Admin, 07. 101 - 112 - 338-Revisi 2 Text-657-1-15-20181112
Admin, 07. 101 - 112 - 338-Revisi 2 Text-657-1-15-20181112
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium IPA dalam melatih
keterampilan komunikasi ilmiah siswa SMP Negeri 1 Ende tahun pelajaran 2017/2018. Pengembangan
perangkat pembelajaran menggunakan model R&D dan diujicobakan di kelas VII SMP Negeri 1 Ende pada
semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design.
Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berkategori valid meliputi Silabus, RPP, LKS dan tes hasil belajar siswa; 2)
Perangkat pembelajaran berkategori praktis ditinjau dari keterlaksanaan RPP,siswa merespon positif perangkat
yang dikembangkan dan implementasinya; serta 3) Perangkat pembelajaran telah efektif ditinjau dari: (a)
Peningkatan pengetahuan siswa; (b) Peningkatan keterampilan komunikasi ilmiah siswa. Berdasarkan hasil
analisis data dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis laboratorium IPA yang digunakan
valid, praktis, dan efektif untuk melatih keterampilan komunikasi ilmiah siswa.
Abstract
This research aims to produce teaching materials based on science laboratory which is valid, practical, and
effective to facilitate the students’ scientific communication skill. The development of teaching material used the
R&D model and was implemented in 7th grade of SMP Negeri 1 Ende in the second semester of 2017/2018 by
using the Pre-Experimental One-Group Pretest-Posttest Design. The data collection used documentation,
observation, test, and quetionnaires. The data analysis techniques used quantitative and qualitative descriptive
analysis.The results of this research are:1) Teaching material developed is valid to be used. It consists of
Syllabus, Lesson Plan, Student Worksheet and Test of student learning outcomes; 2) The practicality of teaching
material is categorized into feasible according to lesson plan implementation, students give a positive responses
toward teaching material and the implementation of teaching material; and 3) The teaching material is effective
in terms of: (a) Improvement of students’ learning achievement; (b) Improvement of students’ scientific
communication skill. Thus, the teaching materials based on science laboratory are valid, practical, and effective
to facilitate the students’ scientific communication skill.
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 103
Yasinta Embu Ika
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
104 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018
tersebut maka akan memberikan efek maka perlu dilakukan perubahan terhadap
terhadap pembelajaran pada tingkatan kegiatan pembelajaran di kelas sehingga
selanjutnya. Pemilihan metode pembelajaran siswa dapat memperoleh keterampilan
yang sesuai harus dipertimbangkan agar berkomunikasi ilmiah, tidak hanya menghafal
siswa dapat menguasai konsep sepenuhnya konsep saja melainkan siswa juga harus ikut
dan tidak terjadi miskonsepsi. Sisovic, et al terlibat dalam memperoleh konsep tersebut
(2000) menambahkan bahwa topik asam basa dengan cara berdebat dan presetasi
merupakan salah satu materi kimia yang kelompok. Penelitian ini akan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah mengimplementasikan pembelajaran berbasis
satu konsep yang diajarkan dalam topik asam laboratorium IPA yang memberikan
basa adalah mengidentifikasi sifat asam basa kesempatan untuk melatih keterampilan
suatu zat dengan menggunakan indikator, komunikasi ilmiah siswa.
sehingga perlu adanya suatu kegiatan
eksperimen agar tujuan dari pembelajaran
tersebut dapat tercapai. Pembelajaran pada METODE
topik asam basa ini sesuai jika di ajarkan
dengan metode laboratorium. Siswa dapat Penelitian ini adalah penelitian
bekerja dalam berkelompok, berdiskusi pengembangan yang berorientasi pada produk
dengan anggota kelompoknya, menyampaikan dalam bidang pendidikan. Produk yang
hasil kegiatan laboratorium mereka, dihasilkan dalam penelitian ini berupa
memberikan pendapat dan juga menjawab perangkat pembelajaran untuk melatih
pertanyaan, dengan demikian selain keterampilan komunikasi ilmiah siswa melalui
penguasaan konsep siswa akan maksimal, kegiatan berbasis laboratorium IPA. Subjek
juga dapat melatih keterampilan komunikasi penelitian adalah 37 siswa kelas VII-C SMP
siswa. Negeri 1 Ende Tahun Pelajaran 2017/2018.
Konsep asam basa dalam kurikulum Implementasi perangkat pembelajaran
2013 termasuk ke dalam materi pokok dilakukan pada Pengembangan perangkat
klasifikasi benda. Materi pokok klasifikasi pembelajaran berbasis laboratorium IPA
benda ini mencakup beberapa sub materi yaitu dilakukan menggunakan metode research and
ciri-ciri makhluk hidup, wujud zat, unsur, development (R&D) dari Thiagiarajan (dalam
senyawa, campuran serta asam basa. Ibrahim, 2002) yang dikembangkan peneliti,
Berdasarkan hasil angket yang diberikan dimana peneliti bertindak sebagai guru IPA.
kepada siswa untuk mengetahui kemampuan Teknik pengumpulan data
komunikasi ilmiah siswa terhadap sub materi menggunakan beberapa instrumen penelitian,
tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan diantaranya lembar validasi perangkat, lembar
komunikasi ilmiah siswa masih kurang. pengamatan keterlaksanaan pembelajaran,
Sebesar 60% siswa memberikan jawaban lembar penilaian keterampilan komunikasi
yang salah dan dengan sengaja tidak ilmiah, lembar penilaian hasil belajar, lembar
memberikan jawaban karena lupa. Hal ini angket respon siswa dan lembar pengamatan
menunjukkan bahwa meskipun siswa sudah kendala. Data yang diperoleh berupa hasil
mempelajari materi klasifikasi benda, tetapi validasi perangkat pembelajaran, hasil
konsep yang diajarkan oleh guru tidak masuk penilaian keterampilan komunikasi ilmiah
ke dalam memori jangka panjang siswa. Hasil siswa, dan hasil belajar siswa dianalisis secara
observasi terhadap guru menunjukkan bahwa deskriptif kuantitatif dengan skor. Data hasil
dalam mengajarkan suatu konsep kepada pengamatan keterlakasanaan pembelajaran
siswa, guru lebih memilih untuk meminta siswa dan respon siswa dianalisis secara deskriptif
membaca apa yang ada pada buku teks kualitatif dengan presentase. Sementara itu,
selanjutnya meminta siswa menjawab soal- hasil pengamatan kendala pembelajaran
soal yang ada pada buku tersebut. dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
Berdasarkan permasalahan tersebut, klasifikasi.
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 105
Yasinta Embu Ika
HASIL
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Validasi perangkat pembelajaran yang
meliputi silabus, RPP, LKS, dan tes hasil
belajar siswa secara keseluruhan berkategori
valid. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran yang dikembangkan Gambar 1. Grafik hasil belajar kompetensi
layak digunakan dalam pembelajaran. sikap
Keterangan: Kompetensi sikap rasa syukur
2. Keterlaksanaan RPP siswa memperoleh rerata nilai 3.22; sikap
Pengamatan terhadap keterlaksanaan jujur siswa meperoleh rerata nilai 3.10;
RPP dalam pembelajaran dilakukan oleh dua sedangkan sikap telisi siswa memperoleh
orang pengamat. Secara keseluruhan dari 19 rerata nilai 3.00
aspek yang dinilai, seluruh aspek telah Rasa syukur siswa terhadap kebesaran
teramati dengan persentase 100%, sementara Tuhan selama empat kali pertemuan
itu persentase kesepakatan untuk penilaian dengan kategori baik (Permendikbud No
masing-masing aspek oleh pengamat berkisar 104 Tahun 2014). Sikap ini telah
antara 85-100%. Hasil tersebut menunjukkan diintegrasikan oleh guru ke dalam tiap-tiap
bahwa telah terjadi kesepakatan penilaian pertemuan. Pada awal dan di akhir KBM,
antara 2 pengamat sebab secara perhitungan guru senantiasa mengajak siswa untuk
nilai persentase kesepakatan yang diperoleh berdoa dan memanjatkan syukur terhadap
≥75 (Borich, 1994). Berdasarkan penjelasan karunia Tuhan.
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sikap kejujuran dan ketelitian siswa
kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium selama empat kali pertemuan memperoleh
IPA telah terlaksana dengan baik. nilai dengan kategori baik (Permendikbud
Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran No 104 Tahun 2014). Guru
yang menunjukkan nilai baik ini tidak terlepas mengintegrasikan sikap jujur dan teliti pada
dari perangkat pembelajaran yang digunakan. saat siswa melakukan percobaan. Guru
Perangkat pembelajaran telah divalidasikan senantiasa mengingatkan siswa untuk
kepada dosen ahli dan memperoleh nilai melakukan kegiatan penyelidikan dan
dengan kriteria valid. Nilai tersebut mengelola data yang diperoleh secara jujur
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan teliti.
yang digunakan dalam penelitian ini memang Pembelajaran berbasis laboratorium IPA
telah layak untuk diterapkan dalam akan menjadikan siswa terbiasa berperilaku
pembelajaran. sebagai saintis (objektif, jujur, teliti, kreatif
dan menghargai orang lain) (Rustaman,
PEMBAHASAN 2005). Siswa juga dapat mengembangkan
1. Hasil Belajar Siswa keterampilan dalam menggunakan
a. Sikap peralatan dengan benar dan aman,
Penilaian hasil belajar sikap ditunjukkan
membuat rancangan pengamatan,
dalam gambar 1 grafik di bawah ini.
membuat pengukuran dan prosedur sains
dengan baik (Singer et al, 2006). Jadi,
melalui kegiatan laboratorium IPA, siswa
dilatih untuk mengembangkan kemampuan
bereksperimen dengan melatih
kemampuan siswa dalam mengobservasi
dengan jujur, mengolah data hasil
pengamatan secara teliti serta senantiasa
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
106 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 107
Yasinta Embu Ika
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
108 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 109
Yasinta Embu Ika
baik. Seluruh siswa telah mencapai Nilai baik yang diperoleh siswa pada
ketuntasan baik secara individu maupun tiap kompetensi dalam keterampilan
secara klasikal. Siswa dapat memberikan komunikasi lisan menunjukkan bahwa
pendapatnya sejak pada tahap pra- kegiatan pembelajaran berbasis
laboratorium. Tahap tersebut laboratorium IPA memang dapat digunakan
mengharuskan siswa berpartisipasi untuk untuk melatih keterampilan komunikasi
membuat rancangan pengamatan/ lisan siswa, terlepas dari adanya beberapa
percobaan. Siswa pada tahap kegiatan siswa yang belum tuntas. Hal ini juga
laboratorium juga membutuhkan didukung oleh Singer et al (2006) yang
kemampuan ini untuk melaksanakan menyatakan bahwa kegiatan laboratorium
kegiatan pengamatan/ percobaan secara memang memegang peranan penting
lancar. Siswa juga dapat berpartispasi dalam membangun segala aspek yang
mengemukan pendapatnya ketika siswa dapat meningkatkan kemampuan
berada dalam diskusi kelas. Kompetensi berargumen siswa jika kegiatan
menanggapi ide/ pendapat juga laboratorium yang dilaksanakan
memperoleh nilai dengan kriteria baik, dan diintegrasikan dengan kegiatan diskusi
masing-masing siswa telah tuntas baik dalam kelompok, kegiatan pembelajaran
secara klasikal maupun individual. serta instruksi sains yang lain. Kegiatan
Kesempatan yang diberikan kepada siswa tersebut memberikan kesempatan kepada
untuk dapat menyampaikan ide-idenya siswa untuk berargumentasi sesuai dengan
menjadikan siswa memiliki peran yang apa yang mereka yakini. Kegiatan
penting di kelas. Hal ini menjadikan siswa laboratorium juga menyediakan upaya/
merasa lebih dihargai sehingga siswa lebih keuletan siswa dsan data untuk
termotivasi lagi mengikuti kegiatan membangun kemampuan bernalar secara
pembelajaran (Schulz, 2008). ilmiah. Yusuf & Adeoye (2012) juga
Keterampilan melakukan presentasi menambahkan bahwa untuk meyakinkan
lisan memperoleh nilai rata-rata baik, keterampilan komunikasi siswa, guru harus
meskipun ada satu siswa yang belum menambahkan kegiatan diskusi/ debat dan
tuntas. Kegiatan presentasi lisan berkaitan juga kegiatan presentasi lisan dalam
erat dengan kemampuan siswa untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut
berbicara di depan orang lain. Pada akan membantu siswa dalam berpendapat
dasarnya memang siswa telah terbiasa dan menanggapi pendapat serta
berbicara di hadapan anggota mengajukan maupun menjawab
kelompoknya, tetapi untuk presentasi lisan pertanyaan.
ini siswa harus berbicara di hadapan Kegiatan pembelajaran berbasis
audiens dengan jumlah lebih banyak laboratorium IPA selain dapat melatih
daripada sebelumnya. Siswa harus keterampilan komunikasi lisan siswa, juga
memiliki tingkat kepercayaan diri yang dapat melatih keterampilan komunikasi tulis
tinggi ketika harus presentasi di depan siswa. Beberapa aspek dalam kegiatan
kelas. Artikulasi harus jelas dan volume laboratorium juga menyediakan
suara harus dapat di dengar oleh seluruh kesempatan bagi siswa untuk melatih
siswa. Siswa juga tidak boleh hanya keterampilan komunikasi tulisnya, seperti
sekedar menyampaikan materi saja, tetapi membuat tabel hasil pengamatan,
apa yang disampaikan harus sesuai menganalisis data dan membuat
dengan konsep sains. Hal ini didukung oleh kesimpulan. Hasil penilaian rata-rata untuk
pendapat dari Roosendal & Geurts (1999) masing-masing kompetensi keterampilan
bahwa kegiatan presentasi tidak hanya komunikasi tulis siswa disajikan dalam
sekedar menguasai strateginya saja, gambar 5 grafik di bawah ini.
melainkan juga harus didukung dengan
pengetahuan sains.
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
110 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 111
Yasinta Embu Ika
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
112 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 113
Yasinta Embu Ika
Jufri, W. (2013). Belajar dan pembelejaran Safdar, M., Shah, I., Rifat, Q., Afzal, T., Iqbal,
sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. A., Malik, R. H., and Wing, C. (2014).
Pre-labs as advance organizers to
Kemdikbud. (2014). Buku guru ilmu facilitate meaningful learning in the
pengetahuan alam SMP/ MTs kelas physical science laboratory. Middle
VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Eastern & African Journal of
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Educational Research. Issue 7.
Nur, M. (2008). Pemotivasian siswa untuk Schulz, B. (2008). The importance of soft
belajar. Surabaya: PSMS Unesa. skills: education beyond academic
knowledge. Journal of Language and
Nur, M., Wikandari, P.R., dan Sugiarto, B. Communication.
(2008). Teori-teori pembelajaran
kognitif. Surabaya: PSMS Unesa. Singer, S., Hilton, M., and Schweingruber, H.
(2006). America’s lab report:
Nur, M. dan Wikandari, P.R. (2008). investigation in high school science.
Pengajaran berpusat kepada siswa Washington, D.C.: The National
dan pendekatan konstruktivis dalam Academy Press.
pengajaran. Surabaya: PSMS Unesa.
Sisovic, D., and Bojovic, S. (2000).
Permendikbud nomor 81A tahun 2013. Approaching the concepts of acids
Implementasi Kurikulum, lampiran IV. and bases by cooperative learning.
Pedoman Umum Pembelajaran: Chemistry Education: Research and
Depdikbud. Jakarta. Practice. 1(2), 263-275.
https://doi.org/10.1039/A9RP90027F.
Permendikbud nomor 104 tahun 2014.
Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik Subiyanto. (1988). Pendidikan ilmu
pada pendidikan dasar dan pendidikan pengetahuan alam. Jakarta: PPLPTK.
menengah. Pedoman Umum
Pembelajaran. Depdikbud: Jakarta. Trilling, B and Fadel, C. (2009). 21stCentury
skills: Learning for life in our times.
Squier, C., Renaud, J., & Larsen, S. C. (2006). USA: Jossey-Bass.
Integration of a communicating
science module into an advanced Yusuf, F. A., & Adeoye, E. A. (2012).
chemistry laboratory course. Journal Developing critical thinking and
of chemical education, 83(7), 1029. communication skills in students:
http://doi.org/10.1021/ed083p1029. Implications for practice in
education. African Research
Riduwan. (2010). Skala pengukuran variabel- Review, 6(1), 311-324.
variabel penelitian. Bandung: Alfabeta. http://dx.doi.org/10.4314/afrrev.v6i1.26
Roosendal, H. E & Geurts, P. A. (1999). Zaman, T. U., Bhatti, R. U., & Ghias, F. (2012).
Forces and functions in scientific Effectiveness Of Pre-Labs At Secondary
communication: an analysis of their School Level Chemistry Lab. Pakistan
interplay. Educational and Scientific Journal of Science, 64(1), 16-19.
Information Centre (ESIC) Twente
University.
Rustaman, N. (2005). Strategi belajar
doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338