Anda di halaman 1dari 13

JIPFRI, Vol. 2 No.

2 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah)


Halaman: 101 - 113
November 2018

Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih


Keterampilan Komunikasi Ilmiah Siswa SMP Kelas VII
Yasinta Embu Ika
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Flores
Jl. Sam Ratulangi Paupire Ende, Indonesia
*E-mail: ikayasinta223@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium IPA dalam melatih
keterampilan komunikasi ilmiah siswa SMP Negeri 1 Ende tahun pelajaran 2017/2018. Pengembangan
perangkat pembelajaran menggunakan model R&D dan diujicobakan di kelas VII SMP Negeri 1 Ende pada
semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design.
Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berkategori valid meliputi Silabus, RPP, LKS dan tes hasil belajar siswa; 2)
Perangkat pembelajaran berkategori praktis ditinjau dari keterlaksanaan RPP,siswa merespon positif perangkat
yang dikembangkan dan implementasinya; serta 3) Perangkat pembelajaran telah efektif ditinjau dari: (a)
Peningkatan pengetahuan siswa; (b) Peningkatan keterampilan komunikasi ilmiah siswa. Berdasarkan hasil
analisis data dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis laboratorium IPA yang digunakan
valid, praktis, dan efektif untuk melatih keterampilan komunikasi ilmiah siswa.

Kata kunci: Pembelajaran berbasis Laboratorium IPA, Keterampilan komunikasi ilmiah

Abstract
This research aims to produce teaching materials based on science laboratory which is valid, practical, and
effective to facilitate the students’ scientific communication skill. The development of teaching material used the
R&D model and was implemented in 7th grade of SMP Negeri 1 Ende in the second semester of 2017/2018 by
using the Pre-Experimental One-Group Pretest-Posttest Design. The data collection used documentation,
observation, test, and quetionnaires. The data analysis techniques used quantitative and qualitative descriptive
analysis.The results of this research are:1) Teaching material developed is valid to be used. It consists of
Syllabus, Lesson Plan, Student Worksheet and Test of student learning outcomes; 2) The practicality of teaching
material is categorized into feasible according to lesson plan implementation, students give a positive responses
toward teaching material and the implementation of teaching material; and 3) The teaching material is effective
in terms of: (a) Improvement of students’ learning achievement; (b) Improvement of students’ scientific
communication skill. Thus, the teaching materials based on science laboratory are valid, practical, and effective
to facilitate the students’ scientific communication skill.

Keywords:Natural Sciences Laboratory Based Learning, Scientific communication skill

Implementasi Kurikulum menjelaskan bahwa


PENDAHULUAN untuk memenuhi kebutuhan kompetensi masa
depan maka kemampuan peserta didik yang
Kurikulum 2013 dikembangkan untuk diperlukan yaitu kemampuan berkomunikasi
menghadapi tuntutan masa depan yang berpikir kritis dan kreatif agar mampu hidup
membuka persaingan kehidupan semakin luas dalam masyarakat global, memiliki minat luas
dan berdampak langsung terhadap tuntutan dalam kehidupan, kesiapan untuk bekerja,
peningkatan sumber daya manusia. Peraturan kecerdasan sesuai dengan bakat/ minatnya,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta peduli terhadap lingkungan. Kurikulum
(Permendikbud) No. 81A Tahun 2013 tentang

p-ISSN 2549-905X|e-ISSN 2549-9076 STKIP Nurul Huda


102 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018

harus mampu menjawab tantangan-tantangan oleh setiap siswa.


tersebut dengan cara mengembangkan Komunikasi merupakan proses
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan mengirim atau menerima pesan berupa ide
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dan informasi dari, maupun kepada orang lain
dalam dunia pendidikan saat ini perlu adanya (Glencoe, 2010). Komunikasi terdiri dari
penyesuaian pembelajaran yang membekali komunikasi verbal (kata) dan komunikasi
peserta didik dengan keterampilan- nonverbal (tanpa kata). Komunikasi verbal
keterampilan yang dibutuhkan untuk masa dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulisan.
depannya. Komunikasi nonverbal contohnya adalah nada
The Partnership for 21st Century Skills suara, kualitas vokal, isyarat, gerakan (tubuh),
(P21) dalam Trilling & Fadel (2009) pertama ekspresi wajah dan sebagainya (Adler &
kali mendefinisikan 21st century skills meliputi: Rodman, 2006). Hofmann (2010)
(a) learning and innovation skills mencakup mendefinisikan komunikasi ilmiah sebagai
creativity and innovation (kreatif dan inovatif, proses menyampaikan informasi berupa
bekerja dengan inovatif dan pengetahuan atau hasil penelitian dari seorang
mengimplementasikan keterampilan saintis kepada orang lain (saintis dan non-
berinovasi), critical thinking and problem saintis) secara lisan melalui kegiatan seminar
solving (berpikir efektif dan sistematik, atau presentasi dan secara tertulis melalui
membuat keputusan dan menyelesaikan jurnal ilmiah, sementara komunikasi non
masalah) serta communication and verbal seperti kualitas vokal, ekspresi dan
collaboration (berkomunikasi dengan jelas dan gerak tubuh sering digunakan untuk
dapat berkolaborasi dengan orang lain) (b) melengkapi kegiatan presentasi agar informasi
information, media and technology skills yang disampaikan dapat diterima secara jelas
(literasi informasi, media dan ICT) (c) life and oleh pendengar.
carrier skills (fleksibel dan beradaptasi, Keterampilan komunikasi perlu
berinisiatif dan mandiri, dapat bersosial dan mendapatkan perhatian yang lebih dalam
berinteraksi antar suku dan bangsa, proses belajar mengajar. Siswa dapat
produktivitas dan akuntabilitas, menggali informasi atau menyampaikan
berkepemimpinan dan bertanggung jawab). informasi secara lisan dan tulisan dari maupun
Keterampilan komunikasi muncul dalam kepada orang lain secara jelas dan tepat
tuntutan Kompetensi Dasar (KD) 4.3 pada melalui kegiatan berkomunikasi secara ilmiah.
kurikulum IPA SMP yang berbunyi Keterampilan komunikasi ilmiah di dalam mata
“Menyajikan hasil analisis data observasi pelajaran IPA merupakan salah satu
terhadap benda (makhluk) hidup dan tak keterampilan yang wajib dikuasai siswa.
hidup”. KD tersebut menyatakan bahwa Karakteristik pembelajaran IPA tidak hanya
keterampilan komunikasi dibutuhkan siswa berupa hafalan teori dan rumus saja tetapi
untuk menyajikan hasil analisis data observasi juga kegiatan praktek dengan berbagai
baik secara lisan maupun tulisan. permasalahan yang harus dipecahkan.
Keterampilan komunikasi juga merupakan Keterampilan komunikasi ilmiah yang baik
bagian penting dalam pembelajaran IPA pada akan membantu siswa memecahkan
kurikulum 2013. Pembelajaran IPA harus permasalahan yang dihadapi dengan cara
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific mendiskusikan permasalahan tersebut kepada
approach) dimana tahap-tahapnya meliputi siswa lain maupun bertanya kepada guru.
kegiatan mengamati, menanya, Keterampilan komunikasi merupakan
mengumpulkan data, menganalisis data dan salah satu keterampilan dasar yang harus
mengkomunikasikan hasilnya (Kemdikbud, dimiliki oleh setiap siswa. Pendapat ini
2014). Berdasarkan hal tersebut, keterampilan didukung oleh Schulz, et al (2008) yang
komunikasi merupakan bagian penting dalam menyatakan bahwa keterampilan komunikasi
tahap-tahap pembelajaran IPA, sehingga merupakan salah satu bagian dari soft skills
keterampilan tersebut memang harus dimiliki yang paling penting. Hal ini dikarenakan dalam

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 103
Yasinta Embu Ika

keterampilan komunikasi mencakup banyak dalam kelompok untuk melakukan


sekali aspek yang berbeda, diantaranya serangkaian kegiatan pengamatan atau
kecakapan bahasa, perilaku, percakapan dan eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS.
presentasi. Keterampilan komunikasi tidak Keterampilan komunikasi siswa diperlukan
hanya dibutuhkan untuk karir profesional agar siswa dapat melakukan diskusi dengan
seseorang saja, tetapi lebih berkontribusi anggota kelompok lainnya. Pada kegiatan
terhadap kecakapan sosial. Komunikasi post-lab, siswa diberikan kesempatan untuk
seperti yang dituliskan dalam Yusuf, et al mengkomunikasikan hasil kegiatan
(2012) merupakan suatu proses interaktif yang laboratorium mereka di depan kelas melalui
sangat krusial untuk mengajar dan juga belajar kegiatan presentasi. Pada saat siswa
secara umum. Performa akademik siswa sulit melakukan kegiatan presentasi ini,
untuk meningkat apabila dalam membangun keterampilan komunikasi siswa benar-benar di
keterampilan komunikasi tidak mengikuti uji. Siswa tidak hanya sekedar menyampaikan
metodologi dan latihan yang sesuai. Siswa informasi tetapi juga memastikan agar
akan berupaya menjadi komunikator yang informasi bisa sampai kepada pendengar atau
efektif sehingga keterampilan komunikasi akan siswa lainnya dan dapat dipahami dengan
bernilai lebih dalam personal, sosial dan baik.
konteks akademik. Keterampilan komunikasi Kegiatan presentasi ini seringkali
yang baik, selain meningkatkan kemampuan berubah menjadi kegiatan diskusi, karena
siswa dalam personal dan sosial, juga ketika pemateri menyampaikan suatu
meningkatkan kemampuan akademik siswa. informasi, mereka akan memberikan
Keterampilan komunikasi penting bagi kesempatan kepada siswa yang lain untuk
siswa saat ini, sehingga diperlukan suatu mengajukan pertanyaan atau pendapat. Ini
upaya untuk melatihkan keterampilan tersebut. merupakan salah satu poin penting, karena
Salah satunya menurut Yusuf, et al (2012) menurut Yusuf, et al (2012) untuk meyakinkan
dalam mengajarkan keterampilan komunikasi keefektifan keterampilan komunikasi siswa,
pada siswa, guru harus menggunakan guru harus menggunakan beberapa aktivitas
aktivitas yang memerlukan siswa untuk inti seperti diskusi atau debat dan juga
bernegosiasi dan berinteraksi secara presentasi lisan. Squier, et al (2006) juga
bermakna. Guru harus fokus pada kegiatan menambahkan bahwa komponen menulis atau
kelas yang menggunakan pendekatan presentasi lisan dapat ditambahkah dalam
komunikatif, seperti kerja kelompok dan kerja kegiatan laboratorium dengan tujuan
berdasar pada tugas, sehingga dalam hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
kegiatan laboratorium sangat sesuai untuk mengasah keterampilan komunikasinya,
melatih keterampilan komunikasi siswa. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran
Kegiatan laboratorium yang dilakukan berbasis laboratorium ini dapat menjadi sarana
dalam Zaman, et al (2012) meliputi kegiatan bagi siswa untuk melatih keterampilan
sebelum laboratorium (pra-lab), kegiatan komunikasi siswa.
pelaksanaan laboratorium dan kegiatan pasca IPA merupakan salah satu mata
laboratorium (post-lab). Kegiatan pra-lab pelajaran di SMP yang banyak
dilakukan dengan tujuan mempersiapkan menyelenggarakan kegiatan laboratorium.
pemikiran siswa untuk belajar, sementara itu Salah satu materi pada pelajaran IPA yang
menurut Safdar, et al (2014) kegiatan pra-lab dapat diajarkan melalui kegiatan laboratorium
dilakukan untuk memberikan pengetahuan adalah asam basa. Konsep ini merupakan
awal kepada siswa berupa informasi berkaitan salah satu konsep dasar dalam kimia karena
tentang kegiatan yang akan dilakukan. memang berkaitan dengan konsep lain.
Pengetahuan awal yang dimiliki siswa ini akan Menurut Bayrak (2013), ketika siswa
menjadikan siswa semangat dan tidak gelisah mengalami kesulitan memahami salah satu
ketika melakukan kegiatan laboratorium. Pada konsep, termasuk konsep asam basa dan
tahap kegiatan laboratorium, siswa bekerja memiliki miskonsepsi terhadap konsep

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
104 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018

tersebut maka akan memberikan efek maka perlu dilakukan perubahan terhadap
terhadap pembelajaran pada tingkatan kegiatan pembelajaran di kelas sehingga
selanjutnya. Pemilihan metode pembelajaran siswa dapat memperoleh keterampilan
yang sesuai harus dipertimbangkan agar berkomunikasi ilmiah, tidak hanya menghafal
siswa dapat menguasai konsep sepenuhnya konsep saja melainkan siswa juga harus ikut
dan tidak terjadi miskonsepsi. Sisovic, et al terlibat dalam memperoleh konsep tersebut
(2000) menambahkan bahwa topik asam basa dengan cara berdebat dan presetasi
merupakan salah satu materi kimia yang kelompok. Penelitian ini akan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah mengimplementasikan pembelajaran berbasis
satu konsep yang diajarkan dalam topik asam laboratorium IPA yang memberikan
basa adalah mengidentifikasi sifat asam basa kesempatan untuk melatih keterampilan
suatu zat dengan menggunakan indikator, komunikasi ilmiah siswa.
sehingga perlu adanya suatu kegiatan
eksperimen agar tujuan dari pembelajaran
tersebut dapat tercapai. Pembelajaran pada METODE
topik asam basa ini sesuai jika di ajarkan
dengan metode laboratorium. Siswa dapat Penelitian ini adalah penelitian
bekerja dalam berkelompok, berdiskusi pengembangan yang berorientasi pada produk
dengan anggota kelompoknya, menyampaikan dalam bidang pendidikan. Produk yang
hasil kegiatan laboratorium mereka, dihasilkan dalam penelitian ini berupa
memberikan pendapat dan juga menjawab perangkat pembelajaran untuk melatih
pertanyaan, dengan demikian selain keterampilan komunikasi ilmiah siswa melalui
penguasaan konsep siswa akan maksimal, kegiatan berbasis laboratorium IPA. Subjek
juga dapat melatih keterampilan komunikasi penelitian adalah 37 siswa kelas VII-C SMP
siswa. Negeri 1 Ende Tahun Pelajaran 2017/2018.
Konsep asam basa dalam kurikulum Implementasi perangkat pembelajaran
2013 termasuk ke dalam materi pokok dilakukan pada Pengembangan perangkat
klasifikasi benda. Materi pokok klasifikasi pembelajaran berbasis laboratorium IPA
benda ini mencakup beberapa sub materi yaitu dilakukan menggunakan metode research and
ciri-ciri makhluk hidup, wujud zat, unsur, development (R&D) dari Thiagiarajan (dalam
senyawa, campuran serta asam basa. Ibrahim, 2002) yang dikembangkan peneliti,
Berdasarkan hasil angket yang diberikan dimana peneliti bertindak sebagai guru IPA.
kepada siswa untuk mengetahui kemampuan Teknik pengumpulan data
komunikasi ilmiah siswa terhadap sub materi menggunakan beberapa instrumen penelitian,
tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan diantaranya lembar validasi perangkat, lembar
komunikasi ilmiah siswa masih kurang. pengamatan keterlaksanaan pembelajaran,
Sebesar 60% siswa memberikan jawaban lembar penilaian keterampilan komunikasi
yang salah dan dengan sengaja tidak ilmiah, lembar penilaian hasil belajar, lembar
memberikan jawaban karena lupa. Hal ini angket respon siswa dan lembar pengamatan
menunjukkan bahwa meskipun siswa sudah kendala. Data yang diperoleh berupa hasil
mempelajari materi klasifikasi benda, tetapi validasi perangkat pembelajaran, hasil
konsep yang diajarkan oleh guru tidak masuk penilaian keterampilan komunikasi ilmiah
ke dalam memori jangka panjang siswa. Hasil siswa, dan hasil belajar siswa dianalisis secara
observasi terhadap guru menunjukkan bahwa deskriptif kuantitatif dengan skor. Data hasil
dalam mengajarkan suatu konsep kepada pengamatan keterlakasanaan pembelajaran
siswa, guru lebih memilih untuk meminta siswa dan respon siswa dianalisis secara deskriptif
membaca apa yang ada pada buku teks kualitatif dengan presentase. Sementara itu,
selanjutnya meminta siswa menjawab soal- hasil pengamatan kendala pembelajaran
soal yang ada pada buku tersebut. dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
Berdasarkan permasalahan tersebut, klasifikasi.

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 105
Yasinta Embu Ika

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Validasi perangkat pembelajaran yang
meliputi silabus, RPP, LKS, dan tes hasil
belajar siswa secara keseluruhan berkategori
valid. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran yang dikembangkan Gambar 1. Grafik hasil belajar kompetensi
layak digunakan dalam pembelajaran. sikap
Keterangan: Kompetensi sikap rasa syukur
2. Keterlaksanaan RPP siswa memperoleh rerata nilai 3.22; sikap
Pengamatan terhadap keterlaksanaan jujur siswa meperoleh rerata nilai 3.10;
RPP dalam pembelajaran dilakukan oleh dua sedangkan sikap telisi siswa memperoleh
orang pengamat. Secara keseluruhan dari 19 rerata nilai 3.00
aspek yang dinilai, seluruh aspek telah Rasa syukur siswa terhadap kebesaran
teramati dengan persentase 100%, sementara Tuhan selama empat kali pertemuan
itu persentase kesepakatan untuk penilaian dengan kategori baik (Permendikbud No
masing-masing aspek oleh pengamat berkisar 104 Tahun 2014). Sikap ini telah
antara 85-100%. Hasil tersebut menunjukkan diintegrasikan oleh guru ke dalam tiap-tiap
bahwa telah terjadi kesepakatan penilaian pertemuan. Pada awal dan di akhir KBM,
antara 2 pengamat sebab secara perhitungan guru senantiasa mengajak siswa untuk
nilai persentase kesepakatan yang diperoleh berdoa dan memanjatkan syukur terhadap
≥75 (Borich, 1994). Berdasarkan penjelasan karunia Tuhan.
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sikap kejujuran dan ketelitian siswa
kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium selama empat kali pertemuan memperoleh
IPA telah terlaksana dengan baik. nilai dengan kategori baik (Permendikbud
Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran No 104 Tahun 2014). Guru
yang menunjukkan nilai baik ini tidak terlepas mengintegrasikan sikap jujur dan teliti pada
dari perangkat pembelajaran yang digunakan. saat siswa melakukan percobaan. Guru
Perangkat pembelajaran telah divalidasikan senantiasa mengingatkan siswa untuk
kepada dosen ahli dan memperoleh nilai melakukan kegiatan penyelidikan dan
dengan kriteria valid. Nilai tersebut mengelola data yang diperoleh secara jujur
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan teliti.
yang digunakan dalam penelitian ini memang Pembelajaran berbasis laboratorium IPA
telah layak untuk diterapkan dalam akan menjadikan siswa terbiasa berperilaku
pembelajaran. sebagai saintis (objektif, jujur, teliti, kreatif
dan menghargai orang lain) (Rustaman,
PEMBAHASAN 2005). Siswa juga dapat mengembangkan
1. Hasil Belajar Siswa keterampilan dalam menggunakan
a. Sikap peralatan dengan benar dan aman,
Penilaian hasil belajar sikap ditunjukkan
membuat rancangan pengamatan,
dalam gambar 1 grafik di bawah ini.
membuat pengukuran dan prosedur sains
dengan baik (Singer et al, 2006). Jadi,
melalui kegiatan laboratorium IPA, siswa
dilatih untuk mengembangkan kemampuan
bereksperimen dengan melatih
kemampuan siswa dalam mengobservasi
dengan jujur, mengolah data hasil
pengamatan secara teliti serta senantiasa

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
106 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018

mensyukuri karunia Tuhan. laboratorium IPA juga dapat meningkatkan


pemahaman siswa pada setiap sub materi
b. Pengetahuan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3 grafik
Hasil penilaian pre test dan post test di bawah ini.
siswa disajikan pada gambar 2 grafik di
bawah ini.

Gambar 3. Grafik N-gain tiap sub materi


Keterangan: Materi Ciri-ciri makhluk hidup
siswa memperoleh rerata skor 0,9; wujud
zat siswa memperoleh rerata skor 0,9;
unsur, senyawa dan campuran siswa
Gambar 2. Grafik hasil belajar aspek memperoleh rerata skor 0,8;sedangkan
pengetahuan asam, basa siswa memperoleh rerata skor
0,6.
Pada saat pre test, 4 dari 37 siswa
Hasil perhitungan N-gain menunjukkan
tuntas secara individu sementara itu
bahwa 3 sub materi mengalami
ketuntasan klasikal sebesar 10.81% yang
peningkatan dengan kriteria tinggi
artinya bahwa secara klasikal kelas belum
sementara 1 sub materi yang lain
dapat dikatakan tuntas karena ketuntasan
mengalami peningkatan dengan kriteria
klasikalnya kurang dari 80% seperti yang
sedang. Nilai N-gain tertinggi diperoleh sub
ditetapkan di SMP Negeri 1 Ende. Nilai
materi ciri-ciri makhluk hidup dan nilai
yang diperoleh siswa mengalami
terendah dimiliki sub materi asam basa. Hal
peningkatan secara signifikan pada saat
ini dikarenakan materi ciri-ciri makhluk
post test, dimana hanya ada satu siswa
yang tidak tuntas dan ketuntasan klasikal hidup sudah ada dalam kurikulum SD,
mencapai 97.30%. Hal ini menandakan sehingga siswa sudah pernah mempelajari
materi tersebut.
telah terjadi peningkatan yang signifikan
Berdasarkan teori skema (dalam Nur,
antara pengetahuan siswa sebelum dan
2008), informasi disimpan dalam memori
sesudah penerapan pembelajaran berbasis
jangka panjang dalam suatu jaring-jaring,
laboratorium IPA.
fakta-fakta dan konsep-konsep yang
Hasil perhitungan N-gain dari hasil pre
berhubungan dan menyediakan suatu
test dan post test masing-masing siswa
struktur untuk menjadikan informasi
juga mendukung pernyataan tersebut,
bermakna. Prinsip paling penting dari teori
meskipun skor peningkatan yang diperoleh
skema adalah bahwa informasi yang sesuai
masing-masing siswa tidak sama. Hal ini
dengan skema yang ada lebih mudah
dapat dimaklumi karena memang
kemampuan kognitif masing-masing dipahami, dipelajari, dan diserap dari pada
individu siswa tidak sama. Teori Piaget informasi yang tidak sesuai dengan skema
memang mengasumsikan bahwa peserta yang ada. Hal inilah yang mengakibatkan
didik tumbuh melalui urutan perkembangan sub materi ciri-ciri makhluk hidup
intelektual yang sama, akan tetapi memperoleh skor N-gain tertinggi daripada
pertumbuhan itu berlangsung dengan sub materi lain dalam materi pokok
kecepatan yang berbeda (Jufri, 2013). klasifikasi benda. Siswa lebih mudah
Kegiatan pembelajaran berbasis memahami materi tersebut dikarenakan
siswa sudah pernah mempelajari materi

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 107
Yasinta Embu Ika

tersebut sebelumnya. menyatakan bahwa metode laboratorium


Sub materi yang memperoleh nilai n- memberikan dampak besar terhadap
gain terendah yaitu asam basa. Siswa pemahaman dan mengurangi kesalahan
memang baru memperoleh materi tersebut konsep siswa. Penemuan dari penelitian ini
di SMP. Selain itu jika ditinjau dari tingkat menunjukkan bahwa metode laboratorium
kesulitan soal yang diujikan, soal-soal pada lebih dapat meningkatkan pemahaman
materi asam basa menuntut suatu analisis konsep siswa daripada metode tradisional
dan pemahaman yang lebih daripada soal- pada materi laju reaksi. Kerja laboratorium
soal pada ciri-ciri makhluk hidup yang juga membantu mempromosikan
hanya menuntut siswa untuk hafal konsep. perubahan konsep, memotivasi serta
Meskipun demikian, secara keseluruhan memberikan semangat untuk siswa.
telah terjadi peningkatan pemahaman yang
signifikan untuk masing-masing sub materi c. Keterampilan Komunikasi Ilmiah
sesuai dengan skor N-gain yang diperoleh Penilaian keterampilan komunikasi
dimana tiga sub materi mengalami ilmiah mencakup keterampilan komunikasi
peningkatan dengan kriteria tinggi dan satu lisan dan keterampilan komunikasi tulis.
sub materi mengalami peningkatan dengan Keterampilan komunikasi lisan siswa
kriteria sedang. diperoleh melalui hasil pengamatan selama
Berdasarkan penjelasan di atas dapat 4 kali pertemuan. Berdasarkan hasil
disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis pengamatan kemudian diperoleh nilai rata-
laboratorium IPA dapat meningkatkan rata untuk masing-masing kompetensi
pemahaman konsep siswa. Hal ini keterampilan komunikasi lisan seperti yang
didukung oleh pernyataan Singer et al disajikan dalam gambar di bawah ini.
(2006) yang menyatakan bahwa kegiatan
laboratorium membantu siswa menguasai
konten sains karena siswa memiliki
kesempatan untuk berinteraksi secara
langsung dengan mengobservasi dan
memanipulasi material yang akan
membantu siswa menguasai konsep sains
yang sulit. Rustaman (2005) juga
menambahkan bahwa kegiatan
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata keterampilan
laboratorium memberi kesempatan bagi
komunikasi lisan
siswa untuk menemukan teori dan
Keterangan: Kompetensi mengajukan
membuktikan teori. Kegiatan laboratorium
pertanyaan siswa memperoleh rerata nilai
menuntut siswa untuk ikut aktif dalam
3,22; menjawab pertanyaan siswa
proses penemuan dan pemerolehan
memperoleh rerata nilai 3,27;
informasi, konsep dan teori. Siswa dapat
mengemukakan ide siswa memperoleh
mengeksplorasi rasa ingin tahunya dengan
rerata nilai 3,31; menanggapi ide siswa
mencari tahu sendiri melalui kegiatan nyata
memperoleh rerata nilai 3,35; sedangkan
sehingga informasi, konsep ataupun teori
presentasi lisan siswa memperoleh rerata
yang diperoleh menjadi lebih bermakna
nilai 3,34.
bagi siswa. Pengalaman ini akan
Gambar grafik di atas menunjukkan
mendorong siswa untuk menghadapi
bahwa secara rata-rata, kompetensi
ketidakpahaman mereka tentang fenomena
mengajukan pertanyaan memperoleh nilai
dan menggeser ke arah yang lebih
dengan kriteria terendah yaitu 3.22
memahami konsep.
sementara kompetensi menanggapi ide
Beberapa penelitian juga mendukung
memperoleh nilai tertinggi yaitu sebesar
pernyataan ini, diantaranya penelitian dari
3.35.
Demircioglu & Yadigaroglu (2011)

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
108 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018

Tabel 1. Level kemampuan berkomunikasi memungkinkan terjadinya diskusi kelas.


lisan Siswa dari kelompok lain dapat
Skala Penilaian Kriteria mengajukan pertanyaan kepada siswa
3.40-4.00 Kemampuan berkomunikasi yang melakukan presentasi ataupun
lisan sangat baik bertanya langsung kepada guru. Meskipun
2.80-3.30 Kemampuan berkomunikasi demikian, grafik pada Gambar 4.1
lisan baik menunjukkan hal yang berbeda.
2.30-2.70 Kemampuan berkomunikasi Kompetensi mengajukan pertanyaan
lisan cukup secara rata-rata mendapatkan nilai
<2.20 Kemampuan berkomunikasi terendah dibandingkan dengan kompetensi
lisan kurang baik keterampilan komunikasi lisan yang lain.
Hasil analisis keterampilan komunikasi Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa
lisan siswa menunjukkan bahwa nilai rata- masih memiliki perasaan ragu dan kurang
rata kompetensi mengajukan pertanyaan percaya diri jika siswa mengajukan
adalah baik, merujuk pada table 1. Seluruh pertanyaan. Siswa merasa takut jika
siswa telah mencapai ketuntasan baik pertanyaan yang diajukan tidak menarik
secara individu maupun secara klasikal. atau tidak sesuai dengan topik yang
Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran dibahas sehingga akan ditertawakan oleh
berbasis laboratorium IPA memungkinkan siswa yang lain.
siswa untuk melatih kemampuannya dalam Nilai rata-rata kompetensi menjawab
mengajukan pertanyaan. Kompetensi ini pertanyaan yang diperoleh siswa
mulai dilatihkan pada tahap pra- menunjukkan bahwa secara keseluruhan
laboratorium. Tahap tersebut memberikan siswa memperoleh nilai baik dan tuntas
kesempatan pada siswa melakukan secara klasikal, tetapi terdapat dua siswa
kegiatan diskusi dalam kelompok. Jumlah yang tidak tuntas secara individu. Pada
anggota kelompok yang relatif kecil (4-5 dasarnya memang kompetensi menjawab
anggota) memungkinkan seluruh siswa pertanyaan ini sudah dilatihkan ketika
terlibat dalam kegiatan diskusi. Pemilihan siswa berada pada tahap pra-laboratorium
anggota kelompok yang heterogen juga hingga siswa melakukan kegiatan
membantu siswa dengan kemampuan presentasi lisan. Kegiatan presentasi lisan
kurang untuk menguasai keterampilan yang di depan kelas tidak hanya menekankan
dibutuhkan dengan cara belajar dari bahwa siswa harus memiliki kemampuan
anggota kelompoknya yang lebih mampu. dalam menyampaikan data hasil
Berdasarkan teori pemagangan kognitif pengamatan/ percobaan secara lisan,
(Gardner, 1991) dalam Nur dan Wikandari tetapi siswa juga harus memiliki
(2008), mengajar siswa di kelas adalah kemampuan untuk menjawab pertanyaan
suatu bentuk pemagangan. Seseorang yang diajukan oleh teman yang lain
yang sedang belajar dengan orang yang ataupun oleh guru. Kemampuan siswa
lebih mampu, secara tahap demi tahap dalam menjawab pertanyaan ini
akan memiliki kemampuan seperti orang bergantung dari pengetahuan awal yang
yang mengajarinya tersebut, sehingga dimiliki siswa. Siswa juga harus memiliki
diharapkan kemampuan siswa menjadi kesiapan dan cara berfikir yang cepat
lebih merata. ketika mendapatkan pertanyaan dari orang
Siswa dengan nilai kompetensi lain. Hal ini kemungkinan menjadi
mengajukan pertanyaan yang masih penyebab siswa memperoleh penilaian
rendah pada tahap pra-laboratorium ini yang kurang sehingga siswa tidak
juga masih memiliki kesempatan untuk mencapai ketuntasan pada kompetensi
memperbaiki nilainya pada tahap kegiatan tersebut.
laboratorium dan juga ketika presentasi Kompetensi mengemukakan pendapat
lisan. Kegiatan presentasi lisan memperoleh nilai rata-rata dengan kriteria

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 109
Yasinta Embu Ika

baik. Seluruh siswa telah mencapai Nilai baik yang diperoleh siswa pada
ketuntasan baik secara individu maupun tiap kompetensi dalam keterampilan
secara klasikal. Siswa dapat memberikan komunikasi lisan menunjukkan bahwa
pendapatnya sejak pada tahap pra- kegiatan pembelajaran berbasis
laboratorium. Tahap tersebut laboratorium IPA memang dapat digunakan
mengharuskan siswa berpartisipasi untuk untuk melatih keterampilan komunikasi
membuat rancangan pengamatan/ lisan siswa, terlepas dari adanya beberapa
percobaan. Siswa pada tahap kegiatan siswa yang belum tuntas. Hal ini juga
laboratorium juga membutuhkan didukung oleh Singer et al (2006) yang
kemampuan ini untuk melaksanakan menyatakan bahwa kegiatan laboratorium
kegiatan pengamatan/ percobaan secara memang memegang peranan penting
lancar. Siswa juga dapat berpartispasi dalam membangun segala aspek yang
mengemukan pendapatnya ketika siswa dapat meningkatkan kemampuan
berada dalam diskusi kelas. Kompetensi berargumen siswa jika kegiatan
menanggapi ide/ pendapat juga laboratorium yang dilaksanakan
memperoleh nilai dengan kriteria baik, dan diintegrasikan dengan kegiatan diskusi
masing-masing siswa telah tuntas baik dalam kelompok, kegiatan pembelajaran
secara klasikal maupun individual. serta instruksi sains yang lain. Kegiatan
Kesempatan yang diberikan kepada siswa tersebut memberikan kesempatan kepada
untuk dapat menyampaikan ide-idenya siswa untuk berargumentasi sesuai dengan
menjadikan siswa memiliki peran yang apa yang mereka yakini. Kegiatan
penting di kelas. Hal ini menjadikan siswa laboratorium juga menyediakan upaya/
merasa lebih dihargai sehingga siswa lebih keuletan siswa dsan data untuk
termotivasi lagi mengikuti kegiatan membangun kemampuan bernalar secara
pembelajaran (Schulz, 2008). ilmiah. Yusuf & Adeoye (2012) juga
Keterampilan melakukan presentasi menambahkan bahwa untuk meyakinkan
lisan memperoleh nilai rata-rata baik, keterampilan komunikasi siswa, guru harus
meskipun ada satu siswa yang belum menambahkan kegiatan diskusi/ debat dan
tuntas. Kegiatan presentasi lisan berkaitan juga kegiatan presentasi lisan dalam
erat dengan kemampuan siswa untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut
berbicara di depan orang lain. Pada akan membantu siswa dalam berpendapat
dasarnya memang siswa telah terbiasa dan menanggapi pendapat serta
berbicara di hadapan anggota mengajukan maupun menjawab
kelompoknya, tetapi untuk presentasi lisan pertanyaan.
ini siswa harus berbicara di hadapan Kegiatan pembelajaran berbasis
audiens dengan jumlah lebih banyak laboratorium IPA selain dapat melatih
daripada sebelumnya. Siswa harus keterampilan komunikasi lisan siswa, juga
memiliki tingkat kepercayaan diri yang dapat melatih keterampilan komunikasi tulis
tinggi ketika harus presentasi di depan siswa. Beberapa aspek dalam kegiatan
kelas. Artikulasi harus jelas dan volume laboratorium juga menyediakan
suara harus dapat di dengar oleh seluruh kesempatan bagi siswa untuk melatih
siswa. Siswa juga tidak boleh hanya keterampilan komunikasi tulisnya, seperti
sekedar menyampaikan materi saja, tetapi membuat tabel hasil pengamatan,
apa yang disampaikan harus sesuai menganalisis data dan membuat
dengan konsep sains. Hal ini didukung oleh kesimpulan. Hasil penilaian rata-rata untuk
pendapat dari Roosendal & Geurts (1999) masing-masing kompetensi keterampilan
bahwa kegiatan presentasi tidak hanya komunikasi tulis siswa disajikan dalam
sekedar menguasai strateginya saja, gambar 5 grafik di bawah ini.
melainkan juga harus didukung dengan
pengetahuan sains.

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
110 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018

mengamati tabel yang dibuat oleh


temannya. Siswa dapat mengkoreksi tabel
yang dibuat oleh temannya maupun
mengkoreksi tabel yang dibuatnya sendiri
sehingga tabel yang dibuat sesuai untuk
mengorganisasikan seluruh data hasil
pengamatan/ percobaan yang telah
ditemukan.
Penyajian tabel hasil pengamatan/
Gambar 5. Grafik nilai rata-rata keterampilan percobaan yang telah dibuat di depan kelas
komunikasi tulis pada saat kegiatan presentasi
Keterangan: Kompetensi keterampilan memungkinkan seluruh audiens dapat
membuat tabel siswa memperoleh rerata mengamatinya. Hal ini ternyata
nilai 3,50; menganalisis data siswa memberikan pengaruh terhadap
memperoleh rerata nilai 3,52; sedangkan pemahaman dan pengendapan suatu
Membuat kesimpulan siswa memperoleh informasi ke dalam memori jangka panjang.
rerata nilai 3,22. Teori memori kode ganda dari Paivio
Nilai rata-rata dari 37 siswa berdasarkan (1971) dalam Nur et al (2008)
Gambar di atas menunjukkan bahwa menghipotesiskan bahwa informasi
kompetensi membuat kesimpulan tersimpan dalam memori jangka panjang
memperoleh skor rata-rata tertinggi dengan dalam dua bentuk: visual dan verbal. Teori
perolehan nilai sebesar 3.52 sementara tersebut meramalkan bahwa informasi yang
kompetensi menganalisis data memperoleh disajikan melalui visual dan verbal dapat
nilai rata-rata terendah yaitu sebesar 3.22. diingat lebih baik daripada informasi yang
diberikan melalui salah satu cara tersebut.
Tabel 2. Level kemampuan berkomunikasi Kompetensi menganalisis data hasil
tulis pengamatan/ percobaan memperoleh nilai
Skala Penilaian Kriteria dengan kriteria baik dan seluruh siswa
3.40-4.00 Kemampuan komunikasi telah tuntas baik secara klasikal maupun
tulis sangat baik individual, meskipun kenyataannya siswa
2.80-3.30 Kemampuan komunikasi merasa kompetensi ini merupakan yang
tulis baik tersulit jika dibandingkan dengan dua
2.30-2.70 Kemampuan komunikasi kompetensi dalam keterampilan komunikasi
tulis cukup tulis yang lain. Hal ini diketahui
<2.20 Kemampuan komunikasi berdasarkan grafik dan diperkuat pula oleh
tulis kurang baik hasil angket respon siswa. Pada dasarnya
Kompetensi membuat tabel hasil siswa memang sudah dilatihkan
pengamatan memperoleh nilai dengan rata- menganalisis data untuk tiap-tiap hasil
rata baik, merujuk pada table 2. Seluruh pengamatan maupun percobaan yang
siswa tuntas secara individu dan secara diperoleh dari kegiatan pada LKS 1 hingga
klasikal pada kompetensi ini. Siswa pada LKS 4. Melakukan analisis terhadap suatu
tahap kegiatan laboratorium memang telah data membutuhkan proses mental yang
terbiasa berlatih mengorganisasikan data lebih tinggi daripada hanya sekedar
hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel. menulis ulang data yang ada pada tabel,
Siswa ketika melakukan presentasi sehingga wajar jika beberapa siswa masih
lisanpun juga menampilkan data tabel hasil mengalami sedikit kesulitan.
pengamatannya yang telah digambarkan Kompetensi terakhir yang dinilai dalam
pada kertas karton besar sehingga seluruh keterampilan komunikasi tulis siswa adalah
siswa (audiens) dapat mengamatinya. membuat kesimpulan. Kompetensi ini
Siswa juga dapat belajar melalui kegiatan memperoleh nilai dengan kriteria baik,

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 111
Yasinta Embu Ika

seluruh siswa tuntas secara individual dan


juga secara klasikal. Menyimpulkan
sesuatu berdasarkan data hasil
pengamatan seharusnya lebih sulit
daripada menganalisis, tetapi pada
kenyataannya nilai rata-rata siswa untuk
kompetensi membuat kesimpulan lebih
tinggi daripada membuat analisis. Hal ini
dikarenakan sejak awal guru sudah
memberi penekanan pada siswa bahwa Gambar 6. Grafik respon siswa
kesimpulan dibuat berdasarkan pertanyaan
awal yang diajukan pada saat Nilai persentase untuk masing-masing
pendahuluan. Hal tersebut membuat siswa uraian pertanyaan yang diajukan kepada
terfokus untuk menyimpulkan sesuai siswa menunjukkan persentase > 61%. Hal ini
dengan pertanyaan maupun hipotesis yang menunjukkan bahwa siswa memberikan
telah dibuat sebelumnya. respon positif terhadap kegiatan pembelajaran
Uraian di atas menunjukkan bahwa dan perangkat yang digunakan (Riduwan,
kegiatan pembelajaran berbasis 2010).
laboratorium IPA dapat melatihkan Kondisi inilah yang membuat siswa
keterampilan komunikasi ilmiah siswa baik antusias dalam mengikuti pembelajaran,
secara lisan maupun tulisan. sebab pada dasamya kegiatan telajar siswa
Keterlaksanaan pembelajaran memang dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang
telah terlaksana dengan baik. Kegiatan termotivasi untuk belajar akan bersungguh-
pembelajaran yang melatihkan ketrampilan sungguh dalam mempelajari sesuatu. Guru
komunikasi ilmiah siswa, khususnya pada dapat mempergunakan berbagai cara, siasat,
tahap pra-laboratorium, tahap laboratorium bujukan dan segala macam cara untuk
dan tahap post-laboratorium juga menarik perhatian siswa dan akhirnya
terlaksana dengan baik. Keterlaksanaan menyuruh siswa itu belajar. Akan tetapi
kegiatan pembelajaran secara efektif ini terkadang cara-cara seperti ini seringkali tidak
juga tidak terlepas dari perangkat yang berhasil. Siswa cenderung akan malas
sudah tervalidasi dan layak untuk mengerjakan sesuatu karena di suruh,
digunakan. sebaliknya mereka akan bersemangat
melakukan sesuatu jika sesuatu itu muncul
2. Respon Siswa dari dirinya sendiri (Subiyanto, 1988).
Respon siswa terhadap kegiatan Siswa diberi kesempatan untuk memenuhi
pembelajaran dengan perangkat pembelajaran dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa
yang dikembangkan diukur dengan dengan cara ikut aktif dan terlibat selama
memberikan lembar angket respon siswa proses pembelajaran. Prinsip ini akan
setelah pembelajaran. Hasil yang diperoleh menunjang kegiatan laboratorium dimana
kemudian disajikan pada gambar 6 grafik siswa menemukan pengetahuan melalui
berikut. eksplorasinya terhadap alam (Rustaman,
2005). Selain itu dalam penerapan
pembelajaran berbasis laboratorium, pada
awal pembelajaran selalu dikaitkan dengan
fenomena-fenomena yang dekat dengan
keseharian siswa. Kondisi ini akan memicu
rasa ingin tahu dan memotivasi siswa untuk
ikut aktif mencari jawaban terkait fenomena
tersebut.

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
112 JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 2 No. 2, November 2018

3. Kendala Pembelajaran mitra dalam hal penelitian ini yang dibuktikan


Beberapa kendala diperoleh selama dengan surat kontrak penelitian, no
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kendala 144/123.25/SMP.1/KP/03/2018.
yang pertama adalah beberapa siswa yang
merniliki kemampuan akademik kurang
ternyata kemampuan komunikasi juga rendah. DAFTAR PUSTAKA
Kendala tersebut diatasi dengan memberikan
bimbingan yang intensif bagi siswa yang Adler, R and Rodman, G. (2006).
kurang dalam kemampuan akademik. Kendala Understanding human communication.
yang kedua adalah siswa belum terbiasa New York: Oxford University Press.
mengerjakan LKS yang dikembangkan
terutama membuat rancangan pengamatan/ Bayrak, B. K. (2013). Using Two-Tier Test to
percobaan, merumuskan masalah, Identify Primary Students' Conceptual
mengidentifikasi variabel dan membuat Understanding and Alternative
hipotesis sehingga memerlukan banyak waktu Conceptions in Acid Base. Mevlana
untuk mengerjakan LKS. Solusi yang diberikan International Journal of Education
adalah dengan memberikan bimbingan daan (MIJE), 3(2), 19-26.
pengarahan kepada siswa sebelum mereka
mulai mengerjakan LKS. Borich, G. D. (1994). Observation skills for
effective teaching. New York:
MacMillan Publishing Company.
PENUTUP
Demircioglu G. and Yadigaroglu, M. (2011).
Kesimpulan The effect of laboratory method on
Berdasarkan hasil analisis, diskusi, dan high school students’ understanding of
pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan the reaction rate. Western Anatolia
bahwa perangkat pembelajaran berbasis Journal of Educational Sciences
Laboratorium IPA yang dikembangkan sudah (WAJES). Dokuz Eylul University
valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan Institute, Izmir, Turkey ISSN 1308-
keterampilan komunikasi ilmiah siswa. 8971.

Saran Dixon, T. and O’Hara, M. (2013).


Penerapan rencana pelaksanaan Communication skills. Educational
pembelajaran sudah baik namun guru harus Development Project.
lebih dapat mengelola waktu selama (http://cw.routledge.com) diakses pada
pembelajaran agar pembelajaran bisa berjalan 11 februari 2016.
lebih efektif dan efisien. Disarankan peneliti-
peneliti selanjutnya memberikan gambaran Glencoe. (2010). Discovering life skills. USA:
dengan jelas kepada siswa dan guru tentang Glencoe McGraw-Hill.
pembelajaran berbasis Laboratorium IPA,
serta LKS yang digunakan pada saat Hofmann, A. H. (2010). Scientific writing and
pembelajaran lebih baik dibagikan kepada communication: Papers, proposals,
siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan and presentations. UK: Oxford
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami University Press.
LKS tersebut.
Ibrahim, M. (2002). Pelatihan terintegrasi
berbasis kompetensi:
UCAPAN TERIMAKASIH Pengembangan perangkat
pembelajaran. Surabaya: Direktorat
Ucapan terimakasih ditujukan kepada
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SMP Negeri 1 Ende yang bersedia sebagai

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338
Pembelajaran Berbasis Laboratorium IPA untuk Melatih Keterampilan Komunikasi .... 113
Yasinta Embu Ika

Departemen Pendidikan Nasional. mengajar biologi. Malang: UM Press.

Jufri, W. (2013). Belajar dan pembelejaran Safdar, M., Shah, I., Rifat, Q., Afzal, T., Iqbal,
sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. A., Malik, R. H., and Wing, C. (2014).
Pre-labs as advance organizers to
Kemdikbud. (2014). Buku guru ilmu facilitate meaningful learning in the
pengetahuan alam SMP/ MTs kelas physical science laboratory. Middle
VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Eastern & African Journal of
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Educational Research. Issue 7.

Nur, M. (2008). Pemotivasian siswa untuk Schulz, B. (2008). The importance of soft
belajar. Surabaya: PSMS Unesa. skills: education beyond academic
knowledge. Journal of Language and
Nur, M., Wikandari, P.R., dan Sugiarto, B. Communication.
(2008). Teori-teori pembelajaran
kognitif. Surabaya: PSMS Unesa. Singer, S., Hilton, M., and Schweingruber, H.
(2006). America’s lab report:
Nur, M. dan Wikandari, P.R. (2008). investigation in high school science.
Pengajaran berpusat kepada siswa Washington, D.C.: The National
dan pendekatan konstruktivis dalam Academy Press.
pengajaran. Surabaya: PSMS Unesa.
Sisovic, D., and Bojovic, S. (2000).
Permendikbud nomor 81A tahun 2013. Approaching the concepts of acids
Implementasi Kurikulum, lampiran IV. and bases by cooperative learning.
Pedoman Umum Pembelajaran: Chemistry Education: Research and
Depdikbud. Jakarta. Practice. 1(2), 263-275.
https://doi.org/10.1039/A9RP90027F.
Permendikbud nomor 104 tahun 2014.
Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik Subiyanto. (1988). Pendidikan ilmu
pada pendidikan dasar dan pendidikan pengetahuan alam. Jakarta: PPLPTK.
menengah. Pedoman Umum
Pembelajaran. Depdikbud: Jakarta. Trilling, B and Fadel, C. (2009). 21stCentury
skills: Learning for life in our times.
Squier, C., Renaud, J., & Larsen, S. C. (2006). USA: Jossey-Bass.
Integration of a communicating
science module into an advanced Yusuf, F. A., & Adeoye, E. A. (2012).
chemistry laboratory course. Journal Developing critical thinking and
of chemical education, 83(7), 1029. communication skills in students:
http://doi.org/10.1021/ed083p1029. Implications for practice in
education. African Research
Riduwan. (2010). Skala pengukuran variabel- Review, 6(1), 311-324.
variabel penelitian. Bandung: Alfabeta. http://dx.doi.org/10.4314/afrrev.v6i1.26

Roosendal, H. E & Geurts, P. A. (1999). Zaman, T. U., Bhatti, R. U., & Ghias, F. (2012).
Forces and functions in scientific Effectiveness Of Pre-Labs At Secondary
communication: an analysis of their School Level Chemistry Lab. Pakistan
interplay. Educational and Scientific Journal of Science, 64(1), 16-19.
Information Centre (ESIC) Twente
University.
Rustaman, N. (2005). Strategi belajar

doi: 10.30599/jipfri.v2i2.338

Anda mungkin juga menyukai