Anda di halaman 1dari 4

BULLYING

Remaja atau pemuda adalah harapan agama dan bangsa. Mereka merupakan tonggak harapan
yang menjadi agent of change, social control dan iron stock. Di tangan merekalah harapan untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang berada, sebagaimana perkataan
populer yang diungkapkan oleh Sayyidinā ‘Ali Bin Abi Thālib ra “Syubbānul Yaum Rijālul Ghad”
yang bermakna bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang. Pesan tersebut
menyiratkan makna bahwa masa remaja menjadi saat yang sangat penting untuk menyiapkan diri
dalam rangka mengemban amanah umat dan bangsa, dan untuk mewujudkannya remaja perlu
mengembangkan diri dalam lingkungan pergaulan yang positif.
Realitas menunjukkan bahwa saat ini pergaulan remaja riskan akan berbagai masalah.
Hadirnya era globalisasi dan modernisasi lebih banyak menarik mereka kepada sisi negatif
ketimbang sisi positifnya. Problematika di bidang sosial, budaya dan moral kini sudah menjadi
persoalan pelik yang menyangkut kehidupan pergaulan remaja.
Salah satu bentuk problematika dalam pergaulan remaja dimaksud adalah bullying. Berbeda
dengan problem remaja lainnya seperti narkoba, perilaku seks bebas, tawuran dan lain sebagainya,
bullying -menurut hasil penelitian yayasan SEJIWA- kurang mendapatkan perhatian serius kecuali
setelah dampaknya terlihat parah, seperti korban mengalami stress atau bahkan meninggal dunia.
Tentu saja, sebuah dampak yang seharusnya tidak terjadi jika perilaku tersebut dapat ditangani sejak
dini. Oleh karena itu, fakta bullying pada remaja yang kian hari semakin sering diberitakan di media
tentunya menjadi problematika yang menuntut pemecahan serius. Sebab, masa depan sebuah bangsa
bukanlah persoalan sepele yang bisa diabaikan begitu saja.
A. DEFINISI BULLYING DAN JENISNYA
Bullying berasal dari kata bully yang memiliki arti menggertak atau mengintimidasi (Kamus
elektronik alfalink). Intimidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) berarti  tindakan
menakut-nakuti (terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu); gertakan;
ancaman; dan lazimnya kita mengenalnya sebagai sebuah penindasan. Istilah bullying kemudian
digunakan untuk perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja, terjadi berulang-ulang untuk
menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri
sendiri (SEJIWA, 2008).
Dari pemaparan definisi di atas dapat disarikan empat hal terkait dengan bullying. Pertama,
adanya tindakan intimidasi. Kedua, tindakan tersebut dilakukan kepada orang yang lebih lemah dari
pelaku -misal dari kakak kelas kepada adik kelas-. Ketiga, pada umumnya dilakukan berulang-ulang.
Dan keempat, bertujuan untuk melemahkan korban atau menunjukkan kekuatan pelaku.
Tindakan bullying sendiri dapat dikategorikan ke dalam empat jenis. Yakni, bullying fisik,
bullying verbal, bullying mental, dan bullying elektronik. Yang dimaksud dengan bullying fisik
adalah tindakan bullying secara kasat mata, siapapun bisa melihatnya karena terjadi kontak fisik
antara pelaku dan korban seperti menendang, memukul, mendorong, menampar, menginjak kaki,
melempar dengan barang, meludahi dan memalak. Bullying verbal adalah tindakan bullying yang

1
dapat ditangkap indera pendengaran karena dilakukan secara lisan, seperti mengejek, mengolok-
olok nama panggilan, mengancam dan mempermalukan di depan umum. Bullying mental adalah
tindakan bullying yang tidak kasat mata jika kita tidak mendeteksinya karena tidak terjadi kontak
fisik dan tidak tertangkap telinga, seperti memandang sinis dan mengucilkan. Dan terakhir bullying
elektronik yang populer disebut cyberbullying adalah tindakan bullying yang dilakukan melalui
sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan
sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi,
gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.
Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup
baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya. (Andi Priyatna, 2010:3)
Meskipun istilah bullying baru dewasa ini populer, tetapi tindakan tersebut bukan berarti tidak
terangkum penjelasannya dalam ajaran Islam. Dalam istilah Islam, bullying dikenal dengan berbagai
sebutan, antara lain, sukhriyah, ihtiqar, dan istihza’. Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Azhim
menegaskan perbuatan ini dilarang Islam. Larangannya merujuk ayat ke-11 surah al-Hujurat
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”

B. DAMPAK NEGATIF BULLYING PADA REMAJA


Tindakan bullying dalam realitasnya menimbulkan dampak negatif yang berbahaya bagi tugas
perkembangan remaja. Berikut ini rincian dampak dimaksud serta fakta-fakta yang terjadi di
Indonesia.
1. Bagi korban dan yang menyaksikan
a. Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi dan sebagainya.
Berikut ini grafik terkait dengan dampak negatif bullying terhadap mental korban
(generasiindonesiaantibullying.wordpress.com)

2
b. Keluhan kesehatan fisik
Terganggunya kesehatan fisik juga disebutkan Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)
sebagai salah satu dampak dari bullying. Contoh yang biasa terjadi adalah sakit kepala, sakit
tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bagi para korban bullying yang
mengalami perilaku agresif langsung mungkin akan mengalami luka-luka pada fisik mereka.
c. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah
Setiap manusia membutuhkan rasa aman. Tindakan bullying yang menekan harga diri
seseorang jika terjadi di lingkungan sekolah tentunya akan menimbulkan korban bullying
merasa tidak aman untuk berada di sekolah. Fakta riset menunjukkan bahwa setiap harinya
terdapat sekitar 160.000 remaja bolos sekolah untuk menghindari bullying. Di samping itu, 10%
siswa keluar atau pindah sekolah dengan alasan menghidari bullying
(generasiantibullyingindonesia.wordpress.com)
d. Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis
Penelitian Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam
Anesty, 2009) menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat
kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa. Dampak negatif bullying juga tampak pada
penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa.
e. Bunuh diri
Dalam kasus yang ekstrim, tindakan bullying dapat mengakibatkan korban melakukan
tindakan bunuh diri. Hasil riset bunuh diri pada remaja menunjukkan 30%nya terkait erat
dengan tindakan bullying (generasiantibullyingindonesia.wordpress.com). Kasus FK, seorang
siswi di SMPN 10 Bekasi yang menggantung dirinya di kamar mandi gara-gara tidak tahan
menerima ejekan teman-temannya karena dia anak tukang bubur merupakan salah satu
contohnya.
2. Bagi pelaku

3
Selain kepada korban, bullying juga berdampak negative kepada pelakunya. Remaja yang
terbiasa melakukan tindakan bullying berdasarkan riset ke depannya cenderung memiliki perilaku
sebagai berikut:
a. Memiliki kecenderungan untuk berperilaku kasar
b. Memiliki kecenderungan untuk melakukan kriminalitas
c. Terlibat dalam vandalisme
d. Terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol
e. Terlibat dalam pergaulan bebas (generasiantibullyingindonesia.wordpress.com)
C. FAKTOR PENYEBAB BULLYING PADA REMAJA
Untuk mengetahui solusi mengatasi bullying pada remaja, maka perlu diketahui terlebih
dahulu faktor yang menyebabkan munculnya tindakan tersebut. Berikut ini rinciannya:
1. Faktor Internal
Bullying dapat terjadi karena lemahnya emosi korban. Baik itu dikarenakan banyaknya
problem yang dihadapi ataupun ketidakberdayaan mental untuk melawan dan melaporkan tindakan
bullying. Sementara dari sudut pandang pelaku, bullying terjadi karena lemahnya keimanan dan
pemahaman terhadap ajaran agama bahwa Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam.
2. Faktor Eksternal
a. Pengaruh teman sebaya
b. Lemahnya fungsi keluarga
c. Abainya pemerintah terhadap tayangan kekerasan
d. Rendahnya pengawasan sekolah dan lingkungan sekitar

D. SOLUSI MENGATASI BULLYING PADA REMAJA DALAM PANDANGAN ISLAM


Berikut ini cara yang dapat dilakukan agar tindakan bullying pada remaja tidak terjadi:
1. Meningkatkan keimanan dan ilmu dengan mengikuti kajian-kajian agama dan melaksanakan
ibadah
2. Bergaul dalam lingkungan yang kondusif
3. Memperkuat peran keluarga
4. Memperkuat pengawasan sekolah dan masyarakat
5. Memperkuat peran pemerintah

Anda mungkin juga menyukai