PROSIDINGHATHI
PROSIDINGHATHI
net/publication/349310732
CITATIONS READS
0 738
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Hydrological Similarity Approach and Rainfall Satellite Utilization for Mini Hydro Power Dam Basic Design In Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Pengki Irawan on 15 February 2021.
Intisari
Jalan Siliwangi merupakan salah satu lokasi yang bermasalah di daerah Kota
Tasikmalaya dimana terdapat genangan air dan terjadi banjir saat intensitas hujan
tinggi. Saluran drainase yang ada memiliki dimensi yang beragam dengan kondisi
yang kurang baik, karena terdapat banyak sedimen dan juga sampah didalam
saluran sehingga saluran tidak bekerja dengan maksimal. Tujuan penelitian ini
adalah analisis dan simulasi penanganan banjir saluran drainase Jalan Siliwangi
serta analisis kebutuhan kolam retensi sebagai outlet saluran tersebut. Analisis dan
simulasi dilakukan dengan aplikasi EPA SWMM 5.1 untuk mengetahui kapasitas
saluran drainase yang ada. Berdasarkan hasil simulasi, terdapat beberapa saluran
dengan debit aliran yang melebihi kapasitas sehingga meluap. Penambahan
kapasitas dilakukan pada semua saluran yang mengalami luapan sehingga saluran
dapat menampung debit limpasan yang terjadi. Selanjutnya direncanakan suatu
kolam retensi untuk menampung aliran dari saluran outfall dengan luas 17,500 m²
agar aliran tidak langsung masuk ke Sungai Cimulu. Kolam retensi tersebut dapat
menurunkan debit puncak banjir yang masuk ke Cimulu dari 9.01 m3/detik menjadi
3.76 m3/detik.
Kata kunci: drainase, banjir, kapasitas saluran, EPA SWMM 5.1, kolam retensi
Latar Belakang
Banjir merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia, khususnya
pada musim hujan. Permasalahan ini hampir setiap tahun berulang, bahkan
cenderung mengalami peningkatan dari segi frekuensi, luasan, kedalaman, dan
durasi (Sadewo and Sutoyo 2018). Secara umum penyebab banjir diklasifikasikan
dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab – sebab alami dan banjir
disebabkan oleh tindakan manusia (Jumhasla Putra, Masimin, and Fatimah 2018).
Saluran drainase merupakan salah satu komponen infrastruktur yang penting untuk
menyalurkan kelebihan air (Ekananda, Pandjaitan, and Rau 2019). Saluran drainase
dirancang untuk menampung debit aliran, terutama saat musim hujan. Kapasitas
saluran drainase harus diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang
terjadi sehingga tidak menimbulkan banjir atau genangan. Intensitas hujan yang
tinggi menyebabkan debit aliran meningkat. Jika kapasitas drainase tidak bisa lagi
menampung debit aliran, maka air yang tidak tertampung akan menyebabkan
327
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
terjadinya genangan maupun banjir (Ardiyana, Bisri, and Sumiadi 2016; Suprapto,
Mutaqin, and Prilbista 2018).
Jalan Siliwangi merupakan salah satu lokasi yang bermasalah di daerah Kota
Tasikmalaya dimana terdapat genangan air dan terjadi banjir saat intensitas hujan
tinggi. Jalan Siliwangi terletak di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang. Jalan
Siliwangi memiliki kondisi topografi yang relatif datar dengan elevasi + 345 s/d
+355. Saluran drainase yang ada memiliki dimensi yang beragam dengan kondisi
yang kurang baik, karena terdapat banyak sedimen dan juga sampah didalam
saluran sehingga saluran tidak bekerja dengan maksimal. Saluran pembuang ini
kerapkali mengalami overload dan tidak bisa membawa air buangan dengan
optimal. Kondisi ini diperparah dengan saluran pembuang (outlet) masuk ke saluran
Irigasi Cimulu. Tujuan penelitian ini adalah analisis dan simulasi penanganan banjir
saluran drainase Jalan Siliwangi serta analisis kebutuhan kolam retensi sebagai
outlet saluran tersebut.
Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan pada Jalan Siliwangi Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya. Jalan Siliwangi termasuk ruas jalan dengan tingkat lalu lintas tinggi.
Beberapa titik yang menjadi tempat terjadi banjir atau genangan diantaranya di
depan gerbang utama Universitas Siliwangi sampai saluran pembuang yang ada di
jalan BKR dengan kedalaman yang berbeda-beda. Kegiatan penelitian ini
mencakup pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, serta pengambilan
kesimpulan. Pengolahan data dimulai dengan menentukan nilai curah hujan rencana
serta daerah pervious dan impervious menggunakan data sekunder yang telah
didapatkan. Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan validasi di
lapangan untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi (pervious)
dan daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious), lihat Gambar 1.
Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana dilakukan dengan
menggunakan teori probability distribution, antara lain Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel (Irawan et
al. 2020). Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi yang digunakan akan
dilakukan uji kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat. Bentuk distribusi Chi
Kuadrat tergantung dari derajat bebas (Db) (Isfandari, Ilmiaty, and Baitullah 2014).
Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan pemodelan EPA SWMM 5.1.
Model jaringan ini terdiri dari subcatchment, node junction, conduit, outfall node,
dan rain gage. Setelah model jaringan, selanjutnya dimasukkan semua nilai
parameter yang dibutuhkan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error
< 10%. Simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara memodelkan
suatu sistem drainase (Sadewo and Sutoyo 2018).
328
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
329
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
(A₁) sebesar 35.29 ha dan pada wilayah stasiun Kawalu (A₂) sebesar 7.74 ha. Hasil
perhitungan hujan kawasan dapat dilihat pada Tabel 1.
Uji Chi Kuadrat merupakan pengujian terhadap perbedaan antara data sampel dan
distribusi probabilitas (Upomo and Kusumawardani 2016). Hasil analisis
didapatkan bahwa distribusi Log Person Type III dapat diterima.
Pemodelan Sistem Jaringan Drainase dengan Aplikasi EPA SWMM 5.1.
Pemodelan jaringan drainase menggunakan software SWMM 5.1 dengan bangunan
hidrolik yang digambarkan dalam pemodelan berupa subcatchment. junction node.
outfalls node. dan conduit (Eckart. McPhee. and Bolisetti 2018). Junction dalam
penelitian ini sebanyak 38 node. 29 conduit dan 3 outfalls. Subcatchment dibagi
menjadi 52 subcatchment, dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
330
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
(a) (b)
331
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
Model jaringan drainase diambil dari data teknis di lapangan. Berdasarkan data
tersebut didapatkan ukuran dimensi drainase jalan tidak seragam. Bentuk tampang
saluran adalah rectangular yang tersusun dari beton dan pasangan batu (Tabel 6
dan Gambar 5).
Tabel 6. Paremeter Saluran Drainase
Nama L B h Nama L B h
n n
Saluran (m) (cm) (cm) Saluran (m) (m) (m)
SS1 185 60 60 0.030 ST2 86 30 40 0.030
SS2 186 50 50 0.030 ST3 98 60 50 0.030
SO1 291 100 100 0.030 SP1 87 40 50 0.030
SS3 167 60 60 0.030 SS5 71 60 25 0.020
SS4 160 70 70 0.030 SS6 191 55 55 0.016
SO2 195 50 50 0.030 SS7 97 80 80 0.014
SU1 84 20 25 0.020 SS8 365 80 80 0.014
SU2 72 30 40 0.016 SS9 77 75 20 0.016
SU3 90 30 40 0.016 SS10 85 60 25 0.016
SU4 67 20 25 0.020 SB1 63 100 100 0.014
SU5 158 30 30 0.030 SB2 63 70 80 0.014
SU6 140 55 55 0.030 SB3 50 30 30 0.014
SU7 150 60 40 0.030 SB4 50 70 80 0.014
ST1 94 30 40 0.030 SO3 891 70 80 0.019
Sumber : Survey Lapangan
332
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
(a) (b)
333
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
Hidrograf SS1. SS2. SO2. SP1. SB2 dan SO3 langsung mengalami luapan pada 1
(satu) jam pertama. mengalami resesi pada jamn-jam berikutnya. Sedangkan
saluran SS5 mengalami over capacity selama periode jam simulasi. Saluran SS5
menampung runoff dari Subchatment S3 yang memiliki luas 4.7 ha dengan tutupan
lahan umumnya area terbangun. Setelah dilakukan redesain saluran, didapatkan
hasil hidrograf kapasitas saluran tidak ada yang over capacity. Hidrograf tersebut
memperlihatkan bahwa hanya saluran (link) SO3 yang mengalami perbandingan
0.8. Kondisi tersebut telah menunjukkan bahwa redesain saluran sudah cukup untuk
menyalurkan debit dari runoff di lahan.
334
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
ditempatkan pada ketinggian 1.5 dari dasar. Tinggi muka air untuk kolam
disimulasikan pada tinggi awal 1 meter. Parameter tersebut disimulasikan untuk
medapatkan hidrograf inflow - outflow beserta perubahan tinggi muka air di kolam
retensi. Hasil simulasi disajikan pada Gambar 10.
(a)
335
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
Link Reg1 Flow (CMS) Link C34 Flow (CMS) Node Storage1 Depth (m)
10.0 2.4
9.0
2.2
8.0
2.0
7.0
6.0
1.8
Flow (CMS)
Depth (m)
5.0
1.6
4.0
3.0
1.4
2.0
1.2
1.0
0.0 1.0
0 2 4 6 8 10 12
Elapsed Time (hours)
Gambar 10. Hidrograf Inflow Outflow beserta Perubahan Tinggi Muka Air di
Kolam Retensi
Hasil simulasi memperlihatkan inflow ke kolam maksimum mencapai 9.01 m3/detik
sedangkan ouflow mencapai 3.76 m3/detik. Tinggi muka air di kolam retensi
maksimum pada 2.23 meter dari dasar kolam. Debit inflow puncak terjadi pada
menit ke 52. outflow puncak dari kolam berada pada waktu 1 jam 24 menit setelah
inflow. Tinggi muka air maksimum terjadi setelah 1 jam 12 menit. Desain kolam
retensi ini cukup baik dalam mengendalikan debit runoff dari DTA Jalan Siliwangi
dalam menurunkan debit yang masuk ke Cimulu. Penurunan debit mencapai 6
m3/detik. Kolam retensi tsb juga dapat memperbaiki kualitas air yang dibuang ke
Saluran Cimulu dan menjadi cadangan air di musim kemarau (Zevri 2019). Adanya
kolam ini menambah waktu tunggu pada proses self purification air tsb (Imron et
al. 2019).
Daftar Referensi
Agusalim, M., and Abd. Rakhim Nanda. 2018. “Perbandingan Hidrograf Satuan
Amatan Dan Hidrograf Satuan Sintesis (DAS Maros Sub DAS Maros
Tompubulu).” Teknik Hidro.
Ardiyana, Mita, Mohammad Bisri, and Sumiadi. 2016. “Studi Penerapan Ecodrain
Pada Sistem Drainase Perkotaan (Studi Kasus: Perumahan Sawojajar Kota
Malang (Study of Ecodrainage Application on Urban Drainage System (A
Case Study at Sawojajar, Malang).” Jurnal Teknik Pengairan.
336
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-37
Palembang, 12 Desember 2020
337