Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Evaluasi Supervisi Program Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Program 6 Tugas KKNI

Mata Kuliah : Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Murad, M.Pd.


Rina Suryani, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Deby Octavia Tambunan

Esaulitna Br Tarigan

Rizky Manurung

BK Reg. B 2018

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat kasih dan
anugerahNya makalah yang berjudul “Evaluasi Supervisi Program Dan Layanan Bimbingan
Dan Konseling” telah selesai.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami, Bapak Prof. Dr. Abdul Murad,
M.Pd. dan Ibu Rina Suryani, S.Pd, M.Pd. yang telah membantu kami memahami tentang
tema yang ditetapkan dan cara pengerjaan tugas ini. Kami juga berterima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu kami dalam mengerjakan tugas ini. Terkhusus juga buat
orang tua dan keluarga yang tetap setia mendukung perkuliahan kami.
Dalam pembuatan laporan ini, kami juga menyadari banyak kekurangan dalam hal isi,
pengetikan, maupun pemilihan kata yang tepat. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulisan makalah kami dapat lebih baik
lagi di lain kesempatan.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat.

Medan, November 2021

Kelompok 12
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan evaluasi supervisi program dan layanan bimbingan dan
konseling?
1.3 Tujuan
1.4
1.5 Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Evaluasi Supervisi

Kegiatan evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan


dari program yang telah ditetapkan yang terbagi atas dua, yakni sebagai berikut:
2.1.1 Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi dan supervisi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:
a) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbinga dan konseling.
b) Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
c) Secara operasional, penyelenggaraan Evaluasi dan Supervisi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
- Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
- Mengetahui tingakat efesiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
- Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu
diadakan perbaikan dan pengembangan.
- Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
- Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat terhadap pelaksanaan
program bimbingan dan konseling.
- Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada
khususnya.
- Mendapat informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan langkah-langkah
pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
- Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dan kebutuhan.
2.1.2 Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan evaluasi dan supervisi program bimbingan dan
konseling adalah:
a) Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau
belum diberikan kepada siswa di sekolah/madrasah.
b) Untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi layanan yang diberikan itu dalam fungsinya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua individu disekolah dan diluar
sekolah/madrasah.
c) Untuk mengetahui bagaimanakah sumbangan program bimbingan terhadap program
pendidikan secara keseluruhan di sekolah/madrasah yang bersangkutan.
d) Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program yang digunakan berjalan secara
efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
e) Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program
bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
f) Untuk membantu kepala sekolah, konselor-konselor, termasuk pembimbing atau
konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan
memenuhi kebutuhan tiap-tipa siswa.
g) Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu
diadakan perbaikan-perbaikan.
h) Untuk mendorong semua personil bimbinga agar bekerja leih giat dalam
mengembangkan program-program bimbingan.
i) Menunjukkan sampai sejauh manakah sumber-sumber masyarakat telah digunakan atau
diikutsertakan dalam program bimbingan untuk tujuan-tujuan pengembangan serta
perbaikan program dan pelayanan bimbingan.

2.2 PENTINGNYA EVALUASI DAN SUPERVISI

Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan


untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan bimbingan yang telah
dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan
kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah
tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya.
Kegiatan Evaluasi dan Supervisi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan
ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan, karena itu Evaluasi dan Supervisi
program bimbingan dan konseling di sekolah penting sebab:
1. Memberikan umpan balik (feed back) kepada konselor pembimbing konselor) untuk
memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
2. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, konselor mata pelajaran, dan
orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian
tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi
meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.

2.3 JENIS EVALUASI PROGRAM BK


2.3.1 Evaluasi Peserta Didik ( Input )
Pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan dan konseling
penting dan perlu. Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin.
Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima
oleh dekolah bersangkutan. Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat
berupa: kemampuan sekolastik, bakat, minat, kepribadian, prestasi belajar, riwayat
kependidikan, riwayat hidup, citia-cita pendidikan atau jabatan, hobi dan penggunaan waktu
luang, kebiasaan belajar, hubungan sosial, keadaan fisik dan kesehatan, kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dan minat terhadap mata pelajaran sekolah.
2.3.2 Evaluasi Program
Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program bimbingan
dan konseling di sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan, yaitu:
a) Layanan kepada peserta didik.
b) Layanan kepada guru/konselor/konselor/konselor.
c) Layanan kepada kepala sekolah.
d) Layanan kepada orang tua siswa atau masyarakat.
Kegiatan operasional dari masing-masing layanan hendaknya disusun dalam suatu
sistematika tertentu. Jenis evaluasi pelaksanaan program ini memerlukan alat-alat atau
instrumen evaluasi yang baik.
2.3.3 Evaluasi Proses
Dalam evaluasi proses, yang dievaluasi adalah proses pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan. Eveluasi proses ini
bertujuan untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas proses dan pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas proses bimbingan itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program, dituntut suatu
proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Didalam proses
pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah banyak faktor yang terlihat
khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan. Hal itu dapat diuraikan seperti berikut :
a) Organisasi dan administrasi program bimbingan.
b) Personal / petugas pelaksana.
c) Fasilitas dan perlengkapan.
d) Kegiatan Bimbingan.
e) Partisipasi guru/konselor/konselor/konselor.
f) Anggaran pembiayaan.
g) Evaluasi Hasil
Aspek yang paling penting keberhasilan suatu program dari pelaksanaan program itu
sendiri. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pelayanan bimbingan dapat tercapai atau tidak, akan tercermin dalam diri siswa yang
mendapat pelayanan bimbingan itu sendiri.
Hal – hal yang menyangkut diri siswa sesuai dengan tujuan pelayanan bimbingan dapat
dilihat dalam segi :
a) Pandangan para tamatan / lulusan tentang program pendidikan di sekolah yang telah
ditempuhnya.
b) Kualitas prestasi (performance) bagi tamatan / lulusan.
c) Pekerjaan / jabata yang dilakukan oleh siswa yang telah menamatkan program
pendidikannya.
d) Proporsi tamatan / lulusan yang bekerja dan yang belum bekerja.

2.4 Model Pendekatan dalam Evaluasi


Di dalam melakukan evaluasi terhadap suatu program/kebijakan, dapat digunakan
sejumlah pendekatan yang berbeda yang tentunya akan mempengaruhi indikator yang
digunakan, antara lain :
1. Pendekatan berdasarkan sistem nilai yang diacu.
2. Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi.
3. Pendekatan berdasarkan kriteria evaluasi.
2.4.1 Pendekatan Berdasarkan Sistem Nilai yang Diacu

Pendekatan berdasarkan sistem nilai yang diacu ada tiga jenis, yaitu evaluasi semu,


evaluasi teori keputusan dan evaluasi formal.
a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)
Sifat dari Evaluasi semu ini adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter tertentu
yang secara umum disepakati (self evident) dan tidak kontroversial (uncontroversial). Hasil
evaluasinya mudah diterima oleh publik dan tidak terlalu rumit (complicated). Penilaiannya
berkisar antara gagal atau berhasil. Pseudo evaluation ini seringkali dijadikan sebagai salah
satu metode monitoring.

b. Evaluasi Teori Keputusan (Decision Theoretic Evaluation/ DTE)


Sifat dari DTE adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang disepakati oleh
pihak-pihak yang terkait secara langsung/pihak yang bersitegang. Sistem nilainya juga
berdasarkan kesepakatan antara pihak yang bersitegang. Biasanya berkisar antara benar atau
salah.

c. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)


Sifat dari evaluasi formal adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang ada
pada dokumen formal seperti tujuan dan sasaran yang tercantum dalam dokumen kebijakan
rencana tata ruang, peraturan perundang-undangan dan sebagainya.

Dalam evaluasi formal, metode yang ditempuh untuk menghasilkan informasi yang
valid dan reliable ditempuh dengan beberapa cara antara lain:  
1) Merunut legislasi (peraturan perundang-undangan);
2) Merunut kesesuaian dengan kebijakan yang tercantum pada dokumen formal yang
memiliki hierarki diatasnya;
3) Merunut dokumen formal (kesesuaian dengan hasil yang diharapkan /tujuan dan
sasaran); dan
4) Interview dengan penyusun kebijakan atau administrator program.

Evaluasi formal terbagi atas 2 jenis, yaitu  summative evaluation dan formative


evaluation. Summative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi program/kegiatan yang
telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu, umumnya dilakukan untuk
mengetahui/mengevaluasi program/kegiatan yang relatif sering dilakukan dan  karena
indikatornya tetap/baku. Formative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan
program/kegiatan secara kontinyu, karena merupakan program/kegiatan yang relatif baru dan
indikatornya dapat berubah-rubah.

2.4.2 Pendekatan Berdasarkan Dasar Evaluasi

Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi ada 6 jenis yaitu:


a. Before vs after comparison (pembandingan antara sebelum dan sesudah)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk satu komunitas yang
sama dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah adanya intervensi.

b. With vs without comparisons (pembandingan antara dengan atau tanpa intervensi)


Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain  hanya berlaku untuk lebih dari satu
komunitas (>1) dengan membandingkan antara komunitas yang diberi intervensi dengan
komunitas yang tidak diberi intervensi dalam waktu yang bersamaan.

c. Actual vs planned performance comparisons (pembandingan antara kenyataan dengan


rencana)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain membandingkan antara rencana dengan
kenyataan di lapangan (sesuai atau tidak).

d. Experimental (controlled) models
Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan
kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang memiliki standar ketat. Dampaknya dilihat
dari proses dan hasil kegiatan tersebut.

e. Quasi experimental (uncontrolled) models
Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari
perubahan kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang tidak memiliki standar tidak
memiliki standar. Dampaknya dilihat hanya berdasarkan hasilnya saja, sedangkan prosesnya
diabaikan.

f. Efisiensi penggunaan dana (Cost Oriented Approach)


Cost Oriented Approach terbagi tiga  yaitu ex-ante evaluation, on-going evaluation dan ex-
post evaluation. Ex-ante evaluation adalah evaluasi yang dilakukan sebelum kegiatan
tersebut dilaksanakan. On-going Evaluation adalah evaluasi yang dilakukan saat kegiatan
tersebut sedang berjalan. Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan
tersebut selesai.
2.4.3 Pendekatan Berdasarkan Kriteria Evaluasi

Pendekatan berdasarkan kriteria evaluasi terbagi atas 6 indikator, yaitu:


a. Efektivitas: Penilaian terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan waktu
pencapaian hasil/ tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu.
b. Efisiensi: Penilaian terhadap efisiensi ditujukan untuk menjawab pengorbanan yang
minim (usaha minimal) untuk mencapai hasil maksimal. Parameternya adalah biaya,
rasio, keuntungan dan manfaat.
c. Adequacy/ketepatan dalam menjawab masalah: Penilaian terhadap adequacy ditujukan
untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian hasil  dapat memecahkan masalah.
d. Equity/pemerataan: Penilaian terhadap equity ditujukan untuk melihat manfaat dan
biaya dari kegiatan terdistribusi secara proporsional untuk aktor-aktor yang terlibat.
e. Responsiveness: Penilaian terhadap responsiveness ditujukan untuk mengetahui hasil
rencana/kegiatan/kebijaksanaan sesuai dengan preferensi/keinginan dari target grup.
f. Appropriateness/ketepatgunaan: Penilaian terhadap ketepatgunaan ditujukan untuk
mengetahui kegiatan/rencana/kebijaksanaan tersebut memberikan hasil/ keuntungan
dan manfaat kepada target grup. Standar tingkat keuntungan dan manfaat sangat relatif
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada target grup tersebut.
2.4.4 Sumber Data Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling di
Sekolah

Untuk mendapatkan data yang tepat dalam akurat dalam program evaluasi, program
bimbingan dan konseling, diperlukan sumber data yang relevan. Adapun sumber data yang
perlu di hubungi, sangat tergantung pada jenis data atau informasi yang di perlukan. Sumber-
sumber data yang dapat dihubungi, yaitu:
1. Kepala sekolah
2. Wakil kepala sekolah
3. Koordinator bimbingan dan konseling
4. konselor sekolah
5. Guru/konselor/konselor/konselor mata pelajaran
6. Personel sekolah lainnya
7. Siswa dan teman terdekatnya
8. Orang tua dan masyarakat
9. Para ahli atau lembaga-lembaga yang terkait
2.4.5 Aspek-Aspek Yang Di Evaluasi

Menurut buku, “ bimbingan dan konseling “, terbitan direktorat tenaga kependidikan


direktorat jendral peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, departemen
pendidikan nasional ( 2008: 30 ), Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan
bimbingan, yaitu penilain proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan
layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk
memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya. Aspek yang
dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
2. Keterlaksanaan program;
3. Hambatan-hambatan yang dijumpai;
4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
5. Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan
bimbingan;
6. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan,
pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan keberhasilan siswa
setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di
masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat
“penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan.
2. Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau
pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.
3. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari
partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
4. Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan lebih lanjut.
5. Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan
dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan).
6. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan.

2.5 Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling di Sekolah


Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk
menyelnggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu:
2.5.1 Metode Survei
Metode ini mungkin sering menggunakan metode evaluasi dalam setting sekolah.
Metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap dan
pandangan personel sekolah lainnya, sikap dan pandangan siswa terhadapa program
bimbingan. Jadi metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya
dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna
untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang
tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan
memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.
2.5.2 Metode Observasi
Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang
mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapan yang akan diamati, oleh siapa
yang akan diamati, akan direkam dengan cara yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi
eveluatif menurut apa. Jadi, sebelum observasi dilaksanakan, observer perlu membuat
pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar dapat yang diperoleh lebih terarah dan tepat.
Unsur objektivitas dapat dikurangi dengan cara melibatkan banyak orang. Dengan demikian,
peencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu
orang dalam observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.
2.5.3 Metode Eksperimental
Bentuk ini memerlukan 2 kelompok siswa yang satu diantaranya dijadikan kelompok
eksperimental dan kelompok yang lainnya menjadi kelompok kontrol, yaitu yang satu
menjadi kelompok yang mendapat pelayanan bimbingan dan konseling dan kelompok yang
lainnya tidak mendapat layanan bimbingan dan konseling. Kalau hasil perkembangan dalam
suatu periode tertentu dari kedua kelompok diperbandingkan, dari hasil perbandingan
tersebut tampak sampai sejauh mana program bimbingan dan konseling dapat membantu
perkembangan siswa yang memperolehnya.
2.5.4 Metode Studi Kasus
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa
yang dijadikan objek studi kasus. Sebelum melakukan studi kasus perlu ditetapkan hal-hal
yang dianggap penting tentang diri seorang siswa (klien) yang berkaitan dengan usaha
layanannya. Metode studi kasus cukup banyak memakan waktu, akan tetapi memiliki
beberapa keuntungan tertentu. Penekanannya pada perkembangan individu dan
perkembangan kepribadiannya, disamping itu metode ini banyak manfaatnya bagi konselor
dalam mengevaluasi efesiensi dan efektivitas kegiatan-kegiatan bimbingan yang
dilaksanakannya.

2.6 Kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling di Sekolah


Penetapan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling
sudah lama merupakan persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas. Kriteria sebagai
patokan untuk menevaluasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah adalah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan
pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, berperan membantu
peserta didik memperoleh perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Selain itu kriteria keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
dan madrasah juga bisa ditentukan dengan:
1. Taraf keberhasilan siswa dalam belajar pada tingkat satuan pendidikan yang lebih
tinggi.
2. Perasaan puas dalam memangku jabatan di masyarakat.
3. Aspirasi yang realistik dalam menyusun rencana masa depan.
4. Frekuensi pengungkapan masalah yang mengganggu ketenangan hidup siswa
berkurang.
5. Hasil belajar di sekolah atau madrasah lebih baik ( meningkat ).
6. Keterlibatan siswa dalam akademik meningkat.
7. Jumlah siswa yang menimbulkan kasus problematika berkurang.
8. Lebih banyak siswa yang memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang disediakan
sekolah dan madrasah, misalnya layanan konseling.
2.7 Teknik-Teknik Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah
Kegiatan penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah meliputi banyak aspek
baik yang menyangkut SDM maupun instrumen pendukung kegiatan lainnya, yaitu sebagai
barikut:
1. Lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah.
2. Program kegiatan bimbingan.
3. Personal atau ketenagaan.
4. Fasilitas teknik dan fisik.
5. Pengelolaan dan administrasi bimbingan.
6. Pembiayaan.
7. Partisipasi personal.
8. Proses kegiatan
9. Akibat
Bila aspek proses kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria pada bagian 1 di atas
(Lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah ), instrumen teknik yang harus
digunakan adalah:
1. Chek list
2. Observasi kegiatan
3. Tes situasi
4. Wawancara
5. Angket

2.8 Prosedur Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di


sekolah dapat melalui prosedur sebagai berikut:

2.8.1 Fase Persiapan


Pada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam
kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini langkah-langkah yg dilalui adalah:
a) Langkah pertama penetapan aspek-aspek yang dievaluasi. Aspek-aspek yang dievaluasi
adalah:
1) Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang akan
dicapai.
2) Program kegiatan bimbingan.
3) Personel atau ketenagaan.
4) Fasilitas teknik dan administrasi bimbingan.
5) Pembiayaan.
6) Partisipasi personel.
7) Proses kegiatan.
8) Akibat sampingan.
b) Langkah kedua penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misalnya, bila proses aspek
kegiatan yang akan dievaluasi maka kriteria yang dapat dievaluasi ditinjau dari:
lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah.
c) Langkah ketiga penetapan alat-alat/ instrument evaluasi.. Misalnya aspek proses
kegiatn yang hendak dievaluasi dengan kriteria bagian b di atas, maka instrument
yang harus digunakan ialah: ceklis, observasi kegiatan, tes situsasi, wawancara, dan
angket
d) Langkah keempat penetapan prosedur evalusi.Seperti contoh pada butir b)  dan c) di
atas, maka prosedur evaluasinya mlalui: penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil kerja,
konfrensi kasus, dan lokakarya
e) Langkah kelima penetapan tim penilaian atau evaluator .Berkaitan dengan contoh
diatas, maka yang harus menjadi evaluator dalam penilaian proses kegiatan ialah:
ketua bimbingan dan konseling, kepala sekolah, tim bimbingan dan konseling, dan
konselor.
2.8.2 Fase Persiapan Alat Atau Instrument Evaluasi
Dalam fase kedua ini dilakukan kegiatan di antaranya:
a) Memilih alat-alat atau instrumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
b) Penggandaan alat-alat instrumen evaluasi yang akan digunakan.
2.8.3 Fase Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi.
Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
1) Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi;
2) Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2.8.4 Fase Menganalisis Hasil Evaluasi
Dalam fase analisis hasil evaluasi dan pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan
mengacu kepada jenis datanya. Data-data itu, diantarnya:
a) Tabulasi data;
b) Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non-statistik
c) Fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi. Pada fase ini
dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan kriteria penilaian
keberhasilan & kemudian diinterprestasikan dng memakai kode-kode tertentu, untuk
kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan atau
pengembangan program layanan Bimbingan Konseling.

2.9 Latar Belakang Perlunya Supervisi


Dalam menjaga mutu proses pendidikan diperlukan adanya kontrol mutu (quality
control) yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukung-nya.
Fungsi  seorang kepala sekolah secara garis besar dikenal dengan istilah EMASLIM,
yaitu: edukator, manejer, administrator, supervisor, leader, inovator; dan motivator. Kepala
sekolah sebagai supervisor harus mampu mengkoordinasikan  program-program
sekolah/madrasah/, kelompok-kelompok,bahan, dan laporan-laporan yang berkaitan dengan
sekolah/madrasah dan para guru/konselor/konselor/konselor. Kepala sekolah juga harus
mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah/madrasah, memberi arah pada
pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran/bimbingan/bimbingan, dan
pengembangan staf. Kepala sekolah harus melayani pendidik dan tenaga kependidikan, baik
secara kelompok maupun individual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai
pemimpin kelompok dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengembangan
kurikulum, pembelajaran/bimbingan/bimbingan atau manajemen sekolah/madrasah secara
umum. Terakhir, supervisor juga harus melakukan evaluasi terhadap pengelolaan
sekolah/madrasah dan pembelajaran/bimbingan/bimbingan pada sekolah-sekolah/ madrasah-
madrasah yang menjadi lingkup tugasnya. Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut
kepala sekolah tentu harus menguasai berbagai prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga
ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk
menyelesaikan suatu permasalahan atau program. Materi ini merupakan salah satu bahan
yang ditujukan bagi supervisor untuk menguasai kompetensi tersebut.

2.10 Pendekatan Dalam Supervisi


Menurut Sahertian  (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam
melaksanakan Supervisi, ada 3, yaitu:
1. Pendekatan Langsung (Direktif): Pendekatan direktif adalah cara pendekatan
terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung.
Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena konselor ini
mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi.
Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor adalah: menjelaskan,
menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.
2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif), Pendekatan tidak langsung (non-
direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi  ia terlebih
dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan konselor-konselor. Ia memberi
kesempatan sebanyak mungkin kepada konselor untuk mengemukakan permasalahan
yang mereka alami. Konselor mengemukakan masalahnya supervisor mencoba
mendengarkan, memahami, apa yang dialami konselor-konselor. Perilaku supervisor
dalam pendekatan non-direktif  adalah: mendengarkan, memberi penguatan,
menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.
3. Pendekatan Kolaboratif, Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi
pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun konselor bersama-sama,
bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi konselor. Dengan demikian pendekatan
dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan,
mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.

2.11 Metode Supervisi


Terdapat dua metode Supervisi yang dapat dilakukan kepala sekolah. Metode-metode
tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode
supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelemahan.
1. Metode supervisi individual: Pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada konselor
tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini
hanya berhadapan dengan seorang konselor yang dipandang memiliki persoalan
tertentu.
2. Metode supervisi kelompok: Satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan
pada dua orang atau lebih. Konselor-konselor yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang
mereka hadapi.

2.12 Teknik – Teknik Supervisi


Ada bermacam-macam teknik supervisi  dalam upaya pembinaan kemampuan
konselor. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional,
perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian konselor, demonstrasi
bimbingan, pengembangan kurikulum, pengembangan petunjuk bimbingan, darmawisata,
lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah.
Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu. teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi:
kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai
diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu.
a) Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan konselor oleh kepala sekolah, kepala sekolah,
dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan konselor. Kunjungan kelas ini
bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa
juga atas dasar undangan dari konselor itu sendiri.
b) Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti
terhadap gejala yang nampak.Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh
supervisor terhadap proses bimbingan yang sedang berlangsung. Secara umum, aspek-aspek
yang diamati selama proses bimbingan yang sedang berlangsung adalah:
1) Usaha-usaha dan aktivitas konselor-siswa dalam proses bimbingan
2) Cara penggunaan media bimbingan
3) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4) Keadaan media bimbingan yang dipakai dari segi materialnya
c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara
pembina atau supervisor konselor, konselor dengan konselor, mengenai usaha meningkatkan
kemampuan profesional konselor. Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha
mengem- bangkan segi-segi positif konselor, mendorong konselor mengatasi kesulitan-
kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi
kesepakatan konsep tentang situasi bimbingan yang sedang dihadapi.
d) Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan.
Konselor dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri.
Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, konselor akan memperoleh pengalaman baru dari
teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses bimbingan, pengelolaan kelas, dan
sebagainya.
e) Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan.
Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional konselor. Penilaian
diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada konselor tentang peranannya di
kelas dan memberikan kesempatan kepada konselor mempelajari metoda Menilai diri sendiri
merupakan tugas yang tidak mudah bagi konselor. Untuk mengukur kemampuan
mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri.
2. Teknik Supervisi Kelompok
Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut.
1) Kepanitiaan-kepanitiaan
2) Kerja kelompok
3) Laboratorium kurikulum
4) Baca terpimpin
5) Demonstrasi bimbingan
6) Darmawisata
7) Kuliah/studi
8) Diskusi panel
9) Perpustakaan jabatan
10) Organisasi profesional
11) Buletin supervisi
12) Pertemuan konselor
13) Lokakarya atau konferensi kelompok
Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena sudah banyak
buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak
ada satupun di antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa
diterapkan untuk semua pembinaan dan konselor di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh
kepala sekolah dan kepala sekolah adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk
membina seorang konselor tetapi tidak cocok diterapkan pada konselor lain. Oleh sebab itu,
seorang kepala sekolah dan kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana
yang sekiranya mampu membina keterampilan bimbingan seorang konselor.
Menetapkan teknik-teknik supervisi  yang tepat tidaklah mudah. Seorang  kepala
sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga
harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian konselor,
sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan konselor yang sedang dibina
melalui supervisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Asrori, (2002). Sistem Pengawasan Terhadap Invantarisasi Prasarana dan Sarana
Pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Glickman, C. D. (1981). Developmental supervision : Altenative practices for helping
teachers. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Glickman, C. D. (1990). Supervision of instruction: A developmet approach (2nd ed.).
Boston: Allyn and Bacon.
Sahertian, Piet. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai