Petunjuk Teknis Kanker Kolorektal - 5 Juli
Petunjuk Teknis Kanker Kolorektal - 5 Juli
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Landasan Hukum
1.5 Ruang Lingkup
BAB V Konseling
5.1 Pra pemeriksaan
5.2 Paska pemeriksaan
Tim Penyusun
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka deteksi dini kanker kolorektal memegang peranan
yang sangat penting. Deteksi dini yang adekuat terbukti dapat meningkatkan angka
harapan hidup penderita dan menurunkan angka kematian akibat kanker kolorektal. Hal
tersebut disebabkan dengan lebih banyak ditemukan kasus kanker kolorektal secara dini
akan meningkatkan luaran hasil pengobatan. Walaupun demikian, masih didapat
kesenjangan dalam hal skrining kanker kolorektal terutama terkait fasilitas skrining. Oleh
karena itu, perlu adanya panduan deteksi dini yang aplikatif khususnya di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatnya upaya penemuan stadium dini kanker kolorektal
b. Tujuan Khusus
Terselenggaranya kegiatan pengenalan tanda dan gejala kanker kolorektal
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Terselenggaranya deteksi dini kanker kolorektal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
Terselenggaranya sistem rujukan kasus kanker kolorektal secara berjenjang
Terselenggaranya sistem pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi
program sesuai jenjang fasilitas pelayanan kesehatan.
1.3 Sasaran
a. Sasaran Langsung
Petugas kesehatan (Dokter, Perawat, Ahli Teknologi Laboratorium Medis) di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pemerintah maupun swasta
b. Sasaran Tidak langsung
Pengelola program pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kementerian
Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Lembaga Swadaya Masyarakat
Organisasi Profesi
Pemerhati kanker kolorektal
Pasien dan Keluarga pasien Kanker kolorektal
Masyarakat
2.1 Pengertian
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar , terdiri dari
kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus
besar sebelum anus). Distribusi kanker kolorektal di kolon dapat dilihat pada Gambar 1.
Kolon transversum
15%
Kolon
descendens
Kolon ascenden 5%
dan sekum
25%
Kolon sigmoid
25%
Kolon rektosigmoid
10% Rektum
20%
Letak ujung bawah tumor pada karsinoma rekti biasanya dihitung dari berapa cm jarak
tumor tersebut dari garis anokutan. Pada hasil-hasil yang dilaporkan harus disebutkan
apakah pembagian tersebut dibuat dengan endoskopi yang kaku atau fleksibel dan
apakah patokannya dari garis anokutan, linea dentata, atau cincin anorektal.
Perjalanan saluran limfatik utama pada karsinoma rekti adalah mengikuti pembuluh
darah rektum bagian atas menuju kelenjar getah bening mesenterika inferior. Aliran
limfatik rektum bagian tengah dan bawah juga mengikuti pembuluh darah rektum bagian
tengah dan berakhir di kelenjar getah bening iliaka interna. Karsinoma rekti bagian bawah
yang menjalar ke anus kadang-kadang dapat bermetastase ke kelenjar inguinal
superfisial karena adanya hubungan dengan saluran limfatik eferen yang menuju ke anus
bagian bawah.
Anatomi kolon yang terkait dengan kanker kolorektal saat ini dibagi atas kolon sisi kanan
dan kolon sisi kiri dimana kolon sisi kanan dimulai dari saekum, kolon asenden, flexura
hepatika dan sebagian kolon transversum. Sedangkan untuk kolon sisi kiri merupakan
sebagian dari kolon transversum, fleksura splenikum, kolon desenden hingga sigmoid.
Pembagian ini didasarkan dari asal anatomis dimana sisi kanan berasal dari midgut
sedangkan sisi kiri berasal dari hindgut.
Konsekwensi klinis yang mengikuti terkait dengan perbedaan sifat molekular dari sisi
kanan dan kiri serta respons terhadap pengobatan. Selain itu, prognosis secara
keseluruhan kanker kolorektal sisi kiri dikatakan lebih baik daripada sisi kanan.
2.2 Epidemiologi
Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak di dunia. Pada tahun 2020 terdapat
lebih dari 1,9 juta kasus kanker kolorektal dengan angka kematian sebanyak 935.173
kasus (World Cancer Research Fund International). Menurut American Cancer Society
(ACS), kanker kolorektal adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan kanker
penyebab kematian kedua terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat. Telah
diprediksi bahwa pada tahun 2023 terdapat 106.970 kasus baru kanker kolon dan 46.050
kasus baru kanker rektum. Angka kejadian kanker kolorektal telah menurun terutama
karena meningkatnya deteksi dini dan gaya hidup sehat. Namun usia terkena kanker
kolorektal tampak kecenderungan lebih muda dari usia 50 tahun.
Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang
(5%). Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada perempuan dibandingkan pada laki-
laki. Data Globocan tahun 2020 juga menunjukkan kejadian kanker kolorektal kasus baru
pada laki-laki sebesar 21.764 (11.9%) dan 12.425 (5,8%) dari keseluruhan kanker pada
setiap jenis kelamin tersebut. Angka kematian kanker kolorektal telah berkurang sejak 20
tahun terakhir. Ini berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan kemajuan pada
penanganan kanker kolorektal (American Cancer Society)
Di Indonesia kanker kolorektal adalah kanker keempat terbanyak pada semua jenis
kelamin, dan kedua terbanyak pada laki-laki setelah kanker paru. Insidens kanker
kolorektal di Indonesia 12,4 per 100.000, dan angka kematian 6,7 per 100.000 (Globocan,
2020). Masih tingginya angka kanker kolorektal dengan angka kematian yang cukup tinggi
membutuhkan penanganan yang tepat dan segera melalui upaya deteksi dini.
Individu dengan risiko meningkat atau risiko tinggi terkena kanker kolorektal perlu
menjalani pemeriksaan teratur sejak dini, sehingga penyakit dapat diketahui dan diterapi
sejak awal sehingga memberikan harapan kesembuhan lebih tinggi. Namun, seperti yang
kita yakini bersama bahwa mencegah tentu saja lebih baik daripada mengobati. Oleh
karena itu, mengetahui dan mengontrol faktor risiko merupakan salah satu upaya
pencegahan kanker kolorektal yang efektif. Seperti penyakit kanker pada umumnya,
kanker kolorektal terjadi akibat adanya interaksi antara faktor lingkungan dan genetik.
Berbagai faktor lingkungan diketahui dapat berinteraksi dengan faktor genetik maupun
faktor didapat, sehingga menimbulkan kanker kolorektal.
Dengan demikian, kita perlu mengetahui berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan
atau menurunkan risiko kanker kolorektal yang telah diklasifikasikan menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, terdiri atas riwayat kanker kolorektal atau
polip adenoma individual ataupun keluarga, riwayat individual penyakit kronis
inflamatorik pada usus, usia, jenis kelamin, dan ras (misalnya kanker kolorektal lebih
banyak dijumpai pada orang Amerika Utara dibandingkan ras Asia ataupun Afrika)
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas, diet (asupan tinggi daging
merah, tinggi energi, tinggi lemak, rendah serat), kurang aktivitas fisik, riwayat diabetes
mellitus, konsumsi alkohol, dan merokok.
c. Diet
Asupan makanan tinggi energi, tinggi lemak, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko
kanker kolorektal. Membatasi konsumsi daging merah dan atau daging proses yang
dimasak dengan temperatur tinggi dengan waktu yang lama dapat mengurangi risiko
terjadinya kanker kolorektal.
f. Suplemen kalsium
Cara kerja kalsium dalam menurunkan risiko kanker kolorektal belum diketahui secara
pasti. Sebuah metaanalisis dari berbagai uji klinik acak terkontrol menemukan bahwa
suplementasi kalsium dengan dosis lebih dari 1.200 mg/hari dapat menurunkan risiko
adenoma secara bermakna.
g. Vitamin D
Beberapa studi menunjukkan bahwa individu dengan kadar vitamin D yang rendah dalam
darah dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Namun, hubungan antara vitamin D
dan penyakit kanker belum diketahui secara pasti.
h. Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan merokok harus dihentikan karena merokok merupakan salah satu penyebab
terjadinya kanker kolorektal. Penelitian menunjukkan bahwa seseorang masih berisiko
terkena kanker kolorektal meskipun telah berhenti merokok selama 25 tahun. Sekitar
1520% kanker kolorektal terkait dengan merokok, dan hubungan ini terutama pada
kanker rektum.
Alkohol
Konsumsi alkohol harus hindari, karena konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko
kanker kolorektal. Alkohol termasuk wine meningkatkan risiko kanker melalui
beberapa mekanisme, yaitu sebagai pelarut yang mempermudah masuknya bahan
karsinogen ke dalam sel. Selain itu, alkoholisme sering dihubungkan dengan defisiensi
nutrisi, yang menyebabkan sel lebih rentan terhadap bahan karsinogen.
Pengobatan human growth hormone (HGH) pada masa kanak-kanak dan dewasa muda,
juga dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Sementara, penggunaan terapi insulin
hormon pascamenopouse secara teratur dan jangka panjang dapat menurunkan risiko
kanker kolorektal, tetapi penggunaannya tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan
risiko kanker payudara dan penyakit kardiovaskular.
a. Primer
Pencegahan primer dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan
penyebab dan faktor risiko kanker, termasuk mengurangi kerentanan individu
terhadap efek dari penyebab kanker. Memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup
sehat dengan pola hidup CERDIK untuk menghindari faktor risiko penyebab kanker
kolorektal.
b. Sekunder
Deteksi dini (skrining) dan diagnosis dini pada kanker kolorektal memiliki peranan
penting dalam rangka untuk mencapai hasil tatalaksana yang optimal, yaitu
meningkatnya ketahanan hidup, menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas para
pasien kanker kolorektal. Deteksi Dini Kanker Kolorektal di FKTP dengan cara Colok
Dubur dan Tes Darah Samar atau Fecal Occult blood tests (FOBTs).
Tujuan deteksi dini kanker kolorektal adalah mendeteksi penyakit pada stadium awal
sehingga dapat dilakukan terapi dengan tujuan kuratif.
Selain riwayat penyakit tersebut, maka deteksi dini juga dilakukan pada orang dengan
keluhan pola defekasi yaitu sbb:
Buang air besar bercampur darah dan/atau lendir
Diare kronis
Buang air besar 2 – 3 minggu seperti kotoran kambing
Konstipasi kronis
Perubahan bentuk dan frekwensi defekasi
Namun demikian apabila usia kurang dari 50 tahun tetapi ada faktor risiko dan gejala dapat
dilakukan deteksi dini.
Gambaran khas pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan penonjolan tepi, yang dapat
berupa :
Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu
plateu kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak , tetapi umumnya
mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
Suatu bentuk ulkus maligna yang khas dengan tepi noduler menonjol dengan kubah
yang dalam (bentuk ini paling sering)
Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan berbentuk cincin.
Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:
a. Keadaan tumor: Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah terhadap
cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os coccygis. Pada
pasien perempuan sebaiknya juga dilakukan palpasi melalui vagina untuk mengetahui
apakah mukosa vagina di atas tumor tersebut licin dan dapat digerakkan atau apakah ada
perlekatan dan ulserasi, juga untuk menilai batas atas dari lesi anular. Penilaian batas
atas ini tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur.
b. Mobilitas tumor: Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi pembedahan.
Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum.
Pada lesi yang sudah lebih lanjut umumnya terfiksir karena penetrasi atau perlekatan ke
struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau
dinding anterior uterus.
c. Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.
3.4 Pemeriksaan Tes Darah Samar fecal occult blood tests (FOBTs)
a. Definisi pemeriksaan tes darah samar feses (Faecal Occult Blood Test)
Tes darah samar feses (faecal occult blood test) adalah suatu prosedur sederhana
untuk mencari pasien-pasien awal kanker usus. Prosedur ini terdiri dari pengambilan
sampel feses dan pemeriksaan sampel di laboratorium. Pengambilan sampel feses
umumnya dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
Prosedur ini berfungsi untuk memeriksa sejumah kecil darah dalam sampel feses yang
tidak terlihat oleh mata telanjang. Darah yang tidak dapat dilihat tersebut disebut juga
darah samar. Keberadaan darah samar dapat mengindikasikan adanya kanker
kolorektal, kanker usus besar atau polip di usus besar atau anus.
Biasanya, volume darah samar sangat sedikit sehingga hanya dapat dideteksi melalui
bahan kimia yang dibuat khusus untuk tes darah samar feses. Jika ada darah yang
berhasil terdeteksi, tes tambahan mungkin diperlukan untuk menemukan sumber
perdarahan. Tes darah samar feses hanya dapat mendeteksi ada tidaknya darah, dan
tidak dapat menentukan penyebab perdarahan tersebut.
Tiga hari sebelum tes dilaksanakan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk
menghindari beberapa jenis makanan atau obat-obatan tertentu, seperti:
Buah-buahan dan sayuran tertentu, termasuk brokoli dan lobak
Daging merah
Suplemen vitamin C
Obat penghilang rasa sakit, termasuk aspirin dan ibuprofen
Untuk memastikan hasil tes yang akurat, ikuti instruksi dokter dengan hati-hati. Sebab,
berbagai makanan, suplemen makanan, dan obat-obatan dapat mengubah hasil tes darah
samar feses.
A. Alat
B. Bahan
Sampel Feses yang akan diperiksa
Kristal benzidin basa
Hidrogen peroksida (H2O2) 3%
NaCl 0,9%
Asam cuka glasial
Prosedur Kerja:
1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan
panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrate sampai menjadi dingin
kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
4. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu larut dengan
meninggalkan beberapa Kristal.
5. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
6. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama ).
Intrepretasi hasil:
- Metode Guajac
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam
acetat glacial, campur.
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml
alcohol 95 %, campur.
3. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Petunjuk Penggunaan
- Bawa test dan sampel ke suhu ruang.
- Keluarkan test Card dari bungkus, letakkan test Card pada permukaan datar.
- Buka tutup tabung koleksi dan ambil secara acak sampel feces dengan stik yang
tersedia di dalam tabung koleksi minimal di 6 tempat yang berbeda lalu dikocok
sampai rata.
- Pegang tabung tegak lurus dan pecahkan pipet diatas tump tabung, masukan 3
tetes campuran tersebut kedalam lubang sampei ( S ) dan jalankan timer.
- Baca hasil dalam kurun waktu 5 menit. Jangan membaca hasil setelah lebih dari
10 menit
Pembacaan hasil:
Positif: Terbentuk dua garis berwarna, satu pada zona garis Tes dan satu pada
zona garis Control. Hal ini berarti terdapat darah samar diatas cut off value dalam
feces tersebut.
Negatif: ferbentuk satu garis wama pada zona garis Control saja. J
Invalid/Test gagal: Jika tidak timbul garis wama pada zona Control maka test
dinyatakan gagal. Ulangi tes dengan alat baru.
Aktif
Positif
Populasi ≥ 50 Pemeriksaan Fisik
tahun (Rectal Touche) dan
pemeriksaan darah Hasil
Risiko samar feses di Deteksi
sedang/tinggi Puskesmas/FKTP Dini
Pasif
Keterangan:
- Peserta deteksi dini aktif datang ke Puskesmas/FKTP dijaring melalui jalur Pelayanan
terpadu (Pandu), Poliklinik umum, Posyandu
a. FKTP melakukan deteksi dini kanker kolorektal pada setiap pasien usia 50
tahun ke atas dengan faktor risiko kanker kolorektal yang datang berkunjung
ke FKTP. Petugas FKTP mendeteksi dini/mendiagnosis dini kanker kolorektal
yang ditemukan, yang selanjutnya dirujuk ke RS sesuai kebutuhan medis
pasien dan kompetensi fasiltas pelayanan kesehatan penerima rujukan.
Rujukan ditujukan ke RS yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan medis
pasien. Kompetensi Fasyankes berdasarkan SDM, jenis layanan RS, alat
kesehatan dan daya tampungnya. Kelas RS yang dipilih sesuai dengan
kebutuhan medis pasien dan kompetensi sehingga bisa merujuk ke RS kelas
C, B, atau A langsung.
b. Bila RS membutuhkan, bisa merujuk lagi ke RS yang memiliki kompetensi lebih
memadai.
c. Tenaga kesehatan di RS melakukan diagnosis dan pengobatan sesuai dengan
fasilitas yang dipunyai. Selain itu, dilakukan juga perawatan paliatif pada setiap
pasien kanker kolorektal.
BAB V
KONSELING
a. FKTP/Puskesmas
Sosialisasi pengenalan tanda dan gejala kanker kolorektal
Memberikan konseling tentang kanker kolorektal
Melatih dan memberdayakan kader dalam upaya penemuan tanda dan gejala
kanker kolorektal serta dalam upaya promotif kepada masyarakat melalui
Posyandu, serta kegiatan lainnya.
Melakukan deteksi dini kanker kolorektal berdasarkan tanda dan gejala klinis
serta pemeriksaan laboratorium bila tersedia
Merujuk pasien yang terdiagnosa ke FKRTL kab/kota
Menerima umpan balik hasil rujukan dan tindaklanjut sesuai hasil rekomendasi
Mencatat hasil-hasil deteksi dini dan melaporkan ke Dinas Kesehatan
kabupaten/kota setiap bulan
c. FKRTL/Rumah Sakit
Menegakkan diagnosis kanker kolorektal
Menerima rujukan FKTP dan FKRTL lain
Memberikan umpan balik pasien yang dirujuk kepada instansi yang merujuk
Memberikan terapi sesuai dengan fasilitas dan kompetensi yang ada
Memberikan perawatan paliatif
Mencatat hasil diagnosis dan melaporkan ke Dinas Kesehatan kab/kota setiap
bulan
d. Dinas Kesehatan Kab/Kota
Sosialisasi dan advokasi pengendalian kanker kolorektal
Sosialisasi pengenalan tanda dan gejala kanker kolorektal untuk meningkatkan
kesadaran/kewaspadaan masyarakat agar melakukan pemeriksaan ke
FKTP/FKRTL
Fasilitasi FKTL/rumah sakit dan FKTP/puskesmas di wilayah dalam diagnosis
dan pengobatan kanker kolorektal
Membina dan meningkatkan keterampilan tenaga puskesmas di wilayahnya
dalam upaya deteksi dini kanker kolorektal
Membuat jejaring pengendalian kanker kolorektal tingkat tingkat kab/kota
Menyiapkan sumber daya terkait
Menerima laporan dari FKTP dan FKRTL, merekap dan melaporkan ke Dinas
kesehatan provinsi
Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian kanker kolorektal
Selain bersumber dari anggaran tersebut di atas, pembiayaan deteksi dini kanker
kolorektal juga dapat diperoleh dari sumber lain yang tidak mengikat, antara lain mitra
swasta, perorangan, LSM, ataupun donor agensi. Melalui sumber swadaya masyarakat
tersebut dapat diperoleh bantuan dana untuk kegiatan sosialisasi edukasi pencegahan
dan deteksi dini kanker kolorektal ataupun kegiatan CSR Perusahaan untuk mendukung
kegiatan deteksi dini di FKTP/Puskesmas.
Pencatatan deteksi dini kanker kolorektal dapat dilakukan secara manual dan online
melalui sistem pencatatan dan pelaporan yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.
Sedangkan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari FKTP hingga Pusat.
Berikut kegiatan pencatatan dan pelaporan sesuai jenjangnya:
a. Tingkat FKTP
Mencatat semua faktor risiko dan gejala kanker kolorektal pada orang yang
diskrining pada formular catatan medik deteksi dini kanker kolorektal
Menginput data pasien dalam surveilans PTM berbasis web yang ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan
Melaporkan rekapitulasi deteksi dini secara manual ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Menerima laporan dari FKTP/puskesmas
Merekap laporan dari FKTP/puskesmas dan membuat rekapitulasi tingkat
kabupaten/kota
Melaporkan rekapitulasi secara manual ke Dinas Kesehatan Provinsi
Memberikan feedback kepada FKTP/Puskesmas
c. Dinas Kesehatan Provinsi
Menerima laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Merekap laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan membuat
rekapitulasi tingkat provinsi
Melaporkan rekapitulasi secara manual ke Kementerian Kesehatan melalui
Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Memberikan feedback kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. Kementerian Kesehatan
Menerima laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi
Membuat rekapitulasi tingkat nasional
Memberikan feedback kepada Dinas Kesehatan Provinsi
BAB VII
PENUTUP
Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak di dunia dan keempat di Indonesia.
Faktor risiko kanker kolorektal meliputi usia,faktor genetik, pola makan dan aktivitas fisik serta
gaya hidup. Untuk itu penting untuk melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan pola
hidup sehat mencegah kanker, pengenalan tanda dan gejala kanker kolorektal serta upaya
deteksi dini.
Deteksi dini kanker kolorektal dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yaitu
di Puskesmas dengan menjaring masyarakat yang memiliki faktor risiko kanker kolorektal
untuk menemukan tanda dan gejala kanker seawal mungkin. Dengan demikian diharapkan
dapat menemukan lebih dini kanker kolorektal untuk mendapatkan pengobatan yang tepat
dengan peluang kesembuhan yang lebih baik.
Pencatatan Deteksi Dini Kanker Kolorektal
Puskesmas:
Kab/Kota:
Provinsi:
Globocan, 2020
JawabanApapun.com
SehatQ
PELINDUNG
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
PENASEHAT
Dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes
PENANGGUNGJAWAB
dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA
Tim Penyusun
Dr. dr. Warsinggih, Sp.B,Subsp.BD(K), M.Kes
dr. Eka Widya Khorinal, Sp.PD,K-HOM, FINASIM
Dr. dr. Sri Hartini, Sp.PK(K), MARS, FISQua
dr. Angela Giselvania, Sp.Rad.(K)Onk
Atna Permana, M.Biomed, PhD
dr. Sylvianna Andinisari, M.Sc
dr. Yoan Hotnida, M.Sc
dr. Frides Susanti, M.Epid
drg. Ni Kadek Dyahantari Kurniawati, M.Kes
Ns. Dian Kiranawati, S.Kep
drg. Ina Yulvina Rachmi
Imanda Zein Fatihah, SKM
Merlida Sitinjak, SKM
Administrasi
Hastuti Purwani Siwi, A.Md
Triesna Agustini, Amd.Prs
Kontributor: