11 Maret
11 Maret
1
Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Cetakan I, Rineka Cipta, Jakarta,
2004, hlm 124
2
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Malang: Setara Press, 2016, hlm.57.
3
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm.69.
Secara umum tindak pidana terhadap tubuh dalam KUHP disebut
penganiayaan. Dari segi tata bahasa, penganiayaan adalah suatu kata jadian
atau kata sifat yang berasal dari kata dasar ”aniaya” yang mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an” sedangkan penganiayaan itu sendiri berasal dari kata
bendayang berasal dari kata aniaya yang menunjukkan subyek atau pelaku
penganiayaan itu
Mr. M. H. Tirtaamidjaja membuat pengertian “penganiayaan” sebagai
berikut. “menganiaya” ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka
pada orang lain. Akan tetapi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau
luka pada orang lain tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau
perbuatan itu dilakukan untuk menjaga keselamatan badan
Penganiayaaan dimuat dalam BAB XX II, Pasal 351s/d Pasal 355
adalah sebagai berikut :
1. Penganiayaan biasa Pasal 351 KUHP.
2. Penganiayaan ringan Pasal 352 KUHP.
3. Panganiayaan berencana Pasal 353 KUHP.
4. Penganiayaan berat Pasal 354 KUHP.
5. Penganiayaan berat Pasal 355 KUHP
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi
dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut.
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau
pekerjaan pencaharian.
c. Didak dapat lagi memakai salah satu panca indra.
d. Mendapat cacat besar.
e. Lumpuh (kelumpuhan).
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Bila kita lihat penjelasan yang telah ada diata tentang kejahatan
yang berupa penganiayaan berencana, dan penganiayaan berat, maka
penganiayaan berat berencana ini merupakan bentuk gabungan antara
penganiayaan berat (Pasal 354 ayat 1 KUHP) dengan penganiyaan
berencana (Pasal 353 ayat 1 KUHP). Dengan kata lain suatu
penganiayaan berat yang terjadi dalam penganiayaan berencana, kedua
bentuk penganiayaan ini haruslah terjadi secara serentak/bersama. Oleh
karena harus terjadi secara bersama, maka harus terpenuhi baik unsur
penganiayaan berat maupun unsur penganiayaan berencana.
4. Manfaat Putusan
5. Jenis Putusan
Putusan hakim/pengadilan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Putusan Akhir
Dalam praktiknya putusan akhir lazim disebut dengan istilah putusan atau
eind vonnis dan merupakan jenis putusan bersifat meteriil. Pada hakikatnya
putusan ini dapat terjadi setelah majelis hakim memeriksa terdakwa yang
hadir di persidangan sampai dengan pokok perkara selesai diperiksa. Adapun
mengapa sampai disebut dengan pokok perkara selesai diperiksa oleh karena
majelis hakim sebelum menjatuhkan putusan telah melalui proses
persidangan, dimulai dari hakim menyatakan acara sidang dinyatakan dibuka
dan terbuka untuk umum sampai pernyataan persidangan ditutup, serta
musyawarah majelis hakim dan pembacaan putusan dalam sidang terbuka
untuk umum dan harus ditandatangani hakim dan panitera seketika setelah
putusan diucapkan (Pasal 50 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 48
tahun 2009).
Pada hakikatnya, secara teoritis dan praktik putusan akhir ini dapat berupa
putusan bebas (Pasal 191 ayat (1) KUHAP), putusan pelepasan terdakwa dari
segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) KUHAP), dan putusan pemidanaan
(Pasal 191 ayat (3) KUHAP).
Pada praktik peradilan bentuk dari putusan yang bukan putusan akhir dapat
berupa penetapan atau putusan sela sering pula disebut dengan istilah bahasa
Belanda tussen-vonnis. Putusan jenis ini mengacu pada ketentuan pasal 148,
Pasal 156 ayat (1) KUHAP, yakni dalam hal setelah pelimpahan perkara dan
apabila terdakwa dan atau penasihat hukumnya mengajukan
keberatan/eksepsi terhadap surat dakwaan jaksa/penuntut umum.
a. Adanya kesengajaan.
b. Adanya perbuatan.
c. Adanya akibat perbuatan (dituju) yaitu : 1. Rasa sakit, tidak enak pada
tubuh. 2. Lukanya tubuh.
d. Akibat mana menjadi tujuan satu-satunya
8. Tujuan Tindak Pidana
Tindak pidana penganiayaan merupakan perlakuan sewenang-wenang dalam
rangka menyiksa atau menindas orang lain. Penganiayaan yang
mendatangkan rasa sakit atau luka pada badan atau anggota badan orang lain
merupakan tindakan melawan hukum