Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi semakin hari semakin besar hal ini disebabkan karena energi
menjadi salah satu kebutuhan yang harus di penuhi setiap harinya. Minyak bumi,
gas bumi, dan batu bara sebagai sumber energi yang tidak terbarukan jumlahnya
pun semakin hari semakin berkurang, permasalahan seperti permintaan meningkat,
jaminan pasokan yang terbatas, pembatasan produksi, penilaian dampak
lingkungan yang ketat terhadap pemanasan global terutama kenaikan harga menjadi
faktor penyebab krisis energi yang terjadi (Bahri & Hartono, 2019). Penggunaan
bioetanol sebagai bahan bakar menjadi solusi dari permasalahan energi saat ini.
Selain dapat mengurangi tingkat polusi penggunaan bioetanol juga dapat
meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil yang tidak dapat di perbaharui.

Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari bahan nabati yang
dapat menurunkan emisi gas CO2 hingga 18% (Bahri & Hartono, 2019). Ada
banyak jenis tanaman yang dapat diolah menjadi bioetanol, beberapa diantaranya
yakni kelapa sawit, eceng gondok dan pisang.

Kelapa sawit adalah salah satu tanaman perkebunan berupa pohon batang yang
lurus dari famili palmae tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak
goreng (Ni’mah dkk., t.t.). Dalam industri kelapa sawit salah satu limbah utama
yang saat ini menyebabkan permasalahan pencemaran udara adalah Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS). Tandan kosong kelapa sawit ini merupakan salah satu
limbah padat yang memiliki kandungan lignoselulosa yang masih belum banyak
dimanfaatkan secara optimal. Biasanya TKS ini banyak dimanfaatkan untuk
kompos dan pengeras jalan di perkebunan, Padahal kandungan selulosa yang
terdapat di dalam tandan kosong kelapa sawit membuatnya dapat dimaanfaatkan
menjadi bahan baku bioetanol.

Indonesia yang memiliki iklim tropis menjadi salah satu tempat yang mudah
ditumbuhi tanaman eceng gondok. Ketersediaan eceng gondok sendiri di Indonesia

1
2

dapat dengan mudah diperoleh, salah satu jenis tanaman yang dianggap sebagai
tanaman penganggu penyebab pendangkalan sungai oleh masyarakat. Namun,
meski demikian tanaman satu ini memiliki kandungan 53% lignoselulosa
membuatnya menjadi salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi bioetanol
(Djana, 2016). Selain itu, kandungan lignin dimiliki oleh eceng gondok sebesar
7,69% ditambah kandungan selulosa sebesar 65,51% (Firmansyah dkk., 2022).
Tanaman yang memiliki kandungan selulosa cukup melimpah, dimana selulosa
adalah kandungan utama pada tumbuhan yang membentuk rantai selulosa yang
panjang menimbulkan selulosa susah larut dalam air. Serat pada dinding sel diikat
oleh lignin dalam suatu jalinan yang serasi dan tersusun rapat, sehingga jadi
pengeras pada dinding sel tumbuhan (Moeksin et al., 2016). Kandungan lignin yang
ada umumnya menutupi selulosa sehingga diperlukan suatu tindakan untuk
menghilangkan ataupun mengurangi kandungan lignin tersebut.

Pemanfaatan bahan – bahan yang mengandung karbohidrat tinggi juga mampu


diolah menjadi bioetanol, salah satunya adalah pisang. Pisang merupakan jenis
buah – buahan yang banyak di hasilkan di Indonesia. Masyarakat biasanya
mengkonsumsi pisang untuk dijadikan beberapa makanan yang nantinya akan
menghasilkan limbahnya yakni kulit pisang. Limbah kulit pisang selama ini hanya
menjadi limbah rumah tangga yang jarang termanfaatkan, padahal di dalam pisang
sendiri memiliki kandungan karbohidrat sebesar 18,50% (Retno & Nuri, 2011).
Karbohidrat tersebut dapat diurai pada proses hidrolisis yang bertujuan untuk
mengubahnya menjadi glukosa sebelum nantinya difermentasi.

Pembuatan bioetanol menggunakan tiga campuran bahan yang nantinya akan


melalui beberapa tahapan proses salah satunya hidrolisis. Hidrolisis adalah reaksi
kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat baru atau lebih
dan juga dekomposisi suatu larutan dengan menggunakan air, ada 4 tipe hidrolisis
yang dapat digunakan, hidrolisis tanpa air, hidrolisis dengan asam, hidrolisis
dengan basa dan hidrolisis dengan enzim. Hidrolisis enzimatis adalah proses
pemecahan polimer menjadi monomer – monomer penyusunnya dengan bantuan
enzim. (Eni dkk., 2015). Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi pada
proses hidrolisis adalah komposisi di dalam bahan baku, waktu reaksi, suhu, dan
pH (Ni’mah dkk., t.t.).
3

Dari uraian diatas, penelitian memanfaatkan limbah TKKS, eceng gondok dan
kulit pisang sebagai alternatif bahan baku pembuatan bioetanol yang memang
belum termanfaatkan secara maksimal. Sehingga dari latar belakang tersebut
dilakukan penelitian berjudul “ Pembuatan Bioetanol dari Bahan Tandan Kosong
Kelapa Sawit, Eceng Gondok dan Kulit Pisang dengan Proses Hidrolisis
Enzimatik”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh enzim dalam proses hidrolisis untuk merubah lignin,


selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa.
2. Bagaimana orde reaksi hidrolisis enzimatik campuran TKKS, eceng gondok
dan kulit pisang.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa pengaruh enzim dalam proses hidrolisis untuk merubah lignin,


selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa.
2. Menghitung orde reaksi hidrolisis enzimatik campuran TKKS, eceng
gondok dan kulit pisang.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menganalisa jumlah glukosa yang berhasil di konversi dalam proses


hidrolisis enzimatik di pembuatan bioetanol murni.
2. Dapat membandingkan komposisi terbaik enzim yang digunakan dalam
proses hidrolisis enzimatik di pembuatan bioetanol murni.
3. Dapat menghitung laju reaksi dalam proses hidrolisis enzimatik.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif bagi masyarakat.

1.5 Relevansi
Keterkaitan hasil penelitian terhadap bidang keilmuan Teknik Kimia yang
teradapat di dalam proposal tugas akhir ini, yaitu Pembuatan Bioetanol dari Tandan
4

Kosong Sawit, Eceng Gondok dan Kulit Pisang yang berhubungan dengan mata
kuliah Industri Hilir Argo, Teknik Pengolahan Limbah, Kimia Analistik Instrumen,
Satuan Proses dan Kinetika Reaksi.

Anda mungkin juga menyukai