Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan


dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi
pada ibu,atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan
dipengaruhi oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin
keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding
perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin
(passanger),  faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor
psikis (Mochtar, 1998)

Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang,
maka proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila
salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang
menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir,
kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat
berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan
spontan normal jugadi pengaruhi berbagai faktor yang kompleks,
misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang
kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada
dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi
rakyat (Kusumawati, 2006)

       Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia.


Berdasar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun
2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan
lama adalah sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7%
persalinan, dan angkake jadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang
tidak mengalami komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%.
Berdasarkan survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di Indonesia masih
perlu peningkatan pelayanan dan harus dibenahi dengan berbagai
pendekatan (Kusumawati, 2006)Kusumawati, 2006).

Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk


pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan
abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman -
kuman pada alat genetalia pada waktu persalinan.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari
kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini
perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun
dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan


berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada beberapa
jam setelah bayi dilahirkan dan plasenta di keluarkan adalah masa-masa
perhatian dimana seorang ibu perlu benar-benar dipantau keadaannya.
Karena pada saat - saat itu bisa terjadi masalah seperti adanya perdarahan
dan juga infeksi akibat masuknya bakteri atau kuman di tempat bekas
jahitan akibat proses kelahiran.

B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi partus lama,retensio urine dan infeksi puerperalis?
2) Apa etiologi partus lama, retensio urine dan infeksi puerperalis?
3) Bagaimana gejala klinik dari partus lama, retensio urine dan infeksi
puerperalis?
4) Bagaimana tanda dan gejala dari partus lama, retensio urine dan infeksi
puerperalis?
5) Apa akibat dari partus lama, retensio urine dan infeksi puerperalis?

C. Tujuan
1) untuk mengetahui definisi dan etiologi partus lama, retensio urine dan
infeksi puerperalis
2) Untuk mengetahui tanda gejala klinik dari partus lama, retensio urine dan
infeksi puerperalis
3) Untuk mengetahui akibat dan penanganan dari partus lama, retensio urine
dan infeksi puerperalis

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah askeb lanjutan Sebagai
indikator untuk mengukur kemampuan penulis.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi untuk mengukur kemampuan mahasiwa.
3. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan Mengenai Penanganan
Kegawatdaruratan Partus Lama/Macet dan Rujukannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kala II Lama
1. Pengertian
Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam
pada primi, dan lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi (Sinopsis
Obsestetri, 2010). Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung
lebih dari 12 jam, baik pada primipara maupun multipara. Persalinan
lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I dan kala II (Wiknjosastro,
2010). Penilaian proses persalinan dengan menggunakan patograf sangat
membantu.
Partus lama (prolongend labor) merupakan suatu masalah
diindonesia, karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari persalinan masih
ditolong oleh dukun. Dan baru dikit sekali dari dukun beranak ini yang
telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun. Karenanya kasus-kasus
partus lama masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita
berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat
idealnya tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus lama.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi.

Partus lama adalah perjalanan persalinan yang berlangsung lebih


dari 24 jam, tetapi belum menimbulkan komplikasi maternal atau fetal.

2. Etiologi
Etiologi terjadinya kala II lama ini adalah multikomplek dan tentu
saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan
yang baik dan penatalaksanaanya. Faktor-faktor penyebab antara lain :
a. Kelainan letak jantung
b. Kelainan-kelainan panggul
c. Kelainan kekuatan his dan mengejan
d. Pimpinan persalinan yang salah
e. Janin besar atau ada kelainan kongenital
f. Primi tua primer dan sekunder
g. Perut gantung, grandmulti
h. Ketuban pecah dini ketika serviks manih menutup, keras, dan belum
mendatar
i. Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten
j. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan.
3. Patofisiologi
Persalian kala II ditegakan dengan melakukan pmeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Kemajuan persalinan dalam
kala II dikatakan kurang baik apabila penurunan kepala janin tidak
teratur di jalan lahir, gagalnya pengeluaran pada fase pengeluaran
(Prawiharjo, 2012). Kesempitan panggul dapat menyebabkan persalinan
yang lama atau persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan
yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan
bagian terbawah kurang menutupi pimtu atas panggul sehingga ketuban
sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap
tidak dapat menekan serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir
lunak (kelianan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva,
vagina serviks dan uterus.
Pimpinan persalinan yang salah dari penolong, teknik meneran
yang salah, bahkan ibu bersalin yang kelelahan dan kehabisan tenaga
untuk meneran dalam proses persalinan juga bisa menjadi salah satu
penyebab terjadinya kala II lama.
4. Manifestasi Klinis
a. Janin tidak lahir stelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada
primigravida dipimpin mengedan sejak pembukaan lengkap.
b. Ibu tampak kelelahan dan lemah
c. Kontraksi tidak teratur tetapi kuat
d. Dilatasi serviks lambat dan tidak terjadi
e. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontaksi
adekuat.

5. Komplikasi
a. Infeksi Intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan
janinnya pada partum lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.
Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia.
b. Ruptur Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya
serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi
dan pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea.
c. Cincin Retraksi Palologis
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus,
tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus.
d. Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu lma, maka bagian janin lahir yang
terletak diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan.
e. Cedera Otot Dasar Panggul
Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan atau fasia perhubungnya
merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada persalinan pervaginam
terutama apabila persalinannya sulit.
6. Gejala klinik
1. pada ibu :
gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat, dan meteorismus.
2. Pada janin
 Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negative, air
ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
 Kaput suksedeneum
 Maulage kepala yang hebat
 Kematian janin dalam kandungan
 Kematian janin intra partal

7. Penanganan
1. Perawatan pendahuluan :
Penatalaksaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
a. Pasang infuse Ringer Laktat atau Nacl 0,9% (guyur 1 kolf dan
tetes cepat pada kolf berikutnya).
b. Deksametason 10 mg(2 ampul) secara intravena
c. Pemberian antibitika
 Ceftriaxone 1gr/intravena (skill test)
 Cefotaxime 1-2 gr/intravena (skin test)
d. Pasang oksigen 2-3 liter per menit.
2. Pertolongan :
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep,
manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal,
seksio sesarea, dan lain-lain, tergantung hasil evaluasi obstetrik.

B. Retensio Urine Post Partum


1. Pengertian
Retensio urine adalah tertahannya urine didalam kandung kemih,
dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada keadaan akut miksi berhenti
secara mendadak, klien tidak bisa BAK. Dalam keadaan kronis retensi urine
terjadi akibat adanya obstruksi yang terus menerus pada uretra. Retensio
Urine post partum merupakan tidak adanya proses berkemih spontan setelah
kateter mnerap dilepaskan, atau dapat berkemih spontan dengan urine sisa
kurang dari 150 ml.

2. Etiologi
Retensio Urine terbagi menjadi dua yaitu retensio urine akut dan
retensio urine kronik :
a. Retensio urine akut
1) Berlangsung ≤ 24 jam post partum
2) Terjadi akibat kerusakan yang permanen khusunya
gangguan pada otot detrusor
3) Post operasi dan post partum merupakan penyabab
terbanyak retensi urine akut.
b. Retensio urine kronik
1) Berlangsung >24 jam post partum.

3. Klasifikasi
a. Retensi Urine Covert
(volume residu urine >150 ml pada hari pertama postpartum tanpa
gejala klinis). Wanita dengan volume residu setelah BAK ≥ 150 ml dan
tidak terdapat gejala klinis retensi urine, termasuk kategori ini.
b. Retensi Urine overt
(retensi urine akut post partum dengan gejala klinis) adalah
ketidakmampuan berkemih secara spontan setelah proses persalinan tidak
dapat berkemih spontan dalam 6 jam setelah persalinan.

4. Faktor Resiko
a. Riwayat kesulitan berkemih
b. Primipara
c. Pasca anestesi blok epidural, spinal atau pudenda
d. Persalinan yang lama atau distosia bahu kala II lama
e. Trauma perineal
f. Katererisasi selama atau setelah kelahiran
g. Perubahan sensasi setelah berkemih
h. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap

5. Gejala Klinis
a. Kesulitan BAK
b. Pancaran kencing lemah, lambat dan terputus-putus
c. Keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada
suprapubik saat berkemih dan rasa tidak puas setelah berkemih
d. Kandung kemih terasa penuh (distensi abdomen)
e. Kencing menetes setelah berkemih
f. Sering berkemih dengan volume yang kecil
g. Keterlambatan berkemih lebih dari 6 jam setelah persalinan
h. Kesulitan dalam memulai berkemih setelah persalinan
i. Letak fundus uteri tinggi.

6. Penatalaksanaan
a. Bladder Training
Kandung kemih mengembang kateter foley selama 24-48 jam
untuk menjaga kandung kemih tetap kosong. Kateter lepas, pasien harus
dapat berkemih secara spontan dalam waktu 2-6 jam. Setelah berkemih
secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali.
b. Hidroterapi
Untuk memperbaiki siklus darah sehingga dapat memperbaiki
fungsi jaringan dan organ
1) Resionalisasi hidroterapi dengan air hangat
2) Resionalisasi hidroterapi dengan air dingin.

C. Infeksi Puerperalis
1. Pengertian
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oelh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan
dan nifas (Sarwono Prawiroharjo, 2005). Infeksi puerperalis adalah keadaan
yang mencangkup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Mochtar Rustam, 1998). Infeksi puerperalis adalah infrksi peradangan pada
semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatnya sahu badan 38℃ tanpa menghitung hari pertama dab berturut-
turut selama 2 hari.
Infeksi puerperalis ialah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas laserasi plasenta.
Demam dalam masa nifas sebagian besar disebabkan infeksi nifas, maka
demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam
dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifasdan postpartum indeks
kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga
disebabkan oleh pyelitis, infeksi jalan pernapasan, malaria, tyhpus dan lain-
lain.
Morbiditas nifas ditandai oleh suhu 38 C atau lebih, yang terjadi
selama 2 hari berturut-turut. kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam
postpartum dalam 10 hari pertama masa nifas. Kejadian infeksi nifas
berkurang antara lain karena adanya anti biotica, berkurangnya operasi
merupakan trauma yang berat, pembatasan lamanya persalinan, asepsis,
transfusi darah dan bertambah baiknya kesehatan umum (kebersihan, gizi dan
lain-lain).
Kuman-kuman penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar
(exogen) atau dari jalan lahir penderita sendir (endogen). Golongan kedua
lebih sering menyebabkan infeksi. Kuman yang tersering menjadi penyebab
ialah streptococcus, bacil coli, sthapylococcus, tapi kadang-kadang kuman
lain yang memegang peranan seperti bacil welchii, gonococcus, bacil thypus
atau clastridium tetani.
2. Cara infeksi :
Kemungkinan terbesar ialah bahwa si penolong sendiri membawa
kuman kedalam rahim penderita ialah karena membawa kuman yang telah
ada dalam vagina ke atas, misalnya dengan pemeriksaan dalam. Mungkin
juga tangan penolong atau alat-alatnya masuk membawa kuman-kuman
dari luar misalnya dengan infeksi tetes. Karena itu baiknya memakai
masker dalam kamar bersalin dan pegawai dengan infeksi jalan nafas
bagian atas hendaknya ditolak dikamar bersalin. Kadang-kadang infeksi
datang dari penolong sendiri misalnya kalau ada luka pada tangannya yang
kotor atau dari pasien lain. Seperti pasien dengan infeksi puerperalis, luka
operasi yang ,meradang dengan corccinoma uteri atau dari bayi yang
infeksi disebabkan coitus pada bulan terakhir.

3. Prognosa :
Terutama tergantung pada virulensi kuman dan daya tahan penderita.
B. Infeksi luka perinium
Luka menjadi nyeri, merah bengkak akhirnya luka terbuka dan
mengeluarkan getah bernanah.
C. Infeksi luka cervix
Kalau lukanya dalam, sampai ke parametrium dapat menimbulkan
parametritis.
D. Endomtritis
Infeksi puerperalis paling sering menjelma sebagaai endometritis
setelah masa inkubasi, kuman-kuman menyerbu kedalam luka
endometru, biasanya luka bekas perlekatan.
E. Thromboplebilitis
Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan sebab
yang terpenting kematian karena infeksi puerperalis, dua golongan
vena biasanya memegang peranan:
a. Vena-vena dinding rahim dan lig. Latum ( vena ovarica,
vena uterine dan vena hypogastrica)

b. b.vena-vena tungkai (vena femoralis poplitea dan saphena)


radang vena-vena golongan a. disebut thrombophebilitis
pelvic dan inpeksi vena-vena golongan b. disebut
thrombophebilitis femoralis.
4. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan
lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari
50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman - kuman yang sering
menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :

1) Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan


menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain , alat
alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
2) Sococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
3) Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rectum ,
menyebabkan infeksi terbatas.
4) Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun
dari luar rumah sakit.

Sepsis puerperalis terjadi kalau setelah persalinan ada sarang


sepersis dalam badan yang secara terus menerus atau periodik melepaskan
kuman-kuman kedalam peredaran darah dan dengan demikian secara
mutlak mempengaruhi gambaran penyakit (yang terjadi hanya
dipengaruhi oleh proses dalam sarang ).
Pada sepsis dapat dibedakan:
-porte d’entrée : biasanya bekas insersi placenta
-sarang sepsis primer : hrombophebilitis pada vena uterine atau vena
ovarica
-sarang
Sepsis sekunder (metastastis) misalnya paru-paru sebagai absces
paru-paru pada katub jantung sebagai endocarditis ulcerosa septic,
disamping itu dapat terjadi absces di ginjal, hati, lyimpha, otak dan lain-
lain.

5. Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah
bekas luka berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-
benjol, karena banyaknya vena yang di tutupi trombus dan merupakan area
yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan masuknya jenis -
jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami
perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan
tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-
luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi
dapat terjadi sebagai berikut :

 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa
sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam jalan lahir
tidak sepenuhnya bebas dari kuman - kuman.
 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang
lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan
mulut petugas yang bertugas harus di tutupi dengan masker dan
penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki kamar bersalin.
 Dalam rumah sakit selalu banyak kuman - kuman patogen, berasal
dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman - kuman ini bisa
di bawah melalui aliran udara kemana - mana, antara lain ke handuk,
kain-kain yang tidak steril dan alat - alat yang di gunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
 Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban.
 Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala - gejala pada
waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum basanya
terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama
pecah dan beberapa kali di lakukan pemeriksaan dalam. Gejala-
gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan
takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban
biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum
kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan
dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin

6. Penatalaksanaan

1. Pencegahan
o Selama kehamilan Pencegahan infeksi selama kehamilan antara

lain :
 Perbaikan Gizi.
 Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
 Personal Hygine.
o Selama persalinan
 Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilisasi yang baik.
 Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
 Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat
harus suci hama.
 Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun
perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya
terjaga sterilisasi selama masa nifas.
 Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi,
begitupula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan
dengan alat kandungan harus steril.
 Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam
ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu sehat.
 Tamu yang berkunjung harus di batasi
2. Pengobatan
o Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina,

luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan


antibiotika yang sesuai dalam pengobatan.
o Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat, karena hasil
pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spectrum luas menunggu hasil laboratorium.
o Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah
o Perhatikan diet : TKTP, lakukan transfusi darah, pengobatan
kemoterapi dan antibiotika.
o Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4 - 6 jam
kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa atau force,
bactrim.
o Kemasan penisilin. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol.
Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan.
Tidak ada gunanya memberikan obat-obatan yang mahal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Partus lama disebut juga dengan partus kasep dan partus terlantar.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung lama,
dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi baik pada terhadap ibu maupun
terhadap anak. Dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.

Adapun gejala dari partus lama ini yang berdampak pada ibu adalah
ibu mengalami gelisah,letih,suhu badan meningkat,berkeringat,nadi cepat,
pernafasan cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai
lingkaran Bandle tinggi, edema vulva ,edema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekonium. Dan pada bayi adalah denyut jantung janin
cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif. Air ketuban terdapat mekonium,
kental kehijauan, berbau. Caput sucsadaneum yang besar.

Retensio urine adalah tertahannya urine didalam kandung kemih,


dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada keadaan akut miksi berhenti
secara mendadak, klien tidak bisa BAK. Dalam keadaan kronis retensi urine
terjadi akibat adanya obstruksi yang terus menerus pada uretra. Retensio
Urine post partum merupakan tidak adanya proses berkemih spontan setelah
kateter mnerap dilepaskan, atau dapat berkemih spontan dengan urine sisa
kurang dari 150 ml.
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oelh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan
dan nifas (Sarwono Prawiroharjo, 2005). Infeksi puerperalis adalah keadaan
yang mencangkup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Mochtar Rustam, 1998). Infeksi puerperalis adalah infrksi peradangan pada
semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatnya sahu badan 38℃ tanpa menghitung hari pertama dab berturut-
turut selama 2 hari.
Infeksi puerperalis ialah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas laserasi plasenta.
Demam dalam masa nifas sebagian besar disebabkan infeksi nifas, maka
demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam
dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifasdan postpartum indeks
kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga
disebabkan oleh pyelitis, infeksi jalan pernapasan, malaria, tyhpus dan lain-
lain.

B. Saran
Sebaiknya perawat mampu memberikan asuhan kebidanan dan keperawatan
pada ibu nifas dengan infeksi dengan benar
Semoga makalah ini di harapkan bermanfaat bagi pembaca dan kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran membangun demi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rusatam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta

Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologis & Fisiologi Persalinan. C.V
ANDI OFFSET. Yogyakarta

Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. PT Bina Pustaka. Jakarta

Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri


Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan
Kedua. Jakarta :Media Aesculapius.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.

Andi.Retensio Urin Post Partum. Dalam : Jurnal kedokteran Indonesia,


Vol.20,Februari 2008

Pribakti B. Tinjauan kasus Retensi Urin Postpartum di RS.Unlam/RS.Unli


Banjarmasin 2002-2003.Dexa Medica,2006.

Yustini,E. dkk. Efektivitas bladder training terhadap BAK spontan post partum.
Majalah obstertri ginekologi Indonesia.vol.32:4. Oktober 2008.

Junizab. Penanganan retensi urin pasca persalinan . uroginekologi 1 sub bagian


uroginekologi rekontruksi bagian obsertri ginecologi FKUI jakrta. 2002.

Anda mungkin juga menyukai