Anda di halaman 1dari 12

BIOLEARNING JOURNAL

ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

PENGGUNAAN MODUL FISIKA SCIENTIFIC APPROACH MATERI FLUIDA STATIS UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA
KELAS X MIA 5 SMAN 2 KABUPATEN SORONG

ST. AMINAH KADANG


SMAN 2 Kabupaten Sorong

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan komunikasi ilmiah siswa kelas
X MIA 5 SMA Negeri 2 Kabupaten Sorong tahun pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan Modul Fisika
Scientific Approach materi Fluida Statis. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus diawali tahap persiapan dilanjutkan tahap
pelaksanaan siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta
refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 2 Kabupaten Sorong tahun pelajaran
2014/2015 sebanyak 32 siswa. Data diperoleh melalui pengamatan (observasi), angket, wawancara dengan guru
dan siswa, dan kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatifdan
didukung data kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa: (1) penggunaan modul fisika
scientific approach dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa materi Fluida Statis. Persentase ketercapaian
kemampuan kognitif siswa meningkat dari pra siklus sebesar 41%, siklus I sebesar 72% dan siklus II sebesar
81%. (2) penggunaan modul fisika scientific approach dapat meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa
materi Fluida Statis. Dari indikator komunikasi ilmiah yang ditentukan diperoleh hasil sebagai berikut: (a)
menyusundan menyampaikan laporan secara sistematik dan jelas diperoleh hasil pra siklus sebesar64,30%, siklus
I sebesar 79,04%, siklus II sebesar 89,84%, (b) menjelaskan hasil percobaan diperoleh hasil pra siklus sebesar
66,02%, siklus I sebesar 71,88%, siklus II sebesar 89,06%, (c) mendiskusikan hasil percobaan diperoleh hasil pra
siklus sebesar 52,74%, siklus I sebesar 66,93%, siklus II 83,33%, (d) mengklasifikasikan data dan menyusun data
diperoleh hasil pra siklus sebesar 56,64%, siklus I sebesar 71,48%, siklus II sebesar 95,71%, (e) menggambarkan
data dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik diperoleh hasil pra siklus sebesar39,06%, siklus I sebesar84,38%,
siklus II sebesar 85,94%. Keterbatasan penelitian ini adalah sebaran soal tes kognitif pada siklus I dan siklus II
tidak sama.
Kata kunci: Modul Scientific Approach, Kemampuan Kognitif, Komunikasi Ilmiah

ABSTRACT
This research was conducted to improve cognitive abilities and scientific communication skills of students in class
X MIA 5 of SMA Negeri 2 Sorong Regency in the 2014/2015 academic year by using the Scientific Approach
Physics Module of Static Fluid material. This research is a Classroom Action Research conducted in two cycles.
Each cycle begins with the preparation stage followed by the implementation phase of the cycle consisting of
action planning, action implementation, observation and evaluation, and reflection. The research subjects were
students of class X MIA 5 of SMA Negeri 2 Sorong Regency in the 2014/2015 academic year as many as 32
students. Data obtained through observation, questionnaires, interviews with teachers and students, and document
review. Data analysis technique used is descriptive qualitative techniques and supported by quantitative data.
Based on the results of the study, it was concluded that: (1) the use of the scientific approach physics module could
improve the cognitive abilities of students of Static Fluid material. The percentage of students' cognitive abilities
has increased from pre-cycle by 41%, cycle I by 72% and cycle II by 81%. (2) the use of the scientific approach
physics module can improve the scientific communication skills of students of Static Fluid material. From the
determined scientific communication indicators the following results were obtained: (a) sending and submitting a
report systematically and clearly obtained pre-cycle results of 64.30%, cycle I of 79.04%, cycle II of 89.84%, (b)
explaining the experimental results obtained by the pre cycle results of 66.02%, the first cycle of 71.88%, the
second cycle of 89.06%, (c) discussing the experimental results obtained by the pre cycle results of 52.74%, the
first cycle of 66.93 %, cycle II 83.33%, (d) classifying data and compiling data obtained by the results of the pre
cycle of 56.64%, cycle I of 71.48%, cycle II of 95.71%, (e) describe the data in the form tables, diagrams, or
graphs obtained pre cycle results of 39.06%, cycle I of 84.38%, cycle II of 85.94%. The limitation of this study is
the distribution of cognitive test questions in cycle I and cycle II are not the same.
Keywords: Scientific Approach Module, Cognitive Ability, Scientific Communication

1 PENDAHULUAN bersifat tradisional, dimana pembelajaran cenderung


Pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di berpusat pada guru dengan proses bersifat transfer
lapangan masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh pengetahuan; kedua, rata-rata capaian hasil belajar
kurikulum. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo fisika siswa pada aspek yang dievaluasi tergolong
(2012), menunjukkan bahwa: pertama, pembelajaran rendah, bahkan pada tataran kognitif. Sejalan dengan
fisika yang dilakukan di sekolah pada umumnya masih itu, Sudradjat (2004) menyatakan bahwa salah satu
1
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

penyebab dari rendahnya mutu pendidikan adalah hafalan dan aplikasi, tetapi siswa perlu diarahkan untuk
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menguasai aspek proses sains melalui pengalaman
(teacher centered). Sejalan dengan hal itu, Zainudin untuk mendapatkan konsep-konsep fisika. Salah satu
(2002) menyatakan bahwa pembelajaran yang alternatif inovasi pembelajaran yang diharapkan dapat
didominasi guru mengakibatkan guru hanya berperan membantu untuk meningkatkan kemampuan
sebagai penyampai informasi sehingga siswa komunikasi ilmiah dan kemampuan kognitif siswa
cenderung untuk menghafal materi pelajaran daripada yaitu penggunaan modul fisika scientific approach
memahami makna yang dipelajarinya. Lebih lanjut, dalam pembelajaran Fisika. Penggunaan modul fisika
Zamroni dalam Wibowo (2012) juga menyatakan scientific approach menuntut siswa untuk berperan
bahwa dalam proses pembelajaran terdapat kesan aktif, mampu bekerja sama dengan teman satu
kegiatan utama siswa adalah mendengar dan mencatat kelompoknya, dan menggali kemampuan komunikasi
informasi yang diceramahkan oleh guru. ilmiah masing-masing siswa dalam kegiatan belajar
Realita yang ada di lapangan, berdasarkan hasil mengajar sehingga akan merangsang daya ciptanya
wawancara dengan salah satu guru fisika SMA Negeri untuk mencari dan menemukan sendiri
2 Kabupaten Sorong Tahun Ajaran 2014/2015 pengetahuannya.
menyatakan bahwa proses pembelajaran fisika masih Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
didominasi oleh metode ceramah, padahal seharusnya penggunaan modul dapat meningkatkan hasil belajar
bagi sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 siswa dibandingkan dengan pengalaman belajar
hendaknya pembelajaran dilakukan melalui pendekatan individual tanpa modul. Dengan penggunaan modul
ilmiah (scientific approach), yaitu pembelajaran yang fisika scientific approach dalam pembelajaran Fisika
mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, bukan lagi guru yang mendominasi jalannya
menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. pembelajaran (teacher center) tetapi siswa yang
Hal ini dikarenakan terdapat kendala dalam dituntut lebih aktif dalam pembelajaran sehingga lebih
pelaksanaannya yaitu terbatasnya alokasi waktu cenderung ke student center. Hasil akhir dari penelitian
pembelajaran, terbatasnya fasilitas di laboratorium kuasi eksperimen oleh Dwi (2012) menunjukkan bahwa
fisika serta guru sudah terbiasa melaksanakan penggunaan modul pembelajaran berdampak positif
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil analisis uji
pembelajarn bersifat monoton. Pembelajaran fisika hipotesis yang dilakukan, terdapat perbedaan prestasi
tidak pernah dilakukan dengan percobaan, praktikum, belajar siswa antara siswa yang pembelajaran
diskusi ataupun demonstrasi. Hal ini menyebabkan menggunakan media modul dengan siswa yang
kemampuan komunikasi ilmiah siswa juga cenderung pembelajarannya tidak menggunakan modul. Hal ini
rendah. diperkuat oleh hasil penelitian Krismayati (2012), dari
Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
satu kelas X SMAN 2 Kabupaten Sorong menunjukkan hasil belajar yang signifikan bagi siswa kelas sebelum
bahwa hanya 41% hasil tes tengah semester siswa yang menggunakan dan setelah menggunakan modul.
melampaui batas KKM yang ditetapkan dari jumlah 32 Modul yang digunakan dalam penelitian ini
siswa. Banyak siswa mengungkapkan bahwa adalah modul fisika scientific approach yang mencakup
pembelajaran fisika selama ini berlangsung kurang materi Fluida Statis. Modul ini disusun oleh Arys
menarik dan membosankan. Hal ini dapat ditunjukkan Rafiah (2014) yang telah tervalidasi oleh ahli dan telah
dengan beberapa gejala, diantaranya : (1) banyak siswa diuji cobakan dalam beberapa sekolah. Hasil uji coba di
yang datang terlambat masuk kelas untuk mengikuti beberapa sekolah pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
pelajaran, (2) ada siswa yang mengerjakan tugas lain modul fisika scientific approach ini telah memenuhi
saat pembelajaran fisika, (3) ada siswa yang tidak beberapa aspek kriteria yang ditetapkan dalam
membawa buku paket atau LKS fisika, (4) ada beberapa pembuatan modul dan layak digunakan dalam kegiatan
siswa yang melakukan aktivitas lain diluar aktivitas belajar mengajar baik dengan atau tanpa guru.
pembelajaran fisika, seperti berbincang dengan teman, Berdasarkan latar belakang dan tinjauan terhadap
menggambar dan lainnya, serta (5) siswa banyak yang beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
kurang aktif dalam hal bertanya tentang materi penggunaan modul scientific approach dapat
pembelajaran yang belum mereka pahami, kurang aktif meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
menyampaikan pendapat sehingga keingintahuan kemampuan kognitif dan komunikasi ilmiah siswa,
mereka terhadap mata pelajaran fisika masih rendah. maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian terkait
Kemudian, berdasarkan hasil observasi awal penggunaan modul fisika berbasis scientific approach
kemampuan komunikasi ilmiah siswa Kelas X MIA 5 dengan mengambil judul penelitian “Penggunaan
SMA Negeri 2 Kabupaten Sorong tahun ajaran Modul Fisika Scientific Approach Materi Fluida
2014/2015 disimpulkan bahwa kemampuan Statis untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
komunikasi ilmiah dan kemampuan kognitif siswa dan Kemampuan Komunikasi Ilmiah Siswa Kelas X
masih rendah. MIA 5 SMAN 2 Kabupaten Sorong Tahun
Oleh karena itu berdasarkan uraian tersebut Pelajaran 2014/2015”. Tujuan penelitian yang ingin
diperlukan inovasi pembelajaran Fisika agar tidak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan
hanya menyentuh aspek konsep yang hanya bersifat kemampuan kognitif siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri
2
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

2 Kabupaten Sorong tahun pelajaran 2014/2015 dengan dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
menggunakan modul fisika scientific approach materi kecenderungan yang terjadi dalam proses pembelajaran
Fluida Statis. 2. Meningkatkan kemampuan dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang
komunikasi ilmiah siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 2 dideskripsikan secara naratif.
Kabupaten Sorong tahun pelajaran 2014/2015 dengan Teknik analisis yang digunakan untuk
menggunakan modul fisika scientific approach materi menganalisis hasil tes kemampuan kognitif adalah
Fluida Statis. dengan menghitung jumlah siswa yang tuntas pada tes
tertulis di masing-masing siklus. Komunikasi Ilmiah
2 METODOLOGI PENELITIAN Siswa
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 1) Lembar observasi pada setiap pertemuan
Kabupaten Sorong kelas X MIA 5 pada semester genap. pelaksanaan siklus.
Sekolah ini beralamat di Jalan Nangka Malawili Aimas Komunikasi ilmiah siswa yang dimaksud adalah
Kabupaten Sorong. Lokasi tersebut dipilih dalam segala bentuk kegiatan siswa yang mengacu pada
penelitian karena dari hasil observasi yang telah indikator yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
dilakukan diketahui bahawa terdapat permasalahan Masing-masing indikator dihitung persentase
rendahnya tingkat kemampuan kognitif dan ketercapaiannya yang didasarkan pada jumlah siswa
komunikasi ilmiah siswa kelas X MIA SMA Negeri 2 yang melakukan kegiatan pada tiap indicator yang
Kabupaten Sorong pada mata pelajaran fisika. terdapat pada .
Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 2) Hasil kuesioner yang telah diisi oleh siswa.
semester genap SMA Negeri 2 Kabupaten Sorong Teknik analisis data yang dilakukan untuk
tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri atas 32 siswa. menganalisis hasil kuesioner adalah menggunakan
Objek penelitian ini adalah kemampuan kognitif dan kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total
kemampuan komunikasi ilmiah siswa kelas X MIA 5 keseluruhan dari jumlah soal dalam kuesioner. Skor
SMA Negeri 2 Kabupaten Sorong berjumlah 32 siswa. tertinggi ideal yang dicapai untuk keseluruhan adalah
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kognitif 40, skor minimum ideal yang dicapai adalah 20 dengan
pada tiap siklusnya baik melalui tugas, lembar kerja mean ideal (Mi) 30 dan simpangan baku ideal (Sbi) 3,3.
siswa (LKS) maupun nilai ulangan di akhir pelaksanaan Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam
siklus. Data kuantitatif tes kognitif siswa berupa angka penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan
dari skala nol sampai 100. oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model spiral.
Data kualitatif diperoleh dari data hasil observasi, Menurut Samsu (2013) Model Kemmis dan Mc Taggart
wawancara, kajian dokumen atau arsip dengan pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau
berpedoman pada lembar pengamatan dan pemberian untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari
angket untuk menggambarkan proses komunikasi empat komponen yaitu: rencana tindakan (planning),
ilmiah siswa di kelas. Sedangkan untuk data kuantitatif tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
diperoleh dari hasil tes kognitif pada tiap siklusnya baik (reflecting). Keempat komponen yang berupa untaian
melalui tugas, lembar kerja siswa (LKS) maupun nilai tersebut dipandang sebagai satu siklus. Apabila satu
ulangan di akhir pelaksanaan siklus. siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset
kelas X MIA 5 SMA Negeri 2 Kabupaten Sorong dan dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya. Target
guru fisika sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. Ketercapaian Komunikasi Ilmiah Siswa
Teknik pengumpulan data utama yang digunakan Penelitian ini dikatakan berhasil apabila target
dalam penelitian ini meliputi: Komunikasi Ilmiah yang telah direncanakan pada penelitian ini tercapai.
terdiri dari Pengamatan (Observasi), Wawancara, Target penelitian tersebut disusun oleh peneliti dan
Angket, dan Kajian dokumen. Kemampuan Kognitif guru dengan memperhatikan kondisi awal kelas yang
terdiri dari Tes Tertulis dan Kajian Dokumen. dijadikan subjek penelitian dan memperhatikan
Instrumen Pembelajaran terdiri dari Silabus, RPP pembagian waktu dalam silabus pembelajaran yang
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan LKS telah ditetapkan sekolah. Indikator ketercapaian
(Lembar Kerja Siswa). Instrumen Pengambilan Data komunikasi ilmiah tiap aspek diukur dengan cara
terdiri dari Instrumen Penilaian Kognitif dan Instrumen sebagai berikut :
Penilaian Komunikasi Ilmiah. Ketercapaian Komunikasi Ilmiah Tiap Aspek
Validitas berasal dari kata validity yang Komunikasi Ilmiah : Ketercapaian (%)=∑ ketercapaian
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan tiap indikator dalam satu aspek ∑indikator tiap
suatu data penelitian. Data penelitian perlu diperiksa aspek𝑥100%
validitasnya sehingga data tersebut dapat Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Berdasarkan proses pelaksanaannya, PTK ini
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menggunakan model Kemmis dan McTaggart yang
menganalisis secara deskriptif data yang diperoleh pada terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan
setiap kegiatan observasi dan hasil kemampuan kognitif (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing)
baik dari LKS, tugas maupun tes tertulis di akhir siklus dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen
3
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

itu dipandang sebagai satu siklus. Pelaksanaan keempat satu kali melakukan percobaan dalam pembelajaran
komponen tersebut dalam penelitian ini dijelaskan fisika, itupun karena pada saat itu pembelajaran
dalam prosedur penelitian yang berlangsung selama dilaksanakan oleh mahasiswa PPL. Sehingga observer
dua siklus. mengambil kajian dokumen tingkat kemampuan
Sedangkan bila ditinjau dari hubungan dengan pihak komunikasi ilmiah pra siklus dari data saat itu.
lain, PTK ini menggunakan model kolaboratif antara Dari kajian dokumen berupa angket pra siklus, lembar
guru dan peneliti. Adapun tugas guru dan peneliti pada observasi komunikasi ilmiah, serta laporan praktikum
penelitian ini adalah sebagai berikut: menunjukkan bahwa komunikasi ilmiah siswa kelas X
1. Pada penelitian ini, guru bekerja sama dengan MIA 5 masih rendah.
peneliti dalam menentukan permasalahan apa yang Dari hasil observasi pra siklus dalam kegiatan
akan diatasi, rencana tindakan perbaikan dan praktikum Gerak Lurus Beraturan pada kegiatan siswa
pelaksanaan penelitian. Selain itu, guru juga dan hasil laporan praktikum yang telah diamati
berperan sebagai inovator atau pembaharu. Dalam diperoleh hasil ketercapaian komunikasi ilmiah untuk
penelitian ini, guru melaksanakan tindakan kelima aspek komunikasi ilmiah yang disajikan dalam
berdasarkan kesepakatan dengan peneliti. Tabel 3.1.
2. Pada penelitian ini, peneliti bertugas sebagai inovator Tabel 3-1. Hasil Ketercapaian Komunikasi Ilmiah
atau pembaharu. Peneliti dan guru memikirkan dan untuk Tiap Aspek Komunikasi Ilmiah Berdasarkan
menemukan permasalahan yang akan diteliti dalam Observasi Pra Siklus
PTK yang bersifat kolaboratif. Dalam pelaksanaan Prosentase
tindakan, peneliti bertugas sebagai observer atau No Aspek Ketercapaian
pengamat. (%)
3 PEMBAHASAN 1 Menyusun dan 59,05
Pada observasi pertemuan awal terhitung hanya 13 menyampaikan laporan
siswa yang mengikuti pembelajaran sepenuhnya, secara sistematik dan jelas
itupun hanya siswa yang duduk di bangku depan. Hal 2 Menjelaskan hasil percobaan 66,02
ini disebabkan karena suara guru terdengar lirih dan 3 Mendiskusikan hasil 52,74
pembelajaran berlangsung hanya dengan guru mencatat percobaan
materi di papan tulis. 4 Mengklasifikasikan data dan 56,64
Dari gejala-gejala yang timbul dan hasil menyusun data
observasi yang telah dilakukan dapat diasumsikan 5 Menggambarkan data dalam 39,06
bahwa kegiatan pembelajaran fisika belum berlangsung bentuk tabel, diagram, atau
secara optimal yang berdampak pada kemampuan grafik
koginitif siswa. Hal ini terbukti dengan kemampuan
kognitif siswa yang masih kurang optimal dan Berdasarkan Tabel 4.1, ketercapaian aspek ke-1
ditunjukkan oleh hasil ulangan tengah semester, yaitu yaitu menyusun dan menyampaikan laporan secara
hanya yang 13 siswa yang dinyatakan tuntas dari 32 sistematis dan jelas sebesar 59,05%. Hal ini
siswa yang mengikuti ujian dengan batas ketuntasan ≥ menunjukkan hanya sekitar 18 dari 32 siswa yang
75. Atau sekitar 41% siswa mencapai ketuntasan. mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara
Berdasarkan hasil wawancara pra siklus terhadap sistematis dan jelas. Ketercapaian aspek ke-2 yaitu
guru Fisika yang mengajar di kelas X MIA 5 SMAN 2 menjelaskan hasil percobaan sebesar 66,02%. Terdapat
Kabupaten Sorong, disampaikan oleh beliau bahwa 21 anak yang dapat menjelaskan hasil percobaan
pembelajaran yang beliau laksanakan masih sering dengan baik. Ketercapaian aspek ke-3 yaitu
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, mendiskusikan hasil percobaan sebesar 52,74%. Dari
sesekali menggunakan power point untuk media 32 siswa hanya sekitar 16 siswa yang dapat
pembelajaran. Metode diskusi masih jarang diterapkan. mendiskusikan hasil percobaan dalam kategori baik.
Hal ini didasarkan atas pertimbangan materi dan Sedangkan ketercapaian aspek ke-4 yaitu
alokasi waktu pembelajaran yang ditetapkan. Waktu mengklasifikasikan dan menyusun data sebesar
dalam mempersiapkan pembelajaran juga kurang, 56,64%. Terdapat 18 siswa yang mampu
karena beliau juga mengajar di kelas XI. Bahan ajar mengklasifikasikan dan menyusun data dengan benar.
yang disiapkan oleh guru diantaranya buku, LKS dan Ketercapaian aspek ke-5 yaitu menggambarkan data
file materi power point. LKS wajib dimiliki oleh setiap dalam tabel, diagram, atau grafik sebesar 39,06%.
siswa, namun hanya beberapa siswa yang memiliki Hanya terdapat 12 siswa yang menyatakan dapat
buku ajar fisika. Guru juga jarang melakukan menggambarkan data dalam tabel, diagram atau grafik.
pembelajaran dengan metode demostrasi atau dengan Dari hasil observasi tersebut diketahui siswa yang
model discovery yang melibatkan percobaan/ masuk dalam kategori mampu dalam beberapa aspek
praktikum dalam pembelajaran. Hal ini berdampak indikator yang ditentukan adalah siswa yang sama. Hal
dengan tingkat kemampuan komunikasi ilmiah siswa ini berarti hampir setengah dari jumlah keseluruhan
khususnya siswa kelas X MIA 5 SMAN 2 Kabupaten siswa belum mampu dalam aspek indikator yang
Sorong. Selama melaksanakan pembelajaran di kelas X ditentukan.
MIA 5 tahun pelajaran 2014/2015 siswa hanya pernah Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua
4
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat merupakan indikator ketiga. Pada indikator keempat
tahapan, yaitu : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) sebagian besar siswa belum menuliskan dasar teori
pengamatan; dan (4) refleksi. Adapun penjelasan secara dalam laporan, ada beberapa siswa yang telah
rinci adalah sebagai berikut : menuliskan dasar teori namun kurang sesuai dengan
Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali judul dan tujuan praktikum yang dilakukan. Hal ini
pertemuan, yaitu tanggal 1 dan 21 April 2015. Dengan dikarenakan sebagian besar siswa belum memahami
alokasi waktu (2 x 45 menit) pada pertemuan pertama adanya dasar teori dalam sistematika laporan. Indikator
dan (1 x 45 menit) pada pertemuan kedua. kelima yaitu kelengkapan menyebutkan alat dan bahan,
Secara kognitif, ketuntasan belajar siswa dalam seluruh siswa telah menyebutkan dengan baik dan
mengikuti pembelajaran fisika merupakan salah satu benar. Indikator keenam dan ketujuh yaitu tentang
faktor yang menentukan keberhasilan penelitian ini. kelengkapan langkah kerja, siswa telah menuliskan
Untuk mengetahui keadaan awal kemampuan kognitif secara urut namun ada beberapa siswa yang belum
siswa, diperoleh dari hasil ulangan tengah semester menuliskan dengan lengkap. Sebagian besar siswa
siswa yang telah dilakukan pada bulan Maret. Dari hasil telah mampu menuliskan data pengamatan hasil
UTS diperoleh data bahwa terdapat 13 siswa yang praktikum dengan urut dan jelas meskipun masih ada
mencapai KKM dari 32 siswa atau hanya 41% yang 5 siswa yang belum menuliskannya dengan urut dan
tuntas. Pada akhir siklus I siswa diberikan tes kognitif jelas pada indikator kedelapan. Pada indikator
yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda yang telah kesembilan yaitu analisis data sesuai dengan teknik
divalidasi oleh ahli. Pada pelaksanaan tes alokasi waktu analisis data, belum mencapai hasil secara optimal. Hal
yang ditetapkan selama 60 menit, dan dalam waktu ini dikarenakan sebagian besar siswa belum memahami
tersebut siswa dapat memanfaatkan dengan baik tanpa maksud dari analisis data, namun ada beberapa siswa
ada tambahan waktu. Hasil tes kognitif yang diberikan yang telah menuliskan analisis data pada laporan
di akhir siklus menunjukkan ada 23 siswa yang walaupun kurang jelas. Siswa juga belum mampu
mencapai KKM dari 32 siswa. Ada 23 siswa atau 72% menuliskan pembahasan sesuai dengan perumusan
yang bisa mencapai batas ketuntasan (KKM). Jika masalah dengan benar pada indikator kesepuluh.
dibandingkan dengan hasil ulangan tengah semester Sebagian besar siswa tidak menuliskan pembahasan
(UTS) ketuntasan sebesar 41%, maka pada siklus I ini hasil praktikum namun justru menuliskan materi
ketuntasan siswa mengalami peningkatan. Akan tetapi tentang Tekanan Hidrostatis pada pembahasan, yang
persentase ini belum melampaui target yang telah seharusnya dituliskan pada dasar teori. Pada indikator
direncanakan yaitu ketercapaian untuk kemampuan kesebelas siswa telah mampu menyajikan kesimpulan
kognitif siswa sebesar 75%. Dari 32 siswa kelas X MIA dengan jelas terkait dengan percobaan yang dilakukan.
5, sebanyak 23 orang siswa dinyatakan tuntas dan 9 Indikator terakhir pada aspek ke-1 yaitu menuliskan
diantaranya masih belum tuntas. daftar pustaka, separuh lebih siswa belum bisa
Pengamatan komunikasi ilmiah siswa dilakukan menuliskan daftar pustaka sesuai dengan EYD, dan
melalui observasi langsung proses pembelajaran kelas sebagian besar hanya bersumber pada 1 buku dan
X MIA 5 dan laporan praktikum masing-masing siswa internet.
oleh observer. Observasi dilakukan oleh peneliti dan 3 Ketercapaian aspek ke-2 yaitu menjelaskan hasil
observer lain. Fokus observasi komunikasi ilmiah siswa percobaan sebesar 71,88% dan aspek ke-2 belum
yang meliputi lima aspek diantaranya: memenuhi target yang diharapkan. Sebagian besar
1) Menyusun dan menyampaikan laporan laporan siswa belum dapat menjelaskan analisa data hasil
secara sistematik dan jelas. percobaan pada indikator pertama aspek ke-2, hal ini
2) Menjelaskan hasil percobaan. dikarenankan pada aspek ke-1 indikator ke 9 siswa juga
3) Mendiskusikan hasil percobaan. belum memahami tentang analisis data sehingga
4) Mengklasifikasikan data dan menyusun data. berdampak pada ketidak mampuan siswa menjelaskan
5) Menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram, analisa data dengan baik. Pada indikator kedua aspek
atau grafik. ke-2, sebagian besar siswa mampu menjelaskan
Persentase ketercapaian tiap aspek komunikasi pembuatan tabel berdasarkan data yang diperoleh,
ilmiah dihitung berdasarkan rerata ketercapaian tiap namun masih tetap ada siswa yang belum benar dalam
indikator pada tiap aspek dalam komunikasi ilmiah. memasukkan data pada tabel.
Ketercapaian aspek ke-1 yaitu menyusun dan Ketercapaian aspek ke-3 yaitu mendiskusikan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas hasil percobaan sebesar 66,93% dan aspek ke-3 belum
sebesar 79,04%, namun aspek 1 belum memenuhi memenuhi target yang diharapkan. Hal ini dikarenakan
target yang diharapkan. siswa masih terbiasa dengan pembelajaran yang
Dari hasil observasi komunikasi ilmiah sebagian terpusat pada guru sehingga keaktifan siswa dalam
siswa dapat menyusun laporan dengan sistematika kegiatan diskusi cenderung masih rendah. Pada
secara urut namun kurang lengkap ditunjukkan pada indikator pertama aspek ke-3 yaitu mendiskusikan hasil
besarnya ketercapaian pada indikator pertama aspek percobaan dengan teman satu kelompok, hanya ada
ke-1. Seluruh siswa dapat menyebutkan judul beberapa siswa yang aktif menyampaikan pendapat dan
praktikum dengan benar pada indikator kedua, dapat masukan, sedangkan yang lain hanya mendengarkan
menuliskan tujuan praktikum dengan lengkap yang diskusi yang dilakukan tanpa memberi masukan. Siswa
5
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

yang aktif juga mendiskusikan hasil percobaan dengan agar target dari aspek komunikasi ilmiah dapat
teman kelompok lain yang aktif yang terukur pada terpenuhi. Selain mengupayakan untuk meningkatkan
indikator kedua. Indikator ketiga yaitu menarik keaktifan siswa dalam berdiskusi, juga diupayakan
kesimpulan hasil percobaan, sebagian besar siswa dapat untuk meningkatkan dan mempertahankan peningkatan
menarik kesimpulan dengan mendetail dan jelas komunikasi ilmiah yang telah tercapai dan diupayakan
namun bahasa yang digunakan kurang komunikatif. adanya peningkatan yang lebih tinggi dari target yang
Pada aspek ke-3 ini dapat disimpulkan bahwa keaktifan sudah dicapai di siklus I.
diskusi dalam kelas masih perlu banyak peningkatan. Berdasarkan kondisi siswa yang telah diamati,
Ketercapaian aspek ke-4 yaitu sebelum siklus I mulai ditentukan target yang hendak
mengklasifikasikan dan menyusun data sebesar 71,48% dicapai yaitu target kemampuan komunikasi ilmiah
dan aspek ke-4 belum memenuhi target yang siswa pada tiap aspek indikator sebesar 80% dan
diharapkan. Indikator pertama yaitu menyebutkan target kemampuan kognitif siswa sebesar 75%. Target
variabel praktikum, hanya ada separuh siswa yang komunikasi ilmiah siswa dihitung berdasarkan lembar
dapat menyebutkan variabel dalam praktikum dan observasi tiap apsek indikator yang ditentukan dan
itupun belum menyebutkannya secara keseluruhan. Hal diverifikasi melalui wawancara secara mendalam pada
ini dikarenakan siswa belum memahami maksud dari responden. Target kemampuan kogntitif siswa dihitung
variabel praktikum. Namun secara umum siswa telah berdasarkan jumlah siswa yang tuntas pada tes tertulis
mampu menyusun hasil praktikum dengan urut terlihat yang telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan
pada indikator kedua aspek ke-4. minimal) keatas dibagi dengan jumlah siswa seluruh
Ketercapaian aspek ke-5 yaitu menggambarkan kelas. KKM yang ditentukan oleh sekolah dan telah
data dalam tabel, diagram, atau grafik sebesar 84,38% disepakati oleh guru dan peneliti adalah nilai 75.
dan aspek ke-5 sudah memenuhi target yang Berdasarkan target ketercapaian yang telah ditentukan
diharapkan. Indikator pada aspek ke-5 ini yaitu mampu di awal siklus, maka hasil siklus I dikatakan belum
mentabulasikan seluruh data pada tabel, diagram dan cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
grafik. Namun karena dalam praktikum ini analisis data untuk kemampuan kognitif.
hanya dalam tabel tidak memerlukan grafik, sehingga
hampir seluruh siswa dapat melakukannya. Tabel 3-2. Target Keberhasilan Kemampuan
Adanya peningkatan kemampuan komunikasi Kognitif pada Siklus I
ilmiah pra siklus dan siklus I juga ditunjukkan dengan Siklus I
angket komunikasi ilmiah yang diberikan kepada Aspek Capaian Target
Kesimpulan
siswa. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa juga Penilaian Ketuntas Ketunta
menunjukkan hasil yang sama, yaitu adanya an san
peningkatan kemampuan komunikasi ilmiah pra siklus Kemampu 72% 75% Belum
dan siklus I. an Berhasil
Persentase ketercapaian komunikasi ilmiah tiap Kognitif
aspek dalam komunikasi ilmiah selama proses
pembelajaran siklus I. Tampak bahwa pembelajaran Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I,
menggunakan modul fisika scientific approach dengan masih perlu dilakukan perbaikan yaitu dengan
kegiatan praktikum dan diskusi memberikan efek melanjutkan ke tindakan siklus II supaya ketercapaian
positif terhadap kemampuan komunikasi ilmiah siswa dapat lebih ditingkatkan.
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini Selain mengupayakan untuk meningkatkan
ditunjukkan dengan meningkatnya komunikasi ilmiah kemampuan kognitif siswa, juga diupayakan utnuk
pada tiap aspek dalam komunikasi ilmiah antara pra meningkatkan komunikasi ilmiah siswa agar mencapai
siklus dengan siklus I. Berdasarkan hasil pembelajaran target yang lebih tinggi dari siklus I sehingga
pada siklus I yang disajikan dengan data-data di atas, kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan lebih
dapat disimpulkan bahwa hasil siklus I penelitian yaitu baik.
terkait dengan komunikasi ilmiah ada 1 aspek indikator Hal yang ditemui pada siklus I menunjukkan
yang telah tercapai dan ada 4 aspek indikator yang bahwa komunikasi ilmiah siswa belum meningkat
belum mencapai target yang direncanakan. Aspek secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan
pertama komunikasi ilmiah belum tercapai karena siswa yang belum optimal untuk bertanya, berpendapat,
siswa belum mendapatkan pedoman yang jelas untuk mempresentasikan hasil percobaan dan hasil diskusi
penyusunan laporan praktikum. Aspek ketiga belum serta belum optimal untuk mengerjakan soal di papan
tercapai karena dalam kegiatan belajar mengajar yang tulis.
mendominasi adalah siswa yang pandai di kelas. Aspek Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang tidak
keempat belum tercapai karena sebagian besarsiswa tuntas dan hasil analisis guru dan peneliti, peneliti
masih belum paham dalam mengkarifikasi dan merumuskan beberapa kemungkinan yang
menyusun data khususnya dalam menyebutkan dan menyebabkan belum tercapainya target yang
membedakan variabel percobaan. ditentukan, diantaranya :
Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan 1) Pemberian contoh soal belum mampu membantu
pembelajaran yaitu dengan melanjutkan ke tindakan II siswa dalam meningkatkan kemampuan
6
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

kognitifnya. lengkap ditunjukkan pada besarnya ketercapaian pada


2) Alokasi waktu pembelajaran di kelas yang indikator pertama aspke ke-1. Seluruh siswa dapat
ditetapkan kurang tepat yang menyebabkan menyebutkan judul pelaksanaan proyek dengan benar
pembelajaran kurang berjalan secara optimal. pada indikator kedua, dapat menuliskan tujuan
3) Sebagian besar siswa lebih memprioritaskan dalam pelaksanaan proyek dengan lengkap yang merupakan
pengerjaan laporan praktikum, sehingga kurang indikator ketiga.
optimal dalam mempelajari konsep materi. Pada indikator keempat sebagian besar siswa
4) Alokasi waktu antara siklus I dan tes kognitif yang telah menuliskan dasar teori dalam laporan, walau ada
terlalu pendek memungkinkan siswa beberapa siswa yang menuliskan dasar teori sebagian
kurang optimal dalam mempersiapkan diri untuk tes sesuai dan sebagian kurang sesuai dengan judul dan
kognitif. tujuan pelaksanaan proyek yang dilakukan. Indikator
5) Sebagian siswa masih belum menggunakan modul kelima yaitu kelengkapan menyebutkan alat dan bahan,
secara maksimal, ditunjukkan dengan ada beberapa seluruh siswa telah menyebutkan dengan baik dan
siswa yang tidak membawa modul saat benar. Indikator keenam dan ketujuh tentang
pembelajaran berlangsung. kelengkapan langkah kerja, siswa telah menuliskan
6) Pembelajaran dengan model discovery learning dan secara urut dan lengkap berdasarkan pelaksanaan
problem based learning yang diterapkan dalam proyek yang dilaksanakan.
pembelajaran belum mampu melibatkan keaktifan Siswa juga telah mampu menuliskan data
siswa secara optimal, karena hanya ada beberapa pengamatan hasil pelaksanaan proyek dengan urut
siswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran dan jelas pada indikator kedelapan. Pada indikator
sehingga berdampak pada kemampuan kognitif dan kesembilan yaitu analisis data sesuai dengan teknik
komunikasi ilmiah yang belum mencapai target analisis data, telah mencapai hasil secara optimal. Hal
ketuntasan. ini dikarenakan sebagian besar siswa telah memahami
Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali maksud dari analisis data, setelah guru memberi arahan
pertemuan yaitu tanggal 28 April dan 6 Mei 2015. dan penjelasan. Siswa juga telah menuliskan
Alokasi waktu untuk pertemuan pertama adalah (1 x 45 pembahasan sesuai dengan perumusan masalah dengan
menit) dan pertemuan kedua dengan alokasi waktu (2 x benar pada indikator kesepuluh. Pada indikator
45 menit). Berikut deskripsi dari kegiatan siklus II. kesebelas siswa telah mampu menyajikan kesimpulan
Hasil ketercapaian kemampuan kognitif siswa dengan jelas terkait dengan pelaksanaan proyek yang
pada siklus II menunjukan hasil yang memuaskan. Dari dilakukan. Indikator terakhir pada aspek ke-1 yaitu
32 siswa terdapat 26 siswa yang telah tuntas KKM dan menuliskan daftar pustaka, siswa telah menuliskan
6 siswa belum tuntas. Atau sekitar 81% siswa berhasil daftar pustaka sesuai dengan EYD namun sebagian
mencapai batas KKM. besar hanya bersumber pada satu atau dua buku saja.
Kemampuan kognitif siswa telah memenuhi Ketercapaian aspek ke-2 yaitu menjelaskan hasil
target ketercapaian yang ditetaapkan. Bahkan melebihi pelaksanaan proyek sebesar 89,04% dan aspek ke-2
target yang telah ditetapkan. Ketercapaian target ini telah memenuhi target yang diharapkan. Sebagian besar
dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya kesiapan siswa dapat menjelaskan analisa data hasil pelaksanaan
siswa dalam mengikuti pembelajaran karena telah proyek pada indikator pertama aspek ke-2, hal ini
memiliki gambaran dan pengalaman belajar pada siklus dikarenankan pada aspek ke-1 indikator ke 9 siswa juga
II serta kesiapan media dan sumber belajar berupa telah memahami tentang analisis data sehingga
modul, buku, LKS dan internet. Selain itu juga tidak berdampak pada kemampuan siswa menjelaskan
terlepas dari peran guru dalam melaksanakan analisa data dengan baik. Pada indikator kedua aspek
pembelajaran di siklus II telah melakukan beberapa ke-2, siswa mampu menjelaskan pembuatan tabel
tindakan yang telah direncanakan bersama peneliti berdasarkan data yang diperoleh dengan baik dan
sebagai refleksi dari siklus II. benar. Ketercapaian aspek ke-3 yaitu mendiskusikan
Hasil lembar observasi komunikasi ilmiah hasil pelaksanaan proyek sebesar 83,33% dan aspek
pada siklus II juga mengalami peningkatan. Mulai dari ke-3 telah memenuhi target yang diharapkan. Hal ini
aspek ke-1 hingga aspek ke-5. Pengamatan komunikasi menunjukkan ketercapaian yang lebih tinggi daripada
ilmiah siswa dilakukan melalui observasi langsung ketercapaian pada siklus I, dikarenakan siswa telah
proses pembelajaran kelas X MIA 5 dan laporan memiliki gambaran dan pengalaman pembelajaran
praktikum masing-masing siswa oleh observer. dengan proses diskusi pada siklus I sehingga keaktifan
Persentase ketercapaian tiap aspek siswa dalam kegiatan diskusi cenderung mengalami
komunikasi ilmiah dihitung berdasarkan rerata kenaikan. Pada indikator pertama aspek ke-3 yaitu
ketercapaian tiap indikator pada tiap aspek dalam mendiskusikan hasil percobaan dengan teman satu
komunikasi ilmiah. Ketercapaian aspek ke-1 yaitu kelompok, beberapa siswa aktif menyampaikan
menyusun dan menyampaikan laporan secara pendapat dan masukan, terlihat lebih banyak siswa
sistematis dan jelas sebesar 89,84%, aspek 1 telah yang berani menyampaikan pendapatnya dibandingkan
memenuhi target yang diharapkan. Dari hasil observasi pada siklus I. Namun tetap ada beberapa siswa yang
komunikasi ilmiah sebagian besar siswa telah dapat hanya mendengarkan diskusi yang dilakukan tanpa
menyusun laporan dengan sistematika secara urut dan memberi masukan. Sebagian besar siswa juga aktif
7
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

mendiskusikan hasil percobaan dengan teman Ketercapaian aspek ke-5 yaitu menggambarkan
kelompok lain yang terukur pada indikator kedua. data dalam tabel, diagram, atau grafik sebesar 85,94%
Indikator ketiga yaitu menarik kesimpulan hasil dan aspek ke-5 sudah memenuhi target yang
percobaan, sebagian besar siswa dapat menarik diharapkan. Indikator pada aspek ke-5 ini yaitu mampu
kesimpulan dengan mendetail dan jelas dengan mentabulasikan seluruh data pada tabel, diagram dan
bahasa yang cukup komunikatif. Pada aspek ke-3 ini grafik. Namun karena dalam praktikum ini analisis data
dapat disimpulkan bahwa keaktifan diskusi dalam kelas hanya dalam tabel tidak memerlukan grafik, sehingga
masih mengalami peningkatan dibandingkan pada hampir seluruh siswa dapat melakukannya. Adanya
siklus I. peningkatan kemampuan komunikasi ilmiah siklus II
Ketercapaian aspek ke-4 yaitu juga ditunjukkan dengan angket komunikasi ilmiah
mengklasifikasikan dan menyusun data sebesar 95,71% yang diberikan kepada siswa. Selain itu, hasil
dan aspek ke-4 telah memenuhi target yang diharapkan. wawancara dengan siswa juga menunjukkan hasil yang
Terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada aspek sama, yaitu adanya peningkatan kemampuan
ke-4 dibandingkan pada siklus I. Indikator pertama komunikasi ilmiah pada siklus II. Apabila
yaitu menyebutkan variabel praktikum, hampir seluruh dibandingkan dengan komunikasi ilmiah pra siklus dan
siswa dapat menyebutkan variabel dalam pelaksanaan siklus I hasilnya disajikan pada Tabel 4.9.
proyek. Hal ini dikarenakan guru telah memberikan Dari Tabel 4.9 tampak bahwa pembelajaran
arahan dan penjelasan terkait dengan variabel dalam dengan menggunakan modul fisika scientific approach
percobaan sehingga dalam pelaksanaan proyek pada dengan kegiatan praktikum, diskusi dan pembelajaran
siklus II siswa telah memahaminya dengan baik dan berbasis proyek memberikan efek positif terhadap
dapat menyebutkannya dengan benar. Secara umum kemampuan komunikasi ilmiah siswa selama proses
siswa telah mampu menyusun hasil praktikum dengan pembelajaran berlangsung.
urut terlihat pada indikator kedua aspek ke-4.

Tabel 0-2. Perbandingan Hasil Ketercapaian Komunikasi Ilmiah untuk Tiap Aspek Komunikasi Ilmiah
antara Siklus I dan Siklus II
No Aspek Ketercapaian (%) Kesimpulan
Siklus 1 Siklus II
1 Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematik dan 79,04 89,84 Meningkat
jelas 10,80%
2 Menjelaskan hasil percobaan 71,88 89,06 Meningkat
17,18%
3 Mendiskusikan hasil percobaan 66,93 83,33 Meningkat
16,40%
4 Mengklasifikasikan data dan menyusun data 71,48 95,71 Meningkat
24,23%
5 Menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram, atau 84,38 85,94 Meningkat
grafik 1,56%

Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya komunikasi menit) dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes
ilmiah pada tiap aspek dalam komunikasi ilmiah antara kognitif siklus II. Secara umum pembelajaran
pra siklus, siklus I dan siklus II. terlaksana dengan baik. Hasil pembelajaran yang
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus dilakukan telah melampaui target yang telah ditetapkan
II yang disajikan dengan data-data di atas, dapat baik dalam kemampuan kognitif siswa maupun
disimpulkan bahwa hasil siklus II penelitian yaitu kemampuan komunikasi ilmiah siswa. Untuk lebih
terkait dengan komunikasi ilmiah ada seluruh aspek jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut :
indikator dari aspek ke-1 hingga aspek ke-5 telah Ketercapaian hasil tes kognitif siswa pada
mencapai target yang direncanakan. Hal ini siklus II ditunjukkan pada Tabel 4.10 Berdasarkan
dikarenakan siswa telah mendapatkan pedoman yang Tabel 4.10, sebagian besar siswa telah mencapai target
jelas untuk penyusunan laporan praktikum, keaktifan yang ditetapkan yaitu telah mencapai standar KKM
siswa dalam pembelajaran di kelas lebih meningkat pada nilai 75. Besarnya peningkatan hasil kemampuan
karena telah memiliki gambaran dan pengalaman kognitif siswa antara pra siklus, siklus I dan siklus II
belajar pada siklus I. Siswa telah memahami cara dapat dilihat pada Tabel 4.10
mengkarifikasi dan menyusun data khususnya dalam Dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif
menyebutkan dan membedakan variabel percobaan dan siswa pada siklus II telah melampaui target yang telah
proyek. Pembelajaran pada siklus II telah ditetapkan. Sebesar 81% atau sebanyak 26 siswa telah
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi tuntas dan mencapai nilai KKM meskipun ada 6 siswa
waktu (5 x 45 menit) yaitu 2 kali pertemuan untuk lain yang dinyatakan belum tuntas karena belum
pelaksanaan pembelajaran dalam siklus II (3 x 45 mencapai KKM yang ditetapkan. Dari hasil analisis
8
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

peneliti, keenam siswa yang tidak tuntas tersebut cukup aktif. Dengan menggunakan modul fisika
dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu ada sebagian scientific approach sangat sejalan dengan acuan
siswa yang meninggalkan modul di kelas sehingga kurikulum yang digunakan SMAN 2 Kabupaten Sorong
tidak memiliki sumber belajar ketika belajar di rumah yaitu Kurikulum 2013 yang menekankan kepada
untuk mempersiapkan tes kognitif. Ada juga siswa yang pembelajaran berbasis proses yang bersifat scientific
hanya menyontek hasil laporan praktikum dan approach.
pelaksanaan proyek ehingga berdampak pula pada Berdasarkan penyajian data dalam Tabel 4.11
kemampuan kognitifnya. terlihat bahwa target dalam penelitian ini telah
tercapai pada siklus II sehingga penelitian dapat
Tabel 3-3. Perbandingan Persentase Ketercapaian diakhiri pada siklus II.Pembelajaran fisika
Kemampuan Kognitif Siswa antara Target dengan menggunakan modul fisika scientific approach yang
Siklus II menerapkan tiga model pembelajaran yaitu discovery,
Siklus II problem based learning dan project based learning
Aspek Capaian Target Kesimp telah diterapkan dalam pembelajaran fisika di kelas X
Penilaian Ketuntas Ketuntasa ulan MIA 5 SMAN 2 Kabupaten Sorong dengan tujuan
an n untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan
Kemampua 81% 75% Berhasil komunikasi ilmiah siswa. Dalam pelaksanaannya,
n Kognitif penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan 6 kali
pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan pada siklus I dan 3
Dan ada pula siswa yang belum memahami kali pertemuan pada siklus II. Selama kegiatan
benar tentang materi pembelajaran karena tidak belajar pembelajaran berlangsung, dilakukan penilaian
dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Akan koginitif dan penilaian komunikasi ilmiah oleh 3
tetapi dengan ketercapaian sebanyak 26 siswa yang observer. Adapun perbandingan hasil observasi
mencapai nilai KKM menunjukkan bahwa target komunikasi ilmiah siswa kelas X MIA 5 ditunjukkan
ketercapaian untuk kemampuan kognitif di siklus II dalam Tabel 4.11.
telah berhasil. Persentase komunikasi ilmiah siswa
Komunikasi ilmiah siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan ketercapaian dari tahap pra
mengalami peningkatan. Hasil perbandingan antara siklus ke siklus I ataupun dari tahap siklus I ke siklus II.
komunikasi ilmiah siswa pada siklus II dengan target Meskipun pada siklus I sudah mengalami peningkatan
ketercapaiannya dapat dilihat pada Tabel 4.11. Terlihat pada beberapa aspek indikator bila dibandingkan pra
bahwa dari lima aspek indikator telah mencapai target siklus, namun peningkatan tersebut belum mencapai
ketercapaian yang ditetapkan. target yang ditetapkan. Keseluruhan aspek indikator
Selain itu berdasarkan wawancara yang komunikasi ilmiah mengalami peningkatan namun
dilakukan kepada tiga siswa, mereka mengaku senang, hanya 1 aspek yang telah mencapai target. Hasil
antusias, tertarik dan lebih semangat untuk belajar observasi komunikasi ilmiah pada siklus I untuk
dengan menggunakan modul fisika scientific approach indikatorpada aspek ke-1 siswa sudah mampu
yang meliputi tiga model pembelajaran di dalamnya menuliskan laporan percobaan namun urutan dan
yaitu discovery, problem based learning dan project kelengkapan cenderung masih kurang. Aspek ke-2,
based learning. Wawancara juga dilakukan kepada sebagian siswa belum memahami cara menganalisis
guru, beliau mengatakan bahwa pembelajaran pada data hasil percobaan, sehingga berdampak pula pada
siklus II ini berjalan secara sistematis, tertib, lebih aspek ke-4 yaitu mengklarifikasi variabel percobaan.
antusias dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran

Tabel 3-4. Target Ketercapaian Komunikasi Ilmiah Siswa pada Siklus II


No Aspek Target Ketercapaian pada Kesimpulan
Ketercapaian (%) Siklus I (%)
1 Menyusun dan menyampaikan laporan 80 89.84% Berhasil
secara sistematik dan jelas
2 Menjelaskan hasil percobaan 80 89.06% Berhasil
3 Mendiskusikan hasil percobaan 80 83.33% Berhasil
4 Mengklasifikasikan data dan menyusun 80 95.71% Berhasil
data
5 Menggambarkan data dalam bentuk tabel, 80 85.94% Berhasil
diagram, atau grafik

Untuk aspek ke-3 yaitu mendiskusikan hasil sering digunakan guru selama ini adalah metode
percobaan baik dalam kelompok maupun dengan ceramah, sehingga pembelajaran dikelas terbiasa
kelompok lain menunjukkan hasil yang belum optimal. berpusat pada guru. Begitu pula untuk aspek ke-5,
Hal ini dikarenakan oleh metode pembelajaran yang siswa telah mampu menyusun data peercobaan namun
9
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

cenderung kurang jelas. Secara umum komunikasi menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi bila
ilmiah siswa sudah meningkat dibandingkan dengan dibandingkan dengan siklus I yaitu persentase
pra siklus namun ada 4 aspek yang belum mencapai ketuntasan kemampuan kognitif siklus II sebesar 81%
target yang ditentukan. atau 26 dari 32 siswa dan telah melampaui target yang
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Oleh ditetapkan.
karena itu proses pembelajaran di sekolah-sekolah yang Sedangkan berdasarkan observasi hasil
menerapkan kurikuum 2013 dilaksanakan laporan praktikum dan kegiatan siswa selama
menggunakan pendekatan ilmiah. Sebagaimana pembelajaran dapat disimpulkan bahwa kemampuan
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar komunikasi ilmiah siswa meningkat. Berdasarkan hasil
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang analisis data yang diperoleh meliputi lembar observasi,
mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran angket dan wawancara, pembelajaran dengan
yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan menggunakan modul fisika scientific approach yang
ilimiah (scientific approach). menerapkan tiga model pembelajaran yaitu discovery,
Dalam penelitian ini digunakan modul fisika problem based learning dan project based learning
scientific approach dalam proses pembelajaran di dengan kegiatan praktikum, diskusi dan penugasan
kelaas X MIA 5 pada materi Fluida Statis. Berdasarkan proyek mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam
hasil observasi dan wawancara, pembelajaran dengan proses pembelajaran dan mampu meningkatkan
menggunakan modul fisika scientific approach mampu komunikasi ilmiah siswa yang meliputi 5 aspek
mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses indikator. Untuk meningkatkan komunikasi ilmiah
pembelajaran dan meningkatkan rasa penasaran siswa siswa, guru bersama peneliti memberikan arahan terkait
mengenai suatu masalah. Diskusi kelompok yang dengan beberapa hal yang belum dipahami siswa pada
dilaksanakan oleh siswa dapat menjadi pengalaman pembuatan laporan dan proses diskusi, diantaranya
bermakna karena memungkinkan siswa menguasai tentang dasar teori, analisis data, variabel percobaan
suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui dan tatacara penulisan daftar pustaka. Guru dan peneliti
suatu proses yang memberi kesempatan berpikir dan juga memotivasi siswa dengan memberikan
berinteraksi sosial, serta meningkatkan kemampuan penghargaan bagi siswa dan kelompok yang aktif
komunikasi ilmiah siswa baik berupa pembuatan dalam diskusi dan presentasi. Pada pelaksanaan
laporan praktikum maupun presentasi hasil percobaan. pembelajaran siklus II, siswa terlibat aktif memberikan
Hal ini sejalan dengan penelitian Sintawati (2014) yang pertanyaan dan tanggapan. Artinya, saat proses
menyatakan bahwa dengan implementasi pendekatan pembelajaran berlangsung, tidak hanya guru saja yang
saintifik (scientific approach) dapat membuat peserta terlibat aktif namun juga siswanya. Begitu pula dalam
didik antusias dalam mengikuti pembelajaran, rasa kegiatan diskusi dan pelaksanaan proyek, pembelajaran
ingin tahunya berkembang, aktif, berpusat pada peserta mengharuskan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
didik dan dapat mengembangkan kemampuan sebagai subyek pembelajaran. Ketika kegiatan diskusi
berkomunikasi. Hasil peneitian Ernawati (2014) juga berlangsung siswa aktif bertanya maupun menyanggah
menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis scientific pendapat teman saat membahas hasil percobaan dan
approach memiliki pengaruh yang signifikan ke arah menarik kesimpulan hasil pelaksanaan percobaan,
positif terhadap prestasi belajar siswa. Disarankan diskusi dan proyek. Ini menujukkan bahwa
untuk penggunaan pembelajaran berbasis scientific pembelajaran yang dilaksanakan telah menerapkan
approach agar tepat digunakan pada kelima aspek, pembelajaran scientific approach.
yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, Dari indikator komunikasi ilmiah yang
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khususnya ditentukan diperoleh hasil sebagai berikut: (a)
pada aspek menanya agar lebih dimunculkan dalam menyusun dan menyampaikan laporan secara
pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas, rasa sistematik dan jelas diperoleh hasil pra siklus sebesar
ingin tahu, dan kemampuan merumuskan pertanyaan 64,30%, siklus I sebesar 79,04%, siklus II sebesar
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup 89,84%, (b) menjelaskan hasil percobaan diperoleh
cerdas dan belajar sepanjang hayat. hasil pra siklus sebesar 66,02%, siklus I sebesar
Berdasarkan hasil tes kemampuan kognitif 71,88%, siklus II sebesar 89,06%, (c) mendiskusikan
siswa siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan diperoleh hasil pra siklus sebesar
kemampuan kognitif siswa meningkat. Pada siklus I, 52,74%, siklus I sebesar 66,93%, siklus II 83,33%, (d)
kemampuan kognitif siswa mengalami kenaikan mengklasifikasikan data dan menyusun data diperoleh
sebesar 72% atau 23 dari 32 siswa telah tuntas KKM. hasil pra siklus sebesar 56,64%, siklus I sebesar
Persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan 71,48%, siklus II sebesar 95,71%, (e) menggambarkan
kemampuan kognitif siswa pada pra siklus yang hanya data dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik
sebesar 41% atau hanya 13 siswa yang mencapai diperoleh hasil pra siklus sebesar 39,06%, siklus I
ketuntasan. Meskipun hasil tes kemamampuan kognitif sebesar 84,38%, siklus II sebesar 85,94%. Dapat
siswa siklus I meningkat, akan tetapi hasil ini belum dilihat bahwa persentase ketercapaian kemampuan
mencapai target yang ditetapkan. Untuk itu perlu komunikasi ilmiah paling tinggi terjadi pada aspek
dilanjutkan dengan pelaksanaan pada siklus II. Hasil ke-4, yaitu siswa mengklasifikasi data dan menyusun
analisis kemampuan kognitif siswa siklus II telah data yang pada siklus II yang mencapai hasil 95,71%.
10
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

Sedangkan persentase ketercapaian kemampuan menerapkan tigga model pembelajaran yaitu,


komunikasi ilmiah paling rendah terjadi pada aspek discovery learning, problem based learning dan
ke-3, yaitu mencapai hasil sebesar 83,33%. Hal ini project based learning yang menjadikan
dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya : pembelajaran bersifat variatif dan tidak
1. Pada aspek ke-3, yaitu mendiskusikan hasil membosankan.
percobaan, dalam pembelajaran fisika 2. Penggunaan moddul fisika scientific approach telah
menggunakan modul fisika scientific approach sejalan dengan tujuan dari Kurikulum 2013 yaitu
keaktifan siswa dalam berdiskusi masih didominasi menerapkan pembelajaran saintifik di sekolah
oleh beberapa siswa yang tergolong pandai di setiap sehingga mampu melibatkan keaktifan siswa dalam
kelompok, meskipun pada pelaksanaan siklus II pembelajaran.
tetap terjadi peningkatan keaktifan dalam 3. Salah satu aspek yang dicapai dalam penerapan
berdiskusi. Selain itu siswa cenderung kurang dapat Kurikulum 2013 adalah aspek keterampilan siswa.
memafaatkan waktu dan kesempatan yang diberikan Dalam penelitian ini menggunakan kemampuan
oleh guru untuk membandingkan hasil dari komunikasi ilmiah sebagai obyek penelitian yang
percobaan dan diskusi dengan kelompok lain. merupakan bagian dari keterampilan yang harus
2. Pada aspek ke-4, yaitu mengklasifikasi dan dimiliki oleh siswa.
menyusun data. Dalam pelaksanaan pembelajaran 4. Penggunaan modul scientific approach dalam
fisika menggunakan modul fisika scientific penelitian ini bisa menjadi salah satu referensi bagi
approach hampir seluruh siswa telah mampu sekolah yang minim dengan variasi dan fasilitas
mengklarifikasi dan menyusun data dalam pembelajaran fisika, karena dalam penelitian ini
percobaan. Hal ini dikarenakan data yang diambil subyek penelitian memiliki variasi dan fasilitas
dalam percobaan dan tugas proyek merupakan data yang cenderung rendah dalam pembelajaran fisika
yang bersifat kualitatif, sehingga memudahkan sehingga sangat jarang melakukan pembelajaran
siswa untuk mengklarifikasi dan menyusun data. yang bersifat saintifik.
Sedangkan peningkatan persentase paling Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
tinggi berada pada aspek ke-5 yaitu menggambarkan yang telah disesuaikan dengan teori maka disimpulkan
data dalam bentuk tabel, diagram atau grafik sebesar bahwa penelitian yang dilakukan berhasil karena
45,32%. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa masing-masing aspek pada komunikasi ilmiah dan
kemampuan awal siswa dalam menggambarkan data kemampuan kognitif mencapai target yang ditetapkan.
baik itu dalam bentuk tabel, diagram atau grafik Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik
cenderung rendah karena biasanya siswa hanya meniru kesimpulan bahwa penggunaan modul fisika scientific
dan mencontoh tabel, diagram atau grafik yang approach pada pembelajaran fisika mampu
dituliskan oleh guru tanpa mengetahui makna dan tata meningkatkan kemampuan kognitif dan komunikasi
cara penulisan dari tabel, diagram atau grafik tersebut. ilmiah siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 2 Kabupaten
Namun setelah siswa melakukan pembelajaran Sorong tahun pelajaran 2014/2015.
menggunakan modul fisika scientific approach dalam 4 KESIMPULAN
setiap kali pembelajaran siswa diharuskan dapat Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram telah dilakukan dapat disimpulkan :
atau grafik sehingga mengharuskan siswa untu belajar 1. Penggunaan modul fisika scientific approach dapat
tata cara menuliskannya dan mengerti makna dari tabel, meningkatkan kemampuan kognitif siswa materi
diagram dan grafik tersebut. Fluida Statis kelas X MIA 5 SMA Negeri 2
Hal sejalan dengan hasil penelitian yang Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Persentase
dilakukan oleh Hermawan (2013) yang memperoleh ketercapaian kemampuan kognitif siswa yang
hasil persentase ketercapaian komunikasi ilmiah meningkat dari pra siklus sebesar 41%, pada siklus I
tertinggi juga terjadi pada aspek ke-4, yaitu sebesar sebesar 72% dan pada siklus II sebesar 81%.
100%, dan persentase ketercapaian komunikasi ilmiah 2. Penggunaan modul fisika scientific approach dapat
terendah juga terjadi pada aspek ke-3 yaitu sebesar meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah
80,21%. Pada aspek ke-4 yaitu mengklasifikasi dan siswa materi Fluida Statis kelas X MIA 5 SMA
menyusun data diraih hasil sebesar 100%, artinya Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.
seluruh siswa mampu mengklasifikasi dan menyusun Dari indikator komunikasi ilmiah yang ditentukan
data dengan baik. Hal ini disebabkan karena dalam diperoleh hasil sebagai berikut: (a) menyusun dan
penelitian Hermawan (2013) menggunakan media menyampaikan laporan secara sistematik dan jelas
berbantu microsoft excel sehingga lebih memudahkan diperoleh hasil pra siklus sebesar 64,30%, siklus I
siswa dalam mengklasifikasi dan menyusun data. sebesar 79,04%, siklus II sebesar 89,84%, (b)
Namun dalam penggunaan modul fisika scientific menjelaskan hasil percobaan diperoleh hasil pra
approach ini terdapat keunggulan bila dibandingkan siklus sebesar 66,02%, siklus I sebesar 71,88%,
penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya, siklus II sebesar 89,06%, (c) mendiskusikan hasil
diantaranya adalah percobaan diperoleh hasil pra siklus sebesar
1. Dalam penelitian ini digunakan modul fisika 52,74%, siklus I sebesar 66,93%, siklus II 83,33%,
scientific approach dalam peembelajaran, yang (d) mengklasifikasikan data dan menyusun data
11
BIOLEARNING JOURNAL
ISSN: 2406-8233; EISSN; 2406-8241 Volume 04 No.2 Juli 2017

diperoleh hasil pra siklus sebesar 56,64%, siklus I James Popham. 1992. Bagaimana Mengajar Dengan
sebesar 71,48%, siklus II sebesar 95,71%, (e) Sistematis. Yogyakarta: Kanisius. Kochhar,
menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT
atau grafik diperoleh hasil pra siklus sebesar Gramedia Widiasarana. Mohammad Ali, R.
39,06%, siklus I sebesar 84,38%, siklus II sebesar 1963. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia.
85,94%. Djakarta: Bhatara.
Mohammad Ali. 2005. Pengantar ilmu Sejarah
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Yogyakarat: Pelangi Aksara
Alma Buchari. 2010. Guru Profesional (Menguasai Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Berbasis
Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Kompetensi Karakteristik dan Implementasi.
Alfabeta. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S.
Arifin Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional, Prinsip 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung:
Teknik Prosedur. Bandung: PT. Remaja Bina Aksara.
Rosdakarya. Prapto Triono. 2017. Upaya Meningkatkan Prestasi
Arikunto Suharsimi. 2002. Prestasi Belajar. Jakarta: Belajar Dengan Menggunakan Metode Diskusi
Bumi Aksara. Pada Siswa Kelas 8 B SMPN 1 Karangreja
Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Purbalingga Semester gasal 2016/2017.
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen
Best John, W. 1982. Metodologi Penelitian . Surabaya: Satya Wacana.
Usaha Nasional. Robert E. Slavin. 2005. Cooperative Learning (Teori,
Bruce Joyce, Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media.
Models of Teaching (Model-Model Sidjabat. B. Samuel. 1993. Mengajar Secara
Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Profesional. Bandung: Yayasan Kalan Hidup.
Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Silberman Melvin, L. 2004. Active Learning (101 Cara
Cetak. Jakarta: Konsorsium program PJJ S1 Belajar Siswa Aktif). Bandung: Nusamedia dan
PGSD. Nuansa.
Eka Srinawati Simangunsong. 2016. Upaya Sudjana. 2010. Metode Dan Teknik Pembelajaran
Meningkatkan Pembelajarn Yang Aktif Dan Partisipatif. Bandung: Falah.
Kreatif Dengan Menggunakan Metode Three Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Stage Fish Bowl Pada Siswa SMP Bandung: Alfabeta.
Muhammadiyah 01 Medan Tahun Pelajaran Suparno Suhaenah, A. 2001. Membangun Kompetensi
2010/2016. Belajar. Jakarta:
(www.scribd.com/doc/88850554/Abs-Trak). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
update: 28 Januari 2016, at 14:50. Pendidikan Nasional.
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (terjemahan Supriyono Agus. 2016. Cooperative Learning Teori
NNugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press. Dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Hamid Sholeh. 2016. Metode Edu Tainment. Belajar.
Yogyakarta: DIVA Press. Hamzah. B. Uno. Surya Moh. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung:
2010. Model Pembelajaran (Menciptakan Unit Percetakan Offset IKIP.
Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Syah Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung:
Efektif). Jakarta: PT Bumi Aksara. Hanafiah, PT Remaja Rosdakarya.
Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005.
Startegi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Aditama. Jamal Ma’mar Asmani. 2016. Tujuh Pustaka.
Tips Aplikasi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Gramedia
Yogyakarta: DIVA Press.
.

12

Anda mungkin juga menyukai