Anda di halaman 1dari 9

PROFIL INTUISI MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAHMATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA KOGNITIF


F I E L D D E P E N D E N T  
DAN
F I E L D I N D E P E N D E N  
 
Budi Usodo
Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP UNS
Abstrak 
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil intuisi mahasiswa dalammemecahkan masalah
matematika ditinjau dari gaya kognitif 
 field independent 
dan
 field dependen.
Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut maka dalam penelitan ini menggunakanmetode penelitian
diskriptif kualitatif. Subyek penelitian sebanyak 4 mahasiswa terdiri dari2 mahasiswa dengan gaya
kognitif 
 field dependent 
dan 2 mahasiswa dengan gaya kognitif 
 field independent.
Metode pengambilan data adalah tes dan wawancara. Teknik pemeriksaankeabsahan data
menggunakan triangulasi, pengecekan anggota dan kecukupan referensi.Teknik analisis data melalui
langkah-langkah reduksi data, pemaparan data penafsiran datadan penarikan kesimpulan.Hasil
penelitian sebagai berikut; (1) Profil intuisi pada subjek dengan gaya kognitif 
 field dependent 
adalah, untuk menyelesaikan masalah menemukan intuisi yang digunakan adalahintuisi antisipatori
yang bersifat global dan didasarkan pada imajinasi. Subjek kesulitan untuk menganalisa pola menjadi
bagian-bagian yang berbeda yang digunakan untuk menyelesaikanmasalah. Intuisi yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah membuktikan adalah denganintuisi antisipatori yang bersifat
bertentangan pada umumnya. Subjek mengalami kesulitanmemperoleh ide untuk menyelesaikan
masalah sehingga yang terpikir adalah ide-ide yangtidak dapat menyelesaikan masalah. (2) Profil
intuisi pada subjek dengan gaya kognitif 
 field independent 
adalah, untuk menyelesaikan masalah menemukan intuisi yang digunakanadalah intuisi antisipatori
yang bersifat global. Subjek dapat menggunakan intuisinya untuk menyelesaikan masalah dengan
mengubah permasalahan ke bentuk yang lebih terincisehingga timbul pemikiran secara real. Intuisi
yang digunakan untuk menyelesaikan masalahmembuktikan adalah intuisi antisipatori yang bersifat
global yaitu dengan menggunakan carakontraposisi dan jenis intuisi yang digunakan menggunakan
pemikiran matematika secarareal. Subjek dapat memilah penggunaan cara dalam membuktikan
berkaitan dengan soal yangdiberikan.
Kata kunci 
: profil, intuisi, gaya kognitif, field independent, field dependent 
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran matematika tentu tidak akan terlepas dari masalah
matematika.Dalam mengajarakan bagaimana memecahkan masalah, berbagai dosen atau pendidik matematika
mempunyai cara yang berbeda-beda. Diantaranya adalah dengan selalu memberikancontoh-
contoh bagaimana memecahkan suatu masalah matematika, tanpa memberikankesempatan banyak pada mahasiswa
untuk berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya.Sehingga dengan cara demikian mahasiswa menjadi kurang kreatif
dalam memecahkanmasalah. Akibatnya mahasiswa hanya mampu memecahkan masalah matematika bila
telahdibeRikn caranya oleh Dosen. Dengan kondisi demikian, maka mahasiswa seringkalidihadapkan pada beberapa
kesulitan, misalnya mahasiswa tidak tahu apa yang harus diperbuatdengan masalah yang diberikan atau bila telah dapat
memulai menjawab, namun mengalamikemacetan di tengah penyelesaian soal tersebut, meskipun
sebenarnya telah dimilikinya bekalyang cukup untuk memecahkan masalah tersebut.Walaupun proses
berpikir analitik dan logik memainkan peranan penting dalammerepresentasikan struktur logika pengetahuan
matematika. Akan tetapi, mengejar ketepatandan cara-cara formal hanyalah hasil akhir dari aktivitas matematika. Proses
membangun pengetahuan matematika tanpa disadari menghasilkan pengenalan tentang kepastian atauk
etakpastian, verifikasi atau penyangkalan tanpa pembuktian (Kossak, 1966). Karena itudiasumsikan
bahwa aktivitas mental seseorang terdiri atas kognisi formal (
 formal cognition
) dankognisi intuitif (
intuitive cognition
) dari pengetahuan matematika. Kognisi formal merujuk kepada kognisi yang dikontrol oleh logika
matematika dan bukti melalui induksi matematikaatau deduksi (Fischbein, 1994). Kognisi
formal menyediakan cara ketat memahami pengetahuan matematika. Kognisi formal juga perlu bagi
matematikawan untuk berkomunikasidengan sesama matematikawan dalam suatu asosiasi matematika. Serupa
dengan itu, persepsiterhadap pengetahuan formal sangat perlu bagi mahasiswa untuk maju ke tingkat
pengetahuanmatematika yang lebih tinggi.Akan tetapi kognisi formal tidak menjelaskan setiap
langkah berpikir dalam aktivitasmatematika. Pengembangan kemampuan memahami dan menggunakan
pengetahuan formal
tidak sama dengan kreativitas bermatematika yang sangat diperlukan dalam “
doing 

mathematics,
seperti membuat dugaan atau klaim pengetahuan baru. Lebih jauh, tidak jelasapakah dapat dikembangkan kreativitas
matematika melalui pengembangan kognisi formal.Mahasiswa mungkin sangat yakin akan kemampuan logika dan
penalaran dalam pembuktianmatematik yang ketat. Akan tetapi hanya sedikit mahasiswa yang berhasil dengan baik
dalamaktivitas menggunakan pengetahuan formal mereka dan mungkin sekali menjadi kurang
kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Karena itu diduga bahwa ada aktivitas mental berbeda dengan
kognisi formal dalam mengoperasikan kegiatan matematik. Hal tersebut disebutkognisi intuitif (
intuitive cognition
), atau intuisi (
intuition
).Konsep intuisi dijelaskan oleh Fischbein (1987) sebagai kognisi yang
 self evident,
dapatditerima langsung, holistik, bersifat memaksa dan ekstrapolatif. Kognisi intuitif berbeda
dengankognisi secara analitik . Contoh, kebenaran pernyataan bahwa jumlah sudut-sudut pada
suatusegitiga adalah 180
0
diyakini karena telah membuktikannya. Tetapi kebenaran pernyataan jarak terpendek antara dua titik
adalah garis lurus tanpa harus membuktikannya baik secara formalataupun secara empiris. Penjelasan
kebenaran suatu pernyataan karena harus membuktikanmerupakan kognisi yang bersifat non intuitif, tetapi
kebenaran yang munculnya secara subjektif dan diterima secara langsung (tanpa pembuktian secara
formal) merupakan kognisi secaraintuitif.Fischbein (1999) telah menyajikan karakteristik umum dari
kognisi intuitif dalammatematika, yang merupakan sesuatu yang mendasar dan yang sangat nampak dari
suatukognisi intuitif. Karakteristik intuisi tersebut adalah (1) kognisi langsung, kognisi
 self evident 
 (
direct, self evident cognitions
), yaitu intuisi merupakan kognisi yang diterima sebagai feelingindividu tanpa membutuhkan
pengecekan dan pembuktian lebih lanjut . Sebagai contoh: jarak terdekat antara dua titik adalah garis
lurus, (2) kepastian intrinsik (
intrinsic certainty
), yaituintuisi feeling tertentu dari kepastian intrinsik. Pernyataan tentang garis lurus di atas
adalahsubjektif, terasa seperti sudah suatu ketentuan. Intrinsik bermakna bahwa tidak ada
pendukungeksternal yang diperlukan untuk memperoleh semacam kepastian langsung (baik secara formalatau
empiris), (3) pemaksaan (
coerciveness
), yaitu intuisi yang menggunakan efek memaksa pada strategi penalaran individual dan pada seleksinya
dari hipotesis dan penyelesaian. Hal
ini berarti bahwa individu cenderung menolak interpretasi alternatif yang akan mengkontradiksiintuisi
nya, (4)
 Extrapolativeness
, yaitu intuisi yang kaitannya dengan kemampuan untuk 
meramalkan di balik suatu pendukung empiris. Sebagai contoh: pernyataan ”melalui satu titik diluar
garis hanya dapat digambar satu dan hanya satu garis sejajar dengan garis tersebut”
mengekspresikan kemampuan ekstrapolasi dari intuisi, (5) keseluruhan (
 globality
) adalah intuisiyang berlawa-nan dengan kognisi yang diperoleh secara logika, berurutan dan secara
analitis.Lima karakteristik intuisi yang dikemukakan Fischbein di atas merupakan
karakteristik afirmatori yaitu karakteristik intuisi yang berupa pernyataan, representasi, interpretasi,
solusiyang secara individual dapat diterima secara langsung, self evident, global dan kecukupansecara
instrinsik. Selain karakteristik afirmatori, Fischbein juga mengemukkan karakteristik intuisi lain
disebut karakteristik intuisi antisipatori, yaitu karakteristik intuisi yang berkaitanuntuk
memecahkan masalah. Karakteristik dari intuisi antisipatori adalah sebagai berikut: (1)intuisi tersebut
muncul selama berusaha keras untuk memecahkan masalah, (2) intuisi tersebutmenyajikan karakter
global, (3) intuisi tersebut bertentangan dengan dugaan pada umumnya,dan intuisi ini berasosiasi
dengan feeling dari keyakinan, meskipun pembenaran secara rinciatau bukti belum ditemukan.Lebih
lanjut, Poincare (dalam http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk /Extras/Poincare
_Intuition.html) membeRikn tiga jenis intuisi,yaitu: (1) intuisi yang didasarkan pada indra dan
imajinasi, (2) intuisi yang didasarkan pada generalisasi dengan induksi, meniru
seperti prosedur pengetahuan ekperimental (3) intuisi dari bilangan murni yang dapat mencapai berpik
ir matematika secara nyata.Dari uraian tentang jenis-jenis intuisi yang disampaikan oleh Fischbein
dan Poincare diatas, memberikan gambaran bahwa jenis intuisi yang disampaikan oleh Fischbein
berupa bentuk intuisi, sedangkan jenis intuisi yang disampaikan oleh Pincare berupa sesuatu yang
mendasariadanya intuisi. Oleh karena itu pada penelitian ini jenis-jenis intuisi siswa dalam
memecahkanmasalah matematika meliputi dua bagian.a.

 
Bagian pertama adalah jenis intuisi berdasarkan jenis-jenis intuisi yang disampaikan olehFischbein,
yaitu:1)
 
Intuisi afirmatori dengan ciri-ciri sebagai berikut: langsung,
 self evident 
, pasti secaraintrinsik, penggiringan, pemerkiraan atau global.2)
 
Intuisi antisipatori dengan ciri-ciri antara lain, akan muncul ketika berusaha keras
untuk memecahkan masalah yang berupa ide global, dan intuisi tersebut bertentangan dengandugaan
pada umumnya. b. Bagian kedua adalah jenis intuisi yang disampaikan oleh Poincare, yaitu:1)
 
Intuisi yang didasarkan oleh indera dan imajinasi dengan ciri-ciri antara lain denganmengamati,
memanipulasi benda, mengukur, membayangkan.2)
 
Intuisi yang didasarkan pada generalisasi dengan induksi, seperti prosedur pada ilmu pengetahuan
eksperimental dengan ciri-ciri antara lain menggunakan pola pikir induktif,dengan coba-coba atau
contoh-contoh.3)
 
Intuisi yang mengarah kepada menggunakan pemikiran matematika secara real, denganciri-ciri menggunakan ketentuan
pada matematika,Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah matematika.Salah satunya
adalah gaya kognitif. Gaya kognitif adalah karakteristik individu
dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan,
mengorganisasi dan memproses informasi, dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung
lama (Desmita, 2006). Gaya kognitif menempati posisi yang penting dalam
proses pembelajaran (Desmita, 2006). Bahkan gaya kognitif merupakan salah satu variabel belajar yan
g perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Sebagai salah satu variabel pembelajaran, gaya kognitif
mencerminkan karakteristik siswa, di samping karakteristik lainnyaseperti motivasi, sikap, minat,
kemampuan berpikir, dan sebagainya.Gaya kognitif merupakan salah satu ide baru dalam kajian
psikologi perkembangan
dan pendidikan. Ide ini berkembang pada penelitian bagaimana individu menerima danmengorganisas
i informasi dari lingkungan sekitarnya. Hasil kajian ini menunjukkan bahwaindividu berbeda-beda
dalam hal bagaimana mereka mendekati tugas eksperimental, tetapivariasi ini tidak merefleksikan
tingkat intelegensi atau pola kemampuan khusus. Bahkan merekamelakukannya dengan cara yang
dipilih yang dimiliki individu berbeda untuk memproses danmengorganisasi informasi dan untuk
merespon stimulan lingkungan (Woolfolk & Nicolichdalam Desmita, 2009).Gaya kognitif sering
dideskripsikan sebagai berada dalam garis batas antarakemampuan mental dan sifat personalitas.
Berbeda dengan strategi kognitif yang mungkinmengalami perubahan dari waktu ke waktu serta dapat dipelajari
dan dikembangkan, gayakognitif bersifat statis dan secara relatif menjadi gambaran tetap tentang
diri individu (Riding &Douglas dalam Desmita, 2009). Gaya (
 style
) juga berbeda dengan kemampuan (
ability
), sepertiintelegensi. Kemampuan mengacu pada isi kognisi yang menyatakan informasi apa saja
yangtelah diproses, dengan langkah bagaimana dan dalam bentuk apa informasi itu diproses.Sedangkan gaya lebih
mengacu pada proses kognisi yang menyatakan bagaimana isi informasiitu diproses. Atau dengan kata lain, gaya adalah
cara seseorang menggunakan kemampuannya(Santrock dalam Desmita, 2009).Pengetahuan tentang gaya
kognitif peserta didik diperlukan dalam merancang ataumemodifikasi materi, tujuan, dan metode
pembelajaran. Dengan adanya interaksi antara gayakognitif dengan faktor materi, tujuan dan metode
pembelajaran, kemungkinan hasil belajar siswa dapat dicapai dengan optimal. Ini menunjukkan bahwa gaya
kognitif merupakan salahsatu variabel kondisi belajar yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam
merancang pembelajaran, terutama dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan
gaya kognitif  peserta didik. Sebab, jenis strategi tertentu memerlukan gaya belajar tertentu.Secara
bahasa, istilah gaya dalam bahasa Inggris disebut
 style
, yang berarti corak, modeatau gaya. Menurut Brown (dalam Desmita, 2009),
 style is a term that refers to consistent and rather enduring tendencies or preference within an
individual. Style are those general characteristic of intellectual functioning (and personality type, as
well) that pertain to you as anindividual, and that differentiate you from someone else.
Tennant (dalam Desmita, 2009), secara sederhana mendefinisikan gaya kognitif sebagai
“an individual’s characteristic and consisternt approach to organizing and processing information”.
Menurut Ferrari dan Sternberg (dalam Desminta, 2009: 146),
cognitive style refer to the dominant or typical ways children use their cognitive abilities across a
wide range of  situations, when the situation is complex enough to allow a variety of responsses.
Berdasarkan pada beberapa defenisi di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksuddengan gaya kognitif adalah
karakteristik individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir,mengingat, memecahkan masalah,
membuat keputusan, mengorganisasi dan memprosesinformasi, dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan
berlangsung lama.Gaya
 field dependence
(FD) dan
 field independence
(FI) merupakan tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Individudengan gaya FD cenderung menerima susatu pola sebagai suatu keseluruhan. Mereka sulituntuk
memfokuskan pada satu aspek dari satu situasi, atau menganalisa pola menjadi
bagian- bagian yang berbeda. Sebaliknya individu dengan gaya FI lebih menunjukkan bagian-
bagianterpisah dari pola menyeluruh dan mampu menganalisa pola ke dalam komponen-
komponennya.Seorang siswa dengan gaya kognitif FD menemukan kesulitan dalam memproses,namun mudah
mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai dengan konteksnya. Ia akandapat memisahkan stimuli dalam
konteksnya, tetapi persepsinya lemah ketika terjadi perubahankonteks. Sementara itu, siswa dengan
gaya kognitif FI cenderung menggunakan faktor-faktor internal sebagai arahan dalam memproses informasi.
Mereka mengerjakan tugas secara tidak  berurutan dan merasa efisien bekerja sendiri. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukanoleh Bilal Atasoy dkk. (2008:) yang menunjukkan bahwa siswa
dengan gaya kognitif FD lebihsuka menyelesaikan sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan sementara siswa
dengan gayakognitif FI cenderung lebih menyukai penyelesaian yang tidak Uraian di atas menunjukkan
bahwa individu dengan gaya kognitif FI lebih baik dariindividu FD. Bahkan hasil penelitian juga
menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki gayakognitif FI lebih unggul daripada gaya kognitif FD
dalam perolehan belajar. Seperti yang
disampaikan oleh Terance P. O‟brien dkk. (2001: 89 – 
92) dalam penelitiannya bahwa siswadengan gaya kognitif FI memperoleh nilai yang lebih tinggi
dibandingkan siswa dengan gayakognitif FD. Namun demikian, tiap gaya kognitif memiliki
keunggulan dan kelemahan. Contoh,individu dengan gaya kognitif FD unggul dalam mengingat
informasi sosial, seperti percakapanatau interaksi intrapersonal, mungkin karena mereka lebih terbiasa
dengan hubungan sosial.Tetapi, individu dengan gaya kognitif FI memiliki kemampuan lebih
mendalam menganalisisinformasi yang kompleks, yang tak terstruktur dan mampu
mengorganisasinya untuk memecahkan masalah.Sebagai salah satu karakteristik peserta didik,
kedudukan gaya kognitif dalam
proses pembelajaran perlu mendapat perhatian dari dosen/ guru dalam merancang pembelajaran.Ranc
angan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif peserta
didik, berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yangmere
ka miliki. Dengan rancangan pembelajaran seperti itu, suasana belajar akan tercipta
dengan baik, karena proses pembelajaran sesuai dengan proses dan perkembangan kognitif pesertadidik
, serta tidak terkesan mengintervensi hak mereka.Di samping itu, dengan mengetahui adanya perbedaan
individual dalam gaya kognitif,dosen/guru dapat memahami bahwa peserta didik yang hadir di kelas memiliki
cara yang berbeda-beda dalam mendekati masalah atau menghadapi tugas-tugas yang diberikan.
Beberapa peserta didik mungkin membutuhkan bantuan pembelajaran untuk menentukan hal penting
danmengabaikan detail-detail yang tidak relevan. Hal ini bukan berarti mereka kurang cerdas, tetap
karena gaya kognitifnya yang cenderung menerima pola sebagai keseluruhan dan menemuikesulitan untuk
melakukan analisis. Dalam menghadapi situasi seperti itulah, dosen
dengan bekal pengetahuan tentang gaya kognitif mahasiswa dapat memberikan layanan pendidikanya
ng sesuai dengan karakteristik gaya kognitif yang dimilikinya. Oleh sebab itu perlu diteliti profil
intuisi mahasiswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan gaya kognitifnya.Berkaitan
dengan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil intuisi
mahasiswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau darigaya kognitif 
 field independent 
dan
 field dependent 
 
METODE PENELITIAN
Penelitian ini untuk mengungkap hakekat gejala yang muncul dari subyek penelitian.Hakekat tersebut
digunakan untuk menemukan profil intuisi yang digunakan mahasiswa dalammemecahkan pemasalahan
matematika. Hakekat tersebut ditelusuri melalui suatu wawancarayang berbasis pada tugas. Oleh sebab itu jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksploratif yang data utamanya berupa kata-kata tertulis
dan/atau lisan.Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan
PMIPAFKIP UNS Tahun Akademik 2011/2012. Subjek dipilih tidak secara acak, namun
diambil berdasarkan hasil tes gaya kognitif dengan GEFT. Dari hasil GEFT tersebut dipilih 2mahasiswa
dengan gaya kognitif field dependen dan 2 mahasiswa field independent. Dari pemilihan subjek penelitian seperti
tersebut di atas, maka subjek penelitian ini adalah S1FD danS2FD (gaya kognitif field dependent),
dan S3FI dan S4FI (gaya kognitif field independent.Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri
sebagai instrumen utama dan intrumenantu adalah tes gaya kognitif tes pemecahan masalah matematika.
Sedangkan instrumen tes pemecahan masalah matematika terdiri dari masalah menemukan dan
 
masalah membuktikan
.
Data dalam penelitian ini berupa (1) data tentang hasil GEFT, (2) jawaban tertulis darites kemampuan
pemecahan masalah dan (3) data hasil wawancara dengan subyek penelitian.Data hasil GEFT digunakan untuk
menentukan subyek penelitian, sedangkan data
tentang jawaban tertulis dan hasil wawancara digunakan untuk mendeskripsikan intuisi subjek dalam
memecahkan masalah matematika.Pada penelitian ini data dikatakan absah atau valid jika data tersebut
memenuhi syaratkredibel. Untuk memenuhi kriteria kredibel dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:a.
 
Pengumpulan data diawali dengan meminta subjek ke-i (S
i
), untuk menyelesaikan
suatu permasalahan secara tertulis. Untuk mengecek ataupun menguji keabsahan data tertulistersebut,
peneliti meminta subjek Si menjelaskan jawaban tertulisnya melalui wawancara.Wawancara
juga bertujuan untuk mengetahui jawaban subjek tentang permasalahan tersebutsecara lisan. Dengan
demikian peneliti melakukan
triangulasi
metode. b.
 
Garis besar atau ikhtisar wawancara dikonfirmasikan dengan subjek Si untuk mendapatkankomentar.
Kegiatan ini memberikan peluang untuk membetulkan kesalahan dalam membuatikhtisar wawancara atau mendapatkan
informasi tambahan. Dengan demikian penelitimelakukan
pengecekan “anggota”.
c.
 
Hasil penelitian perlu diuji/dicocokkan dengan referensial (rujukan), seperti catatanlapangan, rekaman
kamera audiovisual, dan transkrip wawancara. Dengan demikian penelitimelakukan
ketepatan/kecukupan referensial
.d.
 
Jika data yang diperoleh belum kredibel, misalnya terdapat perbedaan antara data yangdiperoleh
melalui jawaban tertulis dengan data yang diperoleh melalui wawancara,
maka peneliti memberikan permasalahan yang isomorfik dengan masalah sebelumnya kepadasubjek S
i
dan melakukan wawncara.Sedangkan analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:a.
 
Reduksi data yaitu kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian penyederhanaan
pengabstraksian dan transformasi data mentah di lapangan. b.
 
Pemaparan data yang meliputi pengklasifikasi dan identifikasi data, yaitu menuliskankumpulan data
yang terorganisir dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut
c.
 
Menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan menverifikasi kesimpulantersebut.d.
 
Hasil analisis wawancara akan digunakan untuk mengetahui karakteristik setiap tingkat berpikir kreatif siswa dan
proses berpikirnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Subjek 
Field Dependent 
a. Intuisi yang digunakan untuk memecahkan masalah menemukan
Dari analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa intuisi yang digunakan olehS1FD untuk
menyelesaikan masalah menemukan adalah intuisi antisipatori yang bersifatglobal dan jenis intuisinya adalah
intuisi yang didasarkan pada imajinasi namun tidak mengarah pada penyelesaian masalah.Subjek S2FD dalam
menentukan banyaknya persegi dengan digambar langsung
pada papan paku 10x10 dan meyakini persegi yang kongruen dengan persegi ABCD harus berada
pada papan paku-papan paku 4x4 tidak saling beririsan pada papan paku 10x10.Dari apa yang
dilakukan subjek S2FD terlihat tidak menggunakan kognisi segera. Dengandemikian subjek S2FD tidak
menggunakan intuisi dalam memcahkan masalah-1.Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek dengan
gaya kognitif dependent adakecenderungan memandang permasalahan secara menyeluruh. Nampak bahwa
subjek S1FD, intuisi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bersifat global dan
didasarkan pada imajinasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa individu dengan gaya FD cenderungmen
erima susatu pola sebagai suatu keseluruhan. Mereka sulit untuk memfokuskan padasatu aspek dari satu situasi,
atau menganalisa pola menjadi bagian-bagian yang berbeda.
b. Intuisi yang digunakan untuk memecahkan masalah membuktikan
 Dari analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa intuisi yang digunakan olehS1FD
untuk menyelesaikan masalah membuktikan adalah pada awalnya yang dipikirkanadalah menggunakan prinsip induksi
matematika karena ada keyakinan kalau pernyataanyang terkait dengan bilangan biasanya menggunakan
prinsip induksi matematika. Dengandemikian intuisi yang digunakan oleh subjek S1FD adalah intuisi
antisipatori
yang bertentangan pada umumnya dan intuisinya tidak mengarah pada penyelesaian masalah.Sedangk
an dari analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa intuisi yang digunakanoleh S2FD untuk
menyelesaikan masalah membuktikan adalah intuisi antisipatori
yang bersifat bertentangan pada umumnya. Jenis intuisi yang digunakan mengarah kepadamenggunaka
n pemikiran matematika secara real, walaupun tidak menyelesaikan masalah.Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa subjek dengan gaya kognitif field dependentdalam menyelesaikan masalah membuktikan adalah dengan
intuisi antisipatori
yang bersifat bertentangan pada umumnya. Hasil ini memberikan gambaran bahwa subjek mengalami
kesulitan memperoleh ide untuk menyelesaikan masalah sehingga yang terpikir adalah ide-ide yang tidak dapat
menyelesaikan masalah. Apalagi masalah yang dihadapitidak menemukan konteks yang terkait. Hal tersebut
sesuai dengan teori bahwa individudengan gaya kognitif field dependent kesulitan dalam memproses,
namun mudahmempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai dengan konteksnya. Ia akan
dapatmemisahkan stimuli dalam konteksnya, tetapi persepsinya lemah ketika terjadi
perubahankonteks.
2. Subjek Field Independenta. Intuisi yang digunakan untuk memecahkan masalah menemukan
Dari analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa intuisi yang digunakan olehS3FI untuk
menyelesaikan masalah menemukan adalah intuisi antisipatori yang bersifatglobal dengan keyakinan yang
mendalam dengan jenis intuisi yang didasarkan padageneralisasi dengan induksi. Sedangkan dari
analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa intuisi yang digunakan oleh S4FI untuk
menyelesaikan masalah menemukan adalah
intuisi antisipatori bersifat global berupa feeling dari keyakinan yang mendalam dengan jenis intuisi
yang mengarah kepada menggunakan pemikiran matematika secara real.Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa, walaupun intuisinya adalah intuisi antisipatoriyang bersifat global, namun
selanjutnya subjek dapat menggunakan intuisinya untuk menyelesiakan ke bentuk yang lebih terinci
sehingga timbul pemikiran secara real. Haltersebut sesuai dengan teori, bahwa individu dengan gaya
FI lebih menunjukkan bagian- bagian terpisah dari pola menyeluruh dan mampu menganalisa pola
ke dalam komponen-komponennya. Individu dengan gaya kognitif FI cenderung menggunakan
faktor-faktor internal sebagai arahan dalam memproses informasi
b. Intuisi yang digunakan untuk memecahkan masalah membuktikan
Dari analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa apa yang dilakukan oleh S3FIuntuk
menyelesaikan masalah membuktikan adalah mendasarkan pada ingatan,
bahwa pernah mendapatkan pelajaran tentang penggunaan kontraposisi untuk membuktikan pernyataa
n dan contohnya sama dengan masalah membuktikan. Dengan demikian tidak ada kognisi segera yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengandemikian subjek S3FI tidak menggunakan intuisi dalam
memecahkan masalah tersebut.Sedangkan dari analisis jawaban dan wawancara diperoleh bahwa apa yang dilakukanoleh
S4FI untuk menyelesaikan masalah membuktikan adalah subjek S4FI juga sudahmelihat bahwa dengan bukti
langsung akan mengalami kemacetan. Jadi intuisi yangdigunakan oleh subjek S4FI adalah dengan
kontraposisi dan menyadari bahwa bukti secaralangsung tidak dapat digunakan. Dengan demikian
intuisi yang digunakan oleh subjek S4FI adalah intuisi antisipatori yang bersifat global dan jenis
intuisi yang digunakanmenggunakan pemikiran matematika secara real.Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa intuisi yang digunakan subjek dengan gayakognitif field independent adalah intuisi antisipatori
yang bersifat global yaitu dengan
menggunakan
cara kontraposisi dan jenis intuisi yang digunakan menggunakan pemikiranmatematika secara real. Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa subjek dapat memilah penggunaan cara dalam membuktikan berkaitan
dengan soal yang diberikan. Berdasarkanteori, bahwa individu dengan gaya FI lebih menunjukkan
bagian-bagian terpisah dari polamenyeluruh dan mampu menganalisa pola ke dalam komponen-komponennya.
Artinyaintuisi yang muncul pada subjek field independent tersebut diperoleh dari upaya untuk memilah
penggunaan cara-cara pembuktian yang dikuasainya.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
1.
 
Profil Intuisi Pada Subjek dengan Gaya Kognitif Field Dependent
Intuisi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah menemukan adalah intuisiantisipatori yang
bersifat global dan didasarkan pada imajinasi. Subjek kesulitan untuk menganalisa pola menjadi
bagian-bagian yang berbeda yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.Intuisi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah membuktikan adalah denganintuisi antisipatori yang bersifat bertentangan
pada umumnya. Subjek mengalami kesulitanmemperoleh ide untuk menyelesaikan masalah sehingga
yang terpikir adalah ide-ide yangtidak dapat menyelesaikan masalah.2.
 
Profil Intuisi Pada Subjek dengan Gaya Kognitif Field Dependent
Intuisi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah menemukan adalah intuisiantisipatori yang
bersifat global. Subjek dapat menggunakan intuisinya untuk menyelesaikan masalah dengan mengubah
permasalahan ke bentuk yang lebih terincisehingga timbul pemikiran secara real.Intuisi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah membuktikan adalah intuisiantisipatori yang bersifat global yaitu dengan
menggunakan cara kontraposisi dan jenis

intuisi yang digunakan menggunakan pemikiran matematika secara real. Subjek dapatmemilah penggunaan cara dalam
membuktikan berkaitan dengan soal yang diberikan.
Saran
 1.
 
Kepada dosen pada program studi pendidikan matematika, dalam mengajar yang berkaitandengan pemecahan masalah,
sebaiknya memperhatikan gaya kognitif mahasiswanyasehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat lebih sesuai
dengan karakteristik mahasiswa.2.
 
Kepada dosen pada program studi pendidikan matematika, hendaknya menggunakan
hasil penelitian ini untuk kajian dalam pembelajaran. Kajian pembelajaran tidak terbatas pada pemecah
an masalah, namun pada kajian-kajian yang lain, misalnya proses berpikir.3.
 
Kepada para dosen dapat mengembangkan penelitian lanjutan, misalnya profil intuisimahasiswa dalam
memecahkan masalah yang berdasarkan langkah-langkah pemecahanmasalah dari Polya.4.
 
Kepada mahasiswa program studi pendidikan matematika hendaknya mengetahui gayakognitif yang dimilikinya
agar dalam belajar dapat menyesuaikan dengan gaya kognitifnysehingga diperoleh hasil belajar yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009.
 Psikologi Perkembangan Peserta Didik 
. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Fischbein, E. 1987.
 Intuition in Science and Mathematics
. Dordrecht, The Netherlands: D.Reidel.Fischbein, E. 1994.
The Interaction Between The Formal, The Algorithmic, and The intuitiveComponents in a
Mathematical Activity
. In R. Biehler, R. W. Scholz, R.Fischbein
, E. and Grossman, A.: 1997, „Schemata and intuitions in combinatorialreasoning‟,
 Educational Studies in Mathematics
34, 27
 – 
47.Fischbein, E. & Schnarch, D. 1997. The Evolution With Age of Probabilistic, Intuitively
basedMisconseptions.
 Journal Reasearch Teacher and Mathematics Education. Vol No. Vol 28
.Fischbein, E. 1999. Intuition and Schemata in Mathematical Reasoning.
 Educational Studies In Mathematics Vol. 38
: Netherland: Kluwer Academic PublishersGuisande, M. Adelina., Paramo, M. Fernanda., Tinajero, Carolina.,
dan Almeida, Leonardo S.2007. Field Dependence-Independence (FDI) Cognitive Style: An Analysis
of Attentional Functioning.
 Psicothema
. Vol. 19 (004), pp. 572-577.Maleong,L.J.1996.
 Metodologi Penelitian Kualitatif 
. Bandung: Remaja Rosdakarya
O‟Brien,
Terrance
P., Butler, Susan M., dan Bernold, Leonhard E. 2001. Group EmbeddedFigures Test and Academic
Achievement in Engineering Education.
 Int. J. Engng Ed 
.Vol. 17, No. 1, pp. 89-92.Oh, Eunjoo dan Lim, Doohun. 2005. Cross Relationships between Cognitive Styles and
Learner Variables in Online Learning Environment.
 Journal of Interactive Online Learning 
.Vol. 4, No. 1, pp. 53-66.Parkinson, Ardian dan Redmon, James A. 2001.
The Impact of Cognitive Styles and  Educational Computer Environments on Learning Performance
. Dublin: Dept of Computer Science, Trinity College.Polya, George.1980.
 Problem Solving in School Mathematics
:
On Solving Mathematical  Problems In High School 
. National Council of Teachers of Mathematics

Anda mungkin juga menyukai