Anda di halaman 1dari 3

MATERI TARBIYYAH II

PANDANGAN ISLAM TENTANG HARI VALENTINE

            
    
“ dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (A.S. Al-Isra ayat 36)

- - -

Hari valentine atau Valentine’s Day yang jatuh pada tanggal 14 februari agaknya tidak asing
lagi di kalangan remaja. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menunggu-nunggu
kedatangannya. Bagi mereka, Valentine’s Day adalah momentum mencurahkan kasih sayang
kepada orang yang dicintai. Ironisnya, remaja yang turut merayakan hari itu justru dari
kalangan remaja muslim yang ikut-ikutan tanpa mengetahui makna dari Valentine’s Day itu
sendiri. Padahal, dalam surat al-Isra ayat 36 di atas ditegaskan agar kita tidak mengikuti apa
yang kita tidak memiliki pengetahuan tentangnya, sebab kelak di akhirat nanti setiap apa
yang kita dengar, lihat dan rasakan akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt. Karena
itu, marilah kita memahami seluk beluk valentine agar kita mengerti apa valentine itu dan
bagaimana sikap kita selaku muslim terhadapnya.

Sejarah Valentine’s Day

Jika ditelusuri asal-usul valentine’s day merujuk kepada ritual pagan zaman yunani kuno.
Pada masa itu Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari
dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada
pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Karena itu para penganut pagan (berhala/dewa-dewi)
merayakan bulan Gamelion sebagai persembahan kepada dewa dan dewi mereka.

Sementara di Roma Kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, berasal dari
nama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah
telanjang dan berpakaian kulit kambing. Para pendeta pun di masa itu melakukan ritual setiap
tanggal 15 Februari berupa penyembahan kepada dewa Lupercalia dengan mengorbankan
kambing.

Dua hari sebelumnya, tanggal 13 dan 14 Februari dilakukan persembahan kepada dewi cinta
(Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Di hari itu, para pemuda mengundi nama
para gadis di sebuah kotak lalu mengacak dan mencabut namanya.

Gadis yang terpilih akan menjadi kekasihnya selama setahun untuk dijadikan objek hiburan.
Para pemuda itu juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “dengan nama tuhan Ibu,
saya kirimkan kepadamu kartu ini.” Tuhan ibu itu adalah dewi cinta. Akibatnya, perempuan
menjadi pelampiasan nafsu kaum lelaki.

Pada tanggal 15, dilakukan upacara ke kuil meminta perlindungan kepada dewa Lupercus dan
para pemuda membawa potongan kambing yang ia mereka persembahkan lalu melecut gadis-
gadis. Para gadis itu pun berebut untuk dilecut karena percaya akan menambah kecantikan
dan kesuburan mereka.
Pada masa selanjutnya, berkembanglah agama Kristen Katolik dan memasuki wilayah Roma.
Untuk menarik simpati dari penduduk Roma, mereka mengadopsi beberapa tradisi dan
upacara paganisme dan mempolesnya dengan nuansa Kristiani dengan harapan mereka
berpikir bahwa ada kesamaan antara keyakinan Roma Kuno dengan keyakinan Kristen
sebagai ajaran baru.

Mereka pun mengganti nama-nama dewa dengan nama-nama Paus dan Pastor. Salah seorang
pendukung yang terkenal adalah Kaisar Konstantine dan Paus Greogory I. Salah satu upaya
yang mereka lakukan adalah menjadikan upacara Romawi Kuno pertengahan Februari
tersebut menjadi Hari Perayaan Gereja pada tahun 496 M dengan nama Saint Valentine’s Day
untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan diyakini wafat tanggal 14 Februari.

Bahkan, keinginan untuk mengubah tradisi Romawi ini, para pendeta juga memutuskan
mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat “dengan nama Pendeta
Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani.”

Akan tetapi ada pula pendapat lain bahwa Kristen melakukan hal tersebut bukan ingin
menarik simpati penduduk Roma, akan tetapi menandingi tradisi penduduk Roma. Yang
jelasnya, ada keterkaitan yang erat antara tradisi dan kepercayaan Romawi Kuno dan
kebijakan pihak Gereja dalam mempopulerkan Valentine Day.

Mengenai siapa sesungguhnya Santo Valentinus, juga terjadi perbedaan pendapat. Versi
pertama berpendapat bahwa Kaisar Claudius II, penguasa Romawi marah lalu menangkap
dan memenjarakan Santo Valentinus karena telah berani mengatakan bahwa tuhannya adalah
Isa al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi.

Jadi, merayakan Valentine Day adalah penghormatan dan kasih sayang kepada Santo
Valentinus yang dianggap sebagai pahlawan dalam mempertahankan keyakinannya sebagai
penganut Yesus Kristus, sang anak tuhan.

Versi kedua menyebutkan bahwa kemarahan Kaisar Claudius II berawal dari persepsinya
tentang tentara muda bujangan lebih kuat dan tabah ketika berperang dari pada tentara yang
telah menikah. Karena persepsi itu, kaisar melarang tentaranya yang masih pemuda menikah.

Kebijakan itu secara diam-diam ditentang oleh Santo Valentinus dan dengan diam-diam pula
menikahkan banyak pemuda. Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati
salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine
tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal
kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang
yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di
jendela penjara dimana dia ditahan.

Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara
sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang
mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia
setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.

Pada hari saat ia dipenggal, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk
gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.

Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di
berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang
merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta.

Hukum Merayakan Valentine’s Day


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perayaan hari valentine merujuk kepada ritual
agama penyembah dewa-dewi yang kemudian diadopsi oleh umat nashrani untuk meraih
umat dengan mengubah ritual pagan menjadi mengenang santo valentinus. Dengan demikian
sudah jelas hukum merayakan valentine bagi umat Islam adalah haram berdasar kepada dua
alasan,

Pertama, perayaan valentine’s day merupakan budaya agama lain yang sangat berkaitan
dengan aspek aqidah. Sementara itu Rasulullah Saw bersabda: Sebab sebagaimana yang
tersurat dalam hadits riwayat Ahmad “Barang siapa yang meniru kebiasaan suatu kamum
maka dia termasuk golongan kaum tersebut”.

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Radiyallahu’anhu, Rasulullah bersabda, “Kamu akan
mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka”.
Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang
Yahudi dan orang-orang Nasrani?” Rasulullah bersabda, “Kalau bukan mereka, siapa
lagi?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas dengan tegas mengingatkan kita agar kita jangan mengikuti budaya agama lain
apalagi yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah.

Kedua, perayaan valentine’s day mendekatkan kepada kemaksiatan secara moral. Meskipun
hari valentine mengusung hari kasih sayang, orientasi yang biasa ditangkap adalah kasih
sayang dengan lawan jenis, dalam hal ini lawan jenis yang bukan muhrim. Hal ini jelas
bertolak belakang dengan prinsip kasih sayang dalam Islam. Banyak kejadian yang dapat
membuktikan hal ini. Perayaan valentine’s day di Negara-negara Eropa menunjukkan bahwa
hari tersebut identik dengan pesta seks dan mabuk-mabukkan. andaikata perayaannya tidak
separah itu, minimal terjatuh kepada hal yang tidak bermanfaat dan melalaikan. Na’udzu
billah min dzalik.

Dengan demikian, marilah kita ber’azzam untuk menjadi muslim sejati dengan identitas yang
telah dicontohkan Rasulullah Saw. Jauhi kebiasaan buruk dan banggalah dengan apa yang
telah diteladankan Rasul. Semoga kita tetap mendapat hidayah-Nya sampai akhir zaman.
Amiin. Say No to Valentine’s Day.

Anda mungkin juga menyukai