terhadap sengketa ekonomi syariah
sebaiknya hakim sebagai pengawal keadilan menggunakan Fatwa DSN
dan KHES dalam membuat putusan mengingat peran Fatwa DSN dan
KHES di lingkungan ekonomi syariah telah menjadi peran inti dalam
menciptakan regulasi- regulasi agar ekonomi syariah tegak dan tetap
pada prinsip-prinsip syariah. Selain itu penggunaan Fatwa DSN dan
KHES juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya Disparitas
terhadap putusan – putusan karena penggunaan dasar pertimbangan
hakim yang berbeda dalam membuat putusan.
2. Pemerintah dapat meliat peran Fatwa DSN dalam pengaruhnya di
lingkungan ekonomi syariah. Menyadari kedudukan dan keadaan
Fatwa yang sekarang peneliti berharap agar Fatwa-fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI dapat di jadikan Undang-Undang secara
khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
QS Al-Maidah Ayat 66
QS Al- Hujarat Ayat
49
Buku dan Karya Tulis Ilmiah
A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Islam, Kompetisi Hukum Islam dan
Hukum Umum, Jakarta: Gama Media, 2003.
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Civil Law,
Common Law, Hukum Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006,
Cet. Kedua.
Agus Satory, Hotma Pardomuan Sibuea, “Problematika Kedudukan Dan
Pengujian Peraturan Mahkamah Agung Secara Materiil Sebagai
Peraturan Perundang-Undangan”, PALAR (Pakuan Law Review)
Volume 06, Nomor 01 Januari, 2020.
Ahmad Badrut Tamam, “Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (Mui)
Dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (Dsn) Dalam Sistem Hukum
Indonesia”, Al-Musthofa: Journal Of Sharia Economics, Volume 4
Nomor 29, Lamongan, 2021.
Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah Memahami Bank Syariah dengan
Mudah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonsesia Jakarta: Gama
Media, 2001.
Asshiddiqie,Jimly, dan Safa‟at, M. Ali, Theory Hans KelsenTentang Hukum,
Sekretariat Jendreral & Kepaniteraan Makamah Konstitusi RI,
Jakarta, 2006,Cet. Pertama.
Astika Nurul Hidayah, Kedudukan Fatwa Ulama Dalam Sistem Hukum
Nasional Sebagai Landasan Operasional Bank Syaria,Purwokerto:
Universitas Muhamadiyah Purwokerto, 2019
Aziz Syamsuddi, Proses Dan teknik Penyusunan Undang-undang, Jakarta:
Sinar Grafika, 2011, Cet Pertama.
63
64
Rohadi Abdul fatah, Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fikih Islam, Buku
Aksara, Jakarta, 2006.
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama Jakarta: PT. Rajawali
Press, 2006.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Terjemahan Jilid 13), Bandung: PT. Al-Ma‟arif,
1997.
Shafira Azzahhara Apkar,” Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia Sebagai Sumber Hukum Dalam Perspektif
Hukum Positif Dan Hukum Islam” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negri sultan Thaha Saifuddin, 2021.
Shohibul Itmam, Positivisasi Hukum Islam Di Indonesia, Ponorogo: STAIN
Po Press, 2015.
Soerjono Soekanto, Pokok- Pokok Sosiologi Hukum, Raja Grafindo Prasada,
Jakarta, 2001.
Sofyan, “Posisi Fatwa Dalam Diskursus Pemikiran Hukum Islam”, Jurnal Al-
Ulum , 2010.
Sudikno Mertokususmo, Hukum Acara Perdata Indonesia Yogyakarta:
Liberty, 1988.
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek
Hukumnya Jakarta: PT Jakarta Agung Offset, 2010.
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional
(Diterbitkan oleh Badan Litbang Dan Diklat Kementrian
Agama RI)
Yoyok prasetyo, Ekonomi Syariah Aria Mandiri Group :2011.
Yusridi, Bahan Kuliah Teori Hukum MIH Fakultas Hukum
UNDIP Semarang, tanggal 14 November 2014.
Website
Damang, Definisi Pertimbangan Hukum, dalam http://www.damang.web.id
diakses 10 September 2022 Pukul 21.00 WIB.
Dewan Syariah Nasiona lndonesia - Majelis Ulama Indonesia, “Sekilas
tentang DSN-MUI”, Diakses melalui https://dsnmui.or.id pada 10,
September 2022 pukul 16.00 WIB.
Mahkamah Agung, “Putusan Ekonomi Syariah Pengadilan Agama Jakarta
Selatan” Diakses melalui https://putusan3.mahkamahagung.go.id
pada Minggu 7 Agustus2022 Pukul 23.00 WIB.
Majelis Ulama Indonesia, “Sejarah MUI”, https://mui.or.id diakses pada
Minggu 21 November 2021 pukul 16.04 WIB.
Otoritas Jasa Keuangan “Fatwa DSN-MUI”, Diakses melalui
https://www.ojk.go.id pada senin, 24 Oktober pukul 01.08 WIB.
68
Wawancara
Abdul Aziz, Hakim Pengadilan Agama JakartaSelatan, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2022.